a. Pembuatan Biodiesel CPO
CPO yang digunakan berasal dari PTPN VIII Bandung. CPO selanjutnya dianalisis kadar asam lemak bebasnya FFA. Kadar asam lemak bebas akan
menentukan besarnya metanol dan asam sulfat untuk reaksi esterifikasi.
Gambar 8. Diagram alir pembuatan biodiesel CPO. Pada proses pembuatan biodiesel, CPO sebanyak 1000 ml dipanaskan
sampai suhu 55
o
C, ditambah metanol 225 dari jumlah FFA dan katalis asam sulfat 5 FFA. Selanjutnya dilakukan pengadukan 350 rpm untuk
menyeragamkan suhu dan suspensi sampai terbentuk ester. Suhu campuran
CPO FFA
Pemanasan 55
o
C Metanol
225 FFA
Asam sulfat 5 FFA
Reaksi esterifikasi 1 jam Pemisahan sisa metanol dan
FAME + CPO Metanol
Sisa FAME+
trigliserida Pemanasan 55
o
C Reaksi transesterifikasi 1 jam
Pemisahan gliserol dan FAME
Metanol 15 CPO
Katalis 1 CPO
Gliserol Pencucian dengan air 70
o
C, 3 kali Pengeringan 115
o
C, 30 i
Biodiesel CPO
dipertahankan pada 55
o
C. selama 1 jam. Setelah reaksi berlangsung sempurna dilakukan tahap transesterifikasi, dengan menambahkan metanol 15 dan NaOH
sebanyak 1 dari jumlah minyak. Pengadukan dilanjutkan kembali selama 1 jam sampai terbentuk warna kecoklatan yang menandai telah terbentuknya gliserol
sebagai produk samping. Metil ester dan gliserol dipisahkan menggunakan labu pemisah. Lapisan
bawah adalah gliserol dan metil ester berada di bagian atas. Metil ester dipisahkan dan dicuci dengan akuades suhu 50
o
C untuk menghilangkan sisa katalis, metanol dan sabun, sampai tiga kali pencucian. Pengeringan metil ester atau biodiesel
dilakukan menggunakan pemanasan suhu 115
o
C sampai seluruh air menguap. Pengujian tahap awal adalah uji kadar lemak bebas pada biodiesel yang
telah dihasilkan. Pengujian asam lemak bebas ini penting untuk memastikan bahan baku tidak memiliki asam lemak bebas yang cukup tinggi 1 yang
dapat menghambat kinerja pompa vakum pada destilasi molekuler. Asam lemak bebas tinggi dapat menguap secara cepat dan terserap dalam pompa vakum tanpa
terjerat trap yang mengakibatkan macetnya pompa vakum.
b. Separasi Vitamin E