commit to user 21
h. Pendekatan Matematika Realistik dalam Pembelajaran Matematika
Secara garis besar Pendekatan Matematika Realistik adalah suatu pendekatan belajar matematika yang dikembangkan untuk mendekatkan
matematika kepada siswa.Masalah masalah nyata dari kehidupan sehari-hari digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika untuk menunjukkan
bahwa matematika sebenarnya dekat dengan kehidupan sehari-hari. Benda- benda nyata yang akrab dengan kehidupan keseharian siswa dijadikan sebagai
alat peraga dalam pembelajaran matematika.Siswa menjadi lebih tertarik dan senang belajar matematika serta menunjukkan peningkatan hasil belajar yang
cukup memuaskan Hadi dalam Aisyah dkk, 2007:7-1.
Dalam pengertian yang lainnya, Pendekatan matematika realistik adalah pendekatan
pembelajaran matematika
yang berdasarkan
pandangan konstruktivistik, yaitu proses belajar matematika yang memberi keleluasaan
kepada siswa yang mengkonstruk konsep-konsep matematika melalui konteks contextual problem. Konteks yang diterjemahkan siswa ke dalam model-
model matematika sebagai jembatan untuk menghantarkan siswa sampai
memahami konsep-konsep formal. i.
Karakteristik Belajar Anak Usia Sekolah Dasar
Piaget dalam Karso dkk, 2009:1.6 menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan
lingkungannya teori perkembangan kognitif. Menurutnya, setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata yaitu sistem konsep yang
ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya.
Piaget dalam Karso dkk, 2009:1.6 dengan Teori Tingkat Perkembangan Berfikir Anak telah membagi tahapan kemampuan berfikir
anak menjadi empat tahapan yaitu : 1 Tahap sensori motorik dari lahir sampai usia 2 tahun
2 Tahap operasional awalpra operasi usia 2 sampai 7 tahun 3 Tahap opersionaloperasi konkret usia 7 sampai 11 atau 12 tahun
4 Tahap operasional formal usia 11 tahun ke atas
commit to user 22
Anak usia SD pada umumnya berada pada tahap berfikir operasional konkret. Pada rentang usia tersebut anak mulai menunjukkan perilaku belajar
sebagai berikut: 1 Mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur
secara serentak, 2 Mulai berpikir secara operasional,3 Mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda, 4 Membentuk
dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan,prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat, 5 Memahami konsep substansi,
volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat. Memperhatikan tahapan perkembangan berpikir tersebut, Piaget
dalam Karso dkk, 2009:1.6 menyatakan bahwa kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu:
1 Konkrit
Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar,dibaui, diraba, dan diotak atik,
dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar
yanglebih bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan denganperistiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami,sehingga lebih nyata,
lebih faktual,
lebih bermakna,
dan kebenarannya
lebih dapat
dipertanggungjawabkan. 2
Integratif Pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang dipelajari
sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak yang deduktif
yakni dari hal umum ke bagian demi bagian. 3
Hierarkis Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara
bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai urutan
logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan serta kedalaman materi.
commit to user 23
Benda-benda atau kejadian-kejadian yang tidak dapat dibayangkan siswa masih sulit untuk dipikirkan.
Susento 2004
dalam http:Wordpress.com.p.realistik.ipotes
, mengorganisasikan pembelajaran matematika sebagai suatu alur seperti
nampak pada gambar 2.
Gambar 2. Organisasi Kegiatan Matematika di Kelas Rangkaian kegiatan pembelajaran ini memuat tahap-tahap seperti
yang dikemukakan Bruner dalam Karso 2009:1.12-1.13 yang harus dilewati anak dalam proses belajarnya. Tahap-tahap tersebut yaitu ; a tahap enaktif,
dimana dalam tahap ini anak secara langsung terlibat dalam memanipulasi mengotak-atik objek. b tahap ikonik, dimana dalam tahap ini kegiatan
yang dilakukan anak berhubungan dengan mental, yang merupakan gambaran dari objek yang dimanipulasinya. c tahap simbolik, dimana dalam tahap ini
anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang-lambang objek tertentu. Anak tidak lagi terikat dengan objek-objek pada tahap sebelumnya.
Apabila pada diri anak telah terbentuk pengetahuan formal melalui kegiatan
pembelajaran matematika
tersebut, anak
akan mampu
mengembangkan ide dan konsep matematika yang dimulai dari dunia nyata untuk memecahkan suatu permasalahan.
B. Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan merupakan uraian sistematis tentang hasil- hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan sesuai dengan
substansi yang diteliti. Fungsinya untuk memposisikan peneliti yang sudah ada dengan penelitian yang akan dilakukan. Menurut peneliti, ada beberap penelitian
yang dianggap relevan dengan peneliti ini diantaranya :