39
Universitas Sumatera Utara
Konsep green juga bisa diaplikasikan pada pengurangan penggunaan energi misalnya energi listrik, low energy house dan zero energy building dengan
memaksimalkan penutup bangunan building envelope. Penggunaan energi terbarukan seperti energi matahari, air, biomass, dan pengolahan limbah menjadi
energi juga patut diperhitungkan. Dari pengertian diatas, Green Architecture sangat berpengaruh penting
terhadap kehidupan manusia, baik di masa lampau, sekarang terutama akan datang.
2.2.3 Pengertian Arsitektur Berkelanjutan
Sustainable Architecture
•
Sustainable development,
“Development that meets the needs of the present without compromising the ability of future generations to meet
their own needs.” Brundtland, 1987 •
Sustainable Design,
“Creating buildings which are energy efficient,healthy, comfortable, flexible, in use and designed for long life.”
Foster and Partners, 1999
Arsitektur Berkelanjutan, adalah sebuah topik yang menarik. Akhir-akhir ini semakin banyak diberitakan dan dipromosikan dalam kalangan arsitek, karena
arsitek memiliki peran penting dalam pengelolaan sumber daya alam dalam desain-desain bangunannya. Apresiasi yang besar bagi mereka yang turut
mempromosikan arsitektur berkelanjutan agar kita lebih bijaksana dalam menggunakan sumber daya alam yang makin menipis.
Sustainable Architecture atau dalam bahasa Indonesianya adalah Arsitektur Berkelanjutan, adalah sebuah konsep terapan dalam bidang arsitektur untuk
mendukung konsep berkelanjutan, yaitu konsep mempertahankan sumber daya alam agar bertahan lebih lama, yang dikaitkan dengan umur potensi vital sumber
daya alam dan lingkungan ekologis manusia, seperti sistem iklim planet, sistem pertanian, industri, kehutanan, dan tentu saja arsitektur. Kerusakan alam akibat
eksploitasi sumber daya alam telah mencapai taraf pengrusakan secara global,
40
Universitas Sumatera Utara
sehingga lambat tetapi pasti, bumi akan semakin kehilangan potensinya untuk mendukung kehidupan manusia, akibat dari berbagai eksploitasi terhadap alam
tersebut. Keberlanjutan dapat didefinisikan sebagai memenuhi kebutuhan generasi
sekarang tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka Cara-cara baru dapat dipikirkan berdasarkan pengalaman
membangun, dari arsitektur vernakular maupun modern. Keberlanjutan terkait dengan aspek lingkungan alami dan buatan, penggunaan
energi, ekonomi, sosial, budaya, dan kelembagaan. Penerapan arsitektur hijau akan memberi peluang besar terhadap kehidupan manusia secara
berkelanjutan. Aplikasi arsitektur hijau akan menciptakan suatu bentuk arsitektur yang berkelanjutan.
Selain itu, arsitektur hijau diterapkan dengan meningkatkan efisiensi pemakaian energi, air dan pemakaian bahan-bahan yang mereduksi dampak
bangunan terhadap kesehatan. Arsitektur hijau juga dapat direncanakan melalui tata letak, konstruksi, operasi dan pemeliharaan bangunan.
Earth-Friendly Arsitektur Ramah Lingkungan
Environmental friendly development adalah pembangunan yang ramah lingkungan. Melihat isu-isu tersebut yang sedang marak-maraknya, sebuah
bangunan kini haruslah earth-friendly dan cukup indah agar dapat dihargai untuk dipreservasi. Tujuannya untuk memunculkan sifat sustainable architecture pada
bangunan tersebut yang merupakan jawaban dari environmenal friendly development tersebut. walau keberlanjutan suatu bangunan tidak bisa dilihat dari
sudut ketahanan fisik bangunan saja. Prinsip-prinsip dari sustainable architecture, antara lain seperti :
- Perhatian pada iklim setempat
- Substitusi sumber energi yang tidak dapat diperbaharui menghemat
sumber energi yang tidak dapat diperbaharui -
Penggunaan bahan bangunan yang dapat dibudidayakan dan yang hemat energi
41
Universitas Sumatera Utara
- Pembentukan peredaran yang utuh antara penyedia dan pembuangan bahan
bangunan energi dan air -
Hemat energi secara menyeluruh Selain itu, ada berbagai konsep dalam arsitektur yang mendukung sustainable
architecture terutama di Indonesia, antara lain seperti : -
Efisiensi lahan Lahan yang semakin sempit, mahal dan berharga tidak harus digunakan
seluruhnya untuk bangunan, karena sebaiknya selalu ada lahan hijau dan penunjang keberlanjutan potensi lahan.
o Menggunakan seperlunya lahan yang ada, tidak semua lahan harus dijadikan bangunan, atau ditutupi dengan bangunan . Menggunakan
lahan secara efisien, kompak dan terpadu. o Potensi hijau tumbuhan dalam lahan dapat digantikan atau
dimaksimalkan dengan berbagai inovasi, misalnya pembuatan roof garden taman atap , taman gantung dengan menggantung pot-pot
tanaman pada sekitar bangunan, pagar tanaman. o Menghargai kehadiran tanaman yang ada di lahan, dengan tidak mudah
menebang pohon-pohon. o Desain terbuka dengan ruang-ruang yang terbuka ke taman sesuai
dengan fleksibilitas buka-tutup yang direncanakan sebelumnya . o Dalam perencanaan desain, pertimbangkan berbagai hal yang dapat
menjadi tolak ukur dalam menggunakan berbagai potensi lahan, misalnya; berapa luas dan banyak ruang yang diperlukan? Dimana letak
lahan dikota atau didesa dan bagaimana konsekuensinya terhadap desain? Bagaimana bentuk site dan pengaruhnya terhadap desain ruang-
ruang? Berapa banyak potensi cahaya dan penghawaan alami yang dapat digunakan?
- Efisiensi energi
Arsitektur dapat menjadi media yang paling berpengaruh dengan implementasi arsitektur berkelanjutan, karena dampaknya secara langsung
terhadap lahan. Konsep desain yang dapat meminimalkan penggunaan energi listrik, misalnya, dapat digolongkan sebagai konsep sustainable dalam energi,
42
Universitas Sumatera Utara
yang dapat diintegrasikan dengan konsep penggunaan sumber cahaya matahari secara maksimal untuk penerangan, penghawaan alami, pemanasan
air untuk kebutuhan domestik, dan sebagainya. o Memanfaatkan sinar matahari untuk pencahayaan alami secara maksimal
pada siang hari, untuk mengurangi penggunaan energi listrik. o Konsep efisiensi penggunaan energi seperti pencahayaan dan
penghawaan alami merupakan konsep spesifik untuk wilayah dengan iklim tropis.
- Efisiensi material
o Memanfaatkan material sisa untuk digunakan juga dalam pembangunan, sehingga tidak membuang material, misalnya kayu sisa bekisting dapat
digunakan untuk bagian lain bangunan. o Memanfaatkan material bekas untuk bangunan, komponen lama yang
masih bisa digunakan, misalnya sisa bongkaran bangunan lama. o Menggunakan material yang masih berlimpah maupun yang jarang
ditemui dengan sebaik-baiknya, terutama untuk material yang semakin jarang seperti kayu.
- Penggunaan teknologi dan material baru
o Memanfaatkan potensi energi terbarukan seperti energi angin, cahaya matahari dan air untuk menghasilkan energi listrik domestik untuk rumah
tangga dan bangunan lain secara independen. -
Manajemen limbah o Membuat sistem pengolahan limbah domestik seperti air kotor black
water, grey water yang mandiri dan tidak membebani sistem aliran air kota.
Sumber: Tri Harso Karyono, Arsitektur Hijau
Sementara pendapat lain yang sama seperti Tri Harso yaitu Heinz Frick, menurutnya dalam membangun itu harus secara ekologis basic eco-design
standard, pegangan untuk pembangunan secara berkelanjutan didasarkan pada teknologi bangunan lokal dan tuntutan ekologis alam. Ketentuan cara membangun
merupakan fungsi perencanaan. Kebiasaan cara membangun berasal dari cara
43
Universitas Sumatera Utara
bagaimana pengamat memperhatikan sesuatu dan apa yang dianggapnya penting. Desain gedung dapat diubah sesuai keinginan dengan catatan meminimalkan
pengaruhnya terhadap lingkungan karena desain pada prinsipnya tidak bisa dipaksakan oleh apa saja dari alam. Cara bagaimana suatu gedung berfungsi
dalam keseimbangan dengan alam mencerminkan kemampuan para perencana untuk mengerti cara membangun dan prosesnya, menyatakan impian penghuni,
memperhatikan segala peredaran alam. Asas-asas pembangunan secara berkelanjutan yang ekologis dapat dibagi
menjadi dua: asas yang menciptakan keadaan yang ekologis berkelanjutan dan asas yang menjawab tantangan oleh keadaan yang ekologis tidak berkelanjutan.
Berdasarkan dua hal tersebut, maka empat asas yang pembangunan berkelanjutan yang ekologis dapat disusun sebagai berikut:
1. Menggunakan bahan baku alam tidak lebih cepat dari pada alam mampu membentuk penggantinya
Prinsip : meminimalkan penggunaan bahan baku, utamakan bahan baru yg renewable, meningkatkan efisiensi.
2. Menciptakan system yang menggunakan sebanyak mungkin energi terbarukan.
Prinsip : menggunakan energy matahari,meminimalkan pembororsan 3. Mengizinkan hasl sambilan potongan, sampah, dsb saja yang dapat
dimakan atau merupakan bahan mentah untuk produksi bahan lain. Prinsip : meniadakan pencemaran, menggunakan bahan organik, reuse.
4. Meningkatkan penyesuaian fungsional dan keanekaragaman biologis. Prinsip : melestarikan dan meningkatkan keanekaragaman biologis.
Sumber: Heinz Frick, Dasar-dasar Arsitektur Ekologis
Dari beberapa pemaparan diatas kita dapat melihat atau sedikit mengambil kesimpulan kecil, bahwa di era saat ini sustainable architecture atau arsitektur
berkelanjutan mempunyai konsep-konsep sebagai dasar konsep utama dari keberlanjutan dari konsep itu. Pada kali ini yang ingin diangkat yaitu tetntang
penghematan energi atau energy efficiency pada sebuah bangunan. Penghematan energi sangatlah erat kaitanya dengan arsitektur berkelanjutan ini, baik
44
Universitas Sumatera Utara
penghematan dari sumber daya alam sampai sumber daya buatanya. Di dalam konsep sustainable architecture itu sendiri tentu tidak bisa kita hanya berargumen
bahwa setiap bangunan sudah sustainable atau belum, karena hampir disemua negara mempunyai standar atau kriterianya masing-masing untuk menilai sudah
memenuhi atau belum bangunan kita untuk konsep arsitektur berkelanjutan ini.
Conversing Energy Arsitektur Hemat Energi
• Arsitektur dengan kebutuhan energi serendah mungkin yang bisa dicapai
dengan mengurangi jumlah sumber daya yang masuk akal Enno, 1994 Arsitektur hemat energi adalah arsitektur yang berlandaskan pada pemikiran
meminimalkn penggunaan energi tanpa membatasi atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan maupun produktivitas penghuni.
Arsitektur hemat energi berdasarkan pada prinsip konservasi energisumber energi yang tidak terbaharui yang menciptakan istilah forms follows enery.
Konsep hemat energi masih menjadi hal yang penting untuk digunakan saat ini dalam berbagai bidang. Para ahli dan praktisi masih mencari cara untuk
menerapkan konsep ini dengan baik. Perkembangan dalam dunia arstitektur juga mengalami kemajuan, terutama dalam perancangan aktif, sehingga menghasilkan
suatu konsep baru seperti zero-energy building, sustainable architecture, intelegent building, dan sebagainya.
- Pendekatan perancangan hemat energi dapat dibagi dua, yaitu:
o Perancangan Pasif Perancangan pasif merupakan cara penghematan energi melalui
pemanfaatan energi matahari secara pasif, yaitu tanpa mengonversikan energi matahari menjadi energi listrik. Rancangan pasif lebih mengandalkan
kemampuan arsitek bagaimana rancangan bangunan dengan sendirinya mampu dan dapat mengantisipasi iklim luar. Perancangan pasif di wilayah
tropis basah seperti Indonesia umumnya dilakukan untuk mengupayakan bagaimana pemanasan bangunan karena radiasi matahari dapat dicegah, tanpa
harus mengorbankan kebutuhan penerangan alami. Sinar matahari yang terdiri atas cahaya dan panas hanya akan dimanfaatkan komponen cahayanya
dan menepis panasnya.
45
Universitas Sumatera Utara
o Perancangan Aktif. Perancangan aktif bersifat tambahan. Pengertian perancangan aktif
adalah salah cara penghematan energi dengan bantuan alat-alat teknolgi yang dapat mengontrol, mengurangi pemakaian, atau menghasilkan energi baru.
Dalam perancangan secara aktif, secara simultan arsitek juga harus menerapkan strategi perancangan secara pasif. Tanpa penerapan strategi
perancangan pasif, penggunaan energi dalam bangunan akan tetap tinggi apabila tingkat kenyamanan termal dan visual harus dicapai.
- Prinsip perancangan arsitektur hemat energi dilihat dari parameter disain
arsitektural adalah sebagai berikut: o Konfigurasi bangunan dipengaruhi oleh iklim
o Orientasi bangunan merupakan hal yang krusial o Fasade bangunan yang responsif terhadap iklim
o Sumer energy berasal dari pembangkit yang terbarukan o Penggunaan system operasional aktif dan kombinasi
o Konsumsi energi yang rendah o Tingkat kenyamanan yang konsisten
o Pertimbangan terhadap ekologi tapak Perbandingan prinrip arsitektur hijau dengan prinsip arsitektur lainnya dapat
terlihat pada tabel 2.9. Tabel 2. 9. Tabel Perbandingan Prinsip Perancangan Arsitektur
Parameter Desain
Arsitektural Prinsip Perancangan Arsitektur
Bioklimatik Hemat
Energi
Surya Hijau
Murni Konfigurasi
Bangunan
Diperngaruhi Iklim
Diperngaruhi Iklim
Diperngaruhi Matahari
Diperngaruhi Lingkungan
Diperngaruhi Lainnya
Orientasi Bangunan
Krusial Krusial
Sangat Krusial
Krusial Relatif tidak
penting
Fasade Bangunan
Responsif Terhadap
iklim Responsif
Terhadap iklim
Responsif Terhadap
matahari Responsif
Terhadap lingkungan
Responsif Terhadap
lainnya
Sumber Energi
Natural nonrenewable
Pembangkit nonrenewable
Pembangkit renewable
Natural dan pembangkit
renewable dan nonrenewable
Pembangkit nonrenewable
Energi lost
Krusial Krusial
Krusial Krusial
Tidak penting
46
Universitas Sumatera Utara
System Operasional
Passive- Mixed
Active-Mixed Produktive
Passive- Active-
Produktive- Mixed
Passive +Active
Tingkat Kenyamanan
Variable Konsisten
Konsisten Variabel
Konsisten Konsisten
Konsumsi Energi
Rendah Rendah
Rendah Rendah
Tinggi
Sumber Material
Tidak Penting Tidak Penting
Tidak Penting
Minimum Dampak
Lingkungan Tidak Penting
Material Output
Penting Tidak Penting
Tidak Penting
Reuse- Recycle-
Reconfigure Tidak Penting
Ekologi Tapak
Penting Penting
Penting Krusial
Tidak Penting
Sumber : Energy-efficient Architectute, Paradigma dan Manifestasi Arsitektur Hijau, Jimmy Priatman, 2002
Dengan demikian, arsitektur hemat energi ini berlandaskan pada pemikiran meminimalkan penggunaan energi tanpa membatasi atau merubah fungsi
bangunan, kenyamanan, maupun produktifitas penggunanya. Konsep Arsitektur Hemat Energi ini mengoptimasikan sistem tata cahaya dan tata udara, integrasi
antara sistem tata udara buatan –alamiah dan sistem tata cahaya buatan–alamiah
serta sinergi antara metode pasif dan aktif dengan material dan instrumen hemat energi. Konsep bangunan dengan efisiensi energi sangat penting karena jika
melihat pada penggunaan energi secara global, sektor bangunan sendiri menyerap 45 dari kebutuhan energi keseluruhan. Pemanfaatan energi dalam bangunan ini
khususnya untuk pemanasan, pendinginan dan pencahayaan bangunan. Sumber
: Enno, Abel. 1994. “Low-energy Building”. Energy and Building Science Journal
Hemat energi merupakan salah
satu issu yang sedang hangat
diperbincangkan, karena mempunyai efek yang baik untuk bangunan juga untuk lingkungan sekitar bangunan bila dapat dijalankan konsep tersebut dengan tepat.
Di dalam konsep hemat energy secara pasif ini ada beberapa issu yang terkait dengan desain sebuah gedung atau bangunan, salah satunya yaitu passive solar
design. Di dalam issu tersebut dipecah lagi menjadi tiga yaitu:
47
Universitas Sumatera Utara
1. Daylighting cahaya siang hari 2. Building envelope pengolahan bangunan
3. Renewable energy energi terbarukan Ketiga hal tersebut sangatlah terkait satu sama lain sehingga dapat
menghasilkan suatu konsep perancangan yang hemat energy, dalam hal ini pencahayaan alami pada siang hari atau daylighting.
Sumber : Charles J. Kibert, Sustainable Construction : Green Building Design and Delivery
2.2.4 Prinsip-prinsip Arsitektur Hijau