PERILAKU KERUNTUHAN PELAT YANG DIBEBANI DALAM

Universitas Sumatera Utara ϕ = factor reduksi kuat bahan b w = lebar balok, untuk penampang persegi d = tinggi efektif balok Dalam peraturan juga dinyatakan bahwa meskipun secara teoritis tidak perlu perencanaan penulangan geser apabila Vu ≤ ϕ Vc, dimana umumnya dipakai tulangan D10 untuk sengkang. Pada kondisi dimana bentang dan beban sedemikian rupa sehingga mengakibatkan timbulnya gaya geser yang relative besar, ada kemungkinan menggunakan batang tulangan D12.

2.8 PERILAKU KERUNTUHAN PELAT YANG DIBEBANI DALAM

LENTUR Ada Empat 4 tahapan dalam perilaku keruntuhan pelat yang dibebani : 1. Sebelum retak,pelat bertindak sebagai pelat elastis dan untuk beban waktu pendek deformasi,tekanan, dan tegangan diperkirakan dari analisis elastis. 2. Setelak keretakan dan sebelum tulangan meleleh,pelat tidak lagi memiliki kekakuan yang konstan,ketika daerah retak menjadi kekakuan lebih rendah EI,daripada daerah tidak retak dan pelat tidak lagi lebih panjang isotropic semenjak itu pola retak lebih berbeda dalam kedua arah.Biasanya,retak pada bagian gedung terletak pada beban layan. 3. Lelehnya tulangan segera terjadi pada satu daerah atau lebih dengan momen yang tinggi dan menyebar keseluruh pelat dengan redistribusi momen dari daerah leleh ke area tulangan yang elastis.Urutan pelelehan melalui pelat pada empat tepi yang diilustrasikan dalam Gambar 2.12 .Damlam kasus ini pelelehan terjadi sebab momen negative dimana dari sendi plastis pada tengah sisi panjang 2.Gambar 2.12b.Sendi ini menyebar sepanjang sisi yang panjang dan sementara itu,sendi yang terbentuk dari pelat ujung.Sementara itu, momen positif meningkat dalam jalur melintang disisi yang pendek kerena redistribusi momen diakibatkan momen plastis pada bagian jalur ujung.Sementara itu,pelelehan terjadi akibat adanya kaitan dengan momen positif pada jalur ini.Beban selanjutnya,area leleh,disebut garis leleh,membagi pelat menajdi bagian – bagian trapezium dan segitiga pelat elastis seperti yang ditunjukkan Gambar 2.12 d.Beban yang sesuai dengan dapat ditentukan dengan menggunakan analisa leleh. Universitas Sumatera Utara 4. Meskipun garis leleh membagi pelat menjadi bentuk mekanisme plastis,sendi terdesak karena meningkatnya defleksi dan pelat membentuk busur tertekan,seperti gambar 2.13 .Ini dapat diasumsikan bahwa sekitar bangunan pelat masih cukup kaku untuk menyediakan rekasi untuk busur. Tujuan perilaku ini dijabarkan sebagai awal,bahwa analisa pelat elastis mulai kekurangan akurasinya bila melebihi beban layan dan kedua,berarti banyak terjadi redistribusi momen setelah terjadi lelehan pertama. Pelat yang gagal dalam lentur sangatlah daktail.Pelat,khususnya flate plate ,dapat juga gagal dalam geser.Kegagalan geser bersifat getas. sumber : Reinforced concrete, Macgregor G. J Gambar 2.12Aksi inelastic pada pelat yang dijepit keempat sisinya Gambar 2.13 Aksi busur pada pelat Universitas Sumatera Utara

2.9 ANALISIS PELAT NICHOLS