Persyaratan Kekuatan TINJAUAN PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara Atau, Δ = kW u l n 4 , dimana nilai konstatan k adalah : k = 2.43 sumber : Struktur beton bertulang, Istimawan Dipohusodo kembali pada model gambar 2.11, apabila lebar lajur AB sama dengan DE , dengan panjang masing – masing l, maka : Δ AB = kw AB p 4 Δ DE = kw AB p 4 Dimana w AB dan w DE adalah bagian intensitas beban total w u yang ditransformasikan ke lajur AB dan DE,w u = w AB + w DE Kedua persamaan lendutan tersebut diatas harus sesuai, sehingga bila disamakan akan diperoleh : w AB = dan w DE =

2.7 Persyaratan Kekuatan

Penerapan factor keamanan dalam struktur bangunan di satu pihak bertujuan untuk mengendalikan kemungkinan terjadinya runtuh yang membayakan bagi penghuni, dilain pihak juga memperhitungkan factor ekonomi bangunan. Sehingga untuk mendapatkan factor keamanan yang sesuai, perlu ditetapkan kebutuhan relative yang ingin dicapai untuk dipakai sebagai konsep factor keamanan Gambar 2.11 Model Pelat dua arah Universitas Sumatera Utara tersebut.Struktur bangunan dan komponen – komponennya harus direncanakan untuk mampu memikul beban lebih diatas beban yang diharapkan bekerja. Kapasitas lebih tersebut disediakan untuk memperhitungkan dua keadaan yaitu kemungkinan terdapatnya beban kerja yang lebih besar dari yang ditetapkan dan kemungkinan Terjadi penyimpangan kekuatan komponen struktur akibat bahan dasar ataupun pengerjaan yang tidak memenuhi syarat. Kriteria dasar kuat rencana dapat diungkapkan sebagai berikut : Kekuatan yang tersedia ≥ kekuatan yang dibutuhkan Kekuatan setiap penampang komponen struktur harus diperhitungkan dengan menggunakan kriteria dasar tersbut. Kekuatan yang dibutuhkan, atau disebut kuat perlu dapat diungkapkan sebagai beban rencana ataupun momen, gaya geser dan gaya – gaya lain yang berhubungan dengan beban rencana. Beban rencana atau beban terfaktor didapatkan dari mengalikan beban kerja dengan factor beban, dan kemudian digunakan subskrip u sebagai penunjuknya. Dengan demikian, apanila digunakan kata sifat rencana atau rancangan menunjukkan beban sudah terfaktor.Untuk beban mati dan hidup menetapkan bahwa beban – beban kerja atau beban guna melalui persamaan berikut : W U = 1,2W D + 1,6 W L 2.44 Dimana Wu adalah kuat rencana beban ultimit , W D adalah beban mati, dan W L adalah beban hidup.Faktor beban berbeda untuk beban mati, beban hidup,beban angin ataupun beban gempa. Penggunaan factor beban adalah usaha untuk memperkirakan kemungkinan terdapat beban kerja yang lebih besar dari ditetapkan, perubahan penggunaan, ataupun urutan dan metode pelaksanaan yang berbeda. Seperti diketahui, kenyataan didalam praktek terdapat beban hidup tertentu yang cenderung timbul lebih besar dari perkiraan awal.lain halnya dengan beban mati yang sebagian besar darinya berupa berat sendiri,sehingga factor beban beban dapat ditentukan lebih lecil.Untuk memperhitungkan berat struktur, berat satuan beton bertulang rata – rata ditetapkan sebesar 2400kgm 3 = 24 KN m 3 dan penyimpangannya tergantung pada jumlah kandungan baja tulangannya. Kuat ultimit komponen struktur harus memperhitungkan seleruh beban kerja yang bekerja dan masing – masing dikalikan dengan factor beban yang sesuai. Universitas Sumatera Utara Pemakaian factor ϕ dimaksudkan untuk memperhitungkan kemungkinan penyimpangan terhadap kekuatan bahan,pengerjaan, ketidak tepatan ukuran, pengendalian, dan pengawasan pelaksanaan, yang sekalipun masing – masing factor mungkin dalam toleransi persyaratan tetapi kombinasinya memberikan kapasitas yang rendah. Dengan demikian, apabila factor ϕ dikalikan dengan kuat ideal teoretik berarti sudah termasuk memperhitungkan tingkat daklitas, kepentingan, serta tingkat ketepatan ukuran suatu komponen struktur sedemikian hingga kekuatannya dapat ditentukan. Standar SK SNI pasal 2.2.3 ayat 2 memberikan factor reduksi kekuatan ϕ untuk berbagai mekenisme, antara lain sebagi berikut :  Lentur tanpa beban aksial = 0,80  Geser dan puntir = 0,60  Tarik aksial, tanpa dan dengan lentur = 0,80  Tekan aksial, tanpa dan dengan lentur = 0,65  Tekan aksial, tanpa dan dengan lentur = 0,70 Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kuat momen yang digunakan M R kapasitas momen sama dengan kuat momen ideal M n dikalikan factor ϕ . M R = ϕ M n 2.45 Dalam rangka usaha mengetahui distribusi tegangan geser yang sebenarnya terjadi disepanjang bentang dan kedalaman penampang balok, meskipun studi dan penelitian telah dilakukan secara luas untuk kurun waktu yang cukup lama, mekanisme kerusakan geser yang tepat sebetulnya masih juga belum dikuasai sebelumnya.Untuk menentukan seberapa besar tegangan geser tersebut, umumnya peraturan – peraturan yang ada memberikan rekonmendasi untuk menggunakan pedoman peencanaan berdasrkan nilai tegangan gerer rata – rata nominal sebagi berikut : v u = 2.46 dimana : v u = tegangan geser rencana rata – rata nominal Vu = gaya geser rencana karena beban luar Universitas Sumatera Utara ϕ = factor reduksi kuat bahan b w = lebar balok, untuk penampang persegi d = tinggi efektif balok Dalam peraturan juga dinyatakan bahwa meskipun secara teoritis tidak perlu perencanaan penulangan geser apabila Vu ≤ ϕ Vc, dimana umumnya dipakai tulangan D10 untuk sengkang. Pada kondisi dimana bentang dan beban sedemikian rupa sehingga mengakibatkan timbulnya gaya geser yang relative besar, ada kemungkinan menggunakan batang tulangan D12.

2.8 PERILAKU KERUNTUHAN PELAT YANG DIBEBANI DALAM