Penelitian Terdahulu Media SMS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Penelitian Terdahulu

Maulana 2007, dengan judul “Pengaruh Faktor Pesan Iklan Berbasis E-Mail Terhadap Minat Beli Produk Centriphone Di Surabaya“. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian eksplanatoris explanatory research yaitu penelitian yang berupaya menjelaskan pengaruh antara varabiel-variabel melalui pengujian hipotesis. Pengambilan sampel menggunakan teknik sampel probabilitas dengan metode sampel acak sederhana, dengan sampel berasal dari pelanggan e-mail gratis ApaKabar.Com yang bertempat tinggal di Surabaya dan pernah menerima pesan iklan produk CentrinPhone dari PT. CentrinOnline Tbk. Alat uji yang digunakan adalah regresi linier berganda. Dari hasil penelitian ternyata diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh simultan maupun parsial yang signifikan antara variabel desain pesan iklan yang terdiri dari isi pesan, struktur pesan, format pesan dan sumber pesan terhadap minat beli. Adanya hubungan simultan ditandai dengan nilai F hitung sebesar 25,855. Sedangkan hubungan parsial ditandai dengan nilai t tabel variabel isi pesan sebesar 6,017, struktur pesan sebesar 3,297, format pesan sebesar 2,943 dan sumber pesan sebesar 3,320. Dari keempat variabel tersebut, variabel isi pesan yang paling berpengaruh terhadap minat beli, yaitu ditunjukkan dengan nilai Standarized Coefficients Beta tertinggi sebesar 0,452.

II.2 Teori Perilaku Konsumen

Menurut American Marketing Association, dalam Setiadi 2003: “Perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara afeksi kognisi, perilaku, dan lingkungannya dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka...”. Menurut Kotler 2000 bahwa perilaku konsumen dipengaruhi oleh empat faktor: budaya budaya,sub-budaya dan kelas sosial, sosial kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status, pribadi usia, tahapan dalam siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian, dan konsep diri, psikologis motivasi, persepsi, pengetahuan, keyakinan beliefs, dan sikapattitudes. Pemasaran pada dasarnya bertujuan memenuhi dan memuaskan kebutuhan serta keinginan konsumen yang dituju atau konsumen sasaran target konsumen. Bidang ilmu perilaku konsumen consumer behavior mempelajari bagaimana individu kelompok dan organisasi memilih, membeli, memakai, serta memanfaatkan suatu produk dalam rangka memuaskan kebutuhan dan hasrat mereka. Tujuan terpenting dari setiap promosi adalah mempengaruhi konsumen untuk membeli, namun demikian tindakan pembelian sebenarnya hanyalah salah satu bagian dari keseluruhan proses perilaku pembelian. Perilaku konsumen consumer behavior menurut Belch, G.E. .Belch, M 2001: “The process and activities people engage in when searching for, selecting, purchasing using, evaluating and diposing of products and services so as to satisfy their needs and desires.” Proses dan kegiatan yang terlibat ketika orang mencari, memilih, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan memakai kembali atau tidak produk dan jasa untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. Sering ditemui, konsumen terkadang membeli suatu produk karena dorongan hati yang muncul saat itu namun terkadang melalui proses yang rumit dan panjang. Titik tolak untuk memahami perilaku pembeli adalah melalui model rangsangan-tanggapan stimulus-respon. Rangsangan pemasaran dan lingkungan adalah hal yang pertama kali memasuki kesadaran konsumen. Kedua hal tersebut bertemu dengan karakteristik konsumen dan bagaimana ia memproses semua itu sehingga menghasilkan suatu keputusan pembelian. Keputusan pembelian konsumen ini sebagai respon dengan beberapa tahapan sebelumnya dalam proses response hierarchy models pada model AIDA yang akhirnya digunakan oleh penulis untuk mewakili perilaku konsumen dihubungkan dengan penyusunan kalimat SMS yang tepat.

II.2.1. Proses Keputusan Konsumen

Pemasar perlu mengetahui kebutuhan spesifik konsumen untuk dipuaskannya, dan bagaimana menerjemahkan kebutuhan itu kedalam kriteria pembelian. Pemasar perlu memahami bagaimana konsumen mengumpulkan informasi berkenaan dengan berbagai alternatif dan menggunakan informasi itu untuk memilih produk atau merek. Mereka perlu memahami bagaimana konsumen membuat keputusan pembelian, dimana mereka lebih suka membeli produk, bagaimana mereka dipengaruhi oleh stimulus pemasaran di lokasi penjualan. Pemasar juga perlu memahami bagaimana proses keputusan konsumen dan alasan pembelian yang tidak sama diantara berbagai tipe konsumen. Misalnya, keputusan pembelian mungkin dipengaruhi oleh kepribadian serta gaya hidup konsumen. Skema berikut ini dari Morrisan 2007 sebagai kerangka kerja untuk menganalisa proses keputusan pembelian konsumen 1 Tahapan dalam proses pengambilan keputusan oleh konsumen. Proses pengambilan keputusan ini sejalan dengan Kotler 2003 yang menyatakan tahapan-tahapan terdiri dari pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, perilaku pasca Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Keputusan Pembelian Evaluasi Pasca Pembelian Pengenalan Masalah Sumber: Morrisan 2007 Gambar II.1 Proses Pengambilan keputusan Konsumen Dari Gambar II.1 proses pengambilan keputusan tersebut dijelaskan sebagai berikut: a Pengenalan Masalah Menurut Morrisan 2007 tahap pertama dalam proses pengambilan keputusan konsumen adalah pengenalan masalah problem recognition yang terjadi ketika konsuman melihat suatu masalah yang menimbulkan kebutuhan dan termotivasi untuk menyelesaikan masalah atau memenuhi kebutuhan itu. b Pencarian Informasi Tahapan kedua dari proses keputusan pembelian oleh konsumen adalah pencarian informasi information search. Menurut Morrisan 2007, ketika konsumen melihat adanya masalah atau kebutuhan yang hanya dapat dipuaskan melalui pembelian suatu produk, maka mereka mulai mencari informasi yang dibutuhkan untuk membuat keputusan pembelian. c Evaluasi Alternatif Dinyatakan oleh Kotler 2000 bahwa evaluasi alternatif adalah bagaimana konsumen memproses informasi merek yang bersaing dan membuat penilaian akhir. Pada tahap ini, konsumen membandingkan berbagai merek produk yang diharapkan mampu mengatasi masalah yang dihadapi dan memuaskan kebutuhan atau motif yang mengawali proses keputusan pembelian tersebut. d Keputusan Pembelian Menurut Morrisan 2007, pada satu titik dalam proses pembelian, konsumen harus berhenti mencari dan berhenti melakukan evaluasi untuk membuat keputusan pembelian. Sebagai hasil dari kegiatan evaluasi alternatif, konsumen mulai mengarah pada niat atau keinginan untuk membeliniat beli purchase intention dengan kecenderungan untuk membeli merek tertentu. e Evaluasi Pasca Pembelian Proses keputusan konsumen tidak berakhir saat produk dibeli. melainkan berlanjut hingga periode pasca pembelian. Setelah menggunakan barang atau jasa, konsumen membandingkan tingkat kinerja performance suatu produk dengan harapan yang dimiliki terhadap produk itu dan menentukan perasaan puas atau tidak puas terhadap produk bersangkutan Morrisan, 2007. 2 Proses psikologi internal yang relevan Skema di bawah ini menunjukkan bagaimana proses pengambilan keputusan pembelian suatu produk Gambar II.1 yang mencakup sejumlah tahapan yang biasanya terjadi pada diri konsumen. Sedangkan Kotler 2003 menjelaskan kosep perilaku konsumen dari sudut pandang psikologis yaitu berupa motivasi, persepsi, pengetahuan, keyakinanbeliefs dan sikapattitudes. Sebenarnya pengetahuan, keyakinanbeliefs bersama dengan persepsi masih termasuk kedalam pengertian kognisi bila memperhatikan pengertian kognisi. Persepsi Sikap Integrasi Pembelajaran Motivasi Sumber: Morrisan 2007 Gambar II.2 Proses Psikologi Internal Konsumen a Motivasi Motivasi menurut Schiffman dan Kanuk, dalam Prasetijo 2005, adalah dorongan dari dalam individu yang menyebabkan dia bertindak. Motivasi sebagai keadaan aktif .didalam .seseorang yang mengarahkannya kepada perilaku pencapaian tujuan Hilgard Atkinson, dalam Prasetijo, 2005. Dari hirarki Maslow pertama-tama motivasi orang adalah berusaha memuaskan kebutuhan mereka yang paling dasar yaitu kebutuhan fisik,setelah itu kebutuhan berikutnya. Berdasarkan teori Maslow tersebut pemasar dapat saja menggunakan iklan SMS untuk segala aspek objek kebutuhan konsumen untuk diiklankan. Namun tetap memperhatikan segmentasi pasar yang menjadi target iklan. b Persepsi Morrisan 2007 menjelaskan bahwa persepsi adalah suatu proses individual yang sangat bergantung pada faktor-faktor internal seperti kepercayaan, pengalaman, kebutuhan, suasana hati mood serta harapan. Proses persepsi juga dipengaruhi oleh karakteristik stimulus ukuran, wama dan intensitas serta konteks dimana stimulus itu dilihat dan didengar. Sejalan dengan itu Kotler 2000 menyatakan persepsi adalah proses yang digunakan oleh seorang individu untuk memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasi masukan-masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. c Sikap Menurut definisi klasik mengenai sikap oleh Gordon Allport,dalam Belch, G.E. .Belch M, 2001 disebutkan bahwa sikap adalah learned predisposition to respond to an object kecenderungan yang dipelajari untuk merespon suatu objek. Pandangan yang lebih baru menyatakan sikap sebagai gabungan ide yang menunjukkan keseluruhan perasaan atau evaluasi individu terhadap suatu objek. Kotler 2000 menjelaskan sikap sebagai evaluasi, perasaan emosional, dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama dari sesorang terhadap suatu obyek atau gagasan, termasuk sikap menolak atau menerima suatu obyek atau gagasan. Ketertarikan pemasar pada sikap didasarkan atas asumsi bahwa sikap berhubungan dengan perilaku pembelian konsumen. Berbagai penelitian mendukung asumsi dasar mengenai adanya hubungan antara sikap dan perilaku. d Integrasi Proses yang berpangaruh dari keputusan pembelian dalam psikologi internal adalah proses integrasi. Morrisan 2007 menjelaskan bahwa proses integrasi adalah cara bagaimana pengetahuan, makna dan kepercayaan terhadap produk dikombinasikan untuk melakukan evaluasi atas satu atau beberapa alternatif. Analisis proses integrasi memfokuskan diri pada tipe aturan pengambilan keputusan decision rules yang berbeda-beda atau strategi yang digunakan konsumen untuk memutuskan berbagai alternatif pembelian dengan bantuan sikap yang telah dimilikinya terhadap produk tersebut. e Pembelajaran Namun demikian terdapat perspektif lain berkenaan dengan bagaimana konsumen menerima pengetahuan dan mendapatkan pengalaman yang mereka gunakan dalam membuat keputusan pembelian dikemudian hari yang telah diletakan pada Gambar II.1 yaitu prosesnya diletakkan diakhir dari sudut pandangan proses psikologi. Selain itu proses pembelajaran ini meletakkan pengetahuan dan pengalaman yang baru berdasarkan perilaku konsumen setelah pembelian. Pembelajaran konsumen didefiniskan Belch, G.E. .Belch M, dalam Morisan 2007 sebagai: “The process by which individuals acquire the purchase and consumption knowledge and experience they apply to . future related behavior”. Proses pada saat individu menerima pengetahuan dan pengalaman dari pembelian dan konsumsi yang mereka gunakan untuk perilaku yang berhubungan di masa depan. Dua pendekatan dasar terhadap proses pembelajaran ini adalah teori pembelajaran perilaku. Jelaslah bahwa proses, pembelian dimulai jauh sebelum pembelian aktual dilakukan dan memiliki dampak yang lama setelah itu. Namun, urutan itu hanya berlaku, terutama atas pembelian produk dengan keterlibatan yang tinggi. Untuk pembelian produk keterlibatan rendah, konsumen dapat melewatkan beberapa tahap, terutama produk yang sudah rutin dibeli.

II.2.2. Kognisi, Afeksi dan Konasi

Perlu mengetahui perilaku menyebabkan para ahli perilaku, terutama psikologi sosial mengembangkan modelnya. Menurut model Three Component Attitude Model disebut juga model ABC dalam Solomon 2002 merupakan model yang menjelaskan hubungan antara cognitionbeliefs , Affection, Behavioralconative terhadap penentuan secara tepat komposisi sikap dengan maksud agar perilaku dapat dijelaskan dan diprediksi. Prasetijo 2005 menguraikan pengertian Kognisi, Afeksi dan Konasi. Kognisi ialah pengetahuan cognition dan persepsi yang diperoleh melalui kombinasi dari pengalaman langsung dengan obyek sikap attitude object dan informasi terkait yang didapat dari berbagai sumber. Komponen ini seringkali disebut juga sebagai keyakinankepercayaan beliefs. Menurut ilmu psikologi, kognisi terdiri dari penginderaan dan pengamatan, tanggapan, reproduksi dan asosiasi, memori, fantasi, berpikir, kecerdasan, dan intuisi. Afeksi adalah emosi atau perasaan terhadap suatu produk atau merek tertentu. Emosi dan perasaaan terutama mempunyai hakikat evaluatif, yaitu apakah konsumen suka atau tidak terhadap produk tertentu. Konasi ialah kecenderungan seseorang untuk melaksanakan suatu tindakan dan perilaku dengan cara tertentu terhadap suatu obyek. Dalam pemasaran dan penelitian konsumen, konasi lazimnya diperlakukan sebagai ekspresi niat konsumen untuk membeli suatu produk.

II.2.3. Hubungan antara Model dan Tujuan Komunikasi yang dikaitkan Kognisi, Afeksi dan Konasi

Kotler 2003 menunjukkan bahwa pada model AIDA, Attention dan Interest berada pada tujuan komunikasi untuk mencapai tahapan kognisi, sedangkan Desire berada pada tahapan Afeksi. Tahapan perilaku atau konasinya berupa Action. Bagaimana hubungan antara sikap dengan tahapan afeksi, hal ini dijelaskan oleh Communication Model gambar II.3 sikap termasuk didalam afeksi. Sikap masuk kedalam afeksi ditegaskan kembali oleh Prasetijo 2005 dalam model Single Component Attitude yang menyatakan model tersebut memberlakukan afeksi sebagai sikap attitude itu sendiri, namun beberapa pendapat ahli lainnya berpendapat lain yang menyatakan sikap itu sendiri adalah kognisi, afeksi, serta konasi ABC model atau Three Component Attitude Model . Namun pandangan bahwa sikap adalah ketiga komponen tersebut ditentang oleh Setiadi yang berdasarkan pendapat sikap yang diajukan oleh Thursotone 1993 yaitu jumlah pengaruh yang dimiliki seseorang atas atau menentang suatu objek serta pendapat dari Fishbein yang memandang sikap sebagai suatu konsep satu dimensi sederhana adalah yang paling penting. Yang ditegaskan kembali oleh Setiadi yang menyatakan bahwa sikap mewakili perasaan senang atau tidak senang konsumen terhadap objek yang dipertanyakan, sedangkan kepercayaan kognisi dan keinginan untuk bertindak conation dipandang memiliki hubungan dengan sikap dan merupakan konsep kognitif yang terpisah, bukan merupakan bagian dari sikap itu sendiri. Dari pengertian hubungan antara kepercayaan dan evaluasi, serta konasi Fishbein inilah lahirlah teori sikap Multiatribut Fishbein dan Theory Reasoned Action. Michael Ray, dalam Belch, G.E. .Belch M 2001 menjelaskan Alternative Response Hierarchy yang berkaitan juga dengan perilaku pembelian konsumen yang diungkapkan oleh Assael, dalam Morrisan 2007 yang membaginya atas tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan merek. Tiga jenis hirarki yaitu Standard Learning Hierarchy, DissonanceAttribution Hierarchy ,dan Low Involvement Hierarchy. Standard Learning Hierarchy sama seperti urutan dalam model komunikasi pada Tabel II.1. yang berlaku umum untuk pembelian yang rumit termasuk produk yang mahal, jarang dibeli, beresiko dan berfungsi untuk ekspresi diri.yang berupa learn-feel-do cognitive- affective-conative. DissonanceAttribution Hierarchy yang menjelaskan alasan ketidaknyamanan dari merek sebelumnya yang telah dibeli, bisa saja di merk lain hal tersebut tidak terjadi, dengan pencarian info yang tidak terlalu intensif seperti hirarki yang pertama, sehingga yang terlihat adalah konsumen langsung melakukan pembelian dengan tahapan do-feel-learn conative-affective- cognitive . Low Involvement Hierarchy berlaku pada perilaku pembelian yang rutinkebiasan dan mencari variasi bila perbedaan antara merek besar. Konsumen melakukan learn-do-feel conative-cognitive-affective. Model yang hampir serupa juga dikemukakan oleh Zinkhan et all., dalam Arnould et all. 2002 yaitu Three Hierarchy of Effects Model. Dipertegas kembali oleh Lilien Kotler 1983 yang mengambil pendapat Assael untuk menjelaskan classification of types of consumer behavior . Menurut penulis, teori Alternative Response Hierarchy, dimana proses cognitive , affective, dan conative terkadang berbeda urutannya, namun secara psikologis baik dari Ahmadi 1992 ataupun dari Sanafiah 2005 tetaplah berurutan sesuai dengan urutan proses kognisi, afeksi, dan konasi, walaupun kegiatan tersebut dengan kadar yang lebih rendah misalnya pembelian karena kebiasan conative-cognitive-affective sebenarnya berasal dari 1cognitive-2 affective -3conative-4cognitive-5affective. Namun karena proses di nomor 1 dan 2 kadarnya rendah seolah-olah langsung ke proses conative. Hal ini sesuai dengan gambaran perbuatan Ahmadi, 1992 yaitu stimulus-reseptor- pusat-efektor-respon. Berikut ini tujuan komunikasi yang digambarkan dengan response hierarchy models Kotler 1997. MODELS AIDA Model Hierarchy-of- Effects Model Innovation-Adoption Model Communications Model Stages Attention Awareness Exposure Awareness Reception Knowledge Interest Cognitive Response Liking Interest Attitude Desire Preference Evaluation Intention Conviction Trial Adoption Action Purchase Behaviour Cognitive Stage Affective Stage Behaviour Stage Sumber: Kotler 2003 Gambar II.3 Response Hierarchy Models Anthony A. Greenwald, dalam Belch, G.E. .Belch M 2001 malah telah mengembangkan lebih jauh lagi ke dalam model The Cognitive Response Approach yang mengkaitkan bagaimana proses kognisi konsumen dengan pesan- pesan iklan advertising messages membentuk sikap yang berakhir dengan purchase intention . Dalam tesis ini penulis hanya menyusun variabel independen dari variabel- variabel yang terlibat dalam penyusunan kalimat iklan SMS dengan model komunikasi AIDA sebagai respon konsumen terhadap iklan SMS.

II.2.4. Pengaruh Lingkungan Pada Perilaku Konsumen

Menurut Morrisan 2007 konsumen tidak membuat keputusan pembelian pada suatu lingkungan yang terisolasi. Konsumen berada di tengah masyarakat dan berinteraksi dengan masyarakat tempat ia berada.

II.2.5. Model Input, Proses, dan Ouput Pembuatan Keputusan Konsumen

Akhirnya dari penjelasan panjang lebar pada bagian diatas gambar berikut adalah model yang dikemukakan oleh Schiffman Kanuk , dalam Prasetijo 2005, menggambarkan pengambilan keputusan konsumen terdiri dari input, proses dan output. Dibagian input dipengaruhi oleh usaha-usaha pemasaran Marketing Mix 4 P dan lingkungan sosial budaya yang terdiri dari keluarga, sumber informal, sumber non komerisial, kelas sosial, kelas budaya, dan kelas subbudaya. Dibagian output terdiri dari akitivitas pembelian dan evaluasi pasca pembelian. Pengaruh Eksternal Usaha – Usaha Pemasaran Perusahaan 4 P Lingkingan Sosial Busaya : Keluarga, Sumber Informal, Sumber Non Komersial, Kelas Sosial, Budaya dan Subbudaya Input Pengambilan Keputusan Konsumen Proses Prilaku Pasca Keputusan Sadar Akan Kebutuhan Mencari Sebelum Membeli Mengevaluasi Alternatif Area Psikologis 1. Motivasi 2. Persepsi 3. Pembelajaran 4. Kepribadian 5. Sikap Pengalaman Pembelian 1. Percobaan 2. Pembelian Ulang Evaluasi Pasca Beli Output Sumber: Prasetijo 2005 Gambar II.4. Model Input, Proses, dan Output Pembuatan Keputusan Konsumen

II.3. Komunikasi dan Perilaku Konsumen

Setelah mengetahui seluk-beluk pengaruh internal pada perilaku konsumen dalam bagian sebelumnya, bagian ini membahas mengenai salah satu cara mempengaruhi konsumen secara eksternal, yaitu melalui suatu kegiatan pemasaran yang disebut komunikasi. Karena komunikasi yang dimaksud ditujukan untuk mempengaruhi faktor-faktor internal konsumen, maka pemasar menyebutnya sebagai komunikasi persuasif Prasetijo, 2005. Pertama-tama dipaparkan tentang apa yang dikatakan oleh para pakar komunikasi tentang komunikasi itu sendiri, dan kemudian bagaimana dengan implementasinya dalam komunikasi pemasaran. Prasetijo 2005 menjelaskan lebih lanjut bahwa pesan yang disampaikan dalam komunikasi itu harus cukup efektif untuk mencapai sasaran. Untuk itu, strategi komunikasi yang meliputi pemilihan pesan, pemilihan sumber yang menyampaikan pesan, dan pemilihan media yang digunakan harus dirancang secermat mungkin. Semuanya sudah tentu dimulai dengan segmenting dan targeting yang kemudian menentukan positioning produk seperti yang diinginkan oleh pemasar. Setelah itu, dirancang komunikasi yang dapat mempengaruhi sasaran yang ingin dibidik. Pemasar mengharapkan pengaruh itu dapat diterima konsumen melalui proses pembelajarannya dan kemudian konsumen bisa membentuk persepsi positif mengenai produk sesuai dengan positioning yang diinginkan pemasar.

II.3.1. Konsep Komunikasi

Komunikasi pada dasarnya adalah semua praktik yang dilakukan untuk memberikan atau saling bertukar informasi. Secara spesifik, seperti yang dikatakan oleh Schiffman dan Kanuk, dalam Prasetijo 2005, komunikasi adalah transmisi pesan dari pengirim ke penerima dengan menggunakan suatu bentuk signal yang dikirim melalui suatu media tertentu. Komunikasi pemasaran berusaha untuk mentransmisikan pesan pemasaran dari perusahaanprodusen kepada konsumen sasarannya dengan menggunakan bentuk signal yang dikirim melalui media yang memiliki akses ke konsumen sasaran itu. Komunikasi pemasaran ini selalu diusahakan secara efektif sampai dan diterima oleh konsumen sasaran, dalam arti dapat mempengaruhi perilakunya. Misalnya, dari tidak mau membeli menjadi perilaku beli, dari tidak suka menjadi suka, dari tidak tahu menjadi tahu, dan sebagainya.

II.3.2. Model Komunikasi Pemasaran

Model komunikasi ini diungkapkan oleh Setiadi 2003 dalam Gambar II.4: 1 Sumber: pihak yang mengirimkan pesan kepada konsumen. 2 Encoding:proses menterjemahkan tujuan komunikasi ke dalam bentuk pesan yang dikirimkan kepada penerima. 3 Transmisi: penyampaian pesan melalui media. 4 Decoding:penerima pesan memberi interpretasi atas pesan yang diterima. 5 Tindakan: tindakan konsumen setelah menerima pesan. Hal yang sama dikemukakan Prasetijo 2005 tentang proses komunikasi yang menguraikan lebih lanjut proses encoding yang terlibat dalam pengiriman informasi melalui media berupa signal yang dikirimkan bisa verbal, atau non verbal. Menurut Setiadi 2003 bahwa encoding adalah pihak yang menginterpretasikan pesan dari sumber ke konsumen seperti yang disebutkan dalam gambar. Sedangkan Kotler 2003 menyatakan bahwa tindakan sebagai responsetanggapan dan penambahan adanya noise yang mengganggu proses komunikasi. Umpan Balik Transmisi Pesan Decoding Tindakan Encoding Sumber Agency, tenaga penjual,iklan, personal selling, sales promotion, public relation, direct marketing Radio, TV, Surat Kabar, Majalah, Brosur Respon Interpretasi oleh penerima Perilaku Konsumen Pemasar Sumber: Setiadi 2003 Gambar II.5. Model Komunikasi Perlu diketahui bahwa komunikasi diterima oleh manusia melalui kelima inderanya. Belaian kulit, rasa lidah, bau hidung, penglihatan mata, dan bunyi telinga, semuanya merupakan signal yang diterima oleh sistem sensorik melalui panca indera itu. Setelah audiens menerima signal yang bermakna, maka dia mempunyai pengetahuan dan keyakinan baru yang digabungkannya dengan pengetahuan dan keyakinan yang sudah dia miliki dari pengalaman sebelumnya. Kemudian terjadi perubahan pengetahuan, sikap dan keyakinan baru yang mendorong audiens untuk bertindak, membeli atau menolak produk. Bila audiens bertindak positif sesuai yang dimaksud sumber ataupun negatif tidak sesuai yang diinginkan sumber, maka hal ini merupakan timbal balik untuk sumber yang diperlakukan sebagai acuan dalam merancang perubahan dalam unsur-unsur komunikasi, baik untuk mempertahankan sikap dan keyakinan yang sudah ada maupun untuk meningkatkan sikap yang mendorong tindakan membeli.

II.3.2.1. Sumber Komunikasi

Sumber komunikasi bukan saja merupakan bagian integral dari proses komunikasi itu sendiri tetapi juga merupakan inisiator pesan yang mempunyai pengaruh vital terhadap dampak pesan. Klasifikasi sumber komunikasi konsumen: 1 Sumber informal, misalnya teman, keluarga, tetangga, teman sekerja, dan lain- lain, yang secara teratur berkomunikasi dan dalam komunikasi itu menyebutkan suatu bentuk informasi suatu produk atau jasa. 2 Sumber formal termasuk wakil organisasi-organisasi formal atau perusahaan, seperti salesman, juru bicara perusahaan, atau kandidat politik yang sedikit banyak menerima kompensasi atas usahanya mempengaruhi atau membujuk konsumen untuk bertindak sesuai dengan petunjuknya. 3 Sumber impersonal biasanya organisasi-organisasi baik komersial atau non komersial non profit seperti manufaktur, institusi, pemerintah, dan lain-lain, yang ingin mempromosikan ide, produk, jasa atau citra organisasi kepada konsumen. Sedangkan Kotler 2000 menyatakan bahwa sumber informasi konsumen digolongkan ke dalam 4 empat kelompok: 1 Sumber pribadi: keluarga, teman, tetangga, kenalan. 2 Sumber komersil: iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan di toko. 3 Sumber publik: media massa, organisasi penentu peringkat konsumen. 4 Sumber pengalaman: penanganan, pengkajian dan pemakaian produk Mengenai pengaruh relatif sumber informasi serta jumlahnya bergantung pada ketegori produk dan karakteristik pembeli dan umumnya konsumen mendapatkannya dari sumber komersial, namun informasi yang paling efektif berasal dari sumber pribadi Kotler, 2000. Dalam kaitannya dengan pembelian yang lebih kompleks, iklan melalui SMS hanyalah sebagai pelengkap iklan media lain dikarenakan iklan SMS tidak dapat menampilkan gambar, hanya berupa teks saja.

II.3.2.2. Hambatan Komunikasi

Secara umum, proses komunikasi tidak berjalan selancar yang dibayangkan. Dalam perjalanannya, ide pesan dari benak pengirim atau sumber, untuk sampai kepada benak penerima mengalami berbagai macam rintangan yang menghadang dan menghambat. Rintangan komunikasi dapat timbul dan sebab-sebab yang sifatnya fisik psikologis: 1 Fisik: sebab-sebab fisik dapat berupa cacat fisik pada sumber atau penerima sehingga encoding dan decoding tidak dapat dilakukan dengan tepat. Bisa juga berasal dari kegagalan media untuk mentransmisikan pesan misalnya, radio yang rusak, koran yang sudah using, SMS yang tidak sampai. 2 Psikologis: yang menghambat keberhasilan komunikasi, terutama komunikasi pemasaran mencakup: a Selective Exposure Selektivitas dalam hal melihat atau mendengar dan Selective Perception Selektivitas dalam Mempersepsi Informasi. Keduanya menyaring informasi yang diterima audiens, yang juga merupakan bagian dari consistency atau balance theory yang mengatakan bahwa individu mencari informasi yang konsisten dengan kebutuhan, minat b Selective Attention dan Selective Retention. Individu cenderung selektif dalam memberikan perhatian pada suatu exposure dan selektif pula dalam menyimpan informasi sesuai dengan kebutuhan, nilai-nilai, sikap dan perilakunya. Apa yang diingat seseorang selalu apa yang dibutuhkan saat itu. c Psychological Noise terjadi bila pikiran penerima pesan tidak terpusat pada komunikasi yang sedang berjalan karena sedang memikirkan hal lain. Oleh sebab itu, iklan ditayangkan berulang-ulang classical conditioning supaya pesan bisa diterima dengan baik. d Massa sebagai individu-individu penerima yang masing-masing Unik. Keyakinan ini seringkali berlebihan. Penerima pesan adalah individu- individu yang sama sekali berbeda antara satu dengan lainnya. Tetapi sekali lagi ditegaskan di sini bahwa betapa pun berbedanya satu individu dengan individu yang lain, sebetulnya individu-individu itu mempunyai sifat-sifat khusus yang kurang lebih sama. Ini terbukti pada usaha membuat segmentasi pasar. e Penerima Ganda, termasuk di dalamnya pedagang perantara seperti distributor, grosir dan pengecer dan publik lain yang penting untuk hidup mati perusahaan. II.3.3. Mengembangkan Komunikasi yang Efektif Kotler 2003 menyatakan 8 delapan langkah dalam mengembangkan komunikasi yang efektif yaitu: ”indentify target, determine objectives, design message, select channel, establish budget, decide on media mix, measure result, manage integrated marketing communication” . Setiap unsur yang terlibat dalam proses komunikasi pemasaran merupakan unsur yang penting. Di bawah ini, penulis mencoba menelusurinya untuk hal-hal yang penting sebagai berikut.

II.3.3.1. Tujuan Komunikasi Pemasaran atau Promosi

Tujuan komunikasi dapat berupa kognitif cognitif, pengaruh affective, atau perilaku behaviour yaitu perusahaan berusaha memasukkan sesuatu kedalam pikiran konsumen, mengubah sikap atau mendorong konsumen bertindak Kotler, 2003. Dapat dilihat Gambar II.3 Response Hierarchy Models. Periklanan merupakan bentuk komunikasi massa, maka respons konsumen terhadap iklan menjadi rumit untuk diketahui. Seperti dikatakan sebelumnya, konsumen mengalami beberapa tahap proses beli, belajar, mengembangkan sikap positif atau negatif terhadap merek, dan memutuskan untuk membeli atau menolak produk. Dalam hal pengembangan perilaku konsumen pada saat menerima suatu produk yaitu diterima atau ditolaknnya produk tersebut. Bila diterima sering menggunakannya. Bila terpaksa diterima tentunya dengan perasaan yang tidak nyaman. Prasetijo 2005 menyatakan bahwa efek iklan berpengaruh pada setiap tahap proses beli tersebut. Untuk itu, perlu diperhatikan model-model tingkatan dari efek periklanan: yaitu model AIDA dan model Lavidge dan Steiner Hierarchy-of-effects Mode l. Apa yang ingin dikatakan di sini adalah bagaimana pemasar dapat mengupayakan dan merancang komunikasi pemasaran yang paling bisa mempengaruhi audiens untuk setiap tahap efek iklan tersebut Prasetijo, 2005.

II.3.3.2. Pesan Efektif

Pesan bisa berupa pikiran, ide, sikap, citra atau informasi lain yang ingin diekspresikan oleh si pengirim kepada audiens yang dituju. Kotler 1997 menyatakan: ”Memformulasikan pesan memerlukan pemecahan atas empat masalah: apa yang dikatakan isi pesan, bagaimana mengatakannya secara logis struktur pesan, bagaimana mengatakannya secara simbolis format pesan, dan siapa seharusnya mengatakannya sumber pesan”.

II.3.3.2.1. Isi Pesan

Seperti yang dijelaskan oleh Kotler 1997 bahwa komunikator harus memperhatikan apa yang dikatakan kepada audiens sasaran agar menghasilkan tanggapan yang diharapkan. Dalam menentukan isi pesan yang terbaik yaitu berupa perancangan pesan yang berkaitan dengan penentuan daya tarik pesan, tema, ide, atau usulan penjualan yang unik 1 Daya tarik appeals atau himbauan pesan Kotler 19927 juga membagi daya tarik pesan itu terbagi atas daya tarik rasional, daya tarik emosional, serta daya tarik moral. Dalam Ritonga 2005 himbauan pesan lebih tepat ditujukan pada ranah afektif, namun menurut penulis tentunya setelah terjadinya proses evaluatif, ataupun langsung ke hal- hal yang bersifat emosional. Ada tiga jenis daya tarik yaitu: a Daya tarik rasional Daya tarik ini membangkitkan kepentingan diri audiens. Daya tarik ini menunjukkan bahwa produk tersebut menghasilkan benefit seperti yang dikatakan. Contohnya adalah pesan yang menunjukkan kualitas, nilai ekonomis, value, atau performansi. b Daya tarik emosional Daya tarik ini mencoba membangkitkan emosi positif atau negatif yang memotivasi pembelian. Pemasar mencari usulan penjualan emosional Emotiol Selling Preposition-ESP. Produk itu mungkin sama dengan produk pesaing, memiliki asosiasi yang unik bagi konsumennya , komunikasi harus menarik asosiasi ini. Selain itu, komunikator telah menggunakan daya tarik negatif seperti rasa takut, rasa bersalah, dan malu agar orang melakukan hal yang seharusnya mereka lakukan. Rasa takut memang efektif hingga titik tertentu, tetapi menjadi sangat efektif jika tidak terlalu kuat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasa takut yang terlalu kuat atau terlalu lemah tidak seefektif yang moderat dalam membuat konsumen mengikuti yang disarankan. Selain itu, rasa takut bekerja paling baik jika tingkat kepercayaan terhadap sumber tinggi. Komunikator juga menggunakan daya tarik emosional yang positif seperti humor, cinta, kebanggaan, dan kebahagiaan. Namun, tidak ada bukti bahwa pesan yang disampaikan secara humor lebih efektif daripada versi langsung dari pesan yang sama. Para pendukung pesan yang disampaikan secara humor menyatakan bahwa pesan itu menarik dan menciptakan rasa suka dan percaya pada sponsor. Tetapi orang lain berpendapat bahwa humor mengganggu pemahaman terhadap produk, dapat menjemukan, dan dapat mengalihkan perhatian dari produk itu. c Daya tarik moral diarahkan pada perasaan audiens tentang apa yang benar dan tepat. Pesan haruslah tidak bertentangan dengan norma-norma yang diterima oleh semua pihak kecuali disegmenkan untuk kalangan tertentu, dan juga disesuaikan dengan budaya setempat. Daya tarik moral sering digunakan untuk mendorong orang mendukung masalah-masalah sosial, seperti lingkungan hidup yang lebih bersih, hubungan antar ras yang lebih baik, persamaan hak bagi wanita, dan bantuan bagi orang yang kekurangan. Hal ini diperkuat juga oleh Solomon 2002 yang memuat Types of Message Appeals terdiri dari emotional appeals, rational appeals, sex appeals, humorous appeals, fear appeals 2 tema, ide, atau usulan penjualan yang unik. Hal ini diperkuat kembali oleh Solomon 2002 bahwa pesan sebagai art form baik sebagai methaphors subtittues one meaning for another connecting two things that are in some way similar analogi dan resonance similarity in the sound of a word but a difference in meaning.

II.3.3.2.2. Struktur Pesan

Menurut Kotler 1997 efektivitas suatu pesan tergantung juga pada strukturnya. Penelitian Hovland, dalam Kotler 1997 di Universitas Yale menyoroti isi pesan dan hubungannya dengan penarikan kesimpulan, argumen sepihak one- sided argument versus argumen dua pihak two-sided arguments, serta urutan penyajian. 1 Penarikan kesimpulan Beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya lebih mendukung pembuatan kesimpulan bagi audiens daripada membiarkan audiens menarik kesimpulannya sendiri. Namun, penelitian yang lebih baru menunjukkan bahwa iklan yang terbaik adalah iklan yang mengajukan pertanyaan dan membiarkan para pembaca dan pemirsa menarik kesimpulan mereka sendiri. Penarikan kesimpulan yang dinyatakan oleh komunikator mungkin dapat menyebabkan reaksi negatif dalam situasi jika komunikator dianggap tidak dapat dipercaya, jika masalahnya sederhana atau audiens cerdas, jika apa yang disampaikan itu sangat pribadi, namun sebaliknya akan menimbulkan reaksi yang positif untuk produk yang rumit. Lerbinger, dalam Ritonga 2005 mengemukakan hubungan antara penarikan kesimpulan yang dikaitkan dengan kerumitan dengan kognitif. Dalam contoh penarikan kesimpulan ini ditanyakan kepada responden apakah mereka dapat menarik kesimpulan atas iklan SMS Flexi, atau harus diberitahu kesimpulan apa yang terkandung di dalam iklan SMS Flexi. 2 Argumen sepihak versus dua pihak Orang mungkin beranggapan bahwa penyajian sepihak one-sided presentations yang memuji keunggulan suatu produk lebih efektif dibandingkan dengan argumen dua pihak two-sided arguments yang juga menunjukkan kekurangan produk. Namun, pesan dua pihak tersebut mungkin lebih tepat dalam situasi tertentu, terutama jika kesan negatif harus diatasi. Pesan sepihak bekerja paling baik dengan audiens yang awalnya setuju dengan posisi komunikator, dan argumen dua pihak bekerja paling baik pada audiens yang menentang. Pesan dua pihak lebih efektif pada audiens yang berpendidikan lebih baik. Pesan dua pihak cenderung lebih efektif pada audiens yang kemungkinan pernah menerima propaganda sebaliknya. 3 Urutan penyajian klimaks versus antiklimaks Akhirnya, urutan penyajian argumen itu penting. Pada kasus pesan sepihak, menyajikan alasan terkuat lebih dahulu memiliki kelebihan yaitu menarik perhatian dan minat. Hal ini penting di koran dan media lain yang audiensnya sering tidak mengikuti keseluruhan pesan. Namun, ini berarti kesimpulan yang bersifat antiklimaks. Untuk audiens yang sudah tertarik captive audience, penyajian secara klimaks lebih efektif. Dalam kasus pesan dua pihak, masalahnya adalah apakah menyajikan alasan positif terlebih dahulu atau terakhir. Jika audiens awalnya menentang, komunikator dapat memulai dengan argumen pihak lain dan menyimpulkan dengan argumennya yang terkuat. Hal ini diperkuat oleh Solomon 2002 yang menyatakan bahwa penyusunan argument yang terdiri dari One- Versus Two Sided Arguments, dan Drawing Conlusions

II.3.3.2.3. Format Pesan

Menurut Kotler 1997 komunikator harus mengembangkan suatu format yang kuat atas pesannya, misalnya didalam iklan tercetak komunikator harus memutuskan judul, kata-kata, ilustrasi, dan warna. Untuk iklan SMS karena format pesan tidak terdapat judul, maka pemilihan kata, huruf besar, serta tanda petik memainkan peran penting untuk memperkuat pesan.

II.3.3.2.4. Sumber Pesan

Menurut Kotler 1997 pesan yang disampaikan oleh sumber yang menarik atau terkenal lebih menarik perhatian dan mudah diingat yang dimiliki oleh komunikator untuk mendukung pesan yang disampaikannya. Sumber pesan yang baik memiliki: a Kelayakan untuk dipercaya trustworthiness. Kelayakan untuk dipercaya trustworthiness berkaitan dengan anggapan atas tingkat objektivitas dan kejujuran sumber pesan. b Expertise Sesuatu pengetahun khusus dari komunikator yang mampu mensolusikanmeneruskan bila ada klaim. c Likability Kemampuan untuk disukai likability menunjukkan daya tarik sumber di mata pelanggan. Teman lebih dipercaya daripada seorang yang tidak dikenal atau wiraniaga, dan orang yang tidak dibayar untuk merekomendasikan suatu produk dianggap lebih dapat dipercaya daripada orang yang dibayar. Sifat-sifat seperti terus terang, humoris, dan apa adanya membuat sumber lebih disukai. Sumber yang paling dipercaya adalah seseorang yang memiliki peringkat tertinggi pada ketiga kriteria tersebut. Diperkuat kembali oleh Solomon 2002, trustworthiness Source dan Expertise Source sebagai bagian dari Source Credibility, sedangkan Likabality sebagai Source Attractiveness Yang perlu diperhatikan dalam iklan SMS adalah nomor SMS pengirim sebaiknya menandakan bahwa nomor tersebut bukanlah berasal dari pelanggan biasa yang bisa saja dipersepsikan sebagai pelanggan isengyang bermodus penipuan.

II.3.3.2.5. Kaitan antara Isi Pesan dan Sumber Pesan

Menurut Kotler 1997 keadaan kongruen state of congruity, jika seseorang memiliki sikap yang positif terhadap suatu sumber dan suatu pesan, atau sikap yang negatif terhadap keduanya. Prinsip kongruen menyatakan bahwa komunikator dapat menggunakan citra baiknya untuk mengurangi sikap negatif terhadap suatu merek tetapi dalam proses tersebut komunikator itu mungkin kehilangan penghargaan dari audiensnya. Pemilihan Endoser dari selebiriti harus tetap memperhatikan ketentuan ini. Demikian juga joint promo dengan pihak lain, jangan sampai joint promo dengan pihak yang memiliki produk mempunyai persepsi lebih rendah dibandingkan dengan produk sendiri.

II.3.3.3. Audiens

Kotler 2000 menyatakan dalam menentukan target audiens, pemasar perlu melakukan analisis tingkat pengenalan famialiarity dan rasa suka favourable. Dalam survey penelitian ini ditanyakan juga tingkat kesukaannya dan juga sudah berapa lama menggunakan produk. Sedangkan Prasetijo 2005 menyatakan bahwa audiens, yang juga segmen sasaran, merupakan obyek komunikasi pemasaran yang harus dipelajari dengan cermat. Ciri-ciri, sifat, dan kebiasaan mereka perlu dipahami secara menyeluruh. Untuk mengetahui itu semua, pemasar menggunakan hasil-hasil penelitian yang memberikan data tentang audiens. Prasetijo 2005 menjelaskan lebih lanjut tentang audiens bahwa data tersebut meliputi data demografis, geografis, kebiasaan pembelian produk, pilihan merek, penggunaan media, dan lain sebagainya. Berdasarkan data inilah dipilih media mana yang paling mengena untuk sasaran pasar yang dituju. Kadang-kadang iklan yang sama dipasang di beberapa majalah atau koran yang berbeda untuk meliput overlapping audience. Overlapping ini diperlukan dalam rangka memperkuat efek iklan terhadap audience mengingat berbagai kelebihan atau pun kelemahan dari masing-masing media iklan. Hal ini juga berlaku untuk iklan SMS dimana dari segi jangkauan maupun biaya kadangkala harus juga disertai media lain sebagai support -nya.

II.3.3.4. Media Menurut Kotler 2003 terdiri dari media cetak seperti majalah, koran, surat

langsung, dan media penyiaran televisi, radio, media elektronik pita audio, pita video,video disk,CD-ROM, dan media display papan reklame, tanda reklame, poster. Media adalah sarana untuk mentransmisikan pesan dan sumber ke audiens. Media mana yang digunakan merupakan keputusan yang sangat strategis bagi pemasar. Faktor selanjutnya adalah media atau jalur komunikasi yang bisa berbentuk media impersonal, disebut juga mass media atau media massa. Atau, bisa berbentuk interpersonal yang berupa percakapan formal antara staf penjualan dengan konsumennya, percakapan informal antara dua atau lebih orang pada saat tatap muka, melalui telepon, pos, ataupun intemet. Dalam praktik, komunikasi personal juga interpersonal atau impersonal komunikasi massa sudah menjadi kabur dengan dilakukannya komunikasi interaktif melalui televisi Prasetijo, 2005. Berkaitan dengan SMS sebagai media, berkembang seiring dengan kemajuan jaman, yang tadinya media tidak bersifat interaktif menjadi interaktif seperti halnya dengan media massa televisi, radio, internet dapat digunakan media lain untuk mendukung sifat interaktifnya seperti telepon, fax, internet atau SMS itu sendiri. Bila berdasarkan kategori ini SMS dapat dipakai sebagai media direct marketing. Namun seperti juga internet, SMS Marketing dapat juga dianggap sebagai media iklan periklanan dalam kaitannya dengan Marketing Mix. Tabel berikut ini menunjukan berbagai atribut yang dimiliki oleh media sebagai bahan perbandingan. Tabel II.1 Atribut Berbagai Media Atribut Majalah lokal Koran Media Outdoor Tv Radio lokal Direct Mail Tele- marketing Internet telepon Selektif target audien konsumen bagus kurang kurang rata- rata, kecuali TV kabel bagus terbaik terbaik bagus terbaik terbaik Jangkauan terbatas terbaik luas luas terbatas terbatas terbatas terbatas terbatas Dampak pesan rata-rata rata- rata lemah rata-rata rendah kuat kuat lemah kuat Fleksibilit as geografis kurang kurang bagus kurang nasiona l bagus untuk lokal bagus bagus bagus rendah terbaik Proseswa ktu pemasang an iklan lama singkat lama lama nasiona l bagus untuk lokal singkat menengah singkat singkat singkat Kemampu an penetrasi media terhadap audiens lemah kuat lemah sangat kuat sangat kuat kuat sangat kuat sangat kuat sangat kuat Lokasi media paling sering digunakan rumahla innya rumah di luar rumah rumah rumah mobil rumah kantor rumah kantor rumahkan tor rumah kantor mobil Sumber: Morrisan 2007 Lanjutan Tabel II.1 Dari Tabel II.1, setiap media memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing Morrisan, 2007.

II.3.3.5. Menetapkan Bauran Promosi

Total anggaran promosi yang telah disusun, kemudian dialokasikan untuk penggunaan alat promosi seperti iklan, promosi penjualan, direct marketing, public relation dan sales force. Dalam industri yang sama, tiap perusahaan dapat mempunyai alokasi anggaran yang berbeda.Perusahaan selalu mencari cara untuk mendapatkan efisiensi dengan menggantikan alat yang satu dengan yang lain karena lebih hemat dan efektif. Karakteristik dari tiap promotinal tools. Menurut Kotler 2000, Bauran Komunikasi Pemasaran atau dikenal juga dengan bauran promosi: 1. Perikalanan Advertising: Semua bentuk penyajian non personal dan promosi ide, barang atau jasa yang dibayar oleh suatu sponsor tertentu. 2. Promosi Penjualan Sales Promotion: Berbagai insentif jangka pendek untuk mendorong keinginan mencoba atau membeli suatu produk atau jasa. 3. Hubungan masyarakat dan Publisitas Public Relation: Berbagai program untuk mempromosikan danatau melindungi image perusahaan atau produk- produk. 4. Penjualan secara pribadi Personal Selling: Interaksi langsung dengan satu calon pembeli atau lebih untuk melakukan presentasi, menjawab pertanyaan dan menerima pesan. 5. Pemasaran Langsung Direct Marketing: Penggunaan surat, telepon faksimil, e-mail , dan alat penghubung non personal lain untuk berkomunikasi secara langsung dengan atau mendapatkan tanggapan langsung dari pelanggan tertentu dan calon pelanggan.

II.4. Media SMS

Pesan teks SMS text messaging sangat memudahkan dengan biaya yang efektif Ghazali,2006 dari metode direct marketing dan advertising Dengan menggunakan suatu SMS gateway baik dari operator maupun dari ponsel khusus yang difungsikan sebagai SMS Gateway yang bermanfaat untuk: 1 SMS advertising. 2 SMS competitions. 3 SMS polls. 4 Premium SMS . 5 Interactive use of SMS. 6 Customer loyalty initiatives . Manfaat tersebut disarikan dari berbagai sumber dan dalam makalah ini penulis lebih cenderung memanfaatkannya dalam kategori SMS Advertising.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kota Medan pada daerah pelayanan Kantor Daerah Telekomunikasi Medan Jl. H.M. Yamin No. 13 yang dilakukan dari bulan Agustus sampai dengan bulan Desember 2008. III.2. Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei. dengan kuesioner yang diberikan kepada sampel pelanggan Flexi di kota Medan sekitarnya. Survei adalah penelitian yang menggunakan kuesioner dan digunakan untuk menarik kesimpulan atas sampel terhadap populasi sehingga dipastikan menggunakan hipotesis dan alat statistik data Bungin, 2005. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yaitu untuk mengetahui pengaruh penyusunan kalimat SMS yang tepat terhadap perilaku konsumen Kandatel Medan. Penelitian deskriptif kuantitatif meliputi pengumpulan data untuk diuji hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai status terakhir dari subjek penelitian Kuncoro, 2003. Sifat penelitian ini adalah deskriptif eksplanasi, yaitu penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain Sugiono, 2004.