Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup kelembagaan kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya . Bagi perbankan, sumber dana yang diperoleh untuk pembangunan hampir 70 berasal dari masyarakat berupa tabungan, deposito, giro dan kemudian disalurkan dalam bentuk pemberian kredit, baik untuk kredit investasi, modal kerja, kredit konsumsi dan kredit lainnya dan hal ini yang lebih dikenal sebagai fungsi intermediasi bank. Oleh karena itu, bank juga sering disebut sebagai lembaga kepercayaan yang harus dijaga agar tidak terjadi kebangkrutan dan salah urus, perlu dilakukan pengaturan dan pengawasan oleh Bank Indonesia. Di Indonesia, fungsi intermediasi bank ini juga pengaruhnya cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, hal ini terlihat pada saat perbankan menurunkan realisasi pemberian kreditnya maka pertumbuhan ekonomi akan mengalami perlambatan. Dengan perannya yang demikian besar itu, tak heran jika maju mundurnya perekonomian Indonesia sangat tergantung pada efektivitas sistem perbankan. Indonesia sendiri pernah mengalami krisis perbankan pada tahun 1998 yang mengakibatkan banyaknya bank yang ditutup. Buruknya kualitas perbankan antara lain dicerminkan dari lemahnya kondisi-kondisi internal sektor perbankan, buruknya moral sumber daya manusia, lemahnya manajemen bank, serta belum ketatnya pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Jumlah bank banyak menciptakan persaingan yang ketat dan membuat kinerja beberapa bank rendah karena tidak mampu bersaing dengan pasar. Sehingga cukup banyak bank yang tidak sehat atau bahkan defisit secara finansial. Sehat atau tidak sehat pada perbankan, dapat diukur dari proyeksi kinerja keuangannya. Terutama pada proyeksi profitabilitas dalam operasional perusahaan perbankan tersebut. Berikut jumlah perkembangan bank dari tahun 2007-2014: Sumber : www.bi.go.id Grafik 1.1 Jumlah Bank Umum Semenjak krisis 1998, BI merevitalisasi jumlah perbankan di Indonesia. Banyak bank-bank di merger dan akuisisi. Jumlah bank cenderung mengalani penurunan dari tahun 2007-2014. Hal itu disebabkan BI mengefisiensi perbankan, dimana bank-bank yang relatif kurang sehat dikonsolidasi untuk memperkuat ketahanan perbankan. Berbagai kejadian aktual, tentang perbankan seperti merger dan likuidasi selalu dikaitkan dengan kesehatan bank. Bank CIMB Niaga dan Bank Lippo melakukan merger tahun 2008. Hal paling fenomenal adalah kasus Bank Century, 130 126 131 122 121 120 120 119 110 115 120 125 130 135 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Jumlah Bank Umum Jumlah Bank Umum posisi CAR minus 3,53 dan ditetapkan sebagai bank gagal pada tanggal 20 November 2008. Menurut Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, perusahaan perbankan yang ada di Indonesia dilihat dari segi fungsinya yaitu bank persero, bank umum swasta nasional devisa, bank umum swasta nasional non devisa, bank pembangunan daerah, bank campuran dan bank asing. Bank yang diteliti adalah Bank Badan Usaha Milik Negara Persero yang ada di Indonesia. Bank Badan Usaha Milik Negara Persero tersebut terdiri dari 4 empat yaitu PT. Bank Negara Indonesia, PT. Bank Rakyat Indonesi, PT. Bank Tabungan Negara, dan PT. Bank Mandiri. Bank BUMN dipilih karena BUMN perbankan menjadi salah satu sumber pendapatan Negara yang cukup memegang peran penting. Bank BUMN juga bank dengan aset terbesar dan dituntut untuk dapat menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat. Berikut ini adalah pemaparan Return on Asset dari Bank BUMN yang menjadi sampel dalam penelitian ini: Tabel 1.1 Return on Asset Bank BUMN Bank BUMN Dalam Rasio 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 BRI 4.61 4.18 3.73 4.64 4.93 5.15 5.03 4.74 Mandiri 2.4 2.69 3.00 3.4 3.41 3.55 3.66 3.57 BNI 0.85 1.1 1.7 2.5 2.90 2.90 3.4 3.49 BTN 1.92 1.8 1.47 2.05 2.03 1.94 1.79 1.12 Sumber: Statistika Bank Indonesia tahun 2007-2014 Bedasarkan Tabel 1.1 rasio Return on Asset ROA pada seluruh Bank BUMN periode 2007 hingga 2014 pada setiap periode mengalami kenaikan dan penurunan. Kenaikan dan penurunan pada setiap tahunnya dapat disebaabkan oleh tingkat kepercayaan masyarakat untuk menyimpan uangnya di bank yang bersangkutan dan juga mengakibatkan kenaikan dan penurunan ROA pada setiap tahunnya. Meningkat dan menurunnya ROA Bank BUMN tahun 2007-2014 mencerminkan kinerja perbankan BUMN yang fluktuatif. Ketidakstabilan tersebut bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti perkembangan produk jasa perbankan sehingga menghasilkan fee-based income, efisiensi operasional, dan jumlah pertumbuhan kredit yang menghasilkan bunga. Hal tersebut yang menentukan ROA Bank BUMN berubah. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor: 610PBI2004, salah satu alat untuk mengukur kesehatan Bank adalah dengan analisis CAMELS Capital, Assets, Management, Earning, Liquidity, Sensitivityr to market. Aspek permodalan meliputi CAR Capital Adequacy Ratio , aspek Assets meliputi NPL Non Performing Loan dan Bank Size yang diproksikan oleh Total Assets, aspek Rentabilitas meliputi ROA Return on Asset, BOPO Biaya Operasi Terhadap Pendapatan Operasi dan NIM Net Interest Margin, aspek likuiditas meliputi LDR Loan to Deposit Ratio. Aspek-aspek tersebut kemudian dinilai dengan menggunakan rasio keuangan sehingga dapat menilai kondisi keuangan perusahaan perbankan. Penelitian indikator awal krisis perbankan yang dilakukan oleh Florencia 2011, menyatakan bahwa penurunan likuiditas LDR disebabkan oleh penarikan dana besar-besaran oleh pihak ketiga. Hal ini apabila tidak segera ditangani akan menimbulkan permasalahan lanjutan berupa permasalahan solvabilitas CAR karena bank akan terpaksa memberikan insentif bunga simpanan yang sangat tinggi. Perang suku bunga yang tinggi akan menggerus nilai NIM. Efisiensi bank BOPO juga terkena dampaknya karena didalamnya terdapat beban bunga. Beban bunga akan mempengaruhi kemampuan Bank dalam memperoleh profitabilitas ROA. Sehingga, semua rasio tersebut berpengaruh pada penurunan ROA. Penurunan likuiditas juga menyebabkan bank-bank selektif dalam memberikan kredit untuk menjaga angka rasio NPL. Salah satu implikasi bagi bank sebagai akibat dari timbulnya kredit bermasalah tersebut adalah hilangnya kesempatan untuk memperoleh income pendapatan dari kredit yang diberikannya, sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi profitabilitas ROA bank Dendawijaya, 2005. Ukuran kinerja profitabilitas perbankan dapat diukur dan dilihat melalui laporan keuangan bank dengan menganalisis dan memperhitungkan rasio-rasio dalam kinerja keuangan. Analisis laporan keuangan adalah sebuah cara yang sangat penting untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan posisi keuangan perbankan serta prestasi yang telah dicapai sehubungan dengan penentuan strategi perusahaan yang akan diimplementasikan Dengan dilakukannya analisis keuangan masa lampau maka dapat diketahui berbagai kelemahan, serta hasil yang dianggap cukup baik, dan mengetahui potensi kegagalan suatu perusahaan. Return on Asset ROA mencerminkan kemampuan perusahaan dalam mengelola seluruh sumber daya total aktiva dalam menghasilkan laba. Menurut Simamora 2010: 529, dalam bukunya Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan, menyatakan ROA merupakan suatu ukuran keseluruhan profitabilitas perusahaan. Oleh karena itu, rasio ini merupakan ukuran yang tepat jika perusahaan ingin mengevaluasi seberapa baik perusahaan telah memakai dan mendapat imbalan dari dananya, tanpa memperhatikan besarnya relatif sumber dana tersebut. ROA lebih memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam operasi perusahaan. Bank Indonesia juga lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan ROA karena Bank Indonesia lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang dananya sebagian besar berasal dari simpanan masyarakat, sehingga ROA lebih mewakili dalam mengukur tingkat profitabilitas bank Dendawijaya, 2001 Jumlah modal yang dimiliki bank mempengaruhi kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan. Rasio yang umum digunakan untuk menilai kecukupan modal bank adalah Capital Adequacy Ratio CAR Siamat, 2005:290. Dengan meningkatnya rasio ini, maka akan berpengaruh pada meningkatnya laba suatu bank, karena kerugian-kerugian yang ditanggung bank dapat diserap oleh modal yang dimiliki oleh bank tersebut. Laba merupakan komponen pembentuk rasio Return on Assets ROA, jadi semakin besar CAR akan berpengaruh kepada semakin besarnya Return on Assets ROA bank tersebut Muljono, 2002. Tingginya persaingan bisnis perlu disikapi dengan meningkatkan efisiensi. Upaya peningkatan efisiensi dilakukan dalam lingkup yang luas, diantaranya melalui pengelolaan biaya secara efisien untuk menghasilkan peningkatan biaya operasional yang minimal dan pengembangan sumber daya manusia. Menurut Riyadi 2004, Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam kegiatan operasinya. Jika rasio BOPO semakin meningkat berarti biaya operasi semakin besar, sehingga pada akhirnya Return on Assets ROA bank menurun. LDR menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan yang dilakukan oleh nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini, semakin rendah kemampuan likuiditas bank Simorangkir, 2004:147. Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan menentukan laba bank. Peningkatan LDR berarti dana yang disalurkan dalam bentuk kredit semakin besar sehingga pendapatan bunga bertambah dan laba bank akan meningkat. Peningkatan laba tersebut mengakibatkan ROA semakin tinggi. Rasio NPL digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Risiko kredit yang diterima oleh bank merupakan salah satu risiko usaha bank, yang diakibatkan dari ketidakpastian dalam pengembaliannya atau yang diakibatkan dari tidak dilunasinya kembali kredit yang diberikan oleh pihak bank kepada debitur. Semakin tinggi rasio ini, maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar dan menyebabkan kerugian, sebaliknya jika semakin rendah NPL maka laba atau profitabilitas ROA bank tersebut akan semakin meningkat Hasibuan, 2008. Bank-bank BUMN merupakan kelompok bank dengan aset tebesar di Indonesia. Seperti yang terlampir dalam website Otoritas Jasa Keuangan OJK, Bank Mandiri dn BRI merupakan bank nomor 1 dan 2 dengan total aset terbesar, sedangkan BNI dan BTN peringkat 3 dan 4. Hal ini berhubungan dengan variabel Bank Size, dimana bank-bank dengan jumlah aset besar, namun tidak dapat menjaga kualitas aset dan rentabilitasnya akan berdampak menurunnya rasio ROA. Selain itu juga perusahaan besar lebih mudah untuk mendapatkan tambahan dana, dan juga lebih leluasa untuk berinvestasi di pasar modal. Berikut adalah kinerja bank yang diukur dengan BOPO, NPL, CAR, LDR, NIM dan Bank Size terhadap ROA pada Bank BUMN di Bursa Efek Indonesia BEI pada tahun 2014 Tabel 1.2 Perkembangan Rasio Kinerja Keuangan Bank BUMN di BEI tahun 2014 No Bank BOPO NPL CAR LDR NIM Size ROA 1 BRI 65,37 0,36 18,31 81,68 8,51 27,41 4,74 2 Mandiri 76,2 2,4 19,8 88,65 5,97 27,47 2,9 3 BNI 69,78 0,39 16,22 97,91 6,2 26,75 3,49 4 BTN 89,19 4,01 14,64 108,61 4,47 25,69 1,07 Sumber: www.idx.co.id Pada Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa Bank Mandiri memiliki nilai CAR yang tertinggi, yaitu 19,8 dan memiliki nilai ROA sebesar 2.9. Sementara itu, Bank BNI yang memiliki nilai CAR lebih rendah dari Bank Mandiri, yaitu sebesar 16,22 justru memiliki nilai ROA yang lebih tinggi, yaitu sebesar 3,49. Hal ini bertentangan dengan teori yang ada yang menyatakan bahwa semakin besar nilai CAR akan berpengaruh kepada semakin besarnya ROA. Demikian juga dengan teori yang menyatakan bahwa LDR berbanding lurus dengan ROA bank, tidak selalu benar. Bank BTN memiliki nilai LDR yang tertinggi, yaitu sebesar 108,61. Bank BRI yang memiliki nilai LDR hanya sebesar 81,68, justru memiliki nilai ROA yang lebih tinggi dari Bank BTN, yaitu sebesar 4,74. Hal ini bertentangan dengan teori yang ada. Fenomena ini menarik untuk diteliti lebih lanjut. Berdasarkan pada fenomena-fenomena pada paparan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Beban Operasional Pendapatan Operasional, Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Net Interest Margin, dan Bank Size terhadap Return on Asset pada Bank BUMN Go Public di Bursa Efek Indonesia”

1.2 Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Beban Operasi Terhadap Pendapatan Operasi, Net Interest Margin, Dan Loan To Deposit Ratio Terhadap Return On Asset Pada Bank Pembangunan Daerah

1 85 110

Pengaruh Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional, Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, dan Net Interest Margin terhadap Return on Asset pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Bursa Efek Indonesia

0 62 107

Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Net Interest Margin, Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional dan Loan to Deposit Ratio yang Berimplikasi pada Profitabilitas Bank Mutiara

1 5 140

Pengaruh CAR, NPF, FDR dan BOPO Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah (Periode 2011-2015)

1 9 152

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Loan to Deposit Ratio (LDR) (Studi Empiris pada Bank BUMN Persero di Indonesia Periode 2008-2014)

0 5 118

Pengaruh Rentabilitas Dan Likuiditas Terhadap Capital Adequacy Ratio (Car) Sektor Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012 - 2015

0 3 96

PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON PERFORMING LOAN, BIAYA OPERASIONAL/PENDAPATAN OPERASIONAL, NET INTEREST MARGIN, LOAN DEPOSIT RATIO TERHADAP PERUBAHAN LABA.

0 3 20

Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan To Deposit Ratio (LDR), Net Interest Margin (NIM), Non Performing Loan (NPL), Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO) Terhadap Return On Asset (ROA)

0 6 107

Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Net Interest Margin, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, dan Loan to Deposito Ratio terhadap Rentabilitas Bank Devisa Terbuka yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 9 135

Pengaruh Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional, Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, dan Net Interest Margin terhadap Return on Asset pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Bursa Efek Indonesia

0 14 107