1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi IPTEK dewasa ini berkembang sangat pesat. Untuk dapat bersaing dengan dunia luar dituntut
adanya pengetahuan yang tinggi pula dari masyarakatnya. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan
dirinya sehingga mampu untuk menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, pembangunan di
bidang pendidikan merupakan sarana dan wahana yang sangat baik dalam pembinaan Sumber Daya Manusia SDM. Oleh karena itu pendidikan perlu
mendapat perhatian dari pemerintah, masyarakat dan pengelola pendidikan khususnya.
Bangsa atau negara yang maju adalah bangsa yang senantiasa peduli dengan pendidikan masyarakatnya, dengan pendidikan yang tinggi maka
masyarakatpun akan merasakan kenyamanan, kesejahteraan bahkan meningkatkan derajat orang atau masyarakat tersebut. Hal ini sesuai dengan
firman Allah SWT dalam Al-qur’an yang berbunyi :
َﯾ ِ ﻊَﻓ ْﺮ
ُﷲ َﻦﯾِﺬﱠ ﻟا
اﻮُﻨَ ﻣاَ ء ْﻢُﻜﻨِﻣ
َﻦﯾِﺬﱠ ﻟاَ و اﻮُﺗوُ أ
َ ﻢْ ﻠِﻌْ ﻟا َﺟَرَد
ٍتﺎ ُﷲَ و
ﺎَ ﻤِ ﺑ َنﻮُ ﻠَ ﻤْﻌَﺗ
ُ◌ُﺮﯿِ ﺒَﺧ
“… Allah akan meninggikan orang-orang beriman diantara kamu dan orang- orang yang berilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu
kerjakan.” QS. Al-Mujadallah [58] : 11. Allah SWT akan meninggikan orang yang beriman dan berilmu
berpendidikan di atas orang yang tidak berilmu, begitu juga halnya masyarakat atau suatu bangsa, sehingga dapat dianggap betapa penting dan
berharganya sebuah pendidikan dilihat dalam konsep agama Islam.
2 Sejalan dengan hal tersebut pendidikan saat ini menghadapi banyak
tantangan. Salah satu tantangan yang cukup menarik adalah peningkatan mutu pendidikan yang disebabkan rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.
Berbagai usaha telah dilakukan oleh pengelola pendidikan untuk memperoleh kualitas pendidikan dalam rangka meningkatkan prestasi atau hasil belajar
siswa. Upaya peningkatan prestasi belajar itu tidak mudah untuk dicapai
secara maksimal karena banyaknya faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar itu sendiri. Perbaikan dan penyempurnaan ini meliputi perbaikan pada
sistem pendidikan ataupun dalam hal yang langsung berkaitan dengan praktik pembelajaran seperti pengunaan strategi pembelajaran.
Strategi pembelajaran pada dasarnya adalah pola umum kegiatan guru- siswa dalam perwujudan kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi
sebagai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
1
Dalam kegiatan proses belajar mengajar, strategi pembelajaran mempunyai peranan penting. Setiap
guru yang akan melaksanakan pembelajaran di kelas, disadari atau tidak akan memilih strategi tertentu agar pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan di
kelas berjalan lancar dan hasilnya optimal. Penggunaan strategi pembelajaran yang tepat juga turut menentukan efektifitas dan efisiensi dalam proses
pembelajaran, asalkan diterapkan dengan teknik yang benar sesuai dengan pokok bahasan yang akan disampaikan.
Dalam proses pembelajaran strategi yang diterapkan oleh guru di kelas hendaknya memperhatikan keaktifan siswa dalam belajar. Aktivitas yang
terjadi di dalam kelas selayaknya memberikan ruang bagi siswa untuk berpikir, bertanya maupun mengungkapkan sebuah gagasan. Selain itu siswa
diharapkan tidak belajar hanya dari guru saja tetapi juga belajar dari lingkungan sekitarnya, misalnya dari teman salah satunya melalui kegiatan
diskusi. Sehingga guru tidak lagi mendominasi kegiatan pembelajaran di kelas sekaligus menjadikan siswa sebagai pusat pembelajaran student centere.
1
Syarifudin,dkk, “Strategi Belajar Mengajar”, Jakarta: Diadit media, 2007, h.1
3 Dengan demikian siswa yang aktif mempunyai peluang yang besar untuk
keberhasilan belajarnya dibandingkan dengan siswa yang pasif dan hanya menerima saja.
Sejalan dengan hal tersebut, keaktifan siswa dalam belajar matematika sangat diperlukan seperti yang disebutkan oleh Resnick dalam Sukardjono,
2008 bahwa “belajar matematika adalah membentuk pengertian. Pengertian dan pengetahuan dibentuk oleh siswa yang aktif, bukan hanya diterima secara
pasif dari gurunya”.
2
Oleh karena itu, dalam belajar matematika siswa dituntut aktif dan terampil supaya terlatih dalam memahami konsep dan memecahkan
masalah matematika. Pemahaman konsep dan pemecahan masalah merupakan dua hal yang
penting dalam matematika. Keduanya saling berpengaruh satu sama lain. Namun, pada kenyataannya dalam mempelajari matematika seringkali siswa
kurang memahami konsep yang ada sehingga mereka akan merasa kesulitan dalam pemecahan masalahnya.
Kekurangmampuan siswa dalam memahami konsep mengakibatkan siswa merasa kesulitan dalam mempelajari matematika, sehingga matematika
sering dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit untuk dipahami baik teori maupun konsep-konsepnya. Matematika sering diasosiasikan dengan sesuatu
yang susah, membosankan dan njelimet.
3
Asumsi siswa yang negatif terhadap matematika menyebabkan hasil belajar matematika yang kurang memuaskan rendah. Hal ini dapat dilihat
dari hasil penelitian Suryanto dan Somerset dalam Zulkardi, 2001 terhadap 16 SMP pada beberapa propinsi di Indonesia menunjukkan bahwa hasil tes
mata pelajaran matematika siswa sangat rendah. Demikian juga dengan hasil penelitian Suryadi 2005 terhadap siswa kelas delapan SMP salah satu kota
dan kabupaten di Indonesia yang menemukan bahwa mereka mengalami
2
Sukardjono, Hakikat dan Sejarah Matematika, Jakarta: UT, 2008, Cet.3, h. 1.35.
3
Gelar Dwirahayu dan Munaspriyanto eds., Pendekatan Baru dalam Pembelajaran SAINS dan Matematika Dasar, Jakarta: PIC, IISEP, UIN Jakarta, 2007, Cet.1, h. 1.
4 kesulitan dalam mengajukan argumentasi, menemukan pola dan pengajuan
bentuk umumnya.
4
Rendahnya hasil belajar di atas adalah suatu hal yang wajar jika dilihat dari aktivitas pembelajaran di kelas yang selama ini dilakukan oleh guru. Guru
bertindak sebagai penyampai materi secara aktif, sementara siswa pasif mendengarkan dan menyalin, sesekali guru bertanya dan siswa menjawab,
guru memberi contoh soal dilanjutkan dengan memberi soal latihan yang sifatnya rutin kurang melatih daya nalar. Aktivitas pembelajaran seperti ini
mengakibatkan terjadinya proses penghafalan konsep atau prosedur. Beberapa penelitian membuktikan bahwa perhatian siswa berkurang
dengan berlalunya waktu. Penelitian Polio 1984 menunjukkan bahwa siswa dalam ruang kelas hanya memerhatikan pelajaran sekitar 40 dari waktu
pembelajaran yang tersedia. Sementara penelitian Mc Keachie 1986 menyebutkan bahwa dalam 10 menit pertama perhatian siswa dapat mencapai
70 dan hanya bertahan 20 pada waktu 10 menit terakhir.
5
Selain itu, asumsi siswa mengenai matematika itu sulit juga berakibat buruk pada proses pembelajaran, yakni mereka hanya belajar matematika
dengan mendengarkan penjelasan seorang guru, menghafalkan rumus, lalu memperbanyak latihan soal dengan rumus yang sudah dihafalkan. Secara
mekanik mungkin siswa dapat menyelesaikan soal matematika dengan cepat dan benar, namun hal ini tidak diimbangi dengan pemahaman esensi masalah
sehingga mereka akan kebingungan bila ditanya reasoning-nya. Sejauh ini, ada banyak hal yang bisa dijadikan sebagai alasan untuk
menjelaskan kenapa dalam perkembangannya matematika menjadi bidang ilmu yang cukup “ditakuti” dan “dibenci”. Salah satunya adalah proses
pembelajaran yang selama ini dinilai kurang tepat dalam pembelajaran matematika. Proses ini terkait dengan strategi, model dan media pembelajaran
4
Nurhayati, Pengaruh Pendekatan Realistik Pada Pembelajaran Matematika RME terhadap Kemampuan Berfikir Logis, Bandung: Jurnal pengajaran MIPA vol.13 No.1, April
2009, h. 15.
5
Mel Silberman, Active Learning : 101 Strategi Pembelajaran Aktif Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2007, h. 3
5 yang diaplikasikan dalam pembelajaran matematika.
6
Penerapan strategi, model dan media pembelajaran tersebut kurang memotivasi siswa untuk
belajar matematika, sehingga mengakibatkan suasana pembelajaran semakin membosankan dan siswa kurang gembira saat belajar matematika. Oleh karena
itu, untuk menarik minat siswa dalam belajar matematika, guru harus mampu menciptakan kondisi belajar yang kondusif, menarik dan menyenangkan.
Keterampilan untuk menyajikan pembelajaran dengan penerapan strategi dan metode belajar yang tepat merupakan salah satu syarat yang harus
dilakukan oleh seorang guru. Strategi dan metode belajar tersebut selain dapat mengembangkan kompetensi diri siswa juga diharapkan dapat menciptakan
interaksi siswa dalam belajar. Interaksi yang diutamakan adalah interaksi edukatif yaitu interaksi yang ditimbulkan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Interaksi edukatif adalah proses interaksi yang disengaja, sadar tujuan, yakni untuk mengantarkan siswa ke tingkat kedewasaannya.”
7
Dengan interaksi edukatif diharapkan dapat menciptakan suasana pembelajaran lebih aktif,
komunikatif, dan dapat mengurangi kejenuhan siswa saat belajar. Dalam pembelajaran harus ada komunikasi timbal balik antara guru dan siswa. Guru
diharapkan tidak mendominasi kelas yang dapat menghambat perkembangan siswa sehingga siswa dapat berpartisipasi dan berperan aktif untuk bertanya,
menyampaikan pendapat atau informasi. Untuk itu maka perlu adanya suatu inovasi dalam hal strategi pembelajaran.
Salah satu alternatif strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk membuat matematika tidak menakutkan bagi siswa sekaligus melibatkan
siswa aktif dalam pembelajaran yaitu strategi pembelajaran aktif teknik giving question and getting answer. Strategi pembelajaran ini lebih berorientasi pada
aktivitas siswa student centered, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan dan membantu siswa dalam pembelajaran. Strategi
6
Gelar Dwirahayu dan Munaspriyanto eds., Pendekatan Baru dalam Pembelajaran…, h. 2.
7
Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar mengajar, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010, h. 18.
6 pembelajaran ini merupakan strategi pembelajaran aktif active learning
strategy yang disajikan untuk menciptakan suasana pembelajaran yang tidak monoton dan menjenuhkan. Dalam pembelajaran ini, siswa dituntut untuk
aktif dan partisipatif, sehingga dengan keaktifan siswa tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa yang selama ini dirasa
kurang memuaskan bila dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Prinsip dari strategi pembelajaran ini adalah giving question and
getting answer adanya kesempatan bagi siswa untuk menyampaikan pertanyaan, ide atau pendapat pada saat presentasi, tujuannya adalah untuk
membiasakan siswa untuk berfikir kritis dan berani menyampaikan pendapat. Aktifitas siswa yang ada dalam strategi pembelajaran ini meliputi pengisian
kartukertas, diskusi kelompok, dan presentasi. Strategi pembelajaran ini diterapkan dengan variasi sebuah permainan.
Permainan yang dimaksud adalah mengadakan kompetisi antar kelompok dengan perolehan poin atau skor. Kompetisi kelompok yaitu masing-masing
kelompok berkompetisi dengan kelompok lain untuk menjadi yang terbaik dengan cara berusaha mempresentasikan hasil diskusi lebih cepat dan lebih
banyak dari kelompok lain, sebab kelompok yang mempresentasikan hasil diskusi akan mendapatkan poin. Hal ini dilakukan bertujuan untuk
menghindari asumsi siswa tentang pembelajaran matematika yang menjenuhkan sekaligus menciptakan kesenangan untuk belajar. Oleh karena
itu, jika dalam pembelajaran matematika siswa dapat belajar secara menyenangkan maka diharapkan hasil belajar matematika siswa dapat
meningkat pula. Berdasarkan uraian di atas strategi pembelajaran aktif teknik Giving
Question and Getting Answer diarasa dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Oleh karena itu penulis akan melakukan penelitian mengenai hal
tersebut dan memilih judul: “ Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Teknik Giving Question and Getting Answer Terhadap Hasil Belajar
Matematika Siswa ”.
7
B. Identifikasi Masalah