8
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang dilakukan adalah: 1.
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh karakteristik individu terhadap etos kerja karyawan pada PT. Bank Mandiri Persero Tbk Unit
Performance Budgeting – Kantor Wilayah I Medan. 2.
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan terhadap etos kerja karyawan pada PT. Bank Mandiri Persero Tbk Unit
Performance Budgeting – Kantor Wilayah I Medan. 3.
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh lingkungan kerja terhadap etos kerja karyawan pada PT. Bank Mandiri Persero Tbk Unit
Performance Budgeting – Kantor Wilayah I Medan. 4.
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh karakteristik individu, gaya kepemimpinan dan lingkungan kerja terhadap etos kerja karyawan pada
PT. Bank Mandiri Persero Tbk Unit Performance Budgeting – Kantor Wilayah I Medan.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagi perusahaan, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam rangka
pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan etos kerja. 2. Bagi akademis, penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi dalam
penelitian-penelitian selanjutnya disamping sebagai sarana untuk menambah wawasan.
9 3. Bagi penulis, menambah pengetahuan mengenai pengaruh karakteristik
individu, gaya kepemimpinan dan lingkungan kerja terhadap etos kerja karyawan.
4. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai referensi yang dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan serta perbandingan dan pengembangan dalam melakukan
penelitian pada bidang yang sama pada masa yang akan datang.
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Karakteristik Individu 2.1.1.1. Pengertian Karakteristik Individu
Sumber daya yang terpenting dalam organisasi adalah sumber daya manusia, orang-orang yang memberikan tenaga, bakat, kreativitas, dan usaha
mereka kepada organisasi agar suatu organisasi dapat tetap eksistensinya. Setiap manusia memiliki karakteristik individu yang berbeda antara satu dengan yang
lainnya. Berikut ini beberapa pendapat mengenai karakteristik individu: Menurut Thoha 2007 :34 berkaitan dengan karakteristik individu, bahwa
“individu membawa kedalam tatanan organisasi, kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan kebutuhan dan pengalaman masa lalunya. Ini semua
adalahkarakteristik yang dimiliki individu dan karakteristik ini akan memasuki suatulingkungan baru, yakni organisasi”.
Robbins 2006:72 menyatakan bahwa, “Faktor-faktor yang mudah didefinisikan dan tersedia, data yang dapat diperoleh sebagian besar dari informasi
yang tersedia dalam berkas personalia seorang pegawai mengemukakan karakteristik individu meliputi usia, jenis kelamin, status perkawinan, banyaknya
tanggungan dan masa kerja dalam organisasi”. Siagian 2008:164 menyatakan bahwa, “Karakteristik biografikal
individu dapat dilihat dari umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah tanggungan dan masa kerja”.
11 Dari pendapat Thoha, Robbins dan Siagian di atas yang membentuk
karakteristik individu dalam organisasi meliputi: usia, jenis kelamin, status perkawinan, masa kerja, dan jumlah tanggungan.
2.1.1.2. Faktor-faktor Karakteristik Individu
Ada beberapa faktor dari karakteristik individu, antara lain : 1.
Keahlian Keahlian harus mendapat perhatian utama kualifikasi seleksi. Hal ini yang
akan menentukan mampu tidaknya seseorang menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya. Keahlian ini mencakup technical sklii, human skill,
conceptual skill, kecakapan untuk memanfaatkan kesempatan, serta kecermatan penggunaan peralatan yang dimiliki perusahaan dalam mencapai tujuan.
Keahlian yang harus dimiliki seseorang adalah : a.
Keahlian teknis, yaitu keahlian dalam pokok pekerjaannya serta kemampuan menerapkan teknis dan prosedur mengenau bidang kegiatan
tertentu. b.
Keahlian interaksi atau hubungan antar manusia, yaitu keahlian untuk bekerjasama dengan orang lain, memahami pikiran dan perasaan orang
lain, serta mampu merangsang dan mendorong orang lain, termasuk anak buah dan rekan kerja.
c. Keahlian konseptual, yaitu keahlian mental dalam memadukan seluruh
kegiatan organisasi agar organisasi dapat mencapai tujuannya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keahlian merupakan
kemampuan, keterampilan dan kecakapan yang dimiliki individu dalam
12 melaksanakan suatu pekerjaan dan memanfaatkan suatu kesempatan dengan
menyelaraskan dan memotivasi diri untuk mecapai tujuan 2.
Pendidikan Pendidikan merupakan faktor penting dalam menentukan kemampuan
kerja pegawai. Kualitas dan kemampuan pegawai untuk dapat meningkatkan kinerja mereka dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Pendidikan memberikan
pengetahuan bukan saja yang langsung dengan pelaksanaan tugas, tetapi juga landasan untuk mengembangkan diri serta kemampuan memanfaatkan semua
sarana yang ada untuk kelancaran pelaksanaan tugas. 3.
Masa Kerja Masa kerja menunjukkan berapa lama seorang bekerja pada masing-
masing pekerjaan atau jabatan. Masa kerja yang lebih lama menunjukkan pengalaman yang lebih seseorang dibandingkan dengan rekan kerjanya yang lain
sehingga sering masa kerja pengalaman kerja menjadi pertimbangan sebuah perusahaan mencari pekerja.
Menurut Mathis 2005:33 ada empat karakteristik individu yang mempengaruhi bagaimana orang-orang dapat berprestasi, yaitu: minat, jati diri,
kepribadian dan latar belakang sosial. a.
Minat, orang cenderung mengejar karir yang mereka yakini cocok denganminat mereka.
b. Jati diri, karir merupakan perpanjangan dari jati diri seseorang juga hal
yangmembentuk jati diri.
13 c.
Kepribadian, faktor ini mencakup orientasi pribadi karyawan sebagai contohkaryawan bersifat realistis, menyenangkan dan artistik dan
kebutuhanindividual, latihan, kekuasaan dan kebutuhan prestis. d.
Latar belakang sosial, status sosial ekonomi dan tujuan pendidikan pekerjaanorang tua karyawan merupakan faktor yang berfungsi dalam
kategori.
2.1.1.3. Indikator Karakteristik Individu 2.1.1.3.1. Biografi
Ada beberapa indikator dari biografi, antara lain: a.
Usia Usia umur adalah lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan atau
diadakan. Pegawai yang berusia lebih tua cenderung lebih mempunyai rasa keterikatan atau komitmen pada organisasi dibandingkan dengan yang berusia
muda sehingga meningkatkan loyalitas mereka pada organisasi. Hal ini bukan saja disebabkan karena lebih lama tinggal di organisasi, tetapi dengan usia tuanya
tersebut, makin sedikit kesempatan pegawai untuk menemukan organisasi. Robbins 2006:75 menyatakan bahwa, “Semakin tua usia pegawai, makin
tinggi komitmennya terhadap organisasi, hal ini disebabkan karena kesempatan individu untuk mendapatkan pekerjaan lain menjadi lebih terbatas sejalan dengan
meningkatnya usia. Keterbatasan tersebut dipihak lain dapat meningkatkan persepsi yang lebih positif mengenai atasan sehingga dapat meningkatkan prestasi
kerja.
14 b.
Jenis Kelamin Sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, manusia dibedakan menurut
jenis kelaminnya yaitu pria dan wanita. Robbins 2006:76 menyatakan bahwa, “Tidak ada perbedaan yang konsisten antara pria dan wanita dalam kemampuan
memecahkan masalah, ketrampilan analisis, dorongan kompetitif, motivasi, sosiabilitas atau kemampuan belajar”.
Namun studi-studi psikologi telah menemukan bahwa wanita lebih bersedia untuk mematuhi wewenang dan pria lebih agresif dan lebih besar
kemungkinannya daripada wanita dalam memiliki pengharapan untuk sukses. Bukti yang konsisten juga menyatakan bahwa wanita mempunyai tingkat
kemangkiran yang lebih tinggi dari pada pria c.
Status Perkawinan Status perkawinan adalah ikatan lahir batin antara pria dan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Robbins 2006:77 menyatakan bahwa,
“Pernikahan memaksakan peningkatan tanggung jawab yang dapat membuat suatu pekerjaan yang tetap menjadi lebih berharga dan penting”.
d. Masa Kerja
Siagian 2008:165 menyatakan bahwa, “Masa kerja menunjukkan berapa lama seseorang bekerja pada masing-masing pekerjaan atau jabatan”. Masa kerja
yang lama akan cenderung membuat seorang pegawai lebih merasa betah dalam suatu organisasi, hal ini disebabkan diantaranya karena telah beradaptasi dengan
15 lingkungannya yang cukup lama sehingga seorang pegawai akan merasa nyaman
dengan pekerjaannya. Penyebab lain juga dikarenakan adanya kebijakan dari instansi atau perusahaan mengenai jaminan hidup di hari tua.
e. Jumlah tanggungan
Siagian 2008:166 menyatakan bahwa, “Jumlah tanggungan adalah seluruh jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan seseorang”. Berkaitan
dengan tingkat absensi, jumlah tanggungan yang lebih besar akan mempunyai kecenderungan absen yang kecil, sedangkan dalam kaitannya dengan turn over
maka semakin banyak jumlah tanggungan seseorang, kecenderungan untuk pindah pekerjaan semakin kecil.
2.1.1.3.2. Kepribadian
Indikator karakteristik individu berdasarkan kepribadian menurut teori Path-Goal, yaitu sebagai berikut:.
1. Letak Kendali Locus of Control. Hal ini berkaitan dengan keyakinan
individu sehubungan dengan penentuan hasil. Individu yang mempunyai letak kendali internal meyakini bahwa hasil reward yang mereka peroleh
didasarkan pada usaha yang mereka lakukan sendiri. Sedangkan mereka yang cenderung letak kendali eksternal meyakini bahwa hasil yang mereka peroleh
dikendalikan oleh kekuatan di luar kontrol pribadi mereka. 2.
Kesediaan untuk Menerima Pengaruh Authoritarianism. Kesediaan orang untuk menerima pengaruh dari orang lain. Bawahan yang tingkat
authoritarianism yang tinggi cenderung merespon gaya kepemimpinan yang
16 directive, sedangkan bawahan yang tingkat authoritarianism rendah
cenderung memilih gaya kepemimpinan partisipatif. 3.
Kemampuan Abilities. Kemampuan dan pengalaman karyawan akan mempengaruhi apakah mereka dapat bekerja lebih berhasil dengan pemimpin
yang berorientasi prestasi achievement-oriented yang telah menentukan tantangan sasaran yang harus dicapai dan mengharapkan prestasi yang tinggi,
atau pemimpin yang supportive yang lebih suka memberi dorongan dan mengarahkan mereka.
2.1.2. Kepemimpinan 2.1.2.1. Pengertian Kepemimpinan
Menurut Kartono 2004:189 bahwa “Kepemimpinan atau Leadership adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan kelompok yang terorganisir dalam
usaha-usaha menentukan tujuan dan mencapainya”. Kepemimpinan merupakan segmen bagian penting dari organisasi
perusahaan dan industri dalam mana organisasi tersebut tersusun atas dasar pembagian fungsi-fungsi yang berbeda, yang harus dilaksanakan. Jadi ada
perbedaan peranan atau tugas bagi setiap individu dalam organisasi yang menentukan adanya kepemimpinan. Dengan adanya bermacam-macam peranan
dan tugas tersebut, terjadilah regulasipengaturan dan koordinasi yang dilakukan oleh pemimpin.
Perubahan yang kian cepat dan persaingan bisnis yang kian ketat menuntut berbagai organisasi untuk bergerak gesit, strategis, dan berfokus penuh pada
17 bisnis masing-masing. Hampir semua aspek kerja dipengaruhi oleh, dan
tergantung kepada kepemimpinan. Artinya, kepemimpinan sangat menentukan keberhasilan sebuah organisasi untuk memenangkan persaingan secara
berkelanjutan sustainable competitive advantage. Menurut Kartono 2009:34 bahwa “Pemimpin mempunyai sifat,
kebiasaan, tempramen, watak dan kepribadian sendiri yang unik khas sehingga tingkah laku dan gayanya yang membedakan dirinya dengan orang lain. Gaya atau
Style hidupnya itu pasti akan mewarnai perilaku dan tipe Kepemimpinannya.”
Pemimpin adalah pribadi yang memiliki kecakapan khusus, dengan atau tanpa pengangkatan resmi dapat mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya,
untuk melakukan usaha bersama mengarah pada pencapaian sasaran-sasaran tertentu. Kemampuan mengkonsepsikan sekaligus menjabarkan tujuan-tujuan
umum yang jelas, bersikap adil dan tidak berat sebelah, sanggup membawa kelompok kepada tujuan yang pasti dan menguntungkan, membawa pengikutnya
kepada kesejahteraan, dan lain-lain. Dia juga mampu membangkitkan kekuatan rasional dan kekuatan emosional pada anak buahnya, yang bisa menggugah
kekuatan raksasa untuk membangun atau untuk menghancurkan.
2.1.2.2. Pengambilan Keputusan Pemimpin
Menurut Nawawi 2005:76: “Pengambilan keputusan dilakukan dalam bentuk pembuatan perencanaan, harus sesuai dengan tugas pokoknya”. Dalam
kondisi ketidakpastian dengan banyak perubahan yang mendadak, maka aktivitas pengambilan keputusan merupakan unsur yang paling sulit dalam manajemen,
namun juga merupakan usaha yang paling penting bagi pemimpin.
18 Dalam pegambilan keputusan tersebut tercakup kemahiran menyeleksi dan
menentukan keputusan yang paling tepat dari sekian banyak alternative jawaban atau pemecahan masalah. Selanjutnya karena dibebani oleh tanggung jawb etis,
maka merupakan tugas yang cukup berat untuk mamastikan satu keputusan di tengah situasi yang tidak menentu, yang belum dikenal sebelumnya, atau yang
sering muncul dengan mendadak. Menurut Stoner 2003:145:
Dalam kondisi sedemikian, kepemimpinan merupakan fungsi dari keefektifan operasional pada pengambilan keputusan di satu organisasi
atau administrasi. Apabila pemimpin mampu dengan tangkas, cerdas, cepat dan arif bijaksana mengambil keputusan yang tepat, maka organisasi
atau administrasi bisa berfungsi secara efektif dan produktif.
Para pemimpin yang berhasil bergantung pada perilaku, tindakan yang tepat, bukan pada ciri pribadi serta keterampilan. Dan dapat menggunakan jenis
keterampilan. Dan dapat menggunakan keterampilan manusiawi, dan keterampilan konseptual. Meskipun ketiga keterampilan itu dalam prakteknya
saling berkaitan, ketiganya dapat diuraikan secara terpisah. 1
Keterampilan teknis technical skill mengacu pada pengetahuan dan keterampilan seseorang dalam salah satu jenis proses atau teknis.
2 Keterampilan manusiawi human skill adalah kemampuan bekerja secara
efektif dengan orang-orang dan membina kerja tim. Menurut Ceteora dan Graham 2007:171:
Pembuatan keputusan oleh manajemen tingkat puncak pada umumnya ditemukan didalam situasi dimana kepemilikan keluarga atau kerabat
dekat memberikan kendali yang absolut kepada para pemilik, dan dimana bisnis yang ada cukup kecil untuk memungkinkan pembuatan keputusan
yang tersentralisasi.
19 Berdasarkan definisi-definisi tersebut maka kepemimpinan adalah
aktivitas dan pola perilaku yang secara konsisten diterapkan dalam bekerja dengan dan melalui orang lain. Manusia dalam organisasi adalah sumber daya yang
dinamis, mudah berubah, dan memiliki keinginan-keinginan di dalam diri pribadinya sehingga memerlukan seorang pemimpin agar keinginan pribadi
selaras dengan tujuan organisasi, perusahaan maupun lembaga pemerintahan. Pengarahan terhadap semua usaha-usaha pekerja dalam mencapai tujuan-
tujuan organisasi, perusahaan maupun lembaga pemerintahan harus diberikan oleh pemimpin sehingga kepemimpinan tersebut dapat menjadi efektif.
2.1.2.3. Tipe Kepemimpinan
Pelaksanaan kepemimpinan cenderung menumbuhkan kepercayaan, partisipasi, loyalitas, dan internal motivasi para bawahan dengan cara persuasif,
halini semua akan diperoleh karena kecakapan, kemampuan, dan perilaku pimpinantersebut. Menurut Malayu Hasibuan, 2006:169 ada beberapa tipe, di
antaranya: 1.
Tipe karismatis Tipe pemimpin ini memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan
yangluar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikutyang sangat besar jumlahnya dan dapat dipercaya. Memiliki inspirasi,
keberanian dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. 2.
Tipe paternalistis dan maternalistis Tipe paternalitis selalu menganggap bawahannya sebagai manusia yang
tidak atau belum dewasa. Terlalu bersikap melindungi dan jarang
20 memberikankesempatan kepada karyawan untuk mengambil keputusan sendiri.
Sedangkan untuk kepemimpinan tipe maternalitis memiliki ciri yang hampir mirip dengan paternalistis. Namun yang membedakan adalah sikap terlalu melindungi
yanglebih menonjol, disertai dengan kasih sayang yang berlebihan. 3.
Tipe militeristis Perlu dipahami bahwa tipe kepemimpinan militeristis itu berbeda
dengankepemimpinan organisasi militer. Sifat dari pemimpin yang militeristis antaralain lebih banyak menggunakan sistem perintah terhadap bawahannya
danseringkali kurang bijaksana. Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan.Menyenangi formalitas, menuntut adanya disiplin keras dan komunikasi
yang berlangsung searah juga merupakan sifat dari pemimpin militeristis. 4.
Tipe otokratis Sifat dari pemimpin yang otokratis adalah memberikan perintah-perintah
yang dipaksakan dan harus dipatuhi. Tidak pernah memberikan informasi secaradetail tentang rencana-rencana yang akan datang. Setiap perintah dan
kebijakan ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan bawahannya. Semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi
pemimpinsendiri. 5.
Tipe laisser faire Tipe kepemimpinan laisser faire praktis tidak memimpin. Dia
membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semau sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan
dantanggung jawab harus dilakukan oleh bawahan sendiri. Pemimpin laisser faire
21 biasanya tidak memiliki keterampilan teknis.
6. Tipe populistis
Kepemimpinan populistis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yangtradisional. Juga kurang mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan luar
negeri. 7.
Tipe administratif Tipe ini mampu menyelenggarakan tugas-tugas administratif secara
efektif.Sedangkan para pemimpinnya terdiri dari para teknorat dan para administrator yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan
pembangunan. 8.
Tipe demokratis Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia, dan memberikan
bimbingan yang efesien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal pada
diri sendiri dan kerja sama yang baik. Kekuatan kepemimpinan demokratis ini bukan terletak pada “person atau individu pemimpin”, akan tetapi kekuatan justru
terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.
2.1.2.4. Gaya Kepemimpinan
Gaya Kepemimpinan Leadership style seorang pemimpin akan sangat berpengaruh terhadap kinerja karyawan dan pencapaian tujuan. Pemilihan Gaya
Kepemimpinan yang benar dan tepat dapat mengarahkan pencapaian tujuan perorangan maupun tujuan organisasi, perusahaan, maupun lembaga
22 pemerintahan. Dengan Gaya Kepemimpinan yang tidak sesuai dapat
mengakibatkan pencapaian tujuan perusahaan akan terbengkalai dan pengarahan terhadap karyawan akan menjadi tidak jelas, dimana hal ini dapat mengakibatkan
ketidakpuasan pada anggota atau karyawan. Menurut Pace dan Faules 2007:277:
Gaya mengendalikan menimbulkan suatu intonasi, suara, cara bereaksi, penggunaan kata-kata dan frase khas, dan beberapa sikap serta tindakan
yang komplementer, saling berkaitan, dan terpola. Untuk mengenali gaya pengendalian, semua unsur gaya-intonasi suara, tindakan, kata-kata dan
frase harus digabungkan menjadi suatu persepsi yang konsisten dan terpadu yang kita namakan pengendalian.
Terdapat tiga macam model Gaya Kepemimpinan secara umum, yaitu
Demokratis, Otoriter, dan Bebas. Ketiga Gaya Kepemimpinan ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Pada penelitian ini mengkaji ketiga Gaya
Kepemimpinan tersebut menurut Pace dan Faules 2007:279, yaitu: 1.
Gaya Kepemimpinan Demokratis Kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang aktif, dinamis dan
terarah. Kegiatan-kegiatan pengendalian dilaksanakan secara tertib dan bertanggung jawab. Pembagian tugas-tugas yang disertai pelimpahan wewenang
dan tanggung jawab yang jelas, memungkinkan setiap anggota berpartisipasi secara aktif. Dengan kata lain setiap anggota mengetahui secara pasti sumbangan
yang dapat diberikannya untuk mencapai tujuan kelompok atau organisasinya. Selain itu dapat diketahui bagaimana melaksanakannya secara efektif dan efisien.
23 2.
Gaya Kepemimpinan Otoriter Kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan ditangan satu orang atau
sekelompok kecil orang yang diantara mereka tetap ada seseorang yang paling berkuasa. Pemimpin bertindak sebagai pengusaha tunggal. Orang-orang yang
dipimpin jumlahnya lebih banyak, merupakan pihak yang dikuasai, yang disebut bawahan atau anak buah. Kedudukan dan tugas anak buah bawahan semata-mata
sebagai pelaksana keputusan, perintah dan bahkan kehendak pimpinan. Bawahan tidak boleh dan tidak diberi kesempatan berinisiatif,
mengeluarkan pendapat dan menyampaikan kreativitasnya. Hal ini dipandang sebagai bentuk penyimpangan dan dianggap membangkang.
3. Gaya Kepemimpinan Bebas
Kepemimpinannya dijalankan dengan memberikan kebebasan penuh pada orang yang dipimpin dalam mengambil keputusan dan melakukan kegiatan
berbuat menurut kehendak dan kepentingan masing-masing baik secara perseorangan maupun berupa kelompok-kelompok kecil. Pimpinan hanya
memfungsikan dirinya sebagai penasihat, yang dilakukan dengan memberi kesempatan untuk berkompromi atau bertanya bagi anggota kelompok yang
memerlukannya. Gaya kepemimpinan yang baik dan terkoordinasi akan menciptakan fungsi
kinerja yang baik pada karyawan. Dengan adanya kerjasama dalam organisasai maka akan tercipta hubungan kerja yang serasi antara pimpinan dengan
bawahannya. Tanggung jawab dan disiplin kerja yang berorientasi memuaskan
24 akan menunjang keberhasilan perusahaan yang dipimpin begitu juga dengan
peningkatan kinerja karyawan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa indikator
yang harus dipenuhi agar gaya kepemimpinan berhasil mencapai tujuan organisasi. Indikator perilaku pemimpin menurut teori Path-Goal, yaitu sebagai
berikut: 1.
Kepemimpinan Pengarah Directive Leadership Pemimpin memberitahukan kepada bawahan apa yang diharapkan dari
mereka, memberitahukan jadwal kerja yang harus disesuaikan dan standar kerja, serta memberikan bimbinganarahan secara spesifik tentang cara-cara
menyelesaikan tugas tersebut, termasuk di dalamnya aspek perencanaan, organisasi, koordinasi dan pengawasan.
2. Kepemimpinan Pendukung Supportive Leadership
Pemimpin bersifat ramah dan menunjukkan kepedulian akan kebutuhan bawahan. Ia juga memperlakukan semua bawahan sama dan menunjukkan tentang
keberadaan mereka, status dan kebutuhan-kebutuhan pribadi sebagai usaha untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang menyenangkan diantara anggota
kelompok. Kepemimpinan pendukung supportive memberikan pengaruh yang besar terhadap kinerja bawahan pada saat mereka sedang mengalami frustasi dan
kekecewaan. 3.
Kepemimpinan Partisipatif participative leadership
25 Pemimpin partisipatif berkonsultasi dengan bawahan dan menggunakan
saran-saran dan ide mereka sebelum mengambil suatu keputusan. Kepemimpinan partisipatif dapat meningkatkan motivasi kerja bawahan.
4. Kepemimpinan Berorientasi Prestasi Achievement-Oriented Leadership
Gaya kepemimpinan dimana pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan mengharapkan bawahan untuk berprestasi semaksimal mungkin
serta terus-menerus mencari pengembangan prestasi dalam proses pencapaian tujuan tersebut.
2.1.3. Lingkungan Kerja 2.1.3.1. Pengertian dan Jenis-jenis Lingkungan Kerja
Suatu kondisi lingkungan kerja dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman dan nyaman.
Kesesuaian lingkungan kerja dapat dilihat akibatnya dalam jangka waktu yang lama. Lebih jauh lagi lingkungan-lingkungan kerja yang kurang baik dapat
menuntut tenaga kerja dan waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien.
Beberapa ahli mendefinisikan lingkungan kerja antara lain sebagai berikut:
Nitisemito 2004:183 mengemukakan bahwa “Lingkungan kerja adalah segala
sesuatu yang ada disekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam
menjalankan tugas-tugas yang diembankan”.
26 Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja merupakan
segala sesuatu yang ada di sekitar karyawan pada saat bekerja, baik yang berbentuk fisik ataupun non fisik, langsung atau tidak langsung, yang dapat
mempengaruhi dirinya dan pekerjaanya saat bekerja. Sedarmayanti 2005:21 menyatakan bahwa secara garis besar, jenis
lingkungan kerja terbagi menjadi 2 yakni : ”1 lingkungan kerja fisik, dan 2 lingkungan kerja non fisik”.
1 Lingkungan kerja Fisik
Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara
langsung maupun secara tidak langsung.
Lingkungan kerja fisik dapat dibagi dalam dua kategori, yakni : 1.
Lingkungan yang langsung berhubungan dengan karyawan seperti: pusat kerja, kursi, meja dan sebagainya
2. Lingkungan perantara atau lingkungan umum dapat juga disebut
lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya : temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran
mekanis, bau tidak sedap, warna, dan lain-lain. Untuk dapat memperkecil pengaruh lingkungan fisik terhadap karyawan,
maka langkah pertama adalah harus mempelajari manusia, baik mengenai fisik dan tingkah lakunya maupun mengenai fisiknya, kemudian digunakan sebagai
dasar memikirkan lingkungan fisik yang sesuai.
27
2 Lingkungan Kerja Non Fisik
Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun
hubungan sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan. Lingkungan non fisik ini juga merupakan kelompok lingkungan kerja yang
tidak bisa diabaikan. Perusahaan hendaknya dapat mencerminkan kondisi yang mendukung
kerja sama antara tingkat atasan, bawahan maupun yang memiliki status jabatan yang sama di perusahaan. Kondisi yang hendaknya diciptakan adalah suasana
kekeluargaan, komunikasi yang baik, dan pengendalian diri.
2.1.3.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja
Manusia akan mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik, sehingga dicapai suatu hasil yang optimal, apabila diantaranya ditunjang oleh suatu kondisi
lingkungan yang sesuai. Suatu kondisi lingkungan dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat melaksanakan kegiatannya secara optimal, sehat, aman,
dan nyaman. Ketidaksesuaian lingkungan kerja dapat dilihat akibatnya dalam jangka waktu yang lama. Lebih jauh lagi, keadaan lingkungan yang kurang baik
dapat menuntut tenaga dan waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien. Banyak faktor yang
mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja. Berikut ini beberapa faktor yang diuraikan Sedarmayanti 2005:21,
merupakan indikator yang dapat mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja dikaitkan dengan kemampuan karyawan, diantaranya adalah :
28 1.
Penerangancahaya di tempat kerja 2.
Temperatursuhu udara di tempat kerja 3.
Kelembaban di tempat kerja 4.
Sirkulasi udara di tempat kerja 5.
Kebisingan di tempat kerja 6.
Getaran mekanis di tempat kerja 7.
Bau tidak sedap ditempat kerja 8.
Tata warna di tempat kerja 9.
Dekorasi di tempat kerja 10.
Musik di tempat kerja 11.
Keamanan di tempat kerja. Berikut ini akan diuraikan masing-masing faktor tersebut dikaitkan
dengan kemampuan manusia, yaitu :
1 PeneranganCahaya di Tempat Kerja
Cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi karyawan guna mendapat keselamatan dan kelancaran kerja. Oleh sebab itu perlu diperhatikan
adanya penerangan cahaya yang terang tetapi tidak menyilaukan. Cahaya yang kurang jelas, sehingga pekerjaan akan lambat, banyak mengalami kesalahan, dan
pada akhirnya menyebabkan kurang efisien dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga tujuan organisasi sulit dicapai.
2 Temperatur di Tempat Kerja
Dalam keadaan normal, tiap anggota tubuh manusia mempunyai temperatur berbeda. Tubuh manusia selalu berusaha untuk mempertahankan
keadaan normal, dengan suatu sistem tubuh yang sempurna sehingga dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di luar tubuh. Tetapi
kemampuan untuk menyesuaikan diri tersebut ada batasnya, yaitu bahwa tubuh manusia masih dapat menyesuaikan dirinya dengan temperatur luar jika
29 perubahan temperatur luar tubuh tidak lebih dari 20 untuk kondisi panas dan
35 untuk kondisi dingin, dari keadaan normal tubuh. Menurut hasil penelitian, untuk berbagai tingkat temperatur akan memberi
pengaruh yang berbeda. Keadaan tersebut tidak mutlak berlaku bagi setiap karyawan karena kemampuan beradaptasi tiap karyawan berbeda, tergantung di
daerah bagaimana karyawan dapat hidup.
3 Kelembaban di Tempat Kerja
Kelembaban adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara, biasa dinyatakan dalam persentase. Kelembaban ini berhubungan atau dipengaruhi oleh
temperatur udara, dan secara bersama-sama antara temperatur, kelembaban, kecepatan udara bergerak dan radiasi panas dari udara tersebut akan
mempengaruhi keadaan tubuh manusia pada saat menerima atau melepaskan panas dari tubuhnya. Suatu keadaan dengan temperatur udara sangat panas dan
kelembaban tinggi, akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran, karena sistem penguapan. Pengaruh lain adalah makin cepatnya
denyut jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen, dan tubuh manusia selalu berusaha untuk mencapai
keseimbangan antar panas tubuh dengan suhu disekitarnya.
4 Sirkulasi Udara di Tempat Kerja
Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh mahluk hidup untuk menjaga kelangsungan hidup, yaitu untuk proses metabolisme. Udara di sekitar
dikatakan kotor apabila kadar oksigen, dalam udara tersebut telah berkurang dan telah bercampur dengan gas atau bau-bauan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh.
30 Sumber utama adanya udara segar adalah adanya tanaman di sekitar tempat kerja.
Tanaman merupakan penghasil oksigen yang dibutuhkan olah manusia. Dengan cukupnya oksigen di sekitar tempat kerja, ditambah dengan pengaruh secara
psikologis akibat adanya tanaman di sekitar tempat kerja, keduanya akan memberikan kesejukan dan kesegaran pada jasmani. Rasa sejuk dan segar selama
bekerja akan membantu mempercepat pemulihan tubuh akibat lelah setelah bekerja.
5 Kebisingan di Tempat Kerja
Salah satu polusi yang cukup menyibukkan para pakar untuk mengatasinya adalah kebisingan, yaitu bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga. Tidak
dikehendaki, karena terutama dalam jangka panjang bunyi tersebut dapat mengganggu ketenangan bekerja, merusak pendengaran, dan menimbulkan
kesalahan komunikasi, bahkan menurut penelitian, kebisingan yang serius bisa menyebabkan kematian. Karena pekerjaan membutuhkan konsentrasi, maka suara
bising hendaknya dihindarkan agar pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan dengan efisien sehingga produktivitas kerja meningkat.
Ada tiga aspek yang menentukan kualitas suatu bunyi, yang bisa menentukan tingkat gangguan terhadap manusia, yaitu :
a. Lamanya kebisingan b. Intensitas kebisingan
c. Frekwensi kebisingan Semakin lama telinga mendengar kebisingan, akan semakin buruk akibatnya,
diantaranya pendengaran dapat makin berkurang.
31
6 Getaran Mekanis di Tempat Kerja
Getaran mekanis artinya getaran yang ditimbulkan oleh alat mekanis, yang sebagian dari getaran ini sampai ke tubuh karyawan dan dapat menimbulkan
akibat yang tidak diinginkan. Getaran mekanis pada umumnya sangat menggangu tubuh karena ketidakteraturannya, baik tidak teratur dalam intensitas maupun
frekwensinya. Gangguan terbesar terhadap suatu alat dalam tubuh terdapat apabila frekwensi alam ini beresonansi dengan frekwensi dari getaran mekanis. Secara
umum getaran mekanis dapat mengganggu tubuh dalam hal : a.
Konsentrasi bekerja b.
Datangnya kelelahan c.
Timbulnya beberapa penyakit, diantaranya karena gangguan terhadap : mata, syaraf, peredaran darah, otot, tulang, dan lain-lain.
7 Bau-bauan di Tempat Kerja
Adanya bau-bauan di sekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai pencemaran, karena dapat menganggu konsentrasi bekerja, dan bau-bauan yang
terjadi terus menerus dapat mempengaruhi kepekaan penciuman. Pemakaian “air condition
” yang tepat merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang menganggu di sekitar tempat kerja.
8 Tata Warna di Tempat Kerja
Menata warna di tempat kerja perlu dipelajari dan direncanakan dengan sebaik-baiknya. Pada kenyataannya tata warna tidak dapat dipisahkan dengan
penataan dekorasi. Hal ini dapat dimaklumi karena warna mempunyai pengaruh besar terhadap perasaan. Sifat dan pengaruh warna kadang-kadang menimbulkan
32 rasa senang, sedih, dan lain-lain, karena dalam sifat warna dapat merangsang
perasaan manusia.
9 Dekorasi di Tempat Kerja
Dekorasi ada hubungannya dengan tata warna yang baik, karena itu dekorasi tidak hanya berkaitan dengan hasil ruang kerja saja tetapi berkaitan juga
dengan cara mengatur tata letak, tata warna, perlengkapan, dan lainnya untuk bekerja.
10 Musik di Tempat Kerja
Menurut para pakar, musik yang nadanya lembut sesuai dengan suasana, waktu dan tempat dapat membangkitkan dan merangsang karyawan untuk
bekerja. Oleh karena itu lagu-lagu perlu dipilih dengan selektif untuk dikumandangkan di tempat kerja. Tidak sesuainya musik yang diperdengarkan di
tempat kerja akan mengganggu konsentrasi kerja.
11 Keamanan di Tempat Kerja
Guna menjaga tempat dan kondisi lingkungan kerja tetap dalam keadaan aman maka perlu diperhatikan adanya keberadaannya. Salah satu upaya untuk
menjaga keamanan di tempat kerja, dapat memanfaatkan tenaga Satuan Petugas Keamanan SATPAM.
33
2.1.4. Etos Kerja Karyawan 2.1.4.1. Pengertian Etos Kerja Karyawan
Secara etimologis, etos berasal dari bahasa Yunani. Mula-mula artinya sederhana yaitu adat istiadat atau kebiasaan, tetapi kata ini kemudian berevolusi
dan berkembang menjadi sangat kaya dan kompleks seperti yang dikatakan oleh Sinamo 2005:23 menjadi “1 guiding beliefs of a person, group or institution,
2 the characteristic spirit of a culture, era, or community as manifested in its attitudes and aspiration”.
Lebih lanjut Sinamo 2005:26 mendefinisikan etos kerja adalah seperangkat perilaku kerja positif yang berakar pada kesadaran yang kental,
keyakinan yang fundamental, disertai komitmen yang total pada paradigma kerja yang integral. Istilah paradigma disini berarti konsep utama tentang kerja itu
sendiri yang mencakup idealisme yang mendasari prinsip-prinsip yang mengatur, nilai-nilai yang menggerakkan, sikap-sikap yang dilahirkan, standar-standar yang
hendak dicapai termasuk kode perilaku utama, pikiran dasar, kode etik, kode moral dan kode perilaku bagi para pemeluknya.
Menurut Sukriyanto 2004:69 menyatakan bahwa “etos kerja adalah suatu semangat kerja yang dimiliki oleh masyarakat untuk mampu bekerja lebih baik
guna memperoleh nilai hidup mereka. Etos kerja menentukan penilaian manusia yang diwujudkan dalam suatu pekerjaan”
Menurut Wirawan 2008:72 bahwa “Etos kerja adalah totalitas kepribadian dirinya serta caranya mengekspresikan, memandang, meyakini dan
memberikan makna ada sesuatu, yang mendorong dirinya untuk bertindak dan
34 meraih amal yang optimal sehingga pola hubungan antara manusia dengan dirinya
dan antara manusia dengan makhluk lainnya dapat terjalin dengan baik”. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disintesiskan, etos kerja adalah
kebiasaan yang berkenaan dengan kegiatan seseorang dalam melakukan pekerjaannya yang meliputi suka bekerja keras, dapat menerima perubahan,
bertindak rasional, mematuhi aturan, dapat dipercaya dan semangat dalam bekerja.
Dalam etos kerja berdasarkan profesi, Gama 2006:244 mendefinisikan etos kerja sebagai sejumlah nilai‐nilai budaya yang diungkapkan
oleh sikap dan tindakan seseorang atau sekelompok orang, yang didalamnya terkandung
nilai‐nilai moral dan pandangan tentang kerja. Etos kerja itu adalah sesuatu yang berada di belakang derajat dan kualitas kerja, se
perti kerja keras, tepat waktu, jujur dan ulet dalam bekerja, berorientasi kepada prestasi, kreatif dan berorientasi kepada perubahan. Setiap karyawan
harus memelihara kesopanan, etika dalam bersikap dan tingkah laku di dalam maupun di luar Bank, mampu menahan diri untuk tidak melakukan perbuat
an yang dapat menimbulkan hilangnya kepercayaan masyarakatnasabah terhadap Bank sehingga
setiap karyawan menghindari
perbuatan dan tingkah laku
yang tidak
terpuji. Sanksi atas sikap yang tidak terpuji tersebut adalah teguran sampai pada p emutusan hubungan kerja tergantung pada berat ataupun
ringannya pelanggaran. Seringkali kualitas pekerjaan terabaikan hanya karena orientasi
kerja yang terpaku kepada pencapaian hasil kerja secara kuantitas.
35 Hal ini dikarenakan manusia tidak memiliki penuntut yang tepat tentang makna ke
rja bagi hidupnya. Makna kerja penting untuk dijadikan prinsip, sehingga segala aktivitas pekerjaan dapat memiliki arah dan tujuan serta menciptakan
semangat dan motivasi kerja yang baik. Oleh karena etos kerja karyawan merupakan penuntun sikap dan semangat serta moral kerja harus menjadi
sistem nilai
yang melekat
dalam perilaku
karyawan dalam
menjalankan tugasnya. Selain itu juga, etos kerja yang baik juga menisyaratkan rasa cinta kepada pekerjaannya. Sudah tentu yang dikehendaki oleh kita adalah
semangat memberi sebanyak‐banyaknya kepada perusahaan maupun kepada masyarakat umum.
2.1.4.2. Peranan Etos Kerja
Menurut Nitisemito 2007:68 bahwa etos kerja sangat penting bagi perusahaan sebab dengan etos kerja yang tinggi diharapkan pekerja akan bekerja
engan efektif dan efisien. Semangat kerja yang rendah dapat dilihat dari sikap karyawan sebagai berikut:
a. Karyawan tidak menghargai dan menghormati atasannya
b. Produktivitasnya rendah
c. Banyak keluhan
d. Banyak karyawan yang keluar masuk tingkat perputaran tenaga kerja
yang tinggi dalam satu periode. Adapun rendahnya etos kerja atau semangat kerja itu ditimbulkan oleh:
a. Tidak adanya kepuasan dalam bekerja, yang dikarenakan pekerjaan itu
sendiri tidak sesuai dengan hati kecilnya. b.
Pekerjaan tersebut tidak sesuai dengan keahliannya.
36 c.
Imbalan yang diterima tidak sesuai dengan beratnya pekerjaan yang dibebankannya.
d. Adanya tekanan dari atasan atau teman sejawat dalam pekerjaan.
e. Tekanan dari luar lingkungan perusahaan.
Etos atau semangat rendah inilah yang harus kita hilangkan agar tidak mempengaruhi lingkungan pekerjaan. Karena dampak yang ditimbulkan dari etos
kerja atau semangat kerja yang rendah ini besar sekali terhadap tingkat produktivitas kerja karyawan.
Individu atau kelompok dapat dikatakan memiliki etos kerja yang tinggi apabila menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut:
a. Memiliki penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia.
b. Menempatkan pandangan tentang kerja sebagai suatu hal yang sangat
luhur bagi eksistensi manusia. c.
Kerja yang dilakukan sebagai aktifitas bermakna bagi manusia. d.
Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan sekaligus sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita
e. Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah.
2.1.4.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja
Faktor-faktor yang mempengaruhi etos kerja terdiri dari agama, budaya, sosial politik, kondisi lingkungangeografis, pendidikan, struktur ekonomi, dan
motivasi intrinsik individu.
37 a.
Agama Pada dasarnya agama merupakan suatu sistem nilai yang akan
mempengaruhi atau menentukan pola hidup para penganutnya. Cara berpikir, bersikap, dan bertindak seseorang tentu diwarnai oleh ajaran agama yang dianut
jika seseorang sungguh-sungguh dalam kehidupan beragama. Etos kerja yang rendah secara tidak langsung dipengaruhi oleh rendahnya kualitas keagamaan dan
orientasi nilai budaya yang konsenrvatif untuk menambah kokohnya tingkat etos kerja yang rendah.
b. Budaya
Sikap mental, tekad, disiplin, dan semangat kerja masyarakat juga disebut sebagai etos budaya dan secara operasional etos bduaya ini juga disebut sebagai
etos kerja. Kualitas etos kerja ini ditentukan oleh sistem orientasi nilai budaya masyarakat yang bersangkuta. Masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya
maju akan memiliki etos kerja yang tinggi dan sebaliknya, masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya yang konservatif akan memiliki etos kerja yang
rendah, bahkan bisa sama sekali tidak memiliki etos kerja. c.
Sosial Politik Tinggi rendahnya etos kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau
tidaknya struktur politik yang mendorong masyarakat untuk bekerja kerja dan dapat menikmati hasil kerja keras dengan penuh. Etos kerja harus dimulai dengan
kesadaran akan pentingnya arti tanggung jawab kepada masa depan bangsa dan Negara. Dorongan untuk mengatasi kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan
38 hanya mungkin timbul jika masyarakat secara keseluruhan memiliki orientasi
kehidupan yang terpacu ke masa depan yang lebih baik. d.
Kondisi LingkunganGeografis Etos kerja dapat muncul dikarenakan factor kondisi geografis. Lingkungan
alam yang mendukung mempengaruhi manusia yang berada di dalamnya melakukan usaha untuk dapat mengelola dan mengambil manfaat, dan bahkan
dapat mengundang pendatang untuk turut mencari penghidupan di lingkungan tersebut.
e. Pendidikan
Etos kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia akan membuat seseorang mempunyai etos
kerja keras. Meningkatnya kualitas penduduk dapat tercapai apabila ada pendidikan yang merata dan bermutu disertai dengan peningkatan dan perluasan
pendidikan, keahlian, dan keterampilan sehingga semakin meningkat pula aktivitas dan produktivitas masyarakat sebagai pelaku ekonomi.
f. Struktur Ekonomi
Tinggi rendahnya etos kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur ekonomi, yang mampu memberikan insentif bagi anggota
masyarakat untuk bekerja keras dan menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh.
39 g.
Motivitasi Intrinsik Individu Individu yang akan memiliki etos kerja yang tinggi adalah individu yang
bermotivasi tinggi. Etos kerja merupakan suatu pandangan dan sikap yang didasari oleh nilai-nilai yang diyakini seseorang. Keyakinan inilah yang menjadi
suatu motivasi kerja. Maka etos kerja juga dipengaruhi oleh motivasi seseorang yang beukan bersumber dari luar diri, tetapi yang tertanam dalam diri sendiri,
yang sering disebut dengan motivasi intrinsic.
2.1.4.4. Aspek-aspek Etos Kerja
Menurut Petty 2003:93, etos kerja memiliki tiga aspek atau karakteristik sebagai indikator etos kerja, yaitu keahlian interpersonal, inisiatif, dan dapat
diandalkan. a.
Keahlian interpersonal Keahlian interpersonal adalah aspek yang berkaitan dengan hubungan
kerja dengan orang lain atau bagaimana pekerja berhubungan dengan pekerja lain di lingkungan kerjanya. Keahlian interpersonal meliputi kebiasaan, sikap, cara,
penampilan dan perilaku yang digunakan individu pada saat berada di sekitar orang lain serta mempengaruhi bagaimana individu berinteraksi dengan orang
lain. Indikator yang digunakan untuk mengetahui keahlian interpersonal
seorang pekerja adalah meliputi karakteristik pribadi yang dapat memfasilitasi terbentuknya hubungan interpersonal yang baik dan dapat memberikan kontribusi
40 dalam performansi kerja seseorang, dimana kerjasama merupakan suatu hal yang
sangat penting. Terdapat 17 sifat yang dapat menggambarkan keahlian interpersonal
seorang pekerja, yaitu: sopan, bersahabat, gembira, perhatian, menyenangkan, kerjasama, menolong, disenangi, tekun, loyal, rapi, sabar, apresiatif, kerja keras,
rendah hati, emosi yang stabil, dan keras kemauan. b.
Inisiatif Inisiatif merupakan karakteristik yang dapat memfasilitasi seseorang agar
terdorong untuk lebih meningkatkan kinerjanya dan tidak langsung merasa puas dengan kinerja yang biasa. Aspek ini sering dihubungkan dengan situasi di tempat
kerja yang tidak lancar. Hal-hal seperti penundaan pekerjaan, hasil kerja yang buruk, kehilangan kesempatan karena tidak dimanfaatkan dengan baik dan
kehilangan pekerjaan, dapat muncul jika individu tidak memiliki inisiatif dalam bekerja
Terdapat 16 sifat yang dapat menggambarkan inisiatif seorang pekerja yaitu: cerdik, produktif, banyak ide, berinisiatif, ambisius, efisien, efektif,
antusias, dedikasi, daya tahan kerja, akurat, teliti, mandiri, mampu beradaptasi, gigih, dan teratur.
c. Dapat diandalkan
Dapat diandalkan adalah aspek yang berhubungan dengan adanya harapan terhadap hasil kerja seorang pekerja dan merupakan suatu perjanjian implisit
pekerja untuk melakukan beberapa fungsi dalam kerja. Seorang pekerja
41 diharapkan dapat memuaskan harapan minimum perusahaan, tanpa perlu terlalu
berlebihan sehingga melakukan pekerjaan yang bukan tugasnya. Aspek ini merupakan salah satu hal yang sangat diinginkan oleh pihak perusahaan terhadap
pekerjanya. Terdapat 7 sifat yang dapat menggambarkan seorang pekerja yang dapat
diandalkan, yaitu: mengikuti petunjuk, mematuhi peraturan, dapat diandalkan, dapat dipercaya, berhati-hati, jujur, dan tepat waktu.
Etos kerja dapat menjadi positif atau negatif. Etos kerja positif sebagai proses membuat pekerjaan menjadi sesuatu yang menarik dan merupakan sebuah
komitmen diri untuk memberikan yang terbaik kepada lembaga dimana karyawan tersebut bekerja. Etos kerja negatif yangterdapat pada aura karyawan
menyebabkan kepala, rekan kerja dan masyarakat enggan untuk dekat dan bergaul dengan baik, karena tidak memiliki nilai tambah, merusak cita pekerjaan dan
kepercayaan mereka akan hilang. Oleh karena itu, karyawan seharusnya memberikan etos kerja yang optimal yang dapat memajukan perusahaannya
dengan baik.
42
2.2. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Nama Judul
Variabel Teknik
Analisis Hasil penelitian
Hanum 2008
Pengaruh Karakteristik
Individu dan Gaya
Kepemimpinan terhadap Etos
Kerja Karyawan Variabel
independen adalah
karakteristik individu, gaya
kepemimpina n variabel
dependen adalah etos
kerja Regresi
Linier Berganda
Karakteristik individu dan gaya kepemimpinan
berpengaruh signifikan terhadap etos kerja
karyawan.
Dulbert 2009
Effect Work
Environment, Leadership,
Compensation and Privileges
And Clarity Responsibility
for Employees Work Ethics
Board Secretariat empirical study
of financial management in
India Independent
variable work environment,
leadeship compensation,
clarity responsibility,
dependent variable is
work ethic Multiple
Linear Regression
The result showed that of leadership, compensation,
and clarity of authority and responsibility, there
are two variables that significantly influence the
work ethic that compensation and work
environment.
Work environment, leadership,
compensation and privileges And Clarity
responsibility significantly for employees work
ethics.
Ratna Pujiyati
2012 Pengaruh Gaya
Kepemimpinan dan Lingkungan
Kerja terhadap Etos Kerja
Karyawan PT. Nohhi Indonesia
Grogol Sukoharjo
Variabel independen
adalah gaya kepemimpina
n, lingkungan kerja variabel
dependen adalah etos
kerja Regresi
Linier Berganda
Gaya kepemimpinan dan lingkungan kerja
berpengaruh positif dan signifikan terhadap etos
kerja.
43
Nama Judul
Variabel Teknik
Analisis Hasil penelitian
Hidayat 2013
Pengaruh Gaya
Kepemimpin an Terhadap
Etos Kerja Pegawai Dinas
Pertanian dan Perikanan
Kabupaten Majalengka
Variabel independen
adalah gaya kepemimpina
n, variabel dependen
adalah etos kerja
Regresi Linier
Sederhana Gaya kepemimpinan
berpengaruh positif terhadap etos kerja
pegawai Dinas Pertanian Dan Perikanan Kabupaten
Majalengka.
Vietri 2013
The effect of leadership style,
work environment,
And
work discipline,
the work
ethic of the at Bank
Texas Austin Independent
Variable is leadership
style,
work environment,
and work
discipline, dependent
variable is work ethic
Multiple Linear
Regression Simultaneously together
a significant effect on work ethic Y means that
the three variable leadership, work
environment and labor discipline that employees
have Bank Texas Austin
influence on their work ethic. However, partially
by using the t test only variable labor discipline
that has a significant influence on the work
ethic variable, while The variable leadership
and work ethic has no significant
Effect to work ethic.
Sumber: Beberapa Penelitian Terdahulu
2.3. Kerangka Konseptual