Sejarah Kabupaten Aceh Singkil

1. Sejarah Kabupaten Aceh Singkil

Catatan sejarah tentang kerajaan Chinguelle/Quinchell sekarang disebut Singkil yang berbatas di sebelah barat dengan kerajaan Mancopa/Daya sekarang disebut Meulaboh sedangkan sebelah timur berbatasan dengan kerajaan Barus. Kerajaan ini merupakan penghasil kampher (kapur), damar, sutera, lada dan emas yang diangkut dengan lencara (perahu) sebagai alat transportasi di sepanjang aliran sungai dan laut. Saat itu Raja Singkil masih menganut agama pelbegu (animisme).

Nama Singkil juga sudah ada di dalam peta Petrus Plancius tahun 1592 M. (Monumenta Carthographico, jilid II), dimana kerajaan Singkil telah mengadakan perdagangan dengan kerajaan Pasai, Barus, Tiku dan Pariaman, bahkan sampai ke Penang, Persia dan Jazirah Arab. Dari hubungan dagang ini para pedagang Arab muslim membawa ajaran Islam yang mampu membuka mata hati dan pikiran raja serta rakyat Singkil untuk sedikit demi sedikit meninggalkan kepercayaan lama, beralih kepada ajaran yang lurus (Islam). Sedikit demi sedikit ajaran Islam berhasil mengikis habis kebiasaan orang Singkil pedalaman yang memakan

235 Ramlan, Staf Ahli Bupati Aceh Singkil, wawancara di Kantor Bupati Aceh Singkil pada tanggal 28 Agustus 2016.

daging manusia terutama musuh. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan, sebagai berikut:

Seiring dengan pertumbuhan Islam, ketersediaan rumah ibadah pun menjadi tuntutan masyarakat. Pada tahun 1256 H./1836 M., Raja Singkil bersama rakyat membangun mesjid pertama di ibukota kerajaan Singkil (Singkil lama) dengan nama Masjid Baiturrahim. lalu dipindahkan ke Singkil Baru pada tahun 1909 M. Di masa Kolonial Belanda masjid ini sempat direnovasi, lalu pada tahun 1953 M. diperluas. Semula masjid ini berukuran 17 x 17 meter dengan satu kubah, setelah mengalami perluasan ukurannya menjadi 20 x 30 meter dan ditambah satu kubah kecil di sebelah timur. Konstruksinya dibangun dengan bahan kayu kapur,

meranti laut, atap daun rumbia dan ijuk. 236 Berdasarkan uraian diatas, setelah Islam tersebar di seantero Kerajaan

Singkil, baik pesisir maupun pedalaman, lahirlah kemudian tokoh-tokoh ulama dari kalangan anak negeri. Salah seorang ulama kelahiran Singkil adalah Abdurrauf (Syeikh Abdurrauf As-Singkily), lahir sekitar tahun 1615 M. di Suro (Singkil) dan meninggal tahun 1693 M. Islam dengan cepat menyebar sehingga mengubur dalam-dalam segala bentuk khurafat dan dogma yang menuhankan selain Allah SWT.

Gempa bumi dan gelombang pasang tanggal 28 maret 2005 M. telah menjadikan masjid ini mengalami kerusakan berat. Untuk memperbaikinya pada tanggal 7 Mei 2005 M. telah dibentuk Panitia Pembangunan Masjid Baiturrahim yang bertugas untuk merehab masjid yang rusak agar bisa dipergunakan sekaligus merencanakan pembangunan masjid baru sebagai pengganti masjid yang rusak. Desain bangunan baru Masjid berukuran 37 x 37 meter dengan 4 menara tinggi, 4 menara kecil dan satu kubah besar serta 4 Qubah kecil. Qubah besar dan atap serta ornamennya diupayakan mirip dengan masjid yang dibangun tahun 1909 M.

Arsitektur masjid bergaya Timur Tengah dan Melayu Kuno dengan konstruksi bangunan dari kayu kapur, rasak, meranti, beratap seng dan lantai beton. Masa kolonial belanda masjid ini menjadi benteng pendangkalan akidah oleh misionaris. Pemberi spirit dalam melepaskan diri dari kebodohan, kemiskinan dan ketidak-adilan. Bahkan secara diam-diam digunakan mengatur strategi melawan penjajah. Tahun 1953 setelah kemerdekaan ukuranya diperluas

236 Badri Amin, Imam Besar Masjid Baiturrahim Pasar Singkil, wawancara di Masjid Baiturrahim Pasar Singkil pada tanggal 04 September 2016.

dari 17x17 meter, menjadi 20x30 meter. Masjid ini terus eksis sesuai perkembangan zaman. Begitu pun ketika tahun 1999 Aceh Singkil mekar dari Aceh Selatan, Baiturrahim menjadi masjid kabupaten.

Gambar 5: Masjid Baiturrahim Singkil.

Hantaman gempa bumi dan tsunami (gelora laut) pada tahun 1883 M. sempat membuat porak-porandakan masjid Baiturrahim, peristiwa ini terjadi berbarengan dengan meletusnya Gunung Krakatau di Selat Sunda yang memporak-porandakan segalanya. Dari itu kita hanya bisa berasumsi bahwa raja di Kerajaan Singkil telah mengadopsi sistem pemerintahan Islam sesuai perkembangan saat itu. Tentunya kenyataan ini meniscayakan dibangunnya sebuah masjid induk sebagai tempat beribadah dan kegiatan kemasyarakatan lainnya, baik yang bersifat keagamaan maupun agenda kerajaan.

Pada permulaan abad ke 16 Kerajaan Aceh berada pada masa puncak kejayaannya, dibawah pimpinan Sultan Iskandar Muda (1607 – 1638). Daerah kekuasaannya meliputi pantai barat pulau Sumatera dari Bengkulu hingga ke pantai timur pulau Sumatera yang meliputi Riau. Pada masa itu terdapat pula

Kerajaan-kerajaan kecil di wilayah Aceh itu sendiri, salah satunya terdapat di wilayah Aceh Singkil.

Dari peninggalan-peninggalan sejarah yang menunjukkan bukti adanya kerajaan-kerajaan di wilayah Singkil itu sendiri. Beberapa peninggalan- peninggalan bersejarah tersebut dapat dilihat ditemukannya situs-situs bangunan serta alat-alat perlengkapan hidup seperti senjata, peralatan makan, perhiasan, perlengkapan pertanian, adat istiadat. Hal ini menunjukkan adanya struktur masyarakat berlapis yang ditunjukkan dengan terdapatnya nama (gelar) raja, pembantu-pembantu raja dan rakyat biasa. Sewaktu kerajaan Aceh dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda, didudukkanlah Syeikh Abdur Rauf As-Singkily yang berasal dari wilayah Singkil sebagai tempat orang merujuk hukum agama atau hukum Syara.

Gambar 6: Syeikh Abdur Rauf As-Singkily yang dikenal sebutan Syiah Kuala.

Syeikh Abdur Rauf As-Singkily, lahir di Singkil dari keluarga yang ada hubungannya dengan Syeikh Hamzah Fansury seorang tokoh kepenyairan di Indonesia. Pada masa itu masyarakat Aceh Singkil sudah memiliki peradaban yang tinggi serta mempunyai pemerintahan, hal ini dikuatkan dengan adanya Kerajaan Batu-batu, Penanggalan, Binanga dan lain-lainnya. Dalam perjalanan Syeikh Abdur Rauf As-Singkily, lahir di Singkil dari keluarga yang ada hubungannya dengan Syeikh Hamzah Fansury seorang tokoh kepenyairan di Indonesia. Pada masa itu masyarakat Aceh Singkil sudah memiliki peradaban yang tinggi serta mempunyai pemerintahan, hal ini dikuatkan dengan adanya Kerajaan Batu-batu, Penanggalan, Binanga dan lain-lainnya. Dalam perjalanan

1. Masa Pemerintahan Kolonial Belanda.

2. Masa Pemerintahan Penjajahan Jepang.

3. Masa Kemerdekaan Republik Indonesi.

4. Masa Pemekaran Kabupaten Aceh Singkil. Masyarakat di wilayah pesisir pantai selatan Aceh itu melaksanakan Syariat Islam setelah mereka mempelajari ajaran Islam yang dikembangkan dua ulama besar yaitu: Syeikh Abdurrauf as-Singkily dan Syeikh Hamzah Fansury. Kehadiran kedua ulama besar dari jazirah Arab itu telah berhasil menyadarkan masyarakat dengan menjadikan Syariat Islam sebagai pedoman dalam mengharungi hidup. Adat-istiadat (budaya) yang berkembang di masyarakat Aceh Singkil dulu, mulai dari sunah rasul (khitanan) dan adat perkawinan hingga turun tanah anak bayi (“cuko ok” sebutan di Aceh) semuanya berakar dari agama ajaran Islam. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan, sebagai berikut:

Bagi pengantin wanita sebelum melangsungkan akad nikah terlebih dahulu diuji kemampuan membaca Alquran secara benar (dalam adat masyarakat Aceh Singkil disebut malam khatam Alquran). Dari tradisi itu telah menggugahkan semua generasi muda di daerah ini (perempuan dan laki-laki) untuk belajar agar mampu membaca Alquran karena mereka khawatir ditunda akad nikah menjelang

pesta adat perkawinan nanti. 237 Berdasarkan uraian diatas, identitas Islam lainnya juga terlihat dari cara

kaum wanita di Aceh Singkil berpakaian sehari-hari, termasuk Anak Baru Gede (ABG), yakni merasa kurang percaya diri (pede) keluar rumah sebelum mengenakan pakaian muslimah dan tidak mau melihat laki-laki yang bukan muhrimnya. Hal seperti ini masa Aceh Singkil dulu, sekarang ini tidak ada dijumpai di Aceh Singkil sekarang ini.

Dari pelaksanaaan Syariat Islam secaraa kaffah maka melahirkan kearifan lokal masyarakat Aceh Singkil disebut Nagari Batuah, yaitu hidup beramal mati

beriman “seseorang yang dimuliakan masyarakat karena memiliki seseuatu

237 Rosman Hasmi, Ketua Majelis Adat Aceh Kabupaten Aceh Singkil, wawancara di Kantor Majelis Adat Aceh Kabupaten Aceh Singkil pada tanggal 24 Agustus 2016.

kelebihan luar biasa atau mengagumkan, dengan kelebihannya itu ia dimuliakan ketika hidup dan dikenang setelah ia meninggal dunia ”. Jika terjadi malapetaka di daerah Aceh Singkil berarti ada yang berbuat maksiat, setelah diketahui pelakunya maka sipelaku diusir dari daerah tersebut.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM SITUASI PERTEMUAN ANTAR BUDAYA STUDI DI RUANG TUNGGU TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

97 602 2

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25