Teori Penentuan Nilai Tukar Model Penentuan Nilai Tukar

2.3.6 Teori Penentuan Nilai Tukar

Setelah melalui era Bretton woods, akhirnya sebagian besar mata uang negara- negara di dunia pada tahun 1973 diberi kesempatan mengambang secara bebas satu sama lain. Hal ini dimaksudkan untuk mencari tingkat keseimbanganekuilibrium ditentukan oleh kekuatan pasar, yaitu permintaan dan penawaran terhadap mata uang itu sendiri sebelumnya selalu melakukan tindakan intervensi untuk mempengaruhi nilai tukar agar senantiasa berada dalam suatu batas yang telah ditentukan.

2.3.7 Model Penentuan Nilai Tukar

Menurut The Fei Ming 2001:9 model penentuan nilai tukar adalah sebagai berikut: 1. Traditional Theories Traditional Theories terdiri dari: a. Teori Daya Beli Purchasing Power Parity Theory Teori ini merupakan teori terpopuler. Teori ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1556 oleh Martin De Azpilcueta Navarro. Teori ini menyatakan bahwa harga barang disuatu negara harus sama dengan harga barang serupa di negara lain sesuai dengan tingkat nilai tukar yang bberlaku antarkedua negara tersebut. Teori ini disebut The Law of One Price. Contoh: harga sepotong roti di Amerika Serikat adalah 1 Dolar AS. Apabila nilai tukar antara Rupiah dengan Dolar AS saat ini adalah Rp 8.000USD, menurut asumsi The Law of One Price, harga sepotong roti di Indonesia harus Rp 8.000. Jadi, dimana pun kita membeli roti, apakah itu di Amerika Serikat atau di Indonesia, harganya adalah sama, sesuai dengan perbandingan tingkat UNIVERSITAS SUMATERA UTARA nilai tukar yang berlaku antarkedua negara tersebut. Terdapat dua versi dalam Teori Purchasing Power: 1 Versi absolute Dalam versi absolute, nilai tukar sama dengan perbandingan antara tingkat harga umum yang berlaku di dua negara, yang merupakan rata-rata tertimbang dari seluruh produk yang dihasilkan kedua negara. Contoh: jika rata-rata tertimbang dari seluruh harga barang di Amerika Serikat adalah sebesar 25.000 FF, berdasarkan versi absolut, nilai tukar Dolar AS terhadap Franc harus sebesar 0,2FF. Dalam versi absolute terdapat beberapa kelemahan yakni:  Asumsi perhitungan nilai tukar dalam versi absolute mengharuskan kita membandingkan harga barang yang serupahomogen. Namun, dalam kenyataanya, tidak satu pun negara di dunia yang memproduksi dan atau mengkonsumsi barang yang homogen sehingga sulit untuk membandingkan rata-rata tertimbang dari seluruh harga barang yang terdapat di dua negara secara tepat.  Versi absolute tidak memperhatikan adanya biaya pengangkutan dan rintangan dalam melakukan transaksi perdagangan, seperti proteksi dan kuota yang berpengaruh terhadap harga barang di suatu negara. Kelemahan-kelemahan ini menunjukkan bahwa keadaan yang berlaku di pasar versi absolut ini tidak mungkin diterapkan dalam dunia nyata. 2 Versi Relatif UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dalam versi relatif persentase perubahan nilai tukar pada waktu yang ditentukan sebagai periode dasar harus sama dengan perbedaan antara persentase perubahan harga tingkat inflasi domestik dengan persentase perubahan harga tingkat inflasi di luar negeri pada periode tersebut. Contoh: jika indeks CPI di Amerika Serikat meningkat dari 194ke 218, di Jepang meningkat dari 161 ke 165, dan nilai tukar yang berlaku saat ini 0.00909JPY, berdasarkan versi relatif ini, nilai tukar Yen dan Dolar AS harus berada pada 0.00909JPY. Versi relatif bertujuan menghilangkan berbagai kelemahan dalam versi absolute. Dengan menggunakan persamaan pada perhitungan nilai tukar versi relatif di atas, kita dapat mengetahui tingkat nilai tukar antara dua negara secara lebih tepat meskipun komposisi barang, baik yang diproduksi maupun dikonsumsi, diantara kedua negara tersebut tidaklah homogen. b. Teori Elastisitas Teori elastisitas mengatakan bahwa nilai tukar adalah harga dari valuta asing untuk mempertahankan neraca pemabayaran internasional suatu negara agar tetap berada pada tingkat equilibrium. Dengan kata lain, respons nilai tukar terhadap perubahan dalam neraca perdagangan sangat dipengaruhi oleh elastisitas permintaan yang bersifat elastis, pengaruh penurunan impor dan kenaikan ekspor dalam neraca pembayaran internasional. Jika elastisitas permintaan bersifat elastis, pengaruh penurunan impor dan kenaikan ekspor akan sangat berpengaruh bagi keseimbangan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA neraca pembayaran internasional sehingga hanya diperlukan sedikit penyesuaian dalam nilai tukar. 2.Modern Monetery Theories on Short Term Exchange Rate Volatility Teori ini memperhatikan adanya peran pasar modal dalam jangka pendek dan peran bursa komoditi dalam jangka panjang terhadap fluktuasi nilai tukar. Teori ini mengatakan bahwa adanya perbedaan nilai tukar dan perbedaan dalam purchasing power parity adalah karena adanya suatu perubahan dalam permintaan dan penawaran terhadap asset-aset keuangan. Dalam pandangan modrn, teori purchasing power parity juga diperluas dengan menyertakan variable-variabel seperti jumlah uang yang beredar, tingkat suku bunga, dan pendapatan rill, dalam menentukan tingkat nilai tukar antara dua negara. Menurut teori ini, dinamika perubahan yang terjadi di pasar keuangan pasar modal dan pasar uang lebih cepat jika dibandingkan dengan perubahan di pasar barang komoditi. Oleh karena itu, dalam jangka pendek fluktuasi nilai tukar lebih dipengaruhi oleh perubahan dalam pasar modal dan dalam jangka panjang fluktuasi nilai tukar dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi di pasar barang.

2.3.8 Pendekatan Keseimbangan Portofolio terhadap Nilai Tukar