BAB II PEMANTAUAN BERKELANJUTAN
Pemantauan berkelanjutan berdasarkan PP Nomor 60 Tahun 2008 diartikan sebagai penilaian atas mutu kinerja Sistem Pengendalian Intern secara terus
menerus dan menyatu dalam kegiatan Instansi Pemerintah. Sesuai pengertian ini terlihat bahwa ruang lingkup pemantauan berkelanjutan terbatas pada penerapan
SPIP. Namun, dengan memperhatikan bahwa SPIP dimaksudkan untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui
kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan, maka
pemantauan berkelanjutan mencakup aspek-aspek pencapaian tujuan organisasi, keandalan laporan keuangan, pengamanan asset negara dan
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Pada bagian lain dalam Peraturan Pemerintah tersebut dinyatakan bahwa,
pemantauan adalah proses penilaian kemajuan suatu program atau kegiatan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Demikian pula dalam Kebijakan
Pengawasan Nasional Tahun 2007 disebutkan bahwa pemantauan adalah monitoring yang dilakukan secara terus-menerus terhadap seluruh tahap
pelaksanaan tugas pokok instansi pemerintah sejak tahap perencanaan, sebagai salah satu bentuk pengarahan dan penjagaan terhadap pelaksanaan tugas dan
fungsi instansi pemerintah, agar tetap berjalan sesuai dengan kebijakan, rencana, prosedur dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dari penjelasan di atas bahwa pemantauan berkelanjutan dapat dilaksanakan pada berbagai tahap kegiatan sejak perencanaan hingga tahap akhir kegiatan.
Aspek yang dipantau meliputi keandalan SPIP dalam mendukung tupoksi dan kelancaran pelaksanaan programkegiatan serta pencapaian tujuan organisasi,
keandalan laporan keuangan, pengamanan aset negara dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Kegiatan Pemantauar dilaksanakan oleh unit kerja yang bersangkutan sebagai implementasi dari built-in control pimpinan terhadap kebijakanprogramkegiatan
yang dilaksanakannya, atau oleh instansi lain dalam rangka pelaksanaan tupoksinya seperti Setjen Dephut dalam rangka pembinaan administrasi dan
keuangan, atau oleh Inspektorat Jenderal sebagai salah satu aspek pengawasan fungsional.
Tahapan pemantauan meliputi a penyusunan kriteria, b pelaksanaan pemantauan, dan c perumusan rekomendasi. Penjelasan untuk masing-masing
tahapan tersebut sebagai berikut :
3. Penyusunan Kriteria 1. Penyusunan kriteria
Penyusunan kriteria menggunakan berbagai peraturan perundang- undangan terkait seperti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan
turunan peraturanketentuan lainnya, serta dokumen yang dibuat sebagai
MODUL - 5
7
acuan dalam pelaksanaan kegiatan seperti Renstra, Rencana Kinerja Tahunan, Pedoman Umum, JuklakJuknis, Kerangka Acuan Kegiatan
KAK, Term of Reference TOR atau proposal. Terkait dengan pengelolaan anggaran, dokumen yang diperlukan meliputi DIPAPOKRKA-
KL, Rencana Operasional Kegiatan ROK, Rencana Anggaran Biaya RAB, atau dokumen keuangan lain yang dipersamakan sebagai kriteria
tersebut. Untuk menjamin dokumen perencanaan di atas dapat digunakan sebagai kriteria untuk pemantauan maka prasyarat yang harus ada adalah :
penetapan tujuan dan sasaran yang jelas, penetapan program yang baik, dan penetapan indikator kinerja input, output, outcome, benefit,
impact yang memadai cukup. Penetapan tujuan dan sasaran diarahkan untuk jangka pendek dan jangka
menengah dengan mempertimbangkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal, serta nilai-nilai yang dianut organisasi tersebut. Terkait
dengan kegiatan yang bersifat multi years maka perlu ditetapkan tujuansasaran antara dan tujuansasaran akhir, serta ditetapkan tahapan
kegiatan dan target pencapaian tujuansasaran setiap tahunnya serta rencana pendanaan untuk tahun selanjutnya. Hal ini diperlukan mengingat
bahwa banyak kegiatan yang bersifat multi years yang tidak berlanjut pada tahun berikutnya karena bergesernya skala prioritas kegiatan atau
terkendala alokasi dana. Penataan program yang baik diarahkan untuk menentukan dan
memprediksi tahap-tahap pelaksanaan programkegiatan, serta meng- indentifikasi hasil yang hendak dicapai.
Penetapan indikator kinerja digunakan untuk mengukur kinerja unit kerja dan mempunyai dimensi utama yaitu tingkat capaian tujuansasaran serta
tingkat efisiensi dan efektivitas programkegiatan dalam mencapai tujuansasaran tersebut. Indikator kinerja terdiri dari indikator input
masukan, indikator process proses, indikator output hasil, indikator outcome manfaat, dan indikator impact dampak. Indikator masukan
mengukur jumlah sumber daya seperti anggaran dana, SDM, material dan masukan lain, yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan. Dengan
meninjau distribusi sumber daya, suatu lembaga dapat menganalisis apakah alokasi sumber daya yang dimiliki telah sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan.
Indikator proses menggambarkan perkembangan atau aktivitas yang terjadi atau dilakukan selama pelaksanaan kegiatan berlangsung,
khususnya dalam proses mengolah masukan menjadi keluaran. Indikator hasil digunakan untuk mengukur keluaran yang dihasilkan dari suatu
kegiatan. Dengan membandingkan output instansi dapat menganalisis sejauh mana kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana. Indikator
manfaat menggambarkan berfungsinya dari keluaran suatu kegiatan. Pada umumnya para pembuat kebijakan paling tertarik pada tolak ukur ini
dibandingkan dengan tolak ukur tolak ukur lainnya. Namun, pengukuran indikator manfaat seringkali rancu dengan pengukuran indikator hasil dan
MODUL - 5
8
indikator manfaat seringkali tidak mudah untuk diukurdinilai dan memerlukan waktu yang tidak pendek karena validitas dan reliabilitasnya
tergantung pada skala penerapannya. Indikator dampak memperlihatkan pengaruh yang ditimbulkan dari manfaat yang diperoleh dari hasil kegiatan.
Seperti halnya indikator manfaat, indikator dampak juga baru dapat diketahui dalam jangka waktu menengah atau jangka panjang.
Setelah dilakukan penetapan indikator kinerja, disusun standar capaian pengukuran yang baik untuk setiap periode pengukuran, misalnya standar
tahunan dan bulanan. Periodisasi ukuran standar ini disesuaikan dengan kebutuhan pelaporan dan pengukuran yang akan dilakukan. Penetapan
standar pengukuran memiliki kriteria : a. Dapat dicapai attainable
b. Ekonomis c. Dapat diterapkan applicable
d. Konsisten e. Menyeluruh all-inclusive
f. Dapat
dimengerti understandable
g. Dapat diukur measurable h. Stabil, memiliki jangka waktu yang cukup untuk dapat memprediksi
hasilnya. i. Dapat beradaptasi dengan berbagai perubahan yang terjadi
j. Legitimasi secara resmi disetujui k. Seimbang, diterima sebagai dasar perbandingan oleh pihak yang
berkaitan
2. Pelaksanaan Pemantauan