Perlawanan Terhadap Portugis Perlawanan Terhadap VOC

67

Bab IV Kebangkitan Nasional

Bentuk-bentuk perlawanan yang dilakukan oleh rakyat menunjukkan bahwa rakyat Indonesia tidak menghendaki penjajahan. Hal tersebut telah merugikan pemerintah kolonial di Indonesia. Namun, perlawanan tersebut belum mampu mengusir Belanda dari wilayah Indonesia sampai negara tersebut mengalami kekalahan dalam Perang Dunia II dan menyerah kepada Jepang pada 8 Maret 1942. Ada beberapa faktor yang menyebabkan rakyat Indonesia gagal mengusir penjajah, di antaranya: 1 kurangnya persatuan di antara rakyat dan kerajaan-kerajaan di Indonesia; 2 mentalitas sebagian orang Indonesia yang terpedaya oleh jabatan dan kekayaan yang ditawarkan oleh penjajah; 3 kualitas SDM Indonesia cenderung kalah dengan SDM penjajah; 4 kuatnya rasa cinta kedaerahan rakyat Indonesia sehingga menjadi peluang bagi penjajah untuk mengadu domba; 5 terdapatnya persaingan di antara kerajaan-kerajaan di Indonesia untuk menjadi kerajaan yang paling maju; 6 sarana dan prasarana militer serta alat komunikasi antar daerah di Indonesia yang sangat minim.

1. Perlawanan Terhadap Portugis

Perlawanan Bangsa Indonesia mengusir bangsa Barat dilakukan sejak kedatangan bangsa Portugis di Indonesia yang mengalahkan Kerajaan Malaka tahun 1511. Perlawanan dilakukan oleh rakyat Aceh, Johor, dan rakyat dari kerajaan-kerajaan lain terhadap kedudukan bangsa Portugis di Pelabuhan Malaka. Perlawanan rakyat Maluku terhadap bangsa Portugis dipimpin oleh Sultan Hairun dan Sultan Baabullah 1575. Rakyat Maluku tidak suka dengan kedatangan para pedagang Portugis yang ingin menguasai sumber rempah-rempah dari Maluku. Melihat tanda-tanda bahwa bangsa Portugis ingin memonopoli perdagangan, perlawanan dilakukan sejak 1512. Oleh karena peralatan perang bangsa Portugis lebih lengkap serta tidak adanya kerja sama di antara kerajaan-kerajaan di Maluku, perlawanan mengalami kegagalan. Kerajaan- kerajaan, seperti Ternate dan Tidore justru bersaing di antara mereka sehingga tidak ada kata sepakat tentang cara mengusir bangsa Portugis dari wilayah mereka. Perlawanan yang tidak terorganisir pun terjadi di Demak, Jawa Tengah. Oleh karena tidak adanya dukungan dan kerajaan-kerajaan di kawasan Sumatra, Jawa, dan Kalimantan, serangan ini mengalami kegagalan. Serangan pasukan Dipati Unus terhadap kota Pelabuhan Malaka dilakukan dua kali 1512 dan 1513, tetapi tidak berhasil mengusir bangsa Portugis dari pelabuhan terbesar di Asia itu. Sebaliknya, untuk mempertahankan Malaka, bangsa Portugis berhasil menjalin kerja sama dengan penguasa Kerajaan Pajajaran. Kerajaan yang sedang bersaing dengan Kerajaan Cirebon dan Banten tersebut memanfaatkan bangsa Portugis yang sedang terancam. Keadaan ini menyebabkan gagalnya perlawanan Dipati Unus terhadap kedudukan Portugis di Malaka. Di unduh dari : Bukupaket.com 68 Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah PertamaMadrasah Tsanawiyah Kelas VIII

2. Perlawanan Terhadap VOC

Dengan kegagalan-kegagalan tersebut, bangsa Portugis tetap berkuasa di wilayah Nusantara sebelum bangsa ini akhimya kalah bersaing dengan para pedagang Belanda yang telah mendirikan VOC tahun 1602. Perlawanan terhadap bangsa penjajah juga dilakukan terhadap bangsa Belanda. Setelah Belanda mendirikan VOC dan menjadikan Jayakarta kemudian diganti nama menjadi Batavia sebagai pusat operasional VOC, timbul reaksi dari kerajaan-kerajaan yang merasa dirugikan akibat didirikannya VOC itu. Salah satu kerajaan yang merasa terancam, yaitu Mataram di bawah Sultan Agung. Bagi Sultan Agung, VOC yang berambisi menguasai Jawa dianggap sebagai saingan bagi Kerajaan Mataram. Oleh karena itu, Sultan Agung berusaha melakukan penyerangan terhadap pusat VOC itu. Akan tetapi, lemahnya peralatan militer, kurangnya dukungan logistik, serta tidak adanya dukungan dari kerajaan-kerajaan lain, maka serangan ke Batavia Jayakarta mengalami kegagalan. Upaya penyerangan ini dilakukannya sebanyak dua kali, yaitu tahun 1628 dan 1629. Dengan gagalnya serangan tersebut, VOC tetap memiliki kedudukan kuat dalam melakukan perdagangan di kawasan Nusantara. Sebaliknya, dengan kuatnya kedudukan tersebut serta terjadinya persaingan di antara kerajaan-kerajaan di Nusantara, VOC dengan leluasa dapat memperluas wilayah kekuasaannya. Misalnya, ketika terjadi konflik internal pada Kesultanan Banten yang menyebabkan Banten jatuh ke tangan VOC. Ketika Sultan Ageng Tirtayasa mengangkat anaknya yang bergelar Sultan Haji sebagai Sultan Banten, Belanda segera ikut campur dalam urusan Banten dengan cara mendekati Sultan Haji. Sultan Ageng yang sangat anti terhadap VOC dan tidak suka dengan kedudukan VOC di Jayakarta segera menarik kembali tahta untuk anaknya. Tentu saja tindakan tersebut tidak disukai oleh Sultan Haji sehingga dia minta bantuan ke VOC di Batavia untuk membantu mengembalikan tahtanya. Berkat kerja sama dengan VOC, Sultan Haji akhirnya memperoleh tahta kembali. Sebagai imbalannya, diserahkan sebagian wilayah Banten kepada VOC. Persaingan dalam tubuh kerajaan tersebut sangat tidak menguntungkan bagi upaya untuk mengusir menjajah dari Indonesia. Sebaliknya, dengan adanya konflik dalam tubuh kerajaan, penjajah dengan leluasa dapat memperluas wilayah kekuasaannya. Walaupun begitu, Sultan Ageng Tirtayasa harus dihargai dalam sejarah Indonesia sebagai sultan yang berani menentang VOC. Di Pulau Sulawesi, perlawanan rakyat untuk mengusir VOC dilakukan di Kerajaan Makassar. Kerajaan yang memusatkan kegiatan ekonominya pada sektor perdagangan sangat terganggu dengan kehadiran organisasi dagang Belanda, VOC. Banyak pedagang Makassar yang mengalami kemunduran karena kehadiran VOC. Oleh karena itu, rakyat Makassar berusaha mengusir VOC dari daerah mereka. Perlawanan rakyat Makassar terhadap VOC dipimpin oleh Sultan Makassar bernama Sultan Hasanuddin. Walaupun melakukan perlawanan dengan gigih, Hasanuddin tidak berhasil mengusir VOC dari wilayah Makassar. Penyebabnya, kelihaian VOC memanfaatkan konflik dan persaingan antara Sultan Hasanuddin dari Kerajaan Makassar dan Raja Bone bernama Aru Palaka. Raja Aru Palaka selalu didekati oleh VOC untuk menghadapi pasukan Sultan Di unduh dari : Bukupaket.com 69

Bab IV Kebangkitan Nasional