Materi Ajar Statistika Menyajikan Data dalam Bentuk Tabel dan Diagram

36 1.2.3 Menafsirkan data dalam bentuk tabel dan diagram batang, garis, lingkaran, dan ogive. 1.2.4 Merancang langkah-langkah penyelesaian proyek menyajikan data dalam bentuk tabel dan diagram batang, garis, lingkaran, dan ogive serta penafsirannya. 1.2.5 Menunjukkan perilaku disiplin dalam mematuhi aturan pengumpulan tugas proyek. 1.2.6 Menunjukkan sikap menghargai pendapat teman kelompok saat diskusi maupun teman antar kelompok saat presentasi.

E. Materi Ajar Statistika Menyajikan Data dalam Bentuk Tabel dan Diagram

1. Penyajian Data dalam Bentuk Tabel Penelitian seringkali mengharuskan untuk melakukan pengamatan yang sangat banyak atau pengukuran yang berkali-kali. Sebagai konsekuensinya diperoleh suatu data dengan ukuran yang besar. Ukuran data yang besar tersebut dapat disederhanakan dengan cara menentukan banyak nilai amatan yang sama frekuensi atau banyak nilai amatan yang terletak pada interval tertentu. Selanjutnya, nilai amatan yang terletak pada interval tertentu bersama-sama dengan nilai frekuensinya disajikan dalam bentuk sebuah tabel. Tabel tersebut merupakan tabel distribusi frekuensi atau tabel sebaran frekuensi dalam Sartono Wirodikromo, 2007:8. Sedangkan menurut, 37 Riduwan 2003:66, tabel distribusi frekuensi merupakan penyajian suatu data mulai dari terkecil sampai terbesar yang membagi banyaknya data ke dalam beberapa kelas. Kegunaan data yang masuk dalam distribusi frekuensi adalah untuk memudahkan data dalam penyajian, mudah dipahami dan mudah dibaca sebagai bahan informasi, dan sebagai perhitungan dalam membuat gambar statistik dalam berbagai bentuk penyajian data. Tabel distribusi frekuensi berdasarkan pengelompokkan data terdiri dari dua yaitu tabel distribusi frekuensi kategori dan tabel distribusi frekuensi numerik. Sedangkan bentuk dari distribusi frekuensi ada tiga yaitu distribusi frekuensi relatif, distribusi frekuensi kumulatif, dan distribusi frekuensi kumulatif relatif. Tabel distribusi frekuensi berdasarkan pengelompokkan data yaitu a. Tabel distribusi frekuensi kategori Distribusi frekuensi yang pengelompokkan datanya disusun berbentuk kata-kata atau distribusi frekuensi yang penyatuan kelas- kelasnya didasarkan pada data kategori kualitatif. Contohnya: berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi data merk HP dari 35 siswa di kelas XI IPS 1. Tabel 2.2 Distribusi Frekuensi Merk HP Siswa Kelas XI IPS 1 Merk HP Frekuensi Samsung Oppo Blackberry Sony Ericsson Nokia 12 8 7 5 3 Catatan : Data karangan belaka fiktif 38 b. Tabel distribusi frekuensi numerik Distribusi numerik adalah distribusi frekuensi yang penyatuan kelas-kelasnya disusun secara interval didasarkan pada angka-angka kuantitatif. Ada dua macam tabel distribusi frekuensi numerik yaitu tabel distribusi frekuensi tunggal dan tabel distribusi frekuensi kelompok. 1 Tabel distribusi frekuensi tunggal Tabel distribusi frekuensi tunggal Sutrisno Hadi, 2004:7-8 yaitu penyajian suatu data dari suatu nilai amatan dan menunjukkan tidak adanya pengelompokkan nilai-nilai variabel pada kolom pertama. Penyajian data tabel distribusi frekuensi tunggal seperti berikut: Tabel 2.3 Tabel Distribusi Frekuensi Tunggal Sumber : Buku Matematika untuk SMA Kelas XI Sartono Wirodikromo, 2007:8 39 2 Tabel distribusi frekuensi berkelompok Untuk membuat tabel distribusi frekuensi dari suatu data dengan ukuran yang sangat besar, lebih mudah jika data itu dikelompokkan terlebih dahulu ke dalam beberapa kelas atau kategori. Setelah data itu dikelompokkan ke dalam kelas-kelas, barulah ditentukan banyaknya frekuensi nilai data yang ada pada masing- masing kelasnya. Tabel distribusi frekuensi yang dibuat dengan cara demikian disebut tabel distribusi frekuensi kelompok dalam Sartono Wirodikromo, 2007:9 yang disajikan seperti berikut ini: Tabel 2.4 Tabel Distribusi Frekuensi Berkelompok Sumber : Buku Matematika untuk SMA Kelas XI Sartono Wirodikromo, 2007:9 Ada beberapa istilah yang berhubungan dengan tabel distribusi frekuensi kelompok yaitu kelas, batas kelas, tepi kelas, panjang kelas, dan titik tengah kelas. 40 a Kelas Kelas Iqbal Hasan, 2005:41 adalah kelompok nilai data atau variabel. Pada tabel 2.4 terdapat tujuh kelas, yaitu i. Kelas pertama adalah 119 – 127. ii. Kelas kedua adalah 128 – 136. iii. Kelas ketiga adalah 137 – 145. iv. Kelas keempat adalah 146 – 154. v. Kelas kelima adalah 155 – 163. vi. Kelas keenam adalah 164 – 172. vii. Kelas ketujuh adalah 173 – 181. b Batas kelas Batas kelas Iqbal Hasan, 2005:41 adalah nilai-nilai yang membatasi kelas yang satu dengan yang lain. Terdapat dua batas kelas yaitu batas bawah terdapat di deretan sebelah kiri setiap kelas dan batas atas terdapat di deretan sebelah kanan setiap kelas. Misalnya: kelas pertama 119 – 127 pada tabel 2.4, maka i. Batas bawahnya adalah 119. ii. Batas atasnya adalah 127. 41 c Tepi kelas Untuk suatu data yang diperoleh dari hasil pengukuran dengan ketelitian sampai satuan terdekat, maka tepi kelas Sartono Wirodikromo, 2007:9 ditentukan sebagai berikut: Tepi bawah = batas bawah – 0,5. Tepi atas = batas atas + 0,5. Misalnya: kelas pertama 119 – 127 pada tabel 2.4, maka i. Tepi bawahnya adalah 118,5. ii. Tepi atasnya adalah 127,5. d Panjang kelas interval kelas Jika masing-masing kelas mempunyai panjang sama, maka panjang kelas Sartono Wirodikromo, 2007:9 merupakan selisih antara tepi atas dengan tepi bawah. Panjang kelas = tepi atas – tepi bawah. e Titik tengah kelas Titik tengah sebuah kelas Sartono Wirodikromo, 2007:10 adalah suatu nilai yang dapat dianggap mewakili kelas itu. Titik tengah kelas disebut juga nilai tengah kelas atau rataan kelas. Titik tengah = 1 2 batas bawah batas atas . Ada beberapa langkah yang harus dilakukan dalam menyusun tabel distribusi frekuensi berkelompok. Namun, sebelum menyusun 42 tabel tersebut, data yang akan disajikan dalam bentuk tabel diurutkan terlebih dahulu. Urutan tersebut dimulai dari nilai yang terkecil sampai dengan yang terbesar. Data yang telah diurutkan disebut statistik jajaran. Dari statistik jajaran dapat ditetapkan nilai datum terkecil, disebut statistik minimum yaitu dan nilai datum terbesar disebut statistik maksimum, yaitu . Kedua statistik ini dan disebut sebagai statistik-statistik ekstrim. Tabel distribusi frekuensi berkelompok disusun melalui langkah-langkah sebagai berikut: Langkah 1 Buatlah statistik jajaran dari data mentah, kemudian tentukanlah nilai rentang, yaitu . Langkah 2 Tentukan banyak kelas. Ada beberapa cara dalam menentukan banyak kelas, satu diantaranya adalah dengan menggunakan kaidah empiris Sturgess sebagai berikut: k = 1 + 3,3 log n k : banyak kelas n : ukuran data 43 Langkah 3 Tentukan panjang atau interval kelas. Panjang kelas ditetapkan sebagai perbandingan rentang dengan banyak kelas. Panjang kelas rentang banyak kelas Langkah 4 Dengan menggunakan nilai panjang kelas yang diperoleh pada langkah 3, tetapkan kelas-kelasnya sehingga mencakup semua nilai amatan. Langkah 5 Tentukan frekuensi setiap kelasnya dengan menggunakan sistem turus. Kemudian susunlah tabel distribusi frekuensi berkelompok. Sedangkan bentuk dari tabel distribusi frekuensi yaitu a. Tabel distribusi frekuensi relatif Tabel distribusi frekuensi relatif Riduwan, 2003:72 merupakan distribusi frekuensi yang frekuensinya tidak dinyatakan dalam bentuk angka mutlak atau nilai mutlak, akan tetapi setiap kelasnya dinyatakan dalam bentuk angka persentase atau angka relatif. Teknik perhitungan distribusi frekuensi relatif yaitu dengan cara membagi angka distribusi frekuensi mutlak dengan jumlah keseluruhan distribusi frekuensi n dikalikan 100. 44 b. Tabel distribusi frekuensi kumulatif Distribusi frekuensi kumulatif yaitu distribusi frekuensi yang nilai frekuensinya diperoleh dengan cara menjumlahkan frekuensi demi frekuensi. Ada dua macam tabel distribusi frekuensi kumulatif yang dikenal, yaitu: 1 Tabel distribusi frekuensi kumulatif kurang dari kurang dari Tabel distribusi frekuensi kumulatif kurang dari didefinisikan sebagai jumlah frekuensi semua nilai amatan yang kurang dari atau sama dengan nilai tepi atas pada tiap-tiap kelasnya. Frekuensi kumulatif kurang dari dilambangkan dengan . Pada Tabel 2.4 Tabel Distribusi Frekuensi Berkelompok, akan disusun tabel distribusi kumulatif kurang dari seperti berikut: Tabel 2.5 Distribusi Frekuensi Kumulatif Kurang Dari Hasil pengukuran dalam mm Frekuensi kumulatif f k ≤ ≤ 127,5 ≤ 136,5 ≤ 145,5 ≤ 154,5 ≤ 163,5 ≤ 172,5 ≤ 1 1,5 3 9 19 30 35 38 40 Sumber : Buku Matematika untuk SMA Kelas XI Sartono Wirodikromo, 2007:13 45 2 Tabel distribusi frekuensi kumulatif lebih dari lebih dari Tabel distribusi frekuensi kumulatif lebih dari didefinisikan sebagai jumlah frekuensi semua nilai amatan yang lebih dari atau sama dengan nilai tepi bawah pada tiap-tiap kelasnya. Frekuensi kumulatif lebih dari dilambangkan dengan . Pada Tabel 2.4 Tabel Distribusi Frekuensi Berkelompok, akan disusun tabel distribusi kumulatif lebih dari seperti berikut: Tabel 2.6 Distribusi Frekuensi Kumulatif Lebih Dari Hasil pengukuran dalam mm Frekuensi kumulatif f k ≥ 118,5 ≥ 127,5 ≥ 136,5 ≥ 145,5 ≥ 154,5 ≥ 163,5 ≥ 172,5 40 37 31 21 10 5 2 Sumber : Buku Matematika untuk SMA Kelas XI Sartono Wirodikromo, 2007:13 c. Tabel distribusi frekuensi kumulatif relatif Selain frekuensi kumulatif mutlak, bisa juga menghitung nilai frekuensi kumulatif relatif dari suatu nilai amatan yang kurang dari atau lebih dari suatu batas nilai tertentu. Frekuensi kumulatif relatif biasanya dinyatakan dengan persen, ditentukan dengan aturan: 46 2. Penyajian Data dalam Bentuk Diagram dan Ogive a. Diagram batang Penyajian data statistik dengan menggunakan gambar berbentuk balok atau batang dalam Sartono Wirodikromo, 2007:5 disebut diagram batang. Batang-batang itu dapat dilukiskan secara tegak diagram batang tegak atau mendatar diagram batang mendatar. Penggunaan diagram batang dilakukan dalam Riduwan, 2003:84 dan Sukestiyarno, 2011:14, apabila : 1 Data variabelnya berbentuk kategori atau atribut. 2 Menyajikan jenis data yang banyak untuk kepentingan perbandingan. Kelebihan dari diagram batang dalam Makalah Penyajian Data Statistika Resty Eka Prasetyaningsih, dkk, 2013:10 yaitu 1 Dapat menyajikan dua kegiatan atau lebih dalam satu diagram. Misalnya pada diagram batang majemuk dan diagram batang bertingkat. 2 Dapat membaca data dengan jelas apabila kategori diagram batang yang disajikan banyak. Kelemahan dari diagram batang dalam Makalah Penyajian Data Statistika Resty Eka Prasetyaningsih, dkk, 2013:10 yaitu 1 Hanya dapat menyajikan data yang telah dikelompokkan atas atribut atau kategori. 47 2 Diagram batang tidak dapat menampilkan datum dari tiap orang atau benda data individual yang dicatat, seperti data umur penduduk, data tinggi badan siswa, dan data berat siswa. Contoh penyajian data pada diagram batang tegak dan diagram batang mendatar: berikut ini menunjukkan data banyak pesawat televisi di suatu wilayah pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2007. Tabel 2.7 Diagram Batang Tegak dan Diagram Batang Mendatar Tahun Banyak Pesawat Televisi buah 2003 2004 2005 2006 2007 1500 2000 3000 4200 5800 1 Diagram batang tegak Gambar 2.1 Diagram Batang Tegak 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 2003 2004 2005 2006 2007 Banyak Pesawat Televisi Banyak Pesawat Televisi 48 2 Diagram batang mendatar Gambar 2.2 Diagram Batang Mendatar Contoh penyajian data pada diagram batang majemuk dan diagram batang bertingkat: berikut ini menunjukkan jumlah jam pelajaran untuk mata pelajaran matematika, biologi, fisika, dan kimia bagi kelas X dan XI IPA. Tabel 2.8 Diagram Batang Majemuk dan Diagram Batang Bertingkat Kelas Jumlah Jam Pelajaran jam Matematika Biologi Fisika Kimia X 6 4 5 3 XI IPA 8 7 7 6 2000 4000 6000 8000 2003 2004 2005 2006 2007 Banyak Pesawat Televisi Banyak Pesawat Televisi 49 1 Diagram batang majemuk Gambar 2.3 Diagram Batang Majemuk 2 Diagram batang bertingkat Gambar 2.4 Diagram Batang Bertingkat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Matematika Biologi Fisika Kimia Jam pelajaran kelas X Jam pelajaran Kelas XI IPA 2 4 6 8 10 12 14 16 Jam pelajaran kelas XI IPA Jam pelajaran kelas X 50 Pada diagram batang majemuk dan diagram batang bertingkat, menunjukkan jumlah jam pelajaran untuk mata pelajaran matematika, biologi, fisika, dan kimia bagi siswa SMA kelas X dan XI IPA. Diagram batang majemuk atau berganda juga disebut diagram batang komparatif. Diagram batang bertingkat disebut juga diagram batang bersusun. b. Diagram garis Diagram garis atau grafik garis merupakan penyajian data yang disajikan dengan grafik yang berbentuk garis lurus dalam Sartono Wirodikromo, 2007:6. Penggunaan diagram garis dilakukan Sukestiyarno, 2011:17, apabila: 1 Data yang ingin disajikan memiliki data interval yang samaberurutan, misalnya data yang ingin disajikan dipengaruhi oleh waktu, seperti jam, hari, bulan, tahun. 2 Data yang ingin disajikan menggambarkan keadaan yang serba berkelanjutan atau berkesinambungan, misalnya: produksi minyak tiap tahun, keadaan temperatur badan tiap jam, atau harga saham dalam periode tertentu. 3 Ingin mengetahui kecenderungan kelakuan. Kelebihan penggunaan diagram garis yaitu diagram garis dapat digunakan untuk menaksir atau memperkirakan data berdasarkan pola- pola yang telah diperoleh dalam Resty Eka Prasetyaningsih, dkk, 2013:5. 51 Sedangkan kekurangan penggunaan diagram garis dalam Resty Eka Prasetyaningsih, dkk, 2013:5 yaitu 1 Hanya digunakan untuk data yang berkala, tidak bisa data yang lainnya. 2 Harus sangat teliti dalam membaca diagram. Contoh penyajian data dalam bentuk diagram baris yaitu di sebuah areal parkir akan diamati jumlah kendaraan yang diparkir dalam selang waktu tertentu. Misalnya banyak kendaraan yang diparkir dalam selang waktu tiap dua jam dari pukul 06.00 sampai dengan pukul 18.00 disajikan pada tabel berikut: Tabel 2.9 Diagram Garis Pukul 06.00 08.00 10.00 12.00 14.00 16.00 18.00 Banyak kendaraan 14 18 20 12 8 16 Sumber : Buku Matematika untuk SMA Kelas XI Sartono Wirodikromo, 2007:7 Gambar 2.5 Diagram Garis 5 10 15 20 25 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 18.00 A xi s Ti tle Axis Title Banyak kendaraan Banyak kendaraan Waktu Ban y ak k e n d ar aa n 52 Selain dibaca dan ditafsirkan, diagram garis dapat juga dipakai untuk memperkirakan suatu nilai yang belum diketahui. Dalam memperkirkan nilai yang belum diketahui ini ada dua macam pendekatan, yaitu pendekatan interpolasi linear dan pendekatan ekstrapolasi linear. Pendekatan interpolasi linear adalah memperkirakan suatu nilai data yang berada di antara dua titik yang berdekatan, contohnya: dari diagram garis di atas dapat diperkirakan berapa banyak kendaraan yang diparkir pada pukul 07.00, pukul 09.00, dan seterusnya. Sedangkan pendekatan ekstrapolasi linear adalah memperkirakan suatu nilai data yang terletak sesudah titik data terakhir yang diketahui. Ekstrapolasi macam ini dapat dilakukan dengan cara memperpanjang garis dalam arah ke kanan atas atau ke kanan bawah tergantung pada kecenderungan nilai-nilai data sebelumnya, contohnya: dari diagram garis di atas dapat diperkirakan berapa banyak kendaraan yang diparkir pada pukul 20.00, pukul 22.00, dan seterusnya. c. Diagram lingkaran Penyajian data statistik dengan menggunakan gambar yang berbentuk daerah lingkaran dalam Sartono Wirodikromo, 2007:7 disebut diagram lingkaran. Daerah lingkaran-lingkaran dibagi ke dalam sektor- sektor atau juring-juring. Banyak sektor dalam satu lingkaran menyatakan banyak keterangan data yang hendak disajikan, sedangkan besar sudut 53 sektor sebanding dengan besar nilai data yang disajikan. Penggunaan diagram lingkaran Sukestiyarno, 2011:14 yaitu 1 Data variabelnya berbentuk kategori atau atribut. 2 Menyajikan data untuk kepentingan perbandingan. 3 Penyajian data berbentuk kategori yang dinyatakan dalam persentase. Kelebihan dari diagram lingkaran dalam Resty Eka Prasetyaningsih, dkk, 2013:19 yaitu 1 Tempat untuk membuat diagram lingkaran tidak terlalu besar. 2 Dapat menunjukkan proporsi dari data. Kekurangan dari diagram batang dalam Sukestiyarno, 2011:14 dan Resty Eka Prasetyaningsih, dkk, 2013:19 yaitu 1 Satu diagram hanya dapat menggambarkan satu kegiatan. 2 Diagram lingkaran tidak dapat menunjukkan frekuensinya. 3 Tidak dapat membaca data dengan jelas apabila kategori yang disajikan terlalu banyak. Contoh pemilihan kegiatan ekstrakurikuler di kelas XI. Ekstrakurikuler jurnalistik 7 siswa, sepak bola 8 siswa, paduan suara 9 siswa, pecinta alam 4 siswa. 54 Gambar 2.6 Diagram Lingkaran d. Histogram dan poligon frekuensi Histogram dalam Sartono Wirodikromo, 2007:13 merupakan sajian tabel distribusi frekuensi dengan menggunakan gambar berbentuk persegi panjang-persegi panjang yang saling berimpit. Setiap persegi panjang pada suatu histogram mewakili kelas tertentu, dengan pengertian: 1 Lebar persegi panjang menyatakan panjang kelas 2 Tinggi persegi panjang menyatakan frekuensi kelas dan frekuensi ini ditempatkan pada sumbu vertikal atau sumbu Y. Berdasarkan tabel pada Tabel 2.4 Tabel Distribusi Frekuensi Berkelompok, dapat ditampilkan dengan menggunakan histogram seperti berikut: 25 29 32 14 Pemilihan Kegiatan Ekstrakurikuler Kelas XI Jurnalistik Sepak bola Paduan suara Pecinta alam 55 Tabel 2.10 Histogram Hasil Pengukuran dalam mm Frekuensi Tepi Interval Kelas 119 – 127 3 118,5 – 127,5 128 – 136 6 127,5 – 136,5 137 – 145 10 136,5 – 145,5 146 – 154 11 145,5 – 154,5 155 – 163 5 154,5 – 163,5 164 – 172 3 163,5 – 172,5 173 – 181 2 172,5 – 181,5 Gambar 2.7 Histogram Selanjutnya apabila titik-titik tengah dari bagian sisi atas persegi panjang pada histogram tersebut dihubungkan, maka diperoleh diagram garis yang disebut poligon. Tabel 2.11 Poligon Hasil Pengukuran dalam mm Frekuensi Tepi Interval Kelas Titik Tengah 119 – 127 3 118,5 – 127,5 123 128 – 136 6 127,5 – 136,5 132 137 – 145 10 136,5 – 145,5 141 146 – 154 11 145,5 – 154,5 150 155 – 163 5 154,5 – 163,5 159 164 – 172 3 163,5 – 172,5 168 173 – 181 2 172,5 – 181,5 177 56 Gambar 2.8 Poligon e. Ogive Diagram dari suatu tabel distribusi frekuensi komulatif dalam Sartono Wirodikromo, 2007:14 disebut ogive ogif. Poligon frekuensi kumulatif diperoleh dengan cara menempatkan nilai-nilai tepi kelas pada sumbu mendatar sumbu X dan nilai-nilai frekuensi kumulatif pada sumbu tegak sumbu Y, serta titik-titik yang diperoleh yaitu merupakan pasangan nilai tepi kelas dengan nilai frekuensi kumulatif dihubungkan dengan garis lurus. Tetapi, jika titik-titik tadi dihubungkan dengan kurva yang mulus, maka akan diperoleh kurva frekuensi kumulatif. Kurva frekuensi kumulatif ini disebut ogive ogif yang bentuknya mirip huruf S. Kurva ogif positif disajikan dari Tabel 2.5 Distribusi Frekuensi Kumulatif Kurang Dari ditunjukkan pada gambar 2.9a, sedangkan kurva ogif negatif disajikan dari Tabel 2.6 Distribusi Frekuensi Kumulatif Lebih Dari ditunjukkan pada gambar 2.9b, seperti berikut: 57 a b Gambar 2.9 a Kurva Ogif Positif dan b Kurva Ogif Negatif

F. Kerangka Berpikir

Dokumen yang terkait

Pengaruh metode pembelajaran inkuiri-discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada materi termokimia

6 62 106

Perbandingan antara model pembelajaran cooperative learning tipe stad dengan pembelajaran konvensional dalam rangka meningkatkan hasil belajar PAI (eksperimen kelas XI SMA Negeri 3 Tangerang)

2 14 159

Efektivitas pemanfaatan media audio visual vidio pembelajaran dalam upaya peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa pada pembelajaran sejarah (penelitian kelas di SMP Bina Sejarah Depok)

2 9 235

Upaya peningkatan hasil belajar IPS melalui project based learning (pembelajaran berbasis proyek) pada siswa kelas V di SD Islam Al-Syukro Universal

1 26 253

Pengaruh metode drilling dan ekspositori dalam pembelajaran remedial terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas V MI Plus Asy-Syukriyyah Tangerang-Banten

1 18 103

Perbedaan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional dan metode pembelajaran konvensional dan metode pembelajaran portofolio dalam mata pelajaran kimia: studi eksperimen di SMA Negeri I Pondok Aren Tangerang, Banten

1 22 87

Perbandingan peningkatan hasil belajar fisika antara siswa yang menggunakan model pembelajaran problem based learning dengan cooperative learning

1 12 190

Peningkatan minat dan hasil belajar IPS siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif metode numbered heads together di SMP Nusantara plus Ciputat

1 6 201

Peningkatan minat dan hasil belajar IPA melalui penggunaan media pembelajaran lectora siswa kelas V SDN Timuran Tahun 2016/2017

2 4 13

Perbedaan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran project based learning (pjbl) dan konvensional pada pokok bahasan lingkaran kelas viii smp n 3 Tanjung Morawa tahun ajaran 2017-2018 - Repository UIN Sumatera Utara

0 0 162