Ayah Batak Toba yang tidak memiliki Anak Laki-laki Makna

D. Ayah Batak Toba yang tidak memiliki Anak Laki-laki

Pada budaya Batak Toba seorang ayah akan menjadi peminpin keluarga, ayah memiliki hak untuk memutuskan berbagai permasalahan dalam keluarga. Setiap anggota keluarga harus mematuhi dan menerima keputusan yang telah diambil oleh seorang ayah Siahaan, 1964. Berdasarkan pernyataan tersebut seorang ayah merupakan sentral keputusan dalam menjalankan rumah tangga. Dalam budaya Batak Toba seorang ayah yang tidak memiliki anak laki-laki akan memunculkan kemuraman yang dalam pada rumah tangganya. Kemuraman yang muncul tersebut membuat istri dan anak perempuanya tidak berharga dimata ayah. Terdapat ungkapan Batak Toba yang menujukkan rasa marah seorang ayah saat tidak memperoleh keturunan laki- laki “Dapot dengke tinimbatimba, Niarsikarsik mardingan rimbang, Molo so marpabue butuhanimba, Denggana ma iba marimbang ”. Ungkapan tersebu merupakan rapal yang memiliki arti “jika perut istri tidak berbuah mandul, baiklah kita me-madu Sihombing, 1986. Dari ungkapan rapal tersbut, ayah Batak Toba yang tidak memiliki anak laki-laki mengambil keputusan unntuk menikahi wanita lain dan memiliki harapan untuk mendapatkan keturunan laki-laki. Sedangakan pada ayah Batak Toba yang mengalami kesulitan mendapatkan keturunan laki-laki dan kesulitan melakukan pernikahan kesekian kalinya dapat melaksanakan hukum adat dimana anak perempuan dapat menjadi angunan atau alat pembayaran dari pinjaman. Hal itu dapat terjadi karena hutang dan harta seorang ayah tidak dapat diteruskan pada keturunan perempuan. Vergouwen, 1986.

E. Makna

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna anak perempuan pada ayah laki-laki dalam budaya Batak Toba. Schwandt 2001 mengatakan, makna adalah gambaran konstruk pada pengalaman individu dan kelompok sosial yang berupa bahasa, struktur komunikasi, dan pola dasar. Haines 2005 mengatakan makna manusia itu adalah sesuatu yang terbuka, memiliki nilai, kepercayaan dan perkembangan. Makna terbentuk dari interpretasi berbagai pengalaman yang dikombinasikan. Haines membagi sifat makna manusia menajdi empat : 1. Makna manusia itu terbuka, di mana terdapat nilai dan kepercayaan yang terbentuk. 2. Makna manusia itu adalah sesuatu yang bergerak. Makna yang bergerak dikaitkan dengan fungsi kognisi dan bahasa. 3. Makna terbentuk dari pengalaman. Manusia tidak akan mengetahui suatu makna jika manusia tidak mengalami pengalaman. 4. Makna memiliki keteraturan urutan yang berguna sebagai konteks atau wawasan dan tanda di masa yang akan datang. Makna ditujukan pada suatu objek agar menunjukan ungkapan ekspresi praktis. Berdasarkan keempat sifat di atas, dapat disimpulkan bahwa makna merupakan hasil belajar pengalaman yang mengandung nilai dan kepercayaan manusia. Manusia tidak akan mengetahui suatu hal jika tidak memberikan tanda pada pengalaman yang telah terbentuk. Makna berguna sebagai wawasan dan ungkapan ekspresi dimasa depan.

F. Makna Anak Perempuan Batak Toba