Makna Perubahan Identitas Budaya Etnis Tionghoa
7.2. Makna Perubahan Identitas Budaya Etnis Tionghoa
Dalam studi kajian budaya, makna merupakan tahapan yang paling penting untuk menemukan sebuah arti atau nilai yang terkandung dalam suatu objek yang diteliti, baik objek yang berupa benda, wacana, aktivitas sosial (berkaitan dengan sikap dan prilaku) maupun gejala kehidupan dan fenomena alam. Setiap individu dalam setiap geraknya, selalu memberi makna terhadap aspek-aspek yang dia temui di sekitarnya. Mulai dari benda-benda yang secara kasat mata dapat disentuh atau dipegang sampai pada sesuatu yang sifatnya imanen atau transenden. Mulai dari perlengkapan rumah tangga, rumah, kendaraan, sampai pada relasi sosial seperti rasa cinta, kasih sayang, sampai kebencian dan permusuhan di antara individu atau masyarakat.
Penemuan suatu makna (meaning) terlebih dahulu harus diawali oleh proses penemuan suatu bentuk dan fungsi dari suatu objek yang diteliti. Hal ini dikarenakan, melalui interpretasi dan anilisis terhadap objek yang diteliti, yang kemudian melahirkan bentuk dan fungsi belum mampu memberikan semacam jawaban tentang arti dibalik objek dan fenomena yang diteliti. Oleh karenanya perlu dilakukan analisis secara lebih menadalam dengan mempergunakan paradigma berfikir yang kritis dan holistik agar mampu menangkap semua nilai yang terkandung dibalik objek dan fenomena yang diteliti. Pengungkapan sebuah Penemuan suatu makna (meaning) terlebih dahulu harus diawali oleh proses penemuan suatu bentuk dan fungsi dari suatu objek yang diteliti. Hal ini dikarenakan, melalui interpretasi dan anilisis terhadap objek yang diteliti, yang kemudian melahirkan bentuk dan fungsi belum mampu memberikan semacam jawaban tentang arti dibalik objek dan fenomena yang diteliti. Oleh karenanya perlu dilakukan analisis secara lebih menadalam dengan mempergunakan paradigma berfikir yang kritis dan holistik agar mampu menangkap semua nilai yang terkandung dibalik objek dan fenomena yang diteliti. Pengungkapan sebuah
Sebagaimana halnya dengan penelitian tentang perubahan identitas budaya Etnis Tionghoa diDesa Pupuan, setelah mengatahui bentuk-bentuk dan faktor- faktor yang mempengaruhi perubahan identitas budaya Etnis Tionghoa diDesa Pupuan, sebagaimana yang diuraikan dalam bab V dan VI di atas, maka akan dilanjutkan dengan proses penemuan makna. Nilai-nilai apa yang sesungguhnya ada dibalik perubahan identitas tersebut. Adapun makna perubahan identitas budaya etnis Tionghoa diDesa Pupuan adalah sebagai berikut:
7.2.1 Makna Harmonisasi dan Akulturasi
Perubahan identitas budaya etnis Tionghoa diDesa Pupuan yang menghasilkan budaya bersifat yang bersift hibrid memperlihatkan adanya usaha etnis Tionghoa untuk menjaga harmonisasi hubungan dengan etnis Bali. Adanya harmonisasi ini selain didukung oleh modal dan ranah juga didukung oleh habitus yang berkembang di Desa Pupuan.
Hibriditas identitas yang terjadi memungkinkan adanya pengenalan bentuk-bentuk produksi identitas baru dan bentuk-bentuk budaya. Jadi hibriditas, dapat diterima sebagai suatu alat untuk memahami perubahan budaya lewat pemutusan strategis atau stabiliasi temporer kategori budaya (Barker, 2005:210).
Selain itu ketika berbicara masalah akulturasi seperti yang diharapkan oleh pemerintah terhadap etnis Tionghoa sejak zaman orde lama, maka yang terjadi di
Desa Pupuan adalah sebuah prosesi akulturasi yang sudah berjalan tanpa adanya campur tangan pemerintah (pra politik ali baba). Ketika kemudian timbul hemegoni pemerintah dalam akulturasi ini dengan menjalankan prinsip akulturasiinkorporasi, maka yang terjadi adalah, etnis Tionghoa semakin terakulturasi dalam etnis Bali di Desa Pupuan. Ini juga didukung oleh adanya perasaan nyaman Etnis Tionghoa dalam melaksanakan aktivitas-aktivitas kehidupan sehari-hari yang bernuansa Bali.
7.2.2 Makna Ekonomi
Etnis Tionghoa memegang peranan ekonomi yang sangat besar di Desa Pupuan. Sebagian besar orang kaya di Desa Pupuan didominasi oleh etnis Tionghoa yang berprofesi sebagai pedagang, baik itu yang berdagang di Kecamatan Pupuan maupun di luar Kabupaten Tabanan. Majunya perekonomian etnis Tionghoa di Desa Pupuan juga terlihat dari bentuk-bentuk rumah etnis Tionghoa yang lebih bagus dari sekitarnya dan kepemilikan tanah yang lebih banyak didesa maupun luar Desa Pupuan. Bahkan di Desa Pupuan sendiri ada anekdot yang menyatakan kalau tidak ada etnis Tionghoa, maka desa tidak akan maju perekonomiannya.
Lokasi tempat tinggal etnis Tionghoa di Desa Pupuan sangat strategis dipergunakan sebagai lokasi berdagang, di mana hampir sebagian besar etnis Tionghoa tinggal dijalan utama Singaraja Pupuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Permukiman di pinggir jalan yang didominasi oleh etnis Tionghoa
Permukiman di pinggir jalan yang didominasi oleh etnis Tionghoa
Gambar 7.1 Dominasi pemukiman etnis Tionghoa yang berada di pinggir jalan (Sumber:googleearth.compupuan)
Terkait pemilihan lokasi tempat tinggal, sangat erat kaitannya dengan pandangan-pandangan hidup masyarakat etnis Tionghoa di Desa Pupuan. Pandangan-pandangan itu berasal dari keyakinan dan kepercayaan leluhur yang selalu dijaga secara turun temurun. Paling tidak ada tiga nilai yang sangat mempengaruhi prilaku etnis Tionghoa, baik dalam kehidupan sosial maupun dalam menjalankan aktivitas ekonominya di manapun berada, yakni hopeng, hong sui dan hoki. Ketiganya nilai kepercayaan dan mitos yang diyakini oleh etnisTionghoa untuk menjalankan berbagai bidang kehidupan dan usaha yang mereka tekuni.
Hopeng adalah cara untuk menjaga hubungan baik dengan relasi usaha, hongsui adalah kepercayaan pada faktor-faktor alamiah yang diyakini menunjang nasib baik dan nasib buruk manusia. Melalui hongsui manusia akan dituntun Hopeng adalah cara untuk menjaga hubungan baik dengan relasi usaha, hongsui adalah kepercayaan pada faktor-faktor alamiah yang diyakini menunjang nasib baik dan nasib buruk manusia. Melalui hongsui manusia akan dituntun
Kemajuan perekonomian etnis Tionghoa di Desa Pupuan, juga tidak terlepas dari kemampuan adaptasi etnis Tionghoa dengan kondisi sosial masyarakat di Desa Pupuan. Kebiasaan untuk mempergunakan bahasa Bali dalam bahasa pergaulan sehari-hari, khususnya dalam berdagang menjadi salah satu cara untuk meningkatkan hasil, karena masyarakat merasa lebih dekat dan akan lebih sering berbelanja, apabila bahasa yang dipergunakan sama.
Strategi adaptasi ini merupakan sebuah proses mimikri yang secara jitu diterapkan oleh etnis Tionghoa di Desa Pupuan, demi peningkatan perekonomian mereka. Dengan keberhasilannya melaksanakan perubahan identitas budaya yang secara tidak langsung berpengaruh pada bidang ekonomi. Etnis Tionghoa diDesa Pupuan mampu mengangkat nama desanya dengan keberhasilan-keberhasilan di bidang ekonomi. Selain itu, dengan kekuatan ekonominya, etnis Tionghoa di Desa Pupuan mampu membangun desa menjadi lebih maju dari desa-desa sekitarnya.
Salah satu bukti kekayaan warga etnis Tionghoa di Desa Pupuan, dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
gambar 7.2
Bukti kepemilikan lahan di Pupuan pada masa Hindia Belanda
(Sumber: Yudha, 2012)