Data Penelitian Pembahasan Hasil Penelitian

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian

Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2005 sampai dengan tahun 2009. Perusahaan yang dijadikan sampel berjumlah 20 perusahaan dari 30 perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel tersebut terlebih dahulu dihitung nilai altman z-score masing-masing dengan rumus : Z = 1,2 + 1,4 + 3,3 + 0,6 + 1 Dimana : X1 = Working Capital Total Assets X2 = Retairned Earnings Total Assets X3 = Earning Before Interest and Taxes Total Assets X4 = Market Value of Equity Book Value of Total Liabilities X5 = Sales Total Assets Penelitian ini adalah termasuk penelitian populasi yang ingin melihat dan meneliti semua populasi. Sedangkan populasi sasaran dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia. Perbankan merupakan perusahaan yang berperan sebagai perantara keuangan financial intermediary antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Universitas Sumatera Utara Perusahaan perbankan mengalami banyak masalah sejak terjadinya krisis multidimensional di Indonesia. Krisis moneter yang terus-menerus mengakibatkan krisis kepercayaan dan banyak bank yang terlikuidasi. Dalam hal ini agar setiap bank mampu bertahan maka diperlukan suatu perhitungan untuk memprediksi apakah bank akan tetap beroperasi atau dilikuidasi. Informasi kebangkrutan sangat penting adanya sehingga perlu diukur dan dianalisis. Salah satu cara untuk menilai tingkat kesehatan perusahan adalah dengan melihat aspek finansialnya. Dengan membandingkan elemen-elemen aktiva disatu pihak dengan pasiva dilain pihak maka akan dapat diperoleh banyak gambaran tentang finansial suatu perusahaan. Selanjutnya membandingkan laporan keuangan antara periode yang satu dengan periode yang lain akan dapat menganalisis perkembangan, kondisi keuangan dan kesehatan perusahaan.

B. Analisis Hasil Penelitian

1. Analisis Deskriptif

Dalam statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata mean, standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness kemencengan distribusi Ghozali,2006:19. Statistik deskriptif variabel penelitian dari sampel perusahaan selama periode pengamatan mulai tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 disajikan pada Tabel 4.1 berikut ini : Universitas Sumatera Utara Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Sumber : Hasil Olahan SPSS 16 Tabel 4.1 menunjukkan hasil ouput SPSS mengenai statistik deskriptif variabel penelitian tahun 2005-2009 dengan jumlah sampel keseluruhan sebanyak 20 perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Berdasarkan analisis data perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia diperoleh nilai rasio keuangan yang dapat dideskripsikan. Working capital tertinggi pada tahun 2005 diperoleh Bank Mandiri Persero Tbk yaitu sebesar Rp. 24.911.756.000.000, pada tahun 2006 diperoleh Bank Central Asia Tbk sebesar Rp. 14.816.090.000.000, pada tahun 2007 diperoleh Bank Mandiri Persero Tbk sebesar Rp. 42.617.828.000.000, pada tahun 2008 tetap diperoleh Bank Mandiri Persero Tbk sebesar Rp. 43.768.097.000.000, dan pada tahun 2009 juga diperoleh Bank Mandiri Persero Tbk sebesar Rp. 47.559.096.000.000. Working capital terendah pada tahun 2005 diperoleh Bank CIMB Niaga Tbk sebesar Rp. - 32.668.559.000.000, pada tahun 2006 diperoleh Bank Mutiara Tbk dh Bank Century Tbk sebesar Rp. ‐ 5.096.340.000.000, pada tahun 2007 diperoleh Bank Eksekutif International sebesar Rp.-129.342.228.858, pada tahun 2008 diperoleh Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation WCTA 100 -.786 .923 .08472 .197386 RETA 100 -1.594 .080 -.00887 .203116 EBITTA 100 -1.286 .046 -.00006 .130860 MVEBUL 100 .000 4.857 .38445 .768563 STA 100 .075 .195 .11217 .019636 Zscore 100 -2.865 4.229 .57241 .839724 H.Saham 100 34.000 7670.000 1.28841E3 1636.718530 Valid N listwise 100 Universitas Sumatera Utara Bank Mutiara Tbk dh Bank Century Tbk sebesar Rp.-682.169.000.000, sedangkan pada tahun 2009 diperoleh Bank Eksekutif International sebesar Rp. ‐ 69.680.768.725. Nilai total assets tertinggi dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 diperoleh Bank Mandiri Persero Tbk yaitu tahun 2005 diperoleh sebesar Rp. 263.383.348.000.000, tahun 2006 diperoleh sebesar Rp. 319.085.590.000.000, tahun 2007 diperoleh sebesar Rp.319.085.590.000.000, tahun 2008 diperoleh sebesar Rp. 358.438.678.000.000, dan pada tahun 2009 diperoleh sebesar Rp. 394.616.604.000.000. Nilai total assets terendah dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 diperoleh Bank Swadesi Tbk yaitu tahun 2005 sebesar Rp. 925.664.000.000, tahun 2006 sebesar Rp.972.457.000.000, tahun 2007 sebesar Rp.1167.744.345.349, tahun 2008 sebesar Rp.1.359.880.323.678, sedangkan tahun 2009 total assets terendah diperoleh Bank Eksekutif International Rp.1.425.575.821.141. Retained earnings yang tertinggi dari tahun 2005 sampai tahun 2009 diperoleh Bank Central Asia Tbk yaitu tahun 2005 sebesar Rp.10.417.825.000.000, tahun 2006 sebesar Rp.11.556.474.000.000, tahun 2007 sebesar Rp.13.904.753.000.000, tahun 2008 sebesar Rp.18.338.392.000.000, dan tahun 2009 sebesar Rp.22.587.283.000.000. Retained earnings yang terendah dari tahun 2005 sampai 2007 diperoleh Bank Permata Tbk yaitu tahun 2005 sebesar Rp.-4.555.608.000.000, tahun 2006 sebesar Rp. -3.365.440.000.000, tahun 2007 sebesar Rp. ‐ 3.224.838.000.000 sedangkan tahun 2008 sampai tahun 2009 Universitas Sumatera Utara diperoleh Bank Mutiara Tbk dh Bank Century Tbk yaitu tahun 2008 sebesar Rp. -8.903.713.000.000, tahun 2009 sebesar Rp. ‐ 8.638.230.000.000. Earning before income and tax yang tertinggi pada tahun 2005 diperoleh Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk sebesar Rp. 5.607.952.000.000, tahun 2006 diperoleh Bank Mandiri Persero Tbk sebesar Rp. 6.066.603.000.000, tahun 2007 dan 2008 diperoleh Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk yaitu tahun 2007 sebesar Rp.7.780.074.000.000 dan tahun 2008 sebesar Rp.8.822.012.000.000, sedangkan tahun 2009 diperoleh Bank Mandiri Persero Tbk sebesar Rp.10.824.074.000.000. Earning before income and tax yang terendah pada tahun 2005 dan 2006 diperoleh Bank Eksekutif Internasional Tbk yaitu sebesar Rp.- 65.580.000.000 dan Rp.19.039.000.000, tahun 2007 dan 2008 diperoleh Bank Mutiara Tbk dh Bank Century Tbk yaitu sebesar Rp. -166.056.000.000 dan Rp. -7.180.684.000.000, sedangkan untuk tahun 2009 diperoleh Bank Eksekutif Internasional sebesar Rp.-112.690.649.332. Market value of equity yang tertinggi tahun 2005 dan 2006 diperoleh Bank Central Asia Tbk yaitu sebesar Rp. 53.376.955.690.850 dan Rp. 70.108.539.837.822, tahun 2007 diperoleh Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk sebesar Rp. 91151723700000.00, tahun 2008 diperoleh Bank Mandiri Persero Tbk sebesar Rp. 42.333.936.770.700 dan tahun 2009 diperoleh Bank Central Asia sebesar Rp.202.045.324.465.036. Market value of equity yang terendah pada tahun 2005 dan 2006 diperoleh Bank Eksekutif Internasional Tbk yaitu sebesar Rp. 41.077.695.000dan Rp. 35.805.000.000, tahun 2007 dan 2008 diperoleh Bank Mutiara Tbk dh Bank Century Tbk yaitu sebesar Rp.1.927.810.200 dan Universitas Sumatera Utara Rp.1.417.508.850, sedangkan untuk tahun 2009 diperoleh Bank Eksekutif Internasional Tbk sebesar Rp.54.640.000.000. Nilai book value of debt yang tertinggi tahun 2005 diperoleh Bank Mandiri Persero Tbk sebesar Rp.240.164.245.000.000, tahun 2006 sampai tahun 2008 diperoleh Bank Bumiputera Indonesia Tbk yaitu sebesar Rp.489.621.308.900.000, Rp.580.967.173.400.000, Rp.578.288.203.200.000 sedangkan tahun 2009 diperoleh Bank Mandiri Persero Tbk sebesar Rp.359.318.341.000.000. Nilai book value of debt yang terendah tahun 2005 diperoleh Bank Swadesi Tbk sebesar Rp.813.739.000.000, tahun 2006 diperoleh Bank Victoria International sebesar Rp.258.962.000.000 dan untuk tahun 2007 sampai tahun 2009 diperoleh Bank Swadesi Tbk yaitu tahun 2007 sebesar Rp.1.043.090.917.542 , tahun 2008 sebesar Rp.1.077.207.449.641 dan tahun 2009 sebesar Rp.1.234.899.142.899. Nilai sales yang tertinggi dari tahun 2005 sampai tahun 2008 diperoleh Bank Mandiri Persero Tbk yaitu tahun 2005 sebesar Rp.23.577.554.000.000, tahun 2006 sebesar Rp.28.747.205.000.000, tahun 2007 sebesar Rp.27.091.139.000.000, dan tahun 2008 sebesar Rp.31.989.244.000.000, sedangkan untuk tahun 2009 diperoleh Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk sebesar Rp.38.603.725.000.000. Nilai sales yang terendah dari tahun 2005 sampai 2009 diperoleh Bank Swadesi Tbk yaitu tahun 2005 sebesar Rp. 91.852.000.000, tahun 2006 sebesar Rp.119.248.000.000, tahun 2007 sebesar Rp.108.552.066.138, tahun 2008 sebesar Rp.133.258.988.945, dan tahun 2009 sebesar Rp.167.724.337.445. Universitas Sumatera Utara Disamping itu untuk perhitungan rasio keuangan Altman Z-Score, diperoleh rasio keuangan sebagai berikut:

a. Working Capital to Total Assets WCTA

Nilai rasio keuangan working capital to total assets WCTA yang tertinggi tahun 2005 diperoleh oleh Bank Mutiara Tbk dh Bank Century Tbk sebesar Rp.0,130654271, tahun 2006 diperoleh Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk sebesar Rp.0,922750296, tahun 2007 diperoleh Bank Mayapada Tbk sebesar Rp.0,224829085, tahun 2008 diperoleh Bank Mega Tbk sebesar Rp.0,415262418, dan tahun 2009 diperoleh Bank Bumiputera Indonesia Tbk sebesar Rp.0,571416288. Nilai working capital to total assets WCTA yang terendah tahun 2005 diperoleh Bank CIMB Niaga Tbk sebesar Rp.-0,785682256, tahun 2006 diperoleh Bank Mutiara Tbk dh Bank Century Tbk sebesar Rp.- 0,350324833, tahun 2007 diperoleh Bank Eksekutif Internasional Tbk sebesar Rp.-0,095828968, tahun 2008 diperoleh Bank Mutiara Tbk dh Bank Century Tbk sebesar Rp.-0,122123601, dan tahun 2009 diperoleh Bank Eksekutif Internasional sebesar Rp.-0,048879034. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai rasio WCTA yang dihasilkan maka memberikan indikasi semakin baik pula penggunaan modal kerja terhadap total asset perusahaan yang dimiliki dan semakin rendah rasio tersebut akan memberikan indikasi penggunaan modal kerja yang tidak maksimal dari total asset yang dimiliki. Universitas Sumatera Utara

b. Retained Earning to Total Assets RETA

Rasio keuangan retained earning to total assets RETA yang tertinggi tahun 2005 diperoleh Bank Danamon Tbk sebesar Rp. 0.073031103 dan mulai tahun 2006 sampai tahun 2009 diperoleh Bank Central Asia Tbk yaitu sebesar Rp.0,065365143, Rp.0,063781805, Rp.0,074676885, Rp.0,079985479. Retained earning RETA yang terendah tahun 2005 diperoleh Bank Mutiara Tbk dh Bank Century Tbk sebesar Rp.-0.176597892, tahun 2006 diperoleh Bank Permata Tbk sebesar Rp.-0,088935107, dan dari tahun 2007 sampai 2009 diperoleh Bank Mutiara Tbk dh Bank Century Tbk yaitu tahun 2007 sebesar Rp.-0,118238215, tahun 2008 sebesar Rp.-1,593964972, dan tahun 2009 sebesar Rp.-1,14700088. Semakin besar rasio tersebut maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset dan begitu pun sebaliknya.

c. Earnings Before Interest and Tax to Total Assets EBITTA

Rasio keuangan earning before interest and tax to total assets EBITTA yang tertinggi mulai tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 diperoleh Bank Rakyat Indonesia Persero yaitu sebesar Rp. 0.045676445, Rp.0,038175488, Rp.0,038187235, Rp.0,035850631, dan tahun 2009 diperoleh Bank Swadesi Tbk sebesar Rp.0,032939672. Earnings before interest and tax to total assets EBITTA yang terendah tahun 2005 dan 2006 diperoleh Bank Eksekutif Internasional Tbk yaitu sebesar Rp.-0,043954188 dan Rp.-0,014215985, tahun 2007 dan 2008 diperoleh Bank Mutiara Tbk dh Bank Century Tbk yaitu sebesar Rp.-0,011646911 dan Rp.-1,285504011, sedangkan untuk tahun 2009 diperoleh Universitas Sumatera Utara Bank Eksekutif Internasional Tbk sebesar Rp.0,079049215. Sama halnya dengan RETA maka semakin besar rasio tersebut akan semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset dan begitu pun sebaliknya.

d. Market Value of Equity to Book Value of Debt MVEBUL

Rasio keuangan market value of equity to book value of debt MVEBUL yang tertinggi tahun 2005 diperoleh Bank Central Asia Tbk sebesar Rp.3,973500325, tahun 2006 dan 2007 diperoleh Bank Permata Tbk sebesar Rp.1,97981705, Rp.1.950240101, tahun 2008 diperoleh Bank Internasional Indonesia Tbk sebesar Rp.3,470435241, sedangkan tahun 2009 diperoleh Bank Mutiara Tbk dh Bank Century Tbk sebesar Rp.4,856800871. Market value of equity to book value of debt MVEBUL yang terendah tahun 2005 diperoleh Bank Artha Graha Internasional Tbk sebesar Rp.0,028506226, tahun 2006 sampai tahun 2008 diperoleh Bank Bumiputera Indonesia Tbk yaitu sebesar Rp.0,000919078, Rp.0,00112743, Rp.0,000536065, dan tahun 2009 diperoleh sebesar Rp.0,037112758. Semakin tinggi rasio tersebut maka semaikn baik pula kondisi perusahaan. Hal ini memberikan indikasi bahwa perusahaan mampu dalam memberikan jaminan kepada setiap hutangnya melalui modalnya sendiri. Semakin rendah rasio tersebut maka mencerminkan kondisi perusahaan yang kurang baik. Universitas Sumatera Utara

e. Sales to Total Assets STA

Rasio keuangan sales to total assets STA yang tertinggi tahun 2005 diperoleh Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk sebesar Rp.0,146432427, tahun 2006 diperoleh Bank Danamon Tbk sebesar Rp.0,160095197, tahun 2007 diperoleh Bank Eksekutif Internasional Tbk sebesar Rp.0,134325067, tahun 2008 diperoleh Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk sebesar Rp.0,124480882, dan tahun 2009 diperoleh Bank Danamon Tbk sebesar Rp.0,194733708. Sales to total assets yang terendah tahun 2005 diperoleh Bank Mutiara Tbk dh Bank Century Tbk sebesar Rp.0,086568748 dan tahun 2006 sampai tahun 2009 diperoleh Bank Mandiri Persero Tbk yaitu tahun 2006 sebesar Rp.0,090092458, tahun 2007 sebesar Rp.0,084902421, tahun 2008 sebesar Rp.0,089246072,dan tahun 2009 sebesar Rp.0,096507158. Semakin tinggi rasio maka memberikan indikasi semakin meningkatnya penjualan yang diperoleh dari total asset yang dimilki perusahaan. Hal ini mencerminkan kondisi perusahaan yang baik. Namun sebaliknya semakin rendah rasio maka semakin rendah pula penjualan yang diperoleh jika dibandingkan dengan total asset yang dimiliki.

f. Harga Saham

Harga saham perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005 yang tertinngi diperoleh Bank Danamon Tbk sebesar 3658,1 dan yang terendah diperoleh Bank Eksekutif Internasional Tbk sebesar 44,8. Pada tahun 2006 harga saham tertinggi diperoleh Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk sebesar 5245 dan yang terendah Bank Eksekutif Internasional Tbk Universitas Sumatera Utara sebesar 42,6. Tahun 2007 harga saham tertinggi diperoleh Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk sebesar 7365 dan yang terendah Bank Eksekutif Internasional Tbk sebesar 49,7. Tahun 2008 harga saham tertinggi diperoleh Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk sebesar 4597,5 dan yang terendah Bank Eksekutif Internasional Tbk sebesar 34. Sedangkan untuk tahun 2009 harga saham yang tertinggi diperoleh Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk sebesar 7670 dan yang terendah Bank Mutiara Tbk dh Bank Century Tbk sebesar 50. Perubahan harga saham dipengaruhi oleh kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar sekunder. Semakin banyak investor yang ingin membeli atau menyimpan suatu saham, maka harganya akan semakin naik. Dan sebaliknya jika semakin banyak investor yang menjual atau melepaskan maka akan berdampak pada turunnya harga saham. Harga saham merupakan nilai suatu saham yang mencerminkan kekayaan perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut. Secara umum semakin baik keuangan perusahaan dan semakin banyak keuntungan yang dinikmati oleh pemegang saham, kemungkinan harga saham akan naik. Tetapi saham yang memiliki tingkat keuntungan yang baik juga bisa mengalami penurunan harga. Hal ini dapat disebabkan oleh keadaan pasar saham. Hal seperti ini tidak akan hilang jika kepercayaan pemodal belum pulih, kondisi ekonomi belum membaik ataupun hal-hal lainnya. Salah satu resiko dari pemegang saham adalah menurunnya harga saham. Hal ini dapat diatasi dengan cara menahan saham tersebut sampai keadaan pasar membaik. Universitas Sumatera Utara

2. Analisis Altman Z-Score

Berdasarkan hasil perhitungan nilai z-score pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI maka nilai z-score tertinggi pada tahun 2005 diperoleh Bank Central Asia Tbk sebesar 4,229383623 dan nilai terendah diperoleh Bank CIMB Niaga Tbk sebesar -0,509458396. Sedangkan rata-rata nilai z-score tahun 2005 masih berada di bawah 1,8 sehingga semua bank masuk dalam klasifikasi sebagai perusahaan yang mengalami masalah keuangan yang serius. Pada tahun 2006 nilai z-score tertinggi diperoleh Bank Permata Tbk sebesar 2,8781291 dan terendah diperoleh Bank Mutiara Tbk dh Bank Century Tbk sebesar -0,218329406. Rata-rata nilai z-score tahun 2006 masih berada di bawah 1,8 sehingga semua bank masuk dalam kategori sebagai perusahaan yang mengalami masalah keuangan yang serius, terkecuali Bank Permata Tbk yang diklasifikasikan sebagai perusahaan yang memiliki sedikit masalah keuangan tetapi tidak serius. Pada tahun 2007 nilai z-score tertinggi diperoleh Bank Permata Tbk sebesar 2,117119113 dan terendah diperoleh Bank Mutiara Tbk dh Bank Century Tbk sebesar -0,045704135. Rata-rata nilai z-score tahun 2007 masih di bawah 1,8 yang tentu saja diklasifikasikan sebagai perusahaan yang mengalami masalah keuangan yang serius dan terkecuali untuk Bank Permata Tbk yang diklasifikasikan sebagai perusahaan yang akan mengalami masalah keuangan jika tidak melakukan perbaikan dalam manajemen maupun struktur keuangannya. Pada kondisi seperti ini, perusahaan mengalami masalah keuangan yang harus Universitas Sumatera Utara ditangani oleh manajemen dengan cepat, jika terlambat maka akan mengakibatkan masalah keuangan yang serius . Pada tahun 2008 nilai z-score tertinggi diperoleh Bank Internasional Indonesia Tbk sebesar 3,657750092 dan terendah diperoleh Bank Mutiara Tbk dh Bank Century Tbk sebesar -2,865261242. Rata-rata nilai z-score ditahun 2008 di bawah 1,8 sehingga diklasifikasikan sebagai perusahaan yang mengalami masalah keuangan yang serius, terkecuali Bank Internasional Indonesia Tbk yang diklasifikasian sebagai perusahaan yang tidak mengalami masalah dengan kondisi keuangan. Pada tahun 2009 nilai z-score tertinggi diperoleh Bank Mutiara Tbk dh Bank Century Tbk sebesar 3,901917118 dan terendah diperoleh Bank Eksekutif Internasional Tbk sebesar -0,053059062. Rata-rata nilai z-score ditahun 2009 tetap berada di bawah 1,8 sehingga semua perusahaan perbankan di BEI diklasifikasikan sebagai perusahaan yang mengalami masalah keuangan yang serius meskipun masih ada dua Bank yang tidak termasuk yaitu Bank Mutiara Tbk dh Bank Century Tbk diklasifikasikan sebagai perusahaan yang tidak mengalami masalah keuangan dan Bank Mega Tbk yang diklasifikasikan sebagai perusahaan yang akan mengalami masalah keuangan jika tidak melakukan perbaikan dalam manajemen maupun struktur keuangannya, dimana pihak manajemen harus menanggulangi masalah ini sedini mungkin untuk menghindari terjadinya masalah keuangan yang lebih serius. Dari hasil perhitungan model altman z-score hampir semua perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI dari tahun 2005 sampai dengan 2009 berada Universitas Sumatera Utara dibawah 1,8 sehingga diklasifikasikan sebagai perusahaan yang mengalami masalah yang serius bangkrut. Namun pada kenyataannya semua perusahaan tersebut masih tetap menjalankan kegiatan usahanya. Hal ini tentu saja dikarenakan pemerintah melakukan likuidasi pada suatu bank bukan menggunakan rasio keuangan model altman z-score tetapi menggunakan ukuran rasio model CAMEL dan berbagai pertimbangan lain seperti yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia.

3. Analisis statistik

a. Uji Normalitas Data

Uji data statistik dengan model Kolmogorov-Smirnov dilakukan untuk mengetahui apakah data sudah terdistribusi secara normal atau tidak. Ghozali 2005:115, memberikan pedoman pengambilan keputusan tentang data mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov yang dapat dilihat dari: a. Nilai signifikan atau probabilitas 0,05, maka distribusi data adalah tidak normal, b. Nilai signifikan atau probabilitas 0,05, maka distribusi data adalah normal. Hasil uji normalitas dengan menggunakan model Kolmogorov-Smirnov adalah seperti yang ditampilkan pada Tabel 4.3 berikut ini: Universitas Sumatera Utara Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Predicted Value N 94 Normal Parameters a Mean 6.4157354 Std. Deviation .74029398 Most Extreme Differences Absolute .098 Positive .069 Negative -.098 Kolmogorov-Smirnov Z .949 Asymp. Sig. 2-tailed .329 a. Test distribution is Normal. Sumber : Hasil Olahan SPSS 16 Berdasarkan hasil uji normalitas dengan menggunakan model Kolmogorov- Smirnov diketahui bahwa nilai signifikan atau probabilitas 0,05 sehingga distribusi data adalah normal.

b. Uji Autokolerasi

Salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi pada model regresi adalah dengan melakukan Uji Durbin Watson Dw. Bila nilai Dw terletak antara batas atas atau Upper Bound du dan 4-du, maka koefisien autokorelasi sama dengan nol yang berarti tidak ada gangguan autokorelasi. Adapun hasil pengujian Durbin Watson dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Tabel 4.3 Hasil Uji Autokorelasi Dari tabel dapat diketahui bahwa angka Durbin Watson Dw sebesar 1,718. Jika dilihat dari tabel keputusan Durbin Watson maka : du Dw 4-dl = 1,654 1,718 4-1,694 1,654 1,718 2,306 Dari hasil itu jelas terlihat angka 1,718 terletak diantara 1,654 dan 2,306. Hal tersebut mengindikasikan bahwa angka 1,718 berada didaerah yang tidak terdapat autokorelasi positif dan negatif yaitu sesuai dengan kriteria jika duDW4-dl maka dapat diambil keputusan Durbin Watson bahwa pada persamaan regresi tersebut tidak terdapat autokorelasi.

c. Uji Heteroskedastisitas

Salah satu cara untuk mendekteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat ZPRED dengan nilai residualnya SRESID. Dasar pengambilan keputusan tersebut adalah : Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .519 a .269 .261 1.22654 1.718 a. Predictors: Constant, lnx b. Dependent Variable: lny Sumber : Hasil Olahan SPSS 16 Universitas Sumatera Utara 1. Jika ad pola t maka t 2. Jika ti angka Se menyebar heterosked bawah ini da pola terte tertentu yan telah terjadi dak ada po 0 pada sum dangkan da diantara dastisitas. U : entu, sepert ng teratur i heterosked la yang jela mbu Y, maka alam peneli angka 0 Untuk lebih Hasil u ti titik-titik bergelomb dastisitas. as, serta titi a tidak terja itian ini dip 0 pada s jelasnya da Gambar uji heteros poin-poin bang, meleb ik-titik men adi heterosk peroleh atau sumbu Y apat dilihat r 4.1 kedastisita yang ada m bar, kemud nyebar di at kedastisitas. u didapatkan sehingga pada diagra as. membentuk dian menye tas dan di b n titik-titik a tidak t am scatterp suatu empit bawah yang erjadi plot di Universitas Sumatera Utara Berdasarkan diagram scatterplot diatas terlihat bahwa titik-titik tersebut menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y serta tidak ada pola yang jelas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Pengujian Hipotesis Hasil uji asumsi klasik memperlihatkan data observasi tidak memenuhi asumsi autokorelasi, kemudian dilakukan transformasi ke dalam bentuk logaritma natural LN. Sehingga persamaan yang baru memenuhi asumsi klasik dan dapat dianalisis lebih lanjut untuk pengujian hipotesis. Penulis menggunakan analisis regresi sederhana untuk melakukan pengujian hipotesis dengan bantuan program SPSS 16.

d. Regresi Sederhana

Dalam uji ini model regresi yang digunakan adalah model regresi linear sederhana, dimana harga saham Y sebagai variabel terikat dependen dan nilai Z-Score X sebagai variabel bebas independent. Adapun model dasarnya adalah sebagai berikut : Y = a + bX Keterangan: Y = Harga Saham Variabel Dependen a = Konstanta b = Koefisien Variabel Independen X = Nilai Z-Score Variabel Independen Universitas Sumatera Utara Berikut ini adalah Tabel yang menunjukkan nilai coefficient : Tabel 4.4 Coefficients Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 7.109 .174 40.922 .000 Lnx .828 .142 .519 5.821 .000 a. Dependent Variable: lny Sumber : Hasil Olahan SPSS 16 Dari Tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa persamaan regresi linear sederhana pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Y = 7,109 + 0,828 LnX Dari persamaan regresi sederhana tersebut, dapat dijelaskan bahwa : 1. a = konstanta sebesar 7,109 artinya apabila variabel independen Nilai Z- Score dianggap konstan bernilai 0, maka harga saham sebesar 7,109. 2. Koefisien nilai Z-Score X sebesar 0,828 , artinya apabila nilai ZScore mengalami kenaikan sebesar satu satuan, maka harga saham akan mengalami kenaikan sebesar 0,828. 3. Uji t untuk menguji signifikansi konstanta dari variabel dependen. Dari Tabel 4.3 tersebut diperoleh t hitung 5,821 dengan tingkat signifikansi t tabel α = 5 dan dengan df derajat kebebasan = n – k atau 94– 2 = 92 sehingga diperoleh t tabel 1,986. Karena t hitung t tabel 5,821 1,986 maka ada Universitas Sumatera Utara pengaruh antara nilai Z-Score terhadap harga saham pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia.

e. Koefisien Determinasi

Dalam uji regresi linear sederhana dianalisis pula besarnya koefesien determinasi R² keseluruhan. R² digunakan untuk mengukur dan mengetahui persentase pengaruh variabel independen terhadap perubahan variabel dependen. Jika R² mendekati 1 maka dapat dikatakan semakin kuat kemampuan variabel bebas dalam model regresi tersebut dalam menerangkan variasi variabel terikatnya. Sebaliknya jika R² mendekati 0 maka semakin lemah variabel bebas menerangkan variabel terikat. Hasil uji regresi untuk koefisien determinasi dapat dilihat pada Tabel dibawah ini : Tabel 4.5 Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .519 a .269 .261 1.22654 1.718 a. Predictors: Constant, lnx b. Dependent Variable: lny Sumber :Hasil Olahan SPSS 16 Dari Tabel 4.4 di atas, hasil uji regresi diperoleh nilai koefisien determinasi R Square sebesar 0,269 atau 26,90. Hasil ini berarti bahwa harga saham dapat dipengaruhi oleh nilai Z-Score. Sedangkan sisanya 73,10 100 - 26,90 Universitas Sumatera Utara dipengaruhi oleh variabel lainnya selain variabel nilai Z-Score. Pada Tabel 4.5 dapat terlihat uji F hitung sebagai berikut : Dari Tabel 4.5 didapat F hitung 33,879 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena probabilitas 0,000 jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi harga saham .

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penelitian ini telah sesuai dengan penelitian yang diharapkan peneliti yaitu untuk menganalisis prediksi kebangkrutan perusahaan perbankan dan untuk mengetahui pengaruh kebangkrutan bank dengan metode Altman Z-Score terhadap harga saham perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia. Dari hasil perhitungan Altman Z-Score tahun 2005 sampai dengan 2009 diperoleh nilai Z-Score yang sebagian besar masih di bawah 1,88 yang berarti bank-bank tersebut masuk dalam kategori perusahaan yang memiliki masalah Tabel 4.6 Anova Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 50.967 1 50.967 33.879 .000 a Residual 138.404 92 1.504 Total 189.371 93 a. Predictors: Constant, lnx b. Dependent Variable: lny Sumber : Hasil Olahan SPSS 16 Universitas Sumatera Utara keuangan yang serius ataupun dapat dikatakan berpotensi bangkrut. Hanya pada tahun 2005 Bank Central Asia Tbk yang memiliki nilai Z-Score diatas 2,99 yang berarti berada pada kondisi perusahaan yang tidak mengalami masalah. Begitu juga pada tahun 2008 Bank Internasional Indonesia Tbk dan tahun 2009 Bank Mutiara Tbk dh Bank Century Tbk memiliki nilai Z-Score diatas 2,99 sehingga diklasifikasikan sebagai perusahaan yang tidak mengalami masalah keuangan ataupun termasuk perusahaan yang sehat. Meskipun tergolong perusahaan yang sedang mengalami masalah keuangan yang serius ataupun dapat digolongkan bangkrut namun demikian sampai saat ini perusahaan perbankan tersebut masih menjalankan usaha perbankan. Hasil tersebut konsisten dan sesuai dengan penelitian Supardi dan Mastuti 2003 tentang validitas penggunaaan Z-Score Altman untuk menilai kebangkrutan pada perusahaan perbankan go publik di BEI yang mengatakan bahwa meskipun nilai prediksi kebangkrutan dengan Altman Z-Score termasuk dalam kategori bangkrut, pada kenyataannya masih menjalankan kegiatan operasi perusahaan perbankan. Dari hasil uji asumsi klasik menunjukkan bahwa semua data yang dijadikan sampel pada penelitian ini telah lulus uji asumsi klasik. Berdasarkan uji normalitas menunjukkan bahwa data sampel adalah normal dengan tingkat signifikan 0,329 0,05 , uji autokorelasi dengan nilai DW sebesar 1,718 yang berarti tidak terdapat autokorelasi positif maupun negatif, dan uji heteroskedastisitas yang terlihat dari diagram scatterplot di atas bahwa titik-titik Universitas Sumatera Utara tersebut menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y serta tidak ada pola yang jelas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji regresi menunjukan nilai koefisien determinasi sebesar R = 0,269 yang artinya variabel independen ternyata memberikan kontribusi sebesar 26,90 dalam menjelaskan harga saham sedangkan sisanya 73,10 100 - 26,90 dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Dari hasil uji t di atas diperoleh t hitung sebesar 5,821 dengan tingkat signifikansi t tabel α = 5 dan dengan df derajat kebebasan = n – k atau 94 – 2 = 92 sehingga diperoleh t tabel 1,986. Karena t hitung t tabel 5,821 1,986 maka ada pengaruh antara nilai Z-Score terhadap harga saham pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia. Harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah rata-rata harga saham selama lima hari transaksi sebelum tutup buku dan lima hari setelah tutup buku, sehingga harga saham tersebut tidak terlalu berfluktuasi. Dari hasil perhitungan harga saham berdasarkan rentang waktu dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 nilai saham tertinggi diperoleh Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk yaitu tahun 2009 sebesar 7670 dan yang terendah diperoleh Bank Eksekutif Internasional Tbk pada tahun 2008 dengan nilai saham sebesar 34. Jika dari hasil penelitian Saragih 2010 bahwa ada hubungan yang positif antara kebangkrutan perbankan dengan variabel makro maka dalam penelitian ini penulis dapat menunjukkan bahwa ada pengaruh yang sigifikan antara kebangkrutan perbankan dengan harga saham. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian terdahulu yang mengatakan walaupun menurut metode altman Universitas Sumatera Utara z-score dikategorikan bangkrut namun pada kenyataanya perusahaan tersebut masih dapat menjalankan operasional perusahaannya. Selain itu penelitian ini tentu saja sesuai dengan penelitian yang dilakukan Altman 1968 tentang variabel-variabel yang signifikan sebagai predictor variables. Lima variabel terbaik yang ditemukan altman dalam prediksi kebangkrutan perusahaan adalah working capitaltotal assets, retained earningtotal assets, EBITtotal assets, market value equitybook value of total debt, dan salestotal asset . Namun dalam penelitian ini perusahaan yang dijadikan sampel berbeda dengan sampel altman. Altman dalam penelitiannya menggunakan perusahaan manufaktur sedangkan dalam penelitian ini menggunakan perusahaan perbankan sebagai sampelnya dan formula z-score yang digunakan juga berbeda. Seiring perkembangan zaman, banyak peneliti selanjutnya yang terus melakukan penelitian tentang keakuratan formula altman z-score itu sendiri. Dalam penelitian ini formula yang digunakan adalah formula altman z-score yang telah disempurnakan dan merupakan formula terbaru yang banyak dipakai saat ini. Oleh karena itu ukuran standar pengklasifikasian dari suatu perusahaan yang sehat atau bangkrut juga berbeda dengan standar pengklasifikasian yang dikemukakan altman pada penelitianya. Namun tujuannya adalah sama yaitu untuk memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan. Universitas Sumatera Utara

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas simpulan yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut : 1. Dari hasil perhitungan rasio keuangan Z-Score pada tahun 2005 sampai tahun 2009 diperoleh nilai Z-Score yang masih rendah di bawah nilai 1,88 sehingga sebagian besar perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia masuk dalam kategori perusahaan yang mengalami masalah keuangan yang serius atau dapat digolongkan bangkrut. Hanya pada tahun 2005 Bank Central Asia Tbk yang memiliki nilai Z-Score diatas 2,99 yang berarti berada pada kondisi perusahaan yang tidak mengalami masalah. Begitu juga pada tahun 2008 Bank Internasional Indonesia Tbk dan tahun 2009 Bank Mutiara Tbk dh Bank Century Tbk memiliki nilai Z-Score diatas 2,99 sehingga diklasifikasikan sebagai perusahaan yang tidak mengalami masalah keuangan ataupun termasuk perusahaan yang sehat. Meskipun tergolong perusahaan yang sedang mengalami masalah keuangan yang serius ataupun dapat digolongkan bangkrut namun demikian sampai saat ini perusahaan perbankan tersebut masih menjalankan usaha perbankan. Hal ini disebabkan dari kebijakan pemerintah yang melikuidasi bank bukan hanya berdasarkan analisis rasio keuangan Altman Z-Score namun berdasarkan pertimbangan Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Prediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan Perbankan Yang Telah Go Publik Di Bursa Efek Indonesia (Dengan Menggunakan Metode Altman Z-Score)

5 107 80

Analisis Hubungan Leverage dengan Altman Z-Score Pada Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia

2 52 157

Analisis Kebangkrutan Perusahaan dengan Menggunakan Metode Altman Z Score pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

7 91 91

Analisis Hubungan Variabel Makro Ekonomi Dengan Resiko Kebangkrutan (ALTMAN Z-SCORE) Pada Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia

1 23 94

ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia.

0 2 14

ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia.

0 3 15

Pengaruh Prediksi Kebangkrutan Dengan Metode Altman Z-Score Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

0 0 1

Analisis Ketepatan Prediksi Potensi Kebangkrutan Melalui Altman Z-Score dan Hubungannya Dengan Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Listing Di Bursa Efek Jakarta.

0 0 1

Analisis Prediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan Perbankan Yang Telah Go Publik Di Bursa Efek Indonesia (Dengan Menggunakan Metode Altman Z-Score)

0 0 10

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)

3 15 17