Jumlah Larva pada Umbi ekorumbi

Gambar 20 dapat dijelaskan bahwa varietas Jago V4 dan varietas Sewu V5 menghasilkan jumlah pembentukan umbi yang lebih sedikit dibanding varietas lainnya. Sedangkan jumlah pembentukan umbi yang paling banyak terdapat pada varietas Lokal V1. Gambar 21. Pengaruh Pembumbunan pada Jumlah Pembentukan Umbi buahbatang Umur 50, 60 dan 70 HST Gambar 21, Menunjukkan bahwa frekuensi pembumbunan berpengaruh nyata terhadap pembentukan umbi pada pengamatan 70 HST, dimana jumlah pembentukan umbi tertinggi terdapat pada perlakuan pembumbunan dua kali P2 4.20 buah per batang, sedangkan pada terendah pada perlakuan pada pembumbunan P0 3,65 buah per batang.

4.1.7 Jumlah Larva pada Umbi ekorumbi

Sidik ragam parameter jumlah larva pada umbi dapat dilihat pada Lampiran 7. Dari sidik ragam tersebut dapat dijelaskan bahwa hanya faktor varietas dan Universitas Sumatera Utara pembumbunan memberi pengaruh sangat nyata pada parameter jumlah larva pada umbi, sedangkan kombinasi perlakuan berpengeruh terhadap jumlah larva pada umbi. Ringkasan uji signifikasi parameter jumlah larva pada umbi terhadap perlakuan varietas dan pembumbunan diberikan Tabel 8 berikut ini. Tabel 8. Tanggap Jumlah Larva pada Umbi ekorumbi Perlakuan Beberapa Varietas dan Frekuensi Pembumbunan pada Tanaman Ubi Jalar Jumlah Larva pada Umbi Varietas V1 Lokal 1.75ab V2 Kidal 1.25bc V3 Boko 1.75ab V4 Jago 2.17a V5 Sewu 0.75c Pembumbunan P0 Tanpa Pembumbunan 2.35A P1 Pembumbunan satu kali 1.45B P2 Pembumbunan dua kali 0.80C Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 1 dan 5 Tabel 8 di atas dapat dijelaskan bahwa jumlah larva paling sedikit ada pada varetas Sewu V5 0,75 ekorumbi sedangkan jumlah larva paling banyak ada pada varietas Jago V4 2,17 ekorumbi. Pembumbunan dua kali P2 mampu menekan jumlah larva pada umbi dibandingkan dengan perlakuan pembumbunan satu kali P1 dan tanpa pembumbunan P0. Pembumbunan dua kali P2 0,80 ekorumbi sedangkan satu kali P1 dan tanpa pembumbunan P0 berturut-turut 1,45 dan 2,35 ekorumbi. Perkembangan jumlah larva pada umbi pada faktor pembumbunan diberikan Gambar 22 berikut ini. Universitas Sumatera Utara Gambar 22. Pengaruh Faktor Pembumbunan terhadap Jumlah Larva pada Umbi ekorumbi Gambar 22 di atas bahwa pembumbunan dua kali P2 mampu menekan jumlah larva dibandingkan pembumbunan satu kali P1 dan tanpa pembumbunan P0. Ringkasan uji signifikasi kombinasi faktor varietas dan frekuensi pembumbunan terhadap jumlah larva pada umbi dapat dilihat pada Tabel 9 berikut. Universitas Sumatera Utara Tabel 9. Tanggap Jumlah Larva pada Umbi ekorumbi Perlakuan Kombinasi Varietas dan Pembumbunan Jumlah larva pada Umbi P V P0 P1 P2 V1 1.85ab 1.31cdef 1.22def V2 1.65abc 1.40cde 0.71g V3 1.64abc 1.48cd 1.31cdef V4 1.93a 1.56bcd 1.31cdef V5 1.22def 1.10ef 0.97fg Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5. Tabel 9 di atas dapat dijelaskan bahwa kombinasi perlakuan varietas dan pembumbunan berpengaruh nyata jumlah larva pada umbi. Perlakuan tanpa pembumbunan varietas menunjukkan jumlah larva pada umbi terendah pada kombinasi tanpa pembumbunan varietas Sewu P0V5 1.22 ekorbatang, sedangkan tertinggi pada kombinasi perlakuan tanpa pembumbunan varietas Jago P0V4 1.93 ekorbatang. Jumlah larva pada umbi kombinasi perlakuan pembumbunan satu kali varietas tertinggi dijumpai pada pembumbunan satu kali varietas Jago P1V4 1.56 ekorumbi, sedangkan terendah pada pembumbunan satu kali varietas Sewu P1V5 1.10 ekorbatang. Perlakuan pembumbunan dua kali varietas dijumpai jumlah larva pada umbi terendah pada kombinasi pembumbunan dua kali varietas Kidal P2V2 0.71 ekorbatang, sedangkan tertinggi dijumpai pada pembumbunan dua kali varietas Jago P2V4 dan varietas Boko P2V3 1.31 ekorbatang.

4.1.8 Jumlah Pupa pada Umbi ekorumbi