Pada dasarnya Penerimaan Negara Bukan Pajak merupakan sumber Penerimaan Negara yang diperoleh karena pemberian pelayanan jasa atau
penjualan barang milik negara oleh DepartemenLembaga negara kepada masyarakat. Dan penerimaan ini dapat pula berasal dari pungutan dalam
bentuk iuran, retribusi, sumbangan atau pungutan. b. Pengaturan
Selain berfungsi sebagai salah satu sumber penerimaan negara, PNBP dapat pula berfungsi sebagai alat pengaturan regulasi misalnya dalam
kebijakan penentuan tarif dan penyesuain-penyesuaian.
1.5.3.3 Sumber-Sumber Hukum Penerimaan Negara Bukan Pajak
Keabsahan penerimaan negara wajib dituangkan dalam bentuk hukum, khususnya hukum tertulis untuk memberikan kepastian hukum atas
keberadaannya. Hal ini merupakan konsekuensi dari Pasal 1 ayat 3 Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa Indonesia adalah
negara hukum. Hukum penerimaan negara bukan pajak adalah sekumpulan peraturan tertulis
yang mengatur bagaimana cara negara memberikan pelayanan dan pemanfaatan sumber daya alam sehingga mendapat imbalan secara langsung dari yang
membutuhkan serta dapat dipaksakan. Tercantumnya kata “dapat dipaksakan” karena hukum penerimaan negara bukan pajak memuat sanksi hukum, baik secara
administrasi maupun pidana yang dapat dikenakan bagi pelanggarnya. Hukum penerimaan negara bukan pajak merupakan bagian tak terpisahkan
dengan hukum keuangan negara. Sebenarnya hukum keuangan negara bersifat
Universitas Sumatera Utara
makro terhadap pengelolaan keuangan negara sedangkan hukum penerimaan negara bukan pajak bersifat mikro yang tertuju pada penerimaan negara bukan
pajak. Norma hukum penerimaan negara bukan pajak hanya lahir secara tertulis, baik dari peraturan perundang-undangan, yurisprudensi, maupun doktrinnya. Oleh
karena itu, tidak ada norma hukum tidak tertulis di bidang penerimaan negara bukan pajak.
Hukum penerimaan negara bukan pajak sebagai hukum positif merupakan bagian hukum nasional yang berlaku dan memiliki sumber hukum. Akan tetapi,
sumber hukum yang dimiliki oleh hukum penerimaan negara bukan pajak hanya bersumber pada sumber hukum tertulis di luar traktat yang berkaitan dengan
bidang penerimaan negara bukan pajak. Hal ini disebabkan oleh keberadaannya yang hanya didukung oleh undang-undang sebagai produk legislative dan
ditindaklanjuti oleh pihak eksekutif dan yudikatif dalam rangka penegakkannya.
1.5.3.4 Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak
Secara yuridis, norma hukum yang terdapat pada tiga ayat dalam pasal 2 Undang-Undang No. 201997 ternyata jenis penerimaan negara bukan pajak
beraneka ragam, bergantung pada pelayanan dan pemanfaatan sumber daya alam yang diberikan oleh pemerintah.
Beberapa Departemen yang melakukan penataan kembali jenis penerimaan negara bukan pajak antara lain sebagai berikut :
a. Departemen Perhubungan dilakukan berdasarkan Peraturan Pemerintah
No. 142000;
Universitas Sumatera Utara
b. Departemen Luar Negeri dilakukan berdasarkan Peraturan Pemerintah No.
332002; c.
Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 612002;
d. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 452003; e.
Departemen Agama berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 472004; f.
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 42005;
g. Departemen Komunikasi dan Informatika berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 282005; h.
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 752005;
i. Departemen Kesehatan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 72006.
Sebagai contoh jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia setelah dilakukan penataan kembali
adalah sebagai berikut : a.
Pelayanan jasa hukum; b.
Penerimaan Balai Harta Peninggalan; c.
Jasa tenaga kerja narapidana; d.
Surat Perjalanan Republik Indonesia; e.
Visa; f.
Izin keimigrasian;
Universitas Sumatera Utara
g. Izin masuk kembali re-entry permit;
h. Surat keterangan keimigrasian;
i. Biaya beban;
j. Smart card;
k. Kartu perjalanan pebisnis Asia Pasifik Economic Cooperation;
l. Hak cipta desain industry, rahasia dagang dan desain tata letak sirkuit
terpadu; m.
Paten; n.
Merek. Saat ini PNBP dapat dikelompokkan menurut sifat pemungutannya dalam dua
kelompok besar yaitu: Pertama, penerimaan Umum yaitu PNBP yang secara umum terdapat pada setiap departemenlembaga seperti : 1 penerimaan
penjualan seperti penjualan barang yang dihapuskan, penjualan kendaraan bermotor; 2 penerimaan sewa seperti sewa rumah dinas, sewa gedung dan sewa
barang milik negara lainnya; 3 penerimaan jasa meliputi penerimaan jasa giro; 4 penerimaan kembali dan penerimaan lain-lain, contohnya penerimaan kembali
kelebihan pembayaran gajipension serta penerimaan denda. Kedua, penerimaan fungsional yaitu PNBP yang bersumber dari hasil
penyelenggaraan tugasfungsi teknis suatu departemenlembaga seperti : 1 penerimaan rutin luar negeri seperti penerimaan visapaspor, penerimaan
pemeriksaan dan sebagainya; 2 penerimaan khusus seperti pembagian laba BUMN, penerimaan kembali pinjaman, dan penerimaan lain-lain Departemen
Keuangan; 3 penerimaan penjualan seperti penjualan hasil pertanian, hasil
Universitas Sumatera Utara
farmasi, hasil penerbitan dan sebagainya; 4 penerimaan jasa seperti jasa rumah sakit, jasa kantor catatan sipil dan sebagainya; 5 penerimaan pendidikan seperti
uang pendidikan, uang ujian masuk, uang ujian praktek dan sebagainya; 6 penerimaan kejaksaan dan pengadilan seperti legalisasi tanda tangan, denda tilang,
ongkos perkara dan sebagainya. Struktur penerimaan APBN dalam garis besarnya terdiri atas penerimaan
dalam negeri dan hibah. Penerimaan dalam negeri pada pokoknya terbagi menjadi : Penerimaan Perpajakan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP.
Penerimaan PNBP mencakup yaitu : 1.
Penerimaan Sumber Daya Alam 2.
Bagian Laba BUMN 3.
PNBP lainnya 4.
Pendapatan BLU
1.5.3.5 Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak