Evaluasi Program Pembelajaran KAJIAN PUSTAKA

35 3. Formatif Summatif Evalaluation Model Model ini juga dikembangkan oleh Michael Scriven. Model ini menunjukan adanya tahapan dan lingkup obyek yang dievaluasi, yaitu evaluasi yang dilakukan pada waktu program masih berjalan disebut evaluasi formatif dan ketika program telah selesai atau berakhir disebut evaluasi sumatif. Berbeda dengan model Goal Free Evaluation Model, model Formatif Sumatif tidak harus melepaskan diri dari tujuan yang ingin dicapai. 4. Countenance Evaluation Model Model ini dikembangkan oleh Stake. Model ini menekankan pada adanya pelaksanaan dua hal pokok yaitu 1 deskripsideskiption dan 2 pertimbangan judgments serta membedakan adanya 3 tahap dalam evaluasi program yaitu 1 anteseden context, ternsaksi process, keluaran output-outcome. 5. Responsive Evaluation Model Sama seperti countenance evaluation model, model ini juga dikembangkan oleh Stake. 6. CSE-UNCLA Evaluation Model CSE-UNCLA terdiri dari dua singkatan yaitu CSE dan UNCLA. CSE adalah singkatan dari Center of the Study of Evaluation, sedangkan UNCLA adalah singkatan dari Univercity of California in Los Angeles. Ciri dari model CSE-UNCLA adalah adanya lima tahap yang dilakukan dalam evaluasi yaitu perencanaan, pengembangan, implementasi hasil dan dampak. Model ini menekankan pada “kapan” evaluasi dilakukan. 36 7. CIPP Evaluation Model Model ini dikembangkan oleh Stufflebeam dan kawan-kawan. Model ini adalah model yang sering diterapkan oleh para evaluator. CIPP merupakan singkatan dari empat kata yaitu Context Evaluation, Input Evaluation, Process Evaluation, dan Output Evaluation. Keempat kata tersebut merupakan sasaran dari evaluasi dengan model ini yang tidak lain adalah komponen dari proses sebuah program. 8. Discrepancy Model Model ini dikembangkan oleh Malcolm Provus. Model ini menekankan pada adanya kesenjangan di dalam pelaksanaan program. Evaluasi program yang dilakukan oleh evaluator mengukur besarnya kesenjangan yang ada disetiap program. Dari 8 model yang diuraikan di atas, maka peneliti memilih menggunakan Countenance Evaluation Model karena menurut Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar 2007: 37, model Countenance Evaluation Model cocok digunakan untuk mengevaluasi program pembelajaran.

G. Countenance Evaluation Model

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan Countenance Evaluation Model untuk mengetahui bagaimana keefektifan program pembelajaran kewirausahaan melalui Business Centre di SMK N 1 Bantul. Countenance Evaluation Model merupakan model evaluasi yang dikemmbangkan oleh Stake. Stake Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin A.J., 2007: 26 menekankan pada adanya dua hal pokok, yaitu dekripsi description 37 dan pertimbangan Judgments, serta membedakan adanya tiga tahap dalam evaluasi program yaitu antesedens context, transaksi process dan keluaran output. Evaluasi program yang menggunakan Countenace Evaluation Model harus melakukan dua langkah evaluasi yaitu yang pertama mendekripsikan hasil evaluasi konteks, proses dan hasil, kemudian langkah kedua membandingkannya dengan kondisi yang diharapkan atau stadar yang sudah ada.

1. Konteks

Konteks dalam penelitian ini adalah eksternalitas yang berpengaruh terhadap program. Evaluasi koteks adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci lingkungan.

2. Proses

Proses dalam penelitian ini adalah proses atau kegiatan-kegiatan aktivitas- aktivitas yang saling mempengaruhi dalam program. Evaluasi proses bertujuan untuk mengetahui apakah yang sebenarnya terjadi selama program dilaksanakan, dan mengetahui apakah program yang sedang dilaksanakan itu sesuai dengan rencana program.

3. Hasil

Hasil yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil atau perubahan- perubahan yang diperoleh peserta didik dari program. Hasil penelitian untuk mengetahui akibat implementasi pada akhir program, apakah program itu dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan, dan apakah input menunjukkan perubahan perilaku mereka setelah program dilaksanakan.