Komunikasi DISPOSISI IMPLEMENTOR 1. Peran Kepala Dinas Dalam Melakukan Pengawasan

119 pemerintah daerah mengenai dukungan dana, akan tetapi sampai sekarang masih belum mendapatkan respon yang positif”. c. Dana Sumber daya dana merupakan kecukupan modal investasi atas sebuah program atau kebijakan. Dengan adanya sumber daya dana juga akan mendukung segala fasilitas yang dibutuhkan untuk mendukung terlaksananya kebijakan atau program. Menurut Informan secara keseluruhan, dana yang digunakan dalam pelaksanaan proses implementasi Peraturan Walikota Gunungsitoli No 4 Tahun 2009 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kota Gunungsitoli sangatlah kurang. Anggaran yang dikategorikan cukup apabila proses perencanaan dan proses implementasinya berjalan lancar.

3. Komunikasi

Pada dasarnya, suatu kebijakan dirumuskan dengan tujuan untuk mencapai target atau sasaran tertentu. Kebijakan tersebut dirumuskan secara detail dan disusun dengan jelas sesuai dengan kepentingannya. Kejelasan isi kebijakan berarti isi dan tujuan dari suatu kebijakan mudah dipahami pelaksana dan dapat diterjemahkan pada pengimplementasiannya. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan komunikasi yang baik antar stakeholder. Komunikasi merupakan sarana untuk menyebarluaskan informasi, baik dari atas kebawah maupun sebaliknya. Komunikasi dilakukan untuk menghindari distorsi implementasi. Sementara itu koordinasi menyangkut persoalan bagaimana praktik pelaksanaan kekuasaan. Koordinasi berarti adanya kerja sama yang saling Universitas Sumatera Utara 120 mempengaruhi dan saling mendukung antar pelaksana kebijakan untuk mencapai tujuan implementasi kebijakan. Menurut Informan, Peraturan Menteri Dalam Negeri No 19 Tahun 2010 Tentang Formulir Dan Buku Yang Digunakan Dalam Pendaftaran Penduduk Dan Pencatatan Sipil, Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No 2 Tahun 2016 Tentang Kartu Identitas Anak, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 37 Tahun 2007 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang No 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan, Peraturan Presiden Republik Indonesia No 25 Tahun 2008 Tentang Persyaratan Dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk Dan Pencatatan Sipil, Peraturan Presiden Republik Indonesia No 26 Tahun 2009 Tentang Penerapan Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan Secara Nasional, Peraturan Walikota Gunungsitoli No 3 Tahun 2010 Tentang Uraian Tugas, Fungsi Dan Tata Kerja Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Gunungsitoli, Peraturan Walikota No 4 Tahun 2009 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kota Gunungsioli Dalam Meningkatkan Pelayanan Publik, Rencana Strategis Dinas Kependudukan Kota Gunungsitoli, Undang-Undang Republik Indonesia No 24 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan tentunya memiliki target dan tujuannya tersendiri. Yang menjadi target dan tujuan dari kebijakanperaturan tersebut adalah tertatanya administrasi kependudukan secara teratur dan rapi serta kepuasan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan.Seperti yang disampaikan oleh Universitas Sumatera Utara 121 Staf Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kota Gunungsitoli, Bapak suryaman harefa, A.MD bahwa: ”Komunikasi yang berlangsung di dinas kependudukan, baik di dalam maupun di luar dinas kependudukan sering kali mengalami masalah. Yang utamanya dengan dikeluarkannya uu, perpres, pp, perwal, bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah kependudukan di kota Gunungsitoli. Akan tetapi, di dalam pelaksanaannya, seringkali mengalami kegagalan misalnya, petugas yang kurang menguasai dan kurang memahami isi kebijakan, respon masyarakat tentang pentingnya dokumen administrasi kependudukan sehingga masyarakat kurang serius dalam mengurus administrasi kependudukannya”. Sosialisasi tentang UU, peraturan dan ketentuan serta regulasi kebijakan tentang administrasi kependudukan yang masih belum merata pelaksanaannya dapat menghambat Dinas Kependudukan dalam mencapai tujuannya meskipun pihak Dinas Kependudukan sudah menyusun rencana strategisnya sebaik mungkin. Sebagai dampaknya, masih banyak masyarakat yang kurang mengetahui prosedur dalam mengurus dokumen kependudukannya, masyarakat merasa segan dan malas berurusan dengan dinas kependudukan, adanya persepsi kurang percaya serta merasa kurang diperhatikan apabila mengurus dokumen kependudukannya sehingga sampai sekarang masalah tersebut terus berlanjut sampai sekarang. Inilah yang menjadi tugas dan tanggungjawab dari Dinas Kependudukan akan tetapi karena kurang adanya dukungan dari pemerintah menyebabkan Dinas Universitas Sumatera Utara 122 Kependudukan masih belum mencapai pelayanan yang maksimal kepada masyarakat. Pengawasan di lapangan mengenai permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat dilakukan melalui koordinasi antara pihak Dinas Kependudukan dengan pihak Kecamatan, Desa, Dan Lurah. Untuk Sosialisasi tentang pengurusan administrasi kependudukan dilakukan dengan penyampaian informasi kepada pihak Kecamatan, kemudian pihak Kecamatan kepada LurahDesa, setelah itu kepala desalurah kepada masyarakat di desanya masing-masing dengan menempelkan pengumuman di dinding rumah warga atau pohon, pemberitahuan secara lisan kepada masyarakat, melalui rapat desa, sehingga informasi di sampaikan dari mulut ke mulut. Selain itu, untuk lebih memperluas informasi disampaikan melalui media sosial, spanduk dan poster. Seperti yang diungkapkan oleh Sekretaris Dinas Kependudukan bahwa: “Untuk pihak implementator sendiri masih kurangnya koordinasi yang terbangun membuat keputusan yang terjadi dilapangan berbeda dengan keputusan yang sudah ditetapkan. Sehingga mempengaruhi berhasil atau tidaknya implementasi kebijakan dilapangan, komunikasi yang dibangun oleh implementator kepada masyarakat akan berdampak pada tahu atau paham ataupun tidak pahamnya masyarakat tentang peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah”. Setelah melakukan wawancara dengan beberapa orang masyarakat Gunungsitoli terkait dengan Peraturan Walikota No 4 Tahun 2009 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kota Gunungsitoli, ternyata Universitas Sumatera Utara 123 masih banyak yang kurang mengetahui tentang adanya peraturan tersebut karena tertutup dalam sosialisasi serta kurang tersampaikannya informasi. Sehingga banyak diantara mereka tidak tahu informasi menjadi salah satu alasan untuk tidak berurusan dengan birokrasi. Secara keseluruhan komunikasi yang terbangun menurut informan masih kurang tegas dan kurang jelas pelaksanaannya. Gambaran komunikasi dan koordinasi antara pegawai ditingkat pemerintahan berdasarkan kasus yang muncul dan perlu selesaikan, demikian juga dengan keputusan yang diambil. Adapun alat dan metode sosialisasinya tentu mengacu pada peraturan Walikota pada khususnya dan peraturan lainnya yang berlaku di Indonesia pada umumnya serta pelaksanaannya.

4. Karakteristik Pelaksana