94 diperhatikan adalah sarana transportasi, keadaan infrastruktur dan sarana-sarana
pariwisata.
1.3.1 Kebijakan Pemerintah
Chafid fandeli dan Mukhlison, menyebutkan Kebijakan umum pengembangan pariwisata saat ini mengacu pada kebijakan pariwisata alam yang
berlandaskan UU No. 5 tahun 1990 dan PP No. 18 dan No.13 tahun 1994 sebagai berikut:
1.
Kebijakan umum
Pengembangan pariwisata alam dilakukan dalan kerangka mewujudkan kelestarian sumberdaya alam hayati dan keseimbangan
ekosistemnya, sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia.
2. Kebijakan Operasional
Untuk menjabarkan maksud umum, maka diterapkan kebijakan operasional pengusahaan pariwisata alam antara lain sebagai berikut;
A. Pengusahaan pariwisata alam diserahkan kepada pihak ketiga yaitu;
perorangan, swasta, koperasi, atau BUMN. B.
Pengusahaan pariwisata alam dilaksanakan pada sebagian kecil areal blok pemanfaatan, dan tetap memperhatikan pada aspek
kelestarian. C.
Pengusahaan pariwisata alam tidak dibenarkan melakukan perubahan mendasar pada bentang alam dan keaslian habitat
Universitas Sumatera Utara
95 D.
Pembangunan sarana-prasarana dalam rangka pengusahaan pariwisata alam harus bercorak pada bentuk asli tradisional dan
tidak menghilangkan ciri khas atau identitas etnis setempat. E.
Kegiatan pengusahaan pariwisata alam harus melibatkan masyarakat setempat dalam rangka pemberdayaan ekonomi.
F. Pengusahaan pariwisata alam harus melaporkan semua aktivitasnya
secara berkala untuk memudahkan kegiatan monitoring, pengendalian dan pembinaan.
Setiap daerah memiliki kebijakan daerah masing-masing yang dibuat oleh pemerintah daerah mereka sendiri dan kebijakan ini akan diterapkan pada
pengembangan destinasi wisata di daerah tersebut. Kebijakan yang dibuat pemerintah daerah akan menjadi acuan para pengembang sebuah destinasi wisata.
Pemerintah daerah Toba Samosir belum serius memberikan kontribusi dalam pengembangan objek wisata pantai Lumban Binanga. Kebijakan tata ruang
pengembangan destinasi wisata belum pernah diterapkan di pantai Lumban Binanga, Pemerintah daerah kurang memberikan kontribusi sebenarnya bukan
karena pemerintah daerah tidak ingin membantu dalam pengembangan pantai Lumban Binanga, tetapi kendala ijin pengembangan dari masyarakat lokal
membuat pemerintah daerah tidak bisa ikut campur dalam pengembangan objek wisata pantai Lumban Binanga.
Pemerintah daerah Toba Samosir sudah mencoba meminta kepada ketua pengelola, agar pengelolaan pantai Lumban Binanga diambil alih oleh pemerintah
daerah, tetapi permintan itu mendapat penolakan keras dari ketua pengelola dan masyarakat setempat. Pemerintah daerah hanya diijinkan sebagai pengawas dalam
Universitas Sumatera Utara
96 pengembangan pantai Lumban Binanga, pemerintah daerah tidak diijinkan untuk
berperan aktif dalam pembangunan pantai Lumban Binanga. Masyarakat setempat takut mereka akan ditipu lagi oleh pemerintah setempat seperti kejadian
sebelumnya.
1.3.2 Program dan kegiatan pemerintah