Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi

1994 diikuti 180 negara menyepakati perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitaskeluarga berencana menjadi pendekatan yang terfokus pada kesehatan reproduksi serta hak reproduksi Widyastuti , 2009.

2.1.1 Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi

Pelayanan kesehatan reproduksi sangat penting mengingat dampaknya juga terasa pada kualitas hidup generasi berikutnya. Sejauh mana seseorang dapat menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara aman dan sehat sesungguhnya tercermin dari kondisi kesehatan selama siklus kehidupannya, mulai dari saat konsepsi, masa anak, remaja, dewasa, hingga masa pasca usia reproduksi Harahap, 2003. Menurut program kerja WHO ke IX 1996-2001 sebagaimana dikutip oleh Harahap 2003 masalah kesehatan reproduksi ditinjau dari pendekatan siklus kehidupan keluarga meliputi : a. Praktek tradisional yang berakibat buruk semasa anak-anak seperti mutilasi genital, deskriminasi nilai anak dan sebagainya. b. Masalah kesehatan reproduksi remaja kemungkinan besar dimulai sejak masa kanak- kanak yang seringkali muncul dalam bentuk kehamilan remaja, kekerasanpelecehan seksual dan tindakan seksual yang tidak aman. c. Tidak terpenuhinya kebutuhan ber-KB, biasanya terkait dengan isu aborsi tidak aman. d. Mortalitas dan morbiditas ibu dan anak sebagai kesatuan selama kehamilan, persalinan dan masa nifas, yang diikuti dengan malnutrisi, anemia, berat bayi lahir rendah. e. Infeksi saluran reproduksi, yang berkaitan dengan penyakit menular seksual. Universitas Sumatera Utara 1 f. Kemandulan, yang berkaitan erat dengan infeksi saluran reproduksi dan penyakit menular seksual. g. Sindrom pre dan post menopause dan peningkatan risiko kanker organ reproduksi. h. Kekurangan hormon yang menyebabkan osteoporosis dan masalah ketuaan lainnya. Menurut Kartono 1998, masalah kesehatan reproduksi mencakup area yang jauh lebih luas dan dapat dikelompokkan sebagai berikut : a. Masalah reproduksi • Kesehatan, morbiditas gangguan kesehatan dan kematian perempuan yang berkaitan dengan kehamilan. Termasuk didalamnya juga masalah gizi dan anemia di kalangan perempuan, penyebab serta komplikasi dari kehamilan, masalah kemandulan dan ketidaksuburan. • Peranan atau kendali sosial budaya terhadap masalah reproduksi. Maksudnya bagaimana pandangan masyarakat terhadap kesuburan dan kemandulan, nilai anak dan keluarga, sikap masyarakat terhadap perempuan hamil. • Intervensi pemerintah dan negara terhadap masalah reproduksi. Misalnya program KB, undang-undang yang berkaitan dengan masalah genetik, dan lain sebagainya. • Tersedianya pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana, serta terjangkaunya secara ekonomi oleh kelompok perempuan dan anak-anak. • Kesehatan bayi dan anak-anak terutama bayi di bawah umur lima tahun. • Dampak pembangunan ekonomi, industrialisasi dan perubahan lingkungan terhadap kesehatan reproduksi. Universitas Sumatera Utara b. Masalah gender dan seksualitas • Pengaturan negara terhadap masalah seksualitas. Maksudnya adalah peraturan dan kebijakan negara mengenai pornografi, pelacuran dan pendidikan seksualitas. • Pengendalian sosio-budaya terhadap masalah seksualitas, bagaimana norma-norma sosial yang berlaku tentang perilaku seks, homoseks, poligami, dan perceraian. • Seksualitas di kalangan remaja. • Status dan peran perempuan. • Perlindungan terhadap perempuan pekerja. c. Masalah yang berkaitan dengan kehamilan yang tidak diinginkan • Pembunuhan bayi. • Pengguguran kandungan, terutama yang dilakukan secara tidak aman. • Dampak kehamilan yang tidak diinginkan terhadap sosial ekonomi dan kesehatan perempuan serta keluarga. • Kebijakan pemerintah dalam menghadapi hal tersebut. d. Masalah kekerasan dan perkosaan terhadap perempuan • Kencenderungan penggunaan kekerasan secara sengaja kepada perempuan, perkosaan, serta dampaknya terhadap korban. • Norma sosial mengenai kekerasan dalam rumah tangga, serta mengenai berbagai tindak kekerasan terhadap perempuan. • Sikap masyarakat mengenai kekerasan perkosaan terhadap pelacur. • Berbagai langkah untuk mengatasi masalah- masalah tersebut. Universitas Sumatera Utara 1 e. Masalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual • Masalah penyakit menular seksual yang lama, seperti sifilis, dan gonorrhea. • Masalah penyakit menular seksual yang relatif baru seperti chlamydia, dan herpes. • Masalah HIVAIDS Human Immunodeficiency VirusAcquired immunodeficiency Syndrome. • Dampak sosial dan ekonomi dari penyakit menular seksual. • Kebijakan dan program pemerintah dalam mengatasi masalah tersebut termasuk penyediaan pelayanan kesehatan bagi pelacurpekerja seks komersial. • Sikap masyarakat terhadap penyakit menular seksual. f. Masalah pelacuran • Demografi pekerja seksual komersial atau pelacuran. • Faktor-faktor yang mendorong pelacuran dan sikap masyarakat terhadapnnya. • Dampaknya terhadap kesehatan reproduksi, baik bagi pelacur itu sendiri maupun bagi konsumennya dan keluarganya. g. Masalah sekitar teknologi • Teknologi reproduksi dengan bantuan inseminasi buatan dan bayi tabung. • Pemilihan bayi berdasarkan jenis kelamin gender fetal screening. • Pelapisan genetik genetic screening. • Keterjangkauan dan kesamaan kesempatan. Universitas Sumatera Utara Menurut Widyastuti et.al 2009, secara luas ruang lingkup kesehatan reproduksi meliputi : 1. Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir. 2. Pencegahan dan penanggulangan Infeksi Saluran Reproduksi termasuk IMS-HIVAIDS. 3. Pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi. 4. Kesehatan reproduksi remaja. 5. Pencegahan dan penanganan infertilitas. 6. Kanker pada usia lanjut dan osteoporosis. 7. Berbagai aspek kesehatan reproduksi, misalnya kanker serviks, mutilasi genital, dan lain- lain.

2.1.2 Kebijakan Pemerintah Indonesia Tentang Kesehatan Reproduksi

Dokumen yang terkait

Perbandingan Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di Madrasah Aliyah Negeri Meulaboh 1 dan Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013

6 57 130

Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Melalui Media Cetak (Leaflet) dan Media Elektronik (Video) Terhadap di SMA N 1 Bagan Sinembah

2 62 157

Pengetahuan dan Sikap Remaja Jalanan tentang Kesehatan Reproduksi di Kota Medan

2 49 76

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN METODE CERAMAH DAN LEAFLET TERHADAP PENGETAHUAN Pengaruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi Dengan Metode Ceramah Dan Leaflet Terhadap Pengetahuan Pada Remaja Di Madrasah Aliyah Yapim Ngeluk Penawangan Kabupat

0 1 16

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN METODE CERAMAH DAN LEAFLET TERHADAP PENGETAHUAN PADA Pengaruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi Dengan Metode Ceramah Dan Leaflet Terhadap Pengetahuan Pada Remaja Di Madrasah Aliyah Yapim Ngeluk Penawangan Ka

0 1 17

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN METODE CERAMAH DAN DISKUSI TERHADAP SIKAP TENTANG KEJADIAN MENARCHE.

0 0 17

Perbedaan Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Metode Ceramah dan Diskusi terhadap Sikap tentang SADARI ditinjau dari Pengetahuan.

0 1 14

EFEKTIFITAS METODE DISKUSI KELOMPOK DAN METODE CERAMAH TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKS PRANIKAH

0 0 16

View of PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN METODE CERAMAH DAN DISKUSI KELOMPOK TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA KELAS X MENGENAI HIV/AIDS

1 1 14

PERBEDAAN METODE CERAMAH DENGAN METODE DISKUSI TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 PEKALONGAN LAMPUNG TIMUR

0 0 5