9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tetanus Neonatorum
Tetanus neonatorum biasanya dikarenakan infeksi C. tetani yang masuk melalui tali pusat sewaktu proses pertolongan persalinan. Spora yang masuk disebabkan oleh proses
persalinan yang tidak steril, baik oleh peralatan yang terkontaminasi maupun obat untuk tali pusat yang telah terkontaminasi. Kebiasaan menggunakan alat pertolongan persalinan dan
obat tradisional yang tidak steril merupakan penyebab utama terjadinya tetanus neonatorum, misalnya pemotongan tali pusat dengan bambu atau gunting yang tidak steril, setelah tali
pusat dipotong dibubuhi dengan abu, tanah, minyak, daun-daunan dan sebagianya Staf pengajar ilmu kesehatan anak FKUI, 1997.
Clostridium tetani adalah kuman berbentuk batang lurus, langsing, berukuran panjang 2-5 mikron dan lebar 0,4-0,5 mikron, bersifat gram positif, membentuk spora, dan
hidup obligat anaerob. Kuman ini membentuk eksotoksin yang disebut tetanospasmin, suatu neurotoksin menyerang system syaraf yang kuat. Bakteri ini dijumpai pada tinja binatang
terutama kuda, juga bisa pada manusia dan juga pada tanah yang terkontaminasi dengan tinja binatang tersebut. Masa inkubasi dari toksin tersebut 5-14 hari, tetapi bisa lebih pendek
1-3 hari atau beberapa minggu. Ada tiga bentuk tetanus yang dikenal secara klinis : localized tetanus tetanus lokal, cephalic tetanus, dan generalized tetanus tetanus umum
selain itu ada juga yang membagi berupa neonatal tetanus. Karakteristik dari tetanus antara lain kejang bertambah berat selama 3 hari pertama dan menetap selama 5-7 hari, setelah 10
hari frekuensi kejang mulai berkurang, setelah 2 minggu kejang mulai hilang, biasanya
10
didahului dengan ketegangan otot terutama pada rahang sampai leher, kemudian timbul kesukaran membuka mulut trismus, kejang otot berlanjut ke kaku kuduk opistotonus, dan
karena kontraksi otot yang sangat kuat, dapat terjadi asfiksia dan sianosis, retensi urin, bahkan dapat terjadi fraktur collumna vertebralis pada anak Ritarwan, 2004.
Menurut penelitian Hamid dalam Ritarwan, 2004, angka terjadinya tetanus neonatorum melalui persalinan dengan cara tradisional 56 kasus 68,29, tenaga bidan 20
kasus 24,39, dan selebihnya melalui dokter 6 kasus 7,32. Berat ringannya penyakit juga bergantung pada lamanya masa inkubasi, makin pendek masa inkubasinya biasanya
prognosis makin jelek. Prognosis tetanus neonatorum jelek bila: umur bayi lebih dari 7 hari, masa inkubasi 7 hari atau kurang, periode timbulnya gejala kurang dari 18 jam, dijumpai
kaku otot Ritarwan, 2004. Langkah pencegahan pemerintah untuk menanggulangi angka tetanus neonatorum
sudah dicanangkan sejak lama, adapun beberapa langkah pencegahan penyakit tetanus neonatorum antara lain peningkatan cakupan imunisasi TT terhadap wanita usia subur,
pemeriksaan kehamilan termasuk pemberian imunisasi TT ibu hamil, pertolongan persalinan 3 bersih serta perawatan tali pusat yang bersih, peningkatan kegiatan surveilans dalam
rangka penemuan dini kasus tetanus neonatorum dan penentuan faktor resiko yang menjadi penyebab, serta pelayanan rujukan baik rumah sakit maupun di puskesmas dengan rawat
inap dan penyuluhan melalui kader, tokoh masyarakat serta keluarga Depkes RI, 1996.
11
B. Imunisasi Tetanus Toxoid