daerah lain untuk datang ke Sidoarjo sebagai pekerja disektor industri.
3.2. Deskripsi Hasil Penelitian 3.2.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri
Pakaian Jadi Di Kota Surabaya Y
Berdasarkan hasil pada tabel dibawah ini dapat dijelaskan bahwa pada tahun 1993 sampai dengan tahun 2007 terjadi kenaikan dan
penurunan Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pakaian Jadi Di Kota Surabaya. Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pakaian Jadi Di Kota
Surabaya tertinggi terjadi pada tahun 2007 sebesar 845,150 dan Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pakaian Jadi Di Kota Surabaya
terendah terjadi pada tahun 1993 sebesar 58,883. Sedangkan perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pakaian Jadi Di
Kota Surabaya tertinggi terjadi pada tahun 2001 sebesar 78 dan perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pakaian Jadi Di
Kota Surabaya terendah terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 0,14.
Tabel 1 : Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pakaian
Jadi Di Kota Surabaya Periode Tahun 1993-2007 Jiwa
Tahun Penyerapan Tenaga
Kerja Pada Industri Pakaian Jadi Di Kota
Surabaya Jiwa
Perkembangan
1993 58,883
- 1994
59,893 1.715266
1995 61,057
1.943466 1996
64,365 5.417888
1997 65,685
2.050804 1998
81,141 23.53049
1999 280,742
245.9928 2000
292,347 4.133689
2001 522,470
78.71558 2002
586,758 12.30465
2003 651,046
10.9565 2004
715,334 9.874587
2005 779,622
8.987144 2006
843,910 8.246058
2007 845,150
0.146929 Sumber : Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Timur.
3.2.2 Perkembangan Pendidikan X
1
Berdasarkan hasil pada tabel dibawah ini dapat dijelaskan bahwa pada tahun 1993 sampai dengan tahun 2007 terjadi kenaikan dan
penurunan Pendidikan. Pendidikan tertinggi terjadi pada tahun 2007 sebesar 5.095 dan Pendidikan terendah terjadi pada tahun 1993 sebesar
1.490. Sedangkan Perkembangan Pendidikan tertinggi terjadi pada tahun 2002 sebesar 65 dan perkembangan Pendidikan terendah terjadi pada
tahun 2000 yaitu sebesar 0,6.
Tabel 2 : Perkembangan Pendidikan
Periode Tahun 1993-2007 Jiwa
Tahun Pendidikan
Jiwa Perkembangan
1993 1,490
- 1994
1,537 3.154362
1995 1,631
6.11581 1996
1,737 6.49908
1997 1,793
3.223949 1998
1,865 4.015616
1999 1,982
6.273458 2000
1,995 0.655903
2001 2,053
2.907268 2002
3,407 65.96542
2003 3,642
6.880875 2004
3,876 6.437617
2005 4,111
6.048512 2006
4,345 5.703533
2007 5,095
17.2596 Sumber : Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Timur
3.2.3. Perkembangan Tingkat Upah X
2
Adapun kenaikan dan Penurunan Tingkat Upah pada tahun 1993 sampai dengan tahun 2007 dapat ditunjukan pada tabel dibawah ini.
Tingkat Upah tertinggi terjadi pada tahun 2007 sebesar 30.138 dan Tingkat Upah terendah terjadi pada tahun 1993 sebesar 17.232.
Sedangkan Perkembangan Tingkat Upah tertinggi terjadi pada tahun 1999 sebesar 10 dan perkembangan Tingkat Upah terendah terjadi pada
tahun 1997 yairu sebesar 0,606.
Tabel 3 : Perkembangan Tingkat Upah
Periode Tahun 1993-2007 Rupiah
Tahun Tingkat Upah
Rupiah Perkembangan
1993 17,232
- 1994
18,960 10.02786
1995 19,957
5.258439 1996
20,948 4.965676
1997 21,075
0.606263 1998
22,807 8.218268
1999 25,106
10.08024 2000
25,262 0.621365
2001 25,501
0.946085 2002
26,262 2.984197
2003 26,842
2.208514 2004
27,666 3.069816
2005 28,490
2.978385 2006
29,314 2.892243
2007 30,138
2.810944 Sumber: Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Timur.
3.2.4. Perkembangan Nilai Produksi X
3
Selama periode penelitian yaitu antara tahun 1993 sampai tahun 2007 Nilai Produksi mengalami kenaikan maupun penurunan. Nilai
Produksi tertinggi terjadi pada tahun 2007 dengan Nilai Produksi sebesar 9.731.044.401 dan Nilai Produksi terendah terjadi pada tahun 1993
dengan Nilai Produksi sebesar 286.599.549. Sedangkan Perkembangan Nilai Produksi yang tertinggi terjadi pada tahun 1995 Sebesar 927 dan
perkembangan Nilai Produksi terendah terjadi pada tahun 2000 sebesar - 20.
Tabel 4 : Perkembangan Nilai Produksi
Periode Tahun 1993-2007 Rupiah
Tahun Nilai Produksi
Perkembangan
1993 286,599,549
- 1994
304,082,119 6.099999
1995 3,124,415,804
927.4908 1996
3,156,426,204 1.024524
1997 3,394,713,866
7.549287 1998
5,483,449,648 61.52907
1999 5,689,462,401
3.756992 2000
4,536,482,629 -20.2652
2001 4,727,412,490
4.208764 2002
6,571,246,907 39.00304
2003 7,203,206,405
9.617041 2004
7,835,165,904 8.773308
2005 8,467,125,403
8.065681 2006
9,099,084,902 7.463684
2007 9,731,044,401
6.945308 Sumber : Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Timur.
3.2.5. Perkembangan Investasi X
4
Berdasarkan hasil pada tabel dibawah ini dapat dijelaskan bahwa pada tahun 1993 sampai dengan tahun 2007 terjadi kenaikan dan
penurunan Investasi. Investasi tertinggi terjadi pada tahun 2007 sebesar 5.529.546.355 dan Investasi terendah terjadi pada tahun 1993 sebesar
2.215.657.080. Sedangkan perkembangan Investasi tertinggi terjadi pada tahun 2000 sebesar 52 dan perkembangan Investasi terendah terjadi
pada tahun 1996 yaitu sebesar - 0,3.
Tabel 5 : Perkembangan Investasi
Periode Tahun 1993-2007 Jutaan Rupiah
Tahun Investasi
Jutaan Rupiah Perkembangan
1993 2,215,657,080
- 1994
2,259,970,222 2
1995 2,271,699,487
0.519001 1996
2,264,294,214 -0.32598
1997 2,403,135,264
6.131758 1998
2,562,028,952 6.611933
1999 2,792,546,823
8.997473 2000
4,255,612,222 52.39179
2001 4,435,054,614
4.216606 2002
4,179,217,560 -5.76852
2003 4,449,283,319
6.462113 2004
4,719,349,078 6.069871
2005 4,989,414,837
5.722521 2006
5,259,480,596 5.412774
2007 5,529,546,355
5.134837 Sumber : Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Timur.
3.3.6. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pakaian Jadi Di Kota Sidoarjo Y
Berdasarkan hasil pada tabel dibawah ini dapat dijelaskan bahwa pada tahun 1993 sampai dengan tahun 2007 terjadi kenaikan dan
penurunan Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pakaian Jadi Di Kota Sidoarjo. Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pakaian Jadi Di Kota
Sidoarjo tertinggi terjadi pada tahun 2007 sebesar 47.325 dan Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pakaian Jadi Di Kota Sidoarjo terendah
terjadi pada tahun 1994 sebesar 24.230. Sedangkan perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pakaian Jadi Di Kota Sidoarjo
tertinggi terjadi pada tahun 1995 sebesar 41 dan perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pakaian Jadi Di Kota Sidoarjo
terendah terjadi pada tahun 1994 yaitu sebesar -24.
Tabel 6 : Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pakaian
Jadi Di Kota Sidoarjo Periode Tahun 1993-2007 Jiwa
Tahun Penyerapan Tenaga
Kerja Pada Industri Pakaian Jadi Di Kota
Sidoarjo Jiwa
Perkembangan
1993 32,300
- 1994
24,230 -24.9845
1995 34,230
41.27115 1996
34,230 1997
34,710 1.402279
1998 35,060
1.008355 1999
36,984 5.487735
2000 38,277
3.494948 2001
39,569 3.376926
2002 40,862
3.266615 2003
42,154 3.163282
2004 43,447
3.066287 2005
44,739 2.975063
2006 46,032
2.88911 2007
47,325 2.807985
Sumber : Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Timur.
3.2.7. Perkembangan Pendidikan X
1
Berdasarkan hasil pada tabel dibawah ini dapat dijelaskan bahwa pada tahun 1993 sampai dengan tahun 2007 terjadi kenaikan dan
penurunan Pendidikan. Pendidikan tertinggi terjadi pada tahun 2007 sebesar 1.030 dan Pendidikan terendah terjadi pada tahun 1993 sebesar
600. Sedangkan Perkembangan Pendidikan tertinggi terjadi pada tahun 1994 sebesar 12 dan perkembangan Pendidikan terendah terjadi pada
tahun 1998 yaitu sebesar 1,3.
Tabel 7 : Perkembangan Pendidikan
Periode Tahun 1998-2007 Jiwa
Tahun Pendidikan
Jiwa Perkembangan
1993 600
- 1994
675 12.5
1995 700
3.703704 1996
712 1.714286
1997 741
4.073034 1998
751 1.349528
1999 786
4.660453 2000
824 4.834606
2001 853
3.519417 2002
899 5.392732
2003 914
1.638487 2004
943 3.177087
2005 972
3.078196 2006
1,001 2.987302
2007 1,030
2.899651 Sumber : Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Timur
3.2.8. Perkembangan Tingkat Upah X
2
Adapun kenaikan dan Penurunan Tingkat Upah pada tahun 1993 sampai dengan tahun 2007 dapat ditunjukan pada tabel dibawah ini.
Tingkat Upah tertinggi terjadi pada tahun 2007 sebesar 30.000 dan Tingkat Upah terendah terjadi pada tahun 1993 sebesar 3.860. Sedangkan
Perkembangan Tingkat Upah tertinggi terjadi pada tahun 1995 sebesar 297 dan perkembangan Tingkat Upah terendah terjadi pada tahun 2005
yairu sebesar 0.
Tabel 8 : Perkembangan Tingkat Upah
Periode Tahun 1993-2007 Rupiah
Tahun Tingkat Upah
Rupiah Perkembangan
1993 3,860
- 1994
3,975 2.979275
1995 15,807
297.6604 1996
17,706 12.01366
1997 19,232
8.618547 1998
21,857 13.64913
1999 22,948
4.991536 2000
25,001 8.946313
2001 25,576
2.299908 2002
26,826 4.887394
2003 28,076
4.659659 2004
28,262 0.662488
2005 28,262
2006 29,326
3.764772 2007
30,000 2.298302
Sumber: Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Timur.
3.2.9. Perkembangan Nilai Produksi X
3
Selama periode penelitian yaitu antara tahun 1993 sampai tahun 2007 Nilai Produksi mengalami kenaikan maupun penurunan. Nilai
Produksi tertinggi terjadi pada tahun 2007 dengan Nilai Produksi sebesar 332.919.419 dan Nilai Produksi terendah terjadi pada tahun 1993 dengan
sebesar 106.711.000. Perkembangan Nilai Produksi yang tertinggi terjadi pada tahun 1997 sebesar 63 dan perkembangan Nilai Produksi terendah
terjadi pada tahun 1996 sebesar 0.
Tabel 9 : Perkembangan Nilai Produksi
Periode Tahun 1993-2007 Rupiah
Tahun Nilai Produksi
Perkembangan
1993 106,711,000
- 1994
108,845,220 2
1995 111,022,120
1.999996 1996
111,022,120 1997
182,076,270 63.99999
1998 183,897,000
0.999982 1999
194,491,270 5.76098
2000 211,794,789
8.89681 2001
229,098,307 8.169945
2002 246,401,826
7.552879 2003
263,705,344 7.02248
2004 281,008,863
6.561687 2005
298,312,381 6.157642
2006 315,615,900
5.800469 2007
332,919,419 5.482461
Sumber : Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Timur.
3.2.10. Perkembangan Investasi X
4
Berdasarkan hasil pada tabel dibawah ini dapat dijelaskan bahwa pada tahun 1993 sampai dengan tahun 2007 terjadi kenaikan dan
penurunan Investasi. Investasi tertinggi terjadi pada tahun 2007 sebesar 333.256.527 dan Investasi terendah terjadi pada tahun 1993 sebesar
6.777.200. Sedangkan perkembangan Investasi tertinggi terjadi pada tahun 1994 sebesar 153 dan perkembangan Investasi terendah terjadi
pada tahun 1995 dan 1996 yaitu sebesar 0.
Tabel 10 : Perkembangan Investasi
Periode Tahun 1993-2007 Jutaan Rupiah
Tahun Investasi
Jutaan Rupiah Perkembangan
1993 67,767,200
- 1994
171,524,000 153.1077
1995 171,524,000
1996 171,524,000
1997 173,359,300
1.069996 1998
175,090,000 0.998331
1999 209,343,407
19.56331 2000
224,832,547 7.398915
2001 240,321,687
6.889189 2002
255,810,827 6.445169
2003 271,299,967
6.05492 2004
286,789,107 5.70923
2005 302,278,247
5.400882 2006
317,767,387 5.124133
2007 333,256,527
4.874364 Sumber : Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Timur.
4.3. Analisis dan Pengujian Hipotesis 4.3.1. Pengujian Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Sesuai Dengan
Asumsi Klasik Best Linear Unbiassed Estimator Surabaya
Sebelum kita uji persamaan regresi linier berganda sesuai dengan pengujian secara simultan maupun parsial, maka kita lihat terlebih dahulu
apakah Y = β
+ β
1
X
1
+ β
2
X
2
+ β
3
X
3
+ β
4
X
4
yang diasumsikan tidak terjadi pengaruh antar variabel bebas atau regresi bersifat BLUE Best Linear
Unbiassed Estimator, artinya koefisien regresi pada persamaan tersebut
benar-benar linear tidak bias.
1. Pengujian Autokorelasi
Asumsi pertama dari regresi linier adalah ada atau tidaknya autokorelasi yang dilihat dari besarnya nilai Durbin Watson. Dalam
analisis nilai Durbin Watson adalah sebesar 2,402. Untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala autokorelasi, maka perlu dilihat tabel Durbin
Watson. Jumlah variabel bebas adalah empat buah K=4 dan jumlah data adalah sebanyak 15 n=15 maka diperoleh D
L
= 0,685 dan D
U
= 1,977. Selanjutnya nilai tersebut diplotkan ke dalam kurva Durbin
Watson.
Tabel 11 : Durbin Watson Pada Model Summary
Model Summary
b
.984
a
.969 .957
67045.086 2.402
Model Adjusted
R Square Std. Error of
the Estimate Durbin-
Watson R
R Square 1
Predictors: Constant, X1, X2, X4, X3 a.
Dependent Variable: Y b.
Sumber: Lampiran 2
Gambar 12 : Kurva Durbin Watson
Ada Autokorelasi Ada Autokorelasi Positif Negatif
Daerah Tidak ada Autokorelasi Daerah
keragu- Positif dan tidak ada
keragu- 2,402 raguan
Autokorelasi Negatif raguan
D
L
= 0,685 D
U
= 1,977 4-D
U
= 2,023 4-D
L
= 3,315.
Sumber : Lampiran 2 dan lampiran 5 Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa nilai Durbin-Watson
berada pada daerah keragu-raguan hal itu disebabkan karena ada kemungkinan terjadi korelasi antara komponen pengganggu ke-t dengan
komponen penggangu ke ke-t.
2. Pengujian Heterokedastisitas
Heterokedatisitas diidentifikasikan dengan koefisien korelasi Rank Spearman Berdasarkan tabel dibawah, diperoleh tingkat signifikansi
koefisien korelasi Rank Spearman untuk semua variabel bebas terhadap residual lebih besar dari 0.05 5.
Tabel 12 : Hasil Pengujian Heterokedastisitas Variabel
Taraf Signifikansi Dari Korelasi Rank
Spearman Taraf
α Uji
Pendidikan X
1
0,137 0,05
Tingkat Upah X
2
0,737 0,05
Nilai Produksi X
3
0,897 0,05
InvestasiX
4
0,313 0,05
Sumber: Lampiran 2 Dari hasil pengujian heterokedastisitas diperoleh tingkat
signifikansi dari.korelasi Rank Spearman lebih besar dari taraf level of signifikan
yaitu 5 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variansinya homogen.
3. Pengujian Multikolinieritas
Asumsi klasik ketiga dari regresi linier berganda adalah ada atau tidaknya multikolinearitas antara sesama variabel bebas yang ada dalam
model dengan kata lain tidak adanya hubungan sempurna antara variabel bebas yang ada dalam model.
Identifikasi secara statistik atau tidaknya gejala multikolinier dapat dilakukan dengan menghitung Variance Inflation Factor VIF,
dengan rumus sebagai berikut : 1 1
VIF = =
………..Algafri, 1997:79 1 – Rj
2
toleransi VIF menyatakan tingkat pembengkakan varians. Apabila VIF
lebih kecil dari 10 hal ini berarti tidak ada gejala multikolinearitas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini :
Tabel 13 : Uji Multikolinearitas
Sumber : Lampiran 2
Variabel VIF
Ketentuan Kesimpulan
Pendidikan X
1
1,074 10
Non Multikolinier
Tingkat Upah X
2
5,369 10
Non Multikolinier
Nilai Produksi X
3
3,519 10
Non Multikolinier
Investasi X
4
1,986 10
Non Multikolinier
Berdasarkan tabel uji multikolinearitas menunjukkan nilai VIF untuk Pendidikan X
1
sebesar 1,074, nilai VIF untuk Tingkat Upah X
2
sebesar 5,369, nilai VIF untuk Nilai Produksi X
3
sebesar 3,519, dan nilai VIF untuk Investasi X
4
sebesar 1,986. Hal ini berarti nilai VIF pada keempat variabel bebas X
1
, X
2
, X
3
dan X
4
lebih kecil dari 10, sehingga keempat variabel bebas tersebut pada penelitian ini tidak ada
gejala multikolinearitas.
4.3.2. Analisis Hasil Perhitungan Koefisien Regresi
Dalam analisa ini menggunakan model analisis regresi linier berganda yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
diantara variabel bebas terhadap variabel terikat. Dari hasil pengolahan penelitian tersebut dapat diambil suatu
rumus persamaan model regresi linier berganda sebagai berikut :
Y = -862.431 + 122,783x
1
+ 27,023x
2
– 0,000024x
3
+ 0,00001x
4
Dari persamaan diatas dapat diuraikan dalam suatu persamaan sebagai berikut:
a. Konstanta β
= -862.431 Menunjukkan besarnya pengaruh berbagai faktor diluar model, artinya
jika variabel bebas dianggap konstan, maka diprediksikan Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pakaian Jadi Di Kota Surabaya turun
sebesar -862.431. b. Koefisien regresi X
1
β
1
= 122,783 Menunjukkan besarnya untuk X
1
, artinya apabila Pendidikan bertambah 1 satuan, maka Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri
Pakaian Jadi Di Kota Surabaya diprediksikan mengalami kenaikan sebesar 122,783 dengan asumsi X
2
, X
3
dan X
4
adalah konstan. c. Koefisien regresi X
2
β
2
= 27,023 Menunjukkan besarnya untuk X
2
, artinya apabila Tingkat Upah bertambah 1 satuan, maka Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri
Pakaian Jadi Di Kota Surabaya diprediksikan mengalami kenaikan sebesar 27,023 dengan asumsi X
1
, X
3
dan X
4
adalah konstan. d. Koefisien regresi X
3
β
3
= -0,000024 Menunjukkan besarnya untuk X
3
, artinya apabila Nilai Produksi bertambah 1 satuan, maka Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri
Pakaian Jadi Di Kota Surabaya diprediksikan mengalami penurunan sebesar 0,000024 dengan asumsi X
1
, X
2
dan X
4
adalah konstan.
e. Koefisien regresi X
4
β
4
= 0,00001 Menunjukkan besarnya untuk X
4
, artinya apabila Investasi bertambah 1 satuan, maka Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pakaian Jadi
Di Kota Surabaya diprediksikan mengalami kenaikan sebesar 0,00001 dengan asumsi X
1
, X
2
dan X
3
adalah konstan.
4.3.3. Pengujian Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Sesuai Dengan Asumsi Klasik Best Linear Unbiassed Estimator Sidoarjo
Sebelum kita uji persamaan regresi linier berganda sesuai dengan pengujian secara simultan maupun parsial, maka kita lihat terlebih dahulu
apakah Y = β
+ β
1
X
1
+ β
2
X
2
+ β
3
X
3
+ β
4
X
4
yang diasumsikan tidak terjadi pengaruh antar variabel bebas atau regresi bersifat BLUE Best Linear
Unbiassed Estimator, artinya koefisien regresi pada persamaan tersebut
benar-benar linear tidak bias.
1. Pengujian Autokorelasi
Asumsi pertama dari regresi linier adalah ada atau tidaknya autokorelasi yang dilihat dari besarnya nilai Durbin Watson. Dalam
analisis nilai Durbin Watson adalah sebesar 2,45. Untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala autokorelasi, maka perlu dilihat tabel Durbin
Watson. Jumlah variabel bebas adalah empat buah K=4 dan jumlah data adalah sebanyak 15 n=15 maka diperoleh D
L
= 0,685 dan D
U
= 1,977. Selanjutnya nilai tersebut diplotkan ke dalam kurva Durbin
Watson.
Tabel 14 : Durbin Watson Pada Model Summary
Model Summary
b
.982
a
.964 .950
1374.582 2.450
Model Adjusted
R Square Std. Error of
the Estimate Durbin-
Watson R
R Square 1
Predictors: Constant, X1, X2, X3, X4 a.
Dependent Variable: Y b.
Sumber: Lampiran 2
Gambar 13 : Kurva Durbin Watson
Ada Autokorelasi Ada Autokorelasi Positif Negatif
Daerah Tidak ada Autokorelasi Daerah
keragu- Positif dan tidak ada
keragu- 2,45 raguan
Autokorelasi Negatif raguan
D
L
= 0,685 D
U
= 1,977 4-D
U
= 2,023 4-D
L
= 3,315.
Sumber : Lampiran 2 dan lampiran 5 Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa nilai Durbin-Watson
berada pada daerah keragu-raguan hal itu disebabkan karena ada kemungkinan terjadi korelasi antara komponen pengganggu ke-t dengan
komponen penggangu ke ke-t.
2. Pengujian Heterokedastisitas
Heterokedatisitas diidentifikasikan dengan koefisien korelasi Rank Spearman Berdasarkan tabel dibawah, diperoleh tingkat signifikansi
koefisien korelasi Rank Spearman untuk semua variabel bebas terhadap residual lebih besar dari 0.05 5.
Tabel 15 : Hasil Pengujian Heterokedastisitas Variabel
Taraf Signifikansi Dari Korelasi Rank
Spearman Taraf
α Uji
Pendidikan X
1
0,560 0,05
Tingkat Upah X
2
0,674 0,05
Nilai Produksi X
3
0,434 0,05
InvestasiX
4
0,749 0,05
Sumber: Lampiran 2 Dari hasil pengujian heterokedastisitas diperoleh tingkat
signifikansi dari.korelasi Rank Spearman lebih besar dari taraf level of signifikan
yaitu 5 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variansinya homogen.
3. Pengujian Multikolinieritas
Asumsi klasik ketiga dari regresi linier berganda adalah ada atau tidaknya multikolinearitas antara sesama variabel bebas yang ada dalam
model dengan kata lain tidak adanya hubungan sempurna antara variabel bebas yang ada dalam model.
Identifikasi secara statistik atau tidaknya gejala multikolinier dapat dilakukan dengan menghitung Variance Inflation Factor VIF,
dengan rumus sebagai berikut : 1 1
VIF = =
………..Algafri, 1997:79 1 – Rj
2
toleransi VIF menyatakan tingkat pembengkakan varians. Apabila VIF
lebih kecil dari 10 hal ini berarti tidak ada gejala multikolinearitas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini :
Tabel 16 : Uji Multikolinearitas
Sumber : Lampiran 2
Variabel VIF
Ketentuan Kesimpulan
Pendidikan X
1
1,987 10
Non Multikolinier
Tingkat Upah X
2
5,267 10
Non Multikolinier
Nilai Produksi X
3
5,099 10
Non Multikolinier
Investasi X
4
6,139 10
Non Multikolinier
Berdasarkan tabel uji multikolinearitas menunjukkan nilai VIF untuk Pendidikan X
1
sebesar 1.987, nilai VIF untuk Tingkat Upah X
2
sebesar 5,267, nilai VIF untuk Nilai Produksi X
3
sebesar 5,099, dan nilai VIF untuk Investasi X
4
sebesar 6,139. Hal ini berarti nilai VIF pada keempat variabel bebas X
1
, X
2
, X
3
dan X
4
lebih kecil dari 10, sehingga keempat variabel bebas tersebut pada penelitian ini tidak ada
gejala multikolinearitas.
4.3.4. Analisis Hasil Perhitungan Koefisien Regresi
Dalam analisa ini menggunakan model analisis regresi linier berganda yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
diantara variabel bebas terhadap variabel terikat. Dari hasil pengolahan penelitian tersebut dapat diambil suatu rumus
persamaan model regresi linier berganda sebagai berikut : Y = -45.911,2 + 157,431 X
1
+ 0,224X
2
- -0,000061X
3
- 0,00001X
4
Dari persamaan diatas dapat diuraikan dalam suatu persamaan sebagai berikut :
a. Konstanta β
= -45.911,2 Menunjukkan besarnya pengaruh berbagai faktor diluar model, artinya
jika variabel bebas dianggap konstan, maka diprediksikan Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pakaian Jadi Di Kota Sidoarjo
turun sebesar 45.911,2 b. Koefisien regresi X
1
β
1
= 157,431 Menunjukkan besarnya untuk X
1
, artinya apabila Pendidikan bertambah 1 satuan, maka Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri
Pakaian Jadi Di Kota Sidoarjo diprediksikan mengalami kenaikan sebesar 157,431dengan asumsi X
2
, X
3
dan X
4
adalah konstan. c. Koefisien regresi X
2
β
2
= 0,224 Menunjukkan besarnya untuk X
2
, artinya apabila Tingkat Upah bertambah 1 satuan, maka Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri
Pakaian Jadi Di Kota Sidoarjo diprediksikan mengalami kenaikan sebesar 0,224 dengan asumsi X
1
, X
3
dan X
4
adalah konstan. d. Koefisien regresi X
3
β
3
= -0,0000061 Menunjukkan besarnya untuk X
3
, artinya apabila Nilai Produksi bertambah 1 satuan, maka Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri
Pakaian Jadi Di Kota Sidoarjo diprediksikan mengalami penurunan sebesar 0,0000061 dengan asumsi X
1
, X
2
dan X
4
adalah konstan. e. Koefisien regresi X
4
β
4
= -0,00001 Menunjukkan besarnya untuk X
4
, artinya apabila Investasi bertambah 1 satuan, maka Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Pakaian Jadi
Di Kota Sidoarjo diprediksikan mengalami penurunan sebesar 0,00001 dengan asumsi X
1
, X
2
dan X
3
adalah konstan.
4.4. Hipotesis Secara Simultan Dan Parsial 4.4.1. Secara Simultan uji F Surabaya