Pengertian tentang kejenuhan burnout Belajar

26 e. breakdown of community, kurang adanya dukungan dari lingkungan kerja seperti hubungan interpersonal antara individu yang satu dengan yang lain tidak terjalin dengan baik f. value conflict, adanya kesenjangan nilaikebiasaannorma yang berlaku di lingkungan kerja dengan prinsip yang dimiliki individu Senada dengan enam faktor penyebab kejenuhan menurut Maslach dan Leiter, Slivar 2001:22 juga merumuskan enam faktor penyebab terjadinya kejenuhan dalam proses belajar antara lain: a Tuntutan tugas dari sekolah yang terlalu banyak. Siswa harus mengerjakan tugas yang banyak dengan waktu yang relatif singkat dan sumber pengetahuan yang sangat sedikit sehingga seringkali siswa merasa terbebani. b Metode yang digunakan guru saat melaksanakan proses belajar- mengajar kurang kreatif serta kurangnya partisipasi dari siswa sehingga siswa cepat jenuh. c Guru kurang memberikan penghargaan atas pencapaian tugas yang dilakukan oleh siswa sehingga siswa kurang termotivasi untuk belajar. Selain itu pihak sekolah juga kurang memberikan penguatan kepada siswa agar dapat memiliki motivasi dari dalam diri untuk lebih berprestasi. d Hubungan interpersonal guru dengan siswa maupun hubungan interpersonal teman sebaya kurang terjalin dengan baik sehingga 27 membuat siswa merasa kurang nyaman dalam proses belajar di sekolah e Harapan yang terlalu tinggi dari keluarga sering membuat siswa merasa khawatir akan terjadinya kegagaan dalam proses belajarnya. Beberapa siswa merasa takut di kritik serta dibandingkan dengan anggota keluarga yang lain berdasarkan hasil belajar yang telah dicapai meskipun di sekolah banyak terjadi ketidakadilan yang dialami terutama dalam hal penilaian. f Adanya kesenjangan antara aturan yang ada di sekolah dengan aturan yang ada di rumah. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang menyebabkan terjadinya kejenuhan burnout belajar dapat dibagi menjadi tiga, yaitu karakteristik siswa, lingkungan belajar, dan keterlibatan emosional dengan lingkungan belajar.

3. Aspek Kejenuhan Burnout Belajar

Freudenberger Engelbrecht. 2006: 26 menyebutkan tiga aspek penyebab burnout yaitu kelelahan emosi, kehilangan motivasi, dan komitmen. Pendapat lain dari Maslach dan Jackson 1981:1 menyebutkan tiga aspek penyebab burnout yaitu emotion exhaustion, depersonalization, dan personal accomplishmen. Ketiga aspek tersebut kemudian dijadikan instrumen yang terkenal dalam ranah kajian burnout yakni Maslach Burnout Inventory MBI. Sedangkan 28 Pines dan Aronson Slivar, 2001 : 22 lebih menekankan tiga aspek burnout pada kelelahan fisik, kelelahan emosi, dan kelelahan mental. Selain itu aspek burnout terbaru dijelaskan oleh Demerouti Demerouti, Bakker, Nachreiner, Ebbinghaus. 2002:428 yaitu lebih menekankan pada aspek bunout pada kelelahan fisik, kelelahan emosi, dan kelelahan kognitif. Freudenberger, Mashlach leiter, Pines Aronson, serta Demeuroti sependapat bahwa aspek utama burnout adalah kelelahan emosi. Freudenberger dan Mashlach juga menyebutkan aspek lain burnout yaitu kehilangan motivasi dimana dalam pendapatnya Mashlach kehilangan motivasi disebutkan dengan istilah ineffectivness. Selain itu Pines Aronson dan Demeuroti menyebutkan kelelahan fisik sebagai aspek burnout yang dapat terlihat. Selanjutnya hal yang menarik dari pendapat Demerouti yaitu kelelahan kognitif juga disebutkan sebagai salah satu aspek burnout. Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa aspek kejenuhan burnout belajar yaitu kelelahan fisik, kelelahan emosi, kelelahan kognitif, dan kehilangan motivasi.

4. Indikator Kejenuhan burnout Belajar

Seperti yang telah dijelaskan bahwa kejenuhan belajar dapat dilihat dari empat aspek yaitu: kelelahan emosi, kelelahan fisik, kelelahan 29 kognitif, dan kehilangan motivasi. Adapun indikator kejenuhan menurut Schaufeli dan Enzmann 1998: 21-22 berupa: a. Kelelahan emosi: perasaan depresi, perasaan sedih, perubahan suasana hati, penurunan kemampuan mengendalikan emosio, ketakutan yang tidak jelas, kecemasan, dan peningkatan ketegangan. b. Kelelahan fisik: sakit kepala, mual, gelisah, kedutan, sakit otot, masalah seksual, gangguan tidur tidak bisa tidur, mimpi buruk, atau tidur yang berlebihan, penurunan berat badan secara tiba-tiba, kurang nafsu makan, sesak napas, meningktanya ketegangan pra- menstruasi, siklus menstruasi tidak normal, hiperventilasi pernafasan yang berlebihan, kelamahan tubuh lelah, letih, lesu, bisul, gangguan pencernaan, penyakit jantung koroner, sering pilek, timbul wabah yang sebeumnya sudah ada asma, diabetes, peningkatan deyut jantung, cedera akibat aktivitas yang mengandung resiko, tekanan darah tinggi, peningkatan respon kulit, serta kolesterol tinggi c. Kelelahan kognitif: ketidakberdayaan, ketakutan menjadi “gila”, perasaan terjebak, perasaan gagal, perasaan tidak cukup insufisiensi, harga diri yang rendah, kesibukan diri, rasa bersalah, muncul ide untuk bunuh diri, sulit berkonsentrasi, pelupa, memiliki kesulitan dengan tugas-tugas yang kompleks, pemikiran yang kaku