MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN DENGAN METODE JARIMATIKA PADA ANAK KELOMPOK A TK TUNAS HARAPAN II MAGELANG.
i
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN MENGGUNAKAN METODE JARIMATIKA PADA ANAK
KELOMPOK A TK TUNAS HARAPAN II MAGELANG
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Sari Purwanti Mudiyatun NIM 12111247016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
(2)
(3)
(4)
(5)
v MOTTO
“Berhitung mengoptimalkan fungsi otak kanan dan otak kiri” (Dede Supriyadi)
“Menguasai berhitung adalah kunci utama untuk melangkah ke jenjang pengetahuan berikutnya” (Bekti Hermawan)
(6)
vi
PERSEMBAHAN
a. Suamiku tercinta, yang selalu memberi dukungan doa dan motivasi. b. Anak tersayang, yang selalu mendukung.
c. Rekan-rekan pendidik TK Tunas Harapan II Magelang atas kerjasamanya. d. Almamaterku tercinta Universitas Negeri Yogyakarta
(7)
vii
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN DENGAN METODE JARIMATIKA PADA ANAK
KELOMPOK A TK TUNAS HARAPAN II MAGELANG
Oleh
Sari Purwanti Mudiyatun NIM 12111247016
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung permulaan dengan metode jarimatika pada anak Kelompok A TK Tunas Harapan II Magelang. Penelitian ini dilakukan karena terdapat permasalahan dalam kemampuan berhitung permulaan pada anak Kelompok A TK Tunas Harapan II Magelang. Pembelajaran dengan menggunakan metode jarimatika dipilih karena dapat meningkatkan kemampuan berhitung permulaan pada anak.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah anak-anak Kelompok A TK Tunas Harapan II yang berjumlah 20 anak. Objek penelitian ini adalah kemampuan berhitung permulaan pada anak terutama kegiatan membilang dan mengetahui hasil penjumlahan atau pengurangan bilangan 1-10. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui metode jarimatika mampu meningkatkan kemampuan berhitung permulaan anak. Peningkatan dapat dilihat pada hasil penelitian pratindakan dengan rata-rata persentase 34,38%, setelah dilakukan tindakan pada Siklus I dengan rata-rata persentase 66,25% dan siklus II dengan persentase rata-rata 84,38%, dan sudah memenuhi kriteria keberhasilan indikator yang telah ditetapkan sebesar 80%.
(8)
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah hirobbil’alamin puji dan syukur penulis panjatkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga tugas akhir skripsi yang berjudul "Meningkatkan Kemampuan Berhitung Permulaan dengan Metode Jarimatika pada Anak Kelompok A TK Tunas Harapan II Magelang” dapat terselesaikan dengan baik dan lancar sesuai harapan.
Sehubungan dengan selesainya penelitian ini dilaksanakan untuk melengkapi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Skripsi ini tentu tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu perkenankanlah dalam kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada Bapak/Ibu tersebut di bawah ini.
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi ini.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini yang telah memberikan pengarahan dan memberikan izin dalam melakukan penelitian.
4. Dr. Christina Ismaniati, M.Pd., dosen pembimbing I yang telah berkenan meluangkan waktu, untuk memberikan bimbingan, arahan, saran, dan motivasi kepada penulis selama proses penelitian hingga penulisan skripsi ini.
(9)
ix
5. Nur Hayati, M.Pd., dosen pembimbing II yang telah berkenan meluangkan waktu, untuk memberikan bimbingan, arahan, saran, dan motivasi kepada penulis selama proses penelitian hingga penulisan skripsi.
6. Bapak dan ibu dosen PG PAUD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya.
7. Kepala sekolah dan guru TK Tunas Harapan II Magelang yang telah memberikan izin, kesempatan, dan kemudahan dalam kegiatan penelitian. 8. Seluruh keluargaku yang selalu mendo’akan dan memberikan dukungan.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan barokah kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis dan semoga skripsi ini dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Yogyakarta, Desember 2015
Sari Purwanti Mudiyatun NIM 12111247016
(10)
x DAFTAR ISI
hal
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN SURAT PERNYATAAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Batasan Masalah ... 5
D. Rumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Usia Dini ... 7
1. Pengertian Kemampuan Berhitung Permulaan ... 7
2. Tujuan Pembelajaran Berhitung Permulaan di TK ... 9
3. Prinsip Pembelajaran Berhitung Permulaan di TK ... 10
(11)
xi
B. Metode Jarimatika ... 14
1. Pengertian Metode Jarimatika ... 14
2. Keunggulan Matode Jarimatika ... 17
3. Pengenalan Formasi Jarimatika ... 18
4. Formasi Jarimatika pada Operasi Penjumlahan dan Pengurangan ... 21
C. Karakteristik Anak Usia Dini ... 23
1. Pengertian Anak Usia Dini ... 23
2. Karakteristik Berhitung Anak Usia Dini ... 24
D. Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Berhitung Permulaan dengan Metode Jarimatika ... 25
E. Kerangka Pikir ... 28
F. Hipotesis Tindakan ... 30
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 31
B. Setting Penelitian ... 31
1. Tempat Penelitian... 31
2. Waktu Penelitian ... 31
3. Subjek Penelitian ... 32
C. Model Penelitian ... 32
D. Prosedur Penelitian ... 33
1. Perencanaan Tindakan ... 33
2. Pelaksanaan Tindakan ... 34
3. Observasi ... 34
4. Refleksi ... 34
E. Teknik Pengumpulan Data ... 35
F. Instrumen Penelitian ... 36
G. Teknik Analisis Data ... 39
(12)
xii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ... 41
1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 41
2. Deskripsi Subjek Penelitian ... 41
3. Kondisi Awal Sebelum Dilakukan Tindakan ... 42
4. Deskripsi Hasil Penelitian ... 44
a. Siklus I ... 44
b. Siklus II ... 55
B. Pembahasan ... 65
C. Keterbatasan Penelitian ... 68
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 69
B. Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA ... 71
(13)
xiii
DAFTAR TABEL
hal Tabel 3.1. Instrumen Observasi tentang Kemampuan Membilang ... 37 Tabel 3.2. Rubrik Observasi Penilaian tentang Kemampuan
Membilang. ... 38 Tabel 3.3. Rubrik Observasi Penilaian tentang Kemampuan Menjumlah/
Mengurangi ... 41 Tabel 4.1. Kemampuan Membilang Permulaan Kelompok A Pra Siklus 43 Tabel 4.2. Kemampuan Berhitung Permulaan Kondisi Siklus I
Pertemuan 1 ... 48 Tabel 4.3. Kemampuan Berhitung Permulaan Kondisi Siklus I
Pertemuan 2 ... 50 Tabel 4.4. Kemampuan Berhitung Permulaan Kondisi Siklus I
Pertemuan 3 ... 51 Tabel 4.5. Rekapitulasi Kemampuan Berhitung Permulaan Kondisi
Siklus I... 52 Tabel 4.6. Kemampuan Berhitung Permulaan Kondisi Siklus II
Pertemuan 1 ... 60 Tabel 4.7. Kemampuan Berhitung Permulaan Kondisi Siklus II
Pertemuan 2 ... 61 Tabel 4.8. Kemampuan Berhitung Permulaan Kondisi Siklus II
Pertemuan 3 ... 62 Tabel 4.9. Rekapitulasi Kemampuan Berhitung Permulaan Kondisi
Siklus II ... 63 Tabel 4.10 Rekapitulasi Kemampuan Berhitung Permulaan Pra Siklus,
(14)
xiv
DAFTAR GAMBAR
hal Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pikir ... 29 Gambar 3.1. Desain Penelitian menurut Kemmis dan Mc. Taggart ... 32 Gambar 4.1. Grafik Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Kondisi
Pra Siklus I Pertemuan I ... 43 Gambar 4.2. Grafik Kemampuan Berhitung Permulaan Kondisi Siklus I
Pertemuan I ... 49 Gambar 4.3. Grafik Kemampuan Berhitung Permulaan Kondisi Siklus I
Pertemuan II ... 50 Gambar 4.4. Grafik Kemampuan Berhitung Permulaan Kondisi Siklus I
Pertemuan III ... 51 Gambar 4.5. Grafik Kemampuan Berhitung Permulaan Kelompok A
Kondisi Siklus I ... 52 Gambar 4.6. Grafik Kemampuan Berhitung Permulaan Kondisi Siklus II Pertemuan I ... 60 Gambar 4.7. Grafik Kemampuan Berhitung Permulaan Kondisi Siklus II Pertemuan II ... 61 Gambar 4.8. Grafik Kemampuan Berhitung Permulaan Kondisi Siklus II Pertemuan III ... 63 Gambar 4.9. Grafik Kemampuan Berhitung Permulaan Kelompok A
Kondisi Siklus II ... 63 Gambar 4.10. Grafik Rekapitulasi Kemampuan Berhitung Permulaan
(15)
xv
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ... 73
Lampiran 2. Lembar Observasi Pra Tindakan ... 75
Lampiran 3. Lembar Observasi Siklus I Pertemuan 1, 2 dan 3... 76
Lampiran 4. Lembar Observasi Siklus II Pertemuan 1, 2 dan 3 ... 79
Lampiran 5. Lembar Rekap Observasi Siklus 1, 2 dan 3 ... 82
Lampiran 6. Hasil Pra Tindakan ... 83
Lampiran 7. Hasil Observasi Setelah Siklus I Pertemuan 1, 2 dan 3 ... 84
Lampiran 8. Hasil Observasi Setelah Siklus II Pertemuan 1, 2 dan 3 .... 89
Lampiran 9. Rencana Kegiatan Harian ... 94
(16)
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak Taman Kanak-Kanak adalah anak yang sedang berada pada rentang usia 4-6 tahun. Dalam rentang usia ini anak akan mengalami suatu proses perkembangan sebagai sosok individu. Perkembangan anak tersebut merupakan proses perilaku dari yang sederhana menjadi komplek, dari ketergantungan menjadi mandiri. Perkembangan anak ini adalah suatu proses perubahan dimana anak mulai belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari seluruh aspek-aspek yang yang mempengaruhi perkembangannya, seperti: gerakan, berpikir, perasaan, dan interaksi baik dengan sesama maupun dengan benda-benda dalam lingkungan sekitarnya.
Usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan anak untuk memperoleh pendidikan (Novita Lila, 2012: 8). Aspek perkembangan anak usia dini meliputi nilai agama dan moral, kognitif, fisik motorik, sosial emosional, dan bahasa. Diperlukan stimulasi yang dapat membantu perkembangan anak, karena stimulasi yang baik dianggap sebagai kebutuhan otak yang berperan penting pada tingkat kecerdasan anak di masa yang akan datang.
Perkembangan kognitif merupakan perkembangan yang terkait dengan kemampuan berpikir seseorang atau juga diartikan sebagai perkembangan intelektual. Terjadinya proses perkembangan ini dipengaruhi oleh kematangan otak yang mampu menunjukkan fungsinya secara baik. Kognisi merupakan bagian intelektual yang merujuk pada penerimaan, penafsiran, pemikiran, pengingatan,
(17)
2
pengkhayalan, pengambilan keputusan, dan penalaran (Muhammad Fadillah, 2012: 41-42).
Perkembangan kognitif anak usia dini sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan sel otak dan perkembangan hubungan antar sel otak,kondisi kesehatan anak dan gizi. Walaupun masih dalam kandungan ibu kedua faktor tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kognitif anak. Dari teori Piaget yang membicarakan perkembangan kognitif, perkembangan dari tahapan sensorimotor (0-2 tahun), praoperasional (2-7 tahun), operasional konkret (7-12 tahun), dan operasional formal (12-15 tahun), maka perkembangan kognitif anak masa prasekolah berada pada tahap praoperasional (Soemiarti Padmonodewo, 2003: 19).
Pendidikan prasekolah utamanya Taman Kanak-kanak, sebagaimana terdapat dalam Garis-Garis Besar Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-Kanak (Depdikbud, 1994) menyatakan bahwa tujuan program kegiatan belajar anak Taman Kanak-kanak adalah untuk membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya (Moeslichatoen, 2004: 3).
Berkaitan dengan pengembangan kemampuan daya pikir yang termasuk dalam aspek perkembangan kognitif, berhitung di Taman Kanak-kanak (TK) dalam pelaksanaannya harus dilakukan dengan cara yang menarik, bervariasi dan dalam suasana bermain yang menyenangkan. Metode berhitung diperlukan untuk menumbuhkembangkan keterampilan berhitung yang sangat diperlukan dalam
(18)
3
kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan yang merupakan juga dasar bagi pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan selanjutnya (Depdiknas, 2007: 1-2).
Di lingkungan sekitar banyak sekali hal yang selalu berhubungan dengan matematika. Begitu juga dengan dunia anak TK yang sering dilihat adalah matematika dalam porsi yang masih sangat sederhana. Tingkat pencapaian perkembangan anak TK pada Kelompok A membilang banyak benda satu sampai sepuluh, mengenal konsep bilangan, mengenal lambang bilangan, mengenal lambang huruf. Pembelajaran berhitung akan berguna bagi anak karena pada kehidupan selanjutnya anak akan lebih sering bersentuhan dengan beberapa konsep tersebut dalam berbagai permasalahan yang kompleks.
Jarimatika adalah salah satu metode berhitung dalam operasi KaBaTaKu dengan menggunakan jari-jari tangan, merupakan metode yang praktis dan efisien, tidak membebani memori otak anak, mudah dipelajari, dan menyenangkan.
Dalam pembelajaran di TK, berhitung merupakan suatu kegiatan yang kurang menarik, membosankan dan masih terasa sulit bagi anak TK yang berada pada kelompok A. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor baik dari guru, peserta didik maupun sumber belajar, dan metode yang digunakan sebagai pendukungnya. Berdasarkan pengalaman menjadi guru di TK Tunas Harapan II Magelang, dengan memperhatikan pengembangan kemampuan berhitung permulaan yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran belum optimal.
(19)
4
Beberapa permasalahan yang sering muncul terkait dengan pembelajaran berhitung permulaan pada anak kelompok A TK Tunas Harapan II Magelang adalah metode pembelajaran yang kurang tepat atau kurang sesuai dengan karakteristik, kebutuhan, dan minat anak, misalnya dalam pembelajaran berhitung anak tidak dikenalkan dengan benda-benda yang konkrit karena hanya dikenalkan melalui gambar. Penyampaian materi pembelajaran lebih banyak menggunakan metode ceramah sehingga anak belum terlibat secara langsung dalam pembelajaran. Ketika pembelajaran berhitung, anak terlihat menggunakan bantuan jari-jari tangan namun belum dikenalkan metode yang tepat untuk membantu mempermudah proses berhitung. Dalam pembelajaran yang dilaksanakan terbukti masih banyak menggunakan LKA (Lembar Kerja Anak). Dengan menggunakan LKA, anak hanya menghitung gambar benda, menebalkan angka atau menuliskan angkanya secara langsung. Hal ini tentu saja mengakibatkan anak menjadi tidak antusias dalam mengikuti proses pembelajaran sedangkan anak belum mampu melakukan kegiatan berhitung. Kurangnya kreativitas guru dalam memanfaatkan bahan, media dan metode yang digunakan dalam pembelajaran membuat anak menjadi tidak berminat khususnya untuk mengikuti pembelajaran berhitung permulaan sehingga kemampuan berhitung anak Kelompok A TK Tunas Harapan II belum berkembang secara optimal.
Atas dasar permasalahan yang telah ditemukan dalam kelas berkaitan dengan kemampuan berhitung pada kelompok A tersebut maka penulis melakukan sebuah Penelitian Tindakan Kelas sebagai upaya perbaikan pelaksanaan pembelajaran berhitung permulaan dengan mengambil judul
(20)
5
“Meningkatkan Kemampuan Berhitung Permulaan dengan Metode Jarimatika pada Kelompok A TK Tunas Harapan II Magelang”.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah diatas dapat diidentifikasi masalah-masalah yang ada seperti:
1. Anak kurang terlibat secara langsung dalam pembelajaran karena dalam penyampaian materi pembelajaran guru hanya menggunakan metode ceramah. 2. Anak kurang berminat untuk mengikuti pembelajaran berhitung karena dalam
pembelajarannya lebih banyak menggunakan LKA. 3. Anak belum mampu melakukan kegiatan berhitung. 4. Metode jarimatika belum dikenalkan kepada anak. C. Batasan Masalah
Berdasarkan beberapa permasalahan yang ada maka Penelitian Tindakan Kelas ini hanya dibatasi pada permasalahan yaitu kemampuan berhitung permulaan pada anak Kelompok A TK Tunas Harapan II Magelang menggunakan metode Jarimatika.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada Penelitian Tindakan Kelas ini adalah “Bagaimana cara untuk meningkatkankemampuan berhitung permulaan anak kelompok A TK Tunas Harapan II Magelang menggunakan metode Jarimatika?”
(21)
6 E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berhitung permulaan pada anak Kelompok A TK Tunas Harapan II Magelang menggunakan metode Jarimatika.
F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi para pendidik Taman Kanak-Kanak dalam meningkatkan kemampuan berhitung permulaan pada anak melalui kegiatan yang lebih bervariasi.
2. Manfaat praktis a. Sekolah
Hasil penelitian ini dapat mengembangkan pembelajaran yang inovatif dan memberi wawasan untuk membantu meningkatkan kemampuan berhitung permulaan pada anak.
b. Guru
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam upaya pengadaan inovasi pembelajaran bagi guru dan memotivasi guru untuk selalu melakukan inovasi dalam pembelajaran yang tepat dan efektif.
c. Anak Didik
Melalui kegiatan berhitung dengan metode jarimatika ini dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak.
(22)
7 BAB II KAJIAN TEORI
A. Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Usia Dini 1. Pengertian Kemampuan Berhitung Permulaan
Kemampuan dalam kamus bahasa Indonesia berasal dari kata mampu yang berarti kuasa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya, mempunyai harta berlebihan. Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu yang harus ia lakukan, sedangkan menurut Sudrajat dalam Siti Jenab (2011: 3), menghubungkan kemampuan dengan kata kecakapan.
Membilang satu, dua, tiga, dan seterusnya pada mulanya tidak bermakna bagi anak yang belum memahami bilangan. Anak bisa mengucapkannya tetapi tidak memahami apa artinya. Sejak anak mulai bicara, anak bisa mengucapkan satu, dua, tiga dan seterusnya hanya sekedar menirukan orang dewasa yang ada dilingkungannya dan belum memahami apa artinya. Ia tidak tahu bahwa bilangan merupakan simbol dari banyaknya benda (Sudaryanti, 2006: 4).
Hitung dalam kamus bahasa Indonesia mempunyai arti perihal membilang, menjumlahkan, mengurangi, membagi, menambah, memperbanyak, mengalihkan. Berhitung mempunyai arti tindakan membilang, menjumlahkan, mengurangi, menambah, memperbanyak, dan mengalihkan sedangkan permulaan mempunyai arti sesuatu yang paling awal. Berhitung adalah segala hal yang berkaitan dengan pola aturan dan bagaimana aturan itu dipakai untuk menyelesaikan berbagai permasalahan (Ismiyani, 2010: 20). Kegiatan berhitung untuk anak usia dini disebut juga sebagai kegiatan menyebutkan urutan bilangan atau membilang buta (Nining Sriningsih, 2008: 63). Kemampuan berhitung permulaan menurut Ahmad
(23)
8
Susanto (2011: 98) adalah kemampuan yang dimiliki setiap anak untuk mengembangkan kemampuannya, karakteristik perkembangannya dimulai dari lingkungan yang terdekat dengan dirinya, sejalan dengan perkembangan kemampuannya anak dapat meningkat ke tahap pengertian mengenai jumlah yang berhubungan dengan penjumlahan dan pengurangan.
Dari beberapa pendapat tersebut maka dapat diartikan bahwa kemampuan berhitung permulaan adalah kemampuan yang dimiliki anak yang berhubungan dengan membilang, menjumlahkan, mengurangi, menambah, memperbanyak dan mengalihkan yang dilakukan secara lebih awal yang pada mulanya tidak bermakna bagi anak yang belum memahami bilangan.
Fungsi dan tujuan pembelajaran di Taman Kanak-kanak yang tercantum dalam Pedoman Pengembangan Program Pembelajaran di TK, yaitu membina dan menumbuhkan, mengembangkan seluruh potensi anak secara optimal sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan dasar sesuai dengan tahap perkembangannya agar memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan selanjutnya. Anak cerdas bukan hanya anak yang pandai matematika saja. Pengetahuan tentang kecerdasan jamak dibutuhkan oleh orang tua dan guru agar mereka dapat mengoptimalkan kecerdasan sebagai potensi yang dibawa sejak lahir (Yuliani Nurani Sujiono, 2012: 176). Namun demikian, menurut pendapat di atas bahwa untuk dapat membina, menumbuhkan dan mengembangkan seluruh potensi anak secara optimal, dengan kecerdasan jamak yang dimiliki anak, maka seluruh aspek perkembangan anak akan dapat dikembangkan lagi.
(24)
9
2. Tujuan Pembelajaran Berhitung Permulaan di TK
Pendidikan di Taman Kanak-kanak sangat penting untuk mencapai keberhasilan belajar pada tingkat pendidikan selanjutnya. Hal ini bukanlah sekedar proses pelatihan agar anak mampu membaca, menulis dan berhitung, tetapi merupakan cara belajar mendasar yang meliputi kegiatan yang dapat memotivasi anak untuk menemukan kesenangan dalam belajar, mengembangkan konsep diri, melatih kedisiplinan, keberminatan, spontanitas, inisiatif dan apresiatif.
Menurut Piaget dalam Slamet Suyanto (2005: 157), tujuan berhitung untuk anak usia dini adalah belajar berpikir logis dan matematis dengan cara yang menyenangkan dan tidak rumit. Secara umum tujuan berhitung permulaan di Taman Kanak-kanak adalah untuk mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung dalam suasana yang menarik, aman, nyaman dan menyenangkan sehingga diharapkan anak akan memiliki kesiapan dalam mengikuti pembelajaran berhitung pada jenjang selanjutnya yang lebih kompleks (Ahmad Susanto, 2011: 105). Secara khusus tujuan berhitung di TK agar anak memiliki kemampuan: a. Dapat menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehidupan bermasyarakat yang
dalam kesehariannya memerlukan ketrampilan berhitung, misalnya anak dapat melakukan transaksi pada saat jajan.
b. Memiliki ketelitian, konsentrasi, abstraksi dan daya apresiasi, misalnya anak dapat memahami konsep bilangan, transisi dan lambang sesuai dengan jumlah benda, pengenalan bentuk lambang dan mencocokkan sesuai lambang bilangannya.
(25)
10
c. Memiliki kreativitas dan imajinasi dalam menciptakan sesuatu secara spontan, misalnya pada kegiatan bermain menyusun pola yang ada disekitarnya secara berurutan
d. Memiliki pemahaman konsep ruang dan waktu serta dalam memperkirakan kemungkinan urutan peristiwa yang terjadi di sekitarnya, dapat ditunjukkan dalam kegiatan bermain estimasi (memperkirakan) sesuatu misalnya perkiraan terhadap waktu, luas, jumlah atau ruang melalui kegiatan menghitung jumlah benda yang ada disekitar anak.
e. Dapat berpikir logis dan sistematis sejak dini melalui pengalaman terhadap benda-benda konkret, gambar-gambar atau angka yang terdapat di sekitar anak. Berdasarkan uraian di atas, kemampuan berhitung permulaan di Taman Kanak-kanak memiliki tujuan untuk memperkenalkan anak dalam menggunakan hitungan. Hal tersebut terdapat dalam Kurikulum 2010 Standar Kompetensi Taman Kanak-kanak pada Kelompok A membilang banyak benda satu sampai sepuluh, mengenal konsep bilangan, mengenal lambang bilangan, mengenal lambang huruf.
3. Prinsip Pembelajaran Berhitung Permulaan di TK
Dalam pembelajaran berhitung permulaan yang dilakukan di TK, ada beberapa prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan. Beberapa prinsip tersebut menurut Siti Jenab (2011: 3), adalah sebagai berikut:
a. Permainan berhitung permulaan diberikan secara bertahap, diawali dengan menghitung benda-benda konkrit di sekitar anak.
(26)
11
b. Pengetahuan dan keterampilan pada permainan berhitung diberikan secara bertahap menurut kesukaannya, misal dari konkrit ke abstrak, mudah ke sukar, dan dari sederhana ke yang lebih komplek.
c. Permainan berhitung akan berhasil jika anak-anak diberi kesempatan berpartisipasi dan distimulasi untuk menyelesaikan masalah-masalahnya sendiri.
d. Permainan berhitung membutuhkan suasana yang menyenangkan dan memberikan rasa aman serta kebebasan bagi anak. Untuk itu diperlukan alat peraga atau media yang sesuai dengan benda sebenarnya (tiruan), menarik dan bervariasi, mudah digunakan dan tidak membahayakan.
e. Bahasa yang digunakan di dalam pengenalan konsep berhitung sebaiknya bahasa yang sederhana dan jika memungkinkan mengambil contoh yang terdapat di lingkungan sekitar anak.
f. Dalam permainan berhitung anak dapat dikelompokkan sesuai tahap penguasaannya yaitu tahap konsep, masa transisi dan lambang.
g. Dalam mengevaluasi hasil perkembangan anak harus dimulai dari awal sampai akhir kegiatan.
Pada prinsip pembelajaran berhitung yang dilaksanakan di TK tentu saja tidak dapat terlepas dari kegiatan bermain karena bermain merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi anak. Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prinsip pembelajaran berhitung permulaan di Taman Kanak-kanak diberikan secara bertahap dan dilaksanakan dalam suasana bermain yang menyenangkan.
(27)
12
4. Tahapan Kemampuan Berhitung di Taman Kanak-kanak
Menurut Depdiknas (2007: 6) berbagai cara dapat dilakukan oleh guru dan orang tua untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan berhitung. Tahapan yang dapat dilakukan untuk membantu mempercepat penguasaan berhitung dapat dilakukan melalui tiga tahapan penguasaan berhitung, yaitu 1) tahap penguasaan konsep yang dimulai dengan mengenalkan konsep atau pengertian tentang sesuatu dengan menggunakan benda-benda yang nyata, seperti pengenalan warna, bentuk dan menghitung bilangan; 2) tahap transisi, merupakan peralihan dari pemaham secara konkret dengan menggunakan benda-benda nyata menuju kearah pemahaman secara abstrak; 3) tahap pengenalan lambang adalah di mana setelah anak memahami sesuatu secara abstrak, maka anak dapat dikenalkan pada tingkat penguasaan terhadap konsep bilangan dengan cara meminta anak melakukan proses penjumlahan dan pengurangan melalui penyelesaian soal.
Sesuai dengan Kurikulum 2010 Standar Kompetensi pada Taman Kanak-Kanak kelompok A tahapan berhitung permulaan yang ada dalam Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) usia 4-5 tahun, kemampuan berhitung permulaan anak TK Kelompok A berada pada lingkup perkembangan Kognitif (Mengenal konsep bilangan, lambang bilangan dan huruf), tingkat pencapaian perkembangannya meliputi: membilang banyak benda satu sampai sepuluh, mengenal konsep bilangan, mengenal lambang bilangan, mengenal lambang huruf.
(28)
13
Proses pembelajaran berhitung yang baik menurut Ariesandi (2007: 8) mempunyai tahapan-tahapan yang disesuaikan dengan perkembangan anak. Pada level dasar, pembelajaran harus dimulai dari suatu yang konkret dan perlahan-lahan menuju pemahaman yang abstrak atau yang simbolis. Selain itu, unsur-unsur psikologi pembelajaran juga perlu diperhatikan. Oleh karena itu, para guru sebaiknya mempelajari sedikit psikologi praktis.
Tahapan berhitung pada anak usia dini dengan mengacu pada hasil penelitian Piaget tentang intelektual, yang menyatakan bahwa anak usia 2-7 tahun berada pada tahap pra operasional, maka penguasaan berhitung pada anak usia Taman Kanak-kanak akan melalui tahap sebagai berikut:
a. Tahapan konsep atau pengartian
Tahapan anak berekspresi untuk menghitung segala macam benda-banda yang dapat dihitung dan yang dapat dilihat. Guru dan orang tua harus dapat memberikan pembelajaran yang menarik sehingga anak tidak bosan.
b. Tahapan transisi atau peralihan
Tahapan transisi atau peralihan dari konkret ke lambang, tahap di mana anak mulai benar-benar memahami. Tahapan ini diberikan kepada anak apabila tahap konsep sudah benar-benar dikuasai oleh anak.
c. Tahap lambang
Tahapan di mana anak mendapatkan kesempatan untuk menulis sendiri tanpa paksaan, yaitu berupa lambang bilangan, bentuk-bentuk dan sebagainya jalur-jalur yang mengenalkan kegiatan berhitung.
(29)
14
Proses pembelajaran berhitung yang baik menurut Ariesandi (2007: 8) mempunyai tahapan-tahapan yang disesuaikan dengan perkembangan anak. Pada level dasar, pembelajaran harus dimulai dari suatu yang konkret dan perlahan-lahan menuju pemahaman yang abstrak atau yang simbolis. Selain itu, unsur-unsur psikologi pembelajaran juga perlu diperhatikan. Oleh karena itu, para guru sebaiknya mempelajari sedikit psikologi praktis.
Tahapan pembelajaran berhitung permulaan menurut beberapa pendapat diatas disebutkan bahwa permainan berhitung permulaan dilakukan secara bertahap dari konkret ke abstrak, mudah ke sukar, dari hal sederhana ke yang lebih komplek melalui kegiatan bermain sesuai dengan tahapan-tahapan perkembangan anak yaitu anak usia 4-5 tahun anak mampu membilang banyak benda satu sampai sepuluh, mengenal konsep bilangan, mengenal lambang bilangan, mengenal lambang huruf.
B. Metode Jarimatika
1. Pengertian Metode Jarimatika
Metode menurut Moeslichatoen (2004: 7), merupakan bagian dari strategi kegiatan. Metode dipilih berdasarkan strategi kegiatan yang sudah dipilih dan ditetapkan. Metode merupakan cara, yang dalam bekerjanya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan.
Sedangkan menurut Hamzah (2007: 2), metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.
(30)
15
Metode pembelajaran lebih bersifat prosedural, yaitu berisi tahapan tertentu. Dengan kata lain metode yang dipilih oleh masing-masing guru adalah sama, tetapi mereka menggunakan teknik yang berbeda.
Sebagai seorang guru TK, sebelum melakukan proses kegiatan belajar mengajar terlebih dahulu harus menetapkan tujuan dan ruang lingkup program kegiatan belajar bagi anak agar proses kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan dapat berjalan dengan baik dan bermakna. Sebagaimana terdapat dalam Garis-Garis Besar Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-Kanak (Depdikbud, 1994) dalam Moeslichatoen (2004: 3), tujuan program kegiatan belajar anak TK adalah untuk membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya.
Ruang lingkup program kegiatan belajar meliputi pembentukan perilaku melalui pembiasaan dalam pengembangan moral Pancasila, agama, disiplin, perasaan atau emosi, dan kemampuan bermasyarakat serta pengembangan dasar melalui kegiatan yang dipersiapkan oleh guru meliputi pengembangan kemampuan berbahasa, daya pikir, daya cipta, keterampilan dan jasmani.
Pengetahuan tentang metode-metode mengajar sangat diperlukan oleh guru, sebab berhasil atau tidaknya belajar anak sangat bergantung pada tepat atau tidaknya metode mengajar yang digunakan oleh guru. Metode yang digunakan harus disesuaikan dengan materi pelajaran dan karakteristik anak. Menurut Moeslichatoen (2004: 5), ada metode-metode yang lebih sesuai bagi anak TK
(31)
16
dibandingkan dengan metode-metode yang lain, misalnya guru TK jarang sekali menggunakan metode ceramah. Orang akan segera menyadari bahwa metode ceramah tidak berdaya guna bagi anak TK. Metode yang memungkinkan anak satu dengan anak lain berhubungan akan lebih memenuhi kebutuhan dan minat anak. Melalui kedekatan hubungan guru dan anak, guru akan dapat mengembangkan kekuatan pendidik yang sangat penting.
Menurut penemu jarimatika, Septi Peni Wulandani (2009: 17), Jarimatika adalah salah satu metode berhitung dalam operasi KaBaTaKu (kali-bagi-tambah-kurang) dengan menggunakan jari-jari tangan. Jarimatika adalah suatu cara menghitung matematika dengan menggunakan alat bantu jari. Dalam metode Jarimatika, masing-masing jari mewakili 1 (satu) bilangan misal telunjuk terbuka dan jari lainnya tertutup mewakili bilangan angka 1, kemudian dua jari telunjuk dan jari tengah terbuka sedangkan lainnya tertutup mewakili bilangan angka 2 demikian seterusnya. Menurut (Prasetyono, 2009: 16-30) untuk penjumlahan jari tangan harus terbuka. Jari tangan menutup adalah pengurangan (dalam Ria Nugraeni, 2013: 13).
Menurut Sungatmi (2010: 1), Jarimatika yaitu cara berhitung dengan menggunakan 10 jari disulap menjadi 99, dengan metode hitung Jarimatika akan memudahkan anak dalam belajar berhitung. Mengenalkan pendidikan kepada anak sejak dini merupakan suatu hal yang sangat positif, karena seiring dengan perkembangan anak sebaiknya juga diimbangi dengan pengenalan belajar yang sederhana dan disesuaikan dengan usia anak.
(32)
17
Pembelajaran yang sederhana menurut Sungatmi (2010: 1), dapat dimulai dengan mengenalkan nama-nama benda yang ada disekitar kita kemudian dapat dilanjutkan dengan pengenalan huruf dan angka, hal ini bertujuan agar anak sudah mempunyai sedikit bekal ketika anak mulai memasuki bangku sekolah yang lebih lanjut yaitu jenjang Sekolah Dasar (SD). Belajar Jarimatika tidak perlu menggunakan alat yang mahal, cukup dengan jari anak sudah dapat berhitung dengan tepat dan cepat.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode Jarimatika adalah cara untuk membuat proses berhitung mudah yang dikerjakan dengan menggunakan alat bantu jari. Anak harus memahami terlebih dahulu cara penggunaan jari, jari tangan kanan sebagai angka satuan sedangkan jari tangan kiri sebagai puluhan.
2. Keunggulan Metode Jarimatika
Metode Jarimatika mempunyai beberapa keunggulan, antara lain:
a. Berhitung dengan metode Jarimatika mudah dipelajari dan menyenangkan bagi anak. Mudah dipelajari karena jarimatika mampu menjembatani antara tahap perkembangan kognitif anak yang konkret dengan materi berhitung yang bersifat absrak. Menyenangkan karena anak merasakan seolah mereka bermain sambil belajar dan merasa tertantang dengan metode Jarimatika.
b. Jarimatika memberikan visualisasi proses berhitung. Anak belajar dengan mamanipulasi hal-hal yang konkret untuk mempelajari materi yang bersifat abstrak.
(33)
18
c. Tidak membebani memori otak anak. Metode berhitung Jarimatika mampu menyeimbangkan kerja otak kanan dan kiri, hal ini dapat ditunjukkan pada waktu berhitung mereka akan mengotak-atik jari-jari tangan kanan dan kirinya secara seimbang.
d. Praktis dan efisien. Dikatakan praktis karena alat hitungnya jari, maka selalu dibawa ke mana-mana. Efisien, karena alatnya selalu tersedia dan tidak perlu membeli.
e. Penggunaan Jarimatika lebih menekankan pada penguasaan konsep sehingga anak menguasai ilmu secara matang.
f. Pengaruh daya pikir dan psikologi karena diberikan secara menyenangkan, maka sistem limbik di otak anak akan senantiasa terbuka sehingga memudahkan anak dalam menerima materi baru.
3. Pengenalan Formasi Jarimatika
Beberapa hal yang perlu dipahami dalam mengaplikasikan jari tangan sebagai alat bantu menghitung menurut Prasetyono (dalam Ria Nugraeni, 2013: 14) adalah sebagai berikut:
a. Jari tangan kanan mewakili bilangan satuan. b. Jari kiri mewakili bilangan puluhan dan ratusan.
c. Jari tangan terbuka dipahami sebagai operasi penjumlahan. d. Jari tangan tertutup dipahami sebagai operasi pengurangan.
(34)
19
Untuk lebih jelasnya pengoperasian metode Jarimatika yang digunakan oleh anak TK (Trivia Astuti, 2013: 10) adalah sebagai berikut :
a. Bila kelima jari pada tangan kanan ditutup semua atau tangan mengepal maka posisi seperti ini menunjukkan bilangan 0 (nol).
b. Satu jari (jari telunjuk) pada tangan kanan dibuka, sedangkan keempat jari lainnya (jari kelingking, jari manis, jari tengah, dan ibu jari) ditutup maka ini menujukkan bilangan 1 (satu).
c. Dua jari (jari telunjuk dan jari tengah) pada tangan kanan dibuka,sedangkan ketiga jari lainnya (jari kelingking, jari manis dan ibu jari) dibuka, posisi tersebut
menunjukkan bilangan 2 (dua).
d. Tiga jari (jari telunjuk, jari tengah dan jari manis) pada tangan kanan dibuka, sedangkan kedua jari lainnya (jari kelingking dan ibu jari) ditutup. Keadaan tersebut menunjukkan bilangan 3 (tiga). e. Empat jari (jari kelingking, jari manis, jari tengah
dan jari telunjuk) pada tangan kanan dibuka,
sedangkan satu jari (ibu jari) ditutup. Kondisi seperti ini menunjukkan bilangan 4 (empat).
(35)
20
f. Untuk menunjukkan bilangan 5 kita tidak perlu membuka semua jari pada tangan kanan. Kita hanya cukup membuka ibu jari (jempol), sedangkan keempat ibu jari lainnya (jari telunjuk, jari tengah, jari manis, dan jari kelingking) dalam keadaan tertutup.
g. Untuk menunjukkan bilangan 6 jari yang harus dibuka adalah ibu jari (yang memiliki nilai 5) ditambah dengan jari telunjuk (yang mempunyai nilai 1). Dengan demikian kita akan memperoleh bilangan 6. Operasi perhitungan ini juga berarti bahwa 1+5 atau 5+1.
h. Untuk menunjukkan bilangan 7, jari yang dibuka adalah ibu jari (yang memiliki nilai 5) ditambah dengan kedua jari (jari telunjuk dan jari tengah),
sehingga menunjukkan bilangan 7. Operasi perhitungan ini sama dengan 2+5 atau 5+2.
i. Menunjukkan bilangan 8, jari yang dibuka adalah ibu jari (yang mempunyai nilai 5) ditambah dengan ketiga jari (jari telunjuk, jari tengah dan jari manis), sehingga menunjukkan bilangan 8. Operasi perhitungan ini berarti bahwa 3+5 atau 5+3.
(36)
21
j. Jika kita membuka kelima jari berarti kita hendak menunjukkan bilangan 9. Operasi perhitungan ini sama dengan 4+5 atau 5+4.
4. Formasi Jarimatika pada Operasi Penjumlahan dan Pengurangan a. Jarimatika pada Operasi Penjumlahan
Menurut Komandoko (dalam Ria Nugraeni, 2013: 19) posisi buka adalah operasi penjumlahan setiap jari membuka satu, maka itu berarti penambahan 1 (satu). Jari membuka dua berarti menambah 2 (dua) dan seterusnya. Sebagai contoh misalnya, berapakah hasil penjumlahan dari 1 ditambah 2? Untuk mengetahui hasil dari penjumlahan tersebut dengan jarimatika maka formasikan jari kanan untuk melambangkan angka 1 (satu) kemudian buka 2 jari sesuai urutan buka selanjutnya, maka hasilnya adalah 3.
Bilangan kecil menurut Komandoko (dalam Ria Nugraeni, 2013: 21) adalah bilangan-bilangan diantara 0 sampai 4, sedangkan bilangan besar ialah bilngan-bilangan diantara 5 sampai 9. Apabila kita akan menjumlahkan bilngan-bilangan kecil dan besar maka kita harus membatasi hasilnya, yaitu tidak boleh lebih atau sama dengan 9. Hal ini penjumlahan meliputi beberapa bilangan, yaitu: 1+7, 2+5, 3+6 dan sebagainya.
(37)
22
Maka untuk menjumlahkan kedua bilangan tersebut (1 dan 7), kita dapat melakukan penjumlahan menggunakan cara basis 5, yaitu kita terlebih dahulu harus membuka ibu jari yang memiliki nilai 5, selanjutnya menghitung maju secara berurutan sesuai dengan jumlah bilangan yang akan ditambah. Ini akan lebih mempersingkat dan memperjelas dalam proses penjumlahannya, Komandoko (dalam Ria Nugraeni 2013: 23).
b. Jarimatika pada operasi pengurangan
Menurut Komandoko (dalam Ria Nugraeni,2013: 25), posisi tutup sesungguhnya adalah operasi pengurangan. Setiap jari menutup satu, maka pengurangan 1 (satu), setiap jari menutup 2 (dua), berarti pengurangan 2 (dua) dan seterusnya. Misalnya, berapakah hasil pengurangan dari 3-1? Untuk mengetahui hasil pengurangannya dengan jarimatika adalah sebagai berikut: formasikan jari kanan untuk melambangkan angka 3 (tiga) kemudian tutup 1 jari sesuai urutan selanjutnya, maka hasil yang akan didapat adalah 2 (dua).
Operasi pengurangan menurut Prasetyono (dalam Ria Nugraeni, 2013: 26) diterapkan formasi BALI (di bawah lima) satu digit ketentuan umum untuk pengurangan dari sebuah bilangan jarimatika adalah dengan menutup jari.
(38)
23
Sedangkan ketentuan untuk pengurangan dibawah lima satu digit sebagai berikut:
1) 5= TUTUP jempol.
2) 4=TUTUP jempol kanan, BUKA 1 3) 3=TUTUP jempol kanan, BUKA 2 4) 2=TUTUP jempol kanan, BUKA 3 5) 1=TUTUP jempol kanan, BUKA 4 Misal, contoh 5-3=...
Soal ini adalah pengurangan dengan bilangan 3 maka TUTUP jempol kanan, BUKA 2 dengan langkah-lngkah sebagai berikut:
a. BUKA posisi jari bilangan 5, lalu TUTUP ibu jari pada hitungan pertama b. BUKA 2 yaitu jari telunjuk, jari tengah
c. Dengan demikian akan diperoleh hasil posisi terakhir dari hitungan jari jatuh pada bilangan 2 (Prasetyono, 2009: 46-47).
C. Karakteristik Anak Usia Dini 1. Pengertian Anak Usia Dini
Menurut Muhammad Fadlillah (2012: 18-19) anak usia dini adalah anak yang berkisar antara usia 0-6 tahun yang memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang luar biasa sehingga memunculkan berbagai keunikan pada dirinya. Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya.
Apabila anak telah menunjukkan kemampuannya dalam berhitung, maka orang tua atau guru harus tanggap untuk segera memberika layanan dan
(39)
24
bimbingan sehingga kebutuhan anak dapat terpenuhi dan tersalurkan dengan sebaik-baiknya menuju perkembangan yang optimal.
Anak usia dini adalah anak yang berada pada masa strategis untuk mengenalkan pembelajaran berhitung, karena anak usia dini sangat peka terhadap rangsangan yang diterima dari lingkungan. Rasa ingin tahunya sangat tinggi akan tersalurkan apabila mendapat stimulasi/rangsangan/motivasi yang sesuai dengan tugas perkembangannya. Apabila kegiatan berhitung diberikan melalui berbagai macam permainan tentunya akan lebih efektif.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan pada masa anak usia (usia 0-6 tahun) anak berada pada masa yang sangat strategis untuk mengenal pembelajaran berhitung, maka sudah menjadi tugas bagi orang tua atau guru untuk memberikan stimulasi pembelajaran berhitung melalui berbagai macam permainan yang menarik sehingga kemampuan berhitung permulaan anak akan berkembang dengan baik.
2. Karakteristik Berhitung Anak Usia Dini
Masa usia dini menurut Muhammad Fadlillah (2012: 18-19) yaitu anak yang berkisar antara usia 0-6 tahun, memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa, karena anak usia dini tumbuh dan berkembang dengan cara yang berbeda. Hal yang terpenting bagi mereka ialah ia merasa senang dan nyaman dalam melakukan sesuatu. Oleh karena itu, sudah menjadi tugas orang tua ataupun pendidik untuk membimbing dan mengarahkan anak dalam beraktivitas supaya yang dilakukannya tersebut dapat bermafaat bagi dirinya. Dalam berhitung anak
(40)
25
dapat melakukannya secara spontan terhadap peristiwa atau benda-benda yang ada di sekitarnya.
D. Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan Berhitung Permulaan dengan Metode Jarimatika
Pembelajaran berhitung permulaan bagi anak TK ini dimaksudkan supaya anak TK dapat memperoleh dan mengembangkan kemampuan berhitungnya dengan optimal sebagai dasar dan bekal bagi anak sebelum anak melanjutkan pada jenjang pendidikan selanjutnya.
Penggunaan metode Jarimatika dalam pembelajaran berhitung permulaan pada anak usia dini maka akan terjadi suatu proses interaksi yang menarik dan menyenangkan bagi anak, dimana pada saat proses pembelajaran berlangsung anak akan senantiasa melakukan interaksi dengan pendidik melalui percakapan dan permainan Jarimatika yang menyenangkan. Apabila interaksi pembelajaran monoton dan membosankan, anak tidak memilki semangat dalam proses pembelajaran.
Dalam pembelajaran berhitung permulaan dengan metode jarimatika anak akan belajar sesuai dengan tahapan penguasaan berhitung (Depdiknas, 2006: 6), tahapan tersebut meliputi:
1. Penguasaan konsep yang dimulai dengan mengenalkan konsep atau pengertian tentang sesuatu dengan menggunakan benda-benda yang nyata, seperti pengenalan warna, bentuk dan menghitung bilangan.
2. Masa transisi merupakan peralihan dari pemahaman secara konkret dengan menggunakan benda-benda nyata menuju kearah pemahaman secara abstrak
(41)
26
3. Tahap pengenalan lambing adalah dimana setelah anak memahami secara abstrak, maka anak dapat dikenalkan pada tingkat penguasaan terhadap konsep bilangan dengan cara meminta anak melakukan proses penjumlahan dan pengurangan melalui penyelesaian soal.
Tahapan perkembangan berhitung tersebut menjadi dasar dari pembelajaran berhitung permulaan dengan metode jarimatika yang dilakukan pada Kelompok A TK Tunas Harapan II Magelang yang dirangkum dalam beberapa contoh kegiatan yang tersusun pada RKH, sebagai berikut:
1. PL membilang angka 1-10 dengan jari
Guru memberi contoh cara membilang angka 1-10 dengan jari
Anak-anak memperhatikan penjelasan guru
Guru meminta anak untuk membilang angka 1-10 dengan jari
Anak membilang 1-10 dengan jari
Guru mengamati, membimbing, memotivasi dan menilai hasil anak
2. PT menghubungkan dan menyebutkan tulisan dengan simbol yang melambangkan
Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan
Anak memperhatikan penjelasan guru
Guru memberi tugas kepada anak menghubungkan dan menyebutkan tulisan dengan simbol yang melambangkannya
Anak melaksanakan tugas yang diberikan guru, menghubungkan dan menyebutkan tulisan sambil menunjukkan jari
(42)
27
Guru mengamati, membimbing, memotivasi dan menilai hasil anak
d u a ● ● 1 s a t u ● ● 3 t i ga ● ● 2
3. PT membilang dengan menunjuk jumlah benda dan menulis angkanya
Guru memberi contoh cara membilang dengan menunjuk benda
Anak memperhatikan contoh guru
Guru memberi tugas kepada anak untuk membilang dengan menunjuk benda
Anak melaksanakan tugas yang diberikan
Guru mengamati, membimbing, memotivasi dan menilai hasil anak
= ....
= ....
= ....
4. PT menuliskan dan menyebutkan angka 1-5
Guru memberi contoh cara menulis angka 1-5
Anak memperhatikan penjelasan guru
Guru memberi tugas kepada anak untuk mengerjakan seperti contoh guru
Anak melaksanakan tugas menulis dan menyebutkan angka 1-5 dengan jari
Guru mengamati, membimbing, memotivasi dan menilai hasil anak
(43)
28
5. PT menjumlah dua kumpulan gambar dengan menggunakan jari dan menulis angkanya
Guru memberi contoh cara menjumlah dua kumpulan gambar dengan menggunakan jari
Anak memperhatikan contoh guru
Guru memberi tugas kepada anak untuk menjumlah dua kumpulan gambar dengan jari
Anak melaksanakan tugas yang diberikan
Guru mengamati, membimbing, memotivasi dan menilai hasil anak
+ =
+ = +
E. Kerangka Pikir
Untuk meningkatkan kemampuan berhitung permulaan guru harus dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menarik bagi anak sehingga anak termotivasi untuk melakukan proses berhitung permulaan dengan mudah dan menyenangkan sesuai dengan kemampuan anak.
(44)
29
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir A.
B.
Berdasarkan bagan kerangka pikir di atas dapat dijelaskan bahwa pada pembelajaran berhitung permulaan kondisi awal anak belum paham cara berhitung dan hasil belajar masih kurang optimal. Kemudian diberikan tindakan pembelajaran menggunakan metode Jarimatika yang diterapkan pada kegiatan membilang angka 1-10 dan mengetahui hasil pengurangan dan penjumlahan 1-10 dan dilakukan secara berulang-ulang. Hal tersebut sejalan dengan teori belajar Behavioristik, menurut Edwin Guthrie (Asri Budiningsih, 2008: 23) dijelaskan bahwa hubungan antara stimulus dan respon cenderung hanya bersifat sementara, oleh sebab itu dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberikan stimulus agar hubungan antara stimulus dan respon bersifat lebih tetap sehingga pada kondisi akhir diharapkan kemampuan berhitung permulaan akan meningkat.
Guru belum memanfaatkan metode Kondisi
Awal
Kemampuan konsep berhitung anak
kurang
Guru menggunakan metode jarimatika Penerapan
tindakan
Kemampuan berhitung anak meningkat Kondisi
(45)
30 D.Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dipaparkan pada bagian kajian pustaka di atas, maka dapat di kemukakan hipotesis tindakan dalam penelitian ini,
yaitu “Kemampuan berhitung permulaan anak Kelompok A TK Tunas Harapan II Magelang dapat ditingkatkan melalui metode Jarimatika”.
(46)
31 BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas menurut Suharsimi Arikunto (2010: 130) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas. Peneliti mengumpulkan data yang dilakukan oleh anak dalam kegiatan berhitung. Peneliti sebagai pengamat dengan mencatat secara seksama sesuai dengan langkah-langkah penelitian yang meliputi penyusunan rencana, pelaksanaan kegiatan, observasi dan analisis serta refleksi terhadap hasil observasi aktifitas anak serta menilai hasil dari peningkatan kemampuan berhitung permulaan dengan metode Jarimatika di TK Tunas Harapan II Magelang.
B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di TK Tunas Harapan II, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Pertimbangan peneliti mengambil tempat penelitian ini adalah karena sebagai salah satu guru pada TK Tunas Harapan II, dan peneliti mengetahui kondisi kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan TK tersebut.
2. Waktu Penelitian
Penentuan waktu penelitian mengacu pada program akademik yang berlaku di sekolah tersebut, karena PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses pembelajaran yang efektif di kelas. Penelitian di laksanakan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2015.
(47)
32 3. Subjek Penelitian
Subyek penelitian adalah semua anak Kelompok A TK Tunas Harapan II Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah yang berjumlah 20 siswa dan terdiri atas 7 anak perempuan dan 13 anak laki-laki. C. Model Penelitian
Desain penelitian ini mengacu pada teori Kemmis & Mc Taggart (Suharsimi Arikunto, 2010: 131) yang memandang komponen sebagai langkah dalam siklus, sehingga menyatukan dua komponen yang ke-2 dan ke-3, yaitu tindakan (acting) dan pengamatan (observing) sebagai satu kesatuan. Hasil dari pengamatan ini kemudian dijadikan dasar sebagai langkah berikutnya, yaitu refleksi mencermati apa yang sudah terjadi (reflecting). Setelah refleksi selesai, lalu disusun sebuah modifikasi yang diaktualitaskan dalam bentuk rangkaian tindakan dan pengamatan lagi, seterusnya. Jangka waktu untuk suatu siklus dan langkah-langkah dalam suatu siklus sangat tergantung konteks dan setting permasalahan.
Penjelasan lebih rinci akan disajikan melalui gambar berikut:
Keterangan: 0 = Perenungan 1 = Perencanaan
2 = Tindakan dan Observasi 3 = Refleksi 1
4 = Rencana Terevisi 1
5 = Tindakan dan Observasi II 6 = Refleksi 2
Gambar 3.1. Desain Penelitian Menurut Kemmis & Mc. Taggart (Suwarsih Madya, 2007: 67)
(48)
33 D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksankan secara kolaborasi yang artinya penelitian ini dilakukan berkolaborasi dengan guru kelas. Penelitian tindakan kelas akan dilaksanakan dalam beberapa siklus meliputi perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi penelitian.
1. Perencanaan Tindakan
Dalam tahap ini, peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan dilakukan. Dalam tahap menyusun rancangan ini, peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapat perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.
Pada tahap ini peneliti merancang tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian, diantaranya:
a. Mengidentifikasi masalah yang ada di dalam kelas yang akan menjadi topik yang perlu perhatian khusus dan merupakan topik dalam penelitian ini.
b. Membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH) dengan tema diri sendiri, materi yang diajarkan sesuai dengan kurikulum yang dituangkan dalam RKH. RKH ini berguna sebagai pedoman guru dalam melaksanakan kegiatan pengembangan kognitif.
c. Guru mempersiapkan lembar observasi mengenai partisipasi anak selama enam kali pertemuan. Pada setiap pertemuan peneliti menerapkan metode Jarimatika dalam pembelajaran.
(49)
34
d. Mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dalam setiap pertemuan.
e. Materi yang ditekankan pada penelitian ini meliputi kegiatan, yaitu “Kegiatan berhitung permulaan dengan metode Jarimatika”.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan ini dilakukan selama pembelajaran berlangsung dengan dibantu guru untuk mengamati keterlibatan atau partisipasi anak saat melaksanakan kegiatan berhitung. Hasil dari kegiatan anak diamati dan dicatat sebagai hasil pengamatan untuk dievaluasi dan direflaksi bersama kolaborator, sehingga dapat menentukan, merencakan pertemuan berikutnya kearah peningkatan.
3. Observasi
Kegiatan yang dilakukan adalah observasi terhadap tindakan dengan cara mengamati, mencatat secara teliti dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Observasi dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Observasi ini dilakukan oleh peneliti bersama kolaborator yang sebelumnya sudah sepakat persepsinya terhadap kegiatan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi.
4. Refleksi
Selanjutnya data-data yang sudah diperoleh dari observasi baik sebelum maupun setelah kegiatan tersebut kemudian dicatat, dikumpulkan dan dianalisis serta didiskusikan bersama kolaborator. Setiap akhir pertemuan dalam setiap siklus peneliti dan kolaborator menganalisis apakah pelaksanaan tindakan sudah
(50)
35
sesuai perncanaan, apakah format observasi perlu ditambah dan sebagainya, sehingga hasil analisis tadi dapat digunakan untuk menentukan langkah selanjutnya. Tujuan dari diskusi tersebut adalah untuk mengevaluasi hasil tindakan, masalah yang muncul dan segala hal yang berkaitan dengan tindakan yang dilakukan. Setelah selesai berdiskusi peneliti mencari jalan keluarnya agar dibuat rencana perbaikan pada tahap kegiatan selanjutnya.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi
Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki (Cholid, 2010: 70). Pengamatan dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh gambaran kondisi selama proses pembelajaran berlangsung, mulai dari peneliti memulai pelajaran, materi yang disampaikan, metode, dan sumber belajar yang digunakan, mengamati aktivitas anak selama mengikuti kegiatan pembelajaran.
2. Tes
Tes merupakan suatu teknik pengumpulan data untuk memperoleh informasi tentang berbagai aspek dalam tingkah laku dengan menggunakan pengukuran yang menghasilkan suatu deskripsi kuantitatif tentang aspek yang diteliti. Dalam penelitian ini peneliti memberikan tes atau tugas kepada anak untuk berhitung khususnya membilang 1-10 dan penjumlahan atau pengurangan
(51)
36
1-10. Tes diberikan kepada anak untuk mengetahui sejauh mana pemahaman anak terhadap kegiatan berhitung dengan menggunakan metode Jarimatika.
F. Instrumen Penelitian
Suharsimi Arikunto (2002: 136) menyatakan bahwa instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar penelitiannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan instrumen lembar pengamatan atau pedoman observasi. Lembar pengamatan tersebut memuat indikator-indikator pengembangan kognitif yang mencakup unsur membilang 1-10 dan mengetahui hasil penjumlahan dan pengurangan 1-10 yang diberikan melalui tes.
(52)
37
Tabel 3.1 Instrumen Observasi tentang Kemampuan Berhitung Permulaan
No Nama Anak
Aspek yang dinilai Berhitung Permulaan
Membilang angka 1-10 Mengetahui hasil penjumlahan dan pengurangan 1-10 BB MB BSH BSB BB MB BSH BSB 1
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Jumlah Persentase
Keterangan :
BB : Belum berkembang (anak tidak mau melaksanakan kegiatan).
MB : Mulai berkembang ( anak belum lancar membilang dan menghitung). BSH : Berkembang sesuai harapan (anak dapat membilang dan menghitung). BSB : Berkembang Sangat Baik (anak dapat membilang dan menghitung
(53)
38
Berdasarkan kisi-kisi instrumen observasi untuk mengembangkan kemampuan kognitif melalui kegiatan berhitung pada anak kelompok A TK Tunas Harapan II, maka kriteria penilaian diuraikan sebagai berikut:
Tabel 3.2 Rubrik Observasi Penilaian tentang Kemampuan Membilang
No Kriteria Deskripsi Skor Keterangan
1 BSB Kemampuan membilang 1-10 lancar dan tepat
3 Anak dapat membilang 1-10 dengan lancar dan tepat
2 BSH Kemampuan membilang anak 1-10
2 Anak dapat membilang 1-10 dengan lancar
3 MB Kemampuan membilang anak 1-10 dengan bimbingan
1 Anak dapat membilang 1-10 dengan bimbingan
4 BB Anak tidak mampu
membilang
0 Anak tidak mampu melakukan kegiatan
Tabel 3.3 Rubrik Penilaian tentang Kemampuan Menjumlah atau Mengurangi 1-10
No Kriteria Deskripsi Skor Keterangan
1 BSB Kemampuan anak
mengoperasikan penambahan dan pengurangan 1-10 baik
3 Anak dapat mengoperasikan penjumlahan atau pengurangan 1-10 dengan baik dan tepat menggunakan
metode jarimatika
2 BSH Kemampuan anak
mengoperasikan penambahan atau pengurangan 1-10
2 Anak dapat mengoperasikan penambahan atau pengurangan 1-10 dengan baik menggunakan metode
jarimatika
3 MB Kemampuan anak
mengoperasikan penambahan atau pengurangan 1-10 dengan bimbingan
1 Anak dapat
mengoperasikan penjumlahan atau pengurangan 1-10 dengan
metode jarimatika masih dibimbing guru
4 BB Anak tidak dapat
mengoperasikan penambahan atau pengurangan 1-10
0 Anak tidak dapat melakukan kegiatan
(54)
39 E.Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian menurut Igak Wardahani, dkk (2007: 59), bahwa analisis data adalah merangkum data dengan cara yang akurat dan dapat di pertanggungjawaban sehingga mampu memberikan makna. Selanjutnya, untuk mengetahui keefektifan suatu metode yang digunakan pada penelitian tindakan kelas ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Data kemampuan berhitung yang dapat ditingkatkan melalui metode jarimatika dibandingkan dari hasil observasi sebelum tindakan dan sesudah tindakan, dengan demikian hasilnya akan diketahui.
Analias data adalah proses penyususun data saat kegiatan tindakan penelitian agar dapat ditafsirkan secara mendalam. Suwarsih Madya (2006: 75) menyatakan bahwa analisis data dalam penelitian tindakan diawali oleh momen refleksi putaran penelitian tindakan.
F. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan ini ditandai dengan perubahan pada proses berhitung yang dilakukan oleh anak meningkat, perubahan menuju kearah perbaikan. Keberhasilan akan terlihat apabila hasil kegiatan anak dalam membilang dan mengoperasikan penjumlahan atau pengurangan 1-10 dalam penelitian ini mencapai 80% anak mendapat nilai dengan kriteria berkembang sesuai harapan (Suharsimi Arikunto, 2002: 43).
Kriteria berupa persentase kesesuaian (Suharsimi Arikunto, 2002: 44): a. Kesesuaian kriteria (%) : < 40 = belum berkembang
(55)
40
c. Kesesuaian kriteria (%) : 61 – 80 = berkembang sesuai harapan d. Kesesuaian kriteria (%) : 81 – 100 = berkembang sangat baik
Berdasarkan kriteria kesesuaian diatas, maka untuk mengetahui persentase hasil observasi anak adalah:
X = x 100% (Suharsimi Arikunto, 2002: 44) Keterangan :
X : persentase total yang diperoleh A : jumlah skor yang diperoleh anak B : jumlah skor total maksimal
A B
(56)
41 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.Hasil Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di TK Tunas Harapan II Magelang yang beralamat di Tempursari, Tempurejo, Tempuran Magelang,yang memiliki 2 kelas, yaitu kelas A dan B. Layanan pendidikan yang dilaksanakan di TK Tunas Harapan II Magelang yaitu layanan untuk anak usia 4-6 tahun.
TK Tunas Harapan II Magelang mempunyai tenaga pendidik 3 orang, 1 orang merangkap sebagai kepala sekolah. TK Tunas Harapan II Magelang memiliki beberapa ruangan, 1 kantor atau ruangan kepala sekolah, 1 ruangan tamu, 2 ruang kelas, 1 kamar mandi, 1 halaman utama.
Peneliti dalam penelitian ini mengambil setting tempat di dalam ruangan kelas, khususnya ruang kelas Kelompok A, di mana anak yang menjadi subjek penelitian peningkatan kemampuan berhitung permulaan.
2. Deskripsi Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah anak kelompok A TK Tunas Harapan II Magelang yang berjumlah 20 anak yang terdiri dari 13 anak laki-laki dan 7 anak perempuan dengan rata-rata usia 4-5 tahun. Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan terkait dengan perkembangan anak, permasalahan yang muncul pada anak kelompok A TK Tunas Harapan II Magelang yaitu pada rendahnya kemampuan berhitung anak.
(57)
42
3. Kondisi Awal Sebelum Dilakukan Tindakan
Peneliti melakukan pengamatan atau observasi terhadap tingkat kemampuan berhitung anak khususnya membilang 1-10 dan mengetahui hasil penjumlahan atau pengurangan 1-10 sebagai langkah awal sebelum diadakan penelitian tindakan kelas. Hasil yang diperoleh pada kemampuan awal sebelum tindakan pada akhirnya akan dibandingkan dengan hasil setelah tindakan melalui kegiatan berhitung permulaan dengan menggunakan metode Jarimatika. Perbandingan tersebut bertujuan untuk menunjukkan adanya peningkatan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada kondisi awal, ada beberapa masalah dalam pembelajaran berhitung yaitu anak kurang berminat dalam mengikuti pembelajaran berhitung dan sebagian besar anak belum paham dengan kegiatan berhitung. Selain itu, metode pembelajaran yang kurang tepat atau kurang sesuai dengan karakteristik, kebutuhan, dan minat anak merupakan salah satu penyebab kurangnya stimulasi terhadap kemampuan kognitif anak sehingga aspek perkembangan anak kurang optimal. Pembelajaran dilaksanakan cenderung klasikal sehingga anak mudah bosan dan kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran.
Observasi pada kondisi awal atau Pra Siklus dilakukan pada tanggal 9 Maret 2015. Pada tahap ini peneliti dan kolaborator mengamati kemampuan berhitung khususnya membilang 1-10 dan mengetahui hasil penjumlahan atau pengurangan 1-10 anak kelompok A TK Tunas Harapan II Magelang. Hasil observasi terhadap kemampuan berhitung anak pada kondisi Pra Siklus yang
(58)
43
dilakukan dengan menggunakan instrumen lembar observasi hasilnya disajikan dalamtabel berikut :
Tabel 4.1 Data Kemampuan Berhitung PermulaanAnak Kelompok A
No. Aspek Penilaian Persentase
(%)
1 Membilang 61,25%
2 Mengetahui hasil penjumlahan / pengurangan 1-10 32,50% Rata - rata 46,88% Indikator Keberhasilan 80%
Tabel di atas menunjukkan hasil observasi Pra Siklus kemampuan berhitung permulaan pada anak Kelompok A TK Tunas Harapan II Magelang. Untuk lebih jelasnya akan ditampilkan pada grafik berikut ini:
Gambar 4.1 Grafik Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Kelompok A pada Kondisi Pra Siklus
Dari tabel dan grafik di atas dapat diketahui bahwa kemampuan berhitung anak belum berkembang baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil rekapitulasi data kemampuan berhitung permulaan anak Kelompok A yang memperoleh rata-rata
46.88%
80%
0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00% 90.00%
Pra Siklus Target Pencapaian
(59)
44
46,88%. Perolehan rata-rata di atas belum mencapai target keberhasilan yang diinginkan yaitu dengan kriteria berkembang sesuai harapan dan persentase mencapai 80%. Hal ini yang menjadikan landasan peneliti untuk meningkatkan kemampuan berhitung permulaan pada anak Kelompok A TK Tunas Harapan II Magelang melalui metode Jarimatika.
4. Deskripsi Hasil Penelitian a. Siklus I
1) Perencanaan Tindakan Siklus I
Perencanaan tindakan Siklus I dengan merencanakan pelaksanaan pembelajaran yang disusun secara bersama antara peneliti dan kolaborator guru kelas Kelompok A, kemudian dikonsultasikan kepada kepala sekolah untuk mendapat persetujuan atau saran. Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam tahap perencanaan ini adalah peneliti melakukan diskusi dengan guru kelas atau kolaborator untuk menentukan kapan dilakukan penelitian, menentukan tema dan subtema sesuai dengan program sekolah. Adapun perencanaan kegiatan pembelajaran pada Siklus I adalah sebagai berikut:
(a) Peneliti mempersiapkan rencana kegiatan harian yang akan digunakan yaitu penggunaan metode Jarimatika untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak.
(b) Menyusun lembar observasi yang berisi aspek-aspek penilaian meliputi kemampuan membilang dan kemampuan menjumlah atau mengurangi 1-10. (c) Peneliti mengkondisikan kelas dengan mengatur posisi duduk anak dan
menenangkan suasana kelas.
(d) Peneliti membuka pembelajaran dengan salam dan doa kemudian memberikan apersepsi.
(60)
45
(f) Peneliti menyampaikan cara penggunaan metode Jarimatika untuk meningkatkan kemampuan membilang dan menjumlah atau mengurangi 1-10. (g) Peneliti memberikan pembelajaran membilang dengan menggunakan metode Jarimatika. Dalam kegiatan ini peneliti dibantu oleh teman sejawat untuk mengamati aktivitas anak selama mengikuti kegiatan pembelajaran.
(h) Peneliti mengulas kegiatan yang telah dilaksanakan dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi dan memberikan pertanyaan. (i) Peneliti menutup kegiatan dengan salam dan doa.
2) Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Tindakan Siklus I terdiri atas tiga kali pertemuan, dimulai dari pukul 07.30-10.00 WIB yang dilaksanakan pada hari Senin sampai dengan Rabu tanggal 16 – 18 Maret 2015 dengan tema Diri Sendiri. Hasil penelitian dalam Siklus I ini diperoleh melalui tahap observasi dengan pengisian lembar checklist.
(a) Pelaksanaan tindakan Siklus I Pertemuan 1
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin tanggal 16 Maret 2015dengan tema diri sendiri dan sub tema anggota tubuh. Kegiatan terbagi menjadi tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara klasikal.
Peneliti menyiapkan RKH dan perlengkapan yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan awal pembelajaran dimulai dengan baris, berdoa, dan salam. Guru menanyakan kabar anak, guru mengabsen anak. Sebelum masuk pada materi pembelajaran guru melakukan apersepsi sesuai dengan tema pada hari itu yaitu anggota tubuh. Sebelum masuk kegiatan inti guru bercerita tentang
(61)
46
“Siapa Penciptanya?” Setelah apersepsi guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan pada kegiatan inti. Anak-anak diminta duduk dan menyimak kegiatan yang dilakukan pada hari itu yaitu membilang dengan menggunakan jari.
Peneliti mendemonstrasikan cara membilang dengan menggunakan jari dengan baik dan benar. Selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung, peneliti dan kolaborator mengamati kemampuan anak dalam kegiatan membilang. Pada saat anak mengerjakan tugasnya, guru dan peneliti mengamati dan mencatat perkembangan anak. Selain itu guru juga memberikan motivasi kepada anak. Sebelum kegiatan pembelajaran selesai guru mengingatkan anak untuk membereskan peralatan yang digunakan. Setelah selesai kegiatan anak istirahat dan bermain di luar ruangan, kemudian dilanjutkan makan bersama. Pada kegiatan akhir kolaborator melakukan evaluasi kegiatan sehari dengan memberikan pertanyaan seputar pembelajaran yang sudah dilaksanakan, berdoa mau pulang, dan salam.
(b) Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan 2
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 17 Maret 2015 dengan tema diri sendiri dan sub tema mengenal diriku. Kegiatan dimulai pukul 07.30-10.00 WIB yang terbagi menjadi tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara kelompok.
Peneliti menyiapkan RKH dan perlengkapan yang akan digunakan selama kegiatan berlangsung. Kegiatan awal pembelajaran dimulai dengan baris, berdoa, dan salam. Sebelum masuk pada materi pembelajaran guru melakukan apersepsi sesuai dengan tema pada hari itu yaitu mengenal diriku. Sebelum masuk kegiatan
(62)
47
inti, peneliti mengkondisikan anak terlebih dahulu dengan menyanyikan lagu bersama-sama “Satu-satu” agar anak siap untuk mengikuti pembelajaran. Kolaborator atau guru melakukan apersepsi sesuai dengan tema pada hari itu dan memberi gambaran tentang materi berhitung.
Pada kegiatan inti, kolaborator menjelaskan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan pada hari itu. Kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu membilang dengan menggunakan jari. Setelah selesai kegiatan anak istirahat dan bermain di luar kelas, kemudian dilanjutkan makan bersama. Pada kegiatan akhir kolaborator melakukan evaluasi kegiatan sehari, berdoa mau pulang, dan salam. (c) Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan 3
Pertemuan Ketiga dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 18 Maret 2015 dengan tema diri sendiri dan sub tema mengenal tubuhku. Kegiatan dimulai pukul 07.30-10.00 WIB yang terbagi menjadi tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Kegiatan dilaksanakan dengan posisi duduk anak secara klasikal.
Peneliti menyiapkan RKH dan perlengkapan yang akan digunakan dalam pembelajaran. Kegiatan awal pembelajaran dimulai dengan baris, berdoa, dan salam. Sebelum masuk pada materi pembelajaran guru melakukan apersepsi sesuai dengan tema pada hari itu yaitu mengenal tubuhku. Sebelum masuk kegiatan inti anak menyanyikan lagu bersama-sama “dua mata saya”. Kolaborator atau guru melakukan apersepsi sesuai dengan tema pada hari itu. Setelah selesai apersepsi, anak diminta meloncat dari kursi dengan ketinggian 40 cm. Anak-anak
(63)
48
melakukan kegiatan ini dengan senang gembira dan dilakukan secara bergantian. Setelah selesai, anak-anak masuk kelas dan duduk di kursi.
Pada kegiatan inti, kolaborator menjelaskan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan pada hari itu. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan yaitu penjumlahan dan pengurangan 1-10 dengan menggunakan metode Jarimatika. Setelah selesai kegiatan anak istirahat dan bermain di luar kelas, kemudian dilanjutkan makan bersama. Pada kegiatan akhir kolaborator melakukan evaluasi kegiatan sehari, berdoa mau pulang, dan salam.
3) Hasil Observasi Tindakan Siklus I (a) Pertemuan Pertama
Observasi dilakukan selama pembelajaran berlangsung pada Siklus I. Pada Pertemuan Pertama peneliti melihat dan mengamati perkembangan anak dengan hasil belajar yang telah dilaksanakan anak yaitu membilang 1-10 dengan menggunakan metode Jarimatika. Kegiatan observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data sebagai bahan atau analisis dalam kegiatan pembelajaran.
Tabel 4.2 Data Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Kelompok A pada KondisiSiklus I Pertemuan 1
No. Aspek Penilaian Persentase (%)
1 Membilang 1-10 67,50%
2 Mengetahui hasil penjumlahan / pengurangan 1-10 40,00%
Rata - rata 53,75%
(64)
49
Gambar 4.2 Grafik Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Kelompok A pada Kondisi Siklus I Pertemuan 1
Dari pertemuan yang telah dilaksanakan pada Siklus I diperoleh hasil observasi pertemuan pertamadengan menggunakan instrumen lembar observasi menyebutkan bahwa kemampuan berhitung permulaan pada anak Kelompok A sesuai data yang diperoleh adalah anak yang mendapat kriteria belum berkembang 9 anak, kriteria penilaian mulai berkembang 9 anak, dan ktiteria penilaian berkembang sangat baik 2 anak. Perhitungan penilaian rata-rata kelas Kelompok A yaitu aspek membilang 1-10 sebesar 67,50%, aspek menjumlah dan mengurangi 1-10 sebesar 40%. Dari kedua aspek penilaian tersebut dapat disimpulkan nilai rata-rata kelas Kelompok A dalam kemampuan berhitung permulaan dengan menggunakan metode Jarimatika pada Siklus I Pertemuan Pertama adalah 53,75% dengan kriteria penilaian mulai berkembang.
(b) Pertemuan Kedua
Hasil dari analisis observasi pertemuan kedua memperoleh data berupa angka persentase kemampuan berhitung permulaan dengan metode Jarimatika.
53.75%
80%
0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00%
Siklus I Pertemuan 1 Indikator Keberhasilan
(65)
50
Tabel 4.3 Data Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Kelompok A pada Kondisi Siklus I Pertemuan 2
No. Aspek Penilaian Persentase
(%)
1 Membilang 1-10 72,50%
2 Mengetahui hasil penjumlahan / pengurangan 1-10 45,00% Rata - rata 58,75% Indikator Keberhasilan 80%
Gambar 4.3 Grafik Kemampuan Berhitung Permulaan pada Kondisi Siklus I Pertemuan 2
Hasil analisis pertemuan kedua dengan menggunakan instrumen lembar observasi menyebutkan bahwa anak yang memperoleh kriteria penilaian belum berkembang 7 anak, kriteria penilaian mulai berkembang 10 anak, kriteria penilaian berkembang sesuai harapan 2 anak, dan kategori berkembang sangat baik 1 anak. Hasil dari perolehan persentase rata-rata kelas anak Kelompok A yaitu dari aspek membilang 72,50%, dari aspek mengetahui hasil pengurangan atau penjumlahan 1-10 sebesar 45%. Dari kedua aspek penilaian tersebut dapat disimpulkan nilai rata-rata kelas Kelompok A dalam kemampuan berhitung
58.75%
80%
0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00%
Siklus I Pertemuan 2 Indikator Keberhasilan
(66)
51
permulaan pada Siklus I Pertemuan Kedua adalah 58,75% dengan kriteria penilaian mulai berkembang.
(c) Pertemuan ketiga
Hasil dari analisis observasi Pertemuan Ketiga memperoleh data berupa angka persentase kemampuan berhitung permulaan dengan metode Jarimatika.
Tabel 4.4 Data Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Kelompok A pada Kondisi Siklus I Pertemuan 3
No. Aspek Penilaian Persentase (%)
1 Membilang 1-10 77,50%
2 Mengetahui hasil penjumlahan / pengurangan 1-10 57,50% Rata - rata 67,50% Indikator Keberhasilan 80%
Gambar 4.4 Grafik Data Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Kelompok A pada Kondisi Siklus I Pertemuan 3
Dari data tabel dan grafik di atas menyebutkan bahwa kemampuan berhitung permulaan dengan menggunakan metode Jarimatika pada anak Kelompok A sesuai data yang diperoleh adalah anak yang mendapat kriteria penilaian belum berkembang 3 anak, kriteria penilaian mulai berkembang 10 anak, kriteria penilaian berkembang sesuai harapan 6 anak, dan kriteria
67.50%
80%
0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00%
Siklus I Pertemuan 3 Indikator Keberhasilan
(67)
52
berkembang sangat baik 1 anak. Hasil dari perolehan persentase rata-rata kelas anak Kelompok A yaitu dari aspek membilang 1-10 77,50%, mengetahui hasil penjumlahan atau pengurangan 1-10 57,50%. Dari kedua aspek penilaian tersebut dapat disimpulkan nilai rata-rata kelas Kelompok A dalam kemampuan berhitung permulaan pada Siklus I Pertemuan Ketiga adalah 67,50% dengan kriteria penilaian mulai berkembang.
Tabel 4.5 Rekapitulasi Data Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Kelompok A pada Kondisi Siklus I
No. Aspek Penilaian Persentase (%)
Rata-rata
1 2 3
1 Membilang 1-10 67,50% 72,50% 77,50% 72,50%
2 Mengetahui hasil penjumlahan /
pengurangan 1-10 40,00% 45,00% 57,50% 47,50% Pra Siklus 46,88%
Siklus I 60%
Indikator Keberhasilan 80%
Berdasarkan perolehan persentase kemampuan berhitung permulaan pada Siklus I dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:
Gambar 4.5 Grafik Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Kelompok A pada Kondisi Siklus I
46.88%
60.00%
80%
0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00%
Pra Siklus Siklus I Target Pencapaian
Rekapitulasi Kemampuan Berhitung
Siklus I
(68)
53
Berdasarkan hasil data analisis observasi Siklus I dari Pertemuan Pertama sampai dengan Pertemuan Ketiga kemampuan berhitung permulaan dengan menggunakan metode Jarimatika anak Kelompok A TK Tunas Harapan II Magelang mengalami peningkatan yaitu dari 46,88% menjadi 54,16% dari 20 anak yang diteliti. Hasil persentase tersebut belum dapat dikatakan berhasil karena belum mencapai pada target pencapaian yaitu 80% dari 20 anak dengan kriteria penilaian berkembang sesuai harapan. Oleh karena itu peneliti masih perlu melakukan penelitian lagi pada Siklus II.
4) Refleksi Tindakan Siklus I
Refleksi berupa koreksi terhadap tindakan yang telah dilaksanakan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan yang ada pada Siklus I. Pada tahap refleksi ini, peneliti melakukan perbandingan dengan melihat tabel dan grafik hasil observasi sebelum dilakukan tindakan dan pada pelaksanaan tindakan Siklus I. Peningkatan berhitung pada anak Kelompok A dapat dilihat melalui persentase yang diperoleh pada pratindakan hingga Siklus I dari Pertemuan Pertama sampai Pertemuan Ketiga. Peneliti dan kolaborator melakukan diskusi mengenai kegiatan yang telah dilaksanakan dari Pertemuan Pertama sampai Pertemuan Ketiga kemudian menjabarkan permasalahan apa saja yang menjadi kendala pada Siklus I sehingga belum dapat mencapai target yang ditetapkan. Permasalahan yang muncul pada Siklus I antara lain:
(a) Anak masih kesulitan dalam membilang dengan jari. Hal ini disebabkan karena guru terlalu cepat dalam menyampaikan materi ajar dan pemberian contoh membilang dengan jari.
(69)
54
(b) Masih ada beberapa anak yang tidak fokus dalam memperhatikan penjelasan guru. Hal ini disebabkan guru kurang mampu mengkondisikan anak.
(c) Masih banyak anak yang memerlukan bimbingan guru.
Berdasarkan permasalahan yang muncul diatas pada Siklus I peneliti dan kolaborator melakukan diskusi untuk mencari solusi dari permasalahan yang muncul pada Siklus I. Adapun solusi untuk permasalahan tersebut antara lain: (a) Memberi penjelasan kepada anak dengan cara dan bahasa yang mudah
dipahami anak.
(b) Memberi contoh cara membilang dan menjumlah atau mengurangi 1-10 dengan pelan agar anak benar-benar paham.
Kelebihan dari pelaksanaan pembelajaran pada Siklus I adalah peneliti telah melaksanakan perbaikan pembelajaran sesuai dengan rencana kegiatan harian yang telah disusun, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.
Pada Siklus I hasil dari penelitian peningkatan yang dicapai belum sesuai dengan indikator keberhasilan atau target pencapaian yang ditentukan. Peneliti dan kolaborator melakukan Siklus II dengan harapan akan terjadi peningkatan sesuai dengan indikator keberhasilan. Peningkatan dilakukan yaitu dengan memberikan penjelasan dengan cara dan bahasa yang mudah dipahami anak serta memberi contoh cara membilang dan menjumlah atau mengurangi 1-10 dengan pelan-pelan sampai anak benar-benar paham.
5) Hipotesis Tindakan menuju Siklus II
Berdasarkan solusi dari permasalahan siklus I maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan yaitu “Kemampuan berhitung permulaan dapat ditingkatkan
(1)
132
RENCANA KEGIATAN HARIAN Tema/ Subtema : Diri Sendiri
Kelompok : A
Hari/ Tanggal : Kamis, 9 Maret 2015
TPP Indikator Kegiatan Pembelajaran Media dan
Sumber Belajar
Penilaian
Alat Hasil
BB MB BSH BSB
Berbagi pengalaman dengan bercerita Memutar dan mengayunkan lengan (FMK 1)
Kegiatan Awal + 30 menit Salam
Berdoa sebelum kegiatan
Berbagi cerita tentang kejadian yang dialami anak
DM/PL memutar dan mengayunkan lengan sesuai hitungan
Guru memberi contoh cara
memutar dan mengayunkan lengan sesuai hitungan
Anak memperhatikan
Guru dan anak
(2)
133 Menyebutkan bilangan 1-10 Menggambar bebas Membilang/ menyebutkan urutan bilangan 1-20 (Kog 38)
Menggambar bebas dengan berbagai media (pensil warna, krayon, arang, dll)
Guru menyuruh anak untuk
memutar dan mengayunkan lengan sesuai hitungan
Kegiatan Inti + 60 menit 1. PL membilang angka 1-10
Guru memberi contoh cara membilang angka 1-10 Anak-anak memperhatikan
penjelasan guru
Guru meminta anak untuk membilang angka 1-10 Anak membilang 1-10
Guru mengamati, membimbing, memotivasi dan menilai hasil anak
2. PT menggambar orang dan diberi warna
Guru memberi contoh cara menggambar
Anak memperhatikan penjelasan
Anak Buku gambar, pensil, pensil warna Unjuk kerja Hasil karya RZ, GL KH,AQ, QY,QN, YD NS,BK, IC,DK, DR,DD, NV,SK, FRS AK,AG, DF,FH,
(3)
134 Menyebutkan
kata-kata dengan suku kata awal/ akhir yang sama
(FMH 41)
Menyebutkan kata-kata dengan suku kata awal/ akhir yang sama (misal : kaki-kali, nama-sama )(Bhs 11)
guru
Guru memberi tugas kepada anak untuk menggambar orang
kemudian diberi warna Anak melaksanakan tugas Guru mengamati, membimbing,
memotivasi dan menilai hasil anak
3. PT menyebutkan kata yang mempunyai suku kata awal yang sama
Guru memberi contoh kata yang memiliki suku kata awal yang sama
Anak mendengarkan guru
Guru memberi tugas kepada anak untuk mengerjakan seperti contoh guru
Anak melaksanakan tugas guru Guru mengamati, membimbing,
memotivasi dan menilai hasil anak
LK, pensil, penghapus
Unjuk kerja
(4)
(5)
136
Gambar L.1 Kegiatan membilang angka 1-10 dengan metode jarimatika
(6)
137
Gambar L.3 Kegiatan membilang 1-10 (mengenalkan bilangan satuan/puluhan) dengan metode jarimatika