UPAYA PENINGKATAN HASIL PEMBELAJARAN LEMPAR LEMBING GAYA HOP MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS X 9 SMA NEGERI 3 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009 2010
commit to user
UPAYA PENINGKATAN HASIL PEMBELAJARAN LEMPAR LEMBING GAYA HOP MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS X 9 SMA NEGERI 3 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2009 /2010
SKRIPSI
Oleh :
PURWO ADI SANYOTO K5606046
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2010
(2)
commit to user
ii
UPAYA PENINGKATAN HASIL PEMBELAJARAN LEMPAR LEMBING GAYA HOP MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS X 9 SMA NEGERI 3 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2009 /2010
Oleh :
PURWO ADI SANYOTO K5606046
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
S U R A K A R T A 2010
(3)
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, 30 Juli 2010
Pembimbing I
Drs. Bambang Wijanarko, M.Kes. NIP. 19620518 198702 1 001
Pembimbing II
Slamet Widodo, S.Pd,M.Or NIP.19711228 200312 1 001
(4)
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan.
Pada hari : Senin
Tanggal : 2 Agustus 2010
Tim Penguji Skripsi :
(Nama Terang) (Tanda Tangan)
Ketua : Drs. H. Agustyanto, M.Pd __________________
Sekretaris : Slamet Riyadi, S.Pd, M.Or __________________
Anggota I : Drs. Bambang Wijanarko, M.Kes __________________
Anggota II : Slamet Widodo, S.Pd, M.Or __________________
Disahkan oleh:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 19600727198702 1 001
(5)
commit to user
v ABSTRAK
Purwo Adi Sanyoto. UPAYA PENINGKATAN HASIL PEMBELAJARAN LEMPAR LEMBING GAYA HOP MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS X 9 SMA NEGERI 3 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli. 2010.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar lempar lembing gaya hop melalui pendekatan bermain pada siswa kelas X 9 SMA Negeri 3 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010.
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sumber data penelitian ini adalah siswa kelas X.9 SMA Negeri 3 Surakarta, tahun ajaran 2009 / 2010 berjumlah 34 orang yang terdiri atas 20 siswa putri dan 14 siswa putra. Teknik pengumpulan data dengan obeservasi dan penilaian hasil belajar lempar lembing gaya hop. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara deskriptif yang didasarkan pada analisis kuantitatif dengan prosentase.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa: pembelajaran dengan pendekatan bermain, dapat meningkatkan hasil belajar lempar lembing gaya hop pada siswa kelas X.9 SMA Negeri 3 Surakarta. Dari hasil analisis yang diperoleh peningkatan yang signifikan dari siklus I dan siklus II. hasil belajar lempar lembing gaya hop pada siklus I dalam kategori tuntas adalah 47,04% jumlah siswa yang tuntas adalah 16 siswa. Pada siklus II terjadi peningkatan prosentase hasil belajar siswa dalam kategori tuntas sebesar 92,73%, sedangkan siswa yang tuntas 33 siswa.
(6)
commit to user
vi ABSTRACT
Purwo Adi Sanyoto. THE STRATEGY TO IMPROVE LEARNING ACHIEVEMENT ON HOP STYLE OF JAVELIN THROWING APPROACHED BY GAME LEARNING AT THE X 9 GRADE IN SMA NEGERI 3 SURAKARTA IN THE ACADEMIC YEAR 2009 / 2010. Skripsi, Surakarta: Education Faculty, Sebelas Maret University Surakarta, July. 2010.
The objective of this research is to know the improvement of learning achievement of hop style javelin throwing by game learning at the X 9 grade in SMA Negeri 3 Surakarta in the academic year 2009/2010.
This research used the Class Action Research (CAR) method. The data source for this research is the students of X 9 grade in SMA Negeri 3 Surakarta, academic year 2009/2010, amount 34 students which consists of 20 girls and 14 boys. The data collection technique is by observation and hop style javelin throwing learning achievement valuation. The data analysis technique used in this research is descriptive based on quantitative analysis by percentage.
Based on the research results, it is concluded that: study by game approach can improve learning achievement on hop style javelin throwing at the X 9 grade students of SMA Negeri 3 Surakarta. From the analysis results, a significant improvement from cycle I and cycle II, hop style javelin throwing learning achievement on cycle I in pass category is 47,04 %, total students are 16 students. On cycle II the improvement on student learning achievement percentage in pass category is 92,73 %, total students are 33 students.
(7)
commit to user
vii MOTTO
Jangan berpikiran kamu harus menang tapi berpikirlah kamu tidak boleh kalah.
(Penulis)
Orang dikatakan hebat ababila mampu melawan kebiasaan buruk yang ada pada dirinya.
(penulis)
Bagaimana kamu ingkar kepada Allah,padahal kamu ( tadinnya ) mati,lalu Dia menghidupkan kamu,kemidian Dia mematikan kamu lalu Dia mengidupkan kamu kembali.Kemudian kepada –Nyalah kamu dikembalikan.
(Al Baqarah : 28 )
(8)
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada : Bapak dan Ibu Tersayang atas sumua perhatian dan bimbinganya Mbak mul,Mas Aziz, Irsyad, dan Adnan
Ika artinda lustiani Teman – teman Atletik UNS dan Garuda Atletik Surakarta
Teman –teman JPOK UNS angkatan 2006 Almamater
(9)
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Dengan diucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan penulisan skripsi ini.
Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.,Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. H. Agus Margono, M.Kes., Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Bambang Wijanarko, M.Kes, Ketua Program Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, sekaligus sebagai pembimbing I
4. Bapak Slamet Widodo, S.Pd, M.Or selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.
5. Kepala SMA Negeri 3 Surakarta, beserta staf dan jajarannya. 6. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa. Akhirnya berharap semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat bermanfaat.
Surakarta, Juli 2010 PAS
(10)
commit to user
x DAFTAR ISI
JUDUL ... i
PENGAJUAN SKRIPSI ... ii
PERSETUJUAN... iii
PENGESAHAN... iv
ABSTRAK ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN... xv
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian... 5
D. Manfaat Penelitian... 5
BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN ... 7
A.Kajian Pustaka ... 7
1. Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan ... 7
2. Lempar Lembing... 9
3. Pembelajaran... 13
4. Bermain ... 20
5. Modifikasi sarana pembelajaran lempar lembing... 23
B.Kerangka Pikir... 28
C.Hipotesis Tindakan ... 30
BAB III. METODE PENELITIAN ... 31
A.Tempat Dan Waktu Penelitian... 31
(11)
commit to user
xi
C.Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data ... 32
D.Teknik Analisis data ... 33
E. Prosedur Penelitian ... 33
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 39
A.Deskripsi Tiap Siklus ... 39
1. Pra Siklus ... 39
Hasil Belajar Lempar Lembing Gaya Hop Sebelum Diberikan Pembelajaran Dengan Pendekatan Bermain ... 40
2. Siklus I... 41
a. Rencana Tindakan I ... 42
b. Pelaksanaan Tindakan I ... 43
c. Observasi dan Interpelasi Tindakan I ... 52
d. Analisis dan Refleksi Tindakan I... 55
e. Deskripsi Data Tindakan I ... 57
3. Siklus II... 58
a. Rencana Tindakan II ... 58
b. Pelaksanaan Tindakan II ... 60
c. Observasi dan Interpelasi Tindakan II ... 64
d. Analisis dan Refleksi Tindakan II ... 66
e. Deskripsi Data Tindakan II ... 67
B.Pembahasan Hasil Penelitiam... 69
BAB V. SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN ... 71
A.Simpulan... 71
B.Implikasi... 71
C.Saran ... 73
Daftar Pustaka ... 75
(12)
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Rincian Kegiatan Waktu Dan Jenis Kegiatan ... 31 Tabel 2. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ... 32 Tabel 3. Indikator Pencapaian Hasil Belajar ... 38 Tabel 4. Diskripsi Data Awal Hasil Belajar Lempar Lembing Gaya Hop
Sebelum Diberi Tindakan Melalui Pendekatan Bermain ... 40 Tabel 5. Diskripsi Data Hasil Belajar Lempar Lembing Gaya Hop
Setelah Diberikan Model Pembelajaran Dengan Pendekatan Bermain Tindakan I ... 58 Tabel 6. Diskripsi Data Hasil Belajar Lempar Lembing Gaya Hop
Setelah Diberikan Model Pembelajaran Dengan Pendekatan Bermain Tindakan II... 68 Tabel 7. Hasil Perbandingan Hasil Belajar Lempar Lembing Gaya Hop
Setelah Diberikan Model Pembelajaran Dengan Pendekatan Bermain Siklus I Dan Siklus II ... 69
(13)
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Lembing... 10
Gambar 2. Sektor Lempar Lembing ... 10
Gambar 3. Pegangan Cara Amerika ... 11
Gambar 4. Pegangan Cara Finlandia ... 11
Gambar 5. Pegangan Cara Menjepit... 12
Gambar 6. Cara Membawa Lembing ... 12
Gambar 7. Lempar Lembing Gaya Hop ... 13
Gambar 8. Alur Kerangka Pikir ... 30
(14)
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 76 Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 84 Lampiran 3. Data Awal Hasil Belajar Lempar Lembing Gaya Hop Pada
Siswa Kelas X 9 SMA Negeri 3 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010 ... 93 Lampiran 4. Data Siklus I Hasil Belajar Lempar Lembing Gaya Hop Pada
Siswa Kelas X 9 SMA Negeri 3 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010 ... 94 Lampiran 5. Data Siklus II Hasil Belajar Lempar Lembing Gaya Hop Pada
Siswa Kelas X 9 SMA Negeri 3 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010 ... 95 Lampiran 6. Rekapitulasi Data Awal Hasil Belajar Lempar Lembing Gaya
Hop Pada Siswa Kelas X 9 SMA Negeri 3 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010... 96 Lampiran 7. Rekapitulasi Data Awal Hasil Belajar Lempar Lembing Gaya
Hop Pada Siswa Kelas X 9 SMA Negeri 3 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010... 98 Lampiran 8. Rekapitulasi Siklus II Hasil Belajar Lempar Lembing Gaya
Hop Pada Siswa Kelas X 9 SMA Negeri 3 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010... 100 Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian... 102
(15)
commit to user
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan olahraga di Indonesia dewasa ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan, hal itu ditandai dengan prestasi olahraga Indonesia yang semakin meningkat serta semakin banyaknya aktifitas olahraga dalam semua golongan masyarakat. Olahraga sebagai bagian dari upaya kehidupan berperan mengingatkan bahwa tubuh manusia adalah alat yang utama bagi kehidupan. Hal itu telah disadari bersama, sehingga pada masa kini terlihat banyak manusia melakukan aktifitas olahraga. Setelah merasakan manfaatdari oktifitas olahraga yang dilakukan, olahraga menjadi kebutuhan hidup bagi setiap individu. Pentingnya olahraga sebagai suatu media bagi perkembangan fisik, motorik, mental, sosial, dan emosional. Begitu pula pentingnya olahraga dalam dunia pendidikan atau sering dikenal dengan pendidikan jasmani.
Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan ketrampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif dan kecerdasan emosi. Tujuan yang ingin dicapai melalui pendidikan jasmani mencakup pengembangan individu secara menyeluruh. Artinya, cakupan pendidikan jasmani tidak hanya pada aspek jasmani saja tetapi juga aspek kognitif, afektif, dan psikomotor selain itu pendidikan jasmani juga mencakup aspek mental, emosional, sosial, dan spiritual.
Pendidikan jasmani dan kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki peranan sangat penting yaitu, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik
(16)
dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat.
Pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani didalamnya diajarkan beberapa macam cabang olahraga yang terangkum kurikulum pendidikan jasmani. Salah satu cabang olahraga yang diajarkan dalam pendidikan jasmani yaitu atletik. Atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga yang diajarkan dari sekolah tingkat paling rendah (SD) bahkan Perguruan Tinggi (PT). Seperti dikemukakan Yoyo Bahagia, Ucup Yusuf dan Adang Suherman (2000: 1) bahwa, “atletik merupakan salah satu mata pelajaran pendidikan jasmani kepada siswa dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SMP) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)”.
Seorang guru pendidikan jasmani dan kesehatan untuk mencapai tujuan pembelajaran atletik, harus memperhatikan perkembangan anak, karakteristik anak, kemampuan anak dan kesukaan anak serta tujuan yang harus di capai. Cabang olahraga atletik didalamnya terdiri dari empat nomor utama yaitu jalan, lari dan lempar atau tolak. Dari setiap nomor tersebut didalamnya terdapat beberapa nomor yang diperlombakan. Untuk nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross county. Nomor lompat meliputi: lompat jauh, lompat tinggi, lompat jangkit, lompat tinggi galah. Nomor lempar meliputi lempar cakram, lempar lembing, tolak peluru dan lontar martil.
Berkaitan dengan nomor-nomor atletik, penelitian ini akan mengkaji dan meneliti tentang pembelajaran nomor lempar khususnya lempar lembing gaya hop. Lempar lembing gaya hop merupakan suatu rangkaian gerakan yang diawali dengan awalan , lemparan dan gerak lanjut. Upaya membelajarkan lempar lembing gaya hop pada siswa sekolah perlu diterapkan cara mengajar yang baik dan tepat. Hal ini karena, para siswa pada umumnya belum menguasai teknik lempar lembing gaya hop, bahkan para siswa kurang senang dengan pembelajaran atletik.
Anak tidak pada tempatnya bila mereka dilatih untuk mencapai prestasi tinggi dalam olahraga tetapi sebaliknya mereka harus dibimbing sesuai dengan
(17)
commit to user
kemampuannya. Dalam pengajaran pendidikan jasmani di sekolah menengah atas harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa baik ditinjau dari segi fisik maupun ditinjau dari segi mental.
Sering kita ketahui dan kita temui diketahui bahwa masih banyak guru pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi di dalam pembelajaran atletik cenderung pada penguasaan teknik dan prestasi, sehingga banyak siswa yang tidak berminat atau tidak tertarik pada cabang olahraga atletik tersebut. Akibat tidak berminat dan kurang tertarik banyak siswa enggan untuk mengikuti tambahan atau ekstrakurikuler pada cabang ini.
Dunia anak lebih dekat dengan situasi permainan dari pada yang serius, di dalam pembelajaran disajikan banyak variasi-variasi agar tidak mudah jenuh sebab siswa kerap kali juga cepat bosan melaksanakan kegiatannya (Djumidar, 2007: 11)
Model pendekatan bermain, dimaksudkan untuk mengembangkan aspek-aspek kemampuan motorik melalui aktivitas bermain yang variatif, berjenjang tingkat kesulitannya. Permainan atletik merupakan kombinasi antara kegembiraan gerak dan tantangan tugas gerak yang dekat dengan pengalaman nyata. Dengan demikian guru dapat memanfaatkan pendekatan bermain ini untuk memotivasi siswa melakukan lempar lembing dengan memberikan materi yang merangsang untuk bermain, yaitu menggunakan pemanasan dengan permainan agar siswa senang dalam mengikuti pembelajaran lebih lanjut. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Djumidar (2007: 103) merangsang minat siswa khususnya atletik dapat dilakukan dengan cara:
1. Memberikan bentuk permainan anak yang dapat meningkatkan keterampilan
2. Bermain dengan aktifitas yang behubungan dengan rasa sosial, untuk mempertinggi rasa kesadaran individu-individu
3. Memberikan penghargaan dan menambah pengetahuan dalam kerjasama kelompok atau gotong royong
4. Mengadakan suatu permainan yang berisikan rasa jujur, sportivitas, kebersamaan untuk meningkatkan nilai-nilai spiritual
Pembelajaran lempar lembing menggunakan alat bantu bola berekor sebagai rangsangan terhadap lembing yang sesunguhnya merupakan bentuk
(18)
pembelajaran lempar lembing yang bertujuan untuk merangsang siswa tehadap peningkatan penguasaan lempar lembing. Namun dari model pembelajaran tersebut belum diketahui efektivitasnya, karena pembelajaran tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan, sehingga belum diketahui apakah pembelajaran tersebut mempengaruhi hasil belajar lempar lembing gaya hop. Untuk itu perlu adanya penelitian yang menggunakan model tersebut.
Kenyataan di lapangan kita temukan siswa merasa kurang senang dan kurang suka ketika guru menyampaikan materi atletik khususnya lempar lembing, terlebih lagi setelah melihat alat yang akan di pakai untuk pembelajaran berupa lembing yang sesungguhnya anak akan merasa bosan dan enggan untuk mengikuti dengan berbagai alasan misalnya: alat terlalu berat, sulit memegangnya sulit melakukan tekniknya dan lain sebagainya. Selain itu materi lempar lembing merupakan materi yang sulit dan membosankan bagi siswa.
Pembelajaran lempar lembing menggunakan alat bantu bola tenis berekor dan simpai sebagai rangsangan siswa terhadap penguasaan lempar lembing dengan baik. Di sisi lain juga bertujuan untuk mengembangkan penguasaan teknik lempar lembing gaya hop. Namun demikian, lemparan dapat dicapai dengan baik tidak hanya dipengaruhi pembelajaran yang baik dan terprogram tetapi juga tenik merupakan unsur penting dalam lempar lembing.
Dari berbagai penyebab di atas masalah yang muncul sesungguhnya adalah kualitas proses belajar mengajar yang kurang baik, sehingga mengakibatkan penguasaan peserta didik terhadap materi atletik nomor lempar lembing gaya hop mengalami kesulitan.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka penulis bermaksud mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) pada siswa kelas X 9 di SMA Negeri 3 Surakarta Tahun Ajaran 2009 / 2010, dengan judul ”Upaya Peningkatan Hasil Pembelajaran Lempar Lembing Gaya Hop Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Bermain Pada Siswa Kelas X 9 SMA Negeri 3 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010”.
(19)
commit to user
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan, maka didapat perumusan masalah sebagai berikut:
Apakah pembelajaran melalui pendekatan bermain dapat meningkatkan hasil pembelajaran lempar lembing gaya hop pada siswa kelas X 9 SMA Negeri 3 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui peningkatan hasil pembelajaran lempar lembing gaya hop melalui pendekatan bermain pada siswa kelas X 9 SMA Negeri 3 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Melalui model pembelajaran dengan pendekatan bermain, penguasaan teknik dasar dalam pembelajaran lempar lembing meningkat diharapkan siswa lebih bersemangat dan terpacu dalam mengikuti pelajaran di sekolah dan lebih berprestasi lagi.
b. Bagi Guru
Penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi guru Penjaskes di SMA Negeri 3 Surakarta yaitu bahwa model pembelajaran dengan pendekatan bermain dapat meningkatkan penguasaan teknik siswa, sehingga dapat mendukung pencapaian prestasi belajar secara maksimal.
(20)
c. Bagi Peneliti
Peneliti mendapatkan fakta bahwa melalui model pembelajaran dengan pendekatan bermain dapat meningkatkan penguasaan teknik atau materi dalam pembelajaran.
d. Bagi Peneliti Lainnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti lain dengan objek penelitian yang sama.
2. Manfaat Teoritis
a. Mendapatkan pengetahuan baru tentang cara meningkatkan penguasaan teknik pada pembelajaran lempar lembing melalui model pembelajaran dengan pendekatan bermain.
b. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan untuk referensi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan hal yang sama.
c. Dapat dipergunakan sebagai media alternatif bagi guru Penjas di sekolah lain dalam meningkatkan penguasaan teknik atau materi yang lebih efektif dan menyenangkan bagi siswa yaitu melalui model pembelajaran dengan pendekatan bermain sehingga siswa dapat meningkat kesegaran jasmaninya.
(21)
commit to user
7 BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Pustaka
1. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
a. Pengertian Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
Ruang lingkup Penjasorkes pada umumnya terletak pada pendidikan yang bertujuan untuk menggerakan dan menggembangkan aspek psikomotor pada siswa, dan hal ini sangat penting untuk dipahami oleh setiap guru penjasorkes. Pada dasarnya pengertian penjasorkes sendiri merupakan terjemahan dari physical education yang digunakan di Amerika. Sedangkan makna dari penjasorkesnsendiri adalah pendidikan mengenai fisik dan mental seseorang.Jadi arti pendidikan disini adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok dalam usaha untuk mendewasakan anak melalui pengajaran dan pelatihan. Dengan demikian penjasorkes adalah suatu proses aktivitas jasmani, yang dirancang dan disusn secara sistematis, untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan,meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani, kecerdasan dan pembentukan watak serta nilai dan sikap yang positif bagi setiap warga negara dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Selanjutnya beberapa pengertian tentang penjasorkes sendiri yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli ternyata belum ada kesepakatan rumusan yang sama. Meskipun demikian, dari rumusan – rumusan mengenai penjasorkes terdapat beberapa kesamaan komponen yang terlibat, dan menjadi dasar serta tujuan pelaksanaan penjasorkes.Berikut pengertian penjas menurut Adang Suherman (2000 : 22).Bahwa ;
”Pengertian pendidikan jasmani dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu pandangan tradisional dan pandangan modern, pandangan tradisional manusia terdiri dari dua komponen utama yang dapat di pilah–pilah yaitu jasmani dan rohani (dikotomi). Oleh karena itu, pendidikan jasmani
(22)
diartikan sebagai proses pendidikan untuk keselarasan antara tumbuhnya badan dan perkembangan jiwa. Pandangan modern menganggap manusia sebagai satu kesatuan yang utuh (holistik).Oleh karena itu, pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani dan sekaligus merupakan proses pendidikan untuk meningkatkan kemampuan jasmani”.
Selanjutnya pengertian penjasorkes menurut Syarifuddin dan muhadi (1992 : 04).Bahwa :
”Tujuan umum penjasorkes di sekolah adalah memacu kepada pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, emosional, dan sosial yang selaras dalam upaya membentuk dan mengembangkan kemampuan gerak dasar, menanamkan nilai sikap dan membiasakan hidup sehat,memacu aktivitas sistem peredaran darah, pencernanaan, pernapasan, dan persyarafan. Penjasorkes dapat pula menanamkan nilai-nilai disiplin, kerjasama, sportivitas, tenggang rasa, dapat meningkatkan pengetahuan penjasorkes, menanamkan kegemaran untuk melakukan aktivitas jasmani”.
Oleh karena itu apabila pembelajaran penjasorkes yang dilaksanakan di sekolah dapat terorganisir dengan baik, akan dapat memberikan sumbangan yang sangat berarti dalam pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani yang harmonis maupun dalam rangka menyiapkan siswa secara fisiologis yang mengarah kepada usaha – usaha keras berguna untuk meningkatkan kemantapan jasmani dan rohani dalam membantu mengembangkan kemampuan dan kepribadian yang sangat besar pengaruhnya terhadap penyesuaian diri di dalam lingkungannya dan dijelaskan bahwa materi yang disajikan dalam pembelajaran penjasorkes harus menunjang tujuan dalam pengajaran penjasorkes itu sendiri.
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penjasorkes adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu atau kelompok dalam usaha pendewasaan sikap seseorang , melalui upaya pengajaran dan pelatihan yang dalam hal ini proses atau aktivitas gerak jasmani itu sendiri.
b. Tujuan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
Tujuan penjasorkesharus berorientasi pada setiap siswa .pendekatn pemecahan masalah merupakan cara yang baik apabila digunakan dalam pengajaran atau plajaran pendidikan jasmani. Karena pendekatan ini dapat
(23)
commit to user
meningkatkan partisipasi maksimum, memberikan keleluasasn gerak yang memadai dan meningkatkan kemungkinan keberhasilan.
Secara umum tujuan pendidikan jasmani menurut Adang Suherman (2000 : 23) dapat di klasifikasikan ke dalam empat kategori, yaitu :
1) Perkembangan fisik, tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas-aktivitas yang melibatkan kekuatan-kekuatan fisik dari berbagai organ tubuh seseorang (physical fitness).
2) Perkembangan gerak. tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan gerak secara efektif, efisien, halus, indah, sempurna (skillfull).
3) Perkembangan mental, tujuan ini berhubungan dengan kemampuan berfikir dengan menginterpretasikan keseluruhan pengetahuan tentang pendidikan jasmani kedalam lingkungannya sehingga memungkinkan tumbuh dan berkembangnya pengetahuan, sikap, dan tanggung jawab siswa.
4) Perkembangan sosial, tujuan ini berhubungan dengan kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri pad suatu kelompok atau masyarakat.
Dengan demikian tujuan pendidikan jasmani berkaitan dengan pengembangan aktivitas fisik maupun jiwa, sehingga nantinya mempersiapkan siswa untuk dapat terjun dalam masyarakat secara maksimal.
2. Lempar Lembing
b. Pengertian Lempar Lembing
Melempar merupakan proses gerak seseorang melakukan gerakan terhadap suatu benda agar suatu benda tersebut dapat dipindahkan sejauh mungkin. Menurut Yudha M. Saputra (2001: 67) pengertian lempar lembing adalah “merupakan salah satu kemampuan dalam melemparkan benda berbentuk lembing, sejauh mungkin”. Sedangkan menurut Soenarjo Basoeki (2003:89) lempar lembing adalah “salah satu nomor perlombaan dalam kelompok lempar di dalam cabang olahraga atletik”. Dari pengertian yang telah diberikan para ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian lempar lembing adalah salah satu nomor dalam perlombaan atletik yang melemparkanbenda berbentuk lembing, sejauh mungkin.
(24)
Sedangkan lembing merupakan suatu benda yang terdiri dari mata lembing, badan lembing dan tali pegangan lembing. Mata lembing terbuat dari metal, badan lembing terbuat dari kayu atau metal atau bambu. Badan lembing yang terbuat dari metal dipergunakan dalm perlombaan resmi nasional ataupun internasional, dalam pendidikan biasa menggunakan bambu. Tali lembing terletak melilit pada titk pusat lembing.
Gambar 1. Lembing (Soenarjo Basoeki, 2003: 92)
Unsur gerak dan tujuan dari proses gerakan menjadi bagian dari kegitan melempar. Kedua hal tersebut merupakan satuan yang utuh dan berupa gerakan yang sering disebut teknik melempar lembing,yang selanjutnya diungkapkan dalam teknik lempar lembing.
Kemampuan seorang atlet dalam melempar lembing dipengaruhi faktor eksternal yang berupa lapangan dan alat lembing.Suatu cara mengatasi tahanan eksternal ini,dapat diatasi dengan berlatih secara intensif.Adapun lapangan atau sektor lembing adalah sebagai berikut,
(25)
commit to user
Gambar 2. Sektor lempar lembing (Soenarjo Basoeki, 2003: 93)
Sesuai dengan gambar panjang lintasan awalan sepanjang 8 m lebar lintasan awalan sepanjang 4 m, garis perpanjangan sektor sepanjang 1,5 m disisi kanan dan kiri sektor.
c. Teknik lempar lembing.
Teknik merupakan pelaksanaan gerakan secara efektif dan rasional yang memungkinkan pencapaian hasil yang maksimal di dalam preoimbaan ataupun pembelajaran. Suatu teknik selalu berkembang sesuai dengan tujuan dan peraturan olahraga dimana makin lama makin tinggi persaratannya. Kegunaan teknik dalam olahraga disamping untuk mencapai prestasi maksimal, juga biasa untuk mencegah terjadinya cidera.
Adapun teknik teknik dalam lembing diantaranya terdiri dari: 1) Cara memegang lembing
Tujuan dari memegang lembing ini adalah agar atlet dapat melakukan lemparan dengan benar dan efisien,sehingga lembing stabil saat melayang diudara
Berbagai cara memegang lembing berdasarkan cara menempatkan jari– jari tangan menurut Soenarjo Basoeki (2003: 96) dibedakan menjadi tiga cara, yaitu:
(26)
a) Cara Amerika
Letak ibu jari dan jari telunjuk saling bertemu dibelakang balutan (tempat pegangan) dan semua jari-jari pada lembing.
Gambar 3. Pegangan cara Amerika (Soenarjo Basoeki, 2003: 97)
b) Cara Finlandia
Ibu jari ruas jari tengah saling bertemu di belakang pada tem pat pegangan sedangkan telunjuk lurus kebelakang di bawah lembing.
Gambar 4. Pegangan cara Finlandia (Soenarjo Basoeki, 2003: 97)
c) Cara menjepit (tang)
Jari telunjuk dan jari tengah menjepit lembing tepat di belakang tempat pegangan (balutan).
Gambar 5. Pegangan cara menjepit (Soenarjo Basoeki, 2003:97)
2) Cara membawa lembing
Yang dimaksud cara membawa lembing adalah cara membawa lembing pada saat melakukan lari mengambil awalan saat akan melempar lembing, menurut Soenarjo Basoeki, (2003: 97 ) dibedakan menjadi tiga yaitu:
a) Cara membawa lembing di bawah
Tangan yang membawa lembing lurus ke belakang serong ke bawah.Lembing dipegang di samping badan segaris dan menempel pada lengan,ujung lembing di samping dada.
b) Cara membawa lembing di atas bahu
Tangan yang membawa lembing dilipat ± 90°.Lembing dipegang setinggi telinga tepat di atas bahu .Posisi lembing dapat menuju sorong atas atau sorong bawah dan dapat pula lurus mendatar.
c) Cara memegang lembing di atas kepala
Seperti cara b (yang kedua), tetapi sikap tangan yang membawa lembing diangkat lebih tinggi lagi. Posisi lembing di atas kepala.
(27)
commit to user
Gambar 6. Cara membawa lembing (Soenarjo Basoeki, 2003: 97)
3) Lempar lembing dengan awalan.
Engkos Kosasih (1984: 97) mengemukakan bahwa “pada nomor lempar lembing diperlukan suatu awalan, pada nomor lompat ,jadi pada lempar itu dipergunakan kecepatan dan perpaduan tenaga pada saat melempar“.Tujuan dari awalan adalah untuk mencapai kontak maksimal terhadap kecepatan gerak dan untuk untuk menentukan posisi lempar yang efisien sebelum lemparan dilakukan.Awalan yang dimaksud adalah lari cepat dalam percepatan dalam garis lurus.Pada waktu lari lengan lemparnya hanya sedikit digerakkan,lengan yang bebas membantu irama lari.
Soeigito dan A. Hamidsyah Noer (1992: 68) mengatakan bahwa dalam lempar lembing dikenal dua macam gaya yang sangat efisien,yaitu: Gaya finlandia atau gaya langkah silang dan Gaya Amerika atau gaya langkah jengket.
Selanjutnya akan dijelaskan salah satu teknik lempar lembing dengan awlan yaitu gaya Amerika sebagai berikut:
Gaya Amerika merupakan salah satu gaya yang paling sederhana dalam pelaksanaan lempar lembing,karena hanya dengan satu kali berjangkit dari kaki kanan lembing sudah dapat dilemparkan. Namun dalam kenyataan masih banyak kesulitan untuk melakukan gaya paling sederhana ini kebanyakan masih kesulitan untuk melakukan jengket.
(28)
Gambar 7. Lempar lembing gaya hop (Soenarjo Basoeki, 2003: 109)
3. Pembelajaran
a. Definisi pembelajaran
Istilah pembelajaran berasal dari kata instruktion, menunjuk pada kegiatan, yaitu bagaimana peserta didik belajar dan peserta didik mengajar atau dapat dikatakan proses belajar mengajar. Menurut kamus besar bahasa indonesia (1984: 108) pembelajaran adalah ”proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar”. Sedangkan pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 297) adalah sebagai berikut: ”pembelajaran adalah kegiatan secara terprogam dalam disain intruk-sional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar”. Selanjutnya pengetian pembelajaran menurut Dewi Salma Prawiradilaga (2007: 136) yaitu ”suatu sistem yang terdiri atas tujuan pembelajaran, kajian isi/materi ajar, strategi pemelajaran (metode, media, waktu, sistem penyampaian), serta asesmen belajar”.
Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian pembelajaran yaitu upaya yang direncanakan dan dilakukan untuk memungkinkan terjadinya kegiatan belajar pada diri warga berguna untuk mencapai tujuan belajar. Dengan melalui kegiatan pembelajaran, pendekatan pembelajaran merupakan apek yang sangat penting dan mempunyai hubungan fungsional untuk mencapai tujuan intruksional. Untuk itu seorang guru atau pelatih harus memilih atau menentukan pendekatan pembelajaran mana yang
(29)
commit to user
sesuai untuk pembelajaran yang tepat dan dapat memberikan peluang untuk terjadinya proses pembelajaran secara efektif dalam kegiatan iteraksional. Pembelajaran yang tepat ditentukan berdasarkan analisis terhadap hal-hal tertentu. Dengan demikian kegiatan pembelajaran dengan sendirinyaharus memperhatikan fektor-faktor internal dan eksternal yang merupakan faktor yang penting dalam menentukan pembelajaran.
b. Ciri-Ciri Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan menyampaikan informasi atau pengetahuan dari seorang guru kepada siswa agar terjadi perubahan pengetahuan atau keterampilan pada diri siswa. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam pembelajaran terdapat ciri-ciri tertentu.
Ciri-ciri pembelajaran pada dasarnya merupakan tanda-tanda upaya guru mengatur unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran, sehingga dapat mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar agar terjadi proses belajar dan tujuan belajar dapat tercapai. Menurut H. J. Gino dkk, (1998: 36) menyatakan, “Ciri-ciri pembelajaran terletak pada adanya unsur-unsur dinamis dalam proses belajar siswa yaitu (1) motivasi belajar, (2) bahan belajar, (3) alat bantu belajar, (4) suasana belajar dan (5) kondisi subyek belajar”.
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, ciri-ciri pembelajaran terdiri dari lima macam yaitu, motivasi belajar, bahan belajar, suasana belajar dan kondisi siswa belajar. Ciri-ciri pembelajaran tersebut harus diperhatikan dalam proses belajar mengajar. Secara singkat ciri-ciri pembelajaran dijelaskan sebagai berikut:
1) Motivasi Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, bila seorang siswa tidak dapat melakukan tugas pembelajaran, maka perlu dilakukan upaya untuk menemukan sebab-sebabnya dan kemudian mendorong siswa tersebut mau melakukan tugas ajar dari guru. Dengan kata lain siswa tersebut perlu diberi rangsangan agar tumbuh motivasi pada dirinya.
(30)
Motivasi dapat dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu dan bila tidak suka, maka akan berusaha untuk mengelakkan perasaan tidak suka tersebut. Jadi motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar, tetapi motivasi itu tumbuh di dalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjalin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh siswa dapat tercapai.
2) Bahan Belajar
Bahan belajar merupakan isi dalam pembelajaran. Bahan atau materi belajar perlu berorientasi pada tujuan yang akan dicapai siswa dan memperhatikan karakteristik siswa agar dapat diminati siswa.
Bahan pengajaran merupakan segala informasi yang berupa fakta, prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain bahan yang berupa informasi, maka perlu diusahakan isi pengajaran dapat merangsang daya cipta atau yang bersifat menantang agar menumbuhkan dorongan pada diri siswa untuk menemukan atau memecahkannya masalah yang dihadapi dalam pembelajaran.
3) Alat Bantu Belajar
Alat bantu belajar atau media belajar merupakan alat alat yang dapat membantu siswa belajar untuk mencapai tujuan belajar. Alat bantu pembelajaran adalah semua alat yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud menyampaikan pesan dari guru kepada siswa. Guru harus berusaha agar materi yang disampaikan atau disajikan mampu diserap dengan mudah oleh siswa. Apabila pengajaran disampikan dengan bantuan alat-alat yang menarik, maka siswa akan merasa senang dan pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.
4) Suasana Belajar
Suasana belajar sangat penting dan akan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Suasana belajar akan berjalan dengan baik, apabila terjadi komunikasi dua arah yaitu antara guru dengan siswa. Di samping itu juga, adanya kegairahan dan kegembiraan belajar. Suasana belajar mengajar
(31)
commit to user
akan berglangsung dengan baik, dan isi pelajaran disesuaikan dengan karakteristik siswa, maka tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
5) Kondisi Siswa yang Belajar
Siswa atau anak memiliki sifat yang unik atau sifat yang berbeda, tetapi juga memiliki kesamaan yaitu memiliki langkah-langkah perkembangan dan memiliki potensi yang perlu diaktualisasikan melalui pembelajaran. Dengan kondisi siswa yang demikian akan dapat berpengaruh pada partisipasi siswa dalam proses belajar. Untuk itu, kegiatan pengajaran lebih menekankan pada peranan dan partisipasi siswa bukan peran guru yang dominan, tetapi lebih berperan sebagai fasilitator, motivator dan sebagai pembimbing.
c. Prinsip-Prinsip Pembelajaran
Belajar suatu keterampilan adalah sangat kompleks. Belajar membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Menurut Nasution yang dikutip H.J. Gino dkk (1998: 51) bahwa, “Perubahan akibat belajar tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan, melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri, pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang”.
Perubahan akibat dari belajar adalah menyeluruh pada diri siswa. Untuk mencapai perubahan atau peningkatan pada diri siswa, maka dalam proses pembelajaran harus diterapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 42) bahwa, “Prinsip-prinsip pembelajaran meliputi perhatian dan motivasi, keaktifan siswa, keterlibatan langsung, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan serta perbedaan individual”.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, prinsip-prinsip pembelajaran meliputi tujuh aspek yaitu perhatian dan motivasi, keterlibatan langsung atau berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan serta perbedaan individual. Untuk mencapai hasil belajar yang optimal, maka prinsip-prinsip pembelajaran tersebut harus diterapkan dalam pembelajaran dengan baik dan benar. Untuk lebih jelasnya prinsip-prinsip pembelajaran tersebut diuraikan secara singkat sebagai berikut:
(32)
1) Perhatian dan Motivasi Belajar
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa. H.J. Gino dkk. (1998: 52) menyatakan, “Perhatian siswa waktu belajar akan sangat mempengaruhi hasil belajar. Belajar dengan penuh perhatian (konsentrasi) pada materi yang dipelajari akan lebih terkesan lebih mendalam dan tahan lama pada ingatan”.
Perhatian mempunyai peran penting untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Apabila pelajaran yang diterima siswa dirasakan sebagai kebutuhan, maka akan membangkitkan motivasi siswa untuk mempelajarinya. Sedangkan yang dimaksud motivasi menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 42) adalah, “Tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang”. Dengan motivasi belajar yang tinggi, maka siswa akan lebih bersemangat dalam belajar. Belajar yang dilakukan dengan penuh semangat akan dapat mencapai hasil belajar yang optimal.
2) Keaktifan Siswa
Dalam kegiatan pembelajaran siswa dituntut untuk selalu aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Untuk dapat memproses dan mengolah perolehan belajarnya secara efektif siswa dituntut untuk atif secara fisik, intelektual dan emosional. Tanpa ada keaktifan dari siswa, maka tidak akan terjadi proses belajar. Hal ini sesuai pendapat H.J. Gino dkk. (1998: 52) bahwa, “Dari semua unsur belajar, boleh dikatakan keaktifan siswalah prinsip yang terpenting, karena belajar sendiri merupakan suatu kegiatan. Tanpa adanya kegiatan tidak mungkin seorang belajar”.
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran bermacam-macam bentuknya. Hal ini sesuai dengan jenis atau masalah yang dipelajari siswa. Menurut S. Nasution yang dikutip dari H.J. Gino. (1998: 52) macam-macam keaktifan belajar siswa antara lain: “Visual activities, oral activities, listening activities, drawing activities, motor activities, mental activities, emotional activities”.
(33)
commit to user
Keaktifan-keaktifan siswa dalam proses pembelajaran tersebut tidak terpisah satu dengan lainnya. Misalnya dalam keaktifan motoris terkandung keaktifan mental dan disertai oleh perasaan tertentu. Dalam setiap pelajaran dapat dilakukan bermacam-macam keaktifan.
3) Keterlibatan Langsung Siswa
Belajar adalah suatu proses yang terjadi dalam diri siswa. Dalam proses belajar sangat kompleks. Belajar adalah suatu proses yang memungkinkan organ-organ siswa mengubah tingkah lakunya sebagai hasil pengalaman yang diperolehnya. Dapat dikatakan bahwa, belajar merupakan hasil pengalaman, sebab pengalaman-pengalaman yang diperoleh itulah yang menentukan kualitas perubahan tingkah laku siswa. Jadi peristiwa belajar terjadi apabila terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa.
Belajar adalah tanggungjawab masing-masing siswa, sebab hasil belajar adalah hasil dari pengalaman yang diperoleh sendiri, bukan pengalaman yang didapat oleh orang lain. Oleh karena itu, kualitas hasil belajar berbeda-beda antara siswa satu dengan lainnya tergantung pada pengalaman yang diperoleh dan kondisi serta kemampuan setiap siswa.
4) Pengulangan Belajar
Salah satu prinsip belajar adalah melakukan pengulangan. Dengan melakukan pengulangan yang banyak, maka suatu keterampilan atau pengetahuan akan dikuasai dengan baik. Menurut Davies yang dikutip dari Dimyati dan Mudjiono (2006: 52) bahwa, “Penguasaan secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti. Dari pernyataan inilah pengulangan masih diperlukan dalam kegiatan pembelajaran”. Sedangkan Suharno H.P. (1993: 22) berpendapat bahwa, “Untuk mengotomatisasikan penguasaan unsur gerak fisik, teknik, taktik dan keterampilan yang benar atlet harus melakukan latihan berulang-ulang dengan frekuensi sebanyak-banyaknya secara kontinyu”.
Mengulang materi pelajaran atau suatu keterampilan adalah sangat penting. Dengan melakukan pengulangan gerakan secara terus menerus, maka
(34)
gerakan keterampilan dapat dikuasai dengan secara otomatis. Suatu keterampilan yang dikuasai dengan baik, maka gerakan yang dilakukan lebih efektif dan efisien.
5) Tantangan
Tantangan merupakan salah satu bagian yang penting dalam pembelajaran. Dengan adanya tantangan maka akan memotivasi siswa untuk memecahkan permasalahan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini sesuai pendapat H.J. Gino (1998: 54) bahwa, “Materi yang dipelajari oleh siswa harus mempunyai sifat merangsang atau menantang. Artinya, materi tersebut mengandung banyak masalah-masalah yang merangsang untuk dipecahkan. Apabila siswa dapat mengatasi masalah yang dihadapinya, maka ia akan mendapatkan kepuasan”.
Memberikan tantangan dalam proses belajar mengajar adalah sangat penting. Dengan adanya tantangan yang harus dihadapi atau dipecahkan siswa dalam belajar, maka siswa akan berusaha semaksimal mungkin untuk memecahkan masalah tersebut. Jika siswa mampu memecahkan masalah yang dipelajarinya, maka siswa akan memperoleh kepuasan dan mencapai hasil belajar yang optimal.
6) Balikan dan Penguatan
Pemberian balikan pada umumnya memberi nilai positif dalam diri siswa, yaitu mendorong siswa untuk memperbaiki tingkah lakunya dan meningkatkan usaha belajarnya. Tingkah laku dan usaha belajar serta penampilan siswa yang baik, diberi balikan dalam bentuk senyuman ataupun kata-kata pujian yang merupakan penguatan terhadap tingkah laku dan penampilan siswa.
Penguatan (reinforcement) adalah respon terhadap tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Memberi penguatan dalam kegiatan belajar kelihatannya sederhana sekali, yaitu tanda persetujuan guru terhadap tingkah laku siswa. Namun demikian, penguatan ini sangat besar manfaatnya terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
7) Perbedaan Individu
Setiap siswa memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang berbeda satu dengan lainnya. Karena hal inilah, setiap siswa belajar menurut tempo atau kecepatannya masing-masing. Kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan siswa
(35)
commit to user
lain akan membantu siswa menentukan cara belajar serta sasaran belajar bagi dirinya sendiri. Manfaat pembelajaran akan lebih berarti jika proses pembelajaran yang diterapkan, direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan karakteristik dan kondisi masing-masing siswa. Untuk mencapai hasil belajar yang optimal, maka guru harus memperhatikan perbedaan setiap individu dan dalam membelajarkannya harus disesuaikan dengan kemampuan masing-masing individu.
4. Bermain
a. Pengertian Bermain
Bermain sangat di sukai oleh anak karena sifat dari bermain sendiri menyenangkan. Menurut Yudha M. Saputra (2001: 6) menyatakan bahwa ”bermain adalah kegiatan yang menyenangkan”. Sedangkan menurut Aip Syarifudin (2004: 17) ” bermain adalah bentuk kegiatan yang bermanfaat/produktif untuk menyenangkan diri”. Sedangkan menurut M Furqon Hidayatullah (2008;4) mendeskripsikan bermain, sebagai :
Aktivitas yang menyenangkan serius dan sukarela, di mana anak berada dalam dunia yang tidak nyataatau sesungguhnya. Bermain bersifat menyenangkan karena anak diikat oleh sesuatu yang menyenangkan, dengan tidak banyak memerlukan pemikiran. Bermain bersifat serius karena bermain memberikan sifat kesempatan untuk meningkatkan perasaan anak untuk menguasai sesuatu dan untuk memunculkan rasa untuk menjadi manusia penting. Bermain bersifat tidak nyata karena anak berada di luar kenyataan, denganmemasuki suatu dunia imajiner. Bermain memberikan suatu arena di mana anak masuk dan terlibat untuk menghilangkan dirinya, namun secara berlawanan asas anak kadang-kadang menemukan dirinya dari bermain.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aktifitas jasmani siswa yang dilakukan dengan rasa senang dan mempunyai tujuan pegembangan pertumbuhan dan perkembangan anak. Sehingga melalui bermain dapat memberikan pengalaman belajar yang sangat berharga untuk siswa.
(36)
Siswa dan bermain merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Bermain bagi siswa merupakan kebutuhan hidup seperti halnya kebutuhan akan makan,minum, tidur, dan lain-lain. Melalui bermain anak dapat mengaktualisasikan diri dan mempersiapkan diri untuk menjadi dewasa. Seperti halnya atletik adalah nuansa permainan menyediakan pengalaman gerak yang kaya yang membangkitkan motivasi pada siswa untuk berpartisipasi. Menurut Yudha M. Saputra (2001:9) kegiatan atletik bernuansa permainan mengandung beberapa ciri sebagai berikut:
1) siswa terlibat dalam tugas gerak yang berfariasi dengan irama tertentu. 2) mengakibatkan kegemaran berlomba/bersaing secar sehat.
3) menyalurkan hasrat siswa untuk mencoba menggunakan alat-alat berlatih 4) tugas gerak yang mengandung resiko yang sepadan dengan kemampuan
siswa dan menjadi tantangan.
5) Menguji ketangkasan untuk melaksanakan tugas-tugas gerak yang baru.
Hibanna S. Rahman (2002: 85) mengartikan ”bermain adalah segala kegatan yang dapat menimbulkan kesenangan bagi anak”. Sedangkan menurut Agus Mahendra (2004: 4) yaitu ”bermain adalah dunia anak, sambil bermain mereka belajar, dalam belajar, anak-anak adalah ahlinya”.
Dari pengertian di atas di tarik kesimpulan yang di maksud bermain adalah dunia anak yang menjadi aktifitas jasmani dengan cara melakukan sesuatu untuk bersenang-senang.
b. Fungsi Bermain
Anak yang bermain akan melakukan aktifitas bermain dengan sukarela dan akan melakukan aktifitas bermain tersebut dengan kesungguhan, demi untuk memperoleh kesenangan dari aktifitas tersebut. Menurut Sukintana (1992: 7) ”bermain dengan rasa senang, untuk memperoleh kesenangan, kadang memerlukan kerjasama dengan teman, menghormati lawan, mengetahui kemampuan teman, patuh pada peraturan, dan mengetahui kemampuan dirinya”. Sedangkan menurut Yudha M. Saputra (2001: 6) kegiatan bermain dapat meningkatkan siswa dengan sasaran aspek yang dapat di kembangkan menurut lima aspek. Aspek-aspek tersebut adalah:
(37)
commit to user
1) manfaat bermain untuk perkembangan fisik. 2) manfaat bermain untuk perkembangan motorik. 3) manfaat bermain untuk perkembangan sosial. 4) manfaat bermain untuk perkembangan emosional.
5) manfaat bermain untuk perkembangan keterampilan olahraga.
c. Dorongan Dasar Anak dalam Bermain
Dorongan dasar bagi anak sangat penting terutama dalam masa pertumbuhan maupun perkembangan anak. Anak yang aktif biasanya mempunyai dorongan yang cukup besar dalam perkembangannya. Menurut Agus Mahendra (2002:8) pengertian dorongan dasar ialah:
Suatu keinginan untuk melakukan dan menghasilkan sesuatu. Semua anak memiliki perasaan seperti ini yang kemungkinan besar merupakan sifat turunan atau pengaruh lingkungan. Dorongan dasar dikaitkan dengan pengaruh masyarakat, guru, orang tua, dan teman-teman sendiri. Biasanya dorongan besar akan berpola sama pada setiap anak dan tidak dipengaruhi oleh sifat kematangan. Dorongan tersebut niscaya mengarahkan pengembangan kurikulum pendidikan jasnmani dan untuk menciptakan program yang sesuai dengan sifat-sifat anak.
Sedangkan dorongan-dorongan tersebut menurut Agus Mahendra (2004: 9) sebagai berikut:
1)Dorongan untuk bergerak.
2)Dorongan untuk berhasil dan mendapatkan pengakuan
3)Dorongan untuk mendapatkan pengakuan teman dan masyarakat 4)Dorongan untuk bekerja sama dam bersaing
5)Dorongan untuk kebugaran fisik dan daya tarik 6)Dorongan untuk bertualang
7)Dorongan untuk kepuasan kreatif 8)Dorongan untuk menikmati irama 9)Dorongan untuk mengetahui
Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ada berbagai macam dorongan diantaranya: untuk bergerak, mendapatkan pengakuan, bekerja sama, bertualang dan lain-lain.
(38)
5. Modifikasi Sarana Pembelajaran Lempar Lembing
a. Pengertian modifikasi
Modifikasi adalah menganalisa sekaligus mengembangkan materi pembelajaran dengan cara merununkannya dalam bentuk aktifitas belajar yang potensial untuk memperlancar siswa dalam proses belajar. Cara ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan, dan membelajarkan siswa dari yang tadinya bisa menjadi bisa, dari tingkat yang tadinya lebih rendah menjadi memilki tingkat yang lebih tinggi (Yoyo Bahagia, 2000: 41)
b. Prinsip Pengembangan Modifikasi
Modifikasi adalah salah satu usaha para guru agar pembelajaran menceerminkan kreatifitas, termasuk didalamnya ”body scaling” atau penyesuaian dengan ukuran bentuk tubuh siswa yangsedang belajar. Aspek inilah yang harus dijadikan prinsip utama dalam modifikasi pembelajaran penjas, termasuk pembelajaran atletik.
Cara-cara guru memodifikasi pembelajaran agar tercermin dari aktifitas pembelajaran yang diberikan guru dari mulai awal hingga akhir pelajaran. Beberapa aspek analisa modifikasi ini tidak terlepas dari pengetahuan guru tentang: (a) Tujuan, (b) Karasteristik materi,(c) Kondisi lingkungan, dan (d) Evaluasi.
c. Tujuan Modifikasi
Modifikasi pembelajaran dapat dikaitkan dengan tujuan pembelajaran dari mulai tujuan yang paling rendah sampai tujuan yang paling tinggi. Modifikasi tujuan materi ini dapat dilakukan dengan cara membagi tujuan materi ke dalam tiga komponen, yakni:
1) Tujuan Perluasan
Tujuan perluasan maksudnya adalah tujuan pembelajaran yang lebih menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan melakukan bentuk atau wujud keterampilan yang dipelajarinya tanpa memperhatikan aspek efisiensi dan
(39)
commit to user
eefektifitas. Misalnya: siswa mengetahui dan dapat memberikan contoh lempar dalam nomor lempar lembing. Dalam contohini, tujuan pembelajaran lebih menekankan agar siswa dapat mengetahui esensi tolak dalam bentuk peragaan , dalam kasus ini peragaan tidak terlalu dipermasalahkan apakah lempar itu sudah dilakukan secara efektif dan efisien atau belum, yang penting siswa dapat mengetahui esensi wujud lempar dalam nomor lempar lembing pada cabang olahraga atletik.
2) Tujuan Penghalusan
Tujuan penghalusan maksudnya adalah tujuan pembelajaran yang lebih menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan melakukan gerak secara efisien. Misalnya, siswa mengetahui dan melakukan gerak melempar dengan sudut tolakan 45°. Dalam contoh ini, tujuan tidak lagi pada level agar siswa dapat mengetahui esensi gerak melempar (misalnya, menggunakan sudut yang tepat untuk medapatkan hasil yang baik dan maksimal) melalui peragaan.
3) Tujuan Penerapan
Tujuan penerapan maksudnya adalah tujuan pembelajaran yang lebih menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan tentang efektif tidaknya gerakan yang dilkakuan melalui pengenalan kriteria-kriteria tertentu sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
d. Sarana Pembelajaran Lempar Lembing
Istilah sarana adalah terjemahan dari ” facylities” yaitu sesuatu yang dapat digunakan dan dimanfaatkan dalam pelaksanaan kegiatan. Sedangkan yang dimaksud dengan sarana olahraga yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan dan dapat dimanfaatkan dalam pelaksanaan kegiatan olahraga atau pendidikan jasmani. sarana olahraga dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu:
1) Peralatan (apparatus), adalah sesuatu yang digunakan, contoh: peti lompat, palang tunggal, palang sejajar, gelang-gelang, kuda-kuda dan lain-lain. 2) Perlengkapan (device), yaitu:
a) sesuatu yang melengkapi kebutuhan prasarana, misalnya: net, bendera untuk tanda, garis batas dan lain-lain.
(40)
b) Sesuatu yang dapat dimainkan dan dapat dimanipulasi dengan tangan atau kaki, misalnya: bola raket, pemukul dan lain-lain.
Salah satu faktor yang mendorong berlangsungnya proses belajar mengajar agar sempurna adalah penyediaan sarana pendidikan yang menunjang.
Menurut Tim Penyusunnan Pedoman Pembakuan Media Pendidikan dan Kebudayaan, yang dikutip dari Suharsimi Arikunto (1989: 82) menerangkan bahwa ”Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam prosesbelajar, mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan lancar, teratur, efektif dan efisien”.
Media pendidikan merupakan sarana pengajaran yang dapat dipergunakan untuk membantu tercapainya suatu ujuan. Di dalam dunia pendidikan, media sebagai suatu alat yang dapat di jangkau oleh panca indra (terutama penglihatan/pendengaran).
Alat peraga merupakan suatu alat yang dapat dipergunakan untuk membantu, mempermudah, menjelaskan, bagi guru guna menrangkan suatu peristiwa, globe, peta dan sebagainya. Alat peraga ini akan memberikan realisme(sesuai dengan kenyataan) kepada yang dijelaskan, diterangkan, yaitu siswa. Sehingga siswa akan lebih menaruh perhatian atau lebih berminat terhadap sesuatu yang disampaikan.
Sarana pendidikan jasmani adalah sarana sederhana untuk pelaksanaan materi pembelajaran pendidikan jasmani tertentu dalam bentuk permainan. Seringkali di sekolah terdapat alat-alat sederhana yang tidak pernah keluar dari gudang karena guru tidak dapat memanfaatkannya, misalnya bila plastik, bola kasti, bola tenis bekas, simpai, gada senam dan lain-lain. Dengan kreasi guru dapat memanfaatkan alat-alat tersebut dalam pendidikan jasmani.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sarana pendidikan jasmani adalah benda-benda yang bergerak maupun yang tidak bergerak, yang berfungsi sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar.
Sarana dalam pembelajaran lempar lembing yaitu segala sesuatu yang dapat dipergunakan dan dapat dimanfaatkan dalam pelaksanaan pembelajaran
(41)
commit to user
lempar lembing. Sarana itu berupa lembing yang memiliki berat yang berbeda-beda. Berat lembing yang di gunakan untuk perlombaan atletik adalah: untuk putri 600 gram, untuk putra 800 gram. Sedangkan untuk siswa sekolah beratnya adalah: untuk putra 700 gram, dan untuk putri 500 gram.
e. Modifikasi Sarana Lempar Lembing
Modifikasi sarana dalam mata pembelajaran penjas dilakukan dengan tujuan agar siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran, meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi, siswa dapat melakukan pola gerak dengan benar.
Pendekatan modifikasi ini di maksudkan agar materi yang ada dalam kurikulum dapat disajikan dengan tahap-tahap perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotor siswa, sehinnga pembelajaran penjas di tingkat sekolah dapat dilakukan secara intensif.
Tugas gerak dalam pengembangan ketrampilan lempar lembing prinsipnya sama, modifikasi dilakukan pada proses pendekatan bermain dengan alat yang dapat digunakan seperti:
1) Gerak melempar bola tangan atau bola tenis dengan satu tangan
2) Gerak melempar bila tangan atau bola tenis dengan sasaran simpai yang di gantung
3) Gerakan melempar bila tangan atau bola tenis dengan sasaran kaleng yang disusun.
4) Gerak melempar dengan alat lembing yang di sesuaikan.
Dengan pertimbangan-pertimbangan di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan bermain dengan alat modifikasi dapat digunakan sebagai suatu alternatif dalam pembelajaran penjas di SMA, karena pendekatan ini mempertimbangkan tahap-tahap perkembangan dan karakteristih siswa, sehingga siswa akan mengikuti pelajaran penjas dengan senang dan gembira. Dengan melakukan permainan dengan alat modifikasi guru penjas akan lebih mudah menyajikan materi pelajaran. Materi pelajaran yang sulit akan menjadi lebih mudah dan disederhanakan tanpa harus takut kehilangan makna dari apa yang ia
(42)
berikan. Siswa akan lebih banyak bergerak dalam berbagai situasi dan kondisi bermain dengan alat modifikasi.
Dari pengertian modifikasi dan sarana pembelajaran lempar lembing di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan modifikasi saran pembelajaran lempar lembing yaitu: ”suatu cara yang dilakukan untuk mengembangkan materi pelajaran dengan cara meruntunkannya dalam bentuk aktifitas belajar yang potensial untuk memperlancar siswa dalam proses belajar dengan memanfaatkan segala sesuatu yang dapat digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran lempar lembing”.
B. Kerangka Pikir
Penelitian ini bertitik tolak pada jenuhnya siswa terhadap pembelajaran PENJASORKES khususnya pembelajaran atletik nomor lempar lembing. Model pembelajaran yang konvensional dirasa membosankan bagi semua siswa sehingga kurang maksimalnya hasil pembelajaran lempar lembing.
Dalam memberikan pelajaran pendidikan jasmani harus dilakukan dengan baik dan tepat. Pendidikan jasmani merupakan program pendidikan melalui gerak atau permainan dan olahraga yang di dalamnya terkandung bahwa gerakan, permainan atau cabang olahraga tertentu yang dipilih hanyalah alat untuk mendidik. Dalam hal ini mendidik keterampilan fisik, motorik, keterampilan berfikir dan keterampilan memecahkan masalah dan juga keterampilan emosional dan sosial.
Dalam membelajarkan pendidikan jasmani harus diterapkan model pembelajaran yang baik dan tepat. Banyaknya model pembelajaran menuntut seorang guru pendidikan jasmani harus menguasai dan memahami model-model pembelajaran pendidikan jasmani. Model pendekatan bermain dengan alat-alat modifikasi merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Model pendekatan bermain dengan alat-alat modifikasi merupakan pembelajaran yang menuntut guru untuk aktif dan
(43)
commit to user
kretif menciptakan suasana pembelajaran, sehingga memicu siswa untuk aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Inovatif menuntut seorang guru untuk menemukan hal-hal yang baru dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Kreatif menuntut seorang guru untuk menciptakan kegiatan belajar mengajar yang beragam atau bervariasi, sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Efektif yaitu menghendaki tujuan pembelajaran dapat tercapai. Sedangkan menyenangkan menuntut seorang guru mencitptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, siswa tidak memiliki rasa takut, sehingga perhatian siswa lebih terarah terhadap pelajaran yang diterimanya.
Berdasarkan kajian teori di atas, maka di kemukakan kerangka berfikir bahwa keberhasilan pembelajaran lempar lembing gaya hop ditentukan oleh model pendekatan bermain dan alat modifikasi alat pembelajaran yang dugunakan.
Ditinjau dari ragam alat atau sarana yang sudah dimodifikasi dengan bermain dalam proses pembelajaran lempar lembing gaya hop, maka diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan penguasaan lempar lembing gaya hop sehingga tujuan pembelajaran pendidikan jasmani dapat tercapai secara optimal
Berkaitan dengan permasalahan dalam penelitiani ini, alur kerangka pemikiran dalam penelitian ini secara skematis sebagai berikut
(44)
Gambar 8. Alur Kerangka Pikir
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan: melalui model pembelajaran dengan pendekatan bermain dapat meningkatkan hasil pembelajaran lempar lembing gaya hop SMA 3 Negeri kelas X 9 tahun pelajaran 2009/2010 dapat meningkat.
Kondisi awal
Guru: kurang kreatif &
inovatif dalam mengajar pelajaran lempar lembing gaya
hop
Siswa: - siswa kurang tertarik &
cepat bosan dengan model pembelajaran lempar lembing
- hasil belajar lempar lembing gaya hop rendah
Tindakan
Meningkatkan penguasaan lempar lembing
menggunakan metode bermain dengan alat modifikasi
Kondisi akhir
Siklus I: guru & peneliti menyusun bentuk gerakan & permainan melaluipembelajaran lempar lembing dengan melempar bola tenis berekor
menggunakan sasaran dengan tujuan meningkatkan kemampuan siswa.
Siklus II: upaya perbaikan dari tindakan dari siklus I sehingga melalui pendekatan bermain dengan alat modifikasi dapat berhasil meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran lempar lembing.
Melalui pendekatan bermain dengan alat modifikasi belajar siswa terhadap pembelajaran lempar lembing gaya hop meningkat
(45)
commit to user
31 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 27 Februari 2010 sampai 8 Mei 2010. Untuk lebih jelasnya rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian sebagai berikut:
Tabel 1: Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian Bulan
No Kegiatan Des Jan Feb Mar Apr Mei
1 Persiapan survei awal
sampai penyusunan proposal X X 2 Seleksi informan, penyiapan
instrumen dan alat X
3 Pengumpulan data dan
treatment X X X
4 Analisis data X
5 Penyusunan laporan X
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 3 Surakarta.
B. Subjek Penelitian
Subjek yang diteliti dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas X 9 SMA Negeri 3 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010, yang berjumlah 34 siswa,yang terdiri dari 14 siswa laki laki dan 20 siswa perempuan.
(46)
C. Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data
Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini diantaranya melalui tes praktek, observasi lapangan, dan penyebaran angket atau kuisioner. Secara terperinci teknik pengumpulan data pada penelitian dapat dideskripsikan dalam tabel berikut :
Tabel 2. Teknik Pengumpulan Data Penelitian No Sumber
Data Jenis Data
Teknik
Pengumpulan Instrumen Afektif Skala sikap melalui
observasi lapangan (sesuai dengan rubrik penilaian aspek afektif pada RPP)
Kognitif Soal tes (sesuai dengan rubrik penilaian aspek kognitif pada RPP) 1 Siswa Hasil belajar siswa
Psikomotor Ujuk kerja praktik yang meliputi kemampuan teknik melempar gaya hop (sesuai dengan rubrik penilaan aspek
psikomotorik pada RPP)
2 Observer (kolaboran)
Hasil Observasi Afektif Daftar ceklist sesuai pada RPP
Menurut H.E. Mulyasa (2009: 183) data penelitian dikumpulkan dan disusun melalui teknik pengumpulan data meliputi: sumber data, jenis data, teknik pengumpulan data, dan instrument yang digunakan.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi informasi tentang keadaan siswa dilihat dari aspek kuantitatif dan kualitatif. Aspek kuantitatif yakni hasil pengukuran kemampuan penguasaaan lempar lembing pada siswa kelas X 9 SMA Negeri 3 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010. Sedangkan aspek kualitatif
(47)
commit to user
didasarkan atas hasil pengamatan dan catatan pembelajaran selama penelitian berlangsung. Data penelitian dikumpulkan dari berbagai sumber, diantaranya : a) Informasi mitra kolaboratif (guru pendidikan jasmani yang bersangkutan) dan
siswa
b) Tempat peristiwa dan berlangsungnya aktifitas pembelajaran
c) Dokumentasi atau arsip yang antara lain berupa kurikulum, sekenario pembelajaran, silabus, buku penelitian dan buku refrensi mengajar.
D. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah desfriptif kuantitatif. Menurut Sugianto (1994: 52), “penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai fenomena-fenomena atau situasi yang aktual atau yang ada pada saat penelitian berlangsung”. Penelitian dengan data kuantitatif memperoleh hasil perhitungan berupa angka-angka. Suharsimi Arikunto (1989: 244), pengukuran data kuantitatif dapat dilakukan dengan beberapa cara:
1. Dijumlahkan, dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan dan diperoleh persentase
2. Dijumlahkan, diklasifikasikan sehingga merupakan suatu susunan urut data (arrai), untuk selanjutnya dibuat tabel, baik yang hanya berhenti sampai tabel saja, maupun yang diproses lebih lanjut menjadi perhitungan pengambilan kesimpulan ataupun untuk kepentingan visualiasi datanya.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah langkah – langkah yang harus dilalui oleh peneliti dalam menerapkan metode yang akan digunakan dalam penelitian. Langkah selanjutnya adalah menentukan banyaknya tindakan yang dilakukan dalam setiap siklus. Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan tindakan yang berlangsung secara terus menerus kepada subjek penelitian.
(48)
Langkah–langkah PTK secara prosedurnya dilaksanakan secara partisipatif atau kolaboratif antara (guru dengan tim lainya) bekerjasama, mulai dari tahap orientasi hingga penyusunan rencana tindakan dalam siklus pertama, diskusi yang bersifat analitik, kemudian dilanjutkan dengan refleksi – evaluatif atas kegiatan yang dilakukan pada siklus pertama, untuk kemudian mempersiapkan rencana modifikasi, koreksi, atau pembetulan, dan penyempurnaan pada siklus berikutnya.
Untuk memperoleh hasil penelitian tindakan seperti yang diharapkan, prosedur penelitian secara keseluruhan meliputi tahap – tahap sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan Survey Awal
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengobservasi sekolah atau kelas yang akan dijadikan sebagai tempat Penelitian Tindakan Kelas. Meninjau sejauhmana pelaksanaan pembelajaran lempar lembing gaya hop diterapkan dalam sekolah tersebut.
2. Tahap Seleksi Informan, Penyiapan Instrumen, dan Alat Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini, adalah :
a. Menentukan subjek penelitian
b. Menyiapkan metode dan instrument penelitian serta evaluasi 3. Tahap Pengumpulan Data dan Tindakan
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan tabulasi data penelitian yang terdiri atas :
a. Kepuasan siswa terhadap proses pembelajaran b. Pelaksanaan pembelajaran
c. Semangat dan keaktifan siswa 4. Tahap Analisis Data
Dalam tahap ini analisis data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Teknik analisis tersebut dilakukan karena data yang terkumpul berupa uraian diskrptif tentang perkembangan belajar serta hasil test keterampilan lempar lembing gaya hop. Serta hasil test ketangkasan lempar lembing gaya hop siswa yang dideskriptifkan memalui hasil kuantitatif
(49)
commit to user
5. Tahap Penyusunan Laporan
Pada tahap ini disusun laporan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas dari mulai awal survey hingga menganalisis data yang dilakukan dalam penelitian
Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). Menurut Supadi (2008: 104) yakni penelitian tindakan yang diawali dengan perencanaan (planning), penerapan tidakan (action), mengobservasi dan mengevaluasi tindakan (observation and evaluation), dan melakukan refleksi (reflecting), dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan). Penjelasan mengenai prosedur penelitian tindakan tersebut dipaparkan memalui penjelasan sebagai berikut :
1. Perencanaan (Planing) adalah tahap dimana dijelaskannya apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana penelitian itu dilakukan.
2. Penerapan Tindakan (Action) adalah tahap implementasi atau pelaksanaan rencana yang telah disusun pada tahap perencanaan sebelumnya.
3. Observasi dan Evaluasi Tindakan (Observation and Evaluation) adalah tahap pengamatan dan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan selama penelitian berlangsung.
4. Refleksi (Reflection) adalah tahap pengungkapan kembali hasil observasi dan evaluasi dalam penerapan tindakan dalam diskusi, sehingga dapat digunakan untuk merancang program penelitian pada siklus berikutnya
Keempat tahap yang telah dipaparkan diatas merupakan rancangan tindakan dalam satu siklus penelitian. Pada siklus berikutnya rancangan program penelitian yang digunakan berpedoman pada hasil refleksi yang dihasilkan pada siklus sebelumnya, begitu seterusnya hingga target penelitian tercapai. Adapun tahapan siklus pada Penelitian Tindakan Kelas ini dapat diterangkan melalui gambar sebagai berikut:
(50)
Gambar 9. Alur Tahapan Siklus Penelitian Tidakan Kelas
1. Rancangan Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti dan guru kelas menyusun sekenario pembelajaran yang terdiri dari :
1. Menyusun Rencana Program Pembelajaran (RPP) lempar lembing gaya hop.
2. Menyusun instrument tes lempar lembing gaya hop 3. Menyusun lembar penilaian dan hasil pembelajaran 4. Menyusun lembar observasi
5. Menyiapkan lembar tes dan angket
6. Menyiapkan media yang diperlukan untuk membantu pengajaran 7. Penyipakan tempat penelitian
8. Penetapan alokasi waktu pelaksanaan 9. Sosialisaisi kepada subjek
Tahap I Perencanaan
Tahap II
Pelaksanaan
Tahap III Pengamatan Tahap IV
Refleksi Siklus I
Tahap I Perencanaan
Tahap II Pelaksanaan Tahap III
Pengamatan Tahap IV
(51)
commit to user
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dilakukan dengan melaksanakan sekenario pembelajaran yang telah direncanakan, tahap ini dilakukan bersama dengan tahap observasi terhadap dampak tindakan. Pada tahap pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan dalalah melaksanakan proses pembelajaran di lapangan dengan langakah - langkah kegiatan adalah :
- Guru bersama peneliti menyusun bentuk gerakan dan permainan dengan alat modifikasi untuk meningkatkan kemampuan siswa
- Guru bersama peneliti membuat media yang diperlukan dalam pembelajaran lompat khususnya pada cabang lempar lembing gaya hop yaitu meliputi pembelajaran melempar bola tenis berekor beroperan kepada teman,mmelempar kearah dinding dengan diberi rangsangan berupa garis jarak pantulan.Media yang digunakan yaitu bola tenis berekor,bilah
c. Tahap Observasi
Kegiatan obeservasi dilakukan bersama dengan kegiatan pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini dilakukan pengamatan terhadap penerapan model pembelajaran langsung pendidikan jasmani model pendekatan bermain dengan alat modifikasi yang diterapkan terhadap proses pembelajaran lempar lembing gaya hop.
d. Tahap Evaluasi (Refleksi)
Dilakukan dengan menganalisis hasil observasi dan interprestasi sehingga diperoleh kesimpulan apa saja yang perlu diperbaiki dan apa saja yang perlu dipertahankan. Tahap ini mengemukakan hasil penemuan dari pelaksanaan tindakan I yang memerlukan perbaikan pada siklus berikutnya. Prosentase indikator pencapaian keberhasilan penelitian pada tabel berikut:
(1)
B.
Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dan II dapat
disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pembelajaran lembing gaya hop siswa kelas
X.9 SMA Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010.
Tabel 7. Hasil Perbandingan Hasil Belajar Lempar Lembing Gaya Hop Setelah
Diberikan Model Pembelajaran Denngan Pendekatan Bermain Siklus I dan
Siklus II
Prosentasi
Rentang
Nilai
Keterangan
Data Awal
Siklus I
Siklus II
>80
Baik Sekali
0%
8,82%
16,27%
75 – 79
Baik
0%
17,64%
11,76%
70 – 74
Cukup Baik
0%
8,82%
29,41%
65 – 69
Cukup
0%
11,76%
35,29%
< 64
Kurang
100%
52,94%
2,94%
Melalui tabel perbandingan hasil belajar diatas apabila didistribusikan dalam
grafik perbandingan, disajikan sebagai berikut:
(2)
Melalui grafik perbandingan hasil belajar lempar lembing gaya hop siswa
kelas X.9 SMA Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2009 / 2010, terjadi peningkatan
hasil belajar siswa mulai dari data awal, Siklus I dan Siklus II.
(3)
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A.
Simpulan
Penelitian Tindakan Kelas pada siswa kelas X.9 Negeri 3 Surakarta
dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahapan, yaitu: (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis
dan refleksi. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dan pembahasan yang
telah diungkapkan pada BAB IV, diperoleh simpulan bahwa:
Pembelajaran dengan pendekatan bermain, dapat meningkatkan hasil
pembelajaran lempar lembing gaya hop pada siswa kelas X.9 SMA Negeri 3
Surakarta. Dari hasil analisis yang diperoleh peningkatan yang signifikan dari siklus I
dan siklus II. hasil belajar lempar lembing gaya hop pada siklus I dalam kategori
tuntas adalah 47,04% jumlah siswa yang tuntas adalah 16 siswa. Pada siklus II terjadi
peningkatan prosentase hasil belajar siswa dalam kategori tuntas sebesar 92,73%,
sedangkan siswa yang tuntas 33 siswa.
B.
Implikasi
Penelitian ini memberikan suatu gambaran yang jelas bahwa keberhasilan proses
pembelajaran tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut berasal dari
pihak guru maupun siswa serta alat/media pembelajaran yang digunakan. Faktor dari
pihak guru yaitu kemampuan guru dalam mengembangkan materi, kemampuan guru
dalam menyampaikan materi, kemampuan guru dalam mengelola kelas, metode yang
(4)
sarana untuk menyampaikan materi. Sedangkan faktor dari siswa yaitu minat dan
motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Ketersediaan alat/media
pembelajaran yang menarik dapat juga membantu motivasi siswa belajar siswa
sehingga akan diperoleh hasil belajar yang optimal.
Faktor-faktor tersebut saling mendukung satu sama lain, sehingga harus
diupayakan dengan maksimal agar semua faktor tersebut dapat dimiliki oleh guru dan
siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung di kelas maupun di lapangan.
Apabila guru memiliki kemampuan yang baik dalam menyampaikan materi dan
dalam mengelola kelas serta didukung oleh teknik dan sarana dan prasarana yang
sesuai, maka guru akan dapat menyampaikan materi dengan baik. Materi tersebut
akan dapat diterima oleh siswa apabila siswa juga memiliki minat dan motivasi yang
tinggi untuk aktif dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, kegiatan belajar
mengajar dapat berjalan dengan lancar, kondusif, efektif, dan efisien.
Penelitian ini juga memberikan deskripsi yang jelas bahwa dengan
pendekatan bermain dalam pembelajaran lempar lembing gaya hop dapat
meningkatkan hasil belajar siswa (baik proses maupun hasil), sehingga penelitian ini
dapat digunakan sebagai suatu pertimbangan bagi guru yang ingin menggunakan
media pengajaran dengan pendekatan bermain. Bagi guru bidang studi Pendidikan
Jasmani dan Olahraga, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai suatu alternatif
dalam melaksanakan proses pembelajaran Penjas khususnya yang berkaitan dengan
peningkatan hasil belajar lempar lembing gaya hop yang efektif dan menarik yang
membuat siswa lebih aktif serta menghapus persepsi siswa mengenai pembelajaran
Penjas yang pada awalnya membosankan menjadi pembelajaran yang menyenangkan.
Apalagi bagi guru yang memiliki kemampuan yang lebih kreatif dalam membuat
model-model pembelajaran yang lebih banyak. Ia dapat menyalurkan kemampuannya
tersebut dan memanfaatkan fasilitas yang tersedia di sekolah dalam upaya
meningkatkan kinerja sebagai seorang pendidik yang profesional dan inovatif.
(5)
Dengan diterapkannya model pembelajaran dengan pendekatan bermain
untuk peningkatan hasil belajar siswa terhadap pembelajaran lempar lembing gaya
hop, maka siswa memperoleh pengalaman baru dan berbeda dalam proses
pembelajaran Penjas. Pembelajaran Penjas yang pada awalnya membosankan bagi
siswa, menjadi pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa.
Pemberian tindakan dari siklus I dan II memberikan deskripsi bahwa
terdapatnya kekurangan atau kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran
berlangsung. Namun, kekurangan-kekurangan tersebut dapat diatasi pada pelaksanaan
tindakan pada siklus-siklus berikutnya. Dari pelaksanaaan tindakan yang kemudian
dilakukan refleksi terhadap proses pembelajaran, dapat dideskripsikan terdapatnya
peningkatan kualitas pembelajaran Penjas (baik proses maupun hasil) dan
peningkatan hasil belajar siswa. Dari segi proses pembelajaran Penjas, penerapan
model pembelajaran melalui pendekatan bermain ini dapat merangsang aspek motorik
siswa. Dalam hal ini siswa dituntut untuk aktif dalam pembelajaran Penjas yang
nantinya
dapat
bermanfaat
untuk
mengembangkan
kebugaran
jasmani,
mengembangkan kerjasama, mengembangkan skill dan mengembangkan sikap
kompetitif yang kesemuanya ini santa penting dalam pendidikan jasmani.
C.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disarankan beberapa hal,
khususnya pada guru SMA Negeri 3 Surakarta, sebagai berikut:
1. Guru hendaknya terus berusaha untuk meningkatkan kemampuannya dalam
mengembangkan materi, menyampaikan materi, serta dalam mengelola kelas,
sehingga kualitas pembelajaran yang dilakukannya dapat terus meningkat seiring
dengan peningkatan kemampuan yang dimilikinya. Selain itu, guru hendaknya
mau membuka diri untuk menerima berbagai bentuk masukan, saran, dan kritikan
(6)