ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN TRANSPORTASI DAN AUTOMOTIVE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Akuntansi

Diajukan oleh : Dian Ganda Prasetyo

0513010301/FE/EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN TRANSPORTASI DAN AUTOMOTIVE

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Disusun Oleh :

Dian Ganda Prasetyo 0513010301/FE/EA telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur pada tanggal 21 Mei 2010

Pembimbing Utama Tim Penguji :

Ketua

Dra. Ec. Harymami, MM Drs. Ec. Munari, MM Sekretaris

Dra. Ec. Harymami, MM

Anggota

Dra. Ec. Endah S, MSi

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Dr. Ec. H. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM NIP : 030 202 389


(3)

i

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan berkah, rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dengan judul “ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN TRANSPORTASI DAN AUTOMOTIVE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S-1) Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun skripsi ini, karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan. Oleh karena itu penulis sadar bahwa skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan dorongan yang telah diberikan, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsannuddin Nur, SE, MM, selaku Dekan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, MSI, selaku Ketua Progdi Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Ibu Dra. Ec. Harymami, MM, selaku dosen pembimbing yang memberikan bimbingan dan dorongan dalam penyelesaian skripsi.


(4)

ii

5. Bapak dan Ibu dosen serta staf pengajar Fakultas Ekonomi khususnya Jurusan Akuntansi yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan serta wawasan yang cukup sehingga penulis mampu menyelesaikan kegiatan akademik sampai dengan menyusun skripsi sebagai tugas akhir studi di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

6. Ibu, Bapak, Adikku, dan seluruh keluarga besarku yang selalu memberikan doa, dukungan, perhatian dan pengorbanan yang begitu besar. Terima kasih atas segalanya “Semoga mereka selalu dalam lindungan Allah SWT”.

7. Teman-temankuyang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu “Terima Kasih”.

Semoga Allah SWT melimpahan berkah dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan, tetapi penulis berharap semoga hasilnya dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Surabaya, Mei 2010


(5)

iii

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR LAMPIRAN ix

ABSTRAKSI x

BAB I. PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Perumusan Masalah 6

1.3. Tujuan Penelitian 6

1.4. Manfaat Penelitian 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 8

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu 8

2.2. Landasan Teori 12

2.2.1. Laporan Keuangan 12

2.2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan 12 2.2.1.2. Tujuan Pelaporan Keuangan 13 2.2.1.3. Karakteristik Laporan Keuangan 13 2.2.1.4. Pengguna Laporan Keuangan 14 2.2.1.5. Komponen Laporan Keuangan 17


(6)

iv

2.2.2.2. Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan 20

2.2.2.3. Rasio Keuangan 21

2.2.2.4. Jenis Jenis Rasio Keuangan 22

2.2.3. Laba 28

2.2.3.1. Pengertian Laba 28

2.2.3.2. Relevansi Konsep Laba 28

2.2.3.3. Perubahan Laba 30

2.2.3.4. Pengaruh Laporan Keuangan dan Prediksi Laba 30 2.2.3.5. Pengaruh Rasio Likuiditas Terhadap Laba 31 2.2.3.6. Pengaruh Rasio Solvabilitas Terhadap Laba 32 2.2.3.7. Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Laba 32 2.2.3.8. Pengaruh Rasio Aktivitas Terhadap Laba 33

2.3. Kerangka Pikir 33

2.4. Hipotesis 35

BAB III. METODE PENELITIAN 36

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 36

3.2. Teknik Penentuan Sampel 41

3.3. Teknik Pengumpulan Data 42

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 43

3.4.1. Teknik Analisis 43


(7)

v

3.4.4. Uji Hipotesis 47

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 50

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian 50

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian 55

4.2.1. Current Ratio (CR) 55

4.2.2. Quick Ratio (QR) 56

4.2.3. Debt Ratio (DR) 57

4.2.4. Equity to Total Assets (ETA) 57 4.2.5. Equity to Total Liabilities (ETL) 58 4.2.6. Equity to Fixed Assets (EFA) 59 4.2.7. Gross Profit Margin (GPM) 60

4.2.8. Net Profit Margin (NPM) 61

4.2.9. Return on Assets (ROA) 61

4.2.10. Return on Equity (ROE) 62

4.2.11. Inventory Turnover (ITO) 63

4.2.12. Average Collection Period (ACP) 64 4.2.13. Fixed Assets Turnover (FAT) 64 4.2.14. Total Assets Turnover (TAT) 65

4.2.15. Perubahan Laba 66

4.3. Analisis dan Pengujian Hipotesis 62


(8)

v i

4.3.2.1. Uji Multikolinieritas 68

4.3.2.2. Uji Multikolinieritas – Trimming 1 69 4.3.2.3. Uji Multikolinieritas – Trimming 2 70 4.3.2.4. Uji Multikolinieritas – Trimming 3 70 4.3.1.5. Uji Multikolinieritas – Trimming 4 71

4.3.1.6. Uji Autokorelasi 72

4.3.1.7. Uji Heteroskedastisitas 72

4.3.3. Analisis Regresi Linier Berganda 74

4.3.4. Analisis Hasil Uji Hipotesis 78

4.3.4.1. Uji F 78

4.3.4.2. Uji t 78

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian 81

4.5. Perbedaan Hasil Penelitian Sekarang dengan Penelitian Terdahulu 86

4.6. Keterbatasan Penelitian 90

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 92

5.1. Kesimpulan 92

5.2. Saran 92

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Analisis Regresi Berganda.

Lampiran 2. Data Perhitungan Rasio Keuangan. Lampiran 3. Tabel Pengujian Nilai F.

Lampiran 4. Tabel Pengujian Nilai t. Lampiran 5. Tabel Durbin-Watson.


(10)

v ii

Tabel 4.2.1. Data Current Ratio (CR) 55

Tabel 4.2.2. Data Quick Ratio (QR) 56

Tabel 4.2.3. Data Debt Ratio (DR) 57

Tabel 4.2.4. Data Equity to Total Assets (ETA) 58

Tabel 4.2.5. Data Equity to Total Liabilities (ETL) 58

Tabel 4.2.6. Data Equity to Fixed Assets (EFA) 59

Tabel 4.2.7. Data Gross Profit Margin (GPM) 60

Tabel 4.2.8. Data Net Profit Margin (NPM) 61

Tabel 4.2.9. Data Return on Assets (ROA) 62

Tabel 4.2.10. Data Return on Equity (ROE) 62

Tabel 4.2.11. Data Inventory Turnover (ITO) 63

Tabel 4.2.12. Data Average Collection Period (ACP) 64

Tabel 4.2.13. Data Fixed Assets Turnover (FAT) 65

Tabel 4.2.14. Data Total Assets Turnover (TAT) 65

Tabel 4.2.15. Data Perubahan Laba 66

Tabel 4.3.1.1. Uji Normalitas 67

Tabel 4.3.2.1. Uji Multikolinieritas 68

Tabel 4.3.2.2. Uji Multikolinieritas – Trimming 1 69

Tabel 4.3.2.3. Uji Multikolinieritas – Trimming 2 70

Tabel 4.3.2.4. Uji Multikolinieritas – Trimming 3 71


(11)

v iii

Tabel 4.3.3.1. Uji Regresi Linier Berganda 74

Tabel 4.3.3.2. Uji Koefisien Determinasi 77

Tabel 4.3.3.1. Hasil Uji F 78


(12)

x

Oleh :

Dian Ganda Prasetyo

Abstraksi

Penggunaan informasi laporan keuangan menjadi sangat penting dilakukan sebagai langkah utama untuk mengetahui kinerja perusahaan tersebut. Informasi keuangan menjadi berarti apabila bisa digunakan sebagai alat prediksi bagi pemakainya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kegunaan analisis rasio keuangan sebagai alat memprediksi perubahan laba dimasa mendatang.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan Transportasi dan Automotive yang terdaftar di BEI dalam kurun waktu 2005 sampai dengan tahun 2007. Ada 14 rasio keuangan yang digunakan yaitu, Current Ratio (CR), Quick Ratio (QR), Debt Ratio (DR), Equity to Total

Assets (ETA), Equity to Total Liabilities (ETL), Equity to Fixed Assets (EFA), Gross Profit Margin (GPM), Net Profit Margin (NPM), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Inventory Turnover (ITO), dan Average Collection Period (ACP). Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier

berganda.

Hasil analisis menunjukkan bahwa model regresi yang digunakan untuk teknik analisis ini tidak cocok, tetapi pengujian secara individual membuktikan ada variabel bebas Gross Profit Margin (GPM), Return on Assets (ROA), Average

Collection Period (ACP), dan Total Assets Turnover (TAT) berpengaruh secara

signifikan terhadap variabel terikat Perubahan Laba (Y).


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan pasar modal yang pesat menciptakan berbagai peluang atau alternatif investasi bagi investor. Di sisi lain, perusahaan pencari dana harus saling bersaing dalam mendapatkan dana dari investor dalam pasar modal. Secara teoritis investor akan menanamkan uangnya pada perusahaan yang dapat memberikan return (keuntungan) yang tinggi. Adapun return yang tinggi dapat dipenuhi oleh perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang baik. Jadi investor akan menanamkan usahanya pada perusahaan yang memiliki kinerja yang baik. Atas dasar inilah, maka manajemen perusahaan yang telah go-public juga perlu meningkatkan kinerjanya, di samping untuk meningkatkan kemakmuran pemilik, juga mempermudah mereka dalam meningkatkan sumber dana baik dari internal maupun eksternal (Takarani dan Ekawati, 2003:253).

Perusahaan memberikan banyak informasi kepada pemegang saham dan masyarakat umum tentang usaha mereka. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan harus memuat informasi keuangan yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan bagi pihak internal maupun eksternal tentang perusahaan tersebut. Pihak internal maupun eksternal di antaranya yaitu pemegang saham, investor dan analis sekuitas, manajer, pemberi pinjaman dan pemasok, karyawan, dan pemerintah. Para pelaku


(14)

bisnis dan pemerintah membutuhkan informasi dalam pengambilan keputusan. Untuk pengambilan keputusan ekonomi, para pelaku bisnis dan pemerintah membutuhkan informasi tentang kondisi dan kinerja keuangan perusahaan. Ada dua alasan mengapa pihak-pihak ini membutuhkan informasi yang terdapat dalam laporan keuangan, yaitu: (1) informasi yang terdapat dalam laporan keuangan memiliki potensi untuk mengurangi ketidakpastian, (2) informasi yang terdapat dalam laporan keuangan merupakan sumber informasi yang dapat berkompetisi dengan sumber informasi lainnya. Untuk itu muncul kebutuhan akan informasi keuangan (Takarani dan Ekawati, 2003:253).

Manajemen perlu memahami kondisi keuangan perusahaan dimasa yang akan datang. Data keuangan yang dipergunakan untuk analisis keuangan, diambilkan dari laporan keuangan yang pokok, yaitu neraca dan laporan laba rugi. Dalam melaksanakan fungsi pemenuhan kebutuhan dana atau fungsi pendanaan (financing), manajer keuangna harus selalu mencari alternatif sumber dana atau kombinasi sumber dana mana yang akan dipilih. Dengan menghubungkan elemen-elemen dari berbagai aktivitas satu dengan lainnya, elemen-elemen dari berbagai pasiva satu dengan lainnya serta menghubungkan elemen-elemen dari aktiva dan pasiva dalam neraca pada suatu saat tertentu akan dapat diperoleh banyak gambaran mengenai posisi atau keadaan finansiil suatu perusahaan (Raharjo dan Kusumaning, 2005:93).


(15)

Secara ringkas informasi keuangan dapat diperoleh dari laporan keuangan perusahaan. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan dapat diperoleh informasi tentang posisi keuangan perusahaan, kinerja perusahaan, aliran kas perusahaan, dan informasi lain yang sangat berkaitan dengan laporan keuangan. Analisis laporan tersebut meliputi perhitungan dan interprestasi rasio keuangan (Takarani dan Ekawati, 2003:253-254).

Rasio keuangan yang digunakan oleh pengambil keputusan berbeda-beda, seperti halnya keputusan-keputusan yang akan diambil oleh perusahaan. Berdasarkan sudut pengguna eksternal, rasio keuangan digunakan dalam menentukan apakah membeli saham perusahaan, meminjamkan uang/kas atau untuk memprediksi kekuatan keuangan perusahaan dimasa datang. Calon pemegang saham tertarik pada kas yang akan diterima dari memegang saham dan akhirnya akan membeli saham. Kas yang diperoleh berhubungan dengan seberapa besar profitabilitas perusahaan pada saat itu dan bagaimana profitabilitasnya dimasa datang. Oleh karena itu, calon pemegang saham tertarik pada hubungan yang ditunjukkan oleh laporan keuangan perusahaan yang mengindikasikan seberapa baik manajemen perusahaan menggunakan sumber daya yang tersedia untuk perusahaan. Hubungan antara elemen-elemen dalam laporan keuangan dijelaskan oleh rasio keuangan (Takarani dan Ekawati, 2003:254).


(16)

Laba sebagai suatu pengukur kinerja dan bagian dari laporan keuangan perusahaan, merefleksikan telah terjadinya proses peningkatan atau penurunan ekuitas dari berbagai sumber transaksi kecuali transaksi dengan pemegang saham dalam suatu periode tertentu. Konsep laba sama halnya dengan pendapatan bersih (net income), yaitu memasukkan hampir seluruh kejadian yang tercakup dalam pendapatan bersih dengan penekanan pada periode sekarang (present). Sehingga dapat dilakukan suatu penelitian mengenai rasio keuangan dalam memprediksi perubahan laba dengan menggunakan rasio keuangan (Takarani dan Ekawati, 2003:254).

Beberapa penalitian tentang kemampuan rasio keuangan dalam memprediksi laba telah bebarapa kali dilakukan di Indonesia. Antara lain oleh Takarini dan Ekawati (2003) yang menguji analisis laporan keuangan dalam memprediksi perubahan laba pada perusahaan manufaktur di Pasar Modal Indonesia tahun 1997-2000 menggunakan model logit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebenaran prediksi satu tahun ke depan lebih kuat dari pada kebenaran prediksi dua tahun ke depan (Raharjo dan Kusumaning, 2005:94).

Machfoedz (1994) yang menguji manfaat rasio keuangan dalam memprediksi perubahan laba perusahaan dimasa mendatang. Data yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan manufaktur yang menjual sahamnya di Bursa Efek Jakarta (BEJ) selama tahun 1989-1992. Untuk menguji hipotesis manfaat rasio keuangan dalam memprediksi laba dimasa


(17)

mendatang yang digunakan adalah regression analysis, t-test, dan logit model. Hasil uji menunjukkan bahwa rasio keuangan yang digunakan dalam model bermanfaat untuk memprediksi laba satu tahun ke depan, namun tidak bermanfaat untuk prediksi lebih dari satu tahun, selain itu juga menunjukkan bahwa perusahaan besar mempunyai komponen rasio yang berbeda dengan perusahaan kecil apabila rasio keuangan tersebut akan digunakan untuk memprediksi laba masa mendatang (Raharjo dan Kusumaning, 2005:94).

Berdasarkan latar belakang pemikiran tersebut, penelitian tentang analisis rasio keuangan dalam memprediksi perubahan laba perusahaan sangat dibutuhkan. Pentingnya penelitian tentang rasio keuangan dalam memprediksi perubahan laba dan pengujian kekuatan prediksi rasio keuangan terhadap perubahan laba antara berbagai periode didasarkan oleh beberapa alasan, yaitu: (1) mengingat banyak penelitian tentang rasio keuangan dalam memprediksi perubahan laba perusahaan manufaktur pada kondisi normal, maka peneliti mencoba untuk melakukan penelitian pada kondisi krisis. (2) beberapa penelitian yang menguji kekuatan prediksi rasio keuangan terhadap perubahan laba antara beberapa periode cenderung berubah-ubah. (3) belum adanya keseragaman rasio keuangan yang harus dicantumkan oleh perusahaan dalam prospektus pada saat


(18)

Penelitian ini mencoba untuk menguji apakah analisis rasio keuangan berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan laba perusahaan Transportasi dan Automotive di Pasar Modal Indonesia.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah rasio keuangan memiliki kemampuan untuk memprediksi perubahan laba perusahaan?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui apakah rasio keuangan memiliki kemampuan untuk memprediksi perubahan laba perusahaan?

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: a. Peneliti

Memberikan pemahaman yang lebih baik tentang ada tidaknya pengaruh rasio keuangan untuk memprediksi perubahan laba perusahaan.

b. Praktisi

Diharapkan dapat menambah informasi tentang manfaat rasio keuangan dan menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan sebelum melakukan investasi.


(19)

c. Akademis

Untuk menambah perbendaharaan dan referensi bagi pengembangan teori terutama untuk penelitian yang sama dimasa yang akan datang.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu a. Meythi (2005)

Penelitian yang dilakukan adalah mengambil judul “Rasio

Keuangan Yang Paling Baik Untuk Memprediksi Pertumbuhan Laba: Suatu Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta.”

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio keuangan yang terdiri dari rasio likuiditas (CR dan QR), rasio

solvabilitas (DR, ETA, ETL, dan EFA), rasio profitabilitas (PM,

ROA, dan ROE), rasio aktifitas (ITO, ACP, FAT, dan TAT) dan rasio pertumbuhan (pertumbuhan laba PL). Menggunakan metode factor

analysis, dari 14 variabel yang ada dikategorikan kedalam empat

faktor yaitu likuiditas/solvabilitas faktor, profitabilitas factor, activity

factor, dan growth factor.

Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa dengan menggunakan alat uji factor analysis, untuk semua rasio keuangan yang ada menunjukkan bahwa return on assets (ROA) adalah yang baik dalam memprediksi pertumbuhan laba perusahaan manufaktur sector basic dan chemical untuk periode tahun 2000-2003. Hal ini ditunjukkan


(21)

dengan adanya nilai factor loading tertinggi yang diperoleh rasio ROA dari keempat faktor yang ada.

b. Zainuddin dan Hartono (1999)

Penelitian yang dilakukan mengambil judul “Manfaat Rasio

Keuangan Dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba: Suatu Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta.”

Permasalahan yang diambil adalah “Apakah Rasio Keuangan Berpengaruh dan Bermanfaat Dalam Memprediksi Laba Perubahan Perbankan Antara Berbagai Periode?”

Hipotesis yang diajukan adalah:

1) Diduga pertumbuhan rasio keuangan Capital, Assets, Earnings, dan Liquidity telah berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan perbankan.

2) Diduga kekuatan prediksi rasio keuangan Capital, Assets, Earning, dan Liquiditas terhadap pertumbuhan laba perusahaan perbankan tidak akan berbeda untuk periode dua tahun ke depan dibandingkan periode satu tahun ke depan.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa hasil analisis AMOS (Analysis Moment Of Structure) menunjukakan bahwa construct rasio keuangna Capital, Assets,

Earnings, dan Liquidity signifikan dalam memprediksi pertumbuhan


(22)

Sedangkan untuk periode dua tahun ke depan ditemukan bahwa rasio keuangan tingkat individual tidak signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba. Namun demikian hasil analisis regresi menunjukkan bahwa tidak terdapat rasio keuangan yang signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba baik untuk periode satu tahun ke depan ataupun untuk periode dua tahun ke depan. Perbandingan manfaat rasio keuangan pada tingkat construct dengan tingkat individual menunjukkan bahwa penggunaan AMOS (Analisis Moment

Of Structure) akan lebih tepat dibandingkan dengan penggunaan

analisis regresi dalam memprediksi pertumbuhan laba pada perusahaan perbankan.

c. Nurjanti Takarani dan Erni Ekawati (2003)

Penelitian ini berjudul “Analisis Rasio Keuangan Dalam

Memprediksi Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Di Pasar Modal Indonesia.”

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1) Bahwa perubahan rasio keuangan leverage berpengaruh negatif terhadap perubahan laba perusahaan manufaktur di Pasar Modal Indonesia.

2) Bahwa perubahan rasio keuangan likuiditas berpengaruh positif terhadap perubahan laba perusahaan manufaktur di Pasar Modal Indonesia.


(23)

3) Bahwa perubahan rasio keuangan produktivitas berpengaruh positif terhadap perubahan laba perusahaan manufaktur di Pasar Modal Indonesia.

4) Bahwa perubahan rasio keuangan profitabilitas berpengaruh positif terhadap perubahan laba perusahaan manufaktur di Pasar Modal Indonesia.

5) Kekuatan prediksi rasio keuangan terhadap perubahan laba satu tahun ke depan lebih besar dari pada dua tahun ke depan.

Kesimpulan yang bisa diambil dalam penelitian ini adalah bahwa untuk prediksi satu tahun ke depan menunjukkan rasio current

liabilities to equity, working capital to total assets, return on equity

signifikan dengan alpha 0,05 dan mewakili faktor rasio produktifitas, faktor rasio likuiditas, dan faktor leverage. Sedangkan satu variabel yang signifikan dengan alpha 0,1 yaitu net profit margin yang mewakili faktor profitabilitas.

Untuk prediksi dua tahun ke depan, yaitu net worth to sales yang mewakili faktor rasio produktivitas yang signifikan dengan alpha 0,1. Sehingga rasio ini tidak dapat dipergunakan untuk memprediksi perubahan laba dua tahun ke depan, karena R2 kecil sekali, tetapi hasil ini sesuai dengan penelitian Machfoedz (1994) dan hasil penelitian menunjukkan penurunan kebenaran prediksi model secara keseluruhan adalah sebesar 15%.


(24)

Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah diaplikasikannya rasio-rasio keuangan untuk memprediksi laba. Selain itu juga penelitian ini juga merupakan pengembangan dari penelitian yang pernah dilakukan oleh Meythi (2005) dengan perbedaan yaitu penambahan jumlah variabel dalam penelitian, pengembangan metode, tahun periode penelitian, dan objek penelitian yaitu berfokus pada perusahaan Transportasi dan Automotive yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berdasarkan laporan keuangan tahun 2005-2007. 2.2. Landasan Teori

2.2.1. Laporan Keuangan

2.2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan

Pengertian laporan keuangan oleh penulis dijelaskan terlebih dahulu sebagai landasan pokok pembahasan karena tanpa memahami laporan keuangan kita tidak dapat melakukan analisis terhadap laporan keuangan.

Laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik ekonomi. Kelompok besar ini merupakan laporan keuangan (SAK 2009:9).

Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan utama kepada pihak-pihak di luar korporasi. Laporan ini menampilkan sejarah perusahaan yang dikuantifikasi dalam nilai moneter (Kieso et al, 2002:3).


(25)

2.2.1.2. Tujuan Pelaporan Keuangan

Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambil keputusan ekonomi (SAK 2009:3).

2.2.1.3. Karakteristik Laporan Keuangan

Karakteristik kualitataif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pengguna. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok, yaitu: dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat dibandingkan (SAK 2009:5)

a. Dapat Dipahami

Kualitas penting informasi yang ditampung, dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna. Untuk maksud ini, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, dan kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pengguna tertentu.

b. Relevan

Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi


(26)

memiliki kualitas relevan jika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaliasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi hasil evaluasi mereka dimasa lalu.

c. Keandalan

Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (relaible). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan yang material, dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian yang tulus dan jujur (faithful

representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar

diharapkan dapat disajikan.

Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikatnya atau penyajiannya tidak dapat diandalkan, maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan.

d. Dapat Dibandingkan

Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antarperiode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus


(27)

dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut, antar periode perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda.

2.2.1.4. Pengguna Laporan Keuangan

Dalam Standar Akuntansi Keuangan disebutkan bahwa pengguna laporan keuangan adalah sebagai berikut (SAK 2009:2):

a. Investor

Penanam modal beresiko dan penasehat mereka berkepentingan dengan resiko yang melekat serta hasil dari pengembangan investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar deviden.

b. Karyawan

Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, imbalan pascakerja, dan kesempatan kerja. c. Pemberi Pinjaman

Mereka tertarik dengan informasi keuangan yang dapat memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dibayar saat jatuh tempo.


(28)

d. Pemasok dan Kreditor Usaha Lainnya

Pemasok dan kreditor lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek dari pada pemberi pinjaman kecuali jika sebagai pelanggan utama mereka bergantung pada kelangsungan hidup perusahaan. e. Pelanggan

Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama jika mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau bergantung pada perusahaan. f. Pemerintah

Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak, dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.

g. Masyarakat

Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan


(29)

dapat membantu masyarakat dalam menyediakan informasi kecenderungan (tren) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian perusahaannya.

2.2.1.5. Komponen Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan utama kepada pihak-pihak di luar korporasi. Laporan ini menampilkan sejarah perusahaan yang dikuantifikasi dalam nilai moneter. Laporan keuangan (financial reporting), yang sering disajikan adalah: a. Neraca

Neraca (balance sheet), yang kadang-kadang disebut juga sebagai laporan posisi keuaangan, melaporkan aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemegang saham perusahaan bisnis pada suatu tanggal tertentu. Laporan keuangan ini menyediakan informasi mengenai sifat dan jumlah investasi dalam sumber daya perusahaan, kewajiban kepada kreditor dan ekuitas pemilik dalam sumber daya bersih. Dengan demikian, neraca dapat membantu meramalkan jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas masa depan (Keiso et al, 2002:216).

b. Laporan Laba Rugi

Laporan laba-rugi (income statement), yang juga sering disebut

statement of income atau statement of earning, adalah laporan yang

mengukur keberhasilan operasi perusahaan selama periode waktu tertentu. Komunitas bisnis dan investasi menggunakan laporan ini untuk menentukan profitabilitas, nilai investasi, dan kelayakan kredit


(30)

atau kemampuan perusahaan melunasi pinjaman. Laporan laba-rugi menyediakan informasi yang diperlukan oleh para investor dan kreditor untuk membantu mereka memprediksi jumlah, penetapan waktu, dan ketidakpastian dari arus kas masa depan (Keiso et al, 2002:150).

c. Laporan Perubahan Modal

Perubahan ekuitas perusahaan menggambarkan peningkatan atau penurunan asset bersih atau kekayaan selama periode bersangkutan berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang dianut dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan. Laporan perubahan ekuitas, kecuali untuk perubahan yang berasal dari transaksi dengan pemegang saham seperti setoran modal dan pembayaran deviden, menggambarkan jumlah keuntungan dan kerugian yang berasal dari kegiatan perusahaan selama periode yang bersangkutan (SAK 2009, No.1: Alinea 67).

d. Laporan Arus Kas

Informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi para pengguna laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas serta setara kas dan menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut. Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi, para pengguana perlu melakukan evaluasi terhadap kemampuan perusahaan dalam


(31)

menghasilkan kas dan setara kas serta kepastian perolehannya (SAK 2009, No.2).

e. Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas harus berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan (SAK, No.1:Alinea 69):

1) Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting.

2) Informasi yang diwajibkan dalam PSAK tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas.

3) Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.

2.2.2. Analisis Laporan Keuangan

2.2.2.1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keungan (financial statement analisys) adalah aplikasi dari alat dan teknik analisis untuk laporan keuangan bertujuan umum dan data-data yang berkaitan untuk menghasilkan estimasi dan kesimpulan yang bermanfaat dalam analisis bisnis. Analisis laporan


(32)

keuangan mengurangi mengurangi ketergantungan pada firasat, tebakan, dan intuisi dalam pengambilan keputusan (Wild et al, 2005:3-4).

Menurut Prastowo dan Julianty (2005:63) analisis laporan keuangan merupakan suatu proses penuh pertimbangan. Salah satu tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi perubahan-perubahan pokok pada trend, jumlah, hubungan dan alasan-alasan perubahan tersebut. Perubahan-perubahan tersebut seringkali merupakan tanda peringatan awal terjadinya pergeseran menuju keberhasilan atau kegagalan suatu perusahaan.

2.2.2.2. Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan

Menurut Prastowo dan Julianty (2005:59) secara umum metode analisis laporan keuangan diklasifikasi menjadi dua yaitu, metode analisis horizontal (dinamis) dan analisis vertikal (statis).

Metode analisis horizontal (dinamis) adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk beberapa tahun (periode), sehingga dapat diketahui perkembangan dan kecenderungan. Disebut metode analisis horizontal karena analisis ini membandingkan pos yang sama untuk periode yang berbeda. Disebut analisis, karena model-model ini bergerak dari tahun ke tahun (periode). Teknik-teknik analisis yang termasuk pada klasifikasi metode ini antara lain teknik analisis perbandingan, analisis trend (indeks), analisis sumber dan penggunaan dana, analisis perubahan laba kotor.

Metode analisis vertikal (statis) merupakan metode analisis yang dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan pada tahun


(33)

(periode) tertentu, yaitu dengan membandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya pada laporan keuangan yang sama untuk tahun (periode) yang sama. Oleh karena membandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya pada laporan keuangan yang sama, maka disebut metode vertikal. Disebut metode statis karena metode ini hanya membandingkan pos-pos laporan keuangan pada tahun (periode) yang sama. Teknik-teknik analisis yang termasuk klasifikasi metode ini antara lain teknik analisis persentase per komponen (comment size), analisis rasio dan analisis impas.

2.2.2.3. Rasio Keuangan

Menurut Horne (1986:131) rasio keuangan adalah alat yang dipakai untuk menganalisis kondisi dan prestasi keuangan. Rasio ini dapat dibagi empat macam: likuiditas, pinjaman (debt), keuntungan (profitabilitas), dan kemampuan memenuhi kewajiban (leverage). Dengan satu rasio saja kita tidak dapat dan tidak cukup untuk mendapatkan gambaran kondisi dan prestasi keuangan yang realistis. Namun demikian dengan sejumlah rasio kita dapat memberikan pertimbangan yang dapat diandalkan.

Sedangkan menurut Prastowo dan Julianty (2005:80) rasio merupakan teknik analisi laporan keuangan yang paling banyak digunakan. Rasio ini merupakan alat analisis yang dapat memberikan jalan keluar dengan menggambarkan gejala-gejala yang tampak suatu keadaan.


(34)

Jika diterjemahkan secara tepat, rasio juga dapat menunjukkan area-area yang memerlukan penelitian dan penanganan yang lebih dalam.

2.2.2.4. Jenis-Jenis Rasio Keuangan

Secara umum ada empat kelompok rasio keuangan yang dipilih dalam penelitian ini:

a. Rasio Likuiditas

Menurut Weston dan Brigham (1981:116) pada umumnya, yang pertama sekali menjadi perhatian seorang analis keuangan adalah tingkat likuiditas: apakah perusahaan tersebut mampu membayar hutangnya yang bakal jatuh tempo.

Dua rasio likuiditas yang umum digunakan yaitu rasio lancar (current ratio) dan rasio cair/acid test. Rasio lancar dihitung dengan membagi harta lancar dengan hutang lancar. Rasio lancar adalah yang paling umum digunakan untuk mengukur kesanggupan membayar hutang jangka pendek, karena rasio ini menunjukkan besarnya tagihan atas hutang jangka pendek oleh kreditor yang dapat ditutup oleh harta yang diharapkan dapat diubah menjadi uang kas dalam satu saat yang bersamaan dengan waktu pembayaran hutang tersebut. Rasio cair dihitung dengan mengurangkan persediaan dari harta lancar dan sisanya dibagi dengan hutang lancar.

Menurut Shapiro dan Balbirer (2000) dalam Meythi (2005), rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan


(35)

berhubungan dengan ukuran dan komposisi tentang posisi modal kerja perusahaan.

Ada dua ukuran likuiditas perusahaan yang dipakai dalam penelitian ini yaitu current ratio (CR), quick ratio (QR). CR didapat dengan membandingkan current assets dan current liabilities. Di samping itu, CR dapat menunjukkan tingkat keamanan kewajiban jangka pendek (margin of safety). QR adalah perbandingan antara

current assets dikurangi persediaan dengan current liabilities. QR

digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban lancar dengan menggunakan aktiva yang paling likuid (quick assets) yaitu kas, surat berharga, dan piutang.

b. Rasio Solvabilitas

Menurut Wild et al (2005:41) struktur modal dan solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya terhadap ekuitas perusahaan, dalam hal ini terdapat tiga macam rasio keuangan yaitu: total hutang terhadap ekuitas (total debt

to equity) yaitu total kewajiban dibagi dengan ekuitas pemegang

saham. Utang jangka panjang terhadap ekuitas (long term debt equity) yaitu kewajiban jangka panjang dibagi dengan ekuitas pemegang saham. Kelipatan bunga dihasilkan (time interest earned) yaitu laba sebelum pajak dan bebn bunga dibagi dengan beban bunga.

Menurut Machfoedz (1994) dalam Meythi (2005), rasio solvabilitas adalah rasio yang merupakan indikator kemampuan


(36)

perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban jangka panjangnya. Kreditur jangka pendek sangat berminat untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek, sedangkan kreditur jangka panjang selain ingin mengetahui kemampuan jangka pendek yang lebih penting lagi dapat mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang. Oleh karena itu, kreditur jangka panjang perlu mengetahui posisi keuangan perusahaan jangka pendek dan jangka panjang.

Ada empat ukuran soalvabilitas perusahaan yang dipakai dalam penelitian ini yaitu debt ratio (DR), equity to total assets (ETA), equity

to total liabilities (ETL), dan equity to fixed assets (EFA). DR adalah

perbandingan antara total kewajiban dibagi dengan total aktiva. ETA adalah rasio yang membandingan antara total ekuitas dengan jumlah aktiva perusahaan. Hal ini penting bagi kreditur, karena dapat mengukur kemampuan perusahaan untuk membiayai aktiva tetap dan ekuitas. Semakin tinggi rasio berarti semakin kecil modal pinjaman yang digunakan untuk membiayai aktiva perusahaan.

ETL adalah rasio yang mengukur hubungan antara jumlah ekuitas dengan total kewajiban (kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang).

EFA adalah rasio yang dihitung dengan membandingkan antara total ekuitas dengan total aktiva tetap, untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membeli aktiva tetap dengan ekuitas.


(37)

c. Rasio Profitabilitas

Menurut Weston dan Brigham (1981:122) rasio profitabilitas adalah hasil akhir sejumlah kebijaksanaan dan keputusan. Rasio-rasio terdahulu membicarakan beberapa hal yang menarik bagaimana perusahaan beroperasi, tetapi rasio profitabilitas memberikan jawaban akhir tentang bagaimana efektifnya perusahaan tersebut dikelola.

Rasio profitabilitas yang digunakan antara lain: margin laba atas penjualan (profit margin on sales), laba atas total harta (return on

total assets), dan hasil bersih pengembalian atas kekayaan bersih

(return on net worth). Margin laba atas penjualan dihitung dengan membagi laba setelah potongan pajak dengan penjualan, memberikan laba dari tiap rupiah penjualan. Rasio laba bersih terhadap total harta mengukur tingkat laba terhadap total investasi perusahaan (ROI). Rasio laba bersih setelah dikurangi pajak terhadap kekayaan bersih, mengukur tingkat laba atas investasi pemegang saham.

Menurut Weygandt et al (1996) dalam Meythi (2005) rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektifitas manajemen perusahaan secara keseluruhan, yang ditunjukkan dengan besarnya laba yang diperoleh perusahaan. Rasio profitabilitas diangganp sebagai alat yang paling valid dalam mengukur hasil pelaksanaan operasi perusahaan, karena rasio profitabilitas merupakan alat pembanding pada berbagai alternatif investasi yang sesuai dengan tingkat resiko.


(38)

Ada tiga ukuran profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu profit margin (PM), return on assets (ROA), dan return on

equity (ROE). PM adalah rasio yang menunjukkan laba yang mampu

dicapai perusahaan dalam satu periode. Ada dua jenis rasio yang termasuk dalam rasio profit margin, yaitu: net profit margin (NPM) dan gross profit margin (GPM). Net profit margin (NPM) adalah perbandingan antara laba bersih dengan penjualan bersih, sedangkan

gross profit margin (GPM) adalah perbandingan antara laba kotor

dengan penjualan bersih.

ROA adalah rasio untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari harta perusahaan. ROA diukur dengan perbandingan antara net income dengan total assets. ROE adalah rasio yang mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari modal yang diinvestasikan oleh pemilik perusahaan. ROE diukur dengan perbandingan antara net income dengan shareholder’s equity (net

worth).

d. Rasio Aktivitas

Menurut Weston dan Brigham (1981:120) rasio aktivitas mengukur bagaimana efektifnya perusahaan mengukur sumber-sumber (resources) yang ada dalam pengendaliannya. Rasio ini berisikan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi dalam berbagai harta. Dianggap bahwa suatu keseimbangan yang layak harus ada


(39)

antara penjualan dengan berbagai harta persediaan, piutang, harta tetap dan lain-lainnya.

Rasio aktivitas yang digunakan antara lain: perputaran persediaan (inventory turnover), periode pengumpulan rata-rata (average collection period), perputaran harta tetap (fixed asset

turnover), dan perputaran jumlah harta (total asset turnover).

Perputaran persediaan diidentifikasikan sebagai penjualan dibagi persediaan. Periode pengumpulan rata-rata, yaitu ukuran dari perputaran tagihan (account receivable turnover), dihitung dua tahap: (1) penjualan tahunan dibagi dengan 360 untuk mendapatkan rata-rata penjualan harian, dan (2) piutang dibagi dengan penjualan harian untuk mendapatkan jumlah hari penjualan yang terikat dalam piutang. Rasio penjualan terhadap harta tetap, mengukur perputaran dari bangunan dan peralatan. Perbandingan aktivitas final, yamg mengukur perputran semua harta perusahaan, dihitung dengan membagi penjualan dengan jumlah harta.

Menurut Shapiro dan Balbirer (2000) dalam Meythi (2005) rasio aktivitas adalah rasio yang mengenai seberapa baik perusahaan menggunakan sumber daya produktifnya. Ada empat ukuran rasio aktivitas yang dipakai dalam penelitian ini yaitu inventory turnover (ITO), average collection periode (ACP), fixed assets turnover (FAT),

total asset turnover (TAT). ITO adalah mengukur perputaran dana


(40)

penjualan dan persediaan. ACP adalah ukuran efektifitas penagihan piutang. ACP diukur dengan perbandingan antara piutang dengan penjualan perhari. Semakin besar rata-rata pengembalian piutang berarti semakin besar juga dana yang terserap dalam piutang. FAT adalah perbandingan antara penjualan dengan aktiva tetap. TAT adalah perbandingan antara penjualan dengan total aktiva.

2.2.3. Laba

2.2.3.1. Pengertian Laba

Sedangkan menurut Stice et al (2004:226) laba merupakan jumlah yang diberikan kepada investor dan kondisi perusahaan diakhiri periode masih sama baiknya atau kayanya.

Menurut Suwardjono (2005:509) definisi laba disebutkan sebagai tambahan kemampuan ekonomik yang ditandai dengan kenaikan kapital dalam suatu periode yang berasal dari kegiatan produktif dalam arti luas yang dapat dikonsumsi atau ditarik oleh entitas penguasa/pemilik kapital tanpa mengurangi kemampuan ekonomik kapital mula-mula (awal periode).

2.2.3.2. Relevansi Konsep Laba

Menurut Belkaoui (1987:230) laba merupakan suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang memiliki berbagai kegunaan dalam berbagai konsep. Laba umumnya dipandang sebagai suatu dasar bagi perpajakan, determinan pada kebijakan pembayaran deviden, pedoman investasi, pengambilan keputusan, dan unsur prediksi:


(41)

a. Laba adalah dasar bagi perpajakan dan pembagian kembali kekayaan dikalangan pribadi. Dikatakan laba kena pajak dihitung sesuai dengan aturan-aturan yang ditentukan oleh dinas perpajakan pemerintah.

b. Laba dianggap sebagai pedoman bagi kebijakan deviden dan penahanan laba suatu perusahaan. Namun pengakuan laba tidak menjamin bahwa deviden akan dibayar, karena perusahaan bisa mengakui laba dan pada saat bersamaan tidak mempunyai dana untuk membayar deviden.

c. Laba pada umumnya dipandang sebagai suatu investasi dan pedoman pengambilan keputusan. Telah umum dihipotesakan bahwa para investor berusaha untuk memaksimalisasi pengambilan atas modal yang diinvestasikan, yang sepadan dengantingkat resiko yang dapat diterima.

d. Laba dianggap sebagai suatu peralatan prediktif yang membantu dalam peramalan laba mendatang dan peristiwa ekonomi yang akan datang. Kenyataannya nilai laba dimasa lalu, yang didasarkan pada biaya historis dan nilai berjalan terbukti berguna dalam meramalkan nilai mendatang dari kedua versi laba.

e. Laba bisa dipandang sebagai suatu ukuran efisien. Laba adalah suatu ukuran kepengurusan manajemen atas sumber daya suatu kesatuan dan ukuran efisiensi manajemen dalam menjalankan usaha suatu perusahaan.


(42)

2.2.3.3. Perubahan Laba

Perubahan laba dalam penelitian ini diartikan sebagai perubahan persentase kenaikan (pertumbuhan) atau penurunan laba yang diperoleh perusahaan. perusahaan yang mempunyai kenaikan laba yang cepat dalam jangka panjang cenderung memiliki kinerja yang lebih baik dari pada perusahaan yang memiliki perubahan laba yang menurun.

Menurut Suwardjono (2005:509) laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai larena angka laba diharapkan cukup kaya untuk merepresentasi kinerja perusahaan secara keseluruhan. Laba dapat memberikan sinyal yang positif mengenai prospek perusahaan dimasa mendatang tentang kinerja perusahaan. Jika pertumbuhan labanya baik akan mencermikan kinerja perusahaan yang baik sehingga semakin tinggi laba yang dicapai perusahaan, mengindikasikan semakin bik pula kinerja perusahaan. Dengan demikian apabila rasio keuangan perusahaan baik, maka perumbuhan laba perusahaan juga baik.

2.2.3.4. Pengaruh Laporan Keuangan terhadap Prediksi Laba

Weston dan Brigham (1997:294) mengatakan nilai riil dari laporan keuangan terletak pada kenyataan bahwa laporan keuangan dapat digunakan untuk meramalkan laba dan deviden perusahaan dimasa mendatang.

Statement of Financial Accounting Concepst No.2 Qualitatif Characteristics of Accounting Information (FSAB 1980) juga menjelaskan


(43)

akuntansi agar tujuan pelaporan keuangan dapat tercapai adalah kemampuan prediksi. Hal ini menunjukkan bahwa informasi akuntansi seperti yang tercantum dalam pelaporan keuangan dapat digunakan oleh investor untuk saat ini dan investor potensial dalam melakukan prediksi penerimaan kas dan deviden serta bunga dimasa yang akan datang. Deviden yang akan diterima investor akan tergantung pada jumlah laba yang diperoleh perusahaan dimasa mendatang. Oleh karena itu, prediksi laba perusahaan dengan menggunakan informasi laporan keuangan menjadi sangat penting untuk dilakukan. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis rasio keuangan (Metyhi, 2005:254-271).

2.2.3.5. Pengaruh Rasio Likuiditas terhadap Laba

Weston dan Brigham (1997:295) mengatakan bahwa perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan, pembayara utang usahanya akan menjadi lebih lambat, pinjaman ke bank akan lebih banyak, dan sebagainya. Meningkatnya pinjaman ke bank akan menambah beban bunga perusahaan, sehingga akan mengurangi jumlah laba yang dihasilkan. Shim dan Siegel (1987:24) menyatakan likuiditas sangat penting untuk mendukung aktivitas bisnis, terutama pada saat keadaan memburuk. Jika posisi likuiditas perusahaan memburuk akan mengakibatkan resiko kredit yang buruk, serta tidak mampu menghasilkan laba dan membayar biaya-biaya pokok pada waktunya. Dengan demikian


(44)

semakin tinggi rasio likuiditas akan meningkatkan laba, yang dapat digambarkan adanya hubungan positif antara rasio likuiditas dengan laba. 2.2.3.6. Pengaruh Rasio Solvabilitas terhadap Laba

Helfert (1996:10) mengatakan bahwa semakin tinggi proporsi hutang dalam struktur modal, maka semakin besar modal yang digunakan untuk membayar bunga, dan semakin besar resiko bagi kelangsungan hidup perusahaan. Helfert (1996:162-163) juga mengatakan bahwa dengan adanya perluasan hutang ke struktur modal, maka pengembaalian atas modal akan melonjak tinggi, selama biaya bunga tidak melebihi daya penghasilan laba.

Dalam analisis laporan keuangan tampak bahwa penggunaan utang yang lebih tinggi akan memperbesar beban bunga sehingga akan menurunkan laba. Dengan demikian utang mempunyai hubungan negatif terhadap laba pada analisis laporan keuangan. Jika dilihat dari formulasi rasio solvabilitas dapat dikatakan bahwa rasio solvabilitas berhubungan positif terhadap utang. Maka rasio solvabilitas memiliki hubungan negatif pula terhadap laba.

2.2.3.7. Pengaruh Rasio Profitabilitas terhadap Laba

Shim dan Siegel (1987:28) menyatakan rasio profitabilitas merupakan sebuah indikator dari kondisi keuangan dan efektifitas manajemen perusahaan dalam kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dan pengembalian dari investasi. Keuntungan yang dihasilkan perusahaan mutlak memiliki hubungan sebanding yang


(45)

signifikan dengan rasio profitabilitas. Dengan demikian rasio profitabilitas berpengaruh positif terhadap laba.

2.2.3.8. Pengaruh Rasio Aktivitas terhadap Laba

Weston dan Brigham (1997:296) mengatakan jika perusahaan memiliki terlalu banyak aktiva, beban bunga akan terlalu tinggi dan karenanya laba akan sangat rendah. Semakin banyak jumlah aktiva akan memperbesar rasio perputaran aktiva suatu perusahaan. Shim dan Siegel (1987:27) mengatakan jika piutang dan perputaran persediaan cepat maka arus kas dari costomer dapat di investasikan untuk mengembalikan yang akan meningkatkan pendapatan bersih. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rasio aktivitas memiliki hubungan positif dengan perubahan laba.

2.3. Kerangka Pikir

Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya, maka akan dikemukakan sebagai premis dalam penelitian ini yaitu:

a. Premis 1

Nilai riil dalam laporan keuangan terletak pada kenyataan bahwa laporan keuangan dapat digunakan untuk meramalkan laba dan deviden perusahaan dimasa mendatang (Weston dan Brigham, 1997:294).

b. Premis 2

Bahwa construct rasio keuangan capital, assets, earnings, dan


(46)

perusahaan perbankan untuk periode satu tahu ke depan. Sedangkan untuk periode dua tahun ke depan ditemukan bahwa rasio keuangan tingkat individual tidak signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba. Namun demikian hasil analisis regresi menunjukkan bahwa tidak terdapat rasio keuangan yang signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba baik untuk periode satu tahun ke depan ataupun untuk periode dua tahun ke depan. (Zainuddin dan Hartono, 1999:66-90).

c. Premis 3

Bahwa rasio keuangan yang terdiri dari rasio likuiditas (CR dan QR), rasio solvabilitas (DR, ETA, ETL, dan EFA), rasio profitabilitas (PM, ROA, dan ROE), rasio aktifitas (ITO, ACP, FAT, dan TAT) dan rasio pertumbuhan (pertumbuhan laba PL) menunjukkan bahwa ROA yang baik dalam memprediksi pertumbuhan laba perusahaan manufaktur sector basic dan chemical untuk periode 2000-2003 (Meythi, 2005:254-271).

d. Premis 4

Bahwa analisis rasio keuangan dengan menggunakan regresi logistik dapat bermanfaat untuk memprediksi pertumbuhan laba satu tahun ke depan (Takarani dan Ekawati, 2003:253-270).

Berdasarkan premis-premis yang ada, penelitian sekarang ini adalah meneliti bagaimana construct rasio keuangan yang terdiri dari


(47)

terhadap perubahan laba pada perusahaan Transportasi dan Automotive yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

2.4. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah diduga bahwa rasio-rasio keuangan yang ada berpengaruh signifikan terhadap prediksi laba perusahaan Transportasi dan Automotive yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Rasio Likuiditas:

1. X1 : Current Ratio 2. X2 : Quick Ratio Rasio Solvabilitas:

3. X3 : Debt Ratio

4. X4 : Equity to Total Assets 5. X5 : Equity to Total Liabilities 6. X6 : Equity to Fixed Assets Rasio Profitabilitas:

7. X7 : Gross Profit Margin 8. X8 : Net Profit Margin 9. X9 : Return on Assets 10.X10 : Return on Equity Rasio Aktifitas:

11.X11 : Inventory Turnover 12.X12 : Average Collection Period 13.X13 : Fixed Assets Turnover 14.X14 : Total Assets Turnover

Y : Perubahan Laba


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen (X) dan variabel dependen (Y).

a. Variabel Independen (X)

Keseluruhan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Current Ratio (CR)

CR didapat dengan membandingkan current assets dan current liabilities. CR digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutang jangka pendek dengan harta perusahaan yang dapat segera diubah menjadi kas. Pengukuran variabel menggunakan skala rasio.

2) Quick Ratio (QR)

QR adalah perbandingan antara current assets dikurangi persediaan dengan current liabilities. QR digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban dengan menggunakan aktiva yang paling likuid (kas, surat berharga, piutang). Pengukuran variabel menggunakan skala rasio.


(49)

3) Debt Ratio (DR)

DR adalah perbandingan antara total kewajiban dibagi dengan total aktiva. Digunakan untuk mengetahui seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang. Pengukuran variabel menggunakan skala rasio.

4) Equity to Total Assets (ETA)

ETA adalah rasio yang membandingan antara total ekuitas dengan jumlah aktiva perusahaan. Digunakan untuk menunjukkan persentase investasi dalam total aktiva yang telah dibelanjai dengan dana yang berasal dari modal sendiri. Pengukuran variabel menggunakan skala rasio.

5) Equity to Total Liabilities (ETL)

ETL adalah rasio yang mengukur hubungan antara jumlah ekuitas dengan total kewajiban (kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang). Digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibanya diukur dari modal pemilik. Pengukuran variabel menggunakan skala rasio.


(50)

6) Equity to Fixed Assets (EFA)

EFA adalah rasio yang dihitung dengan membandingkan antara total ekuitas dengan total aktiva tetap, untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membeli aktiva tetap dengan ekuitas. Pengukuran variabel menggunakan skala rasio.

7) Gross Profit Margin (GPM)

GPM adalah perbandingan antara laba kotor dengan penjualan bersih. Digunakan untuk mengukur keuntungan perusahaan sebelum dikurangi bunga dan pajak. Pengukuran variabel menggunakan skala rasio.

8) Net Profit Margin (NPM)

NPM adalah perbandingan antara laba bersih dengan penjualan bersih. Digunakan untuk mengukur keuntungan perusahaan sehubungan dengan penjualan setelah dikurangi harga pokok penjualan. Pengukuran variabel menggunakan skala rasio.

9) Return on Assets (ROA)

ROA adalah rasio untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari tingkat pengembalian harta perusahaan. ROA diukur


(51)

dengan perbandingan antara net income dengan total assets. Pengukuran variabel menggunakan skala rasio.

10)Return on Equity (ROE)

ROE adalah rasio yang mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari modal yang diinvestasikan oleh pemilik perusahaan. Pengukuran variabel menggunakan skala rasio.

11)Inventory Turnover (ITO)

ITO adalah rasio yang mengukur perputaran dana yang tertanam pada inventory. ITO diukur dengan perbandingan antara penjualan dan persediaan. Pengukuran variabel menggunakan skala rasio.

12)Average Collection Period (ACP)

ACP adalah ukuran efektifitas penagihan piutang. ACP diukur dengan perbandingan antara piutang dengan penjualan perhari. Pengukuran variabel menggunakan skala rasio.


(52)

13)Fixed Assets Turnover (FAT)

FAT adalah perbandingan antara penjualan dengan aktiva tetap. Digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode. Pengukuran variabel menggunakan skala rasio.

14)Total Assets Turnover (TAT)

TAT adalah perbandingan antara penjualan dengan total aktiva. Digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva. Pengukuran variabel menggunakan skala rasio.

Keseluruhan variabel di atas merupakan variabel yang diambil langsung dari penelitian yang pernah dilakukan oleh Meythi (2005:254-271).

b. Variabel Dependen (Y)

Perubahan laba (Y) sebagai variabel dependen diproksikan dengan laba bersih (net income) yang merupakan prosentase perubahan laba bersih yang diperoleh perusahaan dalam tahun t dibandingkan dengan tahun t0 (tahun dasar). Dihitung dalam skala rasio dan dengan


(53)

Laba tahun dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah laba tahun 2004. Satuan pengukuran adalah dengan prosentase (%).

3.2. Teknik Penentuan Sampel

a. Populasi

Populasi dapat didefinisikan sebagai sekelompok orang, kejadian, atau segala sesuatu yang menarik bagi peneliti untuk diinvestigasi (Sekaran, 2006:121). Populasi yang digunakan dalam penelitan ini adalah seluruh perusahaan Transportasi dan Automotive yang terdaftar di BEI dalam kurun waktu 2005 sampai dengan tahun 2007.

b. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan Transportasi dan Automotive yang terdaftar di BEI. Adapun ketentuan dalam penentuan sampel ini dilakukan dengan teknik purposing sampling. Sampel diambil dari data populasi dengan memperhatikan kelengkapan laporan keuangan perusahaan. Metode purposing sampling adalah kemungkinan tujuan atau target tertentu dalam memilih sampel yang tidak acak. Kriteria sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Perusahaan Transportasi dan Automotive yang terdaftar di BEI yang menerbitkan laporan keuangan dari tahun 2005 sampai


(54)

dengan tahun 2007 yang lengkap dan sesuai dengan variabel yang akan diteliti.

2) Tahun buku laporan keuangan ini adalah yang berakhir pada 31 Desember.

3) Perusahaan Transportasi dan Automotiv yang dijadikan sampel adalah perusahaan dalam kategori perusahaan profitable (menghasilkan laba) selama periode penelitian.

Adapun 11 perusahaan tersebut yaitu:

1) PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk (HITS). 2) PT Indonesia Air Transport Tbk (IATA).

3) PT Mitra Rajasa Tbk (MIRA). 4) PT Steady Safe Tbk (SAFE).

5) PT Panorama Transportasi Tbk (WEHA). 6) PT Zebra Nusantara Tbk (ZBRA). 7) PT Astra International Tbk (ASII). 8) PT Astra Otoparts Tbk (AUTO). 9) PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA). 10)PT Intraco Penta Tbk (INTA).

11)PT Tunas Ridean Tbk (TURI).

3.3. Teknik Pengumpulan Data

a. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang berupa neraca dan laporan laba rugi dari perusahaan


(55)

Transportasi dan Automotive yang terdaftar di BEI mulai tahun 2005 sampai dengan tahun 2007. Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan dengan baik oleh pihak lain.

b. Sumber Data

Data laporan keuangan yang ada merupakan data yang telah diolah dan disajikan dalam Indonesian Capital Market Directory tahun 2007 dan Indonesian Capital Market Directory tahun 2008.

c. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan dokumentasi dari laporan keuangan yang terdapat di Indonesian Capital Market Directory tahun 2007 dan Indonesian Capital Market Directory tahun 2008.

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Teknik Analisis

Sesuai dengan tujuan dan hipotesis penelitian yang dilakukan, maka keterkaitan antara variabel penelitian dapat digambarkan secara spesifik dalam model regresi linier berganda. Analisis ini dapat digunakan untuk menerangkan tingkat ketergantungan satu variabel terikat dengan satu atau lebih variabel bebas. Berdasarkan variabel-variabel yang telah diuraikan di muka maka model regresi linier berganda dirumuskan sebagai berikut:


(56)

Y=b0+b1X1+b2X2+b3X3+…..+bnXn+ei (Sulaiman, 2004:80)

Dimana:

Y = perubahan laba Earning After Tax (% ∆ Laba). X1-Xn = rasio keuangan dari X1 sampai dengan Xn.

b0 = konstanta.

ei = kesalahan eror.

b1-bn = koefisien regresi variabel X1 sampai dengan Xn.

3.4.2. Uji Kualitas Data 3.4.2.1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2006:110). Dalam penelitian ini untuk pengujian normalitas digunakan alat uji Kolmogorov-Smirnov (K-S).

Dalam pengambilan keputusan apakah distribusi data mengikuti distribusi normal atau tidak adalah sebagai berikut:

a. Jika nilai signifikan <0,05 maka distribusi adalah tidak normal. b. Jika nilai signifikan >0,05 maka distribusi adalah normal.

3.4.3. Uji Asumsi Klasik

Persamaan regresi linier berganda yang terbentuk harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya untuk pengambilan keputusan tidak boleh bias. Untuk menghasilkan pengambilan keputusan yang tidak bersifat bias atau BLUE, maka harus dipenuhi:


(57)

a. Uji Multikolinieritas

Menurut Imam Ghozali (2006:91), Multikolinieritas terjadi apabila variabel dependen satu sama lain atau dengan kata lain variabel independen saling berkorelasi. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Deteksi Multikolinieritas bisa dilakukan dengan melihat:

1) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu model regresi sangat tinggi tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang tidak signifikan dalam mempengaruhi variabel dependen.

2) Nilai VIF (Variation Inflation Factor) lebih besar dari 10 atau nilai toleransi lebih kecil dari 0,1.

b. Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (Ghozali, 2006:95). Masalah ini timbul karena residual tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan uji Durbin-Watson (DW Test). Daerah distribusi keputusan autokorelasi adalah sebagai berikut:

1) Jika hipotesis H0 adalah bahwa tidak ada serial korelasi positif,

maka jika:

d<dL : menolak H0.


(58)

dL•d•du : pengujian tidak meyakinkan.

2) Jika hipotesis H0 adalah bahwa tidak ada serial korelasi negatif,

maka jika:

d>4-dL : menolak H0.

d>4-du : tidak menolak H0.

4-du•d•4- dL : pengujian tidak meyakinkan.

3) Jika H0 adalah dua ujung yaitu bahwa tidak ada serial Autokorelasi

baik positif ataupun negatif, maka jika: d<dL : menolak H0.

d>4-dL : menolak H0.

du<d<4- du : tidak menolak H0.

atau:

dL•d•du : pengujian tidak meyakinkan.

4-du•d•4- dL : pengujian tidak meyakinkan.

c. Uji Heteroskedastisitas

Satu asumsi penting dari model regresi linier klasik adalah bahwa gangguan (disturbance) µi yang muncul dalam fungsi regresi

populasi adalah homoskedastik yaitu semua gangguan tadi mempunyai varians yang sama (Gujarati, 1999:177). Dalam penelitian ini pendeteksian Heteroskedastisitas adalah dengan pengujian Korelasi Rank dari Spearman, dengan ketentuan sebagai berikut (Gujarati, 1995:188):


(59)

2) Jika nilai probabilitas >0,05 maka bebas Heteroskedastisitas.

3.4.4. Uji Hipotesis

a. Uji Signifikan F (Uji F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan ke dalam model regresi mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

Hipotesis nol (H0) yang akan diuji adalah apakah semua

parameter dalam model regresi sama dengan nol, atau: H0 : b1= b2= b3= ……….= bk= 0

Artinya, bahwa tidak ada kecocokan model antara X1, X2, X3, …, Xk

dalam mempengaruhi (Y).

Sedangkan hipotesis alternatife (Ha) tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol, atau:

Ha : b1• b2• b3• ……….• bk• 0

Artinya, bahwa ada kecocokan model antara X1, X2, X3, …, Xk dalam

mempengaruhi (Y).

Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:

1) H0 diterima dan Ha ditolak jika nilai signifikan •0,05. 2) H0 ditolak dan Ha diterima jika nilai signifikan <0,05.

Nilai F hitung bisa dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:


(60)

Keterangan:

k = banyaknya variabel bebas. n = jumlah data.

R2 = koefisien determinasi. b. Uji signifikan t (Uji t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual/parsial untuk menerangkan variasi variabel dependen dalam model regresi.

Hipotesis nol (H0) yang akan diuji adalah apakah suatu

parameter (bi) sama dengan nol, atau: H0 : bi = 0

Artinya, bahwa tidak terdapat pengaruh X1,X2,X3 terhadap (Y).

Hipotesis alternatife (Ha) adalah bahwa parameter suatu variabel tidak sama dengan nol, atau:

Ha : bi • 0

Artinya, bahwa terdapat pengaruh X1,X2,X3 terhadap (Y). Cara melakukan uji t adalah sebagai berikut:

1) H0 diterima dan Ha ditolak jika nilai signifikansi •0,05. 2) H0 ditolak dan Ha diterima jika nilai signifikansi <0,05.

Nilai t hitung dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:


(61)

Keterangan:

t

hitung = t hasil perhitungan.

bi = koefisien regresi. Se(bi) = standar error.


(62)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

Menggambarkan sejarah singkat, situasi dan kondisi, kegiatan, tempat obyek penelitian dilakukan.

a. PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk (HITS)

PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk. (“Perseroan”) didirikan berdasarkan Akta Notaris Kemas Abdullah, S.H. No.464 tanggal 21 Desember 1992. Ruang lingkup kegiatan Perseroan meliputi bidang transportasi laut dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan transportasi laut. Perseroan berdomisili di Jakarta. Kegiatan Perseroan terutama mencakup pengiriman methanol, gas alam cair (LNG), minyak mentah, bahan bakar minyak, bahan kimia, peti kemas, batu bara serta kargo laut lainnya. Perseroan juga menyediakan kru kapal dan jasa manajemen kepada pemilik-pemilik kapal.

b. PT Indonesia Air Transport Tbk (IATA)

PT Indonesia Air Transport (Perusahaan) didirikan dalam rangka Undang-Undang Penanaman Modal Asing No.1 tahun 1967 berdasarkan Akta No.14 tanggal 10 September 1968 dari Notaris Frederik Alexander Tumbuan, SH. Ruang lingkup kegiatan usaha Perusahaan adalah dalam bidang pengangkutan udara, menyewakan


(63)

dan/atau menyewa, industri perbengkelan pesawat udara dan komponen, serta perdagangan. Perusahaan beroperasi secara komersial pada tahun 1969 dengan daerah operasi di Balikpapan (Kalimantan Timur) dan Jakarta. Perusahaan beralamat di Jl. Baru Skatek – Apron Selatan, Halim Perdanakusuma Airport, Jakarta.

c. PT Mitra Rajasa Tbk (MIRA)

PT Mitra Rajasa (Perusahaan) didirikan berdasarkan Akta Notaris Ridwan Suselo, SH No.285 tanggal 24 April 1979. Ruang lingkup kegiatan Perusahaan adalah bidang usaha jasa pengangkutan darat baik pengangkutan barang maupun penumpang secara borongan atau carter.

d. PT Steady Safe Tbk (SAFE)

PT Steady Safe Tbk (”Perusahaan”) didirikan di Republik Indonesia pada tanggal 21 Desember 1971 dengan nama PT Tanda Widjaja Sakti dalam rangka Undang-undang Penanaman Modal Dalam Negeri No.6 tahun 1968 juncto Undang-undang No.12 tahun 1970 berdasarkan akta Notaris Ridwan Suselo, No.97. Ruang lingkup kegiatan Perusahaan meliputi usaha pengangkutan, perbengkelan, perdagangan dan real estat. Sampai saat ini Perusahaan tidak melakukan kegiatan usaha di bidang perdagangan dan real estat.

e. PT Panorama Transportasi Tbk (WEHA)

PT Panorama Transportasi Tbk (Perusahaan) didirikan berdasarkan Akta No.76 tanggal 11 September 2001 dari Rachmat


(64)

Santoso, S.H., notaries di Jakarta. Ruang lingkup Perusahaan adalah dalam bidang pengangkutan darat, yang meliputi transportasi penumpang dan transportasi pengangkutan. Perusahaan memulai usahanya secara komersial pada tahun 2001. Perusahaan berkantor pusat di Jl. Tanjung Selor No.17, Jakarta dan berdomisili usaha di Jl. Husein Sastranegara No.15, Rawa Bokor-Tangerang.

f. PT Zebra Nusantara Tbk (ZBRA)

PT Zebra Nusantara Tbk (Perusahaan) didirikan dengan nama PT Zebra dalam rangka Undang-undang Penanaman Modal Dalam Negeri No.6 tahun 1968 jo Undang-undang No.12 tahun 1970 berdasarkan akta No.46 dari Soetjipto, S.H., notaris di Surabaya. Perusahaan berdomisili di Surabaya, Jawa Timur dengan daerah pengoperasian di Surabaya. Kantor Pusat Perusahaan beralamat di Jl. Jemursari Selatan IV/3, Surabaya. Ruang lingkup kegiatan Perusahaan terutama adalah di bidang angkutan taksi dan jasa lainnya yang serupa. Perusahaan mengoperasikan taksi “Zebra” dan menyewakan limousine di Surabaya.

g. PT Astra International Tbk (ASII)

PT Astra International Tbk (“Perseroan”) didirikan pada tahun 1957 dengan nama PT Astra International Incorporated. Pada tahun 1990, Perseroan mengubah namanya menjadi PT Astra International Tbk. Perseroan berdomisili di Jakarta, Indonesia, dengan kantor pusat di JI. Gaya Motor Raya No.8, Sunter II, Jakarta. Ruang lingkup


(65)

kegiatan Perseroan seperti yang tertuang dalam Anggaran Dasarnya adalah perdagangan umum, perindustrian, jasa pertambangan, pengangkutan, pertanian, pembangunan dan jasa konsultasi. Ruang lingkup kegiatan utama anak perusahaan meliputi perakitan dan penyaluran mobil, sepeda motor berikut suku cadangnya, penjualan dan penyewaan alatalat berat, pertambangan dan jasa terkait, pengembangan perkebunan, jasa keuangan, infrastruktur, dan teknologi informasi.

h. PT Astra Otoparts Tbk (AUTO)

PT Astra Otoparts Tbk (“Perusahaan”) didirikan dengan akta notaris No.50 tanggal 20 September 1991 dari Rukmasanti Hardjasatya, S.H., notaris di Jakarta, dengan nama PT Federal Adiwiraserasi. Ruang lingkup kegiatan Perusahaan terutama bergerak dalam perdagangan suku cadang kendaraan bermotor baik lokal maupun ekspor dan menjalankan usaha dalam bidang industri logam, suku cadang kendaraan bermotor dan industry plastik.

i. PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA)

PT Hexindo Adiperkasa Tbk (“Perusahaan”) didirikan di Indonesia Akta Notaris Mohamad Ali, S.H., No.37 tanggal 28 November 1988. Kegiatan usaha Perusahaan adalah perdagangan dan persewaan alat berat serta pelayanan purna jual. Saat ini, Perusahaan bertindak selaku distributor alat-alat berat jenis tertentu dan suku cadang dari merek Hitachi, John Deere, dan Krupp. Perusahaan


(66)

berkedudukan di Jakarta dan berlokasi di Kawasan Industri Pulo Gadung, Jalan Pulo Kambing II Kav. I-II No.33, Jakarta 13930.

j. PT Intraco Penta Tbk (INTA)

PT Intraco Penta Tbk (Perusahaan atau Induk Perusahaan) didirikan berdasarkan Akta No.13 tanggal 10 Mei 1975 dari Milly Karmila Sareal, S.H., notaris di Jakarta. Ruang lingkup kegiatan Perusahaan terutama meliputi bidang perdagangan dan penyewaan alat-alat berat dan suku cadang, serta memberikan jasa pelayanan yang berkenaan dengan perakitan dan perbengkelan.

k. PT Tunas Ridean Tbk (TURI)

PT Tunas Ridean Tbk (“Perseroan”) didirikan berdasarkan Akta Notaris Winanto Wiryomartani, S.H., No.102 tertanggal 24 Juli 1980. Ruang lingkup kegiatan Perusahaan dan anak perusahaan (bersama-sama disebut “Grup”) terbagi dalam dua divisi sesuai dengan kegiatan utamanya: Keagenan penjualan kendaraan bermotor, yang berkedudukan di Jakarta dan Lampung. Keagenan yang berkedudukan di Jakarta dilaksanakan oleh PT Tunas Ridean Tbk (induk perusahaan), PT Tunas Mobilindo Parama (”TMP”), PT Tunas Mobilindo Perkasa (”TMP2”), PT Surya Mobil Megahtama (”SMM”), PT Tunas Asset Sarana (’’TAS’’), dan yang berkedudukan di Lampung dilaksanakan oleh PT Tunas Dwipa Matra (”TDM”). Jasa keuangan dan sewa, yang berkedudukan di Jakarta, dilaksanakan oleh PT Tunas Financindo


(67)

Sarana (“TFS”) dan PT Surya Sudeco (”SS”). Pada tahun 2007, TAS merupakan perusahaan yang tidak aktif (2006: TAS dan SMM).

4.2. Diskripsi Hasil Penelitian

Setelah dilakukan pengumpulan data yang diperlukan untuk tujuan penelitian. Selanjutnya data tersebut diolah agar dapat diketahui dan ditarik kesimpulan untuk menjawab hipotesis yang dikemukakan sebelumnya.

4.2.1. Current Ratio (CR)

Rasio lancar atau current ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan.

Tabel 4.2.1 : Data Current Ratio

Tahun

No. Nama Perusahaan

2005 2006 2007 1 PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk (HITS) 1,20 0,90 1,90 2 PT Indonesia Air Transport Tbk (IATA) 0,82 1,56 1,08

3 PT Mitra Rajasa Tbk (MIRA) 0,83 0,63 0,49

4 PT Steady Safe Tbk (SAFE) 0,05 0,03 0,07

5 PT Panorama Transportasi Tbk (WEHA) 0,47 0,34 0,81

6 PT Zebra Nusantara Tbk (ZBRA) 0,35 0,39 0,36

7 PT Astra International Tbk (ASII) 0,74 0,78 0,91

8 PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) 1,71 1,75 2,16

9 PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA) 1,32 1,11 1,15

10 PT Intraco Penta Tbk (INTA) 2,02 3,37 2,57

11 PT Tunas Ridean Tbk (TURI) 1,20 1,15 1,15

Sumber : Lampiran 2, Tabel 1, 2, 3.

Berdasarkan table 4.2.1 di atas dapat diketahui bahwa selama tahun 2005-2007 perusahaan yang memiliki nilai current ratio tertinggi adalah PT Intraco Penta Tbk (INTA) pada tahun 2006 dengan nilai 3,37. Semakin tinggi current ratio semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam


(68)

membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih.

4.2.2. Quick Ratio (QR)

Rasio cepat (quick ratio) atau rasio sangat lancar (acid test ratio) merupaka rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan (inventory).

Tabel 4.2.2 : Data Quick Ratio

Tahun

No. Nama Perusahaan

2005 2006 2007

1 PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk (HITS) 1,17 0,88 1,87 2 PT Indonesia Air Transport Tbk (IATA) 0,31 0,83 0,48

3 PT Mitra Rajasa Tbk (MIRA) 0,71 0,57 0,48

4 PT Steady Safe Tbk (SAFE) 0,04 0,03 0,06

5 PT Panorama Transportasi Tbk (WEHA) 0,45 0,33 0,79

6 PT Zebra Nusantara Tbk (ZBRA) 0,20 0,27 0,25

7 PT Astra International Tbk (ASII) 0,50 0,58 0,70

8 PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) 1,09 1,19 1,51

9 PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA) 0,40 0,46 0,48

10 PT Intraco Penta Tbk (INTA) 0,98 2,06 1,62

11 PT Tunas Ridean Tbk (TURI) 1,01 1,03 1,04

Sumber : Lampiran 2, Tabel 1, 2, 3.

Berdasarkan table 4.2.2 di atas dapat diketahui bahwa selama tahun 2005-2007 perusahaan yang memiliki nilai quick ratio tertinggi adalah PT Intraco Penta Tbk (INTA) pada tahun 2006 dengan nilai 2,06. Semakin tinggi current ratio semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan (inventory).


(69)

4.2.3. Debt Ratio (DR)

Debt Ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk

mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.

Tabel 4.2.3 : Data Debt Ratio

Tahun

No. Nama Perusahaan

2005 2006 2007

1 PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk (HITS) 0,55 0,44 0,32 2 PT Indonesia Air Transport Tbk (IATA) 0,58 0,38 0,55

3 PT Mitra Rajasa Tbk (MIRA) 0,77 0,77 0,52

4 PT Steady Safe Tbk (SAFE) 1,13 1,40 1,37

5 PT Panorama Transportasi Tbk (WEHA) 0,56 0,54 0,36

6 PT Zebra Nusantara Tbk (ZBRA) 0,49 0,50 0,44

7 PT Astra International Tbk (ASII) 0,60 0,54 0,50

8 PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) 0,38 0,35 0,32

9 PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA) 0,68 0,71 0,72

10 PT Intraco Penta Tbk (INTA) 0,64 0,63 0,63

11 PT Tunas Ridean Tbk (TURI) 0,74 0,75 0,74

Sumber : Lampiran 2, Tabel 4, 5, 6.

Berdasarkan table 4.2.3 di atas dapat diketahui bahwa selama tahun 2005-2007 perusahaan yang memiliki nilai debt ratio tertinggi adalah PT Panorama Transportasi Tbk (WEHA) pada tahun 2006 dengan nilai 1,40. Semakin tinggi debt ratio semakin besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang.

4.2.4. Equity to Total Assets (ETA)

Equity to Total Assets adalah rasio yang membandingan antara

total ekuitas dengan jumlah aktiva perusahaan. Digunakan untuk menunjukkan persentase investasi dalam total aktiva yang telah dibelanjai dengan dana yang berasal dari modal sendiri.


(70)

Tabel 4.2.4 : Data Equity to Total Assets

Tahun

No. Nama Perusahaan

2005 2006 2007

1 PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk (HITS) 0,48 0,55 0,66 2 PT Indonesia Air Transport Tbk (IATA) 0,42 0,62 0,45

3 PT Mitra Rajasa Tbk (MIRA) 0,23 0,23 0,48

4 PT Steady Safe Tbk (SAFE) -0,13 -0,40 -0,38

5 PT Panorama Transportasi Tbk (WEHA) 0,43 0,44 0,62

6 PT Zebra Nusantara Tbk (ZBRA) 0,51 0,50 0,56

7 PT Astra International Tbk (ASII) 0,33 0,39 0,42

8 PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) 0,54 0,62 0,65

9 PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA) 0,32 0,29 0,28

10 PT Intraco Penta Tbk (INTA) 0,35 0,37 0,37

11 PT Tunas Ridean Tbk (TURI) 0,23 0,24 0,26

Sumber : Lampiran 2, Tabel 4, 5, 6.

Berdasarkan table 4.2.4 di atas dapat diketahui bahwa selama tahun 2005-2007 perusahaan yang memiliki nilai equity to total assets tertinggi adalah PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk (HITS) pada tahun 2007 dengan nilai 0,66. Semakin tinggi equity to total assets semakin besar persentase investasi dalam total aktiva yang telah dibelanjai dengan dana yang berasal dari modal sendiri.

4.2.5. Equity to Total Liabilities (ETL)

Equity to Total Liabilities adalah rasio yang mengukur hubungan

antara jumlah ekuitas dengan total kewajiban (kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang). Digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibanya diukur dari modal pemilik.

Tabel 4.2.5 : Data Equity to Total Liabilities

Tahun

No. Nama Perusahaan

2005 2006 2007

1 PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk (HITS) 0,86 1,25 2,07 2 PT Indonesia Air Transport Tbk (IATA) 0,73 1,64 0,83


(1)

yang signifikan dengan alpha 0,1 yaitu net profit margin yang mewakili faktor profitabilitas.

Untuk prediksi dua tahun ke depan, yaitu net worth to sales yang mewakili faktor rasio produktivitas yang signifikan dengan alpha 0,1. Sehingga rasio ini tidak dapat dipergunakan untuk memprediksi perubahan laba dua tahun ke depan, karena R2 kecil sekali, tetapi hasil ini sesuai dengan penelitian Machfoedz (1994) dan hasil penelitian menunjukkan penurunan kebenaran prediksi model secara keseluruhan adalah sebesar 15%.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah diaplikasikannya rasio-rasio keuangan untuk memprediksi laba. Selain itu juga penelitian ini juga merupakan pengembangan dari penelitian yang pernah dilakukan oleh Meythi (2005) dengan perbedaan yaitu pengembangan metode, tahun periode penelitian, dan objek penelitian yaitu berfokus pada perusahaan Transportasi dan Automotive yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berdasarkan laporan keuangan tahun 2005-2007.

4.6. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan yang dapat diperbaiki pada penelitian berikutnya yaitu :

a. Perusahaan yang dipilih dalam penelitian ini sebagai sampel kemungkinan terlalu sedikit.


(2)

91

b. Periode pengamatan yang terlalu pendek dari tahun 2005 sampai dengan 2007.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian tentang analisis laporan keuangan dalam memprediksi perubahan laba pada perusahaan transportasi dan automotive yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005 sampai dengan 2007 adalah sebagai berikut:

Hasil analisis menunjukkan semua variabel independen (X) yang dimasukkan ke dalam model regresi tidak mempunyai kecocokan terhadap variabel dependen (Y), tetapi pengujian secara individual membuktikan ada variabel independen Gross Profit Margin (GPM), Return on Assets (ROA), Average Collection Period (ACP), dan Total Assets Turnover (TAT) yang berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen Perubahan Laba (Y).

5.2. Saran

Terdapat beberapa saran yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya, yaitu:

a. Sebaiknya penelitian selanjutnya menggunakan periode pengamatan yang lebih panjang. Karena dalam penelitian ini periode pengamatan terlalu pendek yaitu dari tahun 2005 sampai dengan 2007.


(4)

93

b. Sebaiknya penelitian selanjutnya menambahkan sampel penelitian yang lebih banyak. Karena dalam penelitian ini data yang digunakan hanya sebelas perusahaan.


(5)

Yogyakarta

Anonim, 2008, Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian dan Skripsi Jurusan

Akuntansi, Fakultas Ekonomi, UPN ”Veteran” Jawa Timur.

Belkaoui, Ahmed, 1987, Teori Akuntansi, Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta.

Ghozali, H. Imam, 2006, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Badan Penelitian Universitas Diponegoro, Semarang.

Gujarati Damodar, 1999 Ekonometrika Dasar, Alih bahasa Sumarno Zain, Erlangga, Jakarta.

Helfert, Erich A, 1996, Teknik Analisis Keuangan : Petunjuk Untuk Mengelola

dan Mengukur Kinerja Perusahaan, Edisi Kedelapan,

Cetakan1, Herman Wibowo, Erlangga, Jakarta.

Horne, James C. Van, 1986, Dasar Dasar Manjemen Keuangan, Jilid 1, Erlangga, Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta,2009.

Kasmir, 2008, Analisis Laporan Keuangan, PT RajaGrafindo Perkasa, Jakarta. Kieso, Donald E, Weygandt, Warfield, 2002, Akuntansi Intermediet, Edisi

Kesepuluh, Jilid 1, Erlangga, Jakarta.

Meythi, Rasio Keuangan Yang Paling Baik Untuk Memprediksi Pertumbuhan Laba: Suatu Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, vol.XI, no.2, September 2005: 254-271.

Prastowo D dan Julianty R, 2005, Analisis Laporan Keuangan, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Raharjo Ivon Dwi dan Linda Kusumanung W, Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba Dimasa Yang Akan Datang Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEJ, Akuntansi dan

Teknologi Informasi Informasi, Vol.4, no.2, November 2005:


(6)

Sekaran, Uma, 2006, Metodologi Penelitian Untuk Bisnis, Edisi Keempat, Salemba Empat, Jakarta.

Shim, Jae K, and Siegel, Joe G, 1987, Scaum’s Outline of Theory and Problem

of Managerial Finance, International Edition, Mc. Hill Inc,

Singapore.

Stice, Stice, Skousen, 2004, Intermediete Accounting, Edisi Kelimabelas, Saalemba Empat, Jakarta.

Sulaiman, Wahid, 2004, Analisis Regresi Menggunakan SPSS Contoh Kasus

Dan Pemecahan, Andi, Yogyakarta.

Suwardjono, 2005, Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan, Edisi Ketiga, BPFE, Yogyakarta.

Takarini Nurjanti dan Erni Ekawati, Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur di Pasar Modal Indonesia, Ventura, Vol.6, no.3, Desember 2003: 253-270.

Weston, J. Fred, and Brigham, Eugene F, 1981, Manajemen Keuangan, Jilid 1, Erlangga, Jakarta.

, 1997, Dasar Dasar Manajemen Keuangan, Edisi kesembilan, Jilid 1, Erlangga, Jakarta.

Wild, John J, Subramanyam, Halsey, 2005, Analisis Laporan Keuangan, Edisi 8, Buku 1, Salemba Empat, Jakarta.

Zainuddin dan Jogiyanto Hartono, Manfaat Rasio Keuangan dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba: Suatu Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Riset


Dokumen yang terkait

Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi Perubahan Laba pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2 39 105

ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN TRANSPORTATION SERVICES Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba Pada Perusahaan Transportation Services Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 13

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI PERUBAHAN LABA PADA Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba Pada Perusahaan Transportation Services Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 16

ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 3 14

PENDAHULUAN Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 3 8

ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 16

PENGARUH RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR Pengaruh Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 14

PENGARUH RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR Pengaruh Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 4 15

ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur (Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010).

0 2 14

ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI PERUBAHAN LABA PERUSAHAAN MANUFAKTUR Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (2007-2009).

0 0 13