Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) dalam pembelajaran ekonomi untuk meningkatkan prestasi belajar belajar siswa studi kasus pada siswa kelas X SMA Stella D

(1)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) DALAM

PEMBELAJARAN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN

PRESTASI BELAJAR SISWA

Studi Kasus Pada Siswa Kelas X SMA Stella Duce 1 Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

IRENE SEPTILYA WAHYU INDAH AYUDIANY NIM: 061334044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2010


(2)

(3)

(4)

iv

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan karya ini kepada :

Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan anugrah

Yang telah diberikan kepada penyusun

Papa dan Mama, terimakasih atas cinta

dan kasih sayangnya selama ini,

kupersembahkan baktiku untuk membalas semua


(5)

v

MOTTO

Kejarlah cita-citamu untuk memperoleh apa

yang kamu inginkan

Jangan takut untuk mencoba

dan jangan takut akan kegagalan yang menghadang

karena kegagalan bukan akhir dari segalanya

untuk memperoleh kesuksesan,

Teruslah berusaha selagi masih mampu

dan masih mau untuk memperjuangkannya


(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini merupakan karya asli saya yang tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 25 Agustus 2010


(7)

vii

LEMBAR PERYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Irene Septilya Wahyu Indah Ayudiany

Nomor Mahasiswa : 061334044

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES

TURNAMENT (TGT) DALAM PEMBELAJARAN EKONOMI UNTUK

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA”. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 25 Agustus 2010

Yang menyatakan


(8)

viii ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) DALAM PEMBELAJARAN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA

Studi Kasus Pada Siswa Kelas X SMA Stella Duce 1 Yogyakarta

Irene Septilya W. I. A. Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran ekonomi dengan pokok bahasan konsumsi dan investasi melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas XB, SMA Stella Duce 1 Yogyakarta. Komponen-komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah presentasi materi, pembagian kelompok, games, turnamen, dan penghargaan kepada kelompok. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam satu siklus yang terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi kegiatan guru, lembar observasi kegiatan siswa, lembar observasi kegiatan kelas, lembar observasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran, instrumen pengamatan kelas, lembar observasi kegiatan belajar siswa dalam kelompok, dan instrumen refleksi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.

Berdasarkan hasil analisis penelitian pada siklus I dapat disimpulkan sebagai berikut: penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas XB. Peningkatan hasil belajar siswa tersebut tampak dari nilai yang dicapai oleh siswa pada waktu pre test dan post test. Rata-rata peningkatan nilai kelas adalah 1,81 atau 26%. Pada saat pre test rata-rata skor siswa dalam kelas mencapai 5,20 sedangkan rata-rata skor siswa setelah post test naik menjadi 7,01. Peningkatan nilai siswa ini telah melampaui target yang ditetapkan. Pada awal penelitian, target yang ditetapkan sebesar 20%. Jadi bila dibandingkan dengan target yang ditetapkan ada selisih sebesar 6%. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada mata pelajaran Ekonomi dalam penelitian ini sudah dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XB SMA Stella Duce 1 Yogyakarta.


(9)

ix ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) IN THE ECONOMICS

TO IMPROVE STUDENTS’ ACHIEVEMENT OF LEARNING A Case Study on the First Grade of One Stella Duce Senior High School

Yogyakarta Irene Septilya W. I. A. Sanata Dharma University

Yogyakarta 2010

This research aims to know how the achievement of the students on learning economics with the main topic of discussion was the consumption and the investment through the implementation of cooperative learning model type Teams Games Tournaments (TGT).

This research was done at the students of XB, One Stella Duce Senior High School of Yogyakarta. The main components of the cooperative learning type TGT were material presentation, group sharing, games, tournament, and the appreciation to the group. The implementation of this classroom action research was done in one cycle which consisted of four stages, namely planning, action, observation, and reflection. The data collection were done by using observation sheets of the teachers’ activities, observation sheets of the students, observation sheets of the class activities, observation sheets of the teachers’ activities in teaching-learning process, the instruments of the class observation, observation sheets of the students’ activities on the group, and the instruments of the reflection. The data which were obtained were analyzed by using descriptive and comparative analysis.

Based on the analysis, the result of the research in the first cycle, can be concluded as follows: the implementation of the cooperative learning model type TGT can improve the students’ of XB achievement on learning economics. It can be seen from the grades which the students reach on the pre test and post test. On the average, the improvement of the class grades was 1,81 or 26 %. On the pre test, the students’ score on the class reached on the average of 5,20, whereas the students’ score after the post test became 7,01. The students’ grades improvement has been exceeded the determined target. On the early research, the determined target was in the amount of 20 %. So, if it is compared with the determined target, there is difference in the amount of 6 %. It shows that the implementation of the cooperative learning model type TGT on the economics study in this research has been able to improve the achievement of the students of XB One Stella Duce Senior High School of Yogyakarta.


(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih-Nya yang besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TURNAMENT (TGT) DALAM PEMBELAJARAN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA”.

Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Akuntansi. Penulis menyadari bahwa keberhasilan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta; sekaligus selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan, memberikan nasehat, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;

4. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd. selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;

5. Bapak Drs. Bambang Purnomo, S.E., M.Pd. selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;

6. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan;

7. Tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah membantu kelancaran proses belajar selama ini;


(11)

xi

8. SMA Stella Duce 1 Yogyakarta, yang telah memberikan izin dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini;

9. Ibu L. Gunawati Sintadewi, S.Pd. selaku guru mitra dalam penelitian tindakan kelas ini;

10. Siswi-siswi kelas X-B SMA Stella Duce 1 Yogyakarta selaku subjek dalam penelitian ini;

11. Seluruh keluargaku: kedua orang tuaku Bapak Soedarminto, S.IP dan Ibu Dra. Yulita Indriyani, serta adik-adikku tercinta Geovany dan Cicilia, terima kasih atas doa, semangat, dukungan materiil, dan dukungan moral yang telah diberikan selama ini;

12. Keluarga besar om Yusuf Budiono, tante Emilia Indraswari, Wulan, dan Satria terima kasih atas bantuan, dukungan, serta doanya;

13. Masku Renatus Sigit terkasih terima kasih untuk waktu dan perhatian yang selalu diberikan untuk menemani hari-hariku selama ini, untuk segala kesabaran dan pengertianmu dalam menghadapi aku, bantuan, semangat, serta doa yang telah kamu berikan selama ini;

14. Sahabat-sahabatku tersayang Galih, Djinonk, Niken, dan Ninin, terima kasih atas segala bantuan, dukungan, doa, semangat, fasilitas dan akomodasi yang telah diberikan, keceriaan, tawa, senyum kalian serta tempatku berbagi dan berkeluh kesah. Kalian adalah keluarga keduaku di kampus;

15. Teman-teman yang telah banyak membantu dan mau direpotkan, Tyo, Wahyu, Dety, Pristi, Dwi Setya, Yosafat, Ardi Eka, Rara, Mbak Wati, Johan, Andre, Mas Eka, Mas Adi, Siera, Devi, Ajeng, Yunita, Alvian, Mas Angga, Adit, dan seluruh teman-teman PAK angkatan 2006 yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih atas kebersamaan yang telah kita lewati selama empat tahun lebih serta kenangan indah yang telah kita ukir bersama-sama di Universitas Sanata Dharma tercinta ini;

16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dan mendukung penulis selama penyusunan skripsi.


(12)

xii

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang berkepentingan.

Penulis


(13)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN MOTTO... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii

ABSTRAK... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR GAMBAR... xvii

DAFTAR LAMPIRAN... xviii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Batasan Masalah... 4

C. Rumusan Masalah... 5

D. Tujuan Penelitian... 5

E. Manfaat Penelitian... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 7

A. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)... 7

B. Metode Teams Games Tournament (TGT)... 11

C. Prestasi Belajar... 16

D. Mata Pelajaran Ekonomi... 20


(14)

xiv

BAB III METODE PENELITIAN... 26

A. Jenis Penelitian... 26

B. Lokasi dan Waktu Penelitian... 26

C. Subjek dan Objek Penelitian... 27

D. Prosedur Penelitian... 27

E. Instrumen Penelitian... 34

F. Teknik Pengumpulan Data... 37

G. Teknik Analisis Data... 39

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH... 41

A. Sejarah, Visi, Misi, dan Tujuan Satuan Pendidikan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta... 41

B. Sistem Pendidikan Satuan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta... 44

C. Kurikulum Satuan Pendidikan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta... 45

D. Organisasi Sekolah Satuan Pendidikan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta ... 47

E. Sumber Daya Manusia Satuan Pendidikan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta... 52

F. Siswa Satuan Pendidikan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta... 56

G. Kondisi Fisik dan Lingkungan Sekolah Satuan Pendidikan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta... 59

H. Fasilitas Pendidikan dan Latihan... 62

I. Majelis Sekolah/Dewan Sekolah/Komite Sekolah... 65

J. Hubungan Antara Satuan Pendidikan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta dengan Instansi Lain ... 65


(15)

xv

BAB V HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN………..…… 72

A. Deskripsi Penelitian ……….. 72

1. Observasi Pra Penelitian…..……… 72

a. Observasi Guru……….. 73

b. Observasi Siswa………. 77

c. Observasi Kelas………. 79

2. Siklus Pertama………. 84

a. Perencanaan……….….. 85

b. Tindakan ………...…… 88

c. Observasi………...…… 91

d. Refleksi……….. 96

B. A nalisis Komparasi Pemahaman Siswa Sebelum dan Sesudah Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT... 100

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN... 104

A. Kesimpulan ... 104

B. Keterbatasan Penelitian ... 104

C. Saran... 105

DAFTAR PUSTAKA... 107 LAMPIRAN


(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Indikator Keberhasilan Tingkat Perkembangan Prestasi Belajar

Siswa pada Siklus I dan Siklus II... 40

Tabel 5.1 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru... 75

Tabel 5.2 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa... 78

Tabel 5.3 Kondisi Kelas Selama Proses Pembelajaran... 80

Tabel 5.4 Aktivitas Guru Pada Siklus I... 91

Tabel 5.5 Perilaku Siswa Saat Pembelajaran Pada Siklus I... 94

Tabel 5.6 Instrumen Pengamatan Kelas... 95

Tabel 5.7 Lembar Refleksi Guru Mitra Terhadap Komponen Pembelajaran dan Metode TGT... 96

Tabel 5.8 Lembar Refleksi Siswa Terhadap Komponen Pembelajaran dan Metode TGT... 98


(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR


(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Observasi Kegiatan Guru... 109

Lampiran 2 Lembar Observasi Kegiatan Siswa... 110

Lampiran 3 Lembar Observasi Kegiatan Kelas... 111

Lampiran 4 Lembar Observasi Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran... 112

Lampiran 5 Instrumen Pengamatan Kelas... 114

Lampiran 6 Lembar Observasi Kegiatan Belajar Siswa dalam Kelompok... 116

Lampiran 7 Lembar Refleksi Guru Mitra Terhadap Komponen Pembelajaran dan Metode TGT... 117

Lampiran 8 Lembar Refleksi Siswa Terhadap Komponen Pembelajaran dan Metode TGT... 118

Lampiran 9 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 119

Lampiran 10 Soal Pre Test... 125

Lampiran 11 Soal Post Test... 129


(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang mendorong peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan jaman. Tujuan pendidikan itu sendiri adalah untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Untuk mencapai tujuan pendidikan, dibutuhkan suatu lembaga pendidikan sebagai wahana yang berfungsi bagi peserta didiknya supaya menjadi manusia yang berilmu, bermoral dan berketerampilan.

Sejak diberlakukannya Kurikulum Berbasis Kompetensi dan kemudian diperbaharui dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, siswa dituntut untuk dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang sudah ditetapkan dalam setiap jenjang pendidikan. Kompetensi merupakan kebulatan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dapat didemonstrasikan, ditunjukkan atau


(20)

ditampilkan oleh siswa sebagai hasil belajar. Untuk mencapai kompetensi itu, penekanan dalam pembelajaran adalah terciptanya atau ditingkatkannya serangkaian kemampuan dan potensi siswa agar bisa mengantisipasi aneka tantangan kehidupannya. Orientasi pembelajaran bukan pada aspek pengetahuan dan target materi yang cenderung verbalistis dan kurang memiliki daya serap semata tetapi lebih pada aspek penguasaan kompetensi.

Peneliti sebagai calon guru dan pelaku pendidikan harus membekali peserta didik dengan kecakapan hidup yang merupakan hasil dari suatu pengalaman belajar. Hal demikian disebabkan di lapangan banyak sekali kendala-kendala yang menyebabkan output kita jauh dari harapan. Jangankan siswa memiliki keterampilan yang bisa ditunjukan sebagai hasil dari belajar, untuk menguasai konsepnya saja mereka mengalami kesulitan. Banyak faktor yang menyebabkan hasil belajar para siswa rendah, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang terdapat dalam diri siswa, diantaranya motivasi belajar, minat, cara belajar, intelegensi, kebiasaan, rasa percaya diri. Faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar diri siswa, seperti guru sebagai pembina belajar, strategi pembelajaran, sarana dan prasarana, kurikulum dan lingkungan.

Dari masalah-masalah yang terungkap jelas bahwa rendahnya hasil belajar siswa bukan hanya disebabkan faktor guru sebagai penyampai pelajaran, tetapi juga dari siswa sebagai subjek pembelajaran. Oleh karena itu perlu ditemukan strategi baru dalam pembelajaran yang mengutamakan penguasaan kompetensi yang berpusat pada siswa (focus on learnes),


(21)

memberikan pelajaran dan pengalaman belajar yang relevan dan mengembangkan mental yang kaya dan kuat pada siswa. Di sinilah guru dituntut untuk merancang kegiatan yang akhirnya mampu mengembangkan kompetensi, ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik siswa. Strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan penciptaan suasana belajar yang menyenangkan sangat diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya untuk mata pelajaran ekonomi.

Ada berbagai model pembelajaran yang bisa digunakan oleh guru untuk tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi juga pemberian kemudahan belajar kepada seluruh peserta didik agar mereka dapat belajar dalam suasana menyenangkan, gembira, penuh semangat akan membangkitakan rasa ingin tahunya sehingga tumbuh minat dan motivasinya untuk belajar. Dengan memotivasi belajar yang tinggi pasti akan besar pengaruhnya terhadap hasil belajar yang mereka capai. Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, perlu dilakukan penelitian tentang peningkatan hasil belajar melalui penerapan metode belajar kooperatif yang berbasiskan permainan

(game).

Bentuk pembelajaran kooperatif yang paling tua dan yang cukup menarik untuk digunakan adalah metode pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT). Metode pembelajaran ini merupakan salah satu metode pembelajaran yang relatif mudah untuk diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar di dalam suatu kelas. Pembelajaran tipe ini melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa membedakan status, peran siswa sebagai tutor sebaya dan


(22)

di dalamnya mengandung unsur permainan yang sangat menyenangkan (Slavin, 1995:84). Dengan penerapan metode TGT ini, diharapkan siswa dapat termotivasi untuk mengikuti proses belajar mengajar, meningkatkan keaktifan dalam proses pembelajaran. Metode pembelajaran ini pada dasarnya merupakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dalam suatu kelompok kecil dengan kemampuan yang heterogen (tinggi, rendah, sedang). Keaktifan siswa dalam kelompok tersebut dapat menimbulkan kerja sama dan saling membantu dengan siswa lainnya dalam tugas-tugas terstruktur dimana guru bertindak sebagai fasilitator.

Berdasarkan uraian di atas, penulis berkeyakinan bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe TGT ini dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di kelas. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian tindakan kelas dengan judul ”Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) dalam

Pembelajaran Ekonomi untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa”,

yang akan dilakukan pada siswa kelas X SMA Stella Duce 1 Yogyakarta.

B. Batasan Masalah

Penerapan metode pembelajaran kooperatif bisa dilakukan pada berbagai tipe, tetapi dalam penelitian ini hanya membatasi pada pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di dalam proses pembelajaran ekonomi.


(23)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan: bagaimana penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran ekonomi?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi melalui penerapan metode kooperatif tipe TGT.

E. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi : 1. Bagi Guru

Dengan adanya penelitian dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif ini, dapat memberikan masukan untuk para guru agar guru tersebut kreatif dalam menerapkan metode-metode pembelajaran sehingga diharapkan kegiatan pembelajaran di dalam kelas berlangsung tidak monoton dan tidak menimbulkan kebosanan.

2. Bagi Peneliti

Sebagai calon guru, peneliti dapat memanfaatkan dan menerapkan metode pembelajaran kooperatif dalam proses belajar mengajar yang sesuai dengan tuntutan pendidikan saat ini yaitu yang berpusat pada siswa.


(24)

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya berkaitan dengan terapan strategi pembelajaran dan aktivitas pengajaran di lapangan.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Penelitian Tindakan Kelas

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. PTK berfokus pada kelas atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas, bukan pada input kelas (silabus, materi, dan lain-lain) atau pun output (hasil belajar). PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.

Arikunto (2008:2) menjelaskan PTK melalui paparan gabungan definisi dari tiga kata, Penelitian + Tindakan + Kelas sebagai berikut:

a. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data ke informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

b. Tindakan adalah sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan.

c. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.

Sedangkan menurut Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama (2009:9): PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan berpartisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.


(26)

Di dalam modul Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas, secara singkat PTK dapat didefinisikan sebagai (T. Raka Joni, 1998:5):

Suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, mempersalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukannya itu, serta memperbaiki kondisi di mana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan.

Sementara menurut Susilo (2007:16), PTK merupakan suatu penelitian yang dilakukan oleh peneliti atau guru di tempat di mana dia mengajar, dengan menekankan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam suatu kegiatan pembelajaran.

Dari beberapa pengertian PTK di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sesungguhnya PTK merupakan implementasi dari kreativitas dan sikap kritis guru terhadap apa yang sehari-hari diamatinya dan pengalaman yang berhubungan dengan profesinya untuk menghasilkan suatu kualitas pembelajaran yang lebih baik dari sebelumnya sehingga mencapai hasil yang optimal. Masalah PTK harus berawal dari guru itu sendiri yang berkeinginan memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajarannya di sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

2. Prinsip Dasar PTK

PTK mempunyai beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru di sekolah. Prinsip tersebut diantaranya (Wijaya Kusumah, 2009:17): a. Tidak mengganggu pekerjaan utama guru yaitu mengajar.

b. Metode pengumpulan data tidak menuntut metode yang berlebihan sehingga mengganggu proses pembelajaran.

c. Metodologi yang digunakan harus cukup reliable sehingga hipotesis yang dirumuskan ikut meyakinkan.


(27)

d. Masalah yang diteliti adalah masalah pembelajaran di kelas yang cukup merisaukan guru dan guru memiliki komitmen untuk mencari solusinya. e. Guru harus konsisten terhadap etika pekerjaannya dan mengindahkan tata

krama organisasi. Masalah yang diteliti sebaiknya diketahui oleh pimpinan sekolah dan guru sejawat sehingga hasilnya cepat tersosialisasi. f. Masalah tidak hanya berfokus pada konteks kelas, melainkan dalam

perspektif misi sekolah secara keseluruhan (perlu kerja sama antara guru dan dosen).

3. Tahapan Pelaksanaan PTK

Dalam praktiknya, PTK adalah tindakan yang bermakna melalui prosedur penelitian yang mencakup empat tahapan yaitu (Wijaya Kusumah, 2009:25):

a. Perencanaan (Planning)

Perencanaan yang matang perlu dilakukan setelah kita mengetahui masalah dalam pembelajaran kita. Kegiatan perencanaan mencakup: identifikasi masalah, analisis penyebab adanya masalah, dan pengembangan untuk tindakan atau aksi sebagai pemecahan masalah

b. Tindakan (Acting)

Perencanaan harus diwujudkan dengan adanya tindakan atau acting dari guru berupa solusi tindakan sebelumnya

c. Pengamatan (Observing)

Selanjutnya diadakan pengamatan atau observing yang diteliti terhadap proses pelaksanaannya

d. Refleksi (Reflecting)

Setelah diamati, barulah guru dapat melakukan refleksi atau reflecting


(28)

Adapun model untuk masing-masing tahap dalam PTK dapat dilihat pada siklus berikut ini (Arikunto, 2008:16):

Gambar 2.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas

4. Tujuan PTK dilakukan

Menurut Susilo dalam buku Panduan Penelitian Tindakan Kelas (2007:17), tujuan PTK dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Tujuan utama PTK adalah untuk perbaikan dan peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas.

b. Perbaikan dan peningkatan pelayanan profesional guru kepada peserta didik dan konteks pembelajaran di kelas.

c. Mendapatkan pengalaman tentang ketrampilan praktik dalam proses pembelajaran secara reflektif, dan bukan untuk mendapatkan ilmu baru. d. Pengembangan kemampuan dan ketrampilan guru dalam melaksanakan

proses pembelajaran di kelas dalam rangka mengatasi permasalah actual yang dihadapi sehari-hari.

e. Adapun tujuan penyerta PTK yang dapat dicapai adalah terjadinya proses pelatihan dalam jabatan selama proses penelitian itu berlangsung.


(29)

5. Manfaat yang bisa diperoleh dari PTK

Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari dilaksanakannya PTK yang terkait dengan komponen utama pendidikan dan pembelajaran, antara lain (Susilo, 2007:18):

a. Inovasi pembelajaran

b. Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan di tingkat kelas c. Peningkatan profesionalisme guru atau pendidik

d. Akan terciptanya peluang yang luas terhadap terciptanya karya tulis bagi guru

e. Karya tulis ilmiah semakin di perlukan guru di masa depan untuk meningkatkan kariernya dan dalam rangka membuat rancangan PTK yang lebih berbobot sambil mengajar di kelas.

B.Metode Teams Games Tournaments (TGT) 1. Tipe Pembelajaran Kooperatif

Penelitian–penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli mengenai aplikasi dari pembelajaran kooperatif dikelas baru dimulai pada tahun 1970-an. Salah satu hasil penelitian tersebut yang sekarang ini sudah sering digunakan adalah metode pembelajaran tim siswa. Konsep penting dalam pembelajaran tim siswa ini adalah penghargaan bagi tim, tanggung jawab individu, dan kesempatan sukses yang sama. Dalam hal ini tim tidak bersaing untuk mendapatkan penghargaan yang tidak mungkin, karena semua anggota tim bisa saja mencapai kriteria pada minggu-minggu dalam pembelajaran. Yang dimaksud dengan tanggung jawab individu di sini adalah kesuksesan tim bergantung pada pembelajaran individu dari semua anggota tim. Sedangkan yang dimaksud dengan kesempatan sukses yang


(30)

sama adalah semua siswa memberi kontribusi kepada timnya dengan cara meningkatkan kinerja mereka dari yang sebelumnya.

Terdapat lima tipe dari pembelajaran kooperatif yang diantaranya adalah (Slavin, 1995:4):

a. Student Teams Achievement Divisions (STAD)

Dalam STAD, siswa dikelompokkan secara heterogen. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. Guru memulai pelajaran dengan mempresentasikan sebuah materi yang kemudian siswa bekerja dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menuntaskan materi tersebut. Pada akhirnya semua siswa diberi kuis secara individual tentang materi ajar tersebut dan siswa yang bersangkutan memperoleh skor secara individual.

b. Teams Games Tournaments (TGT)

Model TGT hampir sama dengan STAD. Siswa dikelompokkan secara heterogen, setiap kelompok terdiri 4-5 orang. Guru memulai dengan mempresentasikan sebuah pelajaran kemudian siswa bekerja di dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok menuntaskan pelajaran tersebut. Namun kuis dalam TGT diganti dengan turnamen. Dalam turnamen ini siswa bertanding dengan anggota kelompok lain yang mempunyai kemampuan serupa. Dari turnamen inilah tiap anggota akan mendapat skor yang akan disumbangkan pada kelompoknya. Kemudian skor-skor ini akan dirata-rata untuk menentukan skor kelompok. Skor kelompok yang diperoleh akan menentukan penghargaan kelompok.

c. Jigsaw

Pada model ini siswa juga dibagi dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen. Masing-masing anggota kelompok diberikan tugas untuk mempelajari topik tertentu dari materi yang diajarkan. Mereka bertugas menjadi ahli pada topik yang menjadi bagiannya. Pada model jigsaw, setiap siswa dipertemukan dengan siswa dari kelompok lain yang menjadi ahli pada topik yang sama. Mereka mendiskusikan topik yang menjadi bagiannya. Pada tahap tersebut para ahli dibebaskan mengemukakan pendapatnya, saling bertanya dan berdiskusi untuk menguasai bahan pelajaran. Setelah menguasai materi yang menjadi


(31)

bagiannya, para ahli tersebut kembali ke dalam kelompoknya masing-masing. Mereka bertugas mengajarkan topik tersebut kepada teman-teman sekelompoknya. Kegiatan terakhir dari model Jigsaw adalah pemberian kuis atau penilaian untuk seluruh topik. Penilaian dengan penghargaan kelompok didasarkan pada peningkatan nilai individu sama seperti STAD.

d. Learning Together

Siswa melakukan presentasi bahan mata pelajaran, setelah itu siswa dalam kelompok heterogen terdiri 4 sampai 5 orang mengerjakan satu lembar kerja. Guru menilai hasil kerja kelompok. Siswa kemudian secara individual mengerjakan kuis yang dinilai oleh guru sebagai hasil kerja individual.

e. Group Investigation

Tiap-tiap kelompok mempelajari satu bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan materi itu kepada semua siswa di kelas. Siswa diharapkan menerima tanggung jawab yang besar untuk menentukan apa yang akan dipelajari, mengorganisasi kelompok mereka sendiri bagaimana cara menguasai materi dan memutuskan bagaimana mengkomunikasikan hasil belajar mereka kepada seluruh kelas.

2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments( TGT)

Metode pembelajaran Teams Games Tournaments atau yang biasa disebut dengan TGT merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang mudah untuk diterapkan, hal ini karena melibatkan semua siswa di dalam kelas. Seperti yang kita ketahui di dalam suatu kelas pasti akan ada banyak perbedaan baik itu masalah ras, agama, jenis kelamin, tingkat kepandaian dan lain–lainnya. Dan perbedaan tersebut kadang kala juga mampu menimbulkan masalah di kelas. Namun dalam metode TGT masalah ini dapat diminimalisir.


(32)

Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau metode pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan.

Dalam TGT siswa diminta untuk bekerja di dalam kelompok, di mana kelompoknya tediri dari berbagai unsur yang berbeda sehingga masalah-masalah yang disebabkan karena adanya perbedaan dapat diatasi. Dalam model TGT ini siswa juga diharapkan mampu untuk melatih tanggung jawab, kerja sama dan persaingan yang sehat.

Lima komponen utama dalam komponen dalam TGT yaitu (Slavin, 1995:84-88):

a. Penyajian Kelas

Sebelum melakukan games, dalam awal pembelajaran akan diawali guru menjelaskan materi. Penjelasan materi ini dapat dilakukan dengan metode ceramah, diskusi atau metode yang lainnya. Yang harus ditekankan dalam penyajian kelas ini adalah siswa harus benar – benar memahami materi yang disampaikan oleh guru. Penguasaan materi ini akan membantu siswa untuk bekerja dalam kelompok nantinya.

b. Kelompok (team)

Di dalam kegiatan kelompok masing-masing anggota kelompok bertugas mempelajari materi atau menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru pada lembar latihan dan membantu teman satu kelompok menguasai materi pembelajaran tersebut. Sebelum kegiatan belajar kelompok dimulai, guru terlebih dahulu menjelaskan beberapa sikap yang harus diperhatikan siswa agar kerja sama dalam kelompok berjalan dengan lancar. Pada saat diskusi berlangsung, seluruh anggota sebaiknya berbicara dengan suara yang pelan, tidak boleh meninggalkan tugas selama bekerja dalam kelompok, mendiskusikan tugas secara bersama-sama, jika


(33)

ada suatu pertanyaan di dalam kelompok tersebut, sebaiknya jangan ditanyakan dahulu kepada guru karena mungkin dari salah satu teman kelompok ada yang bisa menjawab pertanyaan tersebut. Setelah itu, jika pertanyaan tidak bisa terjawabkan oleh salah satu teman kelompok, baru bisa meminta penjelasan dari guru. Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game atau tournament.

c. Permainan

Permainan ini dirancang untuk mengetahui pemahaman siswa setelah mengikuti presentasi kelas dan belajar kelompok. Games

dapat berisi pertanyaan–pertanyaan bernomor yang dirancang oleh guru untuk mengetahui sejauh mana penguasaan materi oleh siswa sesuai dengan materi yang diajarkan. Siswa dapat mengambil salah satu pertanyaan bernomor dan menjawabnya sesuai dengan kemampuan masing-masing dan teman di dalam kelompoknya tidak diperkenankan untuk membantu anggota kelompok yang sedang mengerjakan. Jawaban siswa yang benar akan dikumpulkan untuk tournament mingguan.

d. Turnamen (Tournament)

Turnamen biasanya dilakukan pada akhir materi pembelajaran yang sedang dibahas dan setelah siswa melakukan belajar dalam kelompok. Turnamen ini berfungsi untuk mengetahui kelompok mana yang bisa mendapatkan nilai yang terbaik. Turnamen merupakan suatu pertandingan antar anggota-anggota yang berbeda. Pada awal turnamen, guru menugaskan siswa untuk pindah pada suatu meja turnamen yang sudah ditentukan sebelumnya, penentuan meja turnamen dalam penelitian ini didasarkan pada pengamatan oleh guru kelas dan hasil dari tes sebelumnya. Kegiatan ini berlangsung sebagai berikut: para siswa yang berada di meja turnamen secara bergantian mengambil nomor kartu (pengambilan nomor kartu berdasarkan urutan yang telah disepakati bersama) dan menjawab pertanyaan sesuai dengan nomor kartu yaitu pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan materi yang telah dipelajari. Apabila ada siswa yang mengambil nomor kartu tidak bisa menjawab pertanyaan, maka pertanyaan bisa dilempar ke teman yang lain dalam satu meja turnamen sesuai


(34)

dengan urutan yang telah disepakati, dan yang menjawab dengan benar berhak menyimpan kartu tersebut. Kartu yang telah didapat nantinya yang akan dijadikan skor untuk penghargaan kelompok. e. Penghargaan Kelompok

Guru akan mengumumkan kelompok yang menang dalam turnamen, dan masing–masing team akan mendapatkan sertifikat atau skor apabila memenuhi standar yang ditentukan. Pemberian penghargaan tiap kelompok dapat ditentukan berdasarkan skor kelompok yang didapat dengan menjumlahkan poin yang didapat pada skor lembar permainan setiap anggotanya, dan kemudian dicari skor rata-ratanya. Yang harus ditekankan dalam pemberian penghargaan di sini bukan mendorong siswa untuk bersaing secara tidak sehat, akan tetapi pemberian penghargaan tersebut adalah untuk memotivasi belajar siswa agar prestasi belajarnya dapat meningkat.

C. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah kemampuan, keterampilan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal (Zainal Arifin, 1988:3). Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap (W.S Winkel, 1991:16). Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang. Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses itu terjadi di dalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar.


(35)

Prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:895) adalah penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran. Lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan guru. Kegiatan pengukuran prestasi belajar siswa dilakukan antara lain melalui ulangan, ujian, tugas, dan sebagainya (Masidjo, 1995:13).

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya ditunjukkan dengan nilai/angka hasil tes yang diberikan oleh guru. Keberhasilan dalam kegiatan yang disebut belajar akan tampak dalam prestasi belajar yang diraihnya. Prestasi belajar dapat diketahui dari hasil evaluasi belajarnya. Usaha untuk mengevaluasi hasil belajar, biasanya dilakukan dengan mengadakan pengukuran dalam bentuk tertulis, lisan maupun praktik yang kemudian diberi skor yang biasanya berwujud angka. Hasil dari pengukuran ini merupakan informasi-informasi atau data yang diwujudkan dalam bentuk angka-angka yang disebut prestasi belajar.

Faktor–faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat digolongkan menjadi dua yaitu (Dimyati dan Mujiono, 1999:236-254): a.Faktor internal

1) Sikap terhadap belajar

Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian tentang sesuatu, mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak, atau mengabaikan kesempatan belajar.


(36)

2) Motivasi belajar

Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Motivasi ini dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi, atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya, mutu hasil belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu, motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus agar siswa memiliki hasil belajar yang baik, yang pada akhirnya semakin meningkatkan motivasi berprestasi.

3) Konsentrasi belajar

Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran yang tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian pada pelajaran, guru perlu menggunakan bermacam-macam strategi belajar mengajar, dan memperhitungkan waktu belajar serta selingan istirahat.

4) Mengolah bahan belajar

Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi dan cara memperoleh ajaran yang dikembangkan di berbagai mata pelajaran, sehingga lebih bermakna bagi siswa. Isi bahan belajar berupa pengetahuan, nilai kesusilaan, nilai agama, kesenian, serta keterampilan mental dan jasmani. Cara memperoleh ajaran berupa bagaimana menggunakan kamus, daftar logaritma, atau rumusan matematika.

5) Menyimpan perolehan hasil belajar

Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan menyimpan isi pesan dan cara memperoleh pesan. Kemampuan menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam waktu yang pendek (hasil belajar cepat dilupakan) dan waktu yang lama (hasil belajar tetap dimiliki siswa). Proses belajar terdiri dari proses penerimaan, pengolahan, dan pengaktifan yang berupa penguatan serta pembangkitan kembali untuk dipergunakan. Dalam kehidupan sebenarnya tidak berarti semua proses tersebut berjalan lancar, akibatnya proses penggunaan hasil belajar terganggu.

6) Menggali hasil belajar yang tersimpan

Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses pengaktifan pesan yang telah diterima. Dalam hal pesan baru, maka siswa akan memperkuat pesan dengan cara mempelajari kembali, atau mengkaitkannya dengan bahan lama. Dalam hal pesan lama, maka siswa akan memanggil atau membangkitkan pesan dan pengalaman lama untuk suatu unjuk hasil belajar.

7) Kemampuan berprestasi

Kemampuan berprestasi merupakan suatu puncak proses belajar yang membuktikan keberhasilan belajar dalam memecahkan tugas-tugas belajar atau mentransfer hasil belajar. Kemampuan berprestasi terpengaruh oleh proses penerimaan, pengaktifan, prapengolahan, serta pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan pengalaman.


(37)

8) Rasa percaya diri siswa

Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian ”perwujudan diri” yang diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa. Makin sering berhasil menyelesaikan tugas, maka semakin memperoleh pengakuan umum, dan selanjutnya rasa percaya diri semakin kuat.

9) Intelegensi dan keberhasilan belajar

Intelegensi adalah suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak terarah, berpikir secara baik, dan bergaul dengan lingkungan secara efisien. Kecakapan tersebut menjadi aktual bila siswa memecahkan masalah dalam belajar atau kehidupan sehari-hari.

10) Kebiasaan belajar

Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik. Kebiasaan belajar tersebut antara lain: belajar pada akhir semester, belajar tidak teratur, menyia-nyiakan kesempatan belajar, bersekolah hanya untuk bergengsi, bergaya sok menggurui atau bergaya minta ”belas kasih” tanpa belajar. Kebiasaan-kebiasaan belajar tersebut disebabkan oleh ketidak mengertian siswa pada arti belajar bagi diri sendiri. Hal ini dapat diperbaiki dengan pembinaan disiplin membelajarkan diri.

11) Cita-cita siswa

Cita-cita sebagai motivasi intrinsik perlu didikan yang harus dimulai sejak sekolah dasar. Cita-cita merupakan wujud eksplorasi dan emansipasi siswa.

b. Faktor eksternal

1) Guru sebagai pembina siswa belajar

Guru adalah pengajar yang mendidik. Ia tidak hanya mengajar bidang studi yang sesuai dengan keahliannya, tetapi juga menjadi pendidik generasi muda bangsanya. Sebagai pendidik, ia memusatkan perhatian pada kepribadian siswa, khususnya berkenaan dengan kebangkitan belajar yang merupakan wujud emansipasi diri siswa. Sebagai guru pengajar, guru bertugas mengelola kegiatan belajar siswa di sekolah. Adapun tugas pengelolaan pembelajaran siswa meliputi: pembangunan hubungan baik dengan siswa, menggairahkan minat, perhatian dan memperkuat motivasi belajar untuk berprestasi, mengorganisasi belajar, melaksanakan pendekatan pembelajaran secara tepat, mengevaluasi hasil belajar secara jujur dan obyektif, melaporkan hasil belajar kepada orang tua/wali siswa.

2) Prasarana dan sarana pembelajaran

Lengkapnya prasarana dan sarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik. Hal ini tidak berarti lengkapnya sarana dan


(38)

prasarana otomatis bisa menentukan jaminan terselenggaranya proses belajar dengan baik.

3) Kebijakan penilaian

Penilaian adalah penentuan sampai sesuatu dipandang berharga, bermutu, atau bernilai. Ukuran tentang hal itu berharga, bermutu, atau bernilai datang dari orang lain. Dalam penilaian hasil belajar, maka penentu keberhasilan belajar tersebut adalah guru. Guru adalah pemegang kunci pembelajaran. Guru menyusun desain pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan menilai hasil belajar.

4) Lingkungan sosial siswa di sekolah

Lingkungan dimana siswa tinggal yang dapat berpengaruh terhadap kehidupan siswa. Siswa yang berada di lingkungan yang dikondisikan untuk belajar, misalnya dibuat jam belajar malam antara jam 19.00-21.00, maka siswa akan terdorong untuk belajar. Sementara siswa yang berada di lingkungan yang tidak peduli pada pendidikan, maka siswa akan menjadi malas untuk belajar.

5) Kurikulum sekolah

Program pembelajaran di sekolah mendasarkan pada suatu kurikulum. Kurikulum yang diberlakukan sekolah adalah kurikulum yang disahkan oleh pemerintah, atau suatu kurikulum yang disahkan oleh suatu yayasan pendidikan dan disusun berdasarkan kemajuan masyarakat. Perubahan kurikulum dapat mempengaruhi tujuan yang akan dicapai, isi pendidikan, kegiatan belajar mengajar dan evaluasi pembelajaran. Perubahan kurikulum dapat menimbulkan masalah bagi guru, siswa maupun elemen-elemen dalam sekolah dan juga orang tua siswa.

D. Mata Pelajaran Ekonomi

Ekonomi adalah sistem aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang serta jasa. Kata ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani yaitu oikos yang berarti keluarga rumah tangga dan nomos yang berarti peraturan atau aturan hukum, dan secara garis besar diartikan sebagai aturan rumah tangga atau manajemen rumah tangga. Menurut Fajar (2002:128), ekonomi merupakan mata pelajaran yang mengkaji tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang banyak, bervariasi


(39)

dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi. Sedangkan menurut http://www.snapdrive.net/files/582099/ekonomi.pdf, ekonomi merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi dan berkembang dengan sumberdaya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi. Jadi secara garis besar dapat disimpulkan bahwa ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Permasalahan itu kemudian menyebabkan timbulnya kelangkaan.

Fungsi dari mata pelajaran ekonomi di SMA adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk berekonomi, yaitu upaya manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup di masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan dengan cara mengenal berbagai kenyataan dan peristiwa-peristiwa ekonomi, memahami konsep dan teori serta terlatih dalam memecahkan masalah ekonomi yang ada pada masyarakat. Mata pelajaran Ekonomi bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut (http://www.snapdrive.net/files/582099/ekonomi.pdf):

1. Memahami sejumlah konsep ekonomi untuk mengkaitkan peristiwa dan masalah ekonomi dengan kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi dilingkungan individu, rumah tangga, masyarakat, dan negara


(40)

2. Menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ilmu ekonomi

3. Membentuk sikap bijak, rasional dan bertanggungjawab dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi, dan manajemen yang bermanfaat bagi diri sendiri, rumah tangga, masyarakat, dan negara

4. Membuat keputusan yang bertanggungjawab mengenai nilai-nilai sosial ekonomi dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun internasional

Mata pelajaran ekonomi mencakup perilaku ekonomi dan kesejahteraan yang berkaitan dengan masalah ekonomi yang terjadi di lingkungan kehidupan terdekat hingga lingkungan terjauh, yang meliputi aspek-aspek perekonomian, ketergantungan, spesialisasi dan pembagian kerja, perkoperasian, kewirausahaan, manajemen, dan akuntansi.

E. Kerangka Teoretik

Saat ini banyak dijumpai guru yang belum melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di dalam proses pembelajarannya. Padahal banyak masalah yang timbul pada saat proses pembelajaran berlangsung yang dapat diperbaiki melalui bentuk PTK. Permasalahan yang kompleks di dalam kelas ternyata sulit untuk dipecahkan oleh guru karena banyak guru yang belum mengenal apa itu PTK. Ada beberapa faktor yang menyebabkan guru belum melakukan PTK dalam proses pembelajaran di kelas. Faktor-faktor tersebut antara lain yaitu karena kurang dipahaminya profesi keguruan oleh guru, guru malas membaca, guru malas menulis, kurangnya rasa kepekaan dan sensitifitas guru terhadap waktu, guru sering terjebak ke dalam rutinitas kerja, kurangnya


(41)

daya kreatifitas dan inovasi seorang guru, guru malas meneliti, serta guru kurang memahami PTK.

Mc. Niff (1992:9) memandang PTK sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan keahlian mengajar. PTK merupakan penelitian tentang, untuk, dan oleh masyarakat/kelompok dengan memanfaatkan interaksi, partisipasi, dan kolaboratif antara peneliti dan kelompok tersebut. PTK tersebut biasanya dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki kinerja seorang guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

PTK dapat diterapkan dalam bentuk strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan penciptaan suasana belajar yang menyenangkan untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran ekonomi. Strategi yang dapat diterapkan di dalam PTK adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu metode alternatif yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di dalam proses pembelajaran di sekolah.

Teams Games Tournaments (TGT) adalah salah satu tipe metode pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan seluruh siswa tanpa ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan yang menyenangkan (Slavin,


(42)

1995:84). Dalam pembelajaran ini terdapat lima komponen yaitu: (1) presentasi kelas berupa penyampaian materi kepada siswa; (2) pembagian kelompok/tim untuk mendalami materi; (3) games yang dirancang untuk pembelajaran dalam bentuk permainan yang menyenangkan; (4) turnamen yang bertujuan untuk menciptakan kompetisi yang sehat antar siswa; dan (5) penghargaan bagi kelompok yang mendapatkan prestasi terbaik.

Pada pembelajaran kooperatif tipe TGT ini sangat ditekankan kerja sama dan kebersamaan dalam kelompok. Masing-masing kelompok memiliki tujuan yang sama yaitu mendapatkan penghargaan yang terbaik. Untuk mendapatkannya, masing-masing individu harus menyumbangkan nilai yang terbaik karena pada prinsipnya dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan kelompok ditentukan oleh keberhasilan individu sebagai anggota kelompok. Tanggung jawab individu juga sangat diperlukan dalam kelompok. Untuk dapat memahami materi dan mengerjakan soal-soal dengan baik, mereka harus terlibat secara aktif dalam kelompok. Adanya penghargaan kepada kelompok terbaik diharapkan dapat memicu masing-masing anggota kelompok memiliki motivasi belajar yang kuat sehingga hasil belajar siswa di sekolah dapat meningkat.

Hasil belajar merupakan proses perubahan individu yang belajar. Perubahan ini tidak hanya mengenai pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan, sikap dan pengertian, penguasaan dan


(43)

penghargaan dalam diri individu yang belajar. Hasil belajar adalah kemampuan peserta didik yang diperoleh melalui proses pembelajaran yang memerlukan waktu, dan terjadi perubahan pada diri orang yang belajar sesuai dengan tujuan belajar. Hasil belajar tersebut dapat ditingkatkan dengan dipahaminya dan diterapkannya metode pembelajaran tipe TGT. Dengan demikian penerapan metode pembelajaran tipe TGT diharapkan dapat berguna dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa-siswanya di sekolah.


(44)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas, yaitu penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif yaitu suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau usaha seseorang untuk memahami apa yang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan (Hopkins, 1993:44). Penelitian ini merupakan salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan, kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan informasi bagaimana tindakan yang tepat untuk meningkatkan keaktifan siswa. Sehingga penelitian ini difokuskan pada tindakan-tindakan sebagai usaha untuk meningkatkan prestasi siswa dalam belajar.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah SMA Stella Duce 1 Yogyakarta, Jalan Sabirin No.1 Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian


(45)

C. Subyek dan Obyek Penelitian

1. Subyek penelitian

Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Stella Duce I Yogyakarta.

2. Obyek penelitian

Obyek penelitiannya adalah peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT .

D. Prosedur Penelitian

1. Kegiatan Pra Penelitian

Sebelum mengadakan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengawali dengan kegiatan pra-penelitian. Kegiatan ini dilakukan terhadap pembelajaran di kelas sebelum menggunakan metode TGT.

Kegiatan yang dilakukan yaitu mengadakan observasi terhadap situasi awal di dalam kelas yang mencakup observasi kegiatan guru, observasi kelas, dan observasi terhadap siswa. Selain dengan observasi, guna mendukung data yang diperoleh peneliti juga mengadakan wawancara terhadap guru dan siswa. Setelah mengadakan kegiatan pra-penelitian, peneliti mengadakan penelitian di dalam kelas setelah menggunakan metode TGT.


(46)

2. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini direncanakan berlangsung dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat langkah.

a. Siklus pertama

Kegiatan dalam siklus pertama dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau tatap muka di kelas meliputi sebagai berikut: 1) Perencanaan

Pada tahap ini, dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa penyiapan pembelajaran kooperatif tipe TGT, yang meliputi sebagai berikut:

a) Peneliti dan guru menggali data awal karakteristik siswa untuk memetakan para siswa berdasarkan kemampuannya dan membagi siswa secara heterogen menjadi kelompok-kelompok yang beranggotakan 4-5 orang. Beberapa perangkat yang disiapkan dalam tahap ini adalah: rencana pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe

TGT, materi presentasi, soal-soal latihan, lembar jawab siswa dan lembar observasi.

b)Peneliti menyusun instrumen pengumpulan data, meliputi : (1) Lembar observasi kegiatan guru

(2) Lembar observasi kegiatan siswa (3) Lembar observasi kegiatan kelas (4) Instrumen refleksi.


(47)

2) Tindakan

Pada tahap ini, dilaksanakan implementasi pembelajaran kooperatif tipe TGT sesuai dengan rencana tindakan, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Penyajian Kelas

Sebelum melakukan games, dalam awal pembelajaran akan diawali guru menjelaskan materi. Penjelasan materi ini dapat dilakukan dengan metode ceramah, diskusi atau metode yang lainnya. Yang harus ditekankan dalam penyajian kelas ini adalah siswa harus benar–benar memahami materi yang disampaikan oleh guru. Penguasaan materi ini akan membantu siswa untuk bekerja dalam kelompok nantinya.

b)Kelompok (team)

Di dalam kegiatan kelompok masing-masing anggota kelompok bertugas mempelajari materi atau menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru pada lembar latihan dan membantu teman satu kelompok menguasai materi pembelajaran tersebut. Sebelum kegiatan belajar kelompok dimulai, guru terlebih dahulu menjelaskan beberapa sikap yang harus diperhatikan siswa agar kerjasama dalam kelompok berjalan dengan lancar. Pada saat diskusi berlangsung, seluruh anggota sebaiknya berbicara dengan


(48)

suara yang pelan, tidak boleh meninggalkan tugas selama bekerja dalam kelompok, mendiskusikan tugas secara bersama-sama, jika ada suatu pertanyaan di dalam kelompok tersebut, sebaiknya jangan ditanyakan dahulu kepada guru karena mungkin dari salah satu teman kelompok ada yang bisa menjawab pertanyaan tersebut. Setelah itu, jika pertanyaan tidak bisa terjawabkan oleh salah satu teman kelompok, baru bisa meminta penjelasan dari guru. Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game atau

tournament. c) Permainan

Permainan ini dirancang untuk mengetahui pemahaman siswa setelah mengikuti presentasi kelas dan belajar kelompok. Game dapat berisi pertanyaan–pertanyaan bernomor yang dirancang oleh guru untuk mengetahui sejauh mana penguasaan materi oleh siswa sesuai dengan materi yang diajarkan. Siswa dapat mengambil salah satu pertanyaan bernomor dan menjawabnya sesuai dengan


(49)

kemapuan masing-masing dan teman di dalam kelompoknya tidak diperkenankan untuk membantu anggota kelompok yang sedang mengerjakan. Jawaban siswa yang benar akan dikumpulkan untuk tournament

mingguan.

d) Turnamen (Tournament)

Turnamen biasanya dilakukan pada akhir materi pembelajaran yang sedang dibahas dan setelah siswa melakukan belajar dalam kelompok. Turnamen ini berfungsi untuk mengetahui kelompok mana yang bisa mendapatkan nilai yang terbaik.

Turnamen disini merupakan suatu pertandingan antar anggota-anggota yang berbeda. Pada awal turnamen, guru menugaskan siswa untuk pindah pada suatu meja turnamen yang sudah ditentukan sebelumnya, penentuan meja turnamen dalam penelitian ini didasarkan pada pengamatan oleh guru kelas dan hasil dari tes sebelumnya. Kegiatan ini berlangsung sebagai berikut: para siswa yang berada di meja turnamen secara bergantian mengambil nomor kartu (pengambilan nomor kartu berdasarkan urutan yang telah disepakati bersama) dan menjawab pertanyaan sesuai dengan nomor kartu yaitu pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan materi yang telah dipelajari. Apabila ada


(50)

siswa yang mengambil nomor kartu tidak bisa menjawab pertanyaan, maka pertanyaan bisa dilempar ke teman yang lain dalam satu meja turnamen sesuai dengan urutan yang telah disepakati, dan yang menjawab dengan benar berhak menyimpan kartu tersebut. Kartu yang telah didapat nantinya yang akan dijadikan skor untuk penghargaan kelompok.

e) Penghargaan kelompok

Guru akan mengumumkan kelompok yang menang dalam turnamen, dan masing–masing team akan mendapatkan sertifikat atau skor apabila memenuhi standar yang ditentukan. Pemberian penghargaan tiap kelompok dapat ditentukan berdasarkan skor kelompok yang didapat dengan menjumlahkan poin yang didapat pada skor lembar permainan setiap anggotanya, dan kemudian dicari skor rata-ratanya. Yang harus ditekankan dalam pemberian penghargaan di sini bukan mendorong siswa untuk bersaing secara tidak sehat, akan tetapi pemberian penghargaan tersebut adalah untuk memotivasi belajar siswa agar prestasi belajarnya dapat meningkat.

Guru juga melakukan pre-test sebelum diterapkannya metode TGT dan melakukan post-test setelah diterapkannya metode TGT di dalam pembelajaran, untuk


(51)

mengetahui adanya tingkat perubahan atau kenaikan prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah diterapkannya metode TGT dalam pembelajaran ekonomi di dalam kelas. 3) Observasi

Tahap ini, dilaksanakan bersamaan dengan tahap tindakan. Di dalam tahap ini peneliti mengadakan pengamatan atas dampak dan hasil dari pelaksanaan tindakan, yaitu meliputi bagaimana proses pembelajaran itu berlangsung, keterlibatan dan interaksi siswa dalam kegiatan pembelajaran, dan bagaimana kondisi kelas. Untuk dapat mengetahui adanya peningkatan prestasi belajar siswa dapat dilihat dari hasil pekerjaan siswa setelah TGT selesai di terapkan. Pengamatan juga direkam dengan menggunakan video camcorder.

4) Refleksi

Pada tahap ini, dilaksanakan analisis, pemaknaan dan penyimpulan hasil observasi terhadap hasil prestasi belajar siswa. Refleksi dilakukan sebanyak dua kali. Refleksi yang pertama dilakukan segera setelah suatu pertemuan berakhir, digunakan untuk mengidentifikasi kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran dan pemecahannya untuk perbaikan dalam pertemuan berikutnya. Refleksi yang kedua dilaksanakan pada akhir siklus pertama, digunakan untuk mengetahui apakah target yang ditetapkan sesuia dengan


(52)

indikator keberhasilan tindakan telah tercapai. Secara teknis, peneliti melakukan self-reflection dahulu terkait dengan keterampilan kooperatif siswa dalam kegiatan masing-masing fase, kemudian dilakukan refleksi dan diskusi bersama guru untuk penyempurnaan tindakan pada pertemuan berikutnya.

b. Siklus kedua

Tahap-tahap dan kegiatan-kegiatan pada siklus kedua pada dasarnya sama dengan siklus pertama, hanya yang membedakan adalah tindakannya. Pada siklus kedua ini tindakan ditentukan berdasarkan hasil refleksi siklus pertama.

E. Instrumen Penelitian

Beberapa instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah: 1. Instrumen pra penelitian

a. Pengamatan terhadap guru (Observing Teachers)

Pengamatan merupakan alat yang terbukti efektif untuk mempelajari tentang metode dan strategi yang diimplementasikan di kelas, misalnya tentang organisasi kelas, respon siswa terhadap lingkungan kelas. Salah satu bentuk instrumen pengamatan adalah catatan anekdotal. Catatan anekdotal ini memuat deskripsi rinci dan lugas peristiwa yang terjadi di kelas (catatan anekdotal, lampiran 1).


(53)

b. Pengamatan terhadap kelas (Observing Classrooms)

Catatan anekdotal dapat dilengkapi sambil melakukan pengamatan terhadap segala kejadian yang terjadi di kelas. Pengamatan ini sangat bermanfaat karena dapat mengungkapkan praktik-praktik pembelajaran yang menarik di kelas. Di samping itu, pengamatan ini dapat menunjukkan strategi yang digunakan guru dalam menangani kendala dan hambatan pembelajaran yang terjadi di kelas. Catatan anekdotal kelas meliputi deskripsi tentang lingkungan fisik kelas, tata letaknya, dan manajemen kelas (catatan anekdotal, lampiran 3).

c. Pengamatan terhadap siswa (Observing Students)

Pengamatan atau observasi terhadap perilaku siswa dapat mengungkapkan berbagai hal menarik. Masing-masing individu siswa dapat diamati secara individual atau berkelompok sebelum pembelajaran dimulai, saat berlangsungnya pembelajaran, dan sesudah usai pembelajaran. Perubahan pada tiap individu juga dapat diamati, dalam kurun waktu tertentu, mulai dari sebelum dilakukan tindakan, saat tindakan diimplementasikan, dan seusai tindakan diberikan (catatan anekdotal, lampiran 2).

2. Siklus pertama a. Perencanaan

Penentuan perencanaan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perencanaan umum dan perencanaan khusus. Perencanaan umum


(54)

dimaksudkan untuk menyusun rancangan yang meliputi keseluruhan aspek yang terkait PTK. Sementara itu, perencanaan khusus dimaksudkan untuk menyusun rancangan dari siklus per siklus. Oleh karenanya dalam perencanaan khusus ini tiap kali terdapat perencanaan ulang (replanning). Hal-hal yang direncanakan diantaranya terkait dengan pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, teknik atau strategi pembelajaran, media dan materi pembelajaran, dan sebagainya. Perencanaan dalam hal ini kurang lebih hampir sama dengan apabila kita menyiapkan suatu kegiatan belajar mengajar. Biasanya perencanaan dimasukkan ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan juga dapat dimasukkan ke dalam silabus mata pelajaran ekonomi (lampiran 9). b. Tindakan

Tindakan ini merupakan implementasi pembelajaran kooperatif tipe TGT yang telah direncanakan. Strategi apa yang digunakan, materi apa yang akan diajarkan atau dibahas. Guru melakukan inovasi dalam proses pembelajaran di kelas dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan. Instrumen yang dibutuhkan dalam tahap tindakan adalah penilaian tentang tingkat prestasi belajar siswa dalam pembelajaran ekonomi yang akan diukur dari hasil belajar siswa (lampiran 4 dan lampiran 5).


(55)

c. Observasi

Pengamatan atau observasi dapat dilakukan sendiri oleh peneliti atau kolaborator, yang memang diberi tugas untuk hal itu. Pada saat mengobservasi pengamat haruslah mencatat semua peristiwa atau hal yang terjadi di kelas penelitian. Seperti mengenai kinerja guru, situasi kelas, perilaku dan sikap siswa, penyajian atau pembahasan materi yang diajarkan (lampiran 6).

d. Refleksi

Pada prinsipnya yang dimaksud dengan istilah refleksi adalah perbuatan merenung atau memikirkan sesuatu atau upaya evaluasi yang dilakukan oleh para kolaborator atau partisipan yang terkait dengan suatu PTK yang dilaksanakan. Dengan demikian refleksi dapat ditentukan sesudah adanya implementasi tindakan dan hasil observasi. Berdasarkan refleksi ini pula suatu perbaikan tindakan

(replanning) selanjutnya ditentukan (lampiran 7 dan lampiran 8).

F. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian bersumber dari interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran dan berupa data tindakan belajar atau perilaku belajar yang dihasilkan dari tindakan yang mengajar. Pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut.


(56)

1. Observasi

Pengamatan partisipatif dilakukan oleh orang yang terlibat secara aktif dalam proses pelaksanaan tindakan. Pengamatan ini dapat dilaksanakan dengan pedoman pengamatan (format, daftar, cek), catatan lapangan, jurnal harian, observasi aktivitas di kelas, penggambaran interaksi dalam kelas, alat perekam elektronik, atau pemetaan kelas (cf. Mills, 2004:19 dalam Wijaya Kusumah, 2009:52). Pengamatan sangat cocok untuk merekam data kualitatif, misalnya perilaku, aktivitas, dan proses lainnya. Catatan lapangan sebagai salah satu wujud dari pengamatan dapat digunakan untuk mencatat data kualitatif, kasus istimewa, atau untuk melukiskan suatu proses.

2. Wawancara

Untuk memperoleh data dan informasi yang lebih rinci dan untuk melengkapi data hasil observasi, peneliti dapat melakukan wawancara kepada guru, siswa, atau kepala sekolah. Wawancara digunakan untuk mengungkap data yang berkaitan dengan sikap, pendapat, atau wawasan. Wawancara dapat dilakukan secara bebas atau terstruktur. Wawancara hendaknya dilakukan dengan mempergunakan pedoman wawancara agar semua informasi dapat diperoleh secara lengkap. Jika dianggap masih ada informasi yang kurang, dapat pula dilakukan secara bebas. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data berkaitan dengan aktivitas belajar siswa serta pandangan dari guru dan siswa terhadap metode TGT yang diterapkan dalam pembelajaran ekonomi.


(57)

3. Metode Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode untuk memperoleh atau mengetahui sesuatu dengan buku-buku, arsip yang berhubungan dengan yang diteliti. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekolah, data siswa, hasil belajar siswa serta rekaman proses tindakan penelitian.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data yang dilakukan secara deskriptif dan komparatif untuk mengetahui perkembangan peningkatan prestasi belajar siswa di dalam proses pembelajaran, meliputi dua hal sebagai berikut:

1. Analisis Deskriptif

Data hasil observasi dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan pemaparan (deskripsi) data/informasi tentang suatu gejala yang diamati dalam proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan tingkat keberhasilan dari metode kooperatif tipe

TGT sebagaimana adanya dalam bentuk paparan naratif maupun tabel. 2. Analisis Komparatif

Analisis komparatif dilakukan untuk melihat perkembangan peningkatan prestasi belajar siswa dari waktu ke waktu khususnya pada masa pra penelitian, siklus pertama, dan siklus kedua. Dari berbagai tahapan tersebut kemudian dibandingkan bagaimana perubahan tingkat hasil belajar siswa. Untuk mengukur tingkat perkembangan prestasi belajar siswa dalam penelitian tindakan ini


(58)

menggunakan pre test dan post test. Berikut adalah tabel analisis perbandingan tingkat perkembangan prestasi belajar siswa mulai pra penelitian, siklus I, siklus II:

Tabel 3.1

Indikator Keberhasilan Tingkat Perkembangan Prestasi Belajar Siswa pada Siklus I dan Siklus II

Indikator keberhasilan No Nama Siswa Pra

Penelitian Target

Siklus I Siklus II

1.

2.


(59)

BAB IV

GAMBARAN UMUM SEKOLAH

A. Sejarah, Visi, Misi dan Tujuan Satuan Pendidikan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta

1. Sejarah Satuan Pendidikan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta

Dengan dicabutnya peraturan pemerintah Balatentara Jepang yang melarang pihak swasta menyelenggarakan pendidikan pada bulan Mei 1945, para Suster Carolus Borromeus serta para Suster Fransiskanes di Yogyakarta mendirikan Sekolah Menengan Katolik (SMK) di Bintaran dan Dagen Yogyakarta.

Untuk menampung murid-murid lulusan SMK tersebut, pada tahun 1948 dibukalah SMA Katolik pada petang hari yang diselenggarakan oleh Angkatan Muda Katolik Republik Indonesia (AMKRI) yang sekarang menjadi SMU Santo Thomas. Disaksikan oleh wakil dari Kementerian Pengajaran Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, pada tanggal 19 Agustus 1948 dengan resmi dibukalah Sekolah Menengah Atas Kanisius Yogyakarta.

SMA Kanisius Yogyakarta untuk sementara dipimpin oleh Romo B. Dumarno, SJ, dengan Santo Johanes De Britto sebagai pelindung. Berhubung dengan terjadinya agresi Belanda ke ibu kota Republik Indonesia, pada tanggal 19 Desember 1948 sekolah terpaksa ditutup.


(60)

Pada tanggal 1 Maret 1949 SGA K putra-putri di gedung pastoran Kiduloji, dengan guru-guru SMA K, dipimpin oleh Romo H. Loef, SJ. Mulai 1 April 1949 bagian putri dipimpin oleh Suster Catharina, CB menempati gedung code 4. Sejak Agustus 1949 berlangsunglah kegiatan belajar-mengajar di Jalan Sumbing 1. Nama pelindung SMA K dan SGA K ini adalah STELLA DUCE, yang berarti Bintang Pembimbing yaitu Bunda Maria.

Tanggal 5 Desember 1949 SMA K menjadi sekolah bersubsidi. Kepala Sekolah diganti Ir. D. Wakidi dan Kepala SGA K Suster Maria Joana, CB. Tanggal 1 Maret 1950 Kepala Sekolah SMA K putra kembali ke Romo R. Van Thiel, SJ sedangkan SMA K putri kembali ke Suster Catharina, CB setelah mereka diterima menjadi warga negara Indonesia.

Tahun 1954 Suster Dra. Bernardina, CB mulai memimpin SMA K Stella Duce selama 10 tahun, sampai tahun 1964. Tahun 1973 SGA dan SPSA pindah ke Trenggono sehingga ruang kelas di Jalan Sabirin seluruhnya dapat digunakan SMA. Pada tahun 1973 pimpinan sekolah pindah tangan ke Suster Xaverius, CB. Pada tanggal 1 Januari 1976 pimpinan sekolah berpindah tangan lagi dari Suster Xaverius, CB kepada Ibu C. Hartini. Tahun 1987 ibu C. Hartini digantikan oleh Suster Rosalima, CB.

Pada tahun 1989 semu SPG dihapus dan SPG Stella Duce menjadi SMA. Nama SMA Stalla Duce menjadi SMA Stella Duce 1. Tanggal 1 April 1996 kedudukan Kepala Sekolah SMA Stella Duce diganti oleh


(61)

Suster Dra. Floriana, CB. Sejak berlakunya kurikulum 1994, nama SMA diganti SMU. Sejak 1994 SMA Stella Duce berubah menjadi SMU Stella Duce 1. Sejak April 2004 SMU berubah menjadi SMA dan kedudukan Kepala Sekolah telah diganti oleh Bapak A. Ganjar Raharja, MA. Mulai tahun 2006 kedudukan Kepala sekolah dipegang oleh Suster Petra, CB, S.Pd.

2. Visi Satuan Pendidikan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta

SMA Stella Duce 1 Yogyakarta sebagai lembaga pendidikan yang berasas iman Katolik mendidik dan mengembangkan manusia, khususnya remaja putri, dengan kesederhanaan yang kreatif dalam suasana kondusif menjadi manusia berkepribadian utuh yang berbela rasa dan peduli terhadap lingkungan.

3. Misi Satuan Pendidikan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta

SMA Stella Duce 1 Yogyakarta memiliki misi yaitu:

a. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang hakiki, khususnya perempuan yang beriman, jujur, adil, disiplin, berbela rasa, dan santun; b. Melaksanakan proses pendidikan yang kontekstual, terbuka, kritis,

kreatif, inovatif, mandiri, peduli terhadap lingkungan, dan bertanggung jawab;

c. Membangun keunggulan kompetensi dalam Berbahasa, Ilmu Sosial, Matematika dan Ilmu Alam yang berbasis penguasaan teknologi; d. Membangun sikap ikut handarbeni, hangrungkebi, dan hangrasawani


(62)

e. Terus-menerus meningkatkan profesionalitas dan kesejahteraan bersama.

4. Tujuan Satuan Pendidikan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta

Tujuan Satuan Pendidikan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta adalah mendidik putri-putri remaja lulusan SMP agar:

a. Menjadi manusia yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang hakiki, khususnya perempuan yang beriman, jujur, adil, disiplin, berbela rasa, dan santun;

b. Menjadi pelajar yang kontekstual, terbuka, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, peduli terhadap lingkungan, dan bertanggung jawab;

c. Menjadi manusia unggul dalam kompetensi Bebahasa, Ilmu Sosial, Matematika, dan Ilmu Alam yang berbasis penguasaan tekhnologi melalui peningkatan profesionalitas dan kesejahteraan Sumber Daya Manusia;

d. Memiliki sikap ikut handarbeni, hangrungkebi, dan hangrasawani

sekolah, masyarakat, gereja, bangsa dan negara;

e. Menjadi manusia yang siap melanjutkan ke perguruan tinggi dan mempunyai sikap profesional serta sejahtera dalam hidupnya.

B. Sistem Pendidikan Satuan Pendidikan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta

Sesuai dengan bunyi pasal 15 PP No. 29 tahun 1990 lama pendidikan Sekolah Menengah Umum adalah 3 tahun. Sistem semester telah diterapkan kembali pada tahun ajaran 2002/2003 sampai sekarang. Dalam sistem


(63)

semester ini, 1 tahun ajaran terdiri dari 2 penggalan yaitu semester gasal dan semester genap.

C. Kurikulum Satuan Pendidikan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta

Kurikulum yang digunakan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dengan menerapkan RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) untuk kelas X.

Struktur Kurikulum SMA Stella Duce 1 Yogyakarta tahun pelajaran 2009/2010 yaitu:

STRUKTUR KURIKULUM SMA STELLA DUCE I YOGYAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2009/2010

KELAS XI KELAS XII

NO. KOMPONEN KLS

X BHS IPA (3)

IPS

(4) BHS

IPA (4)

IPS (3)

JML

A. MATA PELAJARAN

1. Pendidikan Agama 2 2 2 2 2 2 2 48

2. Pendidikan Kewarganegaraan

2 2 2 2 2 2 2 48

3. Bahasa Indonesia 4 4 4 4 4 4 4 96

4. Bahasa Inggris 4 6 4 5 6 4 5 107

5. Matematika 5 4 5 4 4 5 4 111

6. Fisika 3 5 5 59

7. Biologi 3 5 5 59

8. Kimia 3 5 5 59


(64)

10. Geografi 1 3 3 29

11. Ekonomi 3 6 6 66

12. Sosiologi 2 4 4 44

13. Sastra Indonesia 5 5 10

14. Bahasa Asing

• Bahasa Jepang

• Bahasa Jerman

6 6 12

15. Antropologi 2 2 4

16. Seni Budaya

• Seni Musik 1 1 1 1 2 2 2 32

• Seni Tari 1 1 1 1 16

17.

PenJasKes 2 2 2 2 2 2 2 48

18. Teknologi Informasi dan Komunikasi **)

2 2 2 2 2 2 2 48

19. Keterampilan / Bahasa Asing Lain

a. Ketrampilan

• Tata Boga 2 16

b. Bahasa Asing

• Bahasa Mandarin 2 2 4

• Bahasa Jepang 2 2 2 2 28

B.

MUATAN LOKAL 1. Bahasa, Sastra, dan Budaya

Jawa

2 16

2.

Tata Boga 2 2 2 16

3.

English Conversation 2 2 2 16

4. Pendidikan Nilai (BK)/

Remidial 1 1 1 1 1 1 1

24

C.

PENGEMBANGAN DIRI 2 *) 2 *) 2 *) 2 *) 2 *) 2 *) 2 *)


(65)

 

KETERANGAN :

*) Kegiatan Pengembangan Diri senilai dengan 2 jam pelajaran. **) Jadwal kelas X sebagian pada sore hari.

D. Organisasi Sekolah Satuan Pendidikan SMA Stella Duce 1 Yogyakarta 1. Struktur Organisasi Sekolah

SMA Stella Duce 1 Yogyakarta bernaung di bawah Yayasan Tarakanita yang dikelola oleh para Suster dari tarekat Carolus Borromeus (CB). Sekolah ini memiliki pegawai yang cukup mendukung, seperti karyawan dan guru yang profesional dalam bidangnya. Untuk saat ini, SMA Stella Duce 1 dipimpin oleh Sr. Petra, CB., S.Pd.


(66)

Struktur organisasi SMA Stella Duce 1 Yogyakarta yaitu:

2. Wewenang dan Tanggung Jawab Masing-Masing Unsur

a. Kepala Sekolah

Kepala sekolah: Sr. Petra, CB., S. Pd.

Tugas-tugas yang diemban Kepala Sekolah sangat banyak dan berat, yaitu menyusun perencanaan, mengorganisasikan kegiatan, mengarahkan kegiatan, mengkoordinasikan kegiatan, melakukan DINAS PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN YAYASAN TARAKANITA KEPALA SEKOLAH

KOORDINATOR TATA USAHA

WAKASEK Ur KESISWAAN WAKASEK Ur KURIKULUM WAKASEK Ur SARANA DAN PRASARANA WAKASEK Ur HUMAS KOORDINATOR BIMBINGAN DAN KONSELING GURU-SISWA


(67)

pengawasan, melaksanakan evaluasi kegiatan, menentukan kebijakan, mengadakan rapat, mengambil keputusan, mengatur proses pembelajaran, mengatur administrasi (kantor, siswa, pegawai, perlengkapan, keuangan), mengatur OSIS, dan mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat.

b. Wakil Kepala Sekolah 1. Kesiswaan

Wakasek Kesiswaan: Antonius Haryanto, S. Pd.

Kesiswaan merupakan salah satu bidang pelayanan akademis, yang bertugas menangani atau mengatur semua hal yang berkaitan dengan siswa dalam mengikuti pembelajaran di sekolah dengan tujuan terciptanya situasi pembelajaran yang tertib, teratur dan aman. Di samping mengatur siswa dalam kegiatan belajarnya, urusan kesiswaan juga bertugas membangun sikap mental yang baik pada diri anak didik, melalui pembinaan kedisiplinan.

Tugas Kesiswaan juga berkaitan erat dengan urusan lain seperti urusan Ekstrakurikuler, Bimbingan Konseling, Urusan Kurikulum, Wali Kelas dll. Semuanya berjalan secara sinergi demi tercapainya tujuan pembelajaran.

2. Kurikulum

Wakasek Kurikulum: Dra, F. Ina Dharmawati Tugas-tugasnya adalah sebagai berikut:


(68)

• Menyusun program pembelajaran, pembagian tugas guru, tugas pelajaran, jadwal evaluasi belajar, pelaksanaan UAS/UN, kriteria persyaratan naik kelas atau lulus/tidak lulus dan laporan pengajaran secara berkala.

• Mengkoordinasikan dan mengarahkan penyusunan program pelajaran, menyediakan daftar buku acuan dan siswa serta menyusun laporan secara berkala.

3. Sarana dan Prasarana

Wakasek Sarana dan Prasarana: Dra. M. Yulianti

a. Tugas pembagian Sarana dan Prasarana adalah untuk merencanakan/optimalisasi penggunaan ruang/fasilitas yang sudah dimiliki sekolah, pembangunan gedung beserta perlengkapannya, belanja kebutuhan sekolah, inventarisasi barang sekaligus pemeliharaannya.

b. Sedangkan tugas lain adalah menyusun program kesejahteraan pegawai dan melaksanakan tugas-tugas kerumahtanggaan. Semua tugas dikoordinasikan dengan bagian lain yang terkait agar dapat terlaksana dengan lancar.

4. Humas

Wakasek Humas: Drs. Y. Yanie Lishartanto

Tugas utama bagian Humas SMA Stella Duce 1 Yogyakarta adalah membangun komunikasi yang harmonis dengan


(69)

komunitas pendukung, misalnya instansi pemerintah, perguruan tinggi, orang tua, gereja, kepolisian, dan lain-lain.

c. Tata Usaha

Tugas Tata Usaha antara lain:

• Melayani pembayaran SPP/UU/UAN/UAS

• Pembukuan

• Penggajian guru dan karyawan

• Menyusun program tata usaha sekolah

• Pembinaan dan pengembangan karier pegawai tata usaha sekolah

• Menyusun perlengkapan sekolah

• Menyusun dan menyajikan data statistik sekolah, menilai hasil kerja staf-stafnya.

d. Bimbingan dan Konseling

Koordinator Bimbingan dan Konseling: Victoria Rez Naryanti, S. Psi. Bimbingan konseling di sekolah merupakan pemberian bantuan kepada siswa dalam upaya menemukan pribadi dengan mengenal lingkungannya serta dapat merencanakan masa depannya.

Sasaran layanan BK adalah siswa usia remaja, karena pada masa-masa ini banyak terjadi perubahan yang ditimbulkan oleh pertumbuhan dan perkembangan fisik serta psikis. Karena itu, BK bertujuan membimbing dan mendampingi siswa dalam mengatasi gejolak yang terjadi di dalam dirinya serta membantu dan mengarahkan siswa dalam melihat dunia luar.


(1)

Pilihan Jawaban =

a. Fungsi tabungan dalam persamaan linear b. Expected income

c. S = Y – C

= 60 – {10 + 0,60(60)} = 60 – 46

= 14

d. Fungsi konsumsi dalam persamaan linear e. Marginal efficiency of capital (MEC) f. MPS

g. Fungsi konsumsi h. I = 250 – 500 (0,12)

= 190

i. Fungsi investasi dalam persamaan linear j. MPC

k. Demonstration effect

l. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi investasi m. Rumus umum

pendapatan nasional n. Fungsi tabungan o. S = Y – C

= Y – (30 + 0,8Y) = Y – 30 – 0,8Y = -30 + 0,2Y S = 20

20 = -30 + 0,2Y 50 = 0,2Y Y = 250 C = Y – S = 250 – 20 = 230


(2)

Jawaban= 1. MPC

2. I = 250 – 500 (0,12) = 190

3. Fungsi tabungan dalam persamaan linear

4. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi investasi 5. Fungsi tabungan

6. Peranan investasi dalam perekonomian 7. Fungsi konsumsi

8. Rumus umum pendapatan nasional 9. Marginal efficiency of capital (MEC) 10.Expected income

11.S = Y – C

= 60 – {10 + 0,60(60)} = 60 – 46

= 14


(3)

SOAL CERDAS CERMAT

1. Bagian pendapatan yang dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan dinamakan ….

2. Bunga yang berlaku pada waktu itu atau pasar saat investasi itu diadakan dinamakan ….

3. Kondisi investasi yang selalu mengalami kenaikan dan penurunan yang sangat besar disebut ….

4. Secara umum fungsi konsumsi dapat dirumuskan dengan persamaan yaitu ….

5. Faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya konsumsi adalah …. 6. Kegiatan produsen untuk meningkatkan produksi dengan membeli

barang-barang modal dinamakan ….

7. Fungsi permintaan akan investasi dapat dirumuskan dengan persamaan yaitu ….

8. Keinginan untuk meniru orang lain yang memiliki pendapatan lebih besar darinya dinamakan ….

9. Pada ekonomi makro, pendapatan masyarakat suatu negara secara keseluruhan (pendapatan nasional) dialokasikan pada dua kategori penggunaan yaitu …. dan ….

10.Perbandingan antara pertambahan tabungan (∆S) dengan pertambahan pendapatan disposibel (∆ disebut ….

11.Apabila permintaan suatu investasi ditunjukkan oleh I = 400 – 700 i. Berapa besarnya investasi pada saat tingkat bunga bank yang berlaku setinggi 14% ….


(4)

JAWABAN: 1. Konsumsi 2. Tingkat bunga 3. Volatile 4. C = a + b Y 5. Pendapatan 6. Investasi 7. I = – pi

8. Demonstration effect 9. Konsumsi dan tabungan

10.Kecenderungan menabung marginal (MPS) 11.I = 400 – 700 (0,14)

= 302


(5)

Wawancara Terhadap Guru Mata Pelajaran

1. Metode apa yang biasanya sering ibu gunakan dalam pembelajaran di kelas?

2. Mengapa ibu menggunakan metode tersebut?

3. Apakah metode tersebut sudah cukup efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas? Mengapa?

4. Sejauh mana keberhasilan metode tersebut? 5. Kendala apa saja yang dihadapi?

6. Hal-hal apa saja yang masih perlu diperbaiki dan ditingkatkan?

7. Persoalan-persoalan apa saja yang biasanya muncul dalam materi ini? Mengapa begitu?

8. Apa sebab-sebab munculnya persoalan tersebut? 9. Hal-hal apa saja yang sudah ibu lakukan? 10.Hal-hal apa saja yang belum ibu lakukan?


(6)

Wawancara Terhadap Siswa

1. Metode apa yang biasanya sering ibu Sinta gunakan dalam pembelajaran di kelas?

2. Bagaimana pendapat dan kesan anda terkait dengan pembelajaran menggunakan metode tersebut?

3. Apakah anda sudah paham tentang materi ini menggunakan metode tersebut?


Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Games Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi

1 3 310

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dalam pembelajaran akuntansi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X SMA Kolese de Britto Yogyakarta.

0 5 220

Penerapan model pembelajaran tipe Teams Games Tournament (TGT) dalam pembelajaran ekonomi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

2 25 273

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada pembelajaran ekonomi untuk meningkatkan prestasi belajar dan partisipasi siswa kelas ke X-A SMA N 1 Godean.

0 1 291

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran akuntansi : studi kasus siswa kelas X Otomotif SMK Putra Tama Bantul.

0 1 240

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) dalam pembelajaran ekonomi untuk meningkatkan prestasi belajar belajar siswa : studi kasus pada siswa kelas X SMA Stella Duce I Yogyakarta.

0 4 195

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA.

0 0 19

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT(TGT) DALAM PEMBELAJARAN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA

0 0 195