Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada pembelajaran ekonomi untuk meningkatkan prestasi belajar dan partisipasi siswa kelas ke X-A SMA N 1 Godean.

(1)

viii ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA PEMBELAJARAN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN PARTISIPASI

SISWA KELAS X-A SMA N 1 GODEAN Ninda Tanove

Universitas Sanata Dharma 2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam meningkatkan prestasi belajar dan partisipasi siswa pada mata pelajaran ekonomi.

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas XA, SMA N 1 Godean.Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen observasi kegiatan guru, lembar observasi kegiatan siswa, lembar observasi kegiatan kelas, lembar observasi guru dalam proses pembelajaran, lembar observasi kelas, lembar observasi kegiatan belajar siswa dalam kelompok, lembar observasi partisipasi, dan instrumen refleksi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.

Ditinjau dari aspek prestasi belajar siswa, hasil penelitian menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas X-A. Peningkatan hasil belajar siswa tersebut tampak dari nilai yang dicapai oleh siswa pada waktu pre test dan post test. Rata-rata peningkatan nilai kelas pada siklus I adalah 2,1 atau 36,8%. Pada saat pre test

rata-rata skor siswa dalam kelas mencapai 3,6 sedangkan rata-rata skor siswa setelah post test naik menjadi 5,7. Peningkatan nilai siswa ini belum mencapai target yang ditentukan. Karena pada awal penelitian, telah ditetapkan target nilai 7(sesuai KKM). Pada siklus II, rata-rata peningkatan nilai kelas pada siklus I adalah 0,69 atau 7,73%. Pada saat pre test rata-rata skor siswa dalam kelas mencapai 8,24 sedangkan rata-rata skor siswa setelah post test naik menjadi 8,93. Peningkatan nilai siswa ini telah melampaui target yang ditentukan.

Ditinjau dari aspek partisipasi siswa, hasil penelitian menyatakan bahwa komponen mencatat materi sudah baik (siklus I: 43.75%; siklus II: 15.6%); komponen bertanya pada guru mengenai materi yang diajarkan sudah baik (siklus I: 0%; siklus II: 6.25%); komponen menjawab pertanyaan guru sudah baik (siklus I: 40.63%; siklus II: 56.3%); komponen berpendapat pada waktu guru menyajikan materi sudah baik (siklus I: 0%; siklus II: 9.38%); komponen mengerjakan soal latihan yang diberikan guru pada waktu kerja kelompok sudah baik (siklus I: 100%; siklus II: 100%); komponen bertanya pada teman waktu mengalami kesulitan dalam kerja kelompok sudah baik (siklus I: 31.25%; siklus II: 53.13%); komponen membantu teman lain pada waktu kesulitan dalam kerja kelompok


(2)

ix

sudah baik (siklus I: 31.25%; siklus II: 53.13%); komponen mendiskusikan jawaban yang telah ditulis pada lembar jawaban sudah baik (siklus I: 100%; siklus II: 100%).


(3)

x ABSTRACT

THE APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING METHOD OF TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TYPE IN ECONOMICS

SUBJECT TO INCREASE STUDENTS’S ACHIEVEMENT AND PARTICIPATION OF XA CLASS STUDENTS OF GODEAN 1 SENIOR

HIGH SCHOOL Ninda Tanove Sanata Dharma University

2013

The reasearch aims to know how the implementation of cooperative learning of TGT type in order to increase student’s achievement and participation on Economic lesson.

This research was conducted on first grade of Godean 1 Senior High School Yogyakarta. This research is a class action research which was conducted based on 2 cycles in which each cycle consists of four steps: planning, realization, observation, and reflection. The data was collected using the observation instrument teacher’s activity, student’s activity sheets observation, classroom’s activities sheet observation, theacher’s sheet observation in the learning process, classroom’s sheet observation, sheets observation in the group learning activities, sheet observation participation and reflection instruments. The data were analyzed by using descriptive and comparative analysis.

Based on student’s achievement, the results of studies suggest that the application of cooperative learning model TGT type able to improve student learning outcomes XA classes. Improved student learning outcomes is evident from scores achieved by students at pre-test and post test. The average increase in the value of the class in the first cycle was 2.1 or 36.8%. At the pre-test mean score of students in the class reached 3.6 while the average post-test scores of students after rising to 5.7. The increase in the value of the student has not achieved the target set. Since the beginning of the study, has been set a target value of 7 (according KKM). In the second cycle, the average increase in the value of the class in the first cycle was 0.69 or 7.73%. At the pre-test mean score of students in the class reaches 8.24 while the average post-test scores of students after rising to 8.93. The increase in the value of the student has exceeded the target set.

Based on students’s participation aspects, the result of the research showed that to ability to take a note from the material is already good(cycle I: 43.75%; Cycle II: 15.6%); the component of asking the teacher about the material being taught is also good (cycle I: 0%; Cycle II: 6.25 %); component answer the teacher is good (cycle I: 40.63%; cycle II: 56.3%); components found at the teacher presents the material is good (cycle I: 0%; cycle II: 9:38%); component doing exercises the teacher at the time the work was good (first cycle: 100%; cycle II: 100%); component asking friends while experiencing difficulties in group work is good (cycle I: 31.25%; cycle II: 53.13%); component help another friend in times of difficulty in group work is good (cycle I: 31.25%; cycle II: 53.13%);


(4)

xi

component discuss answers written on the answer sheet is good (first cycle: 100%; cycle II: 100%).


(5)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

TEAMS GAMES TOURNAMENT(TGT)

PADA

PEMBELAJARAN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN

PRESTASI BELAJAR DAN PARTISIPASI SISWA KELAS X-A

SMA N 1 GODEAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

NINDA TANOVE NIM : 081334062

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(6)

(7)

(8)

iv

PERSEMBAHAN

Kupers emb a hk a n k a ry a ini unt uk :

Alla h SWT, y a ng t a k hent iny a memb erik a n a nugera h d a n s ela lu

menga s ihik u leb ih d a ri y a ng a k u t a hu.

Ba pa k Da rwis Sugeng d a n Ib u Sus a nt i, k ed ua ora ngt ua k u y a ng

t ela h mengorb a nk a n b a ny a k ha l unt uk k u, perha t ia n, k as ih s a y a ng,

s ert a d uk unga n y a ng sa nga t b era rt i unt uk k u.

Kris t a nt y o Wa hy u Nugroho, y a ng t ela h memb erik a n sema nga t ,

perha t ia n, d a n sela lu s a b a r mela lui ha ri- hari b ers a ma k u d a la m

s et ia p k ea d a a n, t erima k a sih.

Sa ha b a t - sa ha b a t k u d a n t ema n- t ema nk u, t erima k a sih a t as

k eb ers a maa n, pers a ud a ra a n, penga la ma n, d a n d uk unga n y a ng

k a lia n b erik a n.


(9)

v

M OT TO

D r ea m , B el i eve, a n d M a k e It H a p p en

(A gn esM o)

D o a l l t h e good s y ou ca n , A l l t h e b est y ou ca n , In a l l

t i m es y ou ca n , In a l l p l a ces y ou ca n , For a l l t h e

cr ea t u r es y ou ca n .


(10)

(11)

(12)

viii ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA PEMBELAJARAN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN PARTISIPASI

SISWA KELAS X-A SMA N 1 GODEAN Ninda Tanove

Universitas Sanata Dharma 2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam meningkatkan prestasi belajar dan partisipasi siswa pada mata pelajaran ekonomi.

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas XA, SMA N 1 Godean.Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen observasi kegiatan guru, lembar observasi kegiatan siswa, lembar observasi kegiatan kelas, lembar observasi guru dalam proses pembelajaran, lembar observasi kelas, lembar observasi kegiatan belajar siswa dalam kelompok, lembar observasi partisipasi, dan instrumen refleksi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.

Ditinjau dari aspek prestasi belajar siswa, hasil penelitian menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas X-A. Peningkatan hasil belajar siswa tersebut tampak dari nilai yang dicapai oleh siswa pada waktu pre test dan post test. Rata-rata peningkatan nilai kelas pada siklus I adalah 2,1 atau 36,8%. Pada saat pre test

rata-rata skor siswa dalam kelas mencapai 3,6 sedangkan rata-rata skor siswa setelah post test naik menjadi 5,7. Peningkatan nilai siswa ini belum mencapai target yang ditentukan. Karena pada awal penelitian, telah ditetapkan target nilai 7(sesuai KKM). Pada siklus II, rata-rata peningkatan nilai kelas pada siklus I adalah 0,69 atau 7,73%. Pada saat pre test rata-rata skor siswa dalam kelas mencapai 8,24 sedangkan rata-rata skor siswa setelah post test naik menjadi 8,93. Peningkatan nilai siswa ini telah melampaui target yang ditentukan.

Ditinjau dari aspek partisipasi siswa, hasil penelitian menyatakan bahwa komponen mencatat materi sudah baik (siklus I: 43.75%; siklus II: 15.6%); komponen bertanya pada guru mengenai materi yang diajarkan sudah baik (siklus I: 0%; siklus II: 6.25%); komponen menjawab pertanyaan guru sudah baik (siklus I: 40.63%; siklus II: 56.3%); komponen berpendapat pada waktu guru menyajikan materi sudah baik (siklus I: 0%; siklus II: 9.38%); komponen mengerjakan soal latihan yang diberikan guru pada waktu kerja kelompok sudah baik (siklus I: 100%; siklus II: 100%); komponen bertanya pada teman waktu mengalami kesulitan dalam kerja kelompok sudah baik (siklus I: 31.25%; siklus II: 53.13%); komponen membantu teman lain pada waktu kesulitan dalam kerja kelompok


(13)

ix

sudah baik (siklus I: 31.25%; siklus II: 53.13%); komponen mendiskusikan jawaban yang telah ditulis pada lembar jawaban sudah baik (siklus I: 100%; siklus II: 100%).


(14)

x ABSTRACT

THE APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING METHOD OF TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TYPE IN ECONOMICS

SUBJECT TO INCREASE STUDENTS’S ACHIEVEMENT AND PARTICIPATION OF XA CLASS STUDENTS OF GODEAN 1 SENIOR

HIGH SCHOOL Ninda Tanove Sanata Dharma University

2013

The reasearch aims to know how the implementation of cooperative learning of TGT type in order to increase student’s achievement and participation on Economic lesson.

This research was conducted on first grade of Godean 1 Senior High School Yogyakarta. This research is a class action research which was conducted based on 2 cycles in which each cycle consists of four steps: planning, realization, observation, and reflection. The data was collected using the observation instrument teacher’s activity, student’s activity sheets observation, classroom’s activities sheet observation, theacher’s sheet observation in the learning process, classroom’s sheet observation, sheets observation in the group learning activities, sheet observation participation and reflection instruments. The data were analyzed by using descriptive and comparative analysis.

Based on student’s achievement, the results of studies suggest that the application of cooperative learning model TGT type able to improve student learning outcomes XA classes. Improved student learning outcomes is evident from scores achieved by students at pre-test and post test. The average increase in the value of the class in the first cycle was 2.1 or 36.8%. At the pre-test mean score of students in the class reached 3.6 while the average post-test scores of students after rising to 5.7. The increase in the value of the student has not achieved the target set. Since the beginning of the study, has been set a target value of 7 (according KKM). In the second cycle, the average increase in the value of the class in the first cycle was 0.69 or 7.73%. At the pre-test mean score of students in the class reaches 8.24 while the average post-test scores of students after rising to 8.93. The increase in the value of the student has exceeded the target set.

Based on students’s participation aspects, the result of the research showed that to ability to take a note from the material is already good(cycle I: 43.75%; Cycle II: 15.6%); the component of asking the teacher about the material being taught is also good (cycle I: 0%; Cycle II: 6.25 %); component answer the teacher is good (cycle I: 40.63%; cycle II: 56.3%); components found at the teacher presents the material is good (cycle I: 0%; cycle II: 9:38%); component doing exercises the teacher at the time the work was good (first cycle: 100%; cycle II: 100%); component asking friends while experiencing difficulties in group work is good (cycle I: 31.25%; cycle II: 53.13%); component help another friend in times of difficulty in group work is good (cycle I: 31.25%; cycle II: 53.13%);


(15)

xi

component discuss answers written on the answer sheet is good (first cycle: 100%; cycle II: 100%).


(16)

xii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Pada Pembelajaran Ekonomi Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar dan Partisipasi Siswa Kelas X-A SMA N 1 Godean.”

Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Akuntansi. Penulis menyadari bahwa keberhasilan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Indra Darmawan, SE., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd.,M.si.selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Ibu Natalina Premastuti Brataningrum,S.Pd.,M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

5. Ibu Tri Ismiyati, S.Pd. selaku guru mata pelajaran Ekonomi SMA N 1 Godean yang berkenan menjadi mitra penulis dalam membantu penelitian tindakan kelas ini di kelas X-A SMA N 1 Godean.


(17)

xiii

6. Bapak A. Joko Wicoyo, S.Pd., M.S yang telah memberikan bimbingan dalam

abstract skripsi ini.

7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi serta para staf karyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan pengetahuan dalam proses perkuliahan dan pelayanan selama penulis belajar di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

8. Mbak Theresia Aris Sudarsilah, selaku sekretaris Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan bantuan pelayanan yang baik sehingga proses penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

9. Seluruh keluarga besar SMA N 1 Godean, khususnya Kelas X-A yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini. Terima kasih banyak atas ijin dan bantuan yang diberikan. 10. Kedua orang tuaku, Bapak Darwis Sugeng dan Ibu Susanti yang tercinta, yang

tidak pernah lelah memberikan doa, kasih sayang, dukungan baik moril maupun material, serta semangat kepada penulis.

11. Kristantyo Wahyu Nugroho, sahabat dalam hidupku, yang telah membantu, mendukung, mendampingi, memberi semangat, memberi kritik-saran, serta doa selama ini.

12. Ndembikwati (Mega, Mina, Yustina, Tatik, Titik, Devi, Rosa, Novi), terima kasih untuk persahabatan selama ini, untuk dukungan, semangat dan doa.  13. Ndembikwan (Vembri, Stevanus, Ryan, Tyo, Himo, Landung), terima kasih


(18)

xiv

14. Teman-teman seperjuanganku Amy, Sisca, Nety, Novi, Tere, Aga, terima kasih atas kerjasamanya selama ini dan segala bantuan dari teman-teman semua. 15. Teman-teman yang telah membantu dalam penelitian (Mega, Mina, Devi,

Titik, Amy, Sari, Tatik, Vembri, Tyo, Ryan), terima kasih untuk bantuan yang diberikan, sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar.

16. Seluruh mahasiswa angkatan 2008 Prodi Pendidikan Akuntansi yang juga telah memberi kritik dan saran masukan, semangat,segala informasi yang diberikan, serta perhatian yang sangat berarti sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

17. “AB 5317 GJ”, yang telah setia membawa kemanapun aku pergi. 18. “CQ40”, yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

19. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Dengan kerendahan hati, Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penulisan skripsi ini, serta Penulis menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna karena masih banyak kekurangan yang ada di dalamnya.Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.


(19)

(20)

xvi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT... x

KATA PENGANTAR ... xii

DAFTAR ISI ... xvi

DAFTAR TABEL ... xx

DAFTAR GAMBAR ... xxii

DARTAR LAMPIRAN ... xxiii

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5


(21)

xvii

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Tindakan Kelas ... 8

B. Pembelajaran Kooperatif ... 15

C. Prestasi Belajar ... 27

D. Partisipasi ... 30

E. Mata pelajaran Ekonomi ... 31

F. Kajian Penelitian Yang Relevan ... 33

G. Kerangka Teoritik ... 35

H. Pertanyaan Penelitian ... 38

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 39

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

C. Subjek dan Obyek Penelitian ... 39

D. Prosedur Penelitian ... 40

E. Instrumen Penelitian ... 46

F. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya ... 47

G. Teknik Pengumpulan Data ... 53

H. Teknik Analisis Data ... 54

BAB IV GAMBARAN UMUM A. Sejarah Singkat ... 57

B. Visi dan Misi ... 58


(22)

xviii

D. Sarana & Prasarana ... 59 E. Struktur Organisasi ... 61 F. Kondisi Siswa ... 62 G. Prestasi ... 63 H. Personil Sekolah ... 64 BAB V HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Observasi ... 67 1. Observasi Pendahuluan ... 67 2. Siklus I ... 77 a. Perencanaan ... 77 b. Tindakan ... 81 c. Observasi ... 83 d. Refleksi ... 92 3. Siklus II ... 97 a. Perencanaan ... 98 b. Tindakan ... 101 c. Observasi ... 103 d. Refleksi ... 112 B. Analisis Komparatif Tingkat Prestasi Sebagai Dampak Penerapan Metode Kooperatif Tipe Teams Games Tournament ... 116 1. Siklus I ... 117 2. Siklus II ... 118


(23)

xix

C. Analisis Komparatif Partisipasi Belajar Sebagai Dampak Penerapan

Metode Kooperatif Tipe Teams Games Tournament ... 120

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 124 1. Prestasi ... 124 2. Partisipasi ... 125 B. Keterbatasan Penelitian ... 126 C. Saran ... 126 DAFTAR PUSTAKA ... 128 LAMPIRAN


(24)

xx

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Partisipasi Terhadap Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)

dalam Mata Pelajaran Ekonomi ... 52 Tabel 3.2 Peningkatan Prestasi Belajar Siswa ... 55 Tabel 3.3 Peningkatan Partisipasi Siswa ... 56 Tabel 5.1 Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran ... 69 Tabel 5.2 Partisipasi Siswa dalam Proses Pembelajaran ... 70 Tabel 5.3 Keadaan Kelas Selama Proses Pembelajaran ... 73 Tabel 5.4 Aktivitas Guru Pada Siklus I... 84 Tabel 5.5 Partisipasi Siswa Siklus I ... 87 Tabel 5.6 Instrumen Pengamatan Kelas ... 90 Tabel 5.7 Kesan Guru Mitra Terhadap Perangkat Pembelajaran dan Metode

Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus I ... 92 Tabel 5.8 Refleksi Siswa Terhadap Perangkat dan Metode Pembelajaran

Kooperatif Tipe TGT Siklus I ... 95 Tabel 5.9 Aktivitas Guru Pada Siklus II ... 104 Tabel 5.10 Partisipasi Siswa Siklus II... 107 Tabel 5.11 Instrumen Pengamatan Kelas ... 110 Tabel 5.12 Kesan Guru Mitra Terhadap Perangkat Pembelajaran dan Metode


(25)

xxi

Tabel 5.13 Refleksi Siswa Terhadap Perangkat dan Metode Pembelajaran

Koperatif Tipe TGT Siklus II ... 115 Tabel 5.14 Perkembangan Belajar Siswa Pada Siklus I ... 117 Tabel 5.15 Perkembangan Belajar Siswa pada Siklus II ... 118 Tabel 5.16 Indikator Keberhasilan Tingkat Partisipasi Belajar Siswa dalam


(26)

xxii

DAFTAR GAMBAR


(27)

xxiii

DAFTAR LAMPIRAN

Surat Keterangan Ijin dari BAPEDA ... 131 Surat Ijin dari DINAS PERIZINAN ... 132 Lampiran 1a Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 134 Lampiran 1b Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 146 Lampiran 2a Lembar Kerja Siswa Dalam Kelompok Siklus I ... 158 Lampiran 2b Lembar Kerja SiswaDlam Kelimpok Siklus II ... 159 Lampiran 3a Soal games siklus I :Mix and Match ... 160 Lampiran 3b Soal games siklus II :Mix and Match ... 161 Lampiran 4a Soal turnamen siklus I : Cerdas Cermat... 163 Lampiran 4b Soal turnamen siklus II : Cerdas Cermat ... 164 Lampiran 5a Lembar Observasi Kegiatan Guru Pra Penelitian... 165 Lampiran 5b Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus I ... 167 Lampiran 5c Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus II ... 169 Lampiran 6a Lembar Observasi Kegiatan Siswa Pra Penelitian ... 171 Lampiran 6b Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus I ... 173 Lampiran 6c Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus II ... 175 Lampiran 7a Lembar Observasi Kegiatan Kelas Pra Penelitian ... 177 Lampiran 7b Lembar Observasi Kegiatan Kelas Siklus I ... 179 Lampiran 7c Lembar Observasi Kegiatan Kelas Siklus II ... 180 Lampiran 8a Lembar Observasi Guru Dalam Proses Pemb. Siklus I ... 181 Lampiran 8b Lembar Observasi Guru Dalam Proses Pemb. Siklus II ... 183


(28)

xxiv

Lampiran 9a Lembar Observasi Kelas Siklus I ... 185 Lampiran 9b Lembar Observasi Kelas Siklus II ... 187 Lampiran 10a Lembar Observasi Keg. Belajar Siswa Dlm Kel. Siklus I ... 189 Lampiran 10b Lembar Observasi Keg. Belajar Siswa Dlm Kel. Siklus II .... 190 Lampiran 11a Lembar Observasi Partisipasi Siswa Pra Pendahuluan ... 191 Lampiran 11b Lembar Observasi Partisipasi Siswa Siklus I ... 192 Lampiran 11c Lembar Observasi Partisipasi Siswa Siklus II ... 193 Lampiran 12a Lembar Skor Dalam Games Siklus I ... 194 Lampiran 12b Lembar Skor Dalam Games Siklus II ... 197 Lampiran 13a Lembar Skor Dalam Turnamen Siklus I ... 200 Lampiran 13b Lembar Skor Dalam Turnamen Siklus II ... 201 Lampiran 14a Lembar Refleksi Guru Siklus I ... 202 Lampiran 14b Lembar Refleksi Guru Siklus II ... 204 Lampiran 15a Lembar Refleksi Siswa Siklus I ... 206 Lampiran 15b Lembar Refleksi Siswa Siklus II ... 208 Lampiran 16a Soal Pre Test Siklus I ... .209 Lampiran 16b Kunci Jawaban Pre Test Siklus I ... .215 Lampiran 17a Soal Post Test Siklus I ... .219 Lampiran 17b Kunci Jawaban Post Test Siklus I ... .226 Lampiran 18a Soal Pre Test Siklus II ... .229 Lampiran 18b Kunci Jawaban Pre Test Siklus II ... .234 Lampiran 19a Soal Post Test Siklus II ... .237 Lampiran 19b Kunci Jawaban Post Test Siklus II ... .243


(29)

xxv

Lampiran 20a Nama-nama Anggota Kelompok Siklus I ... .246 Lampiran 20b Nama-nama Anggota Kelompok Siklus II ... .249 Lampiran 21 Prosedur Games “Mix and Match” ... .252 Lampiran 22 Prosedur Turnamen... .254 Lampiran 23a Kunci Jawaban Games Siklus I ... .256 Lampiran 23b Kunci Jawaban Games Siklus II ... .257 Lampiran 24a Kunci Jawaban Turnamen Siklus I ... .258 Lampiran 24b Kunci Jawaban Turnamen Siklus II... .26


(30)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Pendidikan memiliki tujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan sebagai suatu perwujudan budaya, selalu berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Perubahan dalam hal perbaikan pendidikan perlu terus menerus dilakukan sebagai tindakan antisipasi terhadap kepentingan dan tuntutan di masa depan. Pendidikan yang mampu menjawab kebutuhan di masa depan adalah pendidikan yang mampu membangun potensi dari peserta didik, sehingga peserta didik mampu menjawab tantangan dalam kehidupannya. Konsep pendidikan semakin penting ketika peserta didik mampu menerapkan ilmu yang mereka peroleh di kehidupan nyata dalam bermasyarakat. Terutama saat peserta didik memasuki dunia kerja. Hasil dari proses pendidikan yang mereka


(31)

peroleh dapat menjadi bekal dalam bekerja. Idealnya, agar pendidikan mampu menganstisipasi kebutuhan dan tantangan masa depan, penyempurnaan pendidikan perlu terus menerus dilakukan, diselaraskan dengan perkembangan zaman, perkembangan dunia kerja dan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

Dalam kenyataannya, pendidikan di Indonesia masih bermasalah dan memerlukan banyak sekali perbaikan. Salah satu masalah yang dihadapi adalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, pendidik kurang mendorong peserta didik untuk menggunakan kemampuan otaknya. Seringkali pendidik hanya menganggap peserta didik sebagai gelas kosong yang terus-menerus diisi hingga gelas tersebut tidak dapat menampung isinya lagi. Peserta didik diberi pembelajaran tanpa memperhatikan kebutuhan peserta didik. Pembelajaran dipusatkan hanya pada guru, sehingga peserta didik hanya mempunyai sedikit kesempatan untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. Peserta didik dipaksa untuk mengingat, menghafal, dan menimbun segala informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya untuk dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Pendidikan kita belum terarah untuk membangun dan mengembangkan karakter serta potensi yang dimiliki peserta didik. Dengan kata lain, pendidikan kita belum sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri.

Kondisi seperti tersebut di atas sesuai dengan pengamatan peneliti di SMA N 1 Godean khususnya kelas X-A. Pada saat guru melaksanakan


(32)

pembelajaran dengan metode ceramah, siswa kurang memperhatikan. Hanya ada beberapa siswa yang benar-benar menyimak penjelasan dari guru. Saat guru menggunakan metode diskusi dan memberikan tugas kelompok, hanya beberapa siswa saja yang terlibat aktif mengerjakan. Sedangkan siswa yang lain asyik dengan aktivitas lain dan menggantungkan jawaban dari teman yang mengerjakan. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa metode ceramah, diskusi, maupun pemberian tugas oleh guru belum sepenuhnya berhasil membangkitkan partisipasi dari peserta didik dalam proses pembelajaran. Sehingga prestasi yang diharapkan belum meningkat sesuai harapan.

Dari uraian di atas, permasalahannya adalah kurangnya pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik. Sehingga kreativitas peserta didik kurang terasah dan cenderung pasif. Untuk menjawab permasalahan tersebut, diperlukan model pembelajaran yang memandang peserta didik sebagai organisme yang berkembang dan memiliki potensi. Model pembelajaran yang dipilih hendaknya mampu memenuhi 3 aspek, yaitu membentuk sikap positif pada peserta didik, mengembangkan kecerdasan intelektual, dan mengembangkan ketrampilan peserta didik sesuai dengan kebutuhan. Model pembelajaran yang memenuhi 3 aspek tersebut sangat dibutuhkan dalam pembelajaran ekonomi. Ketika seorang pendidik memberikan pelajaran ekonomi, pendidik tersebut juga memikirkan bagaimana materi ekonomi yang diberikan mampu membantu


(33)

mengembangkan sikap, kecerdasan, dan ketrampilan sesuai dengan tujuan pendidikan.

Ada berbagai macam model pembelajaran yang dapat diterapkan di sekolah. Semua model pembelajaran tersebut tidak ada yang paling baik. Karena masing-masing model pembelajaran dapat dirasa baik, jika telah diujicobakan untuk suatu mata pelajaran tertentu. Oleh karena itu, perlu dilakukan seleksi pada masing-masing model pembelajaran untuk digunakan dalam mengajarkan materi tertentu.

Salah satu model pembelajaran yang sering digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament ( TGT ). TGT ini dilakukan dengan membagi siswa dalam beberapa kelompok yang di dalamnya terdapat variasi siswa dari segi kemampuan dan tanpa membedakan status. TGT merupakan tipe pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa. Melalui TGT, guru dapat menanamkan berbagai sikap positif pada peserta didik. Misalnya, sikap saling menghargai oleh sesama anggota kelompok, saling membantu, kejujuran, dan persaingan yang sehat dalam turnamen. Selain itu, pembelajaran akan terasa menyenangkan dan tidak menjemukan karena proses pembelajaran dilakukan dengan permainan. Peserta didik akan merasa bahwa belajar adalah hal yang sangat menyenangkan, sehingga akan membangkitkan rasa keingintahuan peserta didik dan diharapkan dapat mendorong peserta didik agar berpartisipasi aktif dalam pembelajaran serta ada peningkatan pemahaman pada diri siswa.


(34)

Berdasarkan uraian di atas, penulis berkeyakinan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT mampu meningkatkan prestasi belajar dan partisipasi peserta didik. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Pada Pembelajaran Ekonomi Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar dan Partisipasi Siswa“ yang akan dilakukan pada siswa kelas X-A SMA N 1 Godean.

B. Batasan Masalah

Ada berbagai model pembelajaran kooperatif yang dapat mempengaruhi peningkatan prestasi belajar dan partisipasi siswa. Namun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tipe Teams Games Tournament

(TGT) untuk meningkatkan prestasi belajar dan partisipasi siswa dalam pembelajaran ekonomi.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan:

1. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi? 2. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam


(35)

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi.

2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam meningkatkan partisipasi siswa pada mata pelajaran ekonomi.

E. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini, diharapkan akan bermanfaat bagi : 1. Bagi Guru

Dengan adanya penelitian dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif ini, diharapkan dapat memberikan masukan untuk para guru agar guru tersebut kreatif dalam menerapkan metode-metode pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran di dalam kelas berlangsung tidak monoton dan tidak menimbulkan kebosanan.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya berkaitan dengan terapan strategi pembelajaran dan aktivitas pengajaran di lapangan.


(36)

3. Bagi Peneliti

Sebagai calon guru, peneliti dapat memanfaatkan dan menerapkan metode pembelajaran kooperatif dalam proses belajar mengajar yang sesuai dengan tuntutan pendidikan saat ini yaitu pembelajaran yang berpusat pada siswa.


(37)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Tindakan Kelas

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas (PTK), pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. Inti gagasan Lewin inilah yang selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli lain seperti Stephen Kemmis, Robin Mc Tanggart, John Elliot, Dave Ebbutt, dan sebagainya. PTK di Indonesia baru dikenal pada akhir dekade 80-an. Oleh karenanya, sampai dewasa ini keberadaannya sebagai salah satu jenis penelitian masih sering menjadi perdebatan jika dikaitkan dengan bobot keilmiahannya (Aqib, 2007:13).

Dalam bahasa Inggris, Penelitian Tindakan Kelas diartikan dengan

Classroom Action Research, disingkat CAR. Namanya sendiri sebetulnya sudah menunjukkan isi yang terkandung di dalamnya. Menurut Aqib (2007:12), ada 3 pengertian yang dapat menerangkan apa itu PTK, yaitu: a. Penelitian, yaitu kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan

aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi bermanfaat untuk meningkatkan mutu dari suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

b. Tindakan, yaitu sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan.

c. Kelas, yaitu sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru. Batasan yang ditulis untuk pengertian tentang kelas tersebut adalah pengertian lama, untuk melumpuhkan pengertian yang salah dan dipahami secara luas oleh umum dengan “ruangan tempat guru mengajar”. Kelas bukan wujud ruangan tetapi sekelompok peserta didik yang


(38)

sedang belajar, kelompok orang yang sedang belajar di lab, lapangan olahraga, workshop dan lain-lain.

Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata tersebut segera dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas (Aqib, 2007:13).

Pendapat lain dikemukakan oleh Susilo (2007:16), beliau mengemukakan bahwa classroom action research merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran. Carr dan Kemmis dalam Wijaya (2009:8) mengemukakan bahwa hakikat PTK atau action research adalah suatu bentuk penelitian refleksi diri (self reflektive) yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi sosial untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran praktik-praktik sosial atau pendidikan yang dilakukan sendiri, pengertian mengenai praktik-praktik tersebut, dan situasi-situasi di mana praktik-praktik tersebut dilaksanakan. Sedangkan Mc Niff dalam Wijaya (2009:8), memandang hakikat PTK adalah sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan keahlian mengajar. 2. Tahap Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

PTK yang dikembangkan dan dilaksanakan oleh para guru di sekolah saat ini, pada umumnya berdasarkan model PTK Kemmis dan


(39)

McTaggart. Model Kemmis dan McTaggart merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin. Konsep pokok penelitian tindakan Model Kurt Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu a) perencanaan (planning), b) tindakan (acting), c) pengamatan (observing), dan d) refleksi (reflecting). Sedangkan dalam Model Kemmis & McTaggart, komponen tindakan (acting) dengan pengamatan (observing) dijadikan sebagai satu kesatuan. Disatukannya kedua komponen tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa antara penerapan acting dan observing merupakan dua kegiatan yang tidak terpisahkan. Maksudnya, kedua kegiatan harus dilakukan dalam satu kesatuan waktu, ketika tindakan dilaksanakan begitu pula observasi juga harus dilaksanakan. Keempat komponen tersebut dipandang sebagai satu siklus. Pengertian siklus dalam hal ini adalah putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. (Kusumah, Wijaya. dan Dedi Dwitagama, 2009:20-21).

Adapun model untuk masing-masing tahap dalam PTK dapat dilihat pada siklus berikut ini (Arikunto, 2006:16):


(40)

Gambar 2.1. Tahap Penelitian Tindakan Kelas

Berikut adalah tahap pelaksanaan tindakan kelas Kemmis & McTaggart (Arikunto, suharsimi, dkk, 2006:17-22 ) :

a. Perencanaan (planning)

Pada tahap pertama ini peneliti harus menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa dan bagaimana tindakan dilakukan. Idealnya kegiatan dilakukan secara berpasangan untuk bekerja secara kolaboratif. Pihak pertama melakukan tindakan dan pihak kedua melakukan observasi terhadap tindakan, sehingga subyektifitas dapat dikurangi dan observasi menjadi lebih cermat. Lain halnya jika pelaksana tindakan dan observer adalah orang yang sama, meskipun hal ini juga bisa dilakukan dalam PTK.


(41)

titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian pembuatan instrumen observasi untuk merekam fakta selama berlangsungnya tindakan. Jika pelaksana tindakan dan observer adalah orang yang berbeda, maka harus dibuat kesepakatan terlebih dahulu antara pihak pelaksana dan pihak peneliti. b. Pelaksanaan (acting)

Tahap ini adalah waktu untuk melaksanakan isi perencanaan yaitu melaksanakan tindakan di kelas. Pihak guru pelaksana tindakan harus mengingat betul dan berusaha agar mengikuti apa yang sudah dirumuskan dalam tahap perencanaan, juga harus berlaku wajar, tidak dibuat-buat. Kesesuaian antara planning dan acting akan diperhatikan secara seksama dalam refleksi.

Saat menyusun laporan penelitian, peneliti tidak lagi melaporkan perencanaan, melainkan langsung pada pelaksanaan. Oleh sebab itu bentuk dan isi laporan harus sudah dapat menggambarkan semua kegiatan yang dilakukan, mulai dari persiapan sampai dengan penyelesaian.

c. Pengamatan (observing)

Sesungguhnya tahap pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan tahap pelaksanaan. Pada saat guru pertama melaksanakan tindakan di kelas, guru kedua melaksanakan observasi terhadap hal-hal yang disepakati untuk diamati selama tindakan berlangsung. Jika pelaksana dan observer adalah guru yang sama, tentu pada saat


(42)

melaksanakan tindakan ia akan memusatkan perhatiannya pada tindakan, sehingga tidak sempat menganalisis peristiwa yang sedang terjadi. Oleh karena itu, peneliti harus melakukan pengamatan balik terhadap apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung. Sambil melakukan pengamatan balik ini, guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.

d. Refleksi (reflecting)

Pada tahap ini peneliti mengemukakan kembali apa yang telah dilakukan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Dalam hal ini guru pelaksana sedang merefleksikan (memantulkan) pengalamannya kepada peneliti yang baru saja mengamati kegiatannya dalam tindakan.

Inti dari penelitian tindakan adalah ketika guru pelaksana tindakan siap mengatakan kepada observer (guru peneliti) tentang hal-hal yang dirasakan telah berjalan baik dan hal-hal-hal-hal dirasakan belum berjalan baik. Dapat dikatakan bahwa guru pelaksana sedang melakukan self evaluation (evaluasi diri). Jika guru pelaksana dan guru observer adalah orang yang sama, maka ia harus melakukan refleksi kepada dirinya sendiri. Dengan kata lain, guru tersebut melihat dirinya kembali melakukan “dialog” untuk menemukan


(43)

hal-hal yang dirasakan sudah memuaskan karena sudah sesuai dengan rancangan. Selain itu harus mengenali hal-hal yang masih perlu perbaikan secara cermat. Jika PTK dilakukan dalam beberapa siklus, maka dalam tahap refleksi terakhir, peneliti menyampaikan rencana yang disarankan kepada peneliti lain apabila ia menghentikan kegiatannya, atau kepada diri sendiri apabila peneliti akan melanjutkannya pada kesempatan yang lain.

3. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas Dilakukan

Menurut Susilo dalam buku Panduan Penelitian Tindakan Kelas (2007:17-18), tujuan dari dilaksanakannya PTK adalah sebagai berikut:

a. Tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan dan peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas.

b. Perbaikan dan peningkatan pelayanan professional guru kepada peserta didik dalam konteks pembelajaran di kelas.

c. Mendapatkan pengalaman tentang keterampilan praktik dalam proses pembelajaran secara reflektif, dan bukan untuk mendapatkan ilmu baru.

d. Pengembangan kemampuan dan ketrampilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas dalam rangka mengatasi permasalahan aktual yang dihadapi sehari-hari.

e. Adapun tujuan penyerta penelitian tindakan kelas yang dapat dicapai adalah terjadinya proses latihan dalam jabatan selama proses penelitian itu berlangsung.

4. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Susilo (2007:18), banyak manfaat yang dapat diperoleh dari dilaksanakannya penelitian tindakan kelas yang terkait dengan komponen utama pendidikan dan pembelajaran, antara lain :

a. Inovasi pembelajaran

b. Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan di tingkat kelas. c. Peningkatan profesionalisme guru atau pendidik.


(44)

d. Melalui PTK secara kolaboratif akan tercipta peluang yang luas terhadap terciptanya karya tulis bagi guru.

e. Karya Tulis Ilmiah semakin diperlukan guru di masa depan untuk meningkatkan kariernya, dan dalam rangka membuat rancangan penelitian tindakan kelas yang lebih berbobot sambil mengajar di kelas.

B.Pembelajaran Kooperatif 1. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran (Isjoni, 2011:14-15).

Menurut Slavin dalam Isjoni (2011:15), pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan menurut Sanjaya (2006:239), pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa


(45)

dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

Pembelajaran kooperatif bukanlah sesuatu yang baru dan telah dianjurkan oleh para ahli pendidikan untuk digunakan dalam pembelajaran. Slavin dalam Sanjaya (2006:240) mengemukakan dua alasan, pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan ketrampilan.

Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika peserta didik saling berdiskusi dengan temannya. Menurut Slavin, Eggen & Kauchack (Trianto, 2009:56), dalam pembelajaran kooperatif, siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 orang untuk bekerja sama dalam menguasai materi yang diberikan guru. Artzt & Newman (Trianto, 2009:56-57) menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Sistem penilaian dilakukan dengan memberikan penghargaan pada kelompok yang


(46)

mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Jadi, setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya. Setiap individu akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok.

Kelompok yang dibentuk dalam pembelajaran kooperatif, terdiri dari siswa-siswa yang sederajat tetapi heterogen dalam kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu. Pembentukan kelompok ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa agar bisa terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan belajar. Tugas masing-masing anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan dalam belajar. Proses belajar belum bisa dikatakan selesai apabila salah satu anggota kelompok belum memahami materi yang dipelajari.

Selama beberapa kali pertemuan, siswa akan terus berada dalam kelompok yang sama dan mereka diajarkan ketrampilan-ketrampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik didalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar aktif, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, berdiskusi, dan sebagainya. Agar terlaksana dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan.


(47)

Tujuan pembelajaran kooperatif menurut Johnson & Johnson (Trianto, 2009:57) adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Dengan pembelajaran kooperatif, diharapkan kelak akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang cemerlang dan memiliki solidaritas sosial yang kuat.

Pembelajaran kooperatif mempunyai berbagai kelebihan dan kekurangan. Menurut Sanjaya (2006:247-248), kelebihan pembelajaran kooperatif adalah:

a. Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.

b. Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.

c. Pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaannya.

d. Pembelajaran kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.

e. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan ketrampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah. f. Melalui pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan

kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.

g. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).

h. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.


(48)

Sedangkan kekurangan pembelajaran kooperatif adalah (Sanjaya, 2006:248-249):

a. Untuk memahami dan mengerti filosofis pembelajaran kooperatif memang membutuhkan waktu. Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat cooperative learning. Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan, contohnya, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya, keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerja sama dalam kelompok.

b. Ciri utama dari pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.

c. Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.

d. Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, dan hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-sekali penerapan strategi ini.

e. Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual. Oleh karena itu idealnya melalui pembelajaran kooperatif selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu, dalam pembelajaran kooperatif memang bukan pekerjaan yang mudah.

Terdapat 5 tipe pembelajaran kooperatif (Slavin, 2005:11-17), yaitu: a. Student Teams Achievement Division ( STAD )

Dalam STAD, para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan


(49)

bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya, semua siswa mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri-sendiri, di mana saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling membantu.

Skor kuis para siswa dibandingkan dengan rata-rata pencapaian mereka, dan kepada masing-masing tim akan diberikan poin berdasarkan tingkat kemajuan yang diraih siswa dibandingkan hasil yang mereka capai sebelumnya. Poin ini kemudian dijumlahkan untuk memperoleh skor tim, dan tim yang berhasil memenuhi kriteria tertentu akan mendapatkan sertifikat atau penghargaan lainnya. Seluruh rangkaian kegiatan, termasuk presentasi yang disampaikan guru, praktik tim, dan kuis biasanya memerlukan waktu 3-5 periode kelas.

b. Jigsaw II

Jigsaw II adalah adaptasi dari teknik teka-teki Elliot Aronson. Dalam teknik ini, siswa bekerja dalam anggota 4 orang dengan latar belakang yang berbeda. Para siswa ditugaskan untuk membaca bab, buku kecil, atau materi lain, biasanya bidang studi sosial. Biografi, atau materi-materi yang bersifat penjelasan terperinci lainnya. Tiap anggota tim ditugaskan secara acak untuk menjadi “ahli” dalam aspek tertentu dari tugas membaca tersebut. Setelah itu, para ahli dari tim berbeda bertemu untuk mendiskusikan topik yang sedang mereka bahas, lalu mereka kembali kepada timnya untuk mengajarkan topik mereka itu kepada teman satu timnya. Akhirnya, akan ada kuis atau bentuk penilaian lainnya untuk semua topik. Penghitungan skor dan rekognisi didasarkan pada kemajuan yang dicapai seperti dalam STAD.

c. Teams Games Tournament ( TGT )

Teams Games-Tournament, pada mulanya dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards, ini merupakan metode pembelajaran pertama dari Johns Hopkins. Metode hampir sama seperti STAD, tetapi menggantikan kuis dengan turnamen mingguan, dimana siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya. Siswa memainkan game ini bersama tiga orang pada ”meja turnamen”, dimana ketiga peserta dalam satu meja turnamen ini adalah para siswa yang memiliki rekor nilai terakhir yang sama. Sebuah prosedur “menggeser kedudukan” membuat permainan ini cukup adil. Peraih rekor tertinggi dalam tiap meja turnamen akan mendapatkan poin untuk timnya, tanpa menghiraukan dari meja mana ia mendapatkannya: ini berarti bahwa mereka yang berprestasi rendah (bermain dengan yang berprestasi rendah juga)


(50)

dan yang berprestasi tinggi (bermain dengan yang berprestasi tinggi) keduanya memiliki kesempatan yang sama untuk sukses. Tim dengan tingkat kinerja tertinggi mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan tim lainnya.

TGT memiliki banyak kesamaan dinamika dengan STAD, tetapi menambahkan dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan. Teman satu tim akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, tetapi sewaktu siswa sedang bermain dalam game, temannya tidak boleh membantu, memastikan telah terjadi tanggung jawab individual. Sebagian guru memilih TGT karena faktor menyenangkan dan kegiatannya , sementara yang lain lebih memilih yang murni bersifat kooperatif saja yaitu STAD, dan banyak juga yang mengkombinasikan keduanya.

d. Team Accelerated Instruction (TAI)

Team Accelerated Instruction (TAI) menggunakan bauran kemampuan empat anggota yang berbeda dan memberi sertifikat untuk tim dengan kinerja terbaik. TAI menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan pengajaran yang individual. Dalam TAI, para siswa memasuki sekuen individual berdasarkan tes penempatan dan kemudian menlanjutkannya dengan tingkat kemampuan mereka sendiri. Secara umum, anggota kelompok bekerja pada unit pelajaran yang berbeda. Teman satu tim saling memeriksa hasil kerja masing-masing menggunakan lembar jawaban dan saling membantu dalam menyelesaikan berbagai masalah. Unit tes yang terakhir akan dilakukan tanpa bantuan teman satu tim dan skornya dihitung dengan monitor siswa. Tiap minggu, guru menjumlah angka dari tiap unit yang telah diselesaikan semua anggota tim dan memberikan sertifikat atau penghargaan tim lainnya untuk tim yang berhasil melampaui kriteria skor yang didasarkan pada angka tes terakhir yang telah dilakukan, dengan poin ekstra untuk lembar jawaban yang sempurna dan pekerjaan rumah yang telah diselesaikan. Para siswa bertanggung jawab untuk saling mengecek satu sama lain dan mengelola materi yang disampaikan, dan guru dapat menghabiskan waktu di dalam kelas penyampaian pelajaran kepada kelompok kecil siswa yang terdiri dari beberapa tim yang belajar pada tingkat yang sama.

Dalam TAI, para siswa saling mendukung dan saling membantu satu sama lain untuk berusaha keras karena mereka semua menginginkan tim mereka berhasil. Tanggung jawab individu bisa dipastikan hadir karena satu-satunya skor yang diperhitungkan adalah skor akhir,dan siswa melakukan tes akhir


(51)

tanpa bantuan teman satu tim. Para siswa juga mendapatkan kesempatan sukses yang sama karena semuanya telah ditempatkan berdasarkan tingkat kemampuan atau pengetahuan lain yang dimiliki sebelumnya.

Namun demikian individualisasi yang menjadi bagian dari TAI membuatnya menjadi sedikit berbeda dari STAD dan TGT. Dalam beberapa pembelajaran, kebanyakan konsep dibangun dari konsep sebelumnya. Apabila konsep sebelumnya tidak dikuasai, akan sulit atau tidak mungkin untuk mempelajari konsep berikutnya. Dalam TAI, para siswa belajar pada tingkat kemampuan mereka sendiri-sendiri, jadi apabila mereka tidak memenuhi syarat kemampuan tertentu mereka dapat membangun dasar yang kuat sebelum melangkah ke tahap berikutnya.

e. Cooperatif Integrated Reading and Composition (CIRC)

CIRC merupakan program komperehensif untuk mengajarkan membaca dan menulis pada kelas sekolah dasar pada tingkat yang lebih tinggi dan juga pada sekolah menengah. Dalam CIRC, guru menggunakan novel atau bahan bacaan yang berisi latihan soal dan cerita. Mereka mungkin menggunakan novel atau bahan bacaan yang berisi latihan soal dan cerita. Mereka mungkin menggunakan kelompok membaca, seperti dalam kelas membaca tradisional. Para siswa ditugaskan untuk berpasangan dalam tim mereka untuk belajar dalam serangkaian kegiatan yang bersifat kognitif, termasuk membacakan cerita satu sama lain, membuat prediksi mengenai bagaimana akhir dari sebuah cerita naratif, saling merangkum cerita satu sama lain, menulis tanggapan terhadap cerita, dan melatih pengucapan, penerimaan, dan kosa kata. Para siswa juga belajar dalam timnya untuk menguasai gagasan utama dan kemampuan komprehesif lainnya. Selama periode seni berbahasa, siswa terlibat dalam pelatihan penulisan, konsep penulisan, saling merevisi dan menyunting karya yang satu dengan yang lainnya, dan mempersiapkan pemuatan hasil kerja tim atau buku-buku kelas.

Dalam kebanyakan kegiatan CIRC, para siswa mengikuti serangkaian pengajaran guru, praktik tim, pra-penilaian tim, dan kuis. Para murid tidak mengerjakan kuis sampai teman satu timnya menyatakan bahwa mereka sudah siap. Penghargaan untuk tim dan sertifikat akan diberikan kepada tim berdasarkan kinerja rata-rata dari semua anggota tim dalam semua kegiatan membaca dan menulis. Karena siswa belajar dengan materi yang sesuai dengan tingkat kemampuan mereka, maka mereka punya kesempatan yang sama untuk sukses. Konstribusi siswa pada timnya disasarkan pada skor kuisnya dan membuat karangan tertulis secara independen, yang memastikan adanya tanggung jawab individu.


(52)

2. Pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT)

Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda (Isjoni, 2011:83-84). Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-masing. Dalam kerja kelompok, guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama-sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggung jawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru.

Akhirnya, untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran, maka seluruh siswa akan diberikan permainan akademik. Dalam permainan akademik siswa akan dibagi dalam meja-meja turnamen, dimana setiap meja turnamen terdiri dari 5-6 orang yang merupakan wakil dari kelompoknya masing-masing. Dalam setiap meja permainan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Siswa dikelompokkan dalam satu meja turnamen secara homogen dari segi kemampuan akademik, artinya dalam satu meja turnamen kemampuan setiap peserta diusahakan agar setara.


(53)

Hal ini dapat ditentukan dengan melihat nilai yang mereka peroleh pada saat pre-test. Skor yang diperoleh setiap peserta dalam permainan akademik dicatat pada lembar pencatat skor. Skor kelompok diperoleh dengan menjumlahkan skor-skor yang diperoleh anggota suatu kelompok, kemudian dibagi banyaknya anggota kelompok tersebut. Skor kelompok ini digunakan untuk memberikan penghargaan tim berupa sertifikat dengan mencamtumkan predikat tertentu.

Dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya, masing-masing ditempatkan dalam meja-meja turnamen. Tiap meja turnamen ditempati 5 sampai 6 orang peserta, dan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok peserta homogen. Permainan ini diawali dengan memberitahukan aturan permainan. Setelah itu permainan dimulai dengan membagikan kartu-kartu soal untuk bermain (kartu soal dan kunci ditaruh terbalik di atas meja sehingga soal dan kunci tidak terbaca).

Permainan pada tiap meja turnamen dilakukan dengan aturan sebagai berikut. Pertama, setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca soal dan pemain yang pertama dengan cara undian. Kemudian pemain yang menang undian mengambil katu undian yang berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain. Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan


(54)

penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal. Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditanggapi oleh penantang searah jarum jam. Setelah itu pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan kepada pemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali memberikan jawaban benar.

Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja. Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal habis dibacakan, dimana posisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap peserta dalam satu meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain, dan penantang. Disini permainan dapat dilakukan berkali-kali dengan syarat bahwa setiap peserta harus mempunyai kesempatan yang sama sebagai pemain, penantang, dan pembaca soal.

Dalam permainan ini pembaca soal hanya bertugas untuk membaca soal dan membuka kunci jawaban, tidak boleh ikut menjawab atau memberikan jawaban kepada peserta lain. Setelah semua kartu selesai terjawab, setiap pemain dalam satu meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan berapa poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang ditelah disediakan. Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh kepada ketua kelompok. Ketua kelompok memasukkan poin yang diperoleh anggota kelompoknya pada tabel yang telah disediakan,


(55)

kemudian menentukan kriteria penghargaan yang diterima kelompoknya.

Kelebihan dari pembelajaran TGT Menurut Suarjana (http://ekocin.wordpress.com/2011/06/17/model-pembelajaran-teams-games-tournaments-tgt-2/), antara lain:

1) Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas. 2) Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu.

3) Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam.

4) Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa. 5) Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain. 6) Motivasi belajar lebih tinggi.

7) Hasil belajar lebih baik.

8) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.

Sedangkan kelemahan TGT menurut Suarjana (http://ekocin.wordpress.com/2011/06/17/model-pembelajaran-teams-games-tournaments-tgt-2/) adalah:

1) Bagi guru:

a) Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok.

b) Waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh.

2) Bagi siswa:

Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain.


(56)

C. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi

Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang relatif permanen sebagai hasil dari pengalaman (Matlin dalam Reni, 2004:168). Dalam konteks sekolah, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan siswa untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman siswa sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan Prestasi belajar adalah hasil dari penilaian pendidik terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan instruksional yang menyangkut isi pelajaran dan perilaku yang diharapkan dari siswa (Lanawati dalam Reni, 2004:168).

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi

Menurut Rimm dalam Reni (2004:69), karakteristik siswa berbakat berprestasi kurang dapat dikategorikan menjadi tiga tingkat yang berbeda, berkaitan dengan sebab dan gejalanya. Karakterisik primer adalah rasa harga diri yang rendah dan karakteristik ini merupakan akar dari sebagian besar masalah underachievement. Rasa harga diri yang rendah menyebabkan karakteristik sekunder, yaitu perilaku yang menghindari bidang akademik, kemudian menghasilkan karakteristik tersier, yaitu kebiasaan belajar yang buruk, keterampilan yang tidak dikuasai, masalah sosial, dan disiplin.


(57)

Kemudian, dapat digolongkan lebih rinci lagi beberapa penyebab siswa tidak berhasil menampilkan prestasi sesuai dengan potensi yang dimilikinya, antara lain (Reni, 2004:70-73):

a. Faktor sekolah

1) Apabila lingkungan sekolah tidak mendukung atau memberikan nilai tinggi pada keberhasilan akademik, artinya iklim sekolah anti intelektual. Umumnya, anak muda akan melakukan olahraga dengan baik dan mungkin saja menghargai kegiatan yang sifatnya artistik, misalnya seni dan musik. Termasuk juga siswa berbakat yang memiliki tingkat kreativitas tinggi.

2) Kurikulum mungkin saja tidak cocok untuk anak yang cerdas. Anak yang memiliki tingkat intelegensi yang tinggi kehilangan minat. Mereka menjadi bosan dan menolak untuk menyelesaikan tugas yang dianggapnya kurang relevan.

3) Lingkungan kelas kaku atau otoritarian. Siswa berbakat menginginkan adanya kesempatan untuk dapat mengendalikan pengalaman belajarnya sendiri.

4) Penghargaan tidak dibuat untuk perbedaan individual. Semua siswa harus maju melalui kurikulum pada tingkat yang sama. Padahal, ada siswa yang lebih cepat atau lebih lambat dari siswa lainnya. 5) Siswa lebih diharapkan untuk memperlihatkan kemampuannya

daripada tampil berbeda di antara kelompok teman sekelasnya. 6) Gaya belajar siswa dapat saja tidak cocok dengan gaya mengajar

guru. b. Faktor rumah

1) Belajar tidak dinilai atau didukung dan prestasi tidak diberi imbalan.

2) Tidak adanya sikap positif orangtua terhadap karier mereka sendiri, misalnya ayahnya seorang petugas penjualan, tetapi selalu menghina atau merendahkan pekerjaannya.

3) Belajar didukung, tetapi orangtua bersikap dominan. Anak tidak mengembangkan disiplin yang sifatnya internal. Ada perbedaan komitmen terhadap tugas antara anak berbakat yang berprestasi dan anak berbakat yang berprestasi kurang. Orangtua juga terlalu mengontrol waktu anak. Anak-anak terlalu komitmen terhadap waktu sehingga kehabisan waktu untuk berteman dan mengembangkan minat pribadinya. Orangtua terlalu menuntut anak.

4) Prestasi anak menjadi ancaman bagi kebutuhan orangtua akan superioritas.


(58)

5) Perebutan kekuasaan di dalam keluarga, terutama apabila salah seorang dari orang tuanya bersikap liberal dan yang lainnya kaku sehingga menimbulkan situasi menang kalah dan anak terpecah di antara dua kekuatan tersebut ketika memilih. Akibatnya, mereka sering underachievement.

6) Status sosial ekonomi rendah, ditambah lagi dengan pendidikan orangtua yang rendah terhadap pendidikan dan karier sehingga anak-anak cenderung berprestasi rendah. Namun, ada juga keluarga miskin yang menilai tinggi pendidikan dan mendukung anaknya yang cerdas dan ada juga yang sebaliknya.

7) Keluarga mengalami disfungsi karena berbagai alasan, diantarnya ketergantungan obat atau alkohol, tidak adanya ketrampilan menjadi orangtua, perceraian, kehilangan pekerjaan, riwayat penyalahgunaan (abuse), atau penyakit-penyakit. Kadang-kadang ini hanya merupakan masalah sementara saja, seperti kasus orangtua masuk rumah sakit karena mengalami kecelakaan. Namun, adakalanya lebih lama. Dalam keadaan disfungsi ini, anggota keluarga dapat saja menjadi saling tidak percaya satu sama lain. Akibatnya, kesehatan fisik ditelantarkan, komunikasi tidak jelas, masalah sering kali dilimpahkan pada orang lain dan tidak terselesaikan. Nilai-nilai sering tidak konsisten, sering terjadi tindak kekejaman (fisik, sosial, atau emosional), kebebasan pribadi disangkal, dan rahasia untuk menyembunyikan kesulitan merupakan hukum tidak tertulis.

c. Adanya perbedaan budaya

Budaya tempat seorang anak dilahirkan dapat mempengaruhi pandangan terhadap keberbakatan. Ada budaya yang menganggap anak berbakat difavoritkan, ada yang menganggap wahyu, ada yang menganggap perlu dimanfaatkan bagi lingkungannya, dan sebagainya. d. Faktor-faktor lainnya

1) Terjadinya gangguan belajar, kondisi tidak mampu, atau suatu bentuk ketidaksesuaian dengan cara mengajar dapat mengarah pada rendahnya prestasi sebagaimana juga gangguan emosi.

2) Faktor-faktor kepribadian seperti perfectionism, terlau sensitif, tidak berdaya guna dalam ketrampilan sosial atau sebaliknya, terlalu terlibat dalam banyak kegiatan, dapat menjurus ke kesulitan belajar dan underachievement.

3) Penyebab masalah siswa seperti ini adalah diberikannya perhatian yang berlebihan untuk tingkah laku menyimpangnya daripada program berbakatnya.

4) Malu, rendah diri karena berbeda dari siswa lainnya, merasa tidak percaya diri, dan menganstisipasi penolakan akibat latihan di


(59)

rumah atau di sekolah merupakan tanggung jawab setiap orang untuk tidak menciptakan ketidakpuasan. Perasaan malu harus disembunyikan sehingga menjurus ke depresi, perfectionism, membenci diri, atau sering mengakibatkan siswa berprestasi rendah.

D. Partisipasi

Menurut Suryosubroto (2002: 279) dalam bukunya Proses Belajar Mengajar di Sekolah, menjelaskan bahwa partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab didalamnya. Adapun konsep partisipasi menurut Ensiklopedi Pendidikan dalam Asrofudin adalah suatu gejala demokrasi dimana orang diikutsertakan dalam perencanaan serta pelaksanaan dan juga ikut memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya. Partisipasi itu menjadi baik dalam bidang-bidang fisik maupun bidang mental serta penentuan kebijaksanaan.

Sedangkan menurut Mikkelsen (2003:64), partisipasi merupakan suatu proses belajar yang aktif yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok orang yang terkait mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal tersebut, selain itu partisipasi belajar juga merupakan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran yang dapat terjadi di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.

Sementara itu, Dimyati dan Mudjiono (2006:118-119), mengemukakan dimensi proses pembelajaran yang mengakibatkan terjadinya kadar CBSA, antara lain:

1. Partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran. 2. Tekanan pada aspek efektif dalam belajar.


(60)

3. Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran terutama yang berbentuk interaksi antar siswa.

4. Kekohesifan (kekompakan) kelas sebagai kelompok.

5. Kebebasan atau lebih tepat kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengambil keputusan-keputusan penting dalam sekolah, dan

6. Jumlah waktu yang digunakan untuk menanggulangi masalah pribadi siswa, baik yang berhubungan maupun yang tidak berhubungan dengan sekolah/pembelajaran.

Tidak ada proses belajar tanpa partisipasi dan keaktifan anak didik yang belajar. Setiap anak didik pasti aktif dalam belajar, hanya yang membedakannya adalah kadar/bobot keaktifan anak didik dalam belajar. Ada keaktifan itu dengan kategori rendah, sedang dan tinggi. Disini perlu kreatifitas guru dalam mengajar agar siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Penggunaan strategi dan metode yang tepat akan menentukan keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Metode belajar mengajar yang bersifat partisipatoris yang dilakukan guru akan mampu membawa siswa dalam situasi yang lebih kondusif karena siswa lebih berperan serta lebih terbuka dan sensitif dalam kegiatan belajar mengajar.

E. Mata Pelajaran Ekonomi

1. Pengertian Mata Pelajaran Ekonomi

Kata ”ekonomi” sendiri berasal dari kata Yunani, “oikos” yang berarti keluarga rumah tangga dan “nomos” yang artinya peraturan, aturan hukum” dan secara garis besar diartikan sebagai aturan rumah tangga atau manajemen rumah tangga. Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Ekonomi merupakan ilmu atau seni yang mengkaji


(61)

tentang upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang banyak, bervariasi, dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui kegiatan produksi, konsumsi, dan atau distribusi (Depdiknas 2006). Suyanto dan Nurhadi (2000:4) menyimpulkan bahwa ilmu ekonomi adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari bagaimana manusia berusaha mencapai kemakmuran atau memenuhi kebutuhannya. Menurut kurikulum tingkat satuan pendidikan (2006:137), ekonomi merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi, dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi.

2. Fungsi Mata Pelajaran Ekonomi

Mata pelajaran ekonomi berfungsi membekali siswa dengan pengetahuan dan ketrampilan dasar agar mampu mengambil keputusan secara rasional tindakan ekonomi dalam menentukan berbagai pilihan (Depdiknas 2006). Selain itu mata pelajaran ekonomi juga berfungsi sebagai pengembang kemampuan siswa untuk berekonomi, dengan cara mengenal berbagai kenyataan dan peristiwa ekonomi, memahami konsep dan teori serta terlatih dalam memecahkan permasalahan ekonomi yang terjadi di masyarakat.

3. Tujuan Diberikannya Mata Pelajaran Ekonomi

Menurut kurikulum tingkat satuan pendidikan (2006:138), mata pelajaran ekonomi di SMA memiliki tujuan, yaitu :


(62)

a. Memahami sejumlah konsep ekonomi untuk mengkaitkan peristiwa dan masalah ekonomi dengan kehidupan sehari-hari , terutama yang terjadi di lingkungan individu, rumah tangga, masyarakat, dan Negara.

b. Menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ilmu ekonomi.

c. Membentuk sikap bijak, rasional, dan bertanggung jawab dengan memiliki pengetahuan dan ketrampilan ilmu ekonomi, manajemen, dan akuntansi yang bermanfaat bagi diri sendiri, rumah tangga, masyarakat, dan Negara.

d. Membuat keputusan yang bertanggungjawab mengenai nilai-nilai sosial ekonomi dalam masyarakat yang majemuk,baik dalam skala nasional maupun internasional.

4. Pendekatan dan Pengorganisasian Materi Pelajaran Ekonomi

Pembelajaran ekonomi di SMA menggunakan pendekatan pemecahan masalah di mana siswa diharapkan mampu menghadapi masalah ekonomi yang terjadi dalam kehidupannya. Untuk itu organisasi materi dimulai dari pengenalan fakta tentang peristiwa ekonomi, memahami teori/konsep dasar untuk memecahkan masalah ekonomi dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran siswa harus menyentuh inti dari pendidikan ekonomi sekalipun pada tataran yang masih sederhana. Cakupan dan kedalaman materi pelajaran ekonomi di SMA harus mengacu pada kurikulum yang berlaku, kemampuan awal siswa, dan kondisi lingkungan sekitar siswa.

F. Kajian Penelitian Yang Relevan

Sebelum melakukan penelitian ini, peneliti telah menelusuri beberapa hasil penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang peneliti lakukan ini. Dari beberapa contoh judul penelitian terdahulu memang memiliki keterkaitan dari segi masalah, yaitu mencari tahu tentang


(1)

Lampiran 23b

Kunci Jawaban Games Siklus II

No Soal Jawaban

1) Perpaduan dari aturan-aturan atau cara-cara yang merupakan satu kesatuan dan digunakan untuk mencapai tujuan dalam perekonomian.

Sistem Ekonomi

2) Sistem ekonomi yang diterapkan oleh masyarakat tradisional secara turun temurun, mengandalkan alam dan tenaga kerja

Sistem ekonomi tradisional

3) Sistem ekonomi dimana peran pemerintah sangat dominan dan berpengaruh dalam mengendalikan perekonomian.

Sistem ekonomi komando

4) Mematikan inisiatif individu untuk maju, sebab segala kegiatan diatur oleh pusat.

Kelemahan sistem ekonomi komando 5) Relatif mudah melakukan distribusi

pendapatan.

Kebaikan sistem ekonomi komando. 6) Sistem ekonomi di mana kegiatan produksi,

konsumsi, dan distribusi dilakukan oleh pihak swasta.

Sistem ekonomi pasar

7) Timbul persaingan untuk maju karena kegiatan ekonomi sepenuhnya diserahkan kepada masyarakat.

Kebaikan sistem ekonomi pasar

8) Sistem ekonomi di mana pemerintah dan swasta (masyarakat) saling bertinteraksi dalam memecahkan masalah ekonomi.

Sistem ekonomi campuran


(2)

Lampiran 24a

Kunci Jawaban Turnamen Siklus I

1. Masalah ekonomi menurut aliran ekonomi modern, yaitu :

a. Apa dan berapa yang diproduksi?

b. Bagaimana cara memproduksi ?

c. Untuk siapa diproduksi ?

2. Masalah ekonomi bagaimana cara memproduksi adalah dalam hal teknologi atau

metode produksi apa yang digunakan untuk memproduksi suatu barang : berapa

jumlah tenaga kerja, jenis mesin apa, serta bahan mentah apa yang akan

digunakan. Selain itu, proses produksi tersebut dilaksanakan seefisien mungkin

sehingga produksi dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan keuntunga, baik

dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

3. Sistem ekonomi adalah perpaduan dari aturan-aturan atau cara-cara yang

merupakan satu kesatuan dan digunakan untuk mencapai tujuan dalam

perekonomian.

4. Sistem ekonomi :

a.Sistem ekonomi tradisional

b. Sistem ekonomi komando

c. Sistem ekonomi pasar

d. Sistem ekonomi campuran


(3)

a. Semua alat dan sumber daya produksi dimiliki dan dikuasai oleh negara

sehingga hak milik perorangan hamper tidak ada (tidak diakui).

b. Pekerjaan apa yang tersedia dan siapa yang akan bekerja ditentukan oleh

pemerintah. Rakyat tidak memiliki kebebasan untuk memilih pekerjaan.

c. Kebijakan perekonomian diatur oleh pemerintah. Pemerintah membuat rencana

pembangunan nasionalnya. Segala keputusan dalam perekonomian berada di

tangan pemerintah. Perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan

seluruhnya dilaksanakan oleh pemerintah.

6. Pengertian dari sistem ekonomi pasar adalah sistem ekonomi di mana kegiatan

produksi, konsumsi, dan distribusi, dilakukan oleh pihak swasta.

7. 3 kebaikan dari sistem ekonomi pasar :

a. Menumbuhkan inisiatif dan kreasi masyarakat dalam mengatur kegiatan

ekonomi. Masyarakat tidak perlu menunggu komando dari pemerintah.

b. Setiap individu bebas untuk memiliki sumber-sumber daya produksi. Hal ini

mendorong partisipasi masyarakat.

c. Timbul persaingan untuk maju karena kegiatan ekonomi sepenuhnya

diserahkan kepada masyarakat.

8. Kelemahan dari sistem ekonomi komando :

a. Mematikan inisiatif individu untuk maju, sebab segala kegiatan diatur oleh

pusat.

b. Sering terjadi monopoli yang merugikan masyarakat.


(4)

Lampiran 24b

Kunci Jawaban Turnamen Siklus II

1. Sistem ekonomi adalah perpaduan dari aturan-aturan atau cara-cara yang

merupakan satu kesatuan dan digunakan untuk mencapai tujuan dalam

perekonomian.

2. Ciri-ciri sistem ekonomi tradisional :

a) Teknik produksi dipelajari secara turun-temurun dan bersifat sederhana.

b) Hanya sedikit menggunakan modal.

c) Pertukaran dilakukan dengan sistem barter (barang dengan barang).

d) Belum mengenal pembagian kerja.

e) Masih terikat dengan tradisi.

f) Tanah merupakan tumpuan kegiatan produksi dan sumber kemakmuran.

3. Pengertian sistem ekonomi komando adalah sistem ekonomi di mana peran

pemerintah sangat dominan dan berpengaruh dalam mengendalikan perekonomian.

4. Kebaikan dari sistem ekonomi komando :

a) Karena perekonomian sepenuhnya ditangani oleh pemerintah baik dalam hal

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, maupun pengawasan, maka

pemerintah lebih mudah mengendalikan inflasi, pengangguran atau berbagai

keburukan ekonomi lainnya.

b) Pemerintah menentukan jenis kegiatan produksi sesuai dengan perencanaan,

sehingga pasar barang dalam negri berjalan lancar.


(5)

d) Jarang terjadi krisis ekonomi karena kegiatan ekonomi direncanakan oleh

pemerintah.

5. Sistem ekonomi di mana kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi dilakukan

oleh pihak swasta.

6. Kelemahan dari sistem ekonomi pasar :

a) Sulit melakukan pemerataan pendapatan. Karena persaingan bersifat bebas,

pendapatan jatuh kepada pemilik modal atau majikan. Sedangkan golongan

pekerja hanya menerima sebagian kecil dari pendapatan.

b) Pemilik sumber daya produksi mengeksploitasi golongan pekerja, sehingga

yang kaya semakin bertambah kaya, yang miskin cenderung tetap miskin.

c) Sering muncul monopoli yang merugikan masyarakat.

d) Sering terjadi gejolak dalam perekonomian karena kesalahan alokasi sumber

daya oleh individu.

7. Ciri-ciri sistem ekonomi pasar :

a) Semua sumber produksi menjadi milik masyarakat. Masyarakat diberi

kebebasan tanpa batas untuk memiliki sumber-sumber produksi.

b) Pemerintah tidak ikut campur tangan secara langsung dalam kegiatan

ekonomi.

c) Masyarakat terbagi atas dua golongan, yaitu golongan pemberi kerja atau


(6)

d) Timbul persaingan dalam masyarakat. Sebagai konsekuensi adanya

kebebasan memiliki sumber-sumber produksi, timbul persaingan dalam

mengejar keuntungan.

e) Setiap kegiatan ekonomi didasarkan atas pencarian keuntungan.

f) Kegiatan ekonomi selalu mempertimbangkan keadaan pasar. Pasar

merupakan dasar setiap tindakan ekonomi. Misalnya, barang apa yang

dibutuhkan masyarakat dan bagaimana memproduksi barang yang bermutu

tinggi.

8. Sistem ekonomi campuran adalah sistem ekonomi di mana pemerintah dan


Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament Terhadap Prestasi Belajar Alquran Hadis Siswa (Quasi Eksperimen Di Mts Nur-Attaqwa Jakarta Utara)

1 51 179

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa

2 8 199

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Islamiyah Ciputat

1 40 0

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament (tgt) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa (kuasi eksperimen pada Kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri Jonggol)

0 5 199

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dalam pembelajaran akuntansi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X SMA Kolese de Britto Yogyakarta.

0 5 220

Penerapan model pembelajaran tipe Teams Games Tournament (TGT) dalam pembelajaran ekonomi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

2 25 273

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT(TGT) DALAM PEMBELAJARAN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA

0 0 195

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT(TGT) PADA PEMBELAJARAN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN PARTISIPASI SISWA KELAS X-A SMA N 1 GODEAN SKRIPSI

0 1 287