Hubungan persepsi siswa terhadap implementasi pendekatan scientific dengan motivasi belajar dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi survei : siswa kelas X dan XI SMA di Kecamatan Wonosari.

(1)

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP IMPLEMENTASI PENDEKATAN SCIENTIFIC DENGAN

MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

Survei : Siswa Kelas X dan XI SMA di Kecamatan Wonosari

Fajar Triyadi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2015

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) hubungan positif dan signifikan persepsi siswa terhadap implementasi pendekatan scientific dengan motivasi belajar siswa; 2) hubungan positif dan signifikan persepsi siswa terhadap implementasi pendekatan scientific dengan hasil belajar siswa.

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Maret 2015 di SMA N 1 Wonosari dan SMA N 2 Wonosari. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X dan XI SMA yang mengikuti pembelajaran pada mata pelajaran ekonomi dengan penerapan Kurikulum 2013 di Kecamatan Wonosari. Jumlah populasi adalah 690 siswa. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 278 siswa. Teknik pengambilan sampel adalah Proporsional Random Sampling. Teknik pengumpulan data adalah dokumentasi, wawancara, dan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah Uji Korelasi rank Spearman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) ada hubungan positif dan signifikan persepsi siswa terhadap implementasi pendekatan scientific dengan motivasi belajar siswa (sig. 1-tailed = 0,00 < α = 0,05); 2) ada hubungan positif dan signifikan persepsi siswa terhadap implementasi pendekatan scientific dengan hasil belajar siswa dilihat dari keseluruhan aspek (sig. 1-tailed = 0,00 < α = 0,05); 3) ada hubungan positif dan signifikan persepsi siswa terhadap implementasi pendekatan scientific dengan hasil belajar siswa dilihat dari aspek pengetahuan (sig. 1-tailed = 0,00 < α = 0,05); 4) ada hubungan positif dan signifikan persepsi siswa terhadap implementasi pendekatan scientific dengan hasil belajar siswa dilihat dari aspek sikap (sig. 1-tailed = 0,00 < α = 0,05); 5) ada hubungan positif dan signifikan persepsi siswa terhadap implementasi pendekatan scientific dengan hasil belajar siswa dilihat dari aspek keterampilan (sig. 1-tailed = 0,00 < α = 0,05).


(2)

THE RELATIONSHIP BETWEEN STUDENTS’ PERCEPTION TOWARDS THE IMPLEMENTATION OF A SCIENTIFIC APPROACH AND LEARNING

MOTIVATION AND STUDENT LEARNING OUTCOMES ON ECONOMICS SUBJECT

A Survey on The Tenth and Eleventh Year Students of Senior High School in Wonosari District

Fajar Triyadi

Sanata Dharma University Yogyakarta 2015

The research aims to find out: 1) the positive and significant relationship between students’ perception towards the implementation of a scientific approach and student learning motivation; 2) the positive and significant relationship between students’ perception towards the implementation of a scientific approach and student learning outcomes.

This research is a survey research. This research was done in March, 2015 at SMA N 1 Wonosari and SMA N 2 Wonosari. The population of study were all of the tenth and eleventh year students of Senior High School that followed the learning process on economics subject with the application of the curriculum of 2013 in Wonosari District. The population were 690 students, but the samples were 278 students. The techniques of taking samples were Proporsional Random Sampling. The techniuqes of collecting the data are documentation, interview, and questionnaire. The technique of analyzing the data was Corelation test by rank Spearman.

The results of this study are: 1) there is a positive and significant relationship between

students’ perception towards the implementation of scientific approach and student learning motivation (sig. 1-tailed = 0,00 < α = 0,05); 2) there is a positive and significant relationship between students’ perception towards the implementation of scientific approach and student learning outcomes which is showed from all the aspects (sig. 1-tailed = 0,00 < α = 0,05); 3) there is a positive and significant relationship between students’ perception towards the implementation of scientific approach and student learning outcomes which is showed from aspect of knowledge (sig. 1-tailed = 0,00 < α = 0,05); 4) there is a positive and significant relationship between students’ perception towards the implementation of scientific approach and student learning outcomes which is showed from aspect of attitude (sig. 1-tailed = 0,00 < α = 0,05); 5) there is a positive and significant relationship between students’ perception towards the implementation of scientific approach and student learning outcomes which is showed from aspect of skills (sig. 1-tailed = 0,00 < α = 0,05).


(3)

i

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SCIENTIFIC DENGAN

MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA

PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

Survei : Siswa Kelas X dan XI SMA di Kecamatan Wonosari

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Progam Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh : Fajar Triyadi NIM: 111334062

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(4)

(5)

(6)

iv

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:

 Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria dan Santo Yusuf

 Santo Albertus

 Kedua orang tuaku Bapak Harto Suwarno dan Ibu Sujiyem

 Keluarga kakakku Mas Yakobus Mulyana dan

Mbak Lucia Iqra serta keponakanku Glenn dan Verlyn

 Keluarga kakakku Mbak Wahyuni dan Mas Waluyo serta keponakanku Azka


(7)

v

“Mampu berprestasi dengan segala kelebihan yangdimiliki itu hebat, tetapi mampu berprestasi dengan memanfaatkan

segala kekurangan itu luar biasa”.

(Penulis)

“Mempunyaiseorang sahabat sejati jauh lebih berharga daripada mempunyai seribu orang teman

yang mementingkan diri sendiri”

(Penulis)

“Tak akan pernah terputus rezeki seorang anak selama dia selalu mendoakan

kedua orang tuanya”

(Penulis)

“Dalam kehidupan bermasyarakat pilihannya hanya ada dua, lingkungan melukis kita, atau

kita yang melukis lingkungan”

(Penulis)

“Kecaplah dan lihatlah, betapabaiknya Tuhan itu! Berbahagialah orang

yang berlindung pada-Nya”


(8)

(9)

(10)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa, kerena berkat

limpahan kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP IMPLEMENTASI

PENDEKATAN SCIENTIFIC DENGAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL

BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI Survei : Siswa

Kelas X dan XI SMA di Kecamatan Wonosari” dengan lancar. Penulisan skripsi

ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi. Selama penelitian dan

penulisan skripsi ini, penulis menyadari banyak pihak yang telah membantu

sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Progam Studi

Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi.

4. Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M.SA. selaku Dosen Pembimbing,

terimakasih ibu atas bimbingan, doa, bantuan, dorongan, perhatian,


(11)

ix

5. Seluruh dosen Progam Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian

Khusus Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,

terima kasih untuk ilmu, pengetahuan dan teladan yang sudah bapak ibu

berikan kepada penulis selama kuliah.

6. Seluruh karyawan Progam Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian

Khusus Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,

terimakasih atas bantuan dalam menyaipkan segala keperluan administrasi

baik selama kuliah maupun ketika penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak Drs. Tamsir dan Bapak Drs. Leladi Budhie Mulya, M.Pd. selaku

Kepala Sekolah SMA N 1 Wonosari dan SMA N 2 Wonosari, terimakasih

atas pemberian ijin untuk pelaksanaan penelitian dalam skripsi ini sejak

awal hingga akhir.

8. Bapak Drs. Martinus Hari Priharta dan Bapak Purwanta, terimakasih atas

segala bentuk bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama

melakukan penelitian.

9. Untuk kedua orang tuaku Bapak Harto Suwarno dan Ibu Sujiyem,

terimakasih atas segala bentuk kasih sayang yang tulus, doa, pengorbanan,

dan dukungan baik berupa materi maupun non materi yang telah bapak ibu

berikan hingga akhirnya studi ini dapat terselesaikan dengan baik.

10. Untuk keluarga mas Yakobus Mulyana dan mbak Lucia Iqra serta kedua

keponakanku Glenn dan Verlyn, terimakasih mas atas bantuan dan

dukungan yang telah diberikan selama ini baik berupa materi maupun non


(12)

x

11. Untuk keluarga kakakku mbak Wahyuni dan mas Waluyo serta

keponakanku Azka, terimakasih atas dukungun serta bantuan yang telah

diberikan selama ini.

12. Untuk sahabat-sahabatku Willi, Vivi, Arga, Ali, Abah, Dadang,

terimakasih atas semua bantuan, kenangan dan kebersamaan yang telah

kita lewati selama masa perkuliahan.

13. Untuk rekan- rekan seperjuanganku Mbak Lucia, Suster Gratia, Sita,

Irwan, dan Revi, terimakasih atas kerjasama dan bantuan selama proses

penyusunan skripsi ini.

14. Keluarga besar Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan

Akuntansi angkatan Tahun 2011, terimakasih teman- teman atas semua

bantuan yang telah diberikan selama menjalani masa perkuliahan.

15. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimakasih

atas semua bantuan dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu

kritik, saran, dan masukan sangat penulis harapkan, semoga skripsi ini dapat

berguna bagi para pembaca.

Yogyakarta, 30 Juli 2015 Penulis


(13)

xi ABSTRAK

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SCIENTIFIC DENGAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA

PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

Survei : Siswa Kelas X dan XI SMA di Kecamatan Wonosari

Fajar Triyadi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2015

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) hubungan positif dan signifikan persepsi siswa terhadap implementasi pendekatan scientific dengan motivasi belajar siswa; 2) hubungan positif dan signifikan persepsi siswa terhadap implementasi pendekatanscientificdengan hasil belajar siswa.

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Maret 2015 di SMA N 1 Wonosari dan SMA N 2 Wonosari. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X dan XI SMA yang mengikuti pembelajaran pada mata pelajaran ekonomi dengan penerapan Kurikulum 2013 di Kecamatan Wonosari. Jumlah populasi adalah 690 siswa. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 278 siswa. Teknik pengambilan sampel adalahProporsional Random Sampling. Teknik pengumpulan data adalah dokumentasi, wawancara, dan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah Uji Korelasi rank Spearman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) ada hubungan positif dan signifikan persepsi siswa terhadap implementasi pendekatan scientific dengan motivasi belajar siswa (sig. 1-tailed = 0,00 < α = 0,05); 2) ada hubungan positif dan signifikan persepsi siswa terhadap implementasi pendekatan scientific dengan hasil belajar siswa dilihat dari keseluruhan aspek (sig. 1-tailed= 0,00 < α = 0,05); 3) ada hubungan positif dan signifikan persepsi siswa terhadap implementasi pendekatan scientific dengan hasil belajar siswa dilihat dari aspek pengetahuan (sig. 1-tailed = 0,00 <α = 0,05); 4) ada hubungan positif dan signifikan persepsi siswa terhadap implementasi pendekatan scientific dengan hasil belajar siswa dilihat dari aspek sikap (sig. 1-tailed = 0,00 <α = 0,05); 5) ada hubungan positif dan signifikan persepsi siswa terhadap implementasi pendekatanscientific dengan hasil belajar siswa dilihat dari aspek keterampilan (sig. 1-tailed = 0,00 < α =


(14)

xii ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEENSTUDENTS’ PERCEPTION

TOWARDS THE IMPLEMENTATION OF A SCIENTIFIC APPROACH AND LEARNING MOTIVATION AND STUDENT LEARNING

OUTCOMES ON ECONOMICS SUBJECT

A Survey on The Tenth and Eleventh Year Students of Senior High School in Wonosari District

Fajar Triyadi

Sanata Dharma University Yogyakarta 2015

The research aims to find out: 1) the positive and significant relationship betweenstudents’ perception towards the implementation of a scientific approach and student learning motivation; 2) the positive and significant relationship betweenstudents’ perception towards the implementation of a scientific approach and student learning outcomes.

This research is a survey research. This research was done in March, 2015 at SMA N 1 Wonosari and SMA N 2 Wonosari. The population of study were all of the tenth and eleventh year students of Senior High School that followed the learning process on economics subject with the application of the curriculum of 2013 in Wonosari District. The population were 690 students, but the samples were 278 students. The techniques of taking samples were Proporsional Random Sampling. The techniuqes of collecting the data are documentation, interview, and questionnaire. The technique of analyzing the data was Corelation test by rank Spearman.

The results of this study are: 1) there is a positive and significant relationship between students’ perception towards the implementation of scientific approach and student learning motivation (sig. 1-tailed = 0,00 < α = 0,05); 2) there is a positive and significant relationship between students’ perception towards the implementation of scientific approach and student learning outcomes which is showed from all the aspects (sig. 1-tailed = 0,00 <α = 0,05); 3) there is a positive and significant relationship between students’ perception towards the implementation of scientific approach and student learning outcomes which is showed from aspect of knowledge (sig. 1-tailed = 0,00 < α = 0,05); 4) there is a positive and significant relationship between students’ perception towards the implementation of scientific approach and student learning outcomes which is showed from aspect of attitude (sig. 1-tailed = 0,00 < α = 0,05); 5) there is a positive and significant relationship between students’ perception towards the implementation of scientific approach and student learning outcomes which is showed from aspect of skills (sig. 1-tailed = 0,00 <α = 0,05).


(15)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK... xi

ABSTRACT... xii

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xx

DAFTAR LAMPIRAN... xxi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah... 4

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian dan Manfaat penelitian ... 4

BAB II LANDASAN TEORI A. Kurikulum 2013... 7


(16)

xiv

B. PendekatanScientific... 21

C. Persepsi Siswa ... 28

D. Motvasi Belajar ... 31

E. Hasil Belajar ... 34

F. Kerangka Berfikir ... 37

G. Model Penelitian... 39

H. Hepotesis Penelitian ... 39

BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 41

B. Lokasi dan Waktu Penelitian... 41

C. Subjek dan objek Penelitian ... 42

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ... 42

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel... 44

F. Pengukuran Variabel Penelitian ... 44

G. Teknik Pengumpulan Data ... 48

H. Pengujian Instrumen Penelitian ... 49

I. Teknik Analisis data ... 56

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A. SMA N 1 Wonosari ... 61

B. SMA N 2 Wonosari ... 72

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 83


(17)

xv

1. Persepsi Siswa Terhadap Implementasi Pendekatan

Scientific ... 84

2. Motivasi Belajar Siswa ... 85

3. Hasil Belajar Siswa... 86

B. Pengujian Prasyarat Analisis ... 89

C. Pengujian Hepotesis... 93

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 99

1. Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Implementasi PendekatanScientificDengan Motivasi Belajar Siswa .... 99

2. Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Implementesi Pendekatan Scientific Dengan Hasil Belajar Siswa Dilihat Dari Keseluruhan Aspek... 103

3. Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Implementasi Pendekatan Scientific Dengan Hasil Belajar Siswa Dilihat Dari Aspek Pengetahuan ... 106

4. Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Implementasi Pendekatan Scientific Dengan Hasil Belajar Siswa Dilihat Dari Aspek Sikap... 109

5. Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Implementasi Pendekatan Scientific Dengan Hasil Belajar Siswa Dilihat Dari Aspek Keterampilan ... 113

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan... 116


(18)

xvi

B. Keterbatasan Penelitian ... 117

C. Saran ... 117

DAFTAR PUSTAKA ... 120


(19)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Sampel Per Sekolah... 43

Tabel 3.2 Jumlah Sampel Per Tingkatan Kelas ... 43

Tabel 3.3 Operasional Variabel Penelitian Persepsi ... 45

Tabel 3.4 Operasional Variabel Penelitian Motivasi Belajar... 46

Tabel 3.5Skala Pengukuran Model Likert ... 47

Tabel 3.6 Interval Nilai Hasil Konversi ... 47

Tabel 3.7 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian Variabel Persepsi Siswa ... 50

Tabel 3.8 Hasil Pengujian Validitas Tahap Kedua Variabel Persepsi Siswa... 51

Tabel 3.9 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian Variabel Motivasi Belajar Siswa. ... 52

Tabel 3.10 Hasil Pengujian Validitas Tahap Kedua Variabel Persepsi Siswa... 54

Tabel 3.11 PAP Tipe II ... 57

Tabel 3.12 Interpretasi Terhadap Nilai R Square Hasil Uji Normalitas Bivariat ... 58

Tabel 3.13 Interpretasi Terhadap Nilai r Hasil Analisis Korelasi... 60

Tabel 4.1 Struktur Kurikulum Kelas X MIPA SMA N 1 Wonosari. ... 69

Tabel 4.2 Struktur Kurikulum Kelas X IIS SMA N 1 Wonosari... 70


(20)

xviii

Tabel 4.4 Struktur Kurikulum Kelas XI IIS SMA N 1 Wonosari. ... 72

Tabel 4.5 Struktur Kurikulum Kelas X MIPA SMA N 2 Wonosari. ... 77

Tabel 4.6 Struktur Kurikulum Kelas X IIS SMA N 2 Wonosari... 78

Tabel 4.7 Struktur Kurikulum Kelas X Ilmu Bahasa SMA N 2 Wonosari... 79

Tabel 4.8 Struktur Kurikulum Kelas XI MIPA SMA N 2 Wonosari ... 80

Tabel 4.9 Struktur Kurikulum Kelas XI IIS SMA N 2 Wonosari. ... 81

Tabel 4.10 Struktur Kurikulum Kelas XI Ilmu Bahasa SMA N 2 Wonosari... 82

Tabel 5.1 Responden Penelitian ... 83

Tabel 5.2 Deskripsi Persepsi Siswa Terhadap Implementasi Pendekatan Scientific... 84

Tabel 5.3 Deskripsi Motivasi Belajar Siswa... 85

Tabel 5.4 Deskripsi Hasil Belajar Dilihat dari Keseluruhan Aspek ... 86

Tabel 5.5 Deskripsi Hasil Belajar Dilihat dari Aspek Pengetahuan... 87

Tabel 5.6 Deskripsi Hasil Belajar Dilihat dari Aspek Sikap ... 88

Tabel 5.7 Deskripsi Hasil Belajar Dilihat dari Aspek Keterampilan... 89

Tabel 5.8 Hasil Pengujian Normalitas Bivariat Persepsi Siswa dengan Motivasi Belajar ... 90

Tabel 5.9 Hasil Pengujian Normalitas Bivariat Persepsi Siswa dengan Hasil Belajar Dilihat Dari Keseluruhan Aspek ... 91

Tabel 5.10 Hasil Pengujian Normalitas Bivariat Persepsi Siswa dengan Hasil Belajar Dilihat dari Aspek Pengetahuan ... 91


(21)

xix

Tabel 5.11 Hasil Pengujian Normalitas Bivariat Persepsi Siswa dengan

Hasil Belajar Dilihat dari Aspek Sikap... 92

Tabel 5.12 Hasil Pengujian Normalitas Bivariat Persepsi Siswa dengan Hasil Belajar Dilihat dari Aspek Keterampilan ... 92

Tabel 5.13 Hasil Pengujian Hipotesis Pertama... 94

Tabel 5.14 Hasil Pengujian Hipotesis Dilihat dari Keseluruhan Aspek ... 95

Tabel 5.15 Hasil Pengujian Hipotesis Dilihat dari Aspek Pengetahuan ... 96

Tabel 5.16 Hasil Pengujian Hipotesis Dilihat dari Aspek Sikap. ... 97


(22)

xx

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Penelitian ... 39

Gambar 4.1 Struktur Organisasi SMA N 1 Wonosari. ... 68


(23)

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Kuesisoner Penelitian ... 125

Lampiran II Data Mentah Validitas dan Reliabilitas ... 133

Lampiran III Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 136

Lampiran IV Data Induk Penelitian. ... 149

Lampiran V Hasil Penghitungan Penilaian Acuan Patokan II ( PAP II) ... 171

Lampiran VI Mean, Median, Modus... 175

Lampiran VII Hasil Pengujian Normalitas Bivariat ... 177

Lampiran VIIIHasil Pengujian Korelasi rankSpearman ... 185

Lampiran IX Tabel r ... 187


(24)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan hasil survei dari Programme for International Study

Assessment (PISA) 2012 menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara

dengan peringkat terendah dalam pencapaian mutu pendidikan. Pemeringkatan

tersebut dapat dilihat dari skor yang dicapai pelajar usia 15 tahun dalam

kemampuan membaca, matematika, dan sains (Toyudo, 2013). Menurut

UNESCO dalam Dellasera (2013), pada tahun 2012 melaporkan bahwa

Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 120 berdasarkan penilaianEducation

Development Index (EDI) atau Indeks Pembangunan Pendidikan. Sementara

itu The United Nations Development Programme (UNDP) tahun 2011 juga

telah melaporkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM ) atau Human

Development Index(HDI) Indonesia mengalami penurunan dari peringkat 108

pada 2010 menjadi peringkat 124 pada tahun 2012 dari 180 negara. Dan pada

14 Maret 2013 dilaporkan naik tiga peringkat menjadi urutan ke-121 dari 185

negara (Dellasera, 2013). Kondisi pendidikan tidak dapat direka-reka dan

diterka dengan suatu perkiraan. Pembangunan sektor pendidikan harus melalui

mekanisme yang jelas, karena kondisi pendidikan penuh dengan carut marut,

kusut masai, ibarat benang kusut, buah simalakama, ada lagi dikatakan


(25)

Proses pembelajaran yang terjadi selama ini masih kurang berfokus

pada keaktifan siswa. Masih banyak guru yang menggunakan metode ceramah

dalam melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas. Yang terjadi adalah

tidak adanya interaksi aktif antara guru dengan peserta didik. Pembelajaran

adalah proses transfer ilmu dua arah, antara guru sebagai pemberi informasi

dan siswa sebagai penerima informasi. Ada dua pihak yang harus bekerja

sama apabila proses pembelajaran ingin berhasil. Apabila kerjasama ini tidak

berjalan dengan mulus, proses pembelajaran yang dijalankan gagal (Chatib,

2009: 135). Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, proses

pembelajaran disusun dan dikembangkan oleh tingkat satuan pendidikan

masing- masing atau dalam hal ini adalah sekolah masing- masing (Muslich,

2007: 17). Dari pengembangan itu proses evaluasi yang ditekankan adalah

aspek pengetahuan yang sifatnya hafalan. Adalah kurang bijaksana bila

pembelajaran yang menekankan proses siswa aktif, evaluasi yang dipilih

hanya menekankan aspek pengetahuan (hafalan). Merencanakan dan

merancang bentuk evaluasi dari pembelajaran siswa aktif yang konstruktivis

harus memberi ruang yang cukup bagi evaluasi terhadap proses belajar selain

hasil belajar siswa (Suparno dkk, 2002: 52).

Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

melakukan peralihan kurikulum terdahulu yaitu Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan menuju Kurikulum 2013. Perubahan ini merupakan hal wajar

karena perkembangan jaman menuntutoutputpendidikan dengan standar yang


(26)

serangkaian evaluasi yang mendalam dan menyeluruh. Kurikulum sebagai

instrumental input dalam mencapai tujuan pendidikan nasional dikembangkan

secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi dalam

masyarakat (Hidayat, 2013: 2). Kurikulum akan memuat rencana, tujuan, isi,

bahan ajar, serta cara dalam penyelenggaraan kegiatan. Melalui unsur-unsur

itulah tujuan pendidikan akan dicapai. Kurikulum ini dikembangkan berdasar

kebutuhan jaman mengikuti tujuan pendidikan yang dicanangkan. Oleh

karenanya, kurikulum akan senantiasa diganti menurut kebutuhan dan

kepentingan berdasar pada evaluasi yang menyeluruh terhadap pelaksanaan

kurikulum sebelumnya. Implementasi Kurikulum 2013 diharapkan dapat

menghasilkan insan yang produktif, kreatif, dan inovatif. Hal ini

dimungkinkan karena kurikulum ini berbasis karakter dan kompetensi, yang

secara konseptual memiliki beberapa keunggulan (Mulyasa, 2013: 163).

Implementasi Kurikulum 2013 telah dilaksanakan pula di Kabupaten

Gunungkidul untuk jenjang Sekolah Menengah Atas yang meliputi 4 Sekolah

Menengah Atas Negeri. Angka partisipasi sekolah di Kabupaten Gunungkidul

untuk jenjang SLTA usia 16-19 tahun pada tahun 2012/2013 hanya sejumlah

17.020 dari 32.296 penduduk usia 16-19 tahun, atau setara dengan 57,25%,

sementara angka putus sekolah di kabupaten Gunungkidul untuk tingkat SMA

dan MA usia 16-18 tahun pada tahun 2012/2013 mencapai 0,84 atau 84%.

Namun, angka lulusan di kabupaten Gunungkidul untuk tingkat SMA dan MA

pada tahun 2012/2013 mencapai 99,76% atau yang tertinggi di Provinsi DIY


(27)

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “ Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Implementasi

Pendekatan Scientific dengan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Siswa pada

Mata Pelajaran Ekonomi”.

B. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti membatasi masalah pada

hubungan persepsi siswa terhadap implementasi pendekatanScientificdengan

motivasi belajar siswa dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada pembatasan masalah yang telah diuraikan diatas,

maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah ada hubungan positif dan signifikan persepsi siswa terhadap

implementasi pendekatanscientificdengan motivasi belajar siswa ?

2. Apakah ada hubungan positif dan signifikan persepsi siswa terhadap

implementasi pendekatanscientificdengan hasil belajar siswa ?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian a) Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan positif dan signifikan

persepsi siswa terhadap implementasi pendekatan scientific dengan


(28)

2. Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan positif dan signifikan

persepsi siswa terhadap implementasi pendekatan scientific dengan

hasil belajar siswa.

b) Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu pendidikan terutama

yang berkaitan dengan hubungan antara persepsi siswa terhadap

implementasi pendekatan scientific dengan motivasi belajar siswa dan

hasil belajar siswa.

2. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

penyempurnaan konsep maupun implementasi pendekatan scientific

serta menambah wawasan guru tentang implementasi pendekatan

scientific.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

referensi bagi pembaca dan menginspirasi bagi peneliti selanjutnya

untuk melakukan penelitian serupa atau pengembangannya.

4. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai


(29)

berkaitan dengan hubungan antara persepsi siswa terhadap

implementasi pendekatan scientific dengan motivasi belajar siswa dan


(30)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori 1. Kurikulum 2013

1.1 Pengertian Kurikulum

Hasan (1988) mengemukakan bahwa konsep kurikulum dapat

ditinjau dari empat dimensi, yaitu:

a) Kurikulum sebagai suatu ide; yang dihasilkan melalui teori-teori

dan penelitian, khususnya dalam bidang kurikulum dan

pendidikan.

b) Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, sebagai perwujudan dari

kurikulum sebagai suatu ide; yang di dalamnya memuat tentang

tujuan, bahan, kegiatan, alat-alat, dan waktu.

c) Kurikulum sebagai suatu kegiatan, yang merupakan pelaksanaan

dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis; dalam bentuk praktik

pembelajaran.

d) Kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekuensi dari

kurikulum sebagai suatu kegiatan, dalam bentuk ketercapain tujuan

kurikulum yakni tercapainya perubahan perilaku atau kemampuan

tertentu dari peserta didik.

Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional pengertian


(31)

(SISDIKNAS) pasal 1 ayat (9), ialah “seperangkat rencana dan

pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. Dengan demikian, dapat

dipahami bahwa Kurikulum 2013 adalah sebuah kurikulum yang

dikembangkan untuk meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan

soft skills dan hard skills yang berupa sikap, keterampilan dan

pengetahuan (Fadlillah, 2014:15).

1.2 Prinsip Pembelajaran Kurikulum 2013

Pelaksanaan pembelajaran pada Kurikulum 2013 memiliki

karakteristik yang berbeda dari pelaksanaan kurikulum tahun 2006.

Berdasarkan analisis terhadap kondisi yang diharapkan, Sidiq (2013)

mengemukakan 14 prinsip utama yang perlu guru terapkan:

a) Dari siswa diberi tahu menuju siswa mencari tahu. Pembelajaran

mendorong siswa menjadi pembelajaran aktif, pada awal

pembelajaran guru tidak perlu memberitahu siswa, karena itu

materi pembalajaran tidak disajikan dalam bentuk final. Pada awal

pembelajaran guru membangkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap

suatu fenomena atau fakta, kemudian mereka merumuskan

ketidaktahuannya dalam bentuk pertanyaan. Jika biasanya kegiatan

dimulai dengan penyampaian informasi dari guru sebagai sumber

belajar, maka dalam Kurikulum 2013 kegiatan inti dimulai dengan


(32)

guru selalu memulai dengan menyajikan alat bantu pembelajaran

untuk mengembangkan rasa ingin tahu siswa.

b) Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar

berbasis aneka sumber; pembelajaran berbasis sistem lingkungan.

Dalam kegiatan pembelajaran membuka peluang kepada siswa

sumber belajar seperti informasi dari buku siswa, internet, koran,

majalah, referensi dari perpustakaan yang telah disiapkan. Pada

metode proyek, pemecahan masalah, atau inkuiri siswa dapat

memanfaatkan sumber belajar di luar kelas. Dianjurkan pula untuk

materi tertentu siswa memanfaatkan sumber belajar di sekitar

lingkungan sekolah.

c) Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan

penggunaan pendekatan ilmiah. Pergeseran ini membuat guru tidak

hanya memanfaatkan sumber belajar tertulis sebagai satu-satunya

sumber belajar siswa dan hasil belajar siswa hanya dalam bentuk

teks. Hasil belajar dapat diperluas dalam bentuk teks, desain

progam,mind maping, gambar, diagram, tabel, dll.

d) Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis

kompetensi. Pembelajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar,

tetapi dari aktivitas dalam proses pembelajaran.

e) Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu. Mata

pelajaran dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 menjadi komponen


(33)

dalam sistem yang terpadu untuk menghasilkan kompetensi

lulusan.

f) Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju

pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi.

Siswa belajar menerima kebenaran tidak tunggal.

g) Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif.

Pembelajaran tidak lagi selalu dalam bentuk lisan guru melalui

ceramah, disampaikan dalam bentuk informasi verbal. Sekarang

siswa harus melihat faktanya melalui panca indra yang lain bukan

sekedar pendengaran.

h) Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal

(hardskill) dan keterampilan mental (soft skill). Hasil belajar yang

disajikan dalam rapot tidak hanya menyajikan angka dalam bentuk

pengetahuannya, tetapi menyajikan informasi menyangkut

perkembangan sikap dan keterampilan.

i) Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan

pemberdayaan siswa sebagai pembelajaran sepanjang hayat.

Pembiasaan perlu dilakukan sejak dini terkait norma yang baik

sesuai dengan budaya masyarakat setempat. Dalam ruang lingkup

yang lebih luas siswa perlu mengembangkan kecakapan berpikir,

bertindak, berbudi sebagai bangsa, bahkan memiliki kemampuan

untuk menyesuaikan dengan kebutuhan beradaptasi dengan


(34)

j) Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi

keteladanan ( ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan ( ing

madyo mangun karso), dan mengembangkan kreatifitas siswa

dalam proses pembelajaran (tutwuri handayani).

k) Pembelajaran berlangsung di sekolah, di rumah, dan dimasyarakat.

Karena itu, pembelajaran dalam Kurikulum 2013 memerlukan

waktu yang lebih banyak serta memanfaatkan ruang dan waktu

secara integratif.

l) Pembelajaran menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru,

siapa saja adalah siswa, dan dimana saja adalah kelas. Prinsip ini

menandakan bahwa ruang belajar tidak hanya dibatasi dengan

dinding kelas. Sekolah dan lingkungan sekitar adalah kelas besar

untuk siswa belajar.

m) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk

meningkatkan efisiensi dan efektifitas belajar.

n) Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang siswa.

Seperti cita-cita, latar belakang keluarga, cara mendapat

pendidikan dirumah, cara pandang, cara belajar, cara berpikir, serta

keyakinan siswa yang berbeda-beda.

1.3 Penerapam Kurikulum 2013

Tema Kurikulum 2013 adalah menghasilkan insan Indonesia

yang produktif, kreatif, inovativ, afektif, melalui sikap, keterampilan


(35)

pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang pendidikan

dilaksanakan dengan pendekatan ilmiah (scientific approach) dan

harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap (attitude), keterampilan (skill),

dan pengetahuan (knowledge). Proses pembelajaran scientific

merupakan perpaduan antara proses pembelajaran yang semula

terfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi dengan

mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan

(Kemendikbud 2013). Dalam pelaksanaanya siswa dituntut untuk aktif

dan mencari sumber- sumber belajar yang relevan. Di dalam

pembelajaran dengan pendekatan scientific, peserta didik

mengkonstruksi pengetahuan bagi dirinya. Bagi peserta didik,

pengetahuan yang dimilkinya bersifat dinamis, berkembang dari

sederhana menuju kompleks, dari ruang lingkup dirinya dan sekitarnya

menuju ruang lingkup yang lebih luas, dan dari yang bersifat konkrit

menuju abstrak (Nasution, 2006). Untuk mewujudkan hal tersebut,

dalam implementasi kurikulum guru dituntut profesional merancang

pembelajaran yang efektif dan bermakna (menyenangkan),

mengorganisasikan pembelajaran, memilih pendekatan pembelajaran

yang tepat, menentukan prosedur pembelajaran dan pembentukan

kompetensi secara efektif serta menerapkan kriteria keberhasilan


(36)

a. Merancang pembelajaran efektif dan bermakna

Implementasi Kurikulum 2013 merupakan aktualisasi kurikulum

dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi serta karakter

peserta didik. Hal tersebut menentukan keaktifan guru dalam

menciptakan dan menumbuhkan berbagai kegiatan sesuai dengan

rencana yang telah diprogamkan. Dalam hal ini guru harus dapat

mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat ketika peserta

didik belum dapat membentuk kompetensi dasar, apakah kegiatan

pembelajaran dihentikan, diubah metodenya, atau mengulang dulu

pembelajaran yang lalu. Guru harus menguasai prinsip-prinsip

pembelajaran, pemilihan dan penggunaan media pembelajaran,

keterampilan menilai hasil-hasil belajar peserta didik, serta

memilih dan menggunakan strategi serta pendekatan pembelajaran.

Kompetensi-kompetensi tersebut merupakan bagian yang integral

bagi seorang guru sebagai tenaga professional yang hanya dapat

dikuasai dengan baik melalui pengalaman praktik yang intensif.

Pembelajaran menyenangkan, efektif dan bermakna dapat

dirancang oleh semua guru, dengan prosedur sebagai berikut:

1. Pemanasan dan apersepsi

Pemanasan dan apersepsi perlu dilakukan untuk

menjajaki pengetahuan peserta didik, memotivasi peserta didik


(37)

mereka untuk mengetahui hal baru. Pemanasan dan apersepsi

ini dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:

a. Pembelajaran dimulai dengan hal-hal yang diketahui dan

dipahami oleh peserta didik.

b. Peserta didik dimotivasi dengan bahan ajar yang menarik

dan berguna bagi kehidupan mereka.

c. Peserta didik digerakkan agar tertarik dan bersemangat

untuk mengetahui hal-hal yang baru.

2. Eksplorasi

Eksplorasi merupakan tahap kegiatan pembelajaran

untuk mengenalkan bahan dan mengaitkannya dengan

pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik. Hal tersebut

dapat ditempuh dengan prosedur sebagai berikut:

a. Perkenalkan materi standar dan kompetensi dasar yang

harus dimiliki oleh peserta didik.

b. Kaitkan materi standar dan kompetensi dasar yang baru

dengan pengetahuan dan kompetensi yang sudah dimiliki

peserta didik.

c. Pilihlah metode yang paling tepat dan digunakan secara

bervariasi untuk meningkatkan penerimaan peserta didik


(38)

3. Konsolidasi pembelajaran

Konsolidasi merupakan kegiatan untuk mengaktifkan

peserta didik dalam pembentukan kompetensi dan karakter,

serta menghubungkan dengan kehidupan peserta didik.

Konsolidasi pembelajaran dapat diterapkan dengan prosedur

sebagai berikut:

a. Libatkan peserta didik secara aktif dalam proses pemecahan

masalah (problem solving), terutama dalam

masalah-masalah aktual.

b. Letakkan penekanan pada kaitan struktural, yaitu kaitan

antara materi standar dan kompetensi baru dengan berbagai

aspek kegiatan dalam kehidupan lingkungan masyarakat.

c. Pilihlah metode yang paling tepat sehingga materi standar

dapat diproses menjadi kompetensi dan karakter peserta

didik.

4. Pembentukan sikap, kompetensi dan karakter.

Pembentukan sikap, kompetensi dan karakter dapat

dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:

a. Dorong peserta didik untuk menempatkan konsep,

pengertian, kompetensi, dan karakter yang dipelajarinya


(39)

b. Praktikan pembelajaran secara langsung agar peserta didik

dapat membangun sikap, kompetensi, dan karakter baru

dalam kehidupan berdasar pengertian yang dipelajari.

c. Gunakan metode yang paling tepat agar terjadi perubahan

sikap, kompetensi dan karakter peserta didik secara nyata.

5. Penilaian formatif

Penilaian formatif perlu dilakukan untuk perbaikan,

dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Kembangkan cara-cara untuk menilai hasil belajar peserta

didik.

b. Gunakan hasil penilaian tersebut untuk menganalisis

kelemahan atau kekurangan peserta didik dan

masalah-masalah yang dihadapi guru dalam membentuk karakter

dan kompetensi peserta didik.

c. Pilih metodologi yang paling tepat sesuai dengan

kompetensi yang ingin dicapai

b. Mengorganisasikan pembelajaran

Implementasi Kurikulum 2013 menuntut guru untuk

mengorganisasikan pembelajaran secara efektif. Ada empat hal

yang perlu diperhatiakan berkaitan dengan pengorganisasian

pembelajaran dalam implementasi Kurikulum 2013, yaitu


(40)

pendayagunaan lingkungan dan sumber daya masyarakat, serta

perkembangan dan penataan kebijakan.

1. Pelaksanaan Pembelajaran

Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 yang berbasis karakter

dan kompetensi, hendaknya dilaksanakan berdasarkan

kebutuhan dan karakteristik peserta didik, serta kompetensi

dasar pada umumnya.

2. Pengadaan dan Pembinaan Tenaga Ahli

Dalam implementasi Kurikulum 2013 diperlukan pengadaan

dan pembinaan tenaga ahli, yang memiliki sikap, pribadi,

kompetensi dan keterampilan yang berkaitan dengan

pembelajaran berbasis kompetensi dan karakter. Hal ini sangat

penting dilaksanakan, karena berkaitan dengan deskripsi kerja

yang akan dilakukan oleh masing-masing tenaga kependidikan.

3. Pendayagunaan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar

Dalam rangka mensukseskan implementasi Kurikulum 2013,

perlu didayagunakan lingkungan sebagai sumber belajar secara

optimal. Untuk kepentingan tersebut, para guru fasilitator

dituntut untuk mendayagunakan lingkungan, baik lingkungan

fisik maupun lingkungan sosial serta menjalin kerjasama

dengan unsur-unsur terkait yang dipandang dapat menunjang


(41)

4. Pengembangan Kebijakan Sekolah

Implementasi kurikulum perlu didukung kebijakan-kebijakan

kepala sekolah. Kebijakan yang jelas dan baik akan dapat

memberikan kelancaran dan kemudahan dalam implementasi

pembelajaran berbasis karakter dan kompetensi.

c. Memilih dan Menentukan Pendekatan Pembelajaran

Implementasi Kurikulum 2013 berbasis kompetensi dalam

pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan.

Pendekatan tersebut antara lain pendekatan pembelajaran

kontekstual (contekstual teaching and learning), bermain peran

(role play), belajar tuntas (mastery learning), dan pembelajaran

partisipatif.

1. Pembelajaran Kontekstual (Contekstual Teaching and

Learning)

Pembelajaran kontekstual (contekstual teaching and learning)

yang sering disingkat dengan CTL merupakan salah satu model

pembelajaran berbasis kompetensi yang dapat digunakan untuk

mengefetifkan dan mensukseskan implementasi Kurikulum

2013. CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan

keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia

kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga peserta didik

mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil


(42)

2. Bermain Peran (Role Play)

Guru yang kreatif senantiasa mencari pendekatan-pendekatan

baru dalam memecahkan masalah, tidak terpaku pada cara

tertentu yang monoton, melainkan memilih variasi lain yang

sesuai. Bermain peran merupakan salah satu alternatif yang

dapat dipilh. Hasil penelitian dan percobaan yang dilakukan

para ahli menunjukkan bahwa bermain peran merupakan salah

satu model yang dapat digunakan secara efektif. Dalam hal ini

bermain peran diarahkan pada pemecahan masalah-masalah

yang menyangkut hubungan dengan kehidupan peserta didik.

3. Belajar Tuntas (Mastery Learning)

Belajar tuntas berasumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat,

semua peserta didik mampu belajar dengan baik dan

memperoleh hasil yang maksimal terhadap seluruh materi yang

dipelajari. Belajar tuntas banyak diimplementasikan pada

sistem pembelajaran individual, mulai dari sekolah dasar

sampai dengan perguruan tinggi. Sistem belajar tuntas

mencapai kondisi yang optimal ketika ditunjang oleh sejumlah

media, baik perangkat keras (hardware) maupun perangkat

lunak (software), termasuk penggunaan komputer (internet)


(43)

4. Pembelajaran Partisipatif (Partisipative Teaching and

Learning)

Pembelajaran partisipatif sering diartikan sebagai keterlibatan

peserta didik dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

pembelajaran. Indikator pembelajaran partisipatif antara lain

dapat dilihat dari: keterlibatan emosional dan mental peserta

didik untuk memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan dan

dalam pembelajaran terdapat hal yang menguntungkan peserta

didik.

d. Melaksanakan Pembelajaran, Pembentukan Kompetensi, dan

Karakter

Pembelajaran dalam menyukseskan implementasi

Kurikulum 2013 merupakan keseluruhan proses belajar. Pada

umumnya kegiatan pembelajaran mencakup kegiatan awal atau

pembukaan, kegiatan inti atau pembentukan kompetensi dan

pembentukan karakter, serta kegiatan akhir atau penutup.

1. Kegitan Awal atau Pembukaan

Kegitan awal atau pembukaan pembelajaran berbasis

kompetensi dalam menyukseskan implementasi Kurikulum

2013 mencakup pembinaan keakraban danpre-test.

2. Kegiatan Inti atau Pembentukan Kompetensi dan Karakter

Kegiatan inti pembelajaran antara lain mencakup penyampaian


(44)

kompetensi dan karakter peserta didik, serta melakukan tukar

pengalaman dan pendapat dalam membahas materi standar atau

memecahkan masalah yang dihadapi bersama. Pembentukan

kompetensi dan karakter ini ditandai keikutsertaan peserta

didik dalam pengelolaan pembelajaran (participative teaching

and learning), berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab

mereka dalam menyelenggarakan progam pembelajaran.

3. Kegiatan Akhir atau Penutup

Kegiatan akhir pembelajaran atau penutup dapat dilakukan

dengan memberikan tugas, dan pos tes. Tugas yang diberikan

merupakan tindak lanjut dari pembelajaran inti atau

pembentukan kompetensi, yang berkenaan dengan materi

standar yang telah dipelajari maupun materi yang akan

dipelajari berikutnya.

e. Menetapkan Kriteria Keberhasilan

Keberhasilan implementasi Kurikulum 2013 dalam

pembentukan kompetensi dan karakter dapat dilihat dari segi

proses dan dari segi hasil. Selain itu, keberhasilan implementasi

Kurikulum 2013 berbasis kompetensi dan karakter dapat dilihat

dalam jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

2. Pendekatan Scientific 2.1 Pengertian


(45)

pembelajaran tersebut dilakukan melalui proses ilmiah. Apa yang

dipelajari dan diperoleh peserta dilakukan dengan indra dan akal

pikiran sendiri sehingga mereka mengalami secara langsung dalam

proses mendapatkan ilmu pengetahuan (Fadlillah, 2014:175). Menurut

Hosnan (2014: 34), pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran

yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif

mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan

mengamati, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis,

mengumpulkan data, menganalisis, menarik kesimpulan dan

mengkomunikasikan. Menurut Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan, pendekatan ilmiah merupakan pendekatan yang merujuk

pada teknik-teknik investigasi atas fenomena atau gejala, memperoleh

pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan

baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya.

Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry)

harus berbasis pada bukti- bukti dari objek yang dapat diobservasi,

empiris, dan terukur dengan prinsip- prinsip penalaran yang spesifik.

Karena itu, pendekatan ilmiah umumnya memuat serial aktivitas

pengoleksian data melalui observasi dan eksperimen, kemudian

memformulasi dan menguji hipotesis.

2.2 Prinsip Pendekatan Scientific

Menurut Hosnan (2014: 37), prinsip pendekatan saintifik dalam


(46)

a. Pembelajaran berpusat pada siswa.

b. Pembelajaran membentukstudent self concept.

c. Pembelajaran terhindar dari verbalisme.

d. Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk

mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum dan prinsip.

e. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan

berpikir siswa.

f. Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi

mengajar guru.

g. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan

dalam komunikasi.

h. Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum dan prinsip yang

dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.

2.3 Implementasi Pendekatan Scientific

Menurut Fadlillah (2014), pendekatan scientific ialah

pendekatan pembelajaran yang dilakukan melalui proses mengamati

(observing), menanya (questioning), mencoba (experimenting),

menalar (associating), dan mengkomunikasikan (communicating).

Kegiatan pembelajaran seperti ini dapat membentuk sikap,

keterampilan, dan pengetahuan peserta didik secara maksimal. Kelima

proses belajar secara scientific tersebut diimplementasikan pada saat

memasuki kegiatan inti pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran


(47)

a. Mengamati (observasi)

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses

pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki

keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata,

peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya.

Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin

tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki

kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan mengamati dalam

pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud

Nomor 81a, hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi

kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui

kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru

memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih

mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal

yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi

yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan

mencari informasi.

b. Menanya

Dalam kegiatan menanya, guru membuka kesempatan secara

luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah

dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing

peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan


(48)

abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal

lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai

kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi dimana

peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih

memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai

ke tingkat dimana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan

secara mandiri. Dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah

pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin

tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa

ingin tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan tersebut

menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan

beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan

peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang

beragam. Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran

sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun

2013, adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak

dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk

mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati

(dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang

bersifat hipotetik). Adapun kompetensi yang diharapkan dalam

kegiatan ini adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu,

kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran


(49)

c. Mengumpulkan Informasi

Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut

dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan

mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai

cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih

banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau

bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul

sejumlah informasi. Dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013,

aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen,

membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek atau

kejadian, aktivitas wawancara dengan narasumber dan sebagainya.

Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan

sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain,

kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan

mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari,

mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.

d. Mengasosiasikan/ Mengolah Informasi/Menalar

Kegiatan “mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar” dalam

kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam

Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah memproses

informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan

mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati


(50)

yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan

kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat

mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang

berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan

untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi

lainya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut.

Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan

sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan

menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta

deduktif dalam menyimpulkan. Aktivitas ini juga diistilahkan

sebagai kegiatan menalar, yaitu proses berfikir yang logis dan

sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk

memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Aktivitas menalar

dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan

pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau

pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran

merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan

mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian

memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer

peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam

referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang

sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan


(51)

e. Mengkomunikasikan

Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan

kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah

mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan

atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari

informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut

disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar

peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan

“mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran

sebagaimana disampaikandalam Permendikbud Nomor 81a

Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan

berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.

Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah

mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir

sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan

mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

3. Persepsi Siswa 3.1 Pengertian

Menurut Walgito (2001) dalam Sunaryo (2004), persepsi

adalah proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap rangsang

yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan

sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integrated dalam


(52)

persepsi ialah daya mengenal barang, kualitas atau hubungan, dan

perbedaan antara hal ini melalui proses mengamati, mengetahui, atau

mengartikan setelah panca inderanya mendapat rangsang. Persepsi

(perception) adalah proses dimana individu mengatur dan

menginterpretasikan kesan-keasan sensoris mereka guna memberikan

arti bagi lingkungan mereka (Robbins, 2008: 175). Persepsi merupakan

proses yang kompleks, yang dilakukan orang untuk memilih,

mengatur, dan memberi makna pada kenyataan yang dijumpai

disekelilingnya (Hardjana, 2003: 40). Jadi persepsi adalah proses

pengorganisasian terhadap rangsang yang diterima oleh panca indera

untuk menginterprestasikan rangsangan tersebut menjadi sebuah arti

dalam diri individu.

3.2 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Robbins (2008: 176) mengklasikafikasikan faktor- faktor yang

mempengaruhi persepsi sebagai berikut :

1. Faktor- faktor dalam diri si pengarti:

a. Sikap- sikap

b. Motif- motif

c. Minat- minat

d. Pengalaman

e. Harapan- harapan

2. Faktor- faktor dalam diri target :


(53)

b. Gerakan

c. Suara

d. Ukuran

e. Kedekatan

f. Kemiripan

3. Faktor- faktor dalam situasi

a. Waktu

b. Keadaan sosial

Menurut Thoha (2005: 147), ada tiga faktor yang

mempengaruhi pengembangan persepsi seseorang, yaitu ; psikologi,

keluarga, kebudayaan.

1. Psikologi

Persepsi seseorang mengenai segala sesuatu di alam dunia ini

sangat dipengaruhi oleh keadaan psikologis orang tersebut.

2. Keluarga

Pengaruh yang paling besar bagi seorang anak adalah keluarga. Hal

ini terjadi karena orang tua telah mengembangkan suatu cara yang

khusus di dalam memahami dan melihat kenyataan di dunia ini,

banyak sikap dan persepsi-persepsi yang orang tua turunkan

kepada anak-anaknya.

3. Kebudayaan

Kebudayaan dan lingkungan masyarakat tertentu juga merupakan


(54)

nilai, dan cara seseorang memandang dan memahami keadaan di

dunia ini.

4. Motivasi Belajar 4.1 Pengertian

Menurut Mc. Donald dalam Sardiman (1986:73), motivasi

adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan

munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya

tujuan. Menurut Luthans (2002 :161) dalam Pujadi (2007), motivation

is a process that starts with a pshycological deficiency or need a drive

that is aimed at goal or incentive. Motivasi belajar dapat timbul karena

faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan

kebutuhan belajar, harapan akan cita- cita. Sedangkan faktor

ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang

kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik (Uno, 2007: 23). Motivasi

belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non- intelektual.

Peranya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa

senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi

kuat, akan memiliki banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar

(Sardiman, 1986: 75). Jadi motivasi belajar adalah sebuah perasaan

senang dan semangat untuk belajar yang timbul karena faktor intrinsik

maupun faktor ekstrinsik dari dalam diri siswa.

4.2 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar


(55)

faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah :

a. Faktor individual

Faktor individual merupakan faktor yang berada pada diri individu

itu sendiri, yang termasuk kedalam faktor ini antara lain:

1. Kematangan atau pertumbuhan

Seseorang dapat memahami sesuatu dengan baik jika orang

tersebut telah tumbuh dan matang sepenuhnya.

2. Kecerdasan

Semakin tinggi taraf intelegensi yang dimiliki oleh seseorang,

maka akan membantu orang tersebut untuk dapat memecahkan

suatu permasalahan dengan lebih baik.

3. Latihan

Untuk dapat memahami sesuatu dengan baik kita memerlukan

suatu latihan tertentu. Sesuatu yang sering kita latih dan

dilakukan secara berulang - ulang akan membuat kita lebih

mampu dan memahami hal tersebut.

4. Motivasi

Motivasi sangat berperan penting dalam kegiatan belajar,

karena seseorang akan dapat lebih berusaha jika ia memiliki

dorongan untuk melakukannya.

5. Faktor pribadi

Faktor pribadi ini berkaitan dengan diri pribadi orang yang


(56)

seseorang.

b. Faktor sosial

Merupakan faktor yang berada diluar individu, antara lain : faktor

keluarga atau keadaan rumah tangga, guru dan cara pengajarannya,

alat- alat yang digunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan

kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial.

Menurut Rusyan, dkk (1992: 80) dalam Rustanto (2009:

18-19), faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa dalam

usaha pencapaian prestrasi belajar tersebut yaitu :

a. Faktor internal

Faktor internal ini meliputi tiga hal, yaitu :

1. Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan

maupun yang didapat dari lingkungan, faktor ini dapat

mempengaruhi semangat dan intensitas seseorang dalam

belajar.

2. Faktor psikologis terdiri atas :

a) Faktor intelektual yang terdiri dari :

(1) Faktor potensial : kecerdasan dan bakat.

(2) Faktor kecakapan nyata : prestasi yang dimiliki

b) Faktor non intelektual yaitu unsur- unsur kepribadian

tertentu, seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan,


(57)

3. Faktor kematangan fisik maupun psikis, karena penyesuain diri

juga akan mempengaruhi motivasi belajar pada siswa.

b. Faktor eksternal

Faktor ini meliputi empat hal sebagai berikut :

1) Faktor sosial, yang terdiri atas :

a) Lingkungan keluarga

Lingkungan keluarga juga akan dapat memberi dampak

baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang

dicapai oleh seseorang, seperti pola asuh dan komunikasi

dalam keluarga.

b) Lingkungan sekolah

Lingkungan yang ada disekolah, seperti guru, para staf

administrasi dan teman- teman sekelas dapat

mempengaruhi semangat belajar siswa.

c) Lingkungan masyarakat dan tetangga

2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan,

teknologi dan kesenian.

3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar

dan iklim.

4) Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan.

5. Hasil Belajar 5.1 Pengertian


(58)

memahami dua kata yang membentuknya, yaitu hasil dan belajar.

Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat

dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan

berubahnya input secara fungsional. Belajar dilakukan untuk

mengusahakan adanya perubahan perilaku pada diri individu yang

melakukan belajar. Perubaan perilaku itu merupakan perolehan yang

menjadi hasil belajar.

5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Rusman (2012:124), faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar antara lain meliputi faktor internal dan

faktor eksternal:

a. Faktor Internal

1. Faktor Fisiologis.

Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima,

tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan

cacat jasmani dan sebagainya. Hal tersebut dapat

mempengaruhi peserta didik dalam menerima materi pelajaran.

2. Faktor Psikologis.

Setiap individu dalam hal ini peserta didik pada dasarnya

memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal

ini turut mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa faktor

psikologis meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat,


(59)

b. Faktor Eksternal

1. Faktor Lingkungan.

Faktor lingkungan dapat mempenguruhi hasil belajar. Faktor

lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial.

Lingkungan alam misalnya suhu, kelembaban dan lain-lain.

Belajar pada tengah hari di ruangan yang kurang akan sirkulasi

udara akan sangat berpengaruh dan akan sangat berbeda pada

pembelajaran pada pagi hari yang kondisinya masih segar

dengan ruangan yang cukup untuk bernafas lega.

2. Faktor Instrumental.

Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan

penggunaanya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang

diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi

sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang

direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini berupa kurikulum,

sarana dan guru.

5.3 Evaluasi Hasil Belajar

Progam pengajaran perlu dievaluasi untuk mengetahui apakah

tujuan pembelajaran yang telah direncanakan dapat tercapai

(Purwanto, 2009:5). Menurut Purwanto (2009), evaluasi selalu

menyangkut pemeriksaan ketercapaian tujuan yang ditetapkan.


(60)

proses kegiatan dapat mencapai tujuannya. Pengumpulan informasi

hasil belajar dapat ditempuh melalui dua cara yaitu:

a. Teknik Tes

Teknik tes biasanya dilakukan di sekolah-sekolah dalam rangka

mengakhiri tahun ajaran atau semester. Pada akhir tahun, sekolah

mengadakan tes akhir tahun. Menurut pola jawabannya tes dapat

diklasifikasikan menjadi tiga yaitu: tes objektif, tes jawaban

singkat, dan tes uraian.

b. Teknik Non Tes

Pengumpulan informasi atau pengukuran dalam evaluasi hasil

belajar dapat juga dilakukan melalui observasi, wawancara dan

angket. Teknik non tes lebih banyak digunakan untuk mengungkap

kemampuan psikomotorik dan hasil belajar afektif.

B. Kerangka Berfikir

1. Hubungan Antara Persepsi Siswa terhadap Implementasi Pendekatan Scientific dengan Motivasi Belajar Siswa.

Menurut Walgito (2001) dalam Sunaryo (2004), persepsi adalah

proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap rangsang yang

diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang

berarti dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu.

Berkaitan dengan implementasi pendekatan scientific, siswa sebagai


(61)

implementasi pendekatan scientific tersebut. Hal ini terjadi karena proses

pengorganisasian serta penginterpretasian terhadap rangsang yang berupa

implementasi pendekatan scientific oleh masing-masing siswa berbeda.

Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan memiliki banyak energi untuk

melakukan kegiatan belajar (Sardiman, 1986: 75). Pernyataan tersebut

sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan Pramitasari, dkk (2011),

kesimpulannya adalah terdapat hubungan positif yang signifikan antara

variabel persepsi terhadap pembelajaran kontekstual dengan motivasi

belajar biologi.

2. Hubungan Antara Persepsi Siswa Terhadap Implementasi Pendekatan Scientific dengan Hasil Belajar Siswa.

Menurut Maramis (1999) dalam Sunaryo (2004), persepsi ialah

daya mengenal barang, kualitas atau hubungan, dan perbedaan antara hal

ini melalui proses mengamati, mengetahui, atau mengartikan setelah panca

inderanya mendapat rangsang. Dalam proses pembelajaran saat ini

rangsang yang diberikan berupa implementasi pendekatan scientific pada

Kurikulum 2013. Konsep Kurikulum 2013 adalah memberikan

pengalaman bagi siswa dalam menggali wawasan untuk memperoleh hasil

belajar yang baik. Menurut Marzano (2005) dalam Rasydin (2009: 16),

syarat perlu untuk berhasil dalam belajar adalah persepsi dan sikap positif

siswa terhadap belajar serta kebiasaan berpikir siswa. Pernyataan ini


(62)

ada hubungan positif antara persepsi siswa terhadap iklim kelas dengan

prestasi belajar matematika.

C. Model Penelitian

Hubungan antara variabel-variabel dalam penelitian ini digambarkan sebagai

berikut:

Gambar 2.1 Model Penelitian

Keterangan :

X :Persepsi Siswa Terhadap Implementasi Pendekatan

Scientific

Y1 : Motivasi Belajar

Y2 :Hasil Belajar

: Hubungan Persepsi Siswa terhadap Implementasi PendekatanScientificdengan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pada landasan teori dan kerangka berfikir diatas, hipotesis yang

diajukan pada penelitian ini adalah :

1. H01 = Tidak ada hubungan positif dan signifikan persepsi siswa terhadap

implementasi pendekatanScientificdengan motivasi belajar siswa. X

Y1


(63)

Ha1= Ada hubungan positif dan signifikan persepsi siswa terhadap

implementasi pendekatanScientificdengan motivasi belajar siswa.

2. H02= Tidak ada hubungan positif dan signifikan persepsi siswa terhadap

implementasi pendekatanScientificdengan hasil belajar siswa.

Ha2= Ada hubungan positif dan signifikan persepsi siswa terhadap


(64)

41

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian korelasional yaitu penelitian

yang dimaksudkan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua

atau beberapa variabel (Arikunto, 2009 : 247). Dalam penelitian ini, analisis

hubungan diberlakukan untuk variabel persepsi siswa terhadap implementasi

pendekatanscientificdengan motivasi belajar dan hasil belajar siswa.

Jenis penelitian ini adalah survei. Penelitian survei merupakan suatu

penelitian kuantitatif dengan menggunakan pertanyaan terstruktur yang sama

kepada banyak orang, untuk kemudian seluruh jawaban yang diperoleh

peneliti dicatat, diolah dan dianalisis (Prasetyo dan Miftahul, 2005: 143).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengambil lokasi Sekolah

Menengah Atas di Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul Daerah

Istimewa Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian


(65)

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X dan XI SMA di

Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah persepsi siswa terhadap implementasi

pendekatanscientific, motivasi belajar, dan hasil belajar siswa.

D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X dan XI

SMA yang mengikuti pembelajaran pada mata pelajaran ekonomi dengan

penerapan Kurikulum 2013 di Kecamatan Wonosari Kabupaten

Gunungkidul. Jumlah Populasi adalah 690 siswa.

2. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X dan XI SMA di

SMA 1 Wonosari dan SMA 2 Wonosari. Jumlah sampel adalah 253 siswa,

untuk mengurangi adanya kegagalan peneliti menambah jumlah sampel

sebesar 10%, sehingga jumlah sampel keseluruhan adalah 278 siswa.

Perhitungan ukuran sampel menggunakan teknik solvin dengan rumus


(66)

Rumus :

=

= 690

1 + 690 (0,05) = 253,211009 = 253

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Proporsional Random Sampling. Teknik proporsional merupakan

jumlah sampel yang diambil dari setiap strata sebanding, sesuai dengan

proporsional ukurannya (Siregar, 2010: 146).

Berikut ini tabel jumlah sampel per sekolah dan per tingkatan kelas.

Tabel 3.1

Jumlah Sampel Per Sekolah

Nama Sekolah Anggota

Populasi (a) Proporsi (%) (b) Jumlah sampel per sekolah (c) = 278 x b

SMA N 1 WONOSARI 390 56,5 157

SMA N 2 WONOSARI 300 43,5 121

JUMLAH 690 100 278

Tabel 3.2

Jumlah Sampel Per Tingkatan Kelas

Nama Sekolah Kelas/

jumlah siswa (d) Proporsi (%) (e) Jumlah sampel per tingkatan kelas (f) = (cxe) SMA N 1 WONOSARI

X = 210 54 85

XI= 180 46 72

SMA N 2 WONOSARI

X = 150 50 61

XI = 150 50 60


(67)

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Variabel dalam penelitian ini yaitu persepsi siswa terhadap

implementasi pendekatan scientific, motivasi belajar siswa, dan hasil belajar

siswa. Persepsi dalam penelitian ini adalah persepsi siswa terhadap

implementasi pendekatan scientific, sementara motivasi dalam penelitian ini

adalah motivasi belajar siswa, dan hasil belajar pada penelitian ini adalah hasil

belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi.

F. Pengukuran Variabel Penelitian

1. Persepsi siswa terhadap implementasi pendekatan scientific.

Variabel ini diukur dengan pernyataan-pernyataan tentang

implementasi pendekatan scientific berdasarkan pengembangan dari

konsep yang ditetapkan oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Berikut ini tabel operasional


(68)

Tabel 3.3

Operasional Variabel Penelitian Persepsi

Sub Variabel Indikator Pernyataan

Positif Negatif Kriteria pendekatan

Scientific

• Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena.

1 • Materi pembelajaran dapat dijelaskan dengan

logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

2

• Interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari pemikiran subjektif.

3 • Penjelasan yang diberikan guru terbebas dari

pemikiran subjektif.

4 • Mendorong siswa berpikir secara kritis. 5 • Mendorong siswa berpikir secara analitis. 6

• Mendorong siswa berpikir secara logis. 7 • Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana

dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.

8, 9 Langkah- langkah

pembelajaran dengan pendekatanScientific

• Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

10, 11, 12 • Ranah sikap menjadikan peserta didik “tahu

mengapa.”

13 • Ranah keterampilan menjadikanpeserta didik “tahu

bagaimana”.

14 • Ranah pengetahuan menjadikanpeserta didik “tahu

apa”.

15 • Hasil akhirnya adalah peningkatan dan

keseimbangan antara kemampuan(soft skills)dan (hard skills)dari peserta didik.

16

Kegiatan inti pembelajaran dengan pendekatanScientific

• Meliputi kegiatan mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.

17, 18, 19, 20,

21 • Dalam kegiatan mengamati, terbuka secara luas

kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan.

22

• Dalam kegiatan menanya, terbuka kesempatan secara luas untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dan dibaca.

23

• Ada bimbingan untuk mengajukan pertanyaan. 24 • Kegiatan mencoba, medorong siswa untuk

mengumpulkan informasi dari berbagai sumber.

25

• Boleh membaca buku yang lebih banyak. 26 • Dalam kegiatan mengasosiasi, terbuka kesempatan

yang luas untuk mengolah data hasil mengamati, menanya dan pengumpulan informasi.

27

• Dalam kegiatan mengkomunikasikan, terbuka kesempatan yang luas untuk menyampaikan tulisan atau cerita tentang apa-apa saja yang telah siswa temukan.

28

• Hasil disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar siswa atau kelompok.


(69)

2. Motivasi belajar siswa.

Pengukuran yang digunakan penulis untuk mengukur variabel ini

adalah dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan tentang motivasi

belajar. Berikut adalah indikator tentang motivasi belajar hasil dari

pengembangan yang dikemukakan oleh Sudjana dan dari indikator

motivasi menurut Uno (2007:23). Berikut ini tabel perasional variabel

penelitian motivasi belajar.

Tabel 3.4

Operasional Variabel Penelitian Motivasi Belajar

Sub Variabel Indikator Pernyataan Positif Negatif Faktor internal • Adanya minat dan perhatian

siswa terhadap pembelajaran.

1, 2, 3 4

• Adanya dorongan dan semangat untuk belajar.

5, 6, 7, 8

9, 10

• Rasa senang dan puas dalam melaksanakan tugas.

11, 12

• Tanggungjawab siswa dalam melaksanakan tugas.

13, 14, 15

Faktor eksternal

• Tanggungjawab siswa dalam melaksanakan tugas.

16, 17 18

• Adanya penghargaan dalam belajar.

19, 20

Penulis menggunakan skala pengukuran Likert untuk mengukur variabel

persepsi siswa terhadap implementasi pendekatan scientific dan variabel

motivasi belajar siswa. Alternatif jawaban setiap item disajikan sebagai


(70)

Tabel 3.5

Skala Pengukuran Model Likert

Alternatif jawaban Skor

Positif Negatif Sangat Setuju (SS)

Setuju (S) Netral (N)

Tidak Setuju (TS)

Sangat Tidak Setuju (STS)

5 4 3 2 1 1 2 3 4 5

3. Hasil Belajar Siswa

Variabel ini diukur dengan skala interval, yaitu mengolongkan

hasil belajar yang berupa nilai kedalam interval konversi nilai hasil belajar

sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor

81A tahun 2013. Konversi ini dinyatakan dalam skala 1 sampai dengan 4,

akan tetapi untuk memudahkan proses olah data penelitian, skala penilaian

1 sampai dengan 4 dikonversi dalam skala 1 sampai dengan 5. Berikut ini

adalah interval nilai hasil konversi.

Tabel 3.6

Interval Nilai Hasil Konversi Interval Konversi Skala

1-4

Konversi Skala 1-5

Predikat

96-100 4.00 5.00 A

91-95 3.66 4,58

A-85-90 3.33 4.16 B+

80-84 3.00 3.75 B

75-79 2.66 3.33

B-70-74 2.33 2.91 C+

65-69 2.00 2.5 C

60-64 1.66 2.08

C-55-59 1.33 1.66 D+


(71)

G. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yang berupa

dokumentasi, wawancara dan angket atau kuisioner untuk memperoleh data

tentang persepsi siswa terhadap implementasi pendekatan scientific, data

motivasi belajar siswa dan data hasil belajar siswa.

1. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung

ditujukan pada subjek penelitian, tetapi melalui dokumen. (Mahmud,

2011:183). Teknik Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk

mengumpulkan data hasil belajar siswa.

2. Wawancara

Teknik wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk

mengumpulkan data tambahan tentang hasil belajar, persepsi siswa, dan

motivasi belajar siswa.

3. Angket

Angket adalah teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau

mengirimkan daftar peranyataan kepada responden untuk diisi. Sebagian

penelitian sosial, termasuk pendidikan, menggunakan kuesioner sebagai

teknik yang dipilih untuk pengumpulan data (Mahmud, 2011: 177).

Teknik angket digunakan untuk mengumpulkan data persepsi siswa

terhadap implementasi pendekatan scientific dan data motivasi belajar


(1)

186

Correlations

Persepsi Motivasi Pengetahuan Sikap Keterampilan Keseluruhan Spearman's

rho

Persepsi Correlation

Coefficient 1.000 .362

**

.647** .281** .730** .708**

Sig. (1-tailed) . .000 .000 .000 .000 .000

N 278 278 278 278 278 278

Motivasi Correlation

Coefficient .362

**

1.000 .220** .245** .300** .263**

Sig. (1-tailed) .000 . .000 .002 .000 .000

N 278 278 278 278 278 278

Pengetah uan

Correlation

Coefficient .647

**

.220** 1.000 .267** .782** .946**

Sig. (1-tailed) .000 .000 . .000 .000 .000

N 278 278 278 278 278 278

Sikap Correlation

Coefficient .281

**

.245** .267** 1.000 .282** .376**

Sig. (1-tailed) .000 .002 .000 . .000 .000

N 278 278 278 278 278 278

Keteram pilan

Correlation

Coefficient .730

**

.300** .782** .282** 1.000 .911**

Sig. (1-tailed) .000 .000 .000 .000 . .000

N 278 278 278 278 278 278

Keseluru han

Correlation

Coefficient .708

**

.263** .946** .376** .911** 1.000

Sig. (1-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .

N 278 278 278 278 278 278

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

LAMPIRAN IX

TABEL r


(3)

188

DF = n-2

0,1 0,1 0,05 0,05

t 0,005 r 0,005 t 0,05 r 0,05 1 6,3138 0,9877 12,7062 0,9969

2 2,9200 0,9000 4,3027 0,9500

3 2,3534 0,8054 3,1824 0,8783

4 2,1318 0,7293 2,7764 0,8114

5 2,0150 0,6694 2,5706 0,7545

6 1,9432 0,6215 2,4469 0,7067

7 1,8946 0,5822 2,3646 0,6664

8 1,8595 0,5494 2,3060 0,6319

9 1,8331 0,5214 2,2622 0,6021

10 1,8125 0,4973 2,2281 0,5760

11 1,7959 0,4762 2,2010 0,5529

12 1,7823 0,4575 2,1788 0,5324

13 1,7709 0,4409 2,1604 0,5140

14 1,7613 0,4259 2,1448 0,4973

15 1,7531 0,4124 2,1314 0,4821

16 1,7459 0,4000 2,1199 0,4683

17 1,7396 0,3887 2,1098 0,4555

18 1,7341 0,3783 2,1009 0,4438

19 1,7291 0,3687 2,0930 0,4329

20 1,7247 0,3598 2,0860 0,4227

21 1,7207 0,3515 2,0796 0,4132

22 1,7171 0,3438 2,0739 0,4044

23 1,7139 0,3365 2,0687 0,3961

24 1,7109 0,3297 2,0639 0,3882

25 1,7081 0,3233 2,0595 0,3809

26 1,7056 0,3172 2,0555 0,3739

27 1,7033 0,3115 2,0518 0,3673

28 1,7011 0,3061 2,0484 0,3610 29 1,6991 0,3009 2,0452 0,3550

... ... ... ... ...

276 1,6504 0,0989 1,9686 0,1177 277 1,6504 0,0987 1,9686 0,1175

278 1,6504 0,0985 1,9685 0,1173

279 1,6503 0,0983 1,9685 0,1170

280 1,6503 0,0981 1,9685 0,1168

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

LAMPIRAN X


(5)

190

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

Dokumen yang terkait

Hubungan antara sikap siswa terhadap mata pelajaran IPS dengan hasil belajar IPS kelas X SMK Attaqwa 05 Kebalen

1 17 97

PENGARUH INTENSITAS BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA DALAM PELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA Pengaruh Intensitas Belajar Dan Aktivitas Siswa Dalam Pelajaran Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS SMA Negeri 3 Won

0 1 14

HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI DITINJAU DARI PERSEPSI SISWA MENGENAI KINERJA MENGAJAR Hasil Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Ditinjau Dari Persepsi Siswa Mengenai Kinerja Mengajar Guru Dan Motivasi Belajar Siswa Kelas X SMA N Gondangrejo Tahun Ajaran

0 1 16

HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI DITINJAU DARI PERSEPSI SISWA MENGENAI KINERJA MENGAJAR GURU DAN Hasil Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Ditinjau Dari Persepsi Siswa Mengenai Kinerja Mengajar Guru Dan Motivasi Belajar Siswa Kelas X SMA N Gondangrejo Tah

0 1 16

HUBUNGAN DISIPLIN GURU DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X MAS PTP �.

0 1 23

PENGARUH TIPE BELAJAR DAN PERSEPSI SISWA TENTANG MATA PELAJARAN EKONOMI TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI Pengaruh Tipe Belajar Dan Persepsi Siswa Tentang Mata Pelajaran Ekonomi Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri Karangpanda

0 0 15

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI (Survey Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Cikalongwetan ).

0 1 27

Hubungan persepsi siswa terhadap implementasi pendekatan saintifik dengan motivasi belajar dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi survei pada siswa kelas X dan XI SMA di Kecamatan Bantul.

0 0 2

HUBUNGAN PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR DENGAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS XI SMA

0 0 11

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR, DAN PERSEPSI SISWA TERHADAP FISIKA, DENGAN HASIL BELAJAR FISIKA

0 0 71