Upaya meningkatkan motivasi belajar siswa SMP jalur Kartu Menuju Sejahterah (KMS) melalui layanan bimbingan kelompok dengan metode gruop dynamics

(1)

i

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP JALUR KARTU MENUJU SEJAHTERAH MELALUI LAYANAN BIMBINGAN

KELOMPOK DENGAN METODE GROUP DYNAMICS

( Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Siswa Kelas VIII H SMP Negeri 15 Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh: Cristina Nilawati

NIM: 121114081

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

(3)

(4)

iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“ Man Jadda wajada Man shabara zhafira”

Barang siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan berhasil. Barang siapa yang Bersabar maka ia akan berhuntung.

(Pepatah Arab)

Motif paling penting bagi pekerjaan di sekolah dan dalam kehidupan adalah Menikmati pekerjaanya, menikmati hasilnya dan mengetahui nilai hasil kerja

tersebut bagi masyarakat (Albert Einstein)

Ku olah kata, ku baca makna, ku ikat dalam alinea, Ku bingkai dalam bab sejumlah lima, jadilah mahakarya, gelar sarjana kuterima, orangtua,calon imam, dan calon mertua

pun berbahagia ( Cristina )


(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini untuk:

Allah SWT yang selalu mendampingiku, syukur alhamdulilah selalu terucap ketika tugas

Tanggung jawab ini telah terselesaikan

Orang tua tercinta Bpk. Supandri dan Ibu Supriyati atas dukungan serta dorongan semangatnya yang selalu diberikan

untuk anaknya.

Mbaku tercinta Sari Kurniawati S.Pd Kakakku Andi Angga Kusuma

Adikku Nanda Eliyani

Keluarga besar Bude Sumarni & Pakde Yuli Sahabat-Sahabat terkasih


(6)

(7)

(8)

viii ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP JALUR KARTU MENUJU SEJAHTERAH MELALUI LAYANAN BIMBINGAN

KELOMPOK DENGAN METODE GROUP DINAMYCS

( Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Kelas VIII H SMP Negeri 15 Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017)

Christina Nilawati Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa SMP jalur Kartu Menuju Sejahtera (KMS) melalui layanan bimbingan kelompok dengan metode group dinamycs. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII H SMP Negeri 15 Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017 dengan jumlah 10 siswa. Metode pengumpulan data penelitian ini menggunakan angket motivasi belajar, observasi terstruktur, wawancara terstruktur, dan penilaian. Koefisien relialibilitas penelitian angket motivasi belajar dianalisa menggunakan teknik korelasi Product Moment hasilnya senilai 0,732 dan termasuk kategori tinggi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa SMP jalur KMS mengalami peningkatan ke arah yang semakin baik dengan meningkatnya hasil rata-rata skor pada setiap siklus. Hasil rata-rata skor pada pra tindakan adalah sebesar 106,5 meningkat menjadi 148,9 pada siklus III. Tingkat motivasi belajar pada siklus I 122,8, pada siklus II 134,0, dan pada siklus III 148,9. Selain itu hasil wawancara, observasi dan penilaian pun mengalami peningkatan yang baik pada setiap siklus. Siklus I menunjukkan belum mampu membangkitkan motivasi dalam belajar. Hal ini dapat dimaknai bahwa dinamika jigsauw masih belum sesuai dengan kondisi siswa jalur KMS sehingga siswa masih berada pada tahap penerimaan informasi. Pada siklus II menunjukkan bahwa siswa sudah berada pada tahap untuk memperoleh tingkat motivasi belajar yang lebih tinggi akan tetapi hal ini belum sampai pada tingkat kesadaran terhadap motivasi belajar. Pada siklus III menunjukkan bahwa pada progresif relaxation mampu memberikan topik yang sesuai dengan kebutuhan siswa jalur KMS, sehingga siswa mampu memunculkan keinginan dalam diri dan mampu membangkitkan motivasi dalam belajar. Simpulan dari penelitian ini adalah melalui layanan bimbingan kelompok dengan metode group dinamycs dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII H jalur KMS SMP Negeri 15 Yogyakarta. Kata kunci : Bimbingan Kelompok, Siswa Kartu Menuju Sejahterah, Metode group dinamycs.


(9)

ix

ABSTRACT

EFFORTS TO IMPROVE STUDENT LEARNING MOTIVATION TOWARDS SEJAHTERAH SMP CARD TRACK THROUGH THE

SERVICE WITH GROUP COUNSELING GROUP DYNAMICS (Action Research Guidance and Counseling Class VIII SMP Negeri

15 Yogyakarta H Academic Year 2016/2017 ) Cristina Nilawati

Sanata Dharma University 2017

This study aims to improve the way students' motivation to learn SMP Program Sejahterah Card (KMS) through group counseling services with methods of group dynamics.The subjects were students of class VIII SMP Negeri 15 Yogyakarta H Academic Year 2016/2017 by the number of 10 students. This research data collection method using learning motivation questionnaire, structured observation, structured interviews, and assessment. Relialibilitas coefficient learning motivation questionnaire study were analyzed using product moment correlation technique and the results are worth 0.732 including high category

The results showed that junior high school students Line KMS has increased to a better direction with the score results an average increase in each cycle. The average results of the pre-action amounted to 106.5 increased to 148.9 in the third cycle. The level of learning motivation 122.8 in the first cycle, the second cycle of 134.0 and 148.9 in the third cycle. Besides the interviews, observation and assessment also increased, in each cycle. Cycle I showed not been able to raise the motivation to learn. This may imply that the dynamics jigsauw still not in accordance with the conditions KMS students so that the students are still at the stage of receiving the information. In the second cycle shows that students already are at a stage to obtain the level of higher learning motivation but it has not reached the level of awareness on motivation to learn. In the third cycle shows that in progressive relaxation able to deliver the right topic for students need KMS, so students are able to create a desire within themselves and were able to increase the motivation to learn. The conclusion of this research is through group counseling services with dinamycs group method can increase students' motivation in class VIII H Line KMS Junior High School 15 Yogyakarta.

Keywords : Group Cousnseling, Student Card program Towards Sejahterah, Group Dynamics


(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya sehingga, Penelitian tugas akhir dengan judul “Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa SMP Jalur KMS Melalui Layanan Bimbingan Kelompok ( Penelitian Tindakan Bimbingan Dan Konseling Siswa Kelas VIII H SMP Negeri 15 Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017)”

Selama Penelitian tugas akhir ini, Peneliti menyadari bahwa banyak pihak yang ikut terlibat guna membimbing, mendampingi, dan mendukung setiap proses yang Peneliti jalani. Oleh karenanya, Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling.

2. Ibu Dr. MM. Sri Hastuti, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang memberikan saran, dan petunjuk kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Segenap Bapak/Ibu dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling atas bimbingan dan pendampingan selama penulis menempuh studi.

4. Kepala Sekolah SMP Negeri 15 Yogyakarta atas ijin, kesempatan dan dukungan untuk melakukan penelitian.

5. Bapak Nurbowo selaku sebagai guru BK di SMP Negeri 15 Yogyakarta yang telah membantu penulis selama proses penelitian berlangsung di SMP N 15 Yogyakarta


(11)

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR GRAFIK ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

G. Definisi Operasional Variabel ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

A. Hakikat Motivasi Belajar ... 12

1. Pengertian Motivasi ... 12

2. Pengertian Belajar ... 14

3. Macam-macam Motivasi Belajar ... 16


(13)

xiii

5. Ciri-ciri Motivasi Belajar ... 17

6. Fungsi Motivasi Belajar ... 22

7. Pentingnya Motivasi Dalam Motivasi Belajar ... 23

B. Hakikat Kartu Menuju Sejahterah ... 24

1. Pengertian Kartu Menuju Sejahterah ... 24

2. Dampak Positif dan Negatif Kartu Menuju Sejahterah ... 27

3. Keuntungan Program Kartu Menuju Sejahterah... 28

C. Hakikat Bimbingan Kelompok ... 29

1. Pengertian Bimbingan Kelompok ... 29

2. Tujuan Bimbingan Kelompok ... 30

3. Jenis-jenis Layanan Bimbingan Kelompok ... 32

4. Fungsi Bimbingan Kelompok ... 32

5. Manfaat Mengikuti Layanan Bimbingan Kelompok ... 33

D. Hakikat Dinamika Kelompok ... 34

1. Pengertian Dinamika ... 34

2. Pengertian Kelompok ... 35

3. Pengertian Dinamika Kelompok ... 36

4. Jenis-jenis Dinamika Kelompok ... 37

5. Keunggulan dan Kelemahan Kelompok ... 39

E. Kajian Penelitian yang Relevan ... 39

F. Kerangka Berfikir ... 42

G. Hipotesis ... 43

BAB III METODE PENELITIAN ... 44

A. Jenis Penelitian ... 44

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 45

C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 46

D. Setting Penelitian ... 47

E. Prosedur Penelitian ... 49

F. Langkah Penelitian ... 51

G. Teknik Pengumpulan Data ... 58


(14)

xiv

I. Validitas dan Reliabilitas Angket ... 66

J. Teknik Analisis Data ... 68

K. Kriterian Indikator Keberhasilan ... 72

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 74

A. Hasil Penelitian ... 74

1.Proses Pelaksanaan Tindakan Bimbingan dan Konseling ... .74

a. Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Siklus I ... .74

b. Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Siklus II ... .84

c. Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Siklus III .... .95

2. Gambaran Kondisi Awal Motivasi Belajar Siswa Jalur KMS Sebelum Mendapatkan Layanan Bimbingan Kelompok ... 107

3. Gambaran Motivasi Belajar Siswa Jalur KMS Selama Mengikuti Layanan Bimbingan Kelompok ... 108

4. Ketercapaian Kriteria Keberhasilan ... 113

a. Ketercapaian Kriteria Keberhasilan dilihat dari Angket Motivasi Belajar ... 113

A. Pembahasan ... 115

BAB V PENUTUP ... 120

A. Kesimpulan ... 120

B. Keterbatasan ... 121

C. Saran ... 121


(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar ... 60

Tabel 3.2 Kisi-kisi Penilaian Program Siswa ... 62

Tabel 3.3 Kisi-kisi Panduan Observasi... 63

Tabel 3.4 Kisi-kisi Panduan Wawancara ... 65

Tabel 3.5 Nilai Indeks Diskriminasi Item ... 67

Tabel 3.6 Kriteria Guilford ... 68

Tabel 3.7 Norma Kategorisasi Skor Tingkat Motivasi Belajar ... 70

Tabel 4.1 Hasil Observasi Pada Siklus I... 77

Tabel 4.2 Hasil Wawancara Pada Siklus I ... 80

Tabel 4.3 Hasil Penilaian Program Siswa Pada Siklus I ... 82

Tabel 4.4 Hasil Perbandingan Siklus I dan II ... 87

Tabel 4.5 Hasil Observasi Pada Siklus II ... 88

Tabel 4.6 Hasil Wawancara Pada Siklus II ... 90

Tabel 4.7 Hasil Penilaian Program Siswa Pada Siklus II ... 93

Tabel 4.8 Hasil Perbandingan Siklus I, II, dan III ... 99

Tabel 4.9 Hasil Observasi Pada Siklus III ... 100

Tabel 4.10 Hasil Wawancara Pada Siklus III ... 102

Tabel 4.11 Hasil Penilaian Program Siswa Pada Siklus III ... 105

Tabel 4.12 Jumlah Subjek dan Hasil Persentase Pra Tindakan ... 107

Tabel 4.13 Jumlah Subjek dan Hasil Persentase Pada Siklus I ... 109

Tabel 4.14 Jumlah Subjek dan Hasil Persentase Pada Siklus II ... 110

Tabel 4.15 Jumlah Subjek dan Hasil Persentase Pada Siklus III ... 112

Tabel 4.16 Jumlah Subjek dan Hasil Persentase pada Pra Tindakan, Siklus I, II, dan III ... 114

Tabel 4.17 Perkembangan Tingkat Motivasi Belajar Pada Siklus I, II dan III ... 114


(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR


(17)

xvii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Hasil Penilaian Program Siswa Pada Siklus I ... 83 Grafik 4.2 Hasil Penilaian Program Siswa Pada Siklus II ... 94 Grafik 4.3 Hasil Penilaian Program Siswa Pada Siklus III ... 106 Grafik 4.4 Motivasi Belajar Siswa Jalur KMS Sebelum Mendapatkan

Layanan Bimbingan Kelompok ... 108 Grafik 4.5 Perkembangan Tingkat Motivasi Belajar Siswa Jalur KMS Pada

Siklus I dan II ... 111 Grafik 4.6 Perkembangan Tingkat Motivasi Belajar Siswa Pada Siklus I, II,


(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelayanan Bimbingan Lampiran 2 Angket Motivasi Belajar Lampiran 3 Penilaian Program Siswa Lampiran 4 Panduan Observasi

Lampiran 5 Panduan Wawancara Terstruktur

Lampiran 6 Seleksi Berdasarkan Stastistik Daya Diskriminasi Item Lampiran 7 Skor Angket Motivasi Belajar Pra Tindakan dan Siklus I Lampiran 8 Skor Angket Motivasi Belajar Siklus II dan Siklus III Lampiran 9 Kategorisasi Skor Angket Motivasi Belajar

Lampiran 10 Hasil Observasi

Lampiran 11 Hasil Validasi Program Siswa Lampiran 12 Presensi Siswa

Lampiran 13 Dokumentasi Kegiatan Lampiran 14 Surat Ijin Penelitian


(19)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi paparan secara berurutan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Semua warga Indonesia berhak mendapatkan pendidikan yang layak, bukan hanya masyarakat menengah keatas yang mendapatkan pendidikan layak, masyarakat miskin pun berhak mendapatkannya. Pemerintah segera merealisasikan program untuk pemerataan pendidikan bagi masyarakat miskin. Salah satu bentuk dari program tersebut adalah pemberian beasiswa bagi masyarakat tidak mampu. Pemberian beasiswa bisa dilakukan melalui Kartu Menuju Sejahterah atau sering disebut KMS. Beasiswa KMS ini telah dilaksanakan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya di Kota Yogyakarta.

Sebagai identitas layanan bagi program jaminan pendidikan dan kesehatan Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta mengeluarkan KMS (Kartu Menuju Sejahtera). KMS untuk penyaluran beasiswa bagi siswa tidak mampu dan layanan jaminan kesehatan (askeskin), serta berfungsi memudahkan pembagian beras (raskin). Sesuai peraturan daerah kota Yogyakarta nomor 5 tahun 2008 tentang sistem Penyelenggaraan


(20)

Pendidikan dalam pasal 38 ayat (1), pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab pemerintah kota bekerja sama dengan Pemerintah Pusat.

Pemerintah kota Yogyakarta menerbitkan peraturan Walikota nomor 17 tahun 2010 tentang pedoman pemberian beasiswa berprestasi, didalamnya terdapat program beasiswa KMS bagi warganya. Penerapan peraturan ini ditindak lanjuti pada tahun 2010 dan telah berjalan lebih dari satu tahun. SMP Negeri 15 Yogyakarta adalah salah satu sekolah yang menyelenggarakan program KMS. SMP Negeri 15 Yogyakarta memiliki dua golongan kelas yaitu kelas regular dan kelas KMS. Perbedaan kedua hal ini dapat dilihat saat proses pendaftaran MOPDB (Masa Orientasi Peserta Didik Baru). Ada dua jalur pendaftaran yang dilakukan di SMP Negeri 15 Yogyakarta. Jalur pertama khusus calon peserta didik yang memiliki kartu menuju sejahtera (KMS). Jalur kedua untuk calon peserta didik yang tidak memiliki kartu KMS atau yang dirasa mampu. Sistem pembagian kelas di SMP Negeri 15 Yogyakarta masing-masing memiliki 10 pararel, yaitu kelas A sampai J. 10 paralel dibagi dua bagian yakni, tujuh kelas untuk regular dan tiga kelas lainya khusus kelas KMS.

Motivasi menjadi sangat penting bagi seorang siswa ketika mereka mengenyam bangku sekolah, karena motivasi akan membuat siswa bersemangat dalam belajar, menguasai pelajaran-pelajaran yang diberikan oleh guru di sekolah, dan akhirnya siswa mampu berprestasi dalam proses belajar di sekolah. Akan tetapi hal ini belum dimiliki oleh siswa jalur KMS mengenai dorongan yang terdapat dalam diri untuk berusaha mengadakan


(21)

perubahan yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya sebagai seorang pelajar.

Uno (2007:3) menjelaskan motivasi merupakan Individu yang memiliki motivasi tinggi berbeda dengan individu yang memiliki motivasi rendah. Sardiman (2008 :82-83) menyebutkan ciri-ciri individu yang memiliki motivasi tinggi sebagai berikut : (1) tekun menghadapi tugas, (2) ulet menghadapi kesulitan, (3) menunjukkan minat terhadap berbagai macam masalah, (4) lebih senang bekerja mandiri, (5) cepat bosan pada tugas-tugas rutin, (6) dapat mempertahankan pendapat, (7) tidak mudah melepaskan hal yang diyakini, (8) senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal, dan (9) lingkungan yang kondusif.

Sebaliknya Suhaimin (2008:35) menjelaskan bahwa siswa yang memiliki motivasi dalam belajar rendah dapat dilihat melalui ciri-ciri diantaranya sebagai berikut: (1) jarang mengerjakan tugas,(2) mudah putus asa, (3) harus memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi, (4) tidak senang mencari dan memecahkan soal-soal. Siswa yang tidak memiliki motivasi selama belajar akan mengalami kesulitan dalam proses belajarnya, tidak mampu menyerap informasi dan materi pelajaran.

Berdasarkan informasi yang didapatkan dari guru bimbingan konseling di sekolah, peneliti menemukan fenomena pada SMP N 15 Yogyakarta bahwa siswa sering terasa bosan saat mengikuti pelajaran. Dibuktikan dengan siswa yang kurang fokus mendengarkan apa yang diajarkan guru, jarang mengerjakan tugas sekolah, saat ada materi yang


(22)

tidak dimengerti siswa diam tidak bertanya, menganggu teman lain saat berlangsungnya proses pembelajaran dikelas, berbicara dengan teman, bahkan tidak mengikuti pelajaran.

Informasi dari guru bimbingan konseling diatas diperkuat lagi oleh pernyataan guru mata pelajaran bahasa indonesia yang menyatakan bahwa siswa kelas VIII H tidak bersemangat dalam mengikuti pelajaran dan seringnya keluar saat pergantian jam pelajaran. Hal tersebut hampir serupa dengan pernyataan dari wali kelas VIII H, dari sharing yang dilakukan peneliti mendapatkan informasi tentang siswa jalur KMS. Narasumber mengatakan bahwa selama membimbing siswa jalur KMS ini sering sekali wali kelas mendapatkan keluhan dari guru lain dalam hal mengajar. Seperti: siswa yang ribut susah untuk diatur, jarang mengerjakan tugas tepat waktu, kurang memperhatikan guru saat mengajar.

Hal ini sejalan dengan adanya observasi yang peneliti lakukan selama peneliti menjalani Program Pengalaman Lapangan (PPL) siswa jalur KMS menunjukkan sikap yang menggambarkan tentang rendahnya motivasi belajar dalam diri siswa, seperti: malas dalam menerima pelajaran di kelas, jarang mengerjakan tugas dengan tepat waktu, malas mencatat materi yang diberikan oleh guru, kurang fokus saat guru memberikan materi, bercanda dengan teman saat pelajaran berlangsung dan sering keluar saat pergantian jam. Dapat dikatakan bahwa rendahnya motivasi siswa dalam belajar di kelas karena beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut diantaranya karena pelajaran yang diberikan terlalu sulit,


(23)

suasana di kelas yang ramai, perhatian orang tua terhadap gaya belajar anak kurang sehingga anak merasa tidak masalah jika tidak belajar , dan lingkungan tempat tinggal mereka yang tidak mendukung situasi belajar.

Apabila fenomena-fenomena diatas tidak segera mendapatkan penanganan dari guru bimbingan konseling di sekolah, maka akan bermuara pada kegagalan belajar dan prestasi belajar yang tidak maksimal. Pemberian motivasi telah dilakukan oleh guru bimbingan konseling bagi setiap kelas dan berbagai cara seperti: ceramah, bimbingan klasikal, sampai pelaksanaan pendampingan khusus bagi siswa KMS telah dilakukan guna meningkatkan motivasi belajar. Akan tetapi, upaya tersebut tidak memberikan perubahan, pasalnya hasil belajar siswa KMS masih berada di bawah rata-rata. Bimbingan dan Konseling sebagai bagian dari pendidikan tentu saja memiliki peran strategi dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa. Salah satu layanan bimbingan dan konseling yang tepat diaplikasikan dalam rangka peningkatan motivasi belajar siswa adalah layanan bimbingan kelompok.

Prayitno (1995:61) menyatakan bahwa layanan bimbingan kelompok merupakan sebagian upaya untuk membimbing kelompok-kelompok siswa agar kelompok-kelompok itu menjadi besar, kuat dan mandiri. Bimbingan ini ditunjukkan untuk merespon kebutuhan dan minat para peserta didik. Topik yang dibahas dalam layanan bimbingan kelompok ini, adalah masalah yang bersifat umum ( common problem ) dan tidak rahasia. Sukardi (2002:49) manfaat penggunaan layanan bimbingan kelompok


(24)

diantaranya adalah menumbuhkan kemampuan berkomunikasi antar individu, pemahaman berbagai situasi dan kondisi lingkungan, dan mengembangkan sikap dan tindakan nyata untuk mencapai hal-hal yang diinginkan sebagaimana terungkap dalam kelompok. Situasi dalam kelompok akan memberikan banyak keuntungan bagi siswa. Jika siswa merasa bahwa yang mengalami masalah ini adalah diri sendiri. Maka dalam kelompok ini dia akan menyadari bahwa orang lain juga mengalami hal yang sama bahkan mungkin keadaannya lebih buruk. Perasaan semacam ini hanya akan ditemukan dalam situasi kelompok.

Komunikasi yang dilakukan juga bukan hanya komunikasi dua orang saja, yakni konselor dan klien, tetapi dengan seluruh anggota kelompok mereka akan berusaha saling membantu temannya. Dalam bimbingan kelompok, suasana kelompok, yaitu hubungan dari semua anggota yang terlibat dalam kelompok. Saling menggali informasi, tanggapan, pendapat atau reaksi apapun selama konseling terjadi. Hal ini akan sangat menguntungkan bagi para siswa. Jika situasi dalam layanan bimbingan kelompok menyenangkan, maka bukan tidak mungkin para siswa menemukan hal-hal yang baru pada akhirnya akan bisa mengatasi permasalahan motivasi belajar yang sedang dihadapinya (Priyatno dan Amti, 2004:75). Dari situasi yang ada, peneliti tertarik untuk mengangkat judul“ PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KMS MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. ( Penelitian


(25)

Tindakan Bimbingan dan Konseling pada siswa kelas VIII H SMP N 15 Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017).

B. Identifikasi Masalah

Berangkat dari latar belakang di atas, terkait “Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Melalui Bimbingan Kelompok pada Siswa Jalur KMS Kelas VIII H SMP N 15 Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017”. Dapat diidentifikasikan berbagai masalah yang dialami siswa-siswi sebagai berikut:

1. Program layanan yang diberikan untuk siswa jalur KMS disekolah, khususnya di SMP N 15 Yogayakarta belum memberikan perubahan, pasalnya hasil belajar siswa jalur KMS masih berada di bawah rata-rata.

2. Perhatian orang tua terhadap gaya belajar anak kurang, sehingga anak merasa tidak masalah jika tidak belajar.

3. Siswa jalur KMS yang kurang memiliki keberanian dalam bertanya atau berpendapat.

4. Siswa jalur KMS cenderung pasif dan tidak memiliki ketertarikan mengikuti pelajaran yang berlangsung.

5. Lingkungan tempat tinggal yang tidak mendukung situasi belajar. C. Pembatasan Masalah

Permasalahan yang telah teridentifikasi masalah memang cukup banyak dan sangat luas. Oleh karena itu, peneliti mencoba membatasi masalah yang akan dikaji yang difokuskan pada beberapa poin


(26)

teridentifikasi yaitu poin 1, 3, dan 4. Fokus kajian diarahkan pada peningkatan motivasi belajar melalui layanan bimbingan kelompok pada siswa KMS kelas VIII H SMP Negeri 15 Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, rumusan masalah dari penelitian adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat peningkatan motivasi belajar siswa KMS kelas VIII H SMP N 15 Yogyakarta secara signifikan melalui bimbingan kelompok antar siklus: siklus 1, 2, dan 3?

2. Seberapa tinggi kenaikan motivasi belajar siswa KMS kelas VIII H SMP N 15 Yogyakarta pada: siklus 1 ke siklus 2, siklus 2 ke siklus 3?

E. Tujuan Masalah

1. Mengidentifikasi peningkatan motivasi belajar siswa KMS kelas VIII H SMP N 15 Yogyakarta.secara signifikan melalui bimbingan kelompok antar siklus: siklus 1,2, dan 3.

2. Mendeskripsikan kenaikan tingkat motivasi belajar siswa KMS kelas VIII H SMP N 15 Yogyakarta pada : siklus 1 ke siklus 2 dan siklus 2 ke siklus 3.

F. Manfaat Hasil Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini merupakan sumbangan pengetahuan baru, khususnya dalam dunia Bimbingan dan Konseling terkait penerapan


(27)

layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji tentang bimbingan kelompok dengan subjek, media, jenis metode, maupun tempat penelitian yang berbeda.

2. Manfaat Praktis a. Bagi guru BK

Hasil penelitian ini juga dapat membantu guru Bimbingan dan Konseling dalam menentukan strategi-strategi layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan motivasi belajar di sekolah.

b. Bagi peserta didik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa dalam mengikuti layanan bimbingan kelompok. Di sisi lain diharapkan dapat memberikan masukan yang baik terhadap para siswa KMS mengenai manfaat, pengetahuan, dan bimbingan bagi pengolahan diri siswa terkait motivasi belajar melalui layanan bimbingan kelompok.

c. Bagi peneliti

Meningkatkan keterampilan mengaplikasikan prosedur-prosedur penelitian tindakan dalam Bimbingan dan Konseling guna meningkatkan motivasi belajar siswa dengan layanan bimbingan kelompok.


(28)

G. Definisi Operasional Variabel

1. Motivasi belajar adalah segala sesuatu yang mendorong siswa KMS untuk belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh siswa KMS dapat tercapai. Seorang siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan menampilkan ciri-ciri yaitu: (1) merasa senang dalam belajar; (2) ingin mendalami lebih jauh materi yang dipelajari; (3) mempunyai semangat untuk berprestasi; (4) menyadari pentingnya belajar; (5) memiliki ketekunan dalam belajar; (6) mempunyai cita-cita untuk masa depan.

2. Bimbingan Kelompok adalah upaya pemberian bantuan oleh narasumber tertentu (diutamakan guru bimbingan dan konseling) kepada individu atau siswa melalui suasana kelompok yang memungkinkan setiap anggota untuk belajar berpartisipasi aktif dan berbagi pengalaman dalam upaya pengembangan wawasan, sikap atau keterampilan yang diperlukan dalam upaya mencegah timbulnya masalah atau dalam upaya pengembangan pribadi sesuai dengan norma-norma yang berlaku.

3. KMS (Kartu Menuju Sejahtera) sebuah program jaminan pendidikan dan kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta. Keluarga miskin yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor 417/KEP/2009 tentang Penetapan Parameter Pendataan Keluarga Miskin.


(29)

4. Siswa adalah peserta didik yang terdaftar pada program KMS kelas VIII H SMP N 15 Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017.


(30)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi paparan mengenai hakikat motivasi belajar , hakikat KMS dan hakikat bimbingan kelompok, kajian teori relevan yang mendasari bangunan konseptual penelitian ,kerangka pikir, dan hipotesis tindakan.

A. Hakikat Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi

Menurut Makmun (2007:37) motivasi merupakan:

a. Suatu kekuatan (power) atau tenaga (forces) atau daya (energy); atau

b. Suatu keadaan yang kompleks (a complex state) dan kesiapsediaan (preparatory set) dalam diri individu (organisme) untuk bergerak (to move, motion, motive) ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari. Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat Uno (2009) c. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat

diinterpretasikan dalam tingkah lakunya berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu.

Menurut Uno (2009: 3) motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.


(31)

Suryabrata (2011: 70) mengemukakan motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktiviatas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan. Motif manusia merupakan dorongan, hasrat, keingianan dan tenaga penggerak lainnya, yang berasal dari dalam dirinya untuk melakukan sesuatu menurut Alex Sobour (2003: 265).

Sedangkan Sheriff & Sheriff dalam Alex Sobour (2003), menyebutkan motif sebagai suatu istilah genetic yang meliputi semua faktior internal yang mengarah pada berbagai jenis perilaku yang bertujuan, semua pengaruh internal, seperti kebutuhan (need) yang berasal dari fungsi-fungsi organisme, dorongan dan keinginan, aspirasi dan selera sosial, yang bersumber dari fungsi-fungsi tersebut. Sebenarnya motivasi merupakan istilah yang lebih umum untuk menunjuk pada seluruh proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkannya, dan tujuan atau akhir dari gerakan atau perbuatan.

Menurut Mc. Donald 2010 (dalam Sardiman 2010: 73) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian tersebut ada tiga hal penting yaitu: 1) motivasi itu mengawali terjadinya energi pada setiap individu manusia, 2) motivasi tersebut ditandai dengan munculnya rasa ”feeling” atau


(32)

afeksi seseorang, dan 3) motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia yang berkaitan dengan perasaan dan juga emosi kemudian dapat menentukan tingkah laku manusia, dorongan yang muncul itu karena adanya tujuan kebutuhan atau keinginan. Menurut Purwanto (2007: 60) motif adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku/ perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil pengertian motivasi adalah suatu kekuatan atau dorongan dalam diri individu membuat individu tersebut bergerak, bertindak untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai keberhasilan.

2. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku akibat latihan dan pengalaman (Oemar Hamalik, 2009: 106). Menurut Makmun (2007: 157) adalah suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu. Hal senada juga diungkapkan Uno (2009:22) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Sedangkan Sardiman (2011: 20) dalam bukunya mengemukakan usaha pemahaman mengenai makna belajar akan


(33)

diawali dengan mengemukakan beberapa definisi tentang belajar sebagai berikut:

a. Cronbach memberikan definisi: Learning is shown by a change in behavior as a result of experience.

b. Harold Spears memberikan batasan: Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to folleo direction.

c. Geoch, mengatakan: Learning is a change in performance as a result of practice.

Ketiga definisi tersebut dapat diterangkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Belajar akan lebih baik, jika subjek belajar mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik.

Dari kedua pengertian motivasi dan juga belajar, maka dapat digabungkan pengertian motivasi belajar adalah suatu kekuatan atau dorongan dalam diri individu membuat individu tersebut bergerak, bertindak untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuannya yaitu proses seorang individu melakukan perubahan perilaku berdasar pengalaman dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.


(34)

Menurut Djamarah (2002:115) dalam bukunya yang berjudul psikologi belajar, membagi motivasi dalam dua macam yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.

a. Motivasi Instrinsik

Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi itu instrinsik bila tujuannya inheren dengan situasi belajar dan bertemu dengan kebutuhan dan tujuan anak didik untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung di dalam pelajaran itu. Anak didik termotivasi untuk belajar semata-mata untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung dalam bahan pelajaran, bukan karena keinginan lain seperti ingin mendapat pujian, nilai yang tinggi, atau hadiah, dan sebagainya.

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi instrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Motivasi dikatakan ekstrinsik bila anak didik menempatkan tujuan belajarnya di luar faktor-faktor situasi belajar (resides in some faktors outside the learning situation). Anak didik belajar karena hendakmencapai tujuan yang terletak di luar hal yang dipelajari. Misalnya, untuk


(35)

mencapai angka tinggi, diploma,gelar, kehormatan, dan sebagainya.

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Menurut Uno (2009: 23) motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik dan ekstrinsik

a. Faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita.

b. Faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.

Kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat. Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan adanya motivasi, pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar

5. Ciri-ciri Motivasi Belajar

Motivasi belajar, pada umumnya memiliki beberapa indikator atau unsur yang mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar menurut Uno (2009: 23) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil


(36)

c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan d. Adanya penghargaan dalam belajar

e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.

Menurut Sardiman (2008:82-83) Menyatakan ciri-ciri siswa yang mempunyai motivasi belajar, sebagai berikut:

a. Tekun menghadapi tugas b. Ulet menghadapi kesulitan c. Menunjukkan minat

d. Lebih senang bekerja mandiri dan tidak suka bergantung pada orang lain

e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif) f. Dapat mempertahankan pendapatnya

g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini h. Senang mencari dan memecahkan masalah

Penjelasan mengenai ciri-ciri motivasi belajar yang dikemukakan beberapa pendapat, maka dapat diambil indikator atau ciri-ciri motivasi belajar yang dilihat dari motivasi instrinsik dan ekstrinsik yaitu:

a. Motivasi Instrinsik


(37)

Motivasi belajar menjadi diperlukan saat menyelesaikan tugas. Tekun dalam menghadapi tugas adalah rajin dan bersungguh-sungguh dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Juga dapat diartikan sebagai kesungguhan dalam berproses. 2) Ulet menghadapi kesulitan

Tidak mudah putus asa yang disertai dengan kemauan keras dalam berusaha untuk mencapai tujuan dan cita-cita. Berusaha secara terus-menerus dengan giat dan keras kemauan serta menggunakan segala kecakapannya untuk mencapai suatu maksud atau tujuan.

3) Senang bekerja mandiri

Bebas dari pengawasan orang lain dan dapat menggunakan pengetahuan, keterampilan serta kemampuan. Memiliki banyak kebebasan untuk bertindak dan membuat keputusan tanpa harus mendapat persetujuan dari orang lain. 4) Keyakinan terhadap kemampuan

Keyakinan akan kemampuan diri atau self efficacy adalah konsep utama yang besar pengaruhnya terhadap perilaku. Secara teknis hal ini didefinisikan sebagai penilaian seseorang terhadap kemampuan diri sendiri dalam mengatur dan melaksanakan suatu tindakan yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil kerja yang telah ditentukan (Bandura, 1986). Dengan perkataan lain, ini adalah keyakinan pribadi


(38)

seseorang akan seberapa besar kemungkinan dirinya akan kemampuannya sendiri.

5) Senang mencari dan memecahkan soal-soal

Menurut Polya (2005) pemecahan masalah adalah sebagai suatu usaha untuk mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai tujuan yang tidak begitu segera dapat dicapai. Menurut Solso (2007) pemecahan masalah adalah suatu pemikiran yang terarah secara langsung untuk menentukan suatu solusi, jalan keluar, untuk suatu masalah yang spesifik.

Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa pemecahan masalah adalah suatu usaha individu menggunakan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman untuk menemukan solusi dari suatu masalah.

6) Adanya hasrat dan keinginan berhasil

Seseorang yang mempunyai motivasi belajar tinggi akan selalu tertantang untuk mencari permasalahan-permasalahan yang baru dan mereka akan berusaha dengan maksimal untuk mencari pemecahannya. Implikasi tantangan bagi siswa menurut Dimyati (2009: 53) adalah “tuntutan dimilikinya kesadaran pada diri siswa akan adanya kebutuhan untuk selalu memperoleh, memproses dan mengolah pesan”. Bentuk-bentuk perilakunya adalah melakukan eksperimen,


(39)

melakukan tugas terbimbing ataupun mandiri, atau mencari tahu pemecahan suatu masalah. Selain itu siswa juga memiliki keingintahuan yang besar terhadap segala permasalahan yang dihadapinya.

7) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar

Menurut Miarso Yusufhadi (2015: 9), belajar dapat diperoleh dari siapa dan apa saja, baik yang sengaja dirancang maupun yang diambil manfaatnya. Konsep ini mengandung arti bahwa bila seseorang mempunyai kesadaran dan minat untuk belajar dia dapat mengambil pelajaran dari siapa saja, dan anggota masyarakat lainnya

b. Motivasi Ekstrinsik

1) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar (variasi dalam aktivitas belajar)

Baik simulasi maupun permainan merupakan salah satu proses yang sangat menarik bagi siswa. Suasana yang menarik menyebabkan proses belajar jadi bermakna. Sesuatu yang bermakna akan selalu diingat, dipahami, dan dihargai. Seperti kegiatan belajar diskusi, brainstorming, pengabdian masyarakat dan sebagainya.


(40)

2) Lingkungan belajar yang kondusif.

Pada umumnya motif dasar yang bersifat pribadi muncul dalam tindakan individu setelah dibentuk oleh lingkungan. Oleh karena itu motif individu untuk melakukan sesuatu misalnya untuk belajar dengan baik, dapat dikembangkan, diperbaiki, atau diubah melalui belajar dan latihan, dengan kata lain melalui pengaruh lingkungan. Lingkungan belajar yang kondusif salah satu faktor pendorong belajar anak didik, dengan demikian anak didik mampu memperoleh bantuan yang tepat dalam mengatasi kesulitan atau masalah dalam belajar.

6. Fungsi Motivasi Belajar bagi Siswa

Fungsi motivasi menurut Sardiman (2011:85) adalah sebagai berikut: a. Mendorong siswa untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau

motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentuakan perbuatan-perbuatan

apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seorang siswa yang akan menghadapi ujian


(41)

dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan beljar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.

Selain itu, motivasi juga berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik, dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. 7. Pentingnya Motivasi Dalam Belajar

Perilaku yang penting bagi seorang manusia khususnya pelajar adalah belajar. Belajar menimbulkan perubahan mental pada diri siswa. Motivasi belajar pada siswa merupakan penggerak kemajuan prestasi siswa. Dimyati dan Mudjiono (2009: 85) menyatakan akan pentingnya motivasi siswa dalam belajar sebagai berikut:

1. Menyadarkan kedudukan awal belajar, proses, dan hasil akhir 2. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar

3. Mengarahkan kegiatan belajar 4. Membesarkan semangat belajar

5. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja yang bersinambungan.

Kelima hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya motivasi tersebut disadari oleh pelakunya sendiri. Bila motivasi disadari oleh


(42)

seseorang, maka sesuatu pekerjaan dalam hal ini tugas belajar akan terselesaikan dengan baik.

B. Hakikat KMS 1. Pengertian KMS

Kartu Menuju Sejahtera (KMS) sebagai identitas layanan bagi program jaminan pendidikan dan kesehatan KMS bisa digunakan untuk penyaluran beasiswa bagi siswa tidak mampu dan layanan jaminan kesehatan (askeskin), serta berfungsi memudahkan pembagian beras (raskin).

Sesuai kebijakan Pemerintah Kota Yogyakarta, KMS diperuntukkan bagi keluarga miskin (gakin) ber-KTP Kota Yogyakarta sesuai dengan daftar gakin hasil verifikasi dan updating data gakin tahun 2007. Proses verifikasi data gakin di lapangan untuk mengetahui keluarga masuk dalam suatu kategori, diantaranya kategori fakir miskin ( keluarga sejahtera 1), miskin (keluarga menuju sejahtera 2), hampir miskin (keluarga sejahtera 3) dan tidak miskin (keluarga sejahtera), kesemua kategori tersebut merupakan kelompok masyarakat yang digolongkan miskin dan tetap layak sebagai penerima berbagai jaminan. Terutama jamina kesehatan dan jaminan pendidikan

Adapun jumlah data KMS di Kota Yogyakarta yaitu: Keluarga Fakir Miskin jumlahnya 1.436 KK dengan 4.052 jiwa, Keluarga Miskin jumlahnya 13.334KK dengan 43.609 jiwa, Keluarga Hampir Miskin jumlahnya 11.915 KK dengan 42.157 jiwa. Sedangkan data


(43)

penduduk miskin ber-KTP Kota Yogyakarta dengan jumlah keseluruhan ada 89.848.

Jaminan Pendidikan Daerah mulai muncul atas inisiatif Eksekutif yaitu H. Herry Zudianto (Wali Kota Yogyakarta periode 2001-2006 dan Periode 2006-2011). Jaminan pendidikan di Kota Yogyakarta melalui KMS mulai dibahas pada Tahun 2007 yang dituangkan melalui Keputusan Walikota Nomor 236 Tahun 2007 tentang Kuota Peserta Didik Baru Masuk SMP dan SMA Negeri di Kota Yogyakarta.

Diterbitkannya Peraturan Walikota dimaksudkan memberi kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang bermutu dalam rangka penuntasan Wajib Belajar Dua Belas Tahun. Sedangkan kebijakan kuota KMS diberlakukan pada Tahun 2009 karena memerlukan beberapa kesiapan baik dari mekanisme penerimaan peserta didik baru (PPDB) khusus untuk penerima KMS. Pada tahun ini 2012 adalah angkatan pertama penerapan kebijkan kota KMS yang lulus. Jadi Kuota KMS dilaksanakan 3 (tiga) tahun yang lalu. Kuota KMS sudah beberapa kali dikaji dan dievaluasi dalam pelaksaannya dan memang sampai saat ini walaupun berganti Walikota namun tetap diberlakukan karena program tersebut merupakan salah satu program yang sangat memihak masyarakat miskin.


(44)

Sasarannya adalah anggota keluarga menuju sejahtera yaitu anak kandung yang dibuktikan dengan Akta Kelahiran, anak angkat yang dibuktikan dengan Penetapan Pengadilan Negeri setempat atau Akta Pengangkatan Anak, dan anak tiri yang dibuktikan dengan Akta Kelahiran dan Akta Perkawinan/Surat Nikah orang tua. Selain itu, Jaminan Pendidikan Daerah juga diberikan kepada peserta didik penghuni Panti Asuhan di Kota Yogyakarta yang bersekolah di Kota Yogyakarta dan di Luar Kota Yogyakarta dalam Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dukungan atas jaminan pendidikan daerah kota Yogyakarta didukung oleh anggaran yang meningkat. Pada Tahun 2012 anggaran meningkat, Pemerintah Kota Yogyakarta meningkatkan akses pendidikan masyarakat dengan menyediakan dana sebesar Rp 16,1 miliar. Hal ini tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (ABPD) Kota Yogyakarta 2012. Dengan adanya dukungan dana tersebut tentunya inisiasi JPD terus berjalan karena program JPD dianggap sebagai program yang perduli dengan pendidikan orang miskin. Secara politis, disetujuinya anggaran untuk JPD merupakan wujud dukungan atas inisiasi program jaminan pendidikan di daerah Kota Yogyakarta. Dalam menghitung kebutuhan biaya pendidikan dan menentukan besaran JPD yang diberikan memerlukan analisis kebutuhan setiap satuan pendidikan.

Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta memiliki rincian penghitungan didasarkan biaya satuan di tingkat sekolah merupakan


(45)

jumlah biaya pendidikan tingkat sekolah yang dikeluarkan untuk menyelenggarakan pendidikan dalam satu tahun pelajaran. Biaya satuan persiswa merupakan ukuran yang menggambarkan seberapa besar biaya yang dialokasikan sekolah secara efektif untuk kepentingan siswa dalam menempuh pendidikan.

2. Dampak Positif dan Negatif KMS

Menurut Jaminan Pendidikan Daerah Bagi Pemegang KMS Kota Yogyakarta ada dua dampak positif dan negatif yang dimiliki oleh siswa pemegang KMS , yakni

a. Dampak Positif

Kebijakan KMS secara selintas, diantara: memberikan pendidikan gratis wajib belajar 12 Tahun bagi Warga Miskin Kota Yogyakarta; adanya pemberian kesempatan yang terbuka bagi peserta didik ber KMS untuk mengakses sekolah negeri yang favorit; adanya kesempatan yang luas bagi anak potensial untuk mengembangkan diri secara optimal; terciptanya sekolah inklusif yang dapat mengkomodir semua peserta didik; pemberian kesempatan bagi peserta didik yang mampu baik secara akademik maupun non akademik, terutama aspek ekonomik; dan sebagainya. b. Dampak Negatif

Kebijakan penggunaan KMS ternyata menimbulkan dampak negatif di antaranya: munculnya pro kontra program JPD KMS karena dianggap memanjakan masyarakat miskin; terjadi


(46)

kesenjangan sosial bagi warga miskin dan warga yang mengaku miskin/ hampir miskin untuk bisa mengakses pendidikan melalui mekanisme KMS, terlebih ketika memiliki anak peserta didik yang menempuh jenjang pendidikan swasta dan SMA/SMALB/MA, dan SMK, karena biaya pendidikan mahal; terjadinya permasalahan pendataan KMS; terjadi manipulasi informasi tentang perpindahan penduduk dari luar kota Yogyakarta, sekolah dipaksa menerima calon peserta didik “yang tak cualified” untuk belajar di sekolah negeri unggulan, ada beberapa peserta didik KMS yang mengindikasikan memiliki kesulitan beradaptasi dengan teman-temannya.

3. Keuntungan Program Kartu Menuju Sejahtera

Selain medapatkan jaminan berupa biaya pendidikan, penerima JPD juga mendapatkan beberapa keuntungan. Penerima JPD KMS mendapatkan Kuota KMS dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB), yaitu dengan memberikan kuota tertentu bagi peseta didik pemegang KMS dalam PPDB agar bisa mengakses sekolah yang favorit. Kuota KMS dalam PPDB merupakan Affirmative action dari Pemerintah Daerah Kota Yogyakarta untuk memberikan peluang peningkatan kualitas pendidikan bagi peserta didik pemegang KMS. a. Penerima JPD KMS diberikan kepada peserta didik disetiap

jenjang pendidikan dari TK sampai SMA baik sekolah negeri maupun swasta, serta sekolah luar biasa.


(47)

b. Penerima JPD KMS tetap akan diberikan bagi peserta didik pemegang KMS baik yang sekolah di Kota Yogykarta maupun luar Kota Yogyakarta.

C. Hakikat Bimbingan Kelompok 1. Pengertian Bimbingan Kelompok

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku (Mugiarso, 2009: 4).

Kelompok pada dasarnya didukung dan terbentuk melalui berkumpulnya sejumlah orang. Kumpulan orang-orang itu kemudian menjunjung suatu atau beberapa kualitas tertentu, sehingga dengan demikian kumpulan tersebut menjadi sebuah kelompok (Prayitno, 1995:14).

Bimbingan kelompok mengupayakan perubahan sikap dalam perilaku secara tidak langsung, melalui penyampaian informasi yang menekankan pengolahan kognitif oleh para peserta sehingga mereka dapat menerapkan sendiri suatu pengolahan kognitif tentang informasi yang diberikan kepada anggota kelompok (Winkel, 2006: 543).


(48)

Bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan kelompok dimana pimpinan kelompok menyediakan informasi-informasi dan mengarahkan diskusi agar anggota kelompok menjadi lebih sosial atau untuk membantu anggota-anggota kelompok untuk mencapai tujuan-tujuan bersama (Wibowo, 2005: 17).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat diambil pengertian bimbingan kelompok merupakan upaya pemberian bantuan kepada siswa melalui kelompok untuk mendapatkan informasi, baik tentang pendidikan, karier, pribadi,dan sosial agar dapat menyusun rencana, membuat keputusan yang tepat, serta untuk memperbaiki dan mengembangkan pemahaman terhadap dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan dalam menunjang terbentuknya perilaku yang efektif. 2. Tujuan Bimbingan Kelompok

Tujuan dari layanan bimbingan kelompok yaitu supaya orang yang mengikuti bimbingan kelompok mampu mengatur kehidupannya sendiri, memiliki pandangan sendiri dan tidak sekedar mengikuti pendapat orang lain, mampu dalam mengambil sikap sendiri dan berani menanggung sendiri konsekuensi-konsekuensi dan tindakannya (Winkel, 2006:548).

Tujuan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari konselor sekolah sebagai narasumber yang bermanfaat


(49)

untuk kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun pelajar, anggota dan masyarakat (Mugiarso, 2009: 66).

Tujuan umum bimbingan kelompok adalah berkembangnya kemampuan sosialisasi siswa, khususnya kemampuan komunikasi peserta layanan. Dalam kaitan ini, sering menjadi kenyataan bahwa kemampuan bersosialisasi/berkomunikasi seseorang sering terganggu oleh perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang tidak objektif, sempit dan terkungkung serta tidak efektif (Prayitno, 2004: 2)

Melalui layanan bimbingan kelompok hal-hal yang mengganggu atau menghimpit perasaan dapat diungkapkan, dilonggarkan, diringankan melalui berbagai cara; pikiran yang suntuk, buntu atau beku dicairkan dan di dinamikan melalui berbagai masukkan dan tanggapan baru; persepsi dan wawasan yang menyimpang dan/atau sempit diluruskan dan diperluas melalui peserta seintensif mungkin yang mengarah kepada pencapaian tujuan-tujuan umum dan khusus tersebut di atas.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa hal yang paling penting dalam kegiatan bimbingan kelompok merupakan proses belajar baik bagi petugas bimbingan maupun bagi individu yang dibimbing. Bimbingan kelompok juga bertujuan untuk membantu individu menemukan dirinya sendiri, mengarahkan diri, dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.


(50)

3. Jenis-jenis Layanan Bimbingan Kelompok

Dalam pelaksanaan bimbingan kelompok perlu jelaskan jenis-jenis bimbingan kelompok. Menurut Prayitno (1995:25) dalam penyelengaraan Bimbingan kelompok dikenal dua jenis yaitu kelompok bebas dan kelompok tugas, adapun uraiannya sebagai berikut:

a. Topik tugas, yaitu topik secara langsung dikemukakan oleh pemimpin kelompok (guru pembimbing) dan ditugaskan kepada seluruh anggota kelompok untuk bersama-sama membahasnya. b. Topik bebas, yaitu anggota secara bebas mengemukakan

permasalahan yang dihadapi yang sedang dirasakan kemudian dibahas satu persatu

4. Fungsi Bimbingan Kelompok

Layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai informasi (terutama dari guru pembimbing) yang bermanfaaat untuk kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun sebagai siswa, anggota keluarga dan masyarakat. Dengan layanan bimbingan kelompok para siswa diajak untuk dapat mengemukan pendapat tentang sesuatu dengan membicarakan topik-topik penting, mengembangkan nilai-nilai dan mengembangkan langkah-langkah bersama untuk menangani masalah yang akan dibahas dalam kelompok.


(51)

Dengan demikian selain dapat menciptakan hubungan baik diantara anggota kelompok, kemampuan berkomunikasi antar anggota kelompok dan untuk mengembangkan sikap. Fungsi utama dari layanan bimbingan kelompok adalah fungsi pemahamanan dan pengembangan.

5. Manfaat Mengikuti Layanan Bimbingan Kelompok

Menurut Dewa Ketut Sukardi (2002: 49) menyatakan manfaat mengikuti kegiatan bimbingan kelompok adalah:

a. Menumbuhkan hubungan yang baik antar anggota kelompok b. Kemampuan berkomunikasi antara individu.

c. Pemahaman berbagai situasi dan kondisi lingkungan.

d. Mengembangkan sikap dan tindakan nyata untuk mencapai hal-hal yang di inginkan sebagaimana terungkap dalam kelompok.

Manfaat layanan bimbingan konseling diperkuat lagi oleh Winkel dan Hastuti S (2004: 565) menyebutkan manfaat layanan bimbingan kelompok adalah

a. Mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi dengan banyak siswa, memberikan informasi yang dibutuhkan oleh siswa.

b. Siswa dapat menyadari tantangan yang akan dihadapi.

c. Siswa dapat menerima dirinya setelah menyadari bahwa teman-temannya sering menghadapi persoalan, kesulitan, dan tantangan yang kerap kali sama dengan dirinya.


(52)

e. Bila berada dalam kelompok diberikan kesempatan untuk mendiskusikan sesuatu bersama.

f. Lebih bersedia menerima suatu pandangan atau pendapat bila dikemukakan oleh seorang teman daripada yang dikemukakan oleh seorang konselor.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat dari layanan bimbingan kelompok adalah dapat melatih siswa untuk dapat hidup secara berkelompok dan menumbuhkan kerjasama para siswa untuk dapat mengatasi masalah. Masalah disini adalah bekerja sama untuk meningkatkan motivasi dirinya sendiri dan motivasi teman-temannya menjadi lebih baik melalui kegiatan bimbingan kelompok. Selain itu bimbingan kelompok dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat orang lain.

D. Hakikat Dinamika Kelompok 1. Pengertian Dinamika

Dinamika adalah sesuatu yang mengandung arti tenaga kekuatan, selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap keadaan. Dinamika juga berarti adanya interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok dengan kelompok secara keseluruhan. Keadaan ini dapat terjadi karena selama ada kelompok, semangat kelompok (group spirit) terus-menerus ada dalam kelompok


(53)

itu, oleh karena itu kelompok tersebut bersifat dinamis, artinya setiap saat kelompok yang bersangkutan dapat berubah.

2. Pengertian Kelompok

Kelompok adalah kumpulan orang-orang yang merupakan kesatuan sosial yang mengadakan interaksi yang intensif dan mempunyai tujuan bersama. Menurut Kurt Lewin (1983) berpendapat ”the essence of a group is not the similarity or dissimilarity of its members but their interdependence”. H. Smith (2004) menguraikan bahwa kelompok adalah suatu unit yang terdapat beberapa individu, yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan dasar kesatuan persepsi. Interaksi antar anggota kelompok dapat menimbulkan kerja sama apabila masing-masing anggota kelompok:

a. Mengerti akan tujuan yang dibebankan di dalam kelompok tersebut b. Adanya saling menghomati di antara anggota-anggotanya

c. Adanya saling menghargai pendapat anggota lain

d. Adanya saling keterbukaan, toleransi dan kejujuran di antara anggota kelompok

Menurut Reitz (1977) kelompok mempunyai karakteristik sebagai berikut:

a. Terdiri dari dua orang atau lebih b. Berinteraksi satu sama lain


(54)

d. Melihat dirinya sebagai suatu kelompok

Kesimpulan dari berbagai pendapat ahli tentang pengertian kelompok adalah kelompok tidak terlepas dari elemen keberadaan dua orang atau lebih yang melakukan interaksi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.

3. PENGERTIAN DINAMIKA KELOMPOK

Dinamika kelompok merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologi secara jelas antara anggota satu dengan yang lain yang dapat berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama. Dinamika kelompok juga dapat didefinisikan sebagai konsep yang menggambarkan proses kelompok yang selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu berubah-ubah. Dinamika kelompok mempunyai beberapa tujuan, antara lain:

a. Membangkitkan kepekaan diri seorang anggota kelompok terhadap anggota kelompok lain, sehingga dapat menimbulkan rasa saling menghargai

b. Menimbulkan rasa solidaritas anggota sehingga dapat saling menghormati dan saling menghargai pendapat orang lain

c. Menciptakan komunikasi yang terbuka terhadap sesama anggota kelompok

d. Menimbulkan adanya i’tikad yang baik diantara sesama anggota kelompok.


(55)

Proses dinamika kelompok mulai dari individu sebagai pribadi yang masuk ke dalam kelompok dengan latar belakang yang berbeda-beda, belum mengenal antar individu yang ada dalam kelompok. Mereka membeku seperti es. Individu yang bersangkutan akan berusaha untuk mengenal individu yang lain. Es yang membeku lama-kelamaan mulai mencair, proses ini disebut sebagai “ice breaking”. Setelah saling mengenal, dimulailah berbagai diskusi kelompok, yang kadang diskusi bisa sampai memanas, proses ini disebut ”storming”. Storming akan membawa perubahan pada sikap dan perilaku individu, pada proses ini individu mengalami ”forming”. Dalam setiap kelompok harus ada aturan main yang disepakati bersama oleh semua anggota kelompok dan pengatur perilaku semua anggota kelompok, proses ini disebut ”norming”. Berdasarkan aturan inilah individu dan kelompok melakukan berbagai kegiatan, proses ini disebut ”performing”.

4. JENIS-JENIS DINAMIKA KELOMPOK a. Kelompok Primer

Merupakan kelompok yang didalamnya terjadi interaksi sosial yang anggotanya saling mengenal dekat dan berhubungan erat dalam kehidupan.Sedangkan menurut Goerge Homans kelompok primer merupakan sejumlah orang yang terdiri dari beberapa orang yang sering berkomunikasi dengan lainnya sehingga setiap orang mampu berkomunikasi secara langsung


(56)

(bertatap muka) tanpa melalui perantara Misalnya antara lain:keluarga,RT,kawan sepermainan, kelompok agama dan lain-lain.

b. Kelompok Sekunder

Jika interaksi sosial terjadi secara tidak langsung, berjauhan, dan sifatnya kurang kekeluargaan.Hubungan yang terjadi biasanya bersifat lebih objektif. Misalnya: partai politik, perhimpunan serikat kerja dan lain-lain.

c. Kelompok Formal

Pada kelompok ini ditandai dengan adanya peraturan atau Anggaran Dasar (AD), Anggaran Rumah Tangga (ART) yang ada. Anggotanya diangkat oleh organisasi. Contoh dari kelompok ini adalah semua perkumpulan yang memiliki AD/ART.

d. Kelompok Informal

Merupakan suatu kelompok yang tumbuh dari proses interaksi, daya tarik, dan kebutuhan-kebutuhan seseorang. Keanggotan kelompok biasanya tidak teratur dan keanggotaan ditentukan oleh daya tarik bersama dari individu dan kelompok Kelompok ini terjadi pembagian tugas yang jelas tapi bersifat informal dan hanya berdasarkan kekeluargaan dan simpati. Misalnya: kelompok arisan.


(57)

5. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN KELOMPOK

Dalam proses dinamika kelompok terdapat faktor yang menghambat maupun memperlancar proses tersebut yang dapat berupa kelebihan maupun kekurangan dalam kelompok tersebut.

a. Kelebihan Kelompok

1) Keterbukaan antar anggota kelompok untuk memberi dan menerima informasi & pendapat anggota yang lain.

2) Kemauan anggota kelompok untuk mendahulukan kepentingan kelompoknya dengan menekan kepentingan pribadi demi tercapainya tujuan kelompok

3) Kemampuan secara emosional dalam mengungkapkan kaidah dan norma yang telah disepakati kelompok.

b. Kekurangan Kelompok

Kelemahan pada kelompok bisa disebabkan karena waktu penugasan, tempat atau jarak anggota kelompok yang berjauhan yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas pertemuan.

E. Kajian Teori Relevan

Betania Cahya Amanda. 2015. Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII melalui Layanan Bimbingan Kelompok di SMP N 1 Semarang Tahun Ajaran 2014/2015. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan fenomena yang ada di SMP N 1 Semarang yang menunjukkan terdapat siswa yang tingkat motivasi belajarnya rendah. Melalui layanan


(58)

bimbingan kelompok diharapkan motivasi belajar siswa ini dapat ditingkatkan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahuigambaran motivasi belajar siswa sebelum mendapatkan layanan bimbingan kelompok, untuk mengetahui gambaran motivasi belajar siswa setelah mendapat layanan bimbingan kelompok, dan untuk mengetahui apakah motivasi belajar dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling dengan melaksanakan dua siklus. Subyek penelitian ini yaitu 10 siswa kelas VIII SMP N 1 Semarang yang terdiri atas 8 siswa bermotivasi belajar rendah dan 2 siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi, agar terjadi dinamika kelompok.

Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, skala motivasi belajar dan observasi. Sedangkan teknik analisis datanya menggunakan analisis deskriptif persentase dan kualitatif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa Motivas belajar siswa sebelum memperoleh perlakuan berupa bimbingan kelompok,sebesar 44,4% kategori rendah.Setelah diberi layanan bimbingan kelompok pada sikus I, motivasi belajar siswa meningkat menjadi kategori sedang sebesar 65%.Sedangkan pada siklus II motivasi belajar siswa terus meningkat menjadi kategori tinggi dengan perolehan sebesar 74%.Hal ini menunjukkan layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan motivasi belajar pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Semarang.


(59)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkanbahwa sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok motivasi belajar siswa sebesar 44,4% kategori rendah. Setelah diberikan layanan bimbingan kelompok pada siklus I motivasi belajar siswa sebesar 65% kategori sedang dan pada siklus II motivasi belajar siswa sebesar 74%. Sehingga terjadi peningkatan motivasi belajar yang signifikan setelah diadakan layanan bimbingan kelompok.Saran yang dapat diberikan yaitu hendaknya guru pembimbing lebih mengembangkan layanan bimbingan kelompok untuk membantu dalam meningkatkan motivasibelajar siswa

Rantiyan 2014. Meningkatkan Motivasi Belajar Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Diskusi Kelompok. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan fenomena yang ada di kelas VII.7di SMP 1 Wonokerto dari hasil pengamatan terdapat 10 siswa yang termasuk kategori rendah. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui apakah motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi kelompok dan untuk mengetahui hasil layanan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi kelompok.

Subyek penelitian berjumlah 10 siswa dengan metode pengumpulan datanya menggunakan dokumentasi, angket, dan observasi yang selanjutnya akan dianalisis menggunakan analisis “Interactive model”yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman. Hasil penelitian


(60)

pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi kelompk dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dengan skor rata-rata 3,8.

Dari beberapa hasil penelitian diatas merupakan bukti yang memberikan gambaran bahwa rendahnya motivasi perlu ditingkatkan untuk memperbaiki cara belajar siswa. Oleh karena itu peneliti ingin melakukan penelitian dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa jalur KMS melalui layanan bimbingan kelompok dengan metode group dinamycs. Layanan bimbingan kelompok dengan metode group dinamycs. adalah layanan yang digunakan peneliti untuk meningkatkan motivasi siswa jalur KMS.

F. Kerangka berpikir

Pemerintah Yogyakarta telah merealisasikan program untuk pemerataan pendidikan bagi masyarakat miskin. Salah satu bentuk dari program tersebut adalah pemberian beasiswa bagi masyarakat tidak mampu. Pemberian beasiswa bisa dilakukan melalui Kartu Menuju Sejahtera atau sering disebut KMS. Hal ini dikarenakan permasalahan yang menyangkut perilaku-perilaku yang ditunjukkan oleh pelajar yang tidak menunjukkan motivasi belajar makin menimbulkan permasalahan. Salah satu sekolah yang menerapkan program KMS adalah SMP N 15 Yogyakarta.

Salah satu metode yang perlu dikembangkan di SMP N 15 Yogyakarta adalah motivasi belajar. Motivasi belajar dapat diartikan sebagai dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha


(61)

mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. Di Smp N 15 Yogyakarta ini penyadaran siswa tentang motivasi belajar dirasa masih kurang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, akibatnya memunculkan permasalahan yang kerap kali terjadi disekolah.

Melalui penelitian tindakan bimbingan dan konseling maka dirancang sebuah tindakan berupa upaya untuk meningkatkan motivasi belajar pada siswa jalur KMS di SMP N 15 Yogyakarta. Penelitian tindakan bimbingan dan konseling ini dilakukan dalam kegiatan layanan bimbingan kelompok yang dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu.

Penelitian memilih layanan bimbingan kelompok sebagai cara untuk memudahkan penyampaian materi topik bimbingan dan siswa akan lebih mudah menangkap dan memahaminya. Sehingga adanya perubahan berupa pemahaman dan penerapan motivasi belajar yang semakin baik yang ditunjukkan oleh siswa.

G. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori yang telah dipaparkan maka hipotesis tindakan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

Ha : Melalui Layanan Bimbingan Kelompok dapat Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Jalur KMS Kelas

VIII H di SMP Negeri 15 Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017


(62)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini berisi paparan mengenai penelitian tindakan bimbingan dan konseling. Metodologi penelitian meliputi: jenis dan desain penelitian, subjek penelitian, waktu dan tempat, setting penelitian, prosedur penelitian, langkah penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, validitas dan reliabilitas,teknik analisis data dan indikator keberhasilan. A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan bimbingan dan konseling (PTBK) yang dilaksanakan berdasarkan prosedur penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Kemmis dan McTaggart ( dalam Hidayat Dede Rahmat dan Aip Badrujman, 2012: 12), penelitian tindakan kelas pada hakikatnya berupa rangkaian kegiatan yang terdiri dari empat langkah, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Arikunto dkk, 2014:3).

Menurut Imam (2010:4) Penelitian Tindakan Bimbingan Kelas dapat didefinisikan sebagai penelitian kolaboratif yang dilakukan oleh konselor melalui refleksi dengan tujuan untuk memperbaiki motivasi belajar siswa jalur KMS meningkat. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan bimbingan kelas adalah suatu rangkaian kegiatan tindakan yang terdiri dari perencanaan, tindakan,


(63)

pelaksanaan, dan refleksi untuk memperbaiki dan meningkatkan motivasi belajar melalui layanan bimbingan kelompok.

B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah 10 siswa kelas VIII H jalur Kartu Menuju Sejahtera di SMP Negeri 15 Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017. Siswa dipilih oleh peneliti, guru mata pelajaran, wali kelas serta guru bimbingan dan konseling berdasarkan kriteria-kriteria tentang motivasi belajar rendah yang disusun oleh peneliti. Adapun kriteria motivasi belajar rendah adalah (1) jarang mengerjakan tugas, (2) mudah putus asa, (3) harus memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi, (4) tidak senang mencari dan memecahkan soal-soal.

Kemudian untuk mendapatkan data yang akurat dan tepat terhadap pemilihan siswa, peneliti pun melakukan diskusi dengan wali kelas VIII H mengenai kriteria-kriteria untuk setiap anak didiknya dan memilih 10 dari 30 siswa yang akan dijadikan subjek. Setelah wali kelas berkolaborasi denga guru mata pelajaran lainnya dalam hal memilih siswa, akhirnya didapatkannya 10 nama siswa kelas VIII H yang akan menjadi subjek penelitian. Setelah peneliti mendapatkan 10 siswa dari wali kelas, peneliti mendapatkan informasi dari wali kelas tentang siswa pada umumnya memiliki masalah yang sama, namun dari 30 siswa terdapat 10 siswa yang lebih memiliki permasalahan motivasi belajar rendah. Menurut wali kelas hal ini terjadi karena faktor ekonomi sosial. Siswa jalur KMS ini kebanyakan berasal dari keluarga tidak mampu; kebanyakan orangtua


(64)

bekerja sebagai pedagang asongan, pedagang kaki lima. Hal inilah yang membuat anak kurang diperhatikan oleh orangtua terutama dalam hal membimbing anak untuk belajar. Wali kelas memberikan nama-nama siswa yang memenuhi kriteria motivasi belajar rendah dan peneliti memilih 10 orang. Kemudian peneliti mengkonsultasikan nama-nama siswa tersebut dengan guru bimbingan dan konseling yang memiliki data yang lebih lengkap tentang siswa-siswa tersebut.

Guru bimbingan dan konseling mengatakan bahwa 10 anak yang terpilih ini merupakan siswa yang tepat untuk dijadikan subjek penelitian. Sebab, dilihat dari buku catatan BK terhadap setiap siswa khususnya dikelas VIII H. siswa-siswi inilah yang sering mengalami permasalahan, baik dari akademik maupun tingkah laku, dan memenuhi kriteria motivasi belajar rendah. Pada akhirnya peneliti mendapatkan hasil dari beberapa penyeleksian yang dilakukan wali kelas, guru mata pelajaran dan guru bimbingan dan konseling, peneliti mendapatkan 10 orang siswa yang teridentifikasi memiliki motivasi belajar yang rendah. Objek penelitian ini adalah peningkatan motivasi belajar siswa jalur KMS melalui layanan bimbingan kelompok.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil pada bulan September hingga November tahun ajaran 2016/2017. Tempat penelitian ini adalah SMP N 15 Yogyakarta.


(65)

D. Setting Penelitian

1. Partisipan dalam Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti dibantu oleh satu mitra pengamat dari guru dan dua pengamat mahasiswa/i, yaitu:

a. Mitra Pengamat 1

Nama : Nurbowo Budi Utomo S.Pd

NIP : 197007191996011001

Jabatan : Guru Bimbingan dan Konseling b. Pengamat 2

Nama : Sebastinus Armedy

NIM : 121114043

Status : Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Sanata Dharma c. Pengamat 3

Nama : C. Rahayu Kusuma Rani

NIM : 121114028

Status : Mahasiswi Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Sanata Dharma 2. Topik Bimbingan

Topik bimbingan yang dipilih oleh peneliti berlandaskan perilaku nyata motivasi belajar rendah yang diungkap oleh subjek peneliti yaitu kurang memiliki keberanian dalam bertanya atau berpendapat, cenderung pasif dan tidak memiliki ketertarikan mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung, serta lingkungan tempat tinggal yang tidak mendukung situasi belajar. Gejala-gejala perilaku tersebut sangat bertentangan dengan ciri-ciri siswa yang memiliki


(66)

motivasi belajar yang tinggi seperti: (1) merasa senang dalam belajar; (2) ingin mendalami materi yang dipelajari; (3) mempunyai semangat untuk berprestasi; (4) menyadari pentingnya belajar; (5) memiliki ketekunan dalam belajar; (6) mempunyai cita-cita untuk masa depan.

Dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa jalur KMS tersebut disusunlah topik-topik bimbingan yang berkesinambungan. Adapun topik bimbingan yang dipilih adalah sebagai berikut:

a. Siklus 1

Fokus Penelitian : Meningkatkan motivasi belajar Topik Bahasan : Belajar Itu Menyenangkan

Tanggal & Waktu : 5 November 2016 / 09.00-10.00 WIB Tempat : Ruangan Bimbingan dan Konseling Jumlah siswa :10 siswa

b. Siklus 2

Fokus Penelitian : Meningkatkan motivasi belajar Topik Bahasan : Pentingnya Belajar

Waktu : 12 November 2016/ 09.00-10.00 WIB Tempat : Ruang Kelas

Jumlah siswa : 10 siswa c. Siklus 3

Fokus Penelitian : Meningkatkan motivasi belajar Topik Bahasan : Meraih Cita-Cita


(67)

Tempat : Ruang AVA Jumlah siswa : 10 siswa E. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan bimbingan kelas ini menggunakan model Kemmis & Mc. Taggart (dalam Kusumah & Dedi, 2009). Pelaksanaan penelitian tindakan model ini terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi dalam satu siklus. Pengertian siklus pada kesempatan ini adalah putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi pada setiap tindakan. Model Kemmis & Mc. Taggart akan disaijikan pada halaman selanjutnya.

Gambar 3.1

Prosedur penelitian tindakan kelas Model Kemmis & Mc. Taggart Perencanaan

Pelaksanaan

Pengamatan Refleksi

Perencanaan

Pelaksanaan Pengamatan

Refleksi

Perencanaan

Pelaksanaan

Pengamatan Refleksi

Siklus I

Siklus II


(68)

Pada tahap pertama peneliti melakukan perencanaan yaitu menyusun langkah-langkah tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan permasalahan dalam penelitian. Peneliti melakukan koordinasi dengan pengamat untuk menyusun program kegiatan, serta jadwal pelaksanaan tindakan. Peneliti menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam proses tindakan, menyusun instrumen, pedoman wawancara pedoman observasi dan pedoman penilaian siswa. Tahap ini digunakan sebagai acuan pemberian tindakan bimbingan.

Tahap kedua yang dilakukan yaitu memberikan tindakan sesuai perencanaan. Pada tahap tindakan ini adalah pemberian layanan bimbingan kelompok sebagai upaya peningkatan motivasi belajar pada siswa jalur KMS. Peneliti menyampaikan 3 topik bimbingan dalam 3 siklus penelitian tindakan bimbingan dan konseling. Ketiga topik tersebut adalah belajar itu menyenangakan, pentingnya belajar, dan meraih cita-cita.

Tahap ketiga adalah pengamatan atau observasi. Melalui observasi ini, pengamat mengumpulkan informasi tentang kelebihan dan kelemahan pelaksanaan yang telah dilakukan oleh peneliti. Misalnya bagaimana peneliti melakukan tindakan di kelas, situasi kelas, perilaku dan sikap yang ditunjukkan oleh siswa lain. Hasil dari observasi yang dilakukan oleh pengamat dan mitra ini akan dijadikan bahan perbaikan dan perencanaan ulang tindakan pada siklus berikutnya.


(69)

Tahap terakhir yang dilakukan peneliti membuat refleksi tentang hal-hal apa saja yang didapatkan selama proses tindakan, hal apa yang menjadi kekuatan serta hal apa saja yang dirasa masih perlu ditingkatkan pada proses tindakan selanjutnya. Selain itu, peneliti juga melihat hasil refleksi yang dituliskan oleh siswa setelah mengikuti proses bimbingan kelompok dan juga melakukan diskusi dengan mitra pengamat dalam penelitian untuk memastikan apakah bimbingan yang telah dilaksanakan sesuai dengan tujuan atau sebaliknya. Jika pada tahap ini peneliti belum mencapai tujuan yang telah dibuat maka peneliti melaksanakan siklus selanjutnya dengan perbaikan yang telah dilakukan.

F. Langkah Penelitian

Tahapan penelitian tindakan bimbingan dan konseling dapat dijabarkan sesuai dengan bagan PTK di atas berikut dibawah ini.

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

1) Mempersiapkan Rencana Pelayanan Bimbingan (RPB) dan materi layanan bimbingan kelompok dengan topik” Belajar itu Menyenangkan”

2) Mempersiapkan lembar skala motivasi, observasi, lembar penilaian, dan pedoman wawancara terstruktur.

3) Mempersiapkan waktu dan cara pelaksanaan penelitian. 4) Menyiapkan kamera sebagai alat dokumentasi.


(70)

1) Pengenalan awal dan penjelasan tujuan bimbingan kelompok 2) Mengisi instrumen penelitian berupa skala motivasi sebagai

pre test atau pra tindakan.

3) Ice breaking sebagai penyegar suasana

Sebelum kegiatan dimulai peneliti mengajak siswa untuk bernyanyi dengan judul “ treek dung”. Tujuannya untuk pencairan suasana sehingga siswa merasa nyaman ketika masuk ke dalam kegiatan selanjutnya.

4) Melakukan kegiatan

Peneliti memberikan materi tentang “ Belajar Itu Menyenangkan” dengan kegiatan Jigsauw. Kegiatan berupa teka-teki dalam sebuah cerita dan siswa secara berkelompok 3-4 orang akan memecahkan sebuah cerita yang telah diberikan. 5) Penyampaian materi bimbingan

Peneliti menyampaikan materi tentang “ Belajar Itu Menyenangkan” dengan mengkaitkan kegiatan jigsauw. Peneliti mengajak setiap siswa untuk menceritakan kembali tentang apa yang didapatkan dalam kegiatan tersebut. Tentu saja kegiatan ini berisi tentang makna cara belajar yang menyenangkan.

6) Menjelaskan tugas mingguan kepada siswa untuk mempersiapkan dengan tema “ Pentingnya Belajar”


(71)

Peneliti meminta setiap siswa untuk menuliskan kegiatan selama satu minggu kedepan yang dibuat berdasarkan aktivitas sehari-hari.

7) Penutupberupa pengisian angket motivasi sebagai siklus 1 Peneliti memberikan angket motivasi sebagai hasil siklus I. dan lembar penilaian siswa terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan. Wawancara terstruktur akan diberikan kepada siswa yang berada di kategori rendah terlihat dari hasil pengisian angket motivasi siswa. Wawancara terstruktur akan diberikan pada hari berikutnya setelahnya penghitungan hasil skor angket motivasi belajar.

c. Tahapan Pengamatan

Mitra pengamat mengamati proses bimbingan kelompok. Dari hasil pengamatan ini diperoleh informasi mengenai proses layanan bimbingan kelompok yang telah dilaksanakan oleh peneliti.

d. Tahap Refleksi dan Evaluasi

Peneliti dan mitra pengamat lain berdiskusi mengenai proses jalannya bimbingan kelompok yang telah dilaksanakan. Peneliti mendapatkan umpan balik sebagai bahan refleksi yang akan digunakan sebagai upaya perbaikan pelaksanaan siklus selanjutnya.


(72)

2. Siklus II

Setelah melakukan refleksi dan evaluasi dari upaya perbaikan siklus I disusun upaya perbaikan siklus II sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan

1) Menyiapkan RPB sebagai skenario proses jalannya layanan bimbingan kelompok

2) Menyiapkan instrumen penelitian berupa skala motivasi, lembar observasi, lembar penilaian siswa dan pedoman wawancara terstruktur.

3) Menyiapkan kamera sebagai alat dokumentasi b. Tahap Pelaksanaan

1) Membagikan cerita yang telah dibuat siswa

Peneliti meminta siswa untuk menceritakan kegiatan sehari-hari dalam waktu satu minggu yang telah dibuat kepada teman-teman lainnya. Peneliti mengundi siapa orang pertama yang menceritakan pengalamannya. Usai seluruh siswa menceritakan kegiatannya. peneliti mengajak masing-masing siswa untuk mengidentifikasikan kegiatan mana yang utama seorang pelajar.

2) Menyampaikan materi

Peneliti menyampaikan materi tentang “ Pentingnya Belajar” dengan kegiatan memecahkan puzzle yang dibuat oleh peneliti. Puzzle tersebut berisikan kalimat yang menceritakan


(73)

tentang pentingnya belajar. Kata-kata yang terdapat pada puzzle akan disusun oleh setiap kelompok menjadi sebuah kalimat aslinya. Dalam kegiatan ini peneliti ingin menyadarkan siswa bahwa belajar itu penting, sehingga siswa dapat menemukan soal dan memecahkan soal-soal tersebut.

3) Peneliti menyampaikan tugas mingguan yaitu siswa membuat pengalaman pribadi yang berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan di siklus II.

4) Penutupberupa pengisian angket motivasi sebagai siklus II Peneliti memberikan angket motivasi sebagai hasil siklus II dan lembar penilaian siswa terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan. Untuk wawancara terstruktur peneliti mewawancarai siswa yang hasil pengisian angket motivasi berada di kategori rendah.

5) Tahap Pengamatan

Pada tahap ini, mitra pengamat lain mengamati proses kegiatan layanan bimbingan kelompok.

c. Tahap Refleksi

Seperti upaya perbaikan siklus 1, peneliti bersama pengamat lain melakukan diskusi untuk mendapatkan umpan balik untuk upaya perbaikansiklus berikutnya.


(1)

(2)

(3)

(4)

DOKUMENTASI KEGIATAN PELAKSANAAN TINDAKAN UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP JALUR

KMS MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII H SMP NEGERI 15 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN

2016/2017

LAMPIRAN 13


(5)


(6)