PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP PERJUANGAN MEMPERSIAPKAN KEMERDEKAAN INDONESIA MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS KELAS V SD NEGERI 02 DAGEN PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLA

(1)

commit to user

PENINGKATA

MEMPERSI

MENGGUNAKA

TEAMS ACHIEVEME

KE

PROGRAM P

FAKULTAS

UN

TAN PENGUASAAN KONSEP PERJU

SIAPKAN KEMERDEKAAN INDON

KAN MODEL KOOPERATIF TIPE

ST

IEVEMENT DIVISIONS (STAD)

PADA

KELAS V SD NEGERI 02 DAGEN

TAHUN AJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Oleh :

ASRI WIDIYARNO

K7107022

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH D

TAS KEGURUAN

DAN

ILMU PENDID

NIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

JUANGAN

ONESIA

STUDENT

DA SISWA

DASAR

IDIKAN


(2)

commit to user

PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP PERJUANGAN

MEMPERSIAPKAN KEMERDEKAAN INDONESIA

MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE

STUDENT

TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

PADA SISWA

KELAS V SD NEGERI 02 DAGEN

TAHUN AJARAN 2010/2011

Oleh:

ASRI WIDIYARNO

K7107022

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu

Pendidikan

PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN

DAN

ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(3)

(4)

(5)

commit to user

ABSTRAK

Asri Widiyarno. K7107022. PENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP

PERJUANGAN MEMPERSIAPKAN KEMERDEKAAN INDONESIA

MENGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS

ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI

02 DAGEN TAHUN AJARAN 2010/2011.Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan penguasaan konsep perjuangan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia pada mata pelajaran IPS siswa kelas V SD Negeri 02 Dagen dengan mengubah strategi pembelajaran.

Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas (Classroom Action

Research). Sumber data yang digunakan adalah data setiap akhir siklus, dan data

pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Subjek penelitian yang diambil yaitu siswa kelas V SD Negeri 02 Dagen Kecamatan Jaten Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011 yang berjumlah 29 siswa, terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian berupa: angket, soal test kognitif, dan lembar observasi. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis interaktif Miles & Huberman, dimulai dari tahap pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan: Metode pembelajaran kooperatif dengan tipe Student Teams

Achievement Devisions (STAD) terbukti dapat meningkatkan penguasaan konsep

perjuangaan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, siswa kelas V SD Negeri 02 Dagen. Peningkatan ini karena siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Sebelum tindakan pencapaian penguasaan konsep siswa berdasarkan rata-rata pra siklus pencapaian siswa 53,5 rata-rata penguasaan konsep siswa setelah tindakan berdasarkan hasil tes siswa pada siklus I 64,6, rata-rata penguasaan konsep siswa siklus II mencapai 68,3, dan rata-rata penguasaan konsep siswa secara keseluruhan berdasarkan hasil post tes 73,5. Prosentase pencapaian KKM (>62) pada pra siklus 13,8%, siklus I naik menjadi 65,5%, siklus II 86,2%, dan pada hasil post tes 93,1%.


(6)

commit to user

ABSTRACT

Asri Widiyarno. K7107022. THE IMPROVEMENT OF CONCEPT

MASTERY OF STRUGGLING FOR PREPARING INDONESIAN

INDEPENDENCE USING STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT

DIVISIONS (STAD) TYPE OF COOPERATIVE MODEL IN V GRADE OF

SD NEGERI 02 DAGEN IN THE SCHOOL YEAR OF 2010/2011. Thesis,

Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University, April 2011.

The objective of research to improve the concept mastery of Struggling for Preparing Indonesian Independence in V Grade of SD Negeri 02 Dagen by changing the learning strategy.

This study belongs to a Classroom Action Research. The data source employed was data on each end of cycle, and the data on management of STAD type learning cooperative model. The subjects of research were the V grade of SD 02 Dagen Subdistrict Jaten Karanganyar in the school year of 2010/2011 consisting of 29 students, 13 boys and 16 girls. The data collection was done in this classroom action research employed the research instrument including: questionnaire, cognitive test item, and observation sheet. The data analysis was done using Miles & Huberman’s interactive analysis encompassing data collection, data reduction, data display and conclusion drawing.

Considering the result of research, it can be concluded that the Student Teams Achievement Divisions (STAD) Type of Cooperative learning method can improve the concept mastery of Struggling for Preparing Indonesian Independence in V Grade of SD Negeri 02 Dagen. This improvement is because the students get involved actively in the learning process. Before the action, the students’ achievement of concept mastery based on the mean achievement of pre-cycle is 53.5, the students’ mean of concept mastery after the action based on the result of test in cycle I is 64.6, the students’ mean of concept mastery in cycle II is 68.3, and the students’ total mean of concept mastery based on the result of post test is 73.5. The percentage achievement of KKM ( 62) in pre-cycle is 13.8%, increases to 65.5% in cycle I, to 86.2% in cycle II, and 93.1% in post test result.


(7)

commit to user

MOTTO

“Allah tidak akan megubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”

(Terjemahan QS. Ar Ra’d: 11)

“Jauh lebih baik letih karena bekerja daripada letih karena menganggur”


(8)

commit to user

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap puji syukur Alkhamdulillah penulis kepada Allah SWT, karya ini dipersembahkan kepada:

1. Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa memberikan kasih sayang serta doa dengan tulus ikhlas.


(9)

commit to user

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur senantiasa penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini hingga selesai.

Skripsi dengan judul Peningkatan Penguasaan Konsep Perjuangan Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia Menggunakan Model Kooperatif Tipe

Student Teams Achievement Devision (STAD)Pada Siswa Kelas V SD Negeri 02

Dagen Tahun Pelajaran 2010/2011 ini diajukan untuk memenuhi syarat menyelesaikan program pendidikan Strata Satu (S1), Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar dan Kejuruan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Banyak hambatan dalam penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak maka hambatan ini dapat diatasi. Oleh sebab itu pada kesempatan yang baik ini diucapkan terimakasih yang tulus kepada:

1. Prof. Dr. M.Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. KRT. Rusdiana Indianto. M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Kartono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Drs. Hasan Mahfud, M.Pd. selaku Sekretaris Program Studi PGSD

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Dra. Jenny IS Poerwanti, M.Pd. selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Drs. Usada, M.Pd. selaku Pembimbing II yang telah memberikan


(10)

commit to user

7. Kepala SD Negeri 02 Dagen, Jaten, Karanganyar yang telah memberikan ijin penelitian.

8. Bapak/Ibu Guru SD Negeri 02 Dagen, Jaten, Karanganyar yang banyak memberikan bantuan dan dorongan.

9. Keluarga tercinta yang selalu membuatku terus semangat. 10. Awak Waras Group yang senantiasa memberi kebahagiaan. 11. Sahabat sejatiku yang menemani saat susah dan senang.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala bantuan dan dorongan motivasi kami ucapkan terimakasih.

Disadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan. Terakhir semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan para pembaca pada umumnya.

Surakarta, April 2011

Penulis


(11)

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

HALAMAN ABSTRAK... v

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8


(12)

commit to user

1. Tinjauan Tentang Penguasaan Konsep Perjuangan

Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia... 8

2. Tinjauan Tentang Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD... 24

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 33

C. Kerangka Berfikir ... 35

D. Perumusan Hipotesis... 36

BAB III METODE PENELITIAN... 37

A. Tempat dan Waktu Penelitian... 37

B. Subjek Penelitian ... 38

C. Sumber Data ... 38

D. Teknik Pengumpulan Data ... 39

E. Validitas Data ... 41

F. Teknik Analisis Data ... 42

G. Indikator Kinerja... 45

H. Rencana dan Prosedur Penelitian... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Diskripsi Latar ... 53

B. Kondisi Awal ... 54

C. Diskripsi Hasil Siklus I... 55

D. Diskripsi Hasil Siklus II ... 68

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 81

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN... 90

A. Simpulan ... 90

B. Implikasi ... 90

C. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 92


(13)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir... 36

Gambar 2. Model Analisis Interaktif ... 42

Gambar 3. Alur Prosedur Penelitian STAD ... 47

Gambar 4. Skema Penelitian STAD... 47

Gambar 5. Grafik Nilai Penguasaan Konsep Siswa Pra Siklus ... 82

Gambar 6. Grafik Nilai Rata-rata Penguasaan Konsep Siklus I ... 84

Gambar 7. Grafik Nilai Rata-rata Penguasaan Konsep Siklus II ... 86

Gambar 8. Grafik Nilai Penguasaan Konsep Post Tes... 87

Gambar 9. Grafik Perbandingan Rata-rata Penguasaan Konsep Pra Siklus, Siklus I dan II, serta Post Tes ... 89


(14)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian... 37

Tabel 2. Data Nilai Penguasaan Konsep Siswa Pra Siklus ... 55

Tabel 3. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I... 62

Tabel 4. Daftar Nilai Kelompok Siklus I ... 64

Tabel 5. Penghargaan Tim Siklus I ... 65

Tabel 6. Data Frekuensi Nilai Penguasaan Konsep Siklus I Petemuan 1 ... 66

Tabel 7. Data Frekuensi Nilai Penguasaan Konsep Siklus I Petemuan 2 ... 66

Tabel 8. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 75

Tabel 9. Perbandingan Rata-rata Aktivitas Siswa Siklus I dan II ... 77

Tabel 10. Data Frekuensi Nilai Penguasaan Konsep Siklus II Petemuan 1... 79

Tabel 11. Data Frekuensi Nilai Penguasaan Konsep Siklus II Petemuan 2... 79

Tabel 12. Daftar Nilai Kelompok Siklus II ... 80

Tabel 13. Penghargaan Tim Siklus II... 80

Tabel 14. Data Frekuensi Nilai Penguasaan Konsep Pre Tes (Pra Siklus) ... 82

Tabel 15. Daftar Frekuensi Nilai Rata-rata Penguasaan Konsep Siklus I ... 84

Tabel 16. Daftar Frekuensi Nilai Rata-rata Penguasaan Konsep Siklus II ... 86

Tabel 17. Daftar Frekuensi Nilai Rata-rata Penguasaan Konsep Post Tes ... 87

Tabel 18. Perbandingan Rata-rata Penguasaan Konsep Pra Siklus, Siklus I dan II, serta Post Tes ... 88


(15)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Siswa Kelas V SD Negeri 02 Dagen... 95

Lampiran 2. Angket Pembelajaran IPS Siswa ... 96

Lampiran 3. Hasil Angket Pembelajaran IPS Siswa ... 97

Lampiran 4. Daftar Pembagian Kelompok Siswa Kelas V SD Negeri 02 Dagen pada Pembelajaran tipe STAD ... 98

Lampiran 5. Silabus IPS Kelas V Semester II ... 99

Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I... 101

Lampiran 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 121

Lampiran 8. Kisi-kisi Soal Tes Penguasaan Konsep Siswa... 136

Lampiran 9. Soal Pre Tes Penguasaan Konsep Perjuangan Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia ... 139

Lampiran 10. Soal Post Tes Penguasaan Konsep Perjuangan Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia ... 142

Lampiran 11. Lembar Observasi Aktivitas Siswa... 145

Lampiran 12. Lembar Observasi Penilaian Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif STAD ...147

Lampiran 13. Hasil Observasi Penilaian Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif STAD ...153

Lampiran 14. Hasil Observasi Aktivitas Siswa...155

Lampiran 15. Daftar Nilai Penguasaan Konsep Siswa ... 159

Lampiran 16. Nilai Rata-rata Penguasaan Konsep dan Point Kemajuan Siswa 161


(16)

commit to user

dan II……….………..162

Lampiran 18. Angket Penguasaan Konsep Siswa Perjuangan Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia ... 163

Lampiran 19. Hasil Angket Penguasaan Konsep Siswa Perjuangan

Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia...164


(17)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan aspek yang penting dalam kehidupan. Pendidikan dapat mengalami perubahan ke arah yang lebih baik bahkan sempurna ataupun sebaliknya, sehingga sangat diharapkan adanya pembaharuan-pembaharuan. Salah satu upaya pembaharuan dalam bidang pendidikan adalah pembaharuan metode atau meningkatkan relevansi metode mengajar. Metode mengajar dikatakan relevan jika mampu mengantarkan siswa mencapai tujuan pendidikan pada umumnya. Seperti tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan, “Pendidikan Nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Hasil belajar adalah bukti keberhasilan usaha yang dapat dicapai seseorang setelah memperoleh pengalaman belajar atau mempelajari sesuatu (Winkel, 2005: 60). Sehingga hasil belajar siswa berkorelasi positif dengan keberartian pengalaman belajar siswa. Keberartian pengalaman belajar siswa dapat diperoleh dari pemberian kegiatan belajar yang mengaktifkan siswa secara mental-intelektual dalam suasana belajar yang menyenangkan. Hal tersebut menekankan pentingnya penyediaan kondisi yang dapat mengefektifkan belajar siswa.

Seorang guru yang baik harus mampu menyusun suatu strategi pembelajaran yang mampu membawa peran serta siswa secara aktif belajar dikarenakan kesadaran dan ketertarikan siswa yang cukup tinggi, bukan semata-mata untuk memenuhi kewajiban. Guru juga harus mampu menfasilitasi agar siswa memperoleh pengalaman belajar yang berarti. Guru dituntut dapat menyajikan kegiatan belajar mengajar yang mampu membangkitkan motivasi


(18)

commit to user

belajar siswa. Hal itu dapat ditempuh dengan menggunakan metode mengajar yang bervariasi. Dalam memilih metode mengajar harus disesuaikan dengan tujuan pengajaran, materi pengajaran dan bentuk pengajaran (kelompok atau individu). Metode mengajar ada beberapa macam misalnya: ceramah, diskusi, demonstrasi, inquiri, kooperatif dan masih banyak lagi. Selama beberapa kurun waktu, pembelajaran yang dianut oleh beberapa guru didasarkan atas asumsi bahwa pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa.

Metode pembelajaran satu arah dimana siswa hanya ditempatkan sebagai objek dan membatasi kebebasan siswa dalam berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar membuat siswa menjadi malas dan kurang bersemangat. Penerapan pengajaran ceramah memungkinkan guru lebih mendominasi dalam kegiatan belajar mengajar sehingga siswa menjadi enggan dan jenuh dalam menerima pelajaran sehingga tujuan yang telah ditetapkan tidak tercapai secara optimal.

IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, anak diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Mata pelajaran IPS bertujuan agar anak didik memiliki kemampuan sebagai berikut: Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang mejemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global. Untuk mencapai tujuan pendidikan IPS tersebut maka tugas utama guru adalah mengembangkan materi pelajaran dengan tepat dan sesuai dengan tingkat kemampuan dan perkembangan siswa serta sesuai dengan tuntutan kurikulum. Kenyataan di lapangan agaknya berbeda dengan harapan di atas. Berdasarkan


(19)

commit to user

hasil kolaborasi dengan guru kelas V SD Negeri 02 Dagen Tahun Ajaran 2010/2011, pembelajaran IPS di kelas V SD Negeri 02 Dagen selama ini lebih banyak menerapkan model konvensional (ekspositori) yang menekankan dominasi guru dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran ini memiliki beberapa kelemahan antara lain:

1. Pembelajaran lebih menekankan pada hafalan.

2. Siswa kurang aktif dan kreatif dalam kegiatan pembelajaran.

3. Menghambat perkembangan siswa dalam mengemukakan ide dan gagasan.

4. Kegiatan pembelajaran didominasi guru, sehingga kreatifitas siswa sangat rendah.

5. Sumber informasi hanya dari buku paket pelajaran dan guru.

6. Siswa belum terlatih untuk belajar dan bekerja sama dalam diskusi dan kerja kelompok.

Hal ini berakibat mata pelajaran IPS kurang disukai dan dinomorduakan dibanding mata pelajaran lain. Hal ini karena IPS dianggap sebagai mata pelajaran yang menyulitkan, banyak hafalan, membosankan, dan menjadikan siswa pasif dalam belajar. Materi perjuangan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia merupakan salah satu materi dalam pembelajaran IPS di kelas V. Materi ini sangat penting dimana menjadi dasar pengetahuan siswa dalam memahami konsep awal terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia dan penanaman rasa nasionalisme. Sehingga dalam pembelajaran diharapkan siswa dapat benar-benar menguasai konsep ini. Namun kenyataan di lapangan siswa kurang dapat menguasai konsep. Hal ini dapat diketahui dari data yang diperoleh pada pembelajaran IPS kelas V SD Negeri 02 Dagen tahun pelajaran 2009/2010 pada materi pokok perjuangan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia dengan KKM 62 diperoleh hasil yang kurang memuaskan. Dari jumlah siswa 16 anak, hanya 7 anak (44%) yang mendapat nilai di atas KKM, sedangkan 9 anak (56 %) nilainya masih di bawah KKM. Artinya ketuntasan belajar hanya 44 %.

Kondisi kelas dan siswa kelas V sekarang (tahun pelajaran 2010/2011) relatif hampir sama dengan tahun lalu, apalagi dengan jumlah siswa yang relatif


(20)

commit to user

lebih banyak. Dari hasil pre tes sebelum diadakan tindakan, hanya 4 siswa yang lulus KKM 13,8% dan 86,2% masih mendapat nilai di bawah KKM. Jika dibiarkan tanpa ada tindakan pembaharuan, tentunya dapat terjadi lagi menurunnya hasil belajar pada materi pelajaran yang sama. Untuk itu peneliti mencari solusi yang tepat dalam mengatasi kesulitan siswa dalam pembelajaran IPS khususnya materi ini sehingga kemampuan siswa dalam penguasaan konsep perjuangan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia dapat meningkat. Guru bersama peneliti menyadari bahwa kemampuan setiap anak tidak sama, melainkan memiliki tingkat pemahaman yang berbeda-beda. Selain itu melihat pembelajaran yang selama ini diterapkan lebih didominasi oleh guru, sehingga siswa mendapat porsi yang sedikit dalam kegiatan pembelajaran. Padahal, belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya bukan mengetahuinya (Mohammad Ali Mochtar: 2003). Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Untuk itu peneliti memberikan alternatif penerapan metode kooperatif tipe STAD untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran IPS ini. Sementara itu mengapa peneliti memilih model pembelajaran kooperatif tipe STAD, karena STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif.

Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement

Divisions (STAD) di kembangkan oleh Robert Slavin dipandang sebagai yang

paling sederhana dan paling langsung menyasar pada siswa dari model pembelajaran kooperatif. Tipe ini digunakan untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu, baik melelui penyajian verbal maupun tertulis. (Suprayekti, Jurnal Pendidikan Penambur – No.07/Th.V/Desember 2006: 89). Metode ini untuk memotivasi siswa saling memberi semangat dan membantu dalam menuntaskan keterampilan-keterampilan yang dijelaskan guru. Dalam STAD guru hanya memberikan konsep-konsep pokok. Pengembangan dari konsep-konsep tersebut dilakukan oleh siswa dalam


(21)

commit to user

bentuk kelompok melalui lembar diskusi kelompok yang diberikan guru. Dalam kelompok, siswa mendiskusikan konsep dan soal yang diberikan secara bersama, membandingkan masing-masing jawaban dari soal yang diberikan, dan membetulkan kesalahan dalam memahami konsep, sehingga seluruh siswa akan terlibat secara langsung dalam penguasaan materi.

Pembelajaran IPS akan sangat menarik jika dikemas dalam suatu bentuk pembelajaran inovatif, interatif yang menyenangkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams

Achievement Divisions (STAD) ini merupakan salah satu bentuk metode

pembelajaran inovatif dan interaktif. Dengan metode ini diharapkan siswa dapat lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, lebih termotivasi sehingga prestasi belajarnya meningkat dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Untuk itu, penulis mencoba mengadakan suatu penelitian dengan judul: “PENINGKATKAN

PENGUASAAN KONSEP PERJUANGAAN MEMPERSIAPKAN

KEMERDEKAAN INDONESIA MENGUNAKAN MODEL KOOPERATIF

TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA

SISWA KELAS V SD NEGERI 02 DAGEN TAHUN AJARAN 2010/2011”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Metode pembelajaran IPS yang diterapkan selama ini pada umumnya menggunakan metode ceramah yang cenderung monoton dan kurang bervariasi sehingga berakibat penguasaan konsep IPS siswa rendah.

2. Dominasi guru dalam kegiatan belajar mengajar masih sangat kuat yang seringkali mengabaikan proses belajar melalui interaksi antara siswa dengan guru dan antara siswa dengan siswa di dalam kelas.

3. Kurangnya variasi strategi pembelajaran yang dilakukan guru dalam mengajar.

4. Salah satu metode pembelajaran yang strategis untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa yaitu dengan model kooperatif tipe STAD.


(22)

commit to user

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini tidak terlalu luas dan banyak menimbulkan kesalahpahaman, maka permasalahan dalam penelitian ini perlu dibatasi dengan maksud untuk lebih memfokuskan pada masalah yang dikaji. Dari berbagai masalah yang ada di atas, maka penelitian ini hanya dibatasi pada: Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan penguasaan konsep IPS pada pokok materi perjuangan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia siswa kelas V SD Negeri 02 Dagen Tahun Ajaran 2010/2011.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah tersebut di atas, maka masalah dapat dirumuskan: “Apakah penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan penguasaan konsep perjuangaan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas V SD Negeri 02 Dagen, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar, tahun ajaran 2010/2011?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan penguasaan konsep perjuangan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan model kooperatif tipeStudent Teams Achievement Divisions (STAD)pada siswa kelas V SD Negeri 02 Dagen, Tahun Ajaran 2010/2011.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan proses pembelajaran IPS sehingga penguasaan konsep siswa dalam mata pelajaran IPS dapat meningkat.


(23)

commit to user

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

Memperoleh pengalaman dalam pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa.

b. Bagi Siswa

Siswa akan semakin termotivasi untuk meningkatkan penguasaan konsep dan hasil belajar mata pelajaran IPS.

c. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik pada sekolah itu sendiri dalam rangka perbaikan pembelajaran pada khususnya dan sekolah pada umumnya.


(24)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Tinjauan Tentang Penguasaan Konsep Perjuangan Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia

a. Pengertian Konsep

Konsep adalah kesepakatan bersama untuk penamaan sesuatu dan merupakan alat intelektual yang membantu kegiataan berfikir dan memecahkan masalah. Yang dimaksud konsep menurut Moore (Skeel, 1995: 30) adalah “sesuatu yang tersimpan dalam suatu pikiran, suatu ide atau suatu gagasan”. Menurut Parker (dalam Faqih Samlawi dan Bunyamin Maftuh, 2001: 11) menyatakan bahwa konsep adalah “gagasan-gagasan tentang sesuatu. Konsep adalah suatu gagasan yang ada melalui contoh-contohnya”. Menurut Nana Syaodih (2004: 189) ”Suatu konsep akan mempunyai makna logis dan makna psikologis. Makna logis terbentuk karena pemahaman akan ciri-ciri umum yang ditemukan dalam kehidupan. Makna psikologis merupakan makna yang diperoleh dari pengalaman pribadi”.

Menurut Winkel (2005: 113) “Konsep merupakan suatu abstraksi dari pemikiran (ide) yang merupakan generalisasi dari sesuatu yang khusus atau spesifik”. Konsep dibedakan atas konsep konkret dan konsep yang didefinisikan. Konsep konkret adalah pengertian yang menunjuk pada aneka objek dalam lingkungan fisik, sedangkan konsep yang didefinisikan adalah konsep yang mewakili realitas hidup, tetapi tidak langsung menunjuk pada realitas dalam lingkungan hidup fisik, karena realitas itu tidak berbeda.

Faqih Samlawi dan Bunyamin Maftuh (2001: 10) mengungkapkan, “Konsep secara sederhana adalah penamaan (pemberi label) untuk sesuatu yang membantu seseorang mengenal, mengerti dan memahami sesuatu”. Lebih lanjut tentang konsep, beberapa karakteristik konsep menurut Schuncuke (dalam Faqih Samlawi dan Bunyamin Maftuh, 2001: 12) yaitu:


(25)

commit to user

1) Merupakan suatu abstraksi,

2) Mencerminkan pengelompokkan/klasifikasi benda (kegiatan, peristiwa ataupun gagasan) yang mempunyai karakteristik atau kualitas tertentu yang umum,

3) Bersifat pribadi, latar belakang dan pengalaman pribadi kemungkinan bisa agak berbeda antar personal contoh konsep yang difahami seorang ahli/professor dengan yang difahami siswa kelas III SD,

4) Dipelajari melalui pengalaman, dan 5) Bukan sekedar suatu kata-kata.

Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001:42) menyatakan bahwa konsep mempunyai lima elemen yaitu: 1) nama, 2) contoh-contoh (positif dan negatif), 3) atribut (esensial dan non-esensial), 4) nilai-nilai atribut, 5) aturan.

Menurut Syaiful Sagala (2009: 71) bahwa konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berfikir abstrak, kegunaan konsep untuk menjelaskan dan meramalkan.

Menurut Oemar Hamalik (2003: 162-163), yang disebut konsep atau ciri konsep itu adalah:

1) Atribut konsep adalah suatu sifat yang membedakan antara konsep satu dengan konsep lainnya.

2) Atribut nilai-nilai, adanya variasi-variasi yang terdapat dalam suatu atribut.

3) Jumlah atribut yang bermacam-macam antara satu konsep dengan konsep lainnya.

4) Kedominanan atribut, menunjuk pada kenyataan bahwa beberapa atribut lebih dominan(abvious)daripada yang lainnya.

Berdasarkan pendapat diatas konsep adalah kesepakatan bersama untuk penamaan sesuatu dan merupakan alat intelektual, suatu ide atau suatu gagasan yang merupakan generalisasi dari sesuatu yang khusus atau spesifik, pemahaman akan ciri-ciri umum yang ditemukan dalam kehidupan yang


(26)

commit to user

digunakan untuk penamaan (pemberi label) untuk sesuatu yang membantu seseorang mengenal, mengerti dan memahami sesuatu.

b. Penguasaan Konsep

Menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001: 41) mendefinisikan penguasaan konsep adalah individu mampu menyebutkan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan dari contoh-contoh yang menyajikan informasi tentang karakteristik dan nilai atribut dari konsep, kemudian dirumuskan kembali tentang konsep itu. Menurut Gagne dalam Winkel (2005: 362) menyatakan bahwa “Penguasaan konsep termasuk dalam kategori hasil belajar kemahiran intelektual”. Untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam menguasai konsep, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

Oemar Hamalik (2003: 166) menyatakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan untuk mengetahui keberhasilan siswa memahami suatu konsep, yaitu: (1) dapat menyebutkan contoh suatu konsep; (2) dapat menyatakan ciri-ciri suatu konsep; (3) dapat memilih dan membedakan antara contoh dari yang bukan konsep; (4) dapat memecahkan masalah yang berkenaan dengan konsep yang dipelajari.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas penguasaan konsep adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh siswa untuk menguasai/memahami suatu materi pelajaran, individu mampu menyebutkan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan dari contoh-contoh yang menyajikan informasi tentang karakteristik dan nilai atribut dari konsep. Kemampuan siswa dalam menguasai suatu konsep, dapat dilihat dari nilai hasil belajar siswa pada materi tersebut.

c. Materi Perjuangan Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia

1) Usaha Mempersiapkan Kemerdekaan

Secara resmi persiapan kemerdekaan Indonesia dilakukan Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia


(27)

commit to user

Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

a ) Persiapan Kemerdekaan oleh BPUPKI

Perdana Menteri Jepang, Jenderal Kuniaki Koiso, pada tanggal 7 September 1944 mengumumkan bahwa Indonesia akan dimerdekakan kelak, sesudah tercapai kemenangan akhir dalam perang Asia Timur Raya. Dengan cara itu, Jepang berharap tentara Sekutu akan disambut rakyat Indonesia sebagai penyerbu negara mereka. Pada tanggal 1 Maret 1945, Pemerintah Militer Jepang di Jawa, Kumakici Harada, mengumumkan pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indo-nesia (BPUPKI). Dalam bahasa Jepang disebutDokuritsu Zumbi Coosakai.

BPUPKI dibentuk untuk mempelajari dan menyelidiki hal-hal penting untuk mendirikan negara Indonesia merdeka. BPUPKI resmi dibentuk pada tanggal 29 April 1945, bertepatan dengan ulang tahun kaisar Jepang. Dr. K.R.T Radjiman Wedyodiningrat ditunjuk menjadi ketua didampingi dua orang ketua muda, yaitu R.P Suroso dan Ichibangase. Selain menjadi ketua muda, R.P. Suroso juga diangkat menjadi kepala kantor tata usaha BPUPKI dibantu Toyohiko Masuda dan Mr. A.G. Pringgodigdo. Tanggal 28 Mei 1945, diadakan upacara pelantikan dan sekaligus upacara pembukaan sidang pertama BPUPKI di gedung Chuo Sangiin (Gedung Pancasila sekarang). Selama berdiri BPUPKI mengadakan dua kali masa sidang resmi, yaitu:

(2) Sidang resmi pertama

Sidang resmi pertama berlangsung lima hari, yaitu 28 Mei sampai 1 Juni 1945. Pada masa sidang resmi pertama ini, dibahas dasar negara. Banyak anggota sidang yang memberikan pandangannya tentang bentuk negara dan dasar negara. Masa sidang pertama BPUPKI ini dikenang dengan sebutan detik-detik lahirnya Pancasila. Seluruh anggota BPUPKI yang berjumlah 62 orang ditambah 6 anggota tambahan berkumpul dalam satu ruang sidang.


(28)

commit to user

(3) Sidang resmi kedua

Sidang resmi kedua berlangsung tanggal 10-17 Juli 1945. Sidang ini membahas bentuk negara, wilayah negara, kewarganegaraan, rancangan undang-undang dasar, ekonomi dan keuangan, pembelaan negara, pendidikan dan pengajaran. Pada termin ini, anggota BPUPKI dibagi-bagi dalam panitia-panitia kecil. Panitia-panitia yang terbentuk antara lain Panitia Perancang Undang-Undang Dasar (diketuai Sukarno), Panitia Pembelaan Tanah Air (diketuai Abikusno Cokrosuyoso), dan Panitia Ekonomi dan Keuangan (diketuai Mohammad Hatta). Di antara dua sidang resmi itu, berlangsung pula sidang tidak resmi yang dihadiri 38 orang. Sidang yang dipimpin Bung Karno ini membahas rancangan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yang kemudian dibahas pada sidang resmi kedua BPUPKI (10-17 Juli 1945).

b) Persiapan Kemerdekaan oleh PPKI

Setelah BPUPKI menyelesaikan tugas-tugasnya, pada 7 Agustus 1945 dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Badan ini bertugas mempersiapkan segala sesuatu yang menyangkut m asalah ketatanegaraan bagi negara Indonesia baru. Badan ini beranggotakan 21 orang. Adapun yang ditunjuk sebagai ketua adalah Ir. Sukarno, sedangkan wakil ketuanya Drs. Moh Hatta. Sebagai penasihat ditunjuk Mr. Ahmad Subarjo. Kemudian, anggota PPKI ditambah lagi sebanyak enam orang, yaitu Wiranatakusumah, Ki Hajar Dewantara, Mr. Kasman Singodimejo, Sayuti Melik, Iwa Kusumasumantri, dan Ahmad Subarjo.

Ketika PPKI terbentuk, keinginan rakyat Indonesia untuk merdeka semakin memuncak. Memuncaknya keinginan itu terbukti dengan adanya tekad dari semua golongan untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Golongan muda menghendaki agar kemerdekaan diproklamasikan tanpa kerja sama dengan


(29)

commit to user

Jepang sama sekali, termasuk proklamasi kemerdekaan dalam rapat PPKI. Ada anggapan dari golongan muda bahwa PPKI adalah badan bentukan Jepang. Di lain pihak PPKI adalah badan yang ada untuk menyiapkan hal-hal yang perlu bagi suatu negara. Dalam suasana seperti inilah PPKI bekerja sebagai badan yang bertugas menyiapkan ketatanegaraan Indonesia Baru. Selama terbentuk PPKI melakukan beberapa kali sidang. (1) Sidang pertama dilaksanakan tanggal 18 Agustus 1945, di Gedung

Kesenian Jakarta. Pada sidang ini dihasilkan beberapa keputusan penting yang menyangkut kehidupan ketatanegaraan serta landasan politik bagi bangsa Indonesia yang merdeka, yaitu:

(a) mengesahkan UUD1945 setelah mendapat beberapa perubahan pada pembukannya,

(b) memilih presiden dan wakil presiden, yakni Ir. Sukarno dan Drs. Moh. Hatta,

(c) menetapkan bahwa Presiden untuk sementara waktu akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.

(2) Sidang kedua dilakukan pada hari berikutnya, tanggal 19 Agutus 1945. Sidang hari kedua ini menghasilkan keputusan:

(a) membentuk 12 departemen dan sekaligus menunjuk pemimpinnya (menteri),

(b) menetapkan pembagian wilayah negara Republik Indonesia menjadi delapan provinsi dan sekaligus menunjuk gubernurnya, (c) memutuskan agar tentara kebangsaansegera dibentuk.

(3) Sidang ketiga (20 Agustus 1945) PPKI membahas tentang Badan Penolong Keluarga Korban Perang. Sidang ketiga PPKI menghasilkan delapan pasal ketentuan. Salah satu pasalnya, yakni pasal 2 berisi tentang pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR).

(4) Sidang keempat dilakukan pada tanggal 22 Agustus 1945 membahas tentang:

(a) Komite Nasional (b) Partai Nasional


(30)

commit to user

(c) Badan Keamanan Rakyat.

Pada tanggal 23 Agustus 1945, Presiden Sukarno dalam pidatonya menyatakan berdirinya tiga badan baru, yaitu Komite Nasional Indonesia (KNI), Partai Nasional Indonesia (PNI), dan Badan Keamanan Rakyat (BKR).

Sejak dibentuknya lembaga-lembaga kenegaraan tersebut, berakhirlah tugas PPKI. PPKI sangat berperan dalam penataan awal negara Indonesia. Walaupun kelompok muda menganggap PPKI sebagai lembaga buatan Jepang, peran dan jasa badan ini tidak boleh kita lupakan. Anggota PPKI telah menjalankan tugas yang diembankan kepada mereka dengan sebaik-baiknya. Sampai akhirnya PPKI dapat meletakkan dasar-dasar ketatanegaraan bagi negara Indonesia yang baru saja berdiri.

2) Perumusan Dasar Negara

Dasar negara menjadi salah satu agenda pembicaraan sidang pertama BPUPKI. Selama sidang pertama BPUPKI yang berlangsung dari tanggal 28 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 ada tiga tokoh yang menawarkan konsep dasar negara, yaitu Mr. Mohammad Yamin, Prof. Dr. Mr. Supomo, dan Ir. Sukarno. Pada tanggal 29 Mei 1945 Mr. M. Yamin menawarkan lima asas dasar Negara Republik Indonesia sebagai berikut: 1) Peri Kebangsaan, 2) Peri Kemanusiaan, 3) Peri Ketuhanan, 4) Peri Kerakyatan, 5) Kesejahteraan yang berkebuda yaan.

Dua hari kemudian, pada tanggal 31 Mei 1945, Prof. Dr. Mr. Supomo, mengajukan dasar-dasar negara sebagai berikut: 1) Persatuan, 2) Kekeluargaan, 3) Keseimbangan lahir dan batin, 4) Musyawarah, 5) Keadilan rakyat.

Ir. Sukarno mengusulkan konsep dasar negara dalam rapat BPUPKI tanggal 1 Juni 1945. Selain mengusulkan konsep dasar negara, Bung Karno juga mengusulkan nama bagi dasar negara yaitu Pancasila. Berikut ini lima dasar yang diusulkan oleh Bung Karno: 1) Kebangsaan Indonesia, 2) Internasionalisme atau perikemanusiaan, 3) Mufakat atau demokrasi, 4) Kesejahteraan sosial, 5) Ketuhanan Yang Maha Esa.


(31)

commit to user

Setelah sidang pada tanggal 1 Juni 1945 itu, BPUPKI memasuki masa jeda. Sampai dengan saat itu belum ada rumusan dasar negara. Yang ada hanyalah usulan dasar negara Indonesia. Sebelum masuk masa jeda itu telah terbentuk sebuah panitia kecil yang diketuai Ir. Sukarno, dengan anggota Drs. Mohammad Hatta, Sutarjo Kartohadikusumo, Wahid Hasjim, Ki Bagus Hadikusumo, Oto Iskandardinata, M. Yamin, dan A. A. Maramis. Panitia kecil ini bertugas menampung saran dari anggota BPUPKI. Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Kecil mengadakan pertemuan dengan 38 anggota BPUPKI. Bung Karno menyebut pertemuan itu sebagai “rapat pertemuan antara Panitia Kecil dengan anggota BPUPKI.” Pertemuan itu menampung suara-suara dan usul-usul lisan dari anggota BPUPKI. Dalam pertemuan itu juga dibentuk Panitia Kecil lain, yang beranggota sembilan orang. Panitia ini dikenal dengan nama Panitia Sembilan. Anggota Panitia Sembilan terdiri dari Ir. Sukarno, Drs. Moh. Hatta, Mr. M. Yamin, Mr. Ahmad Subarjo, Mr. A. A. Maramis, Abdulkadir Muzakir, Wahid Hasyim, H. Agus Salim, dan Abikusno Cokrosuyoso. Mereka menghasilkan suatu rumusan pembukaan UUD yang menggambarkan maksud dan tujuan pembentukan negara Indonesia Merdeka. Rumusan itu disepakati dan ditandatangani bersama oleh anggota Panitia Sembilan. Rumusan Panitia Sembilan itu kemudian diberi nama Jakarta Charter atau Piagam Jakarta.

Rumusan dasar negara dalam Piagam Jakarta itu berbunyi: 1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan Syari’at Islam bagi

peme-luk-pemeluknya.

2. Kem anusiaan yang ad il dan beradab. 3 . P er satu an In d on esia.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Perumusan terakhir dasar negara dilakukan pada persidangan BPUPKI tahap kedua, yang dimulai pada tanggal 10 Juli 1945. Pada kesempatan itu, dibahas rencana UUD, termasuk pembukaan (preambule)


(32)

commit to user

oleh Panitia Perancang Undang-Undang Dasar yang diketuai oleh Ir. Sukarno. Dalam rapat tanggal 11 Juli 1945, Panitia Perancang Undang-Undang Dasar menyetujui isipreambule yang diambil dari Piagam Jakarta. Panitia ini kemu-dian membentuk “Panitia Kecil Perancang Undang Undang Dasar” yang diketuai oleh Prof. Dr. Mr. Supomo dengan anggota Mr. Wongsonegoro, Mr. Ahmad Subarjo, Mr. A. A. Maramis, Mr. R. P. Singgih, H. Agus Salim, dan dr. Sukiman. Hasil perumusan panitia kecil disempurnakan bahasanya oleh sebuah “Panitia penghalus bahasa” yang terdiri dari Husein Jayadiningrat, Agus Salim, dan Supomo. Panitia ini juga bertugas menyempurnakan dan menyusun kembali rancangan undang-undang dasar yang sudah dibahas itu.

Pemb uk aan serta batang tubuh rancangan UUD yang dihasilk an disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Namun, sebelum disahkan Pembukaan UUD yang diambil dari Piagam Jakarta rumusan Panitia Sembilan mengalami perubahan. Pada tanggal 17 Agustus 1945 sore, seorang opsir angkatan laut Jepang menemui Drs. Mohammad Hatta. Opsir itu menyampaikan keberatan dari tokoh-tokoh rakyat Indonesia bagian Timur atas kata-kata “Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya,” dalam Piagam Jakarta. Sebelum rapat PPKI tanggal 18 Agustus 1945, Drs. Moh. Hatta dan Ir. Sukarno meminta empat tokoh Islam, yakni Ki Bagus Hadikusumo, Wahid Hasyim, Mr. Kasman Singodimejo, dan Mr. Teuku Moh. Hassan untuk membicarakan hal tersebut. Hal ini dilakukan untuk menghindari perdebatan panjang dalam rapat PPKI. Akhirnya mereka sepakat kata-kata yang menjadi ganjalan bagi masyarakat Indonesia Timur itu diubah menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa.”

Dengan demikian, rumusan dasar negara yang resmi bukan rum usan individual yang dikem ukakan oleh Mr. Mohamm ad Yamin, Prof. Dr. Mr. Supomo, maupun Ir. Sukarno. Dasar negara yang resmi juga bukan rumusan Panitia Kecil. Pancasila Dasar Negara yang resmi adalah rumusan yang disahkan PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Rumusan itu berbunyi, sebagai berikut:


(33)

commit to user

1. Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab. 3. Persatuan Indonesia.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 3) Tokoh-tokoh Persiapan Kemerdekaan

a) Mengenal tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan

Ada banyak tokoh yang berperan dalam usaha persiapan kemerdekaan. Tentu saja kita tidak akan dapat membahas semua tokoh dan perannya dalam persiapan kem erdekaan. Berikut ini akan dibahas beberapa tokoh persiapan kemerdekaan, yaitu:

(1) Ir. Sukarno (1901-1970)

Sukarno dilahirkan tanggal 6 Juni 1901. Beliau menjadi tokoh penting dalam persiapan kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1928 beliau mendirikan Partai Nasional Indonesia. Pada tahun 1930-an, karena perjuangannya beliau sering m asuk penjara dan harus menjalani hidup di pengasingan.

( 2 ) Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat (1879-1952)

Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat adalah seorang dokter dan tokoh pergerakan. Peran beliau sangat menonjol menjelang kemerdekaan Indonesia. Khususnya ketika ban gsa kita sedang m erum uskan dasardasar negara.

(3) Prof. Dr. Mr. Supomo (1903-1958)

Supomo dilahirkan di Sukoharjo, Solo. Setelah tamat dari Sekolah Tinggi Hukum, beliau melanjutkan studi ke Universitas Leiden, Belanda, dan memperoleh gelar doktor di sana. Sekembalinya di tanah air, beliau bekerja di Pengadilan Negeri Yogyakarta.

(4) Mohammad Hatta (1902-1980)

Mohammad Hatta lahir di Bukit Tinggi, 12 Agustus 1902. Ketika menjadi mahasiwa di Belanda beliau sudah aktif dalam gerakan


(34)

commit to user

mahasiswa nasionalis. Sepulang dari Belanda beliau bergabung dengan PNI. Tahun 1934 beliau ditangkap dan dimasukkan penjara kemudian dibuang ke Digul.

(5) Muhammad Yamin (1903 - 1962)

Muhammad Yamin adalah seorang ahli hukum, tokoh pergerakan kemerdekaan, penyair angkatan Pujangga Baru, dan penggali sejarah Indonesia. Sejak muda beliau sudah berkecimpung dalam kegiatan organisasi. Bersama Bung Hatta ia mendirikan Jong

Sumatranen Bond. Dalam gerakan politik ia mula-mula bergabung

dengan Partindo.

(6) Ahmad Subarjo (1896-1978)

Ahm ad Subarjo adalah pejuang kemerdekaan d ari golongan tua. Semasa kuliah beliau giat dalam Perhimpunan Indonesia. Menjelang proklamasi kemerdekaan, ia duduk dalam keanggotaan BPUPKI. Beliau juga termasuk dalam Panitia Sembilan yang menghasilkan Piagam Jakarta. Perannya yang sangat penting adalah menjadi penengah antara golongan muda dan Sukarno dalam peristiwa Rengas Dengklok.

b) Menghormati Usaha Para Tokoh Dalam Mempersiapkan

Kemerdekaan

Kita pantas menghargai usaha tokoh-tokoh bangsa dalam mempersiapkan kemerdekaan kita. Berkat usaha mereka, kita dapat hidup di alam merdeka dan menikmati sistem ketatanegaraan yang mereka perjuangkan. Bentuk penghormatan kepada mereka dapat kita ungkapkan dengan mengenang jasa-jasa mereka. Kita juga bisa berziarah ke makam mereka dan berdoa untuk mereka.

Bentuk penghargaan yang tak kalah penting adalah mencontoh sikapsikap positif yang mereka tunjukkan dan meneruskan


(35)

commit to user

perjuangan mereka. Sikap positif tokoh-tokoh bangsa yang patut kita contoh antara lain:

(1) Rela berjuang demi bangsa dan negara.

(2) Berpendirian tetapi juga menghormati pendapat orang lain. Para tokoh bangsa terkenal memegang teguh pendapat dan memperjuangkan pen-dapatnya. Namun, ketika suatu kesepakatan bersama telah diambil de-ngan lapang dada mereka menerima keputusan itu.

Karya mereka membangun dasar negara harus kita teruskan agar sendi-sendi negara ini makin kokoh. Undang-Undang Dasar 1945 yang mereka hasilkan merupakan karya yang amat mengagumkan. Namun dem ikian, seiring dengan perkembangan zaman undang-undang dasar itu ternyata dirasa perlu untuk disempurnakan. Maka kita mengenal adanya amandemen terhadap UUD 1945. Usaha ini harus tetap kita lakukan agar tercipta suatu sistem yang lebih baik. Ini menjadi tugas kita sekarang sebagai generasi penerus bangsa.

d. Penguasaan Konsep Perjuangaan Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia

Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001: 41) mendefinisikan penguasaan konsep adalah individu mampu menyebutkan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan dari contoh-contoh yang menyajikan informasi tentang karakteristik dan nilai atribut dari konsep, kemudian dirumuskan kembali tentang konsep itu.

Konsep-konsep yang harus dikuasai siswa dalam perjuangan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia ini meliputi indikator-indikator sebagai berikut:

1) Menjelaskan pengertian BPUPKI dan PPKI.

2) Mengemukakan sejarah singkat pembentukan BPUPKI dan PPKI. 3) Menjelaskan tentang tujuan pembentukan BPUPKI dan PPKI.


(36)

commit to user

4) Menjelaskan struktur organisasi BPUPKI dan PPKI. 5) Menjabarkan hasil-hasil sidang BPUPKI dan PPKI.

6) Mengemukakan tokoh-tokoh penyusun dasar Negara dan usulannya. 7) Menjelaskan perlunya penyusunan dasar Negara sebelum merdeka. 8) Menyebutkan tokoh-tokoh yang berperan dalam persiapan kemerdekaan

Indonesia.

9) Menjabarkan tokoh-tokoh yang berperan dalam persiapan kemerdekaan Indonesia.

10) Menjelaskan peranan tokoh-tokoh pahlawan persiapan kemerdekaan Indonesia.

11) Menyebutkan cara-cara menghormati jasa para pahlawan persiapan kemerdekaan.

12) Menjelaskan contoh sikap positif tokoh-tokoh pejuang bangsa yang patut dicontoh.

Faqih Samlawi dan Bunyamin Maftuh (2001: 11-19) mengungkapkan, konsep dinyatakan dalam sejumlah bentuk: kongkrit atau abstrak, luas atau sempit, satu kata atau frase. Beberapa konsep adalah konsep kongkrit, misalnya berkaitan dengan tempat, objek, lembaga, atau kejadian. Perjuangan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia merupakan materi IPS masuk ke dalam ilmu sejarah. Sejarah merekam sejumlah aspek kejadian, baik aspek sosial, budaya, geografi, ekonomi maupun politik. Oleh karena itu sejarah sering dipandang sebagai fundasi atau komponen dari semua ilmu sosial. Sebagai akibatnya, maka konsep utama dalam sejarah adalah waktu dan kejadian.

Adapun konsep yang terkandung berdasarkan materi perjuangan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia berkaitan dengan waktu dan kejadian antara lain meliputi:

1) Kapan BPUPKI dan PPKI dibentuk, apa saja hasil-hasil sidangnya, kapan waktu pelaksanaannya.

2) Kapan dasar Negara dibentuk, siapa saja yang mengusulkan dan kapan diusulkan, mengapa dasar Negara perlu disusun sebelum merdeka.


(37)

commit to user

3) Siapa tokoh-tokoh yang berperan dalam persiapan kemerdekaan Indonesia dan apa perananya.

4) Bagaimana cara meneladani contoh sikap positif para pahlawan persiapan kemerdekaan.

Kemampuan siswa dalam menguasai suatu konsep, dapat dilihat dari nilai hasil belajar siswa pada materi tersebut. Menurut Gagne dalam Winkel (2005: 362) menyatakan bahwa “Penguasaan konsep termasuk dalam kategori hasil belajar kemahiran intelektual”. Jadi penguasaan konsep ini dapat diukur dari hasil belajar IPS anak aspek kognitif. Ischak (1997: 8.12) aspek kognitif dalam evaluasi hasil belajar mempunyai dua tingkatan yaitu:

1) Evalusi yang mempunyai tingkatan lebih rendah meliputi: a) Evaluasi yang mengungkap pengetahuan (knowledge).

b) Evaluasi yang mengungkap pemahaman(comprehension). c) Evalusi yang mengungkap penerapan(aplicatian).

2) Evaluasi yang mempunyai tingkatan lebih tinggi meliputi: a) Analisis(analysis).

b) Sintesis(synthesis). c) Evaluasi(evaluation).

Untuk siswa Sekolah Dasar, aspek kognitif yang dipilih cukup yang mempunyai tingkatan lebih rendah yaitu pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi. Tingkatan kognitif yang lebih tinggi yaitu analisis, sintesis, dan evaluasi masih terlalu sulit untuk mereka (Ischak, 1997: 8.18). Untuk mengetahui penguasaan konsep perjuangan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas V SD Negeri 02 Dagen, maka dapat diukur dengan tes penguasaan konsep dari hasil belajar siswa aspek kognitif.

Penyusunan butir-butir tes untuk mengetahui penguasaan konsep perjuangan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, disesuaikan dengan tujuan (khusus), deskripsi bahan yang telah diajarkan, dan indikator yang akan dicapai yang sesuai dengan ranah kognitif yang meliputi tingkat pengetahuan, pemahaman, dan penerapan.


(38)

commit to user

1) Evaluasi yang mengungkap pengetahuan (knowledge)

Evaluasi ini hanya mengungkap tentang fakta, definisi, pengertian, dan sejenisnya. Jadi siswa hanya dituntut mengingat kembali apa yang dipelajarinya. Kata-kata yang sering dipakai untuk evaluasi (pertanyaan) yang mengungkap pengetahuan antara lain: a) apa, b) dimana, c) kapan, d) sebutkan, e) siapa.

Contoh pertanyaan sebagai berikut:

a) Apakah yang kamu ketahui tentang BPUPKI? b) Siapakah yang membentuk BPUPKI?

c) Apakah tujuan dibentuknya PPKI? d) Siapa nama ketua dan wakil ketua PPKI?

e) Apakah isi dari ketetapan sidang PPKI tanggal 18 agustus 1945? f) Moh. Yamin mengusulkan konsep dasar Negara pada tanggal? g) Dimanakah terdapat rumusan Pancasila?

h) Siapa tokoh perjuangan persiapan kemerdekaan yang merupakan penyair angkatan pujangga baru?

i) Kapan Ir. Soekarno menyerahkan pemerintahan kepada Jendral Soeharto?

2) Evaluasi yang mengungkap pemahaman (comprehension)

Evaluasi ini menuntut siswa untuk memahami dan mengerti apa yang telah dipelajari. Dengan demikian siswa dituntut untuk dapat menjelaskan apa yang telah dipelajari dengan kalimatnya sendiri. Siswa tidak sekedar mengingat dan menghafal informasi yang telah diperoleh, tetapi juga dapat memilih dan mengorganisasikan informasi tersebut. Kata-kata yang sering dipakai untuk evaluasi (pertanyaan) yang mengungkap pemahaman antara lain: a) mengapa, b) jelaskan, c) uraikan, d) berikan alasan, e) bandingkan.

Contoh pertanyaan sebagai berikut:

a) Mengapa dasar Negara perlu disusun sebelum merdeka?

b) Jelaskan peranan Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat dalam persiapan kemerdekaan Indonesia?


(39)

commit to user

c) Jelaskan 2 contoh sikap positif tokoh-tokoh bangsa yang patut kita contoh?

3) Evaluasi yang mengungkap penerapan(aplication)

Pada evaluasi yang mengungkap penerapan (aplikasi) siswa dituntut dapat menggunakan informasi yang diterima untuk memecahkan suatu masalah. Dengan menggunakan konsep, prinsip, aturan, hukum, atau proses yang telah dipelajari sebelumnya. Kata-kata yang sering dipakai untuk evaluasi (pertanyaan) yang mengungkap penerapan

(aplication) antara lain: a) demonstrasikan, b) tunjukkanlah, c) carilah

hubungan, d) tuliskan, e) gambarkan. Contoh pertanyaan sebagai berikut:

a) Klasifikasikan tokoh-tokoh yang berperan dalam penyusunan dasar Negara?

b) Tunjukkan 5 asas yang diusulkan Ir. Soekarno sebagai konsep dasar Negara?

c) Tuliskan 3 cara menghormati jasa para pahlawan persiapan kemerdekaan?

2. Tinjauan Tentang Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD a. Pengertian Pembelajaran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1996: 14-15) kata “pembelajaran” berasal dari kata “ajar” yang artinya petunjuk yang diberikan kepada orang lain supaya diketahui/dituruti. Kata “pembelajaran” diartikan sebagai proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.

Istilah “pembelajaran” merupakan terjemahan dari kata

“instruction” yang menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan belajar

mengajar (Wina Sanjaya, 2005: 78). Pembelajaran itu sendiri dapat disebut sebagai seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar peserta didik dengan mempertimbangkan kejadian eksternal yang berperanan terhadap rangkaian kejadian-kejadian internal dalam diri peserta didik (Winkel dalam M.Sobry Sutikno, 2009: 31). Menurut rumusan Unesco (1996) seperti


(40)

commit to user

yang dikutip oleh Wina Sanjaya (2005: 97-98) pembelajaran mempunyai empat pilar utama yaitu:1) learning to know,2) learning to do, 3) learning

to be, 4) learning to live together.Adapun perinciannya sebagai berikut:

1) learning to know artinya belajar tidak hanya berorientasi kepada produk

dan hasil, tetapi juga harus berorientasi pada proses belajar.

2) learning to do artinya belajar berorientasi kepada pengalaman untuk

melakukan sesuatu.

3) learning to be artinya belajar untuk membentuk manusia menjadi dirinya

sendiri.

4) learning to live together artinya belajar untuk hidup bersama dan bekerja

sama dengan orang lain.

Lindgreen (dalam M.Sobry Sutikno, 2009: 32) sistem pembelajaran ada 3 aspek yaitu: 1) siswa, 2) proses belajar, 3) situasi belajar. Dalam hal ini ketiga aspek tersebut saling berkaitan dalam mencapai tujuan belajar.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan pembelajaran adalah proses, cara yang terdiri dari seperangkat tindakan yang dirancang untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan pembelajaran IPS di SD menurut kurikulum 2004 menyatakan bahwa, pengetahuan IPS bertujuan untuk: 1) mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan, paedagogis, dan psikologis. 2) mengembangkan kemampuan berfikir kritis, inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan sosial. 3) membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai sosial dan kemanusiaan. 4) meningkatkan kemampuan bekerjasama dan berkompetensi dalam masyarakat majemuk, baik secara nasional maupun global. Menurut Nursid Sumaatmadja (dalam Hidayati, 2008: 1-24) tujuan pendidikan IPS adalah membina anak didik menjadi warga Negara yang baik, memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara.


(41)

commit to user

b. Hakikat Pembelajaran IPS di SD

Hakikat IPS adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya, dengan tetangganya dari lingkungan dekat sampai yang jauh (Hidayati, 2008: 1-23). Dalam kehidupan manusia harus menghadapi tantangan-tantangan yang berasal dari lingkungannya maupun sebagai hidup bersama. IPS memandang manusia dari berbagai sudut pandang. Oleh karena itu ada beberapa aspek yang dipelajari dalam IPS. Aspek-aspek itu antara lain:

1) Hubungan sosial: semua hal yang berhubungan dengan interaksi manusia tentang proses, faktor-faktor, perkembangan, dan permasalahannya dipelajari dalam ilmu sosiologi.

2) Ekonomi: behubungan dengan pemenuhan kebutuhan manusia, perkembangan, dan permasalahannya dipelajari dalam ilmu ekonomi. 3) Psikologi: dibahas dalam ilmu psikologi.

4) Budaya: dipelajari dalam ilmu antropologi.

5) Sejarah: berhubungan dengan waktu dan perkembangan kehidupan manusia dipelajari dalam ilmu sejarah.

6) Geografi: hubungan ruang dan tempat yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia dipelajari dalam ilmu geografi.

7) Politik: berhubungan dengan norma, nilai, dan kepemimpinan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat dipelejari dalam ilmu politik.

Ilmu pengetahuan sosial diberikan kepada siswa mulai dari SD, agar mereka dapat mengenal berbagai fenomena-fenomena lingkungan alam sekitarnya sampai dengan fenomena-fenomena dunia. Dalam kenyataannya, hidup dan kehidupan manusia ini tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Setiap kegiatan yang dilakukan manusia akan berdampak pada lingkungannya. Dalam mempertahankan hidupnya manusia akan saling ketergantungan baik dengan sesama manusia maupun dengan dunia.

Manusia perlu memahami hubungan yang sangat kompleks ini. Oleh sebab itu, pembelajaran Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi dan Ekonomi di SD/MI dipadukan pada mata pelajaran Ilmu Sosial. Integrasi


(42)

commit to user

lurikulum Ilmu sosial ini diwadahi dalam topik-topik yang dekat dengan lingkungan sosial dimana anak itu berada. Hal ini diharapkan dalam merencanakan pelajaran tersebut menjadi lebih bermakna dan menarik bagi siswa daripada mengacu pada disiplin ilmu-ilmu tersebut. (http://typecat.com/Materi-Pendidikan-IPS#)

Berdasarkan uraian pendapat di atas, dapat disimpulkan pembelajaran IPS di SD tentunya dikaitkan dengan kebutuhan dan berkaitan dengan tantangan-tantangan kehidupan yang akan dihadapi anak. Meliputi konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, kewarganegaraan, pedagogis, dan psikologis. Dalam pembelajarannya bidang studi IPS di SD merupakan gabungan ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi atau terpadu. Pengertian terpadu, bahwa bahan atau materi IPS diambil dari ilmu-ilmu sosial yang dipadukan dan tidak terpisah-pisah dalam kotak disiplin ilmu.

c. Hakikat Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah aktivitas belajar kelompok yang teratur sehingga ketergantungan pembelajaran pada struktur sosial, pertukaran informasi antara anggota dalam kelompok dan tiap anggota bertanggung jawab untuk kelompoknya dan dirinya sendiri serta adanya motivasi untuk meningkatkan pembelajaran lainnya (Kessler, 1992: 8).

Model pembelajaran kooperatif dapat memotivasi seluruh siswa, memanfaatkan seluruh energi sosial siswa, saling mengambil tanggung jawab dan mempercepat prestasi akademis. Penelitian Norman (2005) dapat mempercepat prestasi akademis dan memiliki pengaruh positif terhadap faktor-faktor non-akademis, sebagai berikut:

…., the result clearly support earlier research on cooperative learning and STAD which found that it accelerates academic achievement as well has having positive effects on important non-academic factors such as motivation, liking of school and working with others in cooperative

learning groups.….,hasil yang jelas mendukung penelitian awal tentang

pembelajaran kooperatif dan STAD yang menemukan bahwa hal ini mempercepat prestasi akademis serta memiliki pengaruh positif terhadap faktor-faktor non-akademis seperti motivasi, kesukaan terhadap sekolah dan bekerja sama dengan orang lain dalam kelompok belajar kooperatif.


(43)

commit to user

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Roger dan Johnson (Via Lie, 2004: 31) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok dianggap

cooperative learning.

Sementara itu, Henson dan Eller (1997: 160) mendefinisikan strategi pembelajaran kooperatif sebagai kerjasama yang dilakukan para siswa untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif, kelompok-kelompok yang berhasil mencapai tujuan dengan baik akan diberikan penghargaan.

Courtney K. Miiller & Reece L. Peterson mengemukakan

cooperative learning:

The cooperative learning model requires student cooperation and interdependence in its task, goal, and reward structures. The idea is that lesson are created in such a way that student must cooperate in order to achieve their learning objectives.

Pendekatan konstruktif dalam pengajaran yang menerapkan pembelajaran kooperatif secara ekstensif atas dasar teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memehami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan konsep-konsep itu dengan temannya. Pembelajaran kooperatif menyumbangkan ide bahwa siswa yang bekerja sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap teman satu timnya mampu membuat diri mereka belajar sama baiknya. (Slavin, 2008: 10)

Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama di dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 siswa, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan pendapat dan bekerjasama dengan teman yang berbeda latar belakangnya. Pembelajaran kooperatif diajarkan pada siswa agar dapat bekerjasama dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, member penjelasan kepada teman sekelompok yang baik. Berdasarkan definisi tersebut karakteristik teknik pembelajaran kooperatif adalah: a) Siswa belajar


(44)

commit to user

dalam kelompok, b) Siswa memiliki rasa saling kertergantungan, c) Siswa belajar berinteraksi secara kerjasama, d) Siswa dilatih untuk bertanggung jawab terhadap tugas, e) Siswa mempunyai ketrampilan komunikasi interpersonal.

Sementara untuk mencapai hasil yang maksimal, ada 5 unsur yang harus diterapkan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:

a) Saling ketergantungan positif

Tiap anggota dalam kelompok harus ikut serta dalam kegiatan kelompoknya untuk mencapai tujuan kelompok. Keberhasilan suatu kelompok sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya.

b) Tanggung jawab perseorangan

Setiap anggota dalam kelompok bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Setiap anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.

c) Tatap muka

Setiap anggota kelompok dalam kelompoknya, harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan ini akan menguntungkan baik bagi anggota maupun kelompoknya. Hasil pemikiran beberapa orang akan lebih baik daripada hasil pemikiran satu orang saja. d) Komunikasi antar anggota

Keberhasilan suatu kelompok sangat tergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengatakan pendapat mereka.

e) Evaluasi proses kelompok

Evaluasi proses kelompok dalam pembelajaran kooperatif diadakan oleh guru agar siswa selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih baik.

Metode pembelajaran kooperatif mempunyai kelebihan-kelebihan dibanding metode lain, diantaranya:


(45)

commit to user

2) Meningkatkan rasa percaya diri

3) Menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan keahlian

4) Memperbaiki hubungan antar kelompok

Berdasarkan pendapat dan uraian di atas pembelajaran kooperatif adalah proses pembelajaran dimana aktivitas belajar siswa secara berkelompok yang teratur, saling bekerjasama, adanya pertukaran informasi, bertanggung jawab pada kelompok dan diri sendiri untuk mencapai tujuan bersama.

d. Students Teams Achievement Divisions (STAD)

Metode STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawan dari Universitas John Hopkins. Metode ini dipandang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Slavin (2008: 13) mengatakan “STAD lebih merupakan metode umum dalam mengatur kelas daripada metode komprehensif dalam mengerjakan mata pelajaran tertentu”. Guru menggunakan pelajaran mereka sendiri dan materi-materi lain”.

Menurut Mohamad Nur (2005: 20) “Metode pengajaran STAD merupakan metode yang berdasarkan pada teori belajar konstruktivisme yang berdasarkan pada teori belajar kognitif”. Ide pokok teori konstuktivisme adalah peserta didik secara aktif membangun pengetahuan mereka sendiri. Pembelajaran merupakan kerja mental dan bukanlah menerima pelajaran secara pasif. Dalam kerja mental peserta didik ini, pendidik memegang peranan penting dengan cara memberi dukungan, tantangan berpikir, namun tetap merupakan kunci pembelajaran. Menurut teori ini peserta didik akan lebih mudah menemukan dan mengerti akan konsep-konsep yang sulit jika mereka dapat membicarakan dan mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya.

Penelitian Armstrong (2008) menyebutkan penerapan metode STAD cocok untuk jadwal pelajaran yang kompleks, yaitu :


(46)

commit to user

The STAD technique was easy to implement and administer and was particularly suited a block schedule timetable (fewer classes with larger

amounts of time during the day).Metode STAD mudah untuk diterapkan

dan dilaksanakan dan sangat cocok untuk jadwal pelajaran yang kompleks (sedikit kelas dengan jam pelajaran yang lebih lama dalam sehari).

Menurut Slavin (2008: 143-146) menyebutkan “STAD terdiri atas lima komponen utama: presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, rekognisi tim”.

Secara umum STAD terdiri dari lima komponen utama, yaitu: 1) Presentasi Kelas

Bahan ajar dalam STAD mula-mula diperkenalkan melalui presentasi kelas. Presentasi ini paling sering menggunakan pengajaran langsung atau suatu ceramah-diskusi yang dilakukan guru.

2) Kerja Tim

Tim tersusun dari empat atau lima siswa yang mewakili heterogenitas dalam kinerja akademik, jenis kelamin, dan suku. Fungsi utama tim adalah menyiapkan anggotanya agar berhasil menghadapi kuis. Setelah guru mempresentasikan bahan ajar, tim tersebut berkumpul untuk mempelajari LKS atau bahan lain. Ketika siswa mendiskusikan masalah bersama dan membandingkan jawaban, kerja tim yang paling sering dilakukan adalah membetulkan setiap kekeliruan apabila teman sesama tim membuat kesalahan. Kerja tim tersebut merupakan ciri terpenting STAD. Pada setiap saat, penekanan diberikan pada anggota tim agar melakukan yang terbaik untuk timnya.

3) Kuis

Setelah satu sampai dua periode presentasi guru dan satu sampai dua periode latihan tim, para siswa dikenai kuis individual. Siswa tidak dibenarkan saling membantu selama kuis berlangsung. Hasil ini menjamin agar siswa secara individual bertanggung jawab untuk memahami bahan ajar tersebut.


(47)

commit to user

4) Skor Kemajuan Individu

Setiap siswa dapat memberikan poin maksimum kepada timnya dalam sistem penskoran, namun tidak seorang siswa pun dapat melakukan seperti itu tanpa menunjukkan perbaikan atas kinerja masa lalu. Poin kemajuan siswa berdasarkan skor kuis yang didikumpulkan siswa dalam Slavin (2008: 159) sebagai berikut:

Skor Kuis Poin Kemajuan

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5 10 - 1 poin di bawah skor awal 10 skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20 Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal) 30 5) Penghargaan Tim

Tim dapat memperoleh sertifikat atau penghargaan lain apabila skor rata-rata mereka melampaui kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk menentukan 20% dari peringkat tim. Tiga macam penghargaan diberikan pada rekognisi tim. Ketiga penghargaan tersebut didasarkan pada rata-rata skor tim dalam Isjoni (2009: 54) sebagai berikut.

Kriteria (Rata-rata Tim) Penghargaan

15 TIM BAIK

20 TIM HEBAT

25 TIM SUPER

Dalam pelaksanaannya, model pembelajaran kooperatif STAD mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:

1) Guru menyampaikan materi pelajaran.

2) Para siswa didalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, dimana masing-masing kelompok mempunyai anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuannya (prestasinya).

3) Guru membagikan materi yang berbeda pada masing-masing kelompok dengan menggunakan lembar kerja akademik, dan kemudian saling


(48)

commit to user

membantu untuk menguasai materi pelajaran yang telah diberikan melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompok.

4) Masing-masing kelompok mempersentasikannya di depan kelas. 5) Tanggapan dari masing-masing kelompok.

6) Guru memberikan tanggapan dan penegasan dan tiap kelompok diberi skor atas penguasaan terhadap materi pelajaran, serta kepada siswa secara individual atau kelompok yang memperoleh prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan.

Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu cara yang dipilih dan digunakan guru untuk memperbaiki pembelajaran, merupakan tipe model pembelajaran kooperatif yang dipandang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki lima komponen tahapan utama, yaitu: penyajian materi, kerja kelompok, tes individu, penghitungan skor kemajuan individu, dan pemberian penghargaan kelompok.

Kesimpulan pelaksanaan tipe STAD melalui tahapan sebagai berikut: a. Penjelasan materi pelajaran;

b. Diskusi atau kerja kelompok belajar; c. Validasi oleh guru;

d. Evaluasi (tes);

e. Menentukan nilai individu dan kelompok; f. Penghargaan individu atau kelompok;

Didalam penggunaan system pembelajaran pada proses belajar mengajar tentu akan didapat kelebihan dan kelemahan diantaranya sebagai berikut:

1. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD: a. Seluruh siswa menjadi lebih siap.

b. Melatih kerjasama dengan baik.

2. Kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe STAD: a. Anak yang kurang aktif mengalami kesulitan.


(49)

commit to user

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Ada beberapa penelitian relevan yang dilakukan dengan pendekatan kooperatif terutama sistem STAD yang ternyata sangat efektif untuk membantu siswa dalam penguasaan konsep. Antara lain:

1. Edi Susanto (2009) dengan judul Peningkatan Pemahaman Materi Globalisasi Dengan Model Cooperative Learning Metode STAD Pada Pembelajaran IPS Kelas VI SD Negeri Kudaile 06 Tahun Pelajaran 2009/2010. Hasil penelitian dengan kesimpulan: Metode Pembelajaran Kooperatif dengan tipe STAD terbukti dapat meningkatkan pemahaman materi globalisasi siswa kelas VI. Persamaan antara penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian ini adalah penggunaan model yang sama yaitu model kooperatif tipe STAD, yang sudah terbukti meningkatkan pemahaman materi Globalisasi pada mata pelajaran IPS. Sedangkan perbedaannya meliputi: Subjek dan objek penelitian, tahun pelaksanaan, instrumen penelitian, dan teknik analisis data.

2. Sri utami (2008) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student

Teams Achievement Divisions (STAD) dalam meningkatkan prestasi

belajar IPS pada siswa kelas V SD Negeri Tunggulsari Kecamatan Laweyan Surakarta Tahun Pelajaran 2008/2009. Mendapatkan hasil bahwa prestasi belajar IPS siswa meningkat dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Persamaan antara penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran yang sama yaitu model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran IPS terbukti dapat meningkatkan hasil belajar IPS. Sebelum tindakan prosentasi pencapaian SKBM rata-rata nilai ulangan harian 42,83, sedangkan rata-ratanya setelah tindakan berdasarkan daya ingatan siswa pada siklus I 70,22 dan siklus II mencapai 77,61.

3. Abu Ali Mayuri (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Cooperative Learning

Tipe Students Team Achievement Divisions (STAD)Pada Siswa Kelas V


(50)

commit to user

Tahun Pelajaran 2009/2010. Menunjukkan bahwa pembelajaran model kooperatif tipe STAD terbukti dapat meningkatan hasil belajar IPA siswa. Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah penggunaan model pembelajaran yang sama. Perbedaan meliputi subjek dan objek penelitian, instrumen penelitian, tahun pelaksanaan, mata pelajaran yang ditingkatkan. Dalam penelitian ini metode kooperatif tipe STAD digunakan untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SD dan ternyata terbukti hasil belajar IPA siswa meningkat.

Dari hasil penilitian ini maka dapat digunakan sebagai acuan apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif terutama STAD juga dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa dalam pembelajaran IPS materi perjuangan mempersiapan kemerdekaan Indonesia pada kelas V SD Negeri 02 Dagen Tahun Ajaran 2010/2011.

C. Kerangka Berfikir

Kondisi awal sebelum dilaksanakan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran lebih berpusat pada guru, dalam pembelajaran IPS guru hanya menggunakan model ceramah. Guru menerangkan materi, siswa diminta untuk mendengarkan kemudian mengerjakan soal-soal LKS, sehingga keaktifan siswa rendah. Dalam kegiatan pembelajaran siswa menjadi jenuh dan mudah bosan. Akibat dari kondisi awal yang seperti itu, penguasaan konsep perjuangan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia siswa rendah. Dari kondisi awal di atas, peneliti melakukan alternative tindakan dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD yang direncanakan dua siklus yaitu siklus I dan II.

Dalam pembelajaran model kooperatif tipe STAD dimulai dari presentasi materi oleh guru, pembagian kelompok secara heterogen, kerja tim, kuis individual, skor kemajuan, dan penghargaan kelompok. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode ini lebih berpusat pada siswa. Setelah tindakan dilaksanakan diharapkan siswa tertarik dengan pembelajaran IPS dan pembelajaran lebih bermakna bagi siswa, sehingga kondisi akhir yang dicapai


(51)

commit to user

adalah penguasaan konsep perjuangan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia siswa dapat meningkat.

Untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel dalam penelitian ini, berikut ini disajikan secara singkat garis besar kerangka berpikir dalam penelitian ini. Kerangka berpikir tersebut dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Alur Kerangka Berfikir Kondisi Akhir

Penguasaan Konsep Pejuangan Mempersiapkan

Kemerdekaan Indonesia Siswa Meningkat

Siklus II Tokoh-tokoh Pahlawan Persiapan Kemerdekaan dan Sikap Menghargai Jasa Pahlawan

Persiapan Kemerdekaan Siklus I Persiapan Kemerdekaan oleh BPUPKI, PPKI, dan Pemyusunan Dasar Negara

Pembelajaran Dengan Model Kooperatif Tipe

STAD Tindakan

Kondisi Awal

Pembelajaran Berpusat Pada

Guru

Penguasaan Konsep Pejuangan Mempersiapkan

Kemerdekaan Indonesia Siswa Rendah


(52)

commit to user

D. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

“Adanya peningkatan penguasaan konsep siswa pada mata pelajaran IPS materi Perjuangan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan model kooperatif tipeStudent Teams Achievement Divisions (STAD)pada siswa kelas V SD Negeri 02 Dagen tahun ajaran 2010/2011”.


(53)

commit to user

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 02 Dagen Kecamatan Jaten, Karanganyar, Jln. Mojo No.1, Celep Lor, Dagen, Telp: (0271) 0820644.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Januari 2011 yaitu penyusunan proposal penelitian dan perijinan. Akhir bulan Februari sampai dengan April pengumpulan data dan analisis data. Minggu kedua bulan April sampai akhir April penulisan laporan. Secara rinci waktu penelitian dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No Kegiatan

Bulan

Januari Februari Maret April

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Persiapan

Penelitian a. Penyusunan

Proposal b. Perijinan 2. Pelaksanaan

Penelitian a. Pengumpulan

Data

b. Analisis Data 3. Penulisan


(54)

commit to user

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas V SD Negeri 02 Dagen Kecamatan Jaten Karanganyar tahun ajaran 2010/2011 yang terdiri dari 29 siswa, 13 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Alasan memilih subjek penelitian ini karena jumlah siswanya sedikit dan perkembangan prestasi atau penguasaan siswa sangat nampak terhadap setiap materi pembelajaran. Di samping itu penulis juga pernah melaksanakan Program Pengalaman Lapangan di SD Negeri 02 Dagen sehingga memahami masalah yang ada dan mempermudah dalam perijinan.

C. Sumber Data

Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data kualitatif yang berupa hasil pra siklus, setiap akhir pertemuan tiap siklus, dan data pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Sumber data dibagi menjadi dua yaitu data primer dan sekunder. Sumber data primer diperoleh dari seluruh siswa kelas V SD Negeri 02 Dagen Tahun Ajaran 2010/2011 yang menjadi subjek penelitian, di kelas ini berjumlah 29 siswa. Data primer ini berupa nilai penguasaan konsep perjuangaan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia siswa kelas V SD Negeri 02 Dagen Tahun Ajaran 2010/2011, angket penguasaan konsep perjuangan mempersiapan kemerdekaan Indonesia siswa dan observasi aktivitas siswa.

Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari hasil kolaborasi dengan guru kelas V SD Negeri 02 Dagen. Data sekunder dalam penelitian ini berupa: hasil observasi guru kelas tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD oleh peneliti.

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian tindakan kelas ini digunakan instrumen penelitian, instrumen penelitian yang digunakan adalah angket, soal tes kognitif, dan lembar observasi.

Data penguasaan konsep berupa persentase kenaikan nilai penguasaan konsep perjuangan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia siswa kelas V SD Negeri 02 Dagen Tahun Ajaran 2010/2011, dari pra siklus, siklus I, siklus II dan evaluasi akhir yang diperoleh melalui tes kognitif.


(1)

commit to user

Perolehan

II secara lengkap dapa bentuk daftar frekuens Tabel 16. Daftar

No Interv

1. 56-6

2. 61-6

3. 66-7

4. 71-7

5. 76-8

6. 81-8

Berdasarka dalam bentuk grafik p

Gambar 7. G

Dari tabel kelas V SD Negeri 0 grafik data nilai rata bahwa setelah dila pembelajaran koopera penguasaan konsep si KKM. Prosentase pen Dengan nilai terendah

an nilai rata-rata penguasaan konsep hasil tinda apat dilihat pada lampiran 15, secara klasikkal ensi tabel 16.

tar Frekuensi Nilai Penguasaan Konsep Rata-rat terval Nilai Tengah (x) Frekuensi (f

60 58 3

65 63 10

70 68 6

75 73 4

80 78 4

85 83 2

Rata-rata

rkan data pada tabel 16, maka data tersebut k pada gambar 7.

. Grafik Nilai Rata-rata Penguasaan Konsep Si

el 16 daftar frekuensi nilai rata-rata penguasaa i 02 Dagen Tahun Ajaran 2010/2011 siklus I ata-rata penguasaan konsep siklus II tersebu ilaksanakan tindakan perbaikan pada pen

eratif tipe STAD, maka terdapat peningkatan siswa menjadi 68,3 dan 25 siswa telah mand encapaian nilai di atas KKM ( 62) meningkat dah 60 sebanyak 3 anak, terdapat pada interv

ndakan pada siklus al disajikan dalam

rata Siklus II

(f) f.x

174 630 408 292 312 166 68,3

ut dapat disajikan

Siklus II

saan konsep siswa s II dan gambar 7 but, dapat dilihat penerapan model tan nilai rata-rata ndapat nilai diatas at menjadi 86,2%. erval 56-60. Nilai


(2)

tertinggi 85 sebanyak 65 sebanyak 10 siswa 60% lebih soal dapat nilai 65 sebanyak 22 penelitian ini yaitu 75 di atas KKM sudah te

Untuk me Dagen Tahun Ajaran tentang perjuangan mengadakan tes akhir

Tabel 17. D

No Interv

1. 56-6

2. 61-6

3. 66-7

4. 71-7

5. 76-8

6. 81-8

7. 85-9

8. 91-9

9. 96-1

Berdasarka dalam bentuk grafik p

ak 1 siswa. Frekuensi nilai terbanyak terdapat p wa dan interval 66-70 sebanyak 6 siswa hal ini pat dikerjakan siswa dengan benar. Siswa yan

22 siswa 75,9%. Dengan demikian indikator p 75% siswa mendapat nilai 65 dan 85% siswa tercapai, sehingga dapat dikatakan penelitian in engetahui penguasaan konsep siswa kelas V ran 2010/2011 terhadap seluruh materi yang

n mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, hir. Secara klasikal digambarkan pada data frek . Daftar Frekuensi Nilai Penguasaan Konsep Po terval Nilai Tengah (x) Frekuensi (f

60 58 2

65 63 3

70 68 7

75 73 7

80 78 5

85 83 1

90 88 2

95 93 1

100 98 1

Rata-rata

rkan data pada tabel 17, maka data tersebut k pada gambar 8.

t pada interval 61-ini berarti rata-rata yang mendapatkan r pencapaian pada wa mendapat nilai n ini berhasil.

V SD Negeri 02 ng telah dipelajari ia, peneliti juga ekuensi tabel 17. Post Tes

(f) f.x

116 189 476 511 390 83 176

93 98 73,5


(3)

commit to user

Dari tabel 17 dan gambar 8 dapat diketahui penguasaan konsep siswa terhadap materi ternyata mengalami peningkatan rata-rata menjadi 73,5 dengan nilai terendah 60 sebanyak 2 siswa dan nilai tertinggi 100 sebanyak 1 siswa. Frekuensi nilai terbanyak pada hasil post tes ini terdapat pada interval 66-70 dan 71-75 sebanyak 7 siswa hal ini karena siswa sudah lebih menguasai konsep dan dapat mengerjakan 65% lebih soal dengan benar. Siswa yang mendapat nilai di atas KKM mengalami peningkatan menjadi 27 siswa 93,1% siswa lulus KKM dan 25 siswa mendapat nilai 65 yaitu 86,2%.

Pada akhir pelaksanaan tindakan peneliti juga menyebarkan angket penguasaan konsep kepada siswa untuk menilai penguasaan konsep materi perjuangan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia pada diri mereka masing-masing yang digunakan sebagai pembanding hasil penguasaan konsep siswa, melalui hasil tes kognitif. Angket disusun sesuai dengan indikator kognitif yang telah ditetapkan pada siklus I dan II, dari hasil angket tersebut ternyata rata-rata hasil penguasaan konsep siswa secara klasikkal mencapai 73% (lihat lampiran 18 dan 19). Berarti diindikasikan siswa minimal dapat mengerjakan 73% soal dengan benar. Hal ini sejalan dengan hasil rata-rata penguasaan konsep post tes siswa dengan perolehan rata-rata 73,5.

Dari tabel 14, 15, 16, dan 17, maka dapat dibuat nilai rata-rata penguasaan konsep, pencapaian nilai sesuai dengan indikator kinerja, serta prosentase ketuntasan hasil belajar siswa pada tabel 18.

Tabel 18. Perbandingan Rata-rata Penguasaan Konsep Pra siklus, Siklus I dan siklus II, Serta Post Tes

Pembelajaran IPS

Rata-rata Pra

Siklus Siklus 1 Siklus 2 Post Tes

Nilai

Rata-rata 53,5 64,6 68,3 73,5

Pencapain

Nilai 65 10,3% 58,6% 75,9% 86,2%

Prosentase


(4)

Berdasarka dalam bentuk grafik p

Gambar 9. Grafik Per Siklus I d

Dari tabel tindakan siswa mem kenyataan dilapangan pembelajaran koopera senang dan pembelaja rata-rata penguasaan k yang mendapat nilai belum terpenuhi.

Tindakan pembelajaran kooper baik dan memperbaik memberikan bimbing kurang aktif dalam pe dapat dilihat dari h ketuntasan 86,2% dan Dengan de Sehingga dapat diajuk kooperatif tipe ST kemerdekaan Indones

0 20 40 60 80

rkan data pada tabel 18, maka data tersebut pada gambar 9.

Perbandingan Nilai Rata-rata Penguasaan Konse I dan II, Serta Post Tes.

el 18 dan gambar 9 diatas terlihat bahwa sebelu emperoleh nilai rata-rata penguasaan konsep gan ini peneliti melakukan tindakan denga eratif tipe STAD dengan menggunakan metode lajaran lebih bermakna bagi siswa. Sehingga pa n konsep siswa naik menjadi 64,5 ketuntasan 6 lai 65 baru 58,6% dengan demikian indika

n selanjutnya pada siklus II, peneliti men eratif tipe STAD dengan pengorganisasian k aiki kekurangan-kekurangan pada siklus I. Gur ingan dan motivasi pada kelompok maupun

pembelajaran. Ternyata penguasaan konsep s hasil rata-rata penguasaan konsep siklus an siswa yang mendapat nilai 65 sudah menca

demikian indikator pencapaian pada siklus II jukan sebagai rekomendasi bahwa dengan mod STAD, penguasaan konsep perjuangan nesia siswa kelas V SD Negeri 02 Dagen Ta

0 20 40 60 80

Pra Siklus Siklus I Siklus II Post Test

ut dapat disajikan

nsep Pra Siklus,

elum dilaksanakan ep 53,5. Melihat ngan menerapkan ode ini siswa lebih pada siklus I nilai n 65,5% dan siswa ikator pencapaian

enerapkan model n kelompok lebih uru lebih intensif un individu yang p siswa meningkat s II adalah 68,3 ncapai 75,9%.

II telah terpenuhi. odel pembelajaran mempersiapkan Tahun 2010/2011


(5)

commit to user

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan dalam 2 (dua) siklus dengan menerapkan pembelajaran model kooperatif tipe

Student Teams Achievement Devisions (STAD) dalam pembelajaran IPS materi

perjuangan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia pada siswa Kelas V SD Negeri 02 Dagen, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar, Tahun Ajaran 2010/2011 dapat diketahui, bahwa: Metode pembelajaran kooperatif tipe Student

Teams Achievement Devisions (STAD) terbukti dapat meningkatkan penguasaan

konsep perjuangaan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, siswa kelas V SD Negeri 02 Dagen Tahun Ajaran 2010/2011. Sebelum tindakan pencapaian penguasaan konsep siswa berdasarkan rata-rata pra siklus adalah 53,5 rata-rata penguasaan konsep siswa setelah tindakan berdasarkan hasil tes penguasaan konsep siswa pada siklus I 64,6, rata-rata penguasaan konsep siswa siklus II mencapai 68,3, dan rata-rata penguasaan konsep siswa secara keseluruhan berdasarkan hasil post tes 73,5. Prosentase pencapaian KKM (>62) pada pra siklus 13,8%, siklus I naik menjadi 65,5%, siklus II 86,2%, dan pada hasil post tes 93,1%.

B. Implikasi

Penelitian ini merupakan gambaran dari proses pembelajaran dimana peningkatan hasil pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor: guru, siswa, media pembelajaran, metode pembelajaran dan sumber belajar. Oleh karena itu, untuk meningkatkan keberhasilan proses pembelajaran dan hasil belajar maka faktor-faktor tersebut harus diupayakan. Dari hasil penelitian yang didapatkan maka dapat dikemukakan beberapa implikasi sebagai berikut:

1. Melelui pembelajaran kooperatif tipe Student Team Avhievement Devisions


(6)

penyelesaian dari suatu materi yang harus dikuasai baik secara individu maupun kelompok.

2. Adanya pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD harus dilaksanakan dengan sebaik mungkin supaya siswa merasa senang dalam mengikuti pembelajaran sehingga penguasaan konsep siswa meningkat.

3. Guru harus terampil mengatasi kendala yang ada.

C. Saran

Berkaitan dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian ini, peneliti dapat mengajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah

Karena kegiatan ini sangat bermanfaat khususnya bagi guru dan siswa, maka diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan secara berkesinambungan dalam pelajaran IPS maupun mata pelajaran lainnya di sekolah.

2. Bagi Guru

a) Dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD guru harus benar-benar memahami langkah-langkahnya, dan dapat mengelola waktu seoptimal mungkin. Peran guru sebagai fasilitator menjadi sangat penting. b) Dalam kegiatan belajar mengajar guru diharapkan menjadikan

pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Devisions

(STAD) sebagai suatu alternatif dalam pembelajaran IPS untuk

meningkatkan penguasaan konsep serta aktivitas siswa dalam pembelajaran.

3. Bagi Siswa

Siswa disarankan untuk mengikuti pembelajaran secara aktif, mereka harus bisa menambah wawasannya untuk lebih mendalami materi yang sedang dipelajari. Siswa juga harus berperan dalam usaha menciptakan suasana belajar yang kondusif.


Dokumen yang terkait

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

The Effectiveness Of Using The Student Teams Achievement Divisions (STAD) Technique Towards Students’ Understanding Of The Simple Past Tense (A Quasi-Experimental Study at the Eighth Grade Students of SMP Trimulia, Jakarta Selatan)

1 8 117

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam meningkatkan hasil belajar akidah akhlak: penelitian tindakan kelas di MA Nihayatul Amal Karawang

0 10 156

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS SURAT DINAS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS Peningkatan Keterampilan Menulis Surat Dinas Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions Siswa Ke

0 2 20

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS SURAT DINAS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS Peningkatan Keterampilan Menulis Surat Dinas Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions Siswa Ke

0 1 22

PENINGKATAN HASIL BELAJAR P.IPS MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENTS TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS) DI KELAS V SD I ISTIQOMAH UNGARAN KABUPATEN SEMARANG.

0 0 79

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP GAYA.

0 0 6

PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP ORGAN PENCERNAAN MANUSIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 DOHO GIRIMARTO WONOGIRI TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 0 32

PENINGKATAN MINAT BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) PADA SISWA KELAS V SD N 1 SEDAYU BANTUL.

0 1 162

Peningkatan Pemahaman Konsep Jasa dan Peranan Tokoh Perjuangan dalam Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Berbantuan Media Rotar (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VE SD Djama

0 0 18