Buku Panduan PatenPVT

(1)

(2)

Permohonan

PATEN & PVT


(3)

(4)

Permohonan

PATEN & PVT

bagi

Sivitas Akademika IPB

Program I-MHERE B2.C Institut Pertanian Bogor


(5)

Direktorat Riset dan Kajian Strategis IPB Gedung Andi Hakim Nasoetion Lt. 5 Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680 Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang

Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Pemegang Hak Cipta.

Tim Penyusun: Mhd. Hendra Wibowo Deni Noviana Adelyna

Iskandar Z. Siregar Desain Sampul dan Layout Andri Alamsyah

Penerbit IPB Press

Kampus IPB Taman Kencana Cetakan Pertama: Februari 2010 Cetakan Kedua: Desember 2012

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Buku Panduan Permohonan Paten dan PVT bagi Sivitas Akademika IPB Institut Pertanian Bogor

Bogor, 2009

xii + 140 hlm; 15 x 23 cm ISBN 978-979-493-233-9


(6)

ak Kekayaan Intelektual (HKI) merupakan hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada seseorang atau kelompok orang, merupakan perlindungan atas penemuan, ciptaan di bidang seni & sastra, ilmu pengetahuan, teknologi dan pemakaian simbol atau lambang dagang. Sesuai dengan UU di bidang HKI, terdapat 7 jenis HKI di Indonesia, yaitu Hak Cipta, Paten, Merek, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (DTLST), Rahasia Dagang, dan Perlindungan Varietas Tanaman (PVT). Setiap jenis HKI tersebut memberikan perlindungan untuk bidang yang berbeda-beda. Hak Cipta untuk melindungi karya intelektual di bidang seni, sastra, dan ilmu pengetahuan; Paten untuk bidang teknologi; Merek untuk simbol atau nama dagang suatu barang/jasa; Desain Industri digunakan untuk melindungi tampilan 2 atau 3 dimensi suatu benda; DTLST untuk tata letak rangkaian elektronika; Rahasia Dagang untuk informasi rahasia yang bernilai ekonomis dan dipergunakan dalam kegiatan usaha/bisnis; dan PVT merupakan perlindungan yang khusus untuk varietas tanaman.

Sebagai dukungan terhadap perkembangan sistem HKI di Indonesia, IPB telah mendirikan unit pengelola HKI yang berfungsi untuk mengelola Kekayaan Intelektual (KI) dan Hak Kekayaan Intelektual (HKI), khususnya KI/HKI yang dihasilkan oleh sivitas akademika IPB. Subdit HKI dan Publikasi – Direktorat Riset dan Kajian Strategis (Dit. RKS) IPB sebagai unit pengelola HKI IPB mempunyai fungsi untuk melaksanakan sosialisasi, meningkatkan perolehan HKI dalam kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi dan memfasilitasi pengelolaan kekayaan intelektual bagi sivitas akademika IPB dan masyarakat.Untuk mendukung sistem pengelolaan dan penyebarluasan informasi tentang HKI baik di lingkungan IPB maupun di luar IPB, Dit. RKS IPB telah menyusun buku panduan permohonan HKI. Buku panduan permohonan HKI disusun untuk memudahkan sivitas akademika IPB khususnya, peneliti dan pihak lainnya dalam menyiapkan dokumen permohonan perlindungan HKI secara hukum.

Pada edisi-edisi sebelumnya, Subdit HKI dan Publikasi - Dit. RKS IPB yang sebelumnya bernama Kantor HKI-IPB telah menerbitkan buku panduan permohonan Hak Cipta dan Paten bagi sivitas akademika IPB, serta buku panduan permohonan Perlindungan Varietas Tanaman bagi sivitas akademika IPB. Pada edisi

H


(7)

perlindungannya. Sebagai perguruan tinggi yang berbasis pada pertanian dalam arti luas yaitu pertanian tropika dan biosains, hal yang wajar apabila sebagian besar hasil penelitian IPB terkait dengan bidang pertanian dalam arti luas, khususnya varietas tanaman dan teknologi pertanian, baik berupa proses, produk, formulasi, komposisi, alat dan mesin. Edisi revisi terhadap panduan-panduan HKI untuk jenis HKI lainnya, yaitu Hak Cipta, Merek, Desain Industri, dan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu akan disediakan dalam bentuk elektronik yang dapat diakses dan diunduh melalui situs web Dit. RKS IPB (http://rks.ipb.ac.id).

Secara umum, buku ini menginformasikan dan menjelaskan tentang prosedur pengajuan permohonan HKI melalui Dit. RKS IPB; sekilas pengertian HKI termasuk jenis-jenis HKI yang telah disahkan berdasarkan undang-undang di Indonoesia; pengertian Paten dan Perlindungan Varietas Tanaman (PVT); prosedur pendaftaran Paten ke Ditjen HKI-DepkumHAM dan pendaftaran PVT ke Pusat PVT-Departemen Pertanian; serta dokumen-dokumen yang perlu disiapkan untuk proses pendaftaran tersebut.

Buku ini diharapkan dapat membantu sivitas akademika IPB khususnya peneliti dan pihak lainnya dalam menyiapkan dokumen permohonan perlindungan HKI. Apabila masih terdapat ketidakjelasan dan kekurangpahaman terhadap sistem HKI baik di IPB, Indonesia maupun internasional, Dit. RKS IPB dengan tangan terbuka akan berusaha membantu Anda.

Sebagai penutup kata pengantar, secara khusus kami mengucapkan terima kasih kepada Program INDONESIA – Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) B2.c IPB atas dukungannya dalam penerbitan buku panduan ini. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian buku panduan ini diucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Kami menyadari bahwa buku panduan ini masih banyak kekurangan, sehingga kritik dan saran untuk perbaikan sangat kami harapkan, mudah-mudahan buku panduan ini bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Desember 2012 Tim Penyusun


(8)

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

1 SEKILAS UNIT PENGELOLA HKI IPB A. Pendirian Unit Pengelola HKI di IPB ... 1

B. Tugas Pokok dan Fungsi Dit. RKS IPB ... 2

C. Perlunya Menghubungi Dit. RKS IPB ... 3

D. Layanan di Bidang HKI ... 3

E. Prosedur Permohonan Perlindungan HKI Melalui Dit. RKS IPB ... 6

2 SEKILAS PENGERTIAN, PERAN, DAN FUNGSI HKI A. Pengertian Kekayaan Intelektual dan Hak Kekayaan Intelektual ... 11

B. Peran dan Fungsi HKI ... 13

3 PATEN A. Pengertian dan Istilah dalam Paten ... 21

B. Lingkup Paten ... 23

C. Bentuk dan Lama Perlindungan Paten ... 24

D. Pelanggaran dan Sanksi dalam Pemanfaatan Paten ... 24

E. Prosedur Permohonan Paten di Ditjen HKI-KemenhukHAM ... 25

F. Penulisan Dokumen Paten ... 30

G. Pembiayaan Permohonan Paten ... 32

4 PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN A. Pengertian dan Istilah dalam PVT ... 35

B. Lingkup PVT ... 36

C. Strategi Perlindungan dalam PVT ... 38

D. Lama Perlindungan PVT ... 41

E. Pelanggaran dan Sanksi dalam Pemanfaatan PVT ... 41

F. Prosedur Perlindungan PVT ... 41


(9)

B. Lingkup Pendaftaran Varietas Tanaman ... 53

C. Pemberian Nama Varietas Tanaman ... 55

D. Prosedur Pendaftaran Varietas Tanaman ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 61


(10)

Tabel 1. HKI dalam Kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi ... 17 Tabel 2. Perbedaan Paten dan Paten Sederhana ... 22 Tabel 3. Perbedaan Perlindungan Varietas Tanaman dengan


(11)

Gambar 1. Prosedur Pengajuan Permohonan HKI melalui Dit. RKS IPB .. 7 Gambar 2. Pengertian KI dan HKI ... 12 Gambar 3. Siklus Implementasi HKI di dalam Kegiatan Penelitian ... 19 Gambar 4. Prosedur Permohonan Paten di Ditjen HKI-KemenhukHAM ... 29 Gambar 5. Bagan Permohonan Hak PVT ke Pusat PVT-Kementan ... 48 Gambar 6. Bagan Pendaftaran Varietas Tanaman ke Pusat PVT-Kementan 59


(12)

Lampiran 1. Panduan Program Insentif Hak Kekayaan Intelektual IPB ... 64

Lampiran 2. Contoh Formulir Permintaan Paten ... 97

Lampiran 3. Contoh Surat Pernyataan Pengalihan Hak Atas Invensi ... 100

Lampiran 4. Contoh Formulir Permintaan Pemeriksaan Substantif Paten .. 101

Lampiran 5. Contoh Formulir Biaya Pemeliharaan Paten ... 102

Lampiran 6. Contoh Formulir Biaya Pemeliharaan Paten Sederhana ... 103

Lampiran 7. Biaya Paten (Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.38 Tahun 2009) ... 104

Lampiran 8. Contoh Formulir Permohonan Hak PVT ... 108

Lampiran 9. Contoh Formulir Deskripsi Varietas Baru ... 120

Lampiran 10. Contoh Formulir Pendaftaran Varietas Lokal ... 131

Lampiran 11. Contoh Formulir Pendaftaran Varietas Hasil Pemuliaan ... 135

Lampiran 12. Biaya Pengelolaan Hak PVT (Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 443/Kpts/KU.330/7/2004) ... 140


(13)

(14)

Unit Pengelola HKI IPB

A. Pendirian Unit Pengelola HKI di IPB

Sejak didirikannya pada tahun 1963, Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai lembaga pendidikan yang secara khusus berkiprah di bidang pertanian, telah menyumbangkan pemikiran, konsep dan hasil kajian/penelitian bagi kepentingan negara, sektor swasta maupun masyarakat petani dengan menjadi pusat bagi pengembangan pertanian yang maju dan modern. IPB juga mempunyai komitmen untuk terus berkontribusi dalam membangun pertanian, khususnya menyiapkan sumberdaya manusia yang berkualitas dan menciptakan teknologi pertanian dengan didukung oleh tersedianya infrastruktur pendidikan dan penelitian yang cukup memadai.

IPB telah berhasil meletakkan dasar-dasar embrio universitas berbasis riset pada masa transisi Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Fokus pertama dari 3 (tiga) aspek utama pengembangan IPB hingga tahun 2025 adalah menindaklanjuti keberhasilan selama masa transisi dengan membangun pondasi-pondasi Universitas Berbasis Riset (Research Based University) dan Enterpreneurial University. Dengan modal ini ditargetkan IPB memiliki daya saing tinggi dan berkompetisi secara sehat dengan perguruan-perguruan tinggi lainnya di dunia untuk menjadi perguruan tinggi kelas dunia berbasis riset.

Untuk mendukung fokus pengembangan IPB tersebut, pengakuan terhadap Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atas hasil-hasil penelitian di IPB menjadi sangat penting. Kekayaan intelektual yang dimiliki IPB dalam bentuk apapun perlu dikelola dengan baik dan dioptimalkan pemanfaatannya. Komersialisasi dan pengalihan teknologi perlu dilakukan secara seksama agar diperoleh pola alih teknologi yang optimal dan bentuk imbal jasa berdasarkan kesepakatan yang memperhatikan kepentingan kedua belah pihak.


(15)

Pengelolaan kekayaan intelektual dan alih teknologi telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (UU No. 18 Tahun 2002). Dalam Pasal 16 ayat (1) UU No. 18 Tahun 2002 dinyatakan dengan tegas bahwa “Perguruan tinggi dan lembaga litbang wajib mengusahakan alih teknologi kekayaan intelektual serta hasil kegiatan penelitian dan pengembangan, yang dibiayai sepenuhnya atau sebagian oleh pemerintah dan/atau pemerintah daerah kepada badan usaha, pemerintah, atau masyarakat, sejauh tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan peraturan perundang-undangan”. Pasal 13 ayat (3) UU No. 18 Tahun 2002 menyatakan bahwa pelaksana tugas di atas diserahkan kepada sentra HKI yang sifatnya wajib diusahakan untuk Perguruan Tinggi dan lembaga litbang.

Guna mengantisipasi desakan global melalui isu HKI dan meningkatkan suasana kondusif dalam pelaksanaan kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi serta meningkatkan kemandirian sebagai suatu lembaga pendidikan, maka IPB telah membentuk unit pengelola HKI sejak tahun 1999 akhir yang sekarang bernama Subdit HKI dan Publikasi – Direktorat Riset dan Kajian Strategis IPB (Dit. RKS IPB). Melalui lembaga ini diharapkan IPB dapat menumbuhkembangkan budaya penelitian yang berorientasi HKI dan mampu menghasilkan penelitian dan pengembangan yang inovatif, kompetitif dan berdaya saing global.

B. Tugas Pokok dan Fungsi Dit. RKS IPB 1. Tugas Pokok:

Melaksanakan tugas dan administrasi institut dalam pengkajian isu-isu strategis baik lokal, nasional maupun internasional dalam meningkatkan peranan dan kontribusi pemikiran institut terhadap pembangunan pertanian dalam arti luas dan pembangunan bangsa, serta pengelolaan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dan peningkatan publikasi Ilmiah

2. Fungsi:

Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud di atas, Dit RKS IPB menyelenggarakan fungsi:

1) Pengkoordinasian pengkajian isu-isu strategis bidang pertanian dalam arti luas dan pembangunan bangsa,

2) Pengembangan agenda riset dan kajian strategis, 3) Pengembangan database riset,


(16)

4) Pengkoordinasian peningkatan utilisasi kompetensi riset melalui resource sharing,

5) Pelaksanaan sosialisasi dan peningkatan perolehan HKI, dan

6) Pengkoordinasian pengelolaan dan peningkatan publikasi/jurnal ilmiah di lingkungan institut.

C. Perlunya Menghubungi Dit. RKS IPB

Memang tidak ada aturan waktu yang tepat untuk merahasiakan atau mengajukan perlindungan suatu karya intelektual. Namun demikian, jika suatu karya intelektual telah berkembang dan jawaban dari salah satu pertanyaan berikut adalah ya, maka penting mengajukan perlindungan terhadap karya intelektual tersebut.

 Apakah suatu karya intelektual akan dipublikasikan ?

 Apakah terdapat karya intelektual yang merupakan hasil dari kerjasama dengan pihak lain ?

 Apakah suatu karya intelektual akan disampaikan pada seminar, simposium, temu bisnis ataupun publikasi terbuka ?

 Apakah pemilik karya intelektual merasa perlu melindungi HKI-nya ?

 Apakah ada nilai komersial dari suatu karya intelektual?

 Apakah pemilik karya intelektual ingin memulai memasarkan karya intelektualnya ?

D. Layanan di Bidang HKI

Sebagai kantor jasa pengelolaan Hak Kekayaan Intelektual (HKI), Subdit HKI dan Publikasi – Dit. RKS IPB memberikan pelayanan tidak hanya kepada sivitas akademika IPB tetapi juga kepada masyarakat luas baik perorangan maupun institusi/perusahaan. Subdit HKI dan Publikasi – Dit. RKS IPB memberikan pelayanan berupa pengelolaan kekayaan intelektual melalui jalur hukum mulai dari pendaftaran sampai dengan komersialisasi. Layanan yang diberikan Subdit HKI dan Publikasi – Dit. RKS IPB antara lain:


(17)

1. Penentuan Strategi Perlindungan HKI

Perlindungan HKI akan memberikan hak sepenuhnya kepada seseorang atau kelompok orang untuk mengambil manfaat dan keuntungan atas investasi yang telah dilakukannya dan mencegah orang lain mengambil keuntungan atas kerja keras yang telah dilakukannya. Untuk itu, gunakan strategi perlindungan yang tepat untuk kekayaan intelektual (KI) yang telah Anda hasilkan. Perlindungan HKI merupakan sesuatu hal yang tidak mahal jika strategi perlindungan Anda benar.

Perlindungan terhadap Paten, Merek, Desain Industri, DTLST, dan PVT harus didaftarkan ke lembaga yang berwenang, yaitu Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual - Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Ditjen HKI-KemenhukHAM) dan Pusat Perlindungan Varietas Tanaman – Kementerian Pertanian (Pusat PVT-Kementan). Hak Cipta secara otomatis terlindungi sejak suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk yang nyata. Akan tetapi, apabila suatu ciptaan mempunyai nilai atau potensi ekonomi yang sangat bagus untuk kepentingan bisnis atau usaha, maka akan lebih baik jika perlindungannya didaftarkan ke Ditjen HKI-KemenhukHAM agar mempunyai kekuatan hukum yang lebih baik. Seperti halnya Hak Cipta, perlindungan Rahasia Dagang juga berlangsung secara otomatis untuk suatu informasi di bidang teknologi dan/atau bisnis yang tidak diketahui oleh umum dan terdapat upaya dari pemilik Rahasia Dagang untuk menjaga kerahasiaannya. 2. Penelusuran Dokumen Paten (Patent Searching)

Paten merupakan perlindungan HKI di bidang teknologi dan di dalam dokumen atau deskripsi Paten terdapat informasi yang menjelaskan suatu penemuan di bidang teknologi yang sangat berguna untuk mengetahui perkembangan teknologi di dunia. Salah satu fungsi penting dari penelusuran dokumen Paten adalah untuk mengetahui kebaruan dari suatu invensi yang akan diajukan permohonan paten-nya.

Untuk kepentingan pendaftaran/permohonan paten, selain mengandung langkah inventif dan dapat diterapkan di industri, salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk permohonan paten adalah novelty (kebaruan). Untuk mengetahui kebaruan suatu invensi yang akan didaftarkan dapat dilakukan dengan penelusuran dokumen Paten. Penelusuran dokumen Paten merupakan langkah awal yang harus dilakukan sebelum melakukan pendaftaran Paten.

Banyak manfaat yang dapat diambil dengan melakukan penelusuran dokumen paten, khususnya bagi peneliti dan lembaga penelitian dan pengembangan (litbang) dalam perencanaan strategi, arah dan tujuan litbang, sehingga penelitian


(18)

yang dilakukannya tidak mengulang penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Untuk kegiatan litbang, dokumen paten dapat dijadikan sebagai rujukan untuk memperbaiki atau mengembangkan teknologi yang telah ada. Bagi dunia bisnis, penelusuran dokumen Paten juga sangat bermanfaat untuk mengetahui perkembangan teknologi dari kompetitornya dan memanfaatkan teknologi-teknologi yang paten-nya sudah kadaluwarsa (telah habis waktu perlindungannya).

3. Penulisan Dokumen Paten (Patent Drafting)

Selain formulir pendaftaran dan atau kuasa/surat pengalihan hak, salah satu syarat administrasi yang harus dilengkapi untuk pendaftaran Paten adalah Deskripsi Paten. Deskripsi Paten terdiri dari Judul Invensi, Bidang Teknik Invensi, Latar Belakang Invensi, Ringkasan Invensi, Uraian Singkat Gambar (jika disertakan gambar), Uraian Lengkap Invensi, Klaim, Abstrak, dan Gambar (jika ada).

Penulisan Deskripsi Paten (Patent Drafting) mempunyai aturan/format tertentu dan memerlukan keahlian tertentu terutama dalam penyusunan klaim.

Patent Drafting sangat menentukan apakah suatu invensi dapat diberi atau ditolak paten-nya. Selain itu penulisan yang benar dan tepat juga menentukan lingkup perlindungan paten-nya dan mempengaruhi lamanya waktu pemeriksaan terutama pada saat pemeriksaan substantif, sehingga tidak banyak waktu terbuang hanya untuk memperbaiki dokumen permohonan.

4. Pengurusan Pengajuan Permohonan HKI

Di Indonesia terdapat dua lembaga resmi yang berwenang mengurus dan mengeluarkan sertifikat HKI sesuai dengan jenis HKI yang ditanganinya, yaitu Ditjen HKI-KemenhukHAM dan Pusat PVT-Kementan. Untuk Hak Cipta, Paten, Merek, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, dan Rahasia Dagang permohonannya diajukan ke Ditjen HKI-KemenhukHAM, sedangkan Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) didaftarkan ke Pusat PVT-Kementan.

5. Pelatihan dan Seminar

Subdit HKI dan Publikasi – Dit. RKS IPB secara rutin telah menyelenggarakan berbagai pelatihan/workshop di bidang HKI, antara lain Pelatihan Penelusuran Dokumen Paten dan Pelatihan Penulisan Dokumen Paten. Selain itu, beberapa staf Subdit HKI dan Publikasi – Dit. RKS IPB juga sering mengisi acara pelatihan, seminar dan studium general di bidang HKI. Subdit HKI dan Publikasi – Dit. RKS IPB juga mempunyai hubungan yang baik dengan Ditjen


(19)

HKI - KemenhukHAM dan Pusat PVT - Kementan yang dapat dijadikan sebagai nara sumber dalam setiap kegiatan pelatihan maupun seminar.

E. Prosedur Permohonan Perlindungan HKI Melalui Dit. RKS IPB

Pada Gambar 1 dapat dilihat prosedur pengajuan permohonan HKI ke Ditjen HKI-KemenhukHAM dan Pusat PVT-Kementan melalui Dit. RKS IPB.

1. Pengajuan Permohonan HKI

Permohonan HKI dapat diajukan secara tertulis ke Dit. RKS IPB dengan mengirimkan proposal dalam bentuk hardcopy (3 eksemplar) dan softcopy dalam

Compact Disc/CD atau dikirim melalui email dengan mengisi Formulir Pengungkapan HKI dan melampirkan karya intelektual yang akan dilindungi serta uraian singkat tentang potensi komersialisasi dari karya intelektual yang diajukan.

Uraian potensi komersialisasi berisi uraian tentang aspek bisnis, penerapan di industri, cakupan pengguna yang menjadi target dan aspek pasar dari hasil penelitian yang diajukan. Apabila memungkinkan dapat membuat rencana bisnis (business plan) dari hasil penelitian tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran seberapa jauh hasil penelitian tersebut dapat mengambil peran pada kegiatan bisnis dan kemungkinan komersialisasinya sebagai penggerak ekonomi IPB pada khususnya dan/atau ekonomi daerah/nasional pada umumnya.

Khusus untuk karya intelektual atau hasil penelitian di bidang teknologi (proses, produk, formulasi, komposisi, alat, mesin) dan varietas tanaman, pengajuannya mengikuti “Panduan Program Insentif Pendaftaran HKI IPB” yang terdapat pada Lampiran 1.

2. Penentuan Kepemilikan HKI

Penentuan status kepemilikan dari HKI yang diajukan, apakah “Milik IPB”, “Bukan Milik IPB”, atau “Milik Bersama beberapa Pihak”. Penentuan kepemilikan HKI tersebut mengacu pada:

a. UU di bidang HKI

b. PP No. 20 Tahun 2005 tentang Alih Teknologi Kekayaan Intelektual Serta Hasil Penelitian dan Pengembangan oleh Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan


(20)

d. Pedoman Pengelolaan KI dan HKI pada SPs IPB

e. Pedoman Pengaturan HKI dalam Kegiatan Kerjasama Tridharma Perguruan Tinggi IPB.


(21)

3. Penandatanganan Surat Perjanjian Kerja (SPK)

Apabila status kepemilikan dari HKI yang diajukan merupakan “milik bersama” atau “bukan milik IPB”, maka akan dilakukan penandatanganan SPK antara pemohon dengan Direktur RKS IPB. Draft SPK akan diberikan oleh Dit. RKS IPB bersamaan dengan surat “Pemberitahuan Hasil Penentuan Kepemilikan HKI” selambat-lambatnya 14 hari sejak permohonan HKI diterima oleh Dit. RKS IPB.

4. Penilaian Kelayakan HKI

HKI yang dinyatakan sebagai “milik IPB” akan langsung diproses ke tahap penilaian kelayakan perlindungan dan/atau potensi ekonomi/komersialisasi kekayaan intelektual. Untuk keperluan penilaian kelayakan HKI, apabila diperlukan, pemohon akan diminta untuk memberikan laporan lengkap hasil penelitian, dapat berupa skripsi, thesis, disertasi atau laporan penelitian lainnya. Dalam melakukan penilaian kelayakan HKI, Dit. RKS IPB dapat meminta bantuan pihak lain dan/atau jika diperlukan dapat meminta penjelasan dari pemohon terkait dengan HKI yang diajukan.

5. Pembuatan/Penyiapan Dokumen Pendaftaran HKI

Apabila hasil kajian menyatakan karya intelektual yang diajukan layak untuk dilindungi dengan sistem HKI, maka Dit. RKS IPB akan membuat dan menyiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan untuk proses pendaftaran HKI selambat-lambatnya 30 hari sejak tanggal pemberitahuan hasil penilaian kelayakan. Dalam mempersiapkan dokumen-dokumen untuk proses pendaftaran HKI, Dit. RKS IPB dapat meminta bantuan pemohon atau pihak lain.

6. Pendaftaran HKI

Dokumen-dokumen pendaftaran berupa formulir, deskripsi, dan gambar (jika ada) yang telah dipersipakan selanjutnya didaftarkan ke Ditjen HKI-KemenhukHAM atau Pust PVT-Kementan sesuai dengan jenis HKI-nya.

7. Pengembalian Pengajuan Permohonan HKI kepada Pemohon

Apabila hasil kajian menyatakan karya intelektual yang diajukan tidak layak untuk dilindungi dengan sistem HKI, maka karya intelektual tersebut akan dikembalikan pengelolaannya kepada pemohonnya.


(22)

8. Monitoring Proses Permohonan HKI

Prosedur selanjutnya mengikuti proses/tahapan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Ditjen HKI-KemenhukHAM atau Pusat PVT-Kementan. Selama proses permohonan HKI di Ditjen HKI-KemenhukHAM atau Pusat PVT-Kementan, Dit. RKS IPB akan memantau (memonitor) proses permohonan HKI tersebut, yaitu: a. memantau setiap tahapan proses permohonan HKI yang didaftarkan ke Ditjen

HKI-KemenhukHAM atau Pusat PVT-Kementan dan apabila perlu perbaikan terhadap dokumen HKI yang didaftarkan, maka Dit. RKS IPB akan berkoordinasi dengan Pemohon untuk memperbaiki dokumen tersebut

b. memberitahukan keputusan akhir dari Ditjen HKI-KemenhukHAM atau Pusat PVT-Kementan kepada Pemohon secara tertulis bahwa permohonan HKI yang didaftarkan “Diterima”, “Dianggap Ditarik Kembali” atau “Ditolak” oleh Ditjen HKI-KemenhukHAM atau Pusat PVT-Kementan


(23)

(24)

Peran, dan Fungsi HKI

A. Pengertian Kekayaan Intelektual dan Hak Kekayaan Intelektual

Secara sederhana kekayaan intelektual (KI) merupakan kekayaan yang timbul atau lahir dari kemampuan intelektual manusia. Karya-karya yang timbul atau lahir dari kemampuan intelektual manusia dapat berupa karya-karya di bidang teknologi, ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Karya-karya tersebut dilahirkan atau dihasilkan atas kemampuan intelektual manusia melalui curahan waktu, tenaga, pikiran, daya cipta, rasa dan karsanya. Hal tersebut yang membedakan kekayaan intelektual dengan jenis kekayaan lain yang juga dapat dimiliki oleh manusia tetapi tidak dihasilkan oleh intelektualitas manusia. Sebagai contoh, kekayaan alam berupa tanah dan atau tumbuhan yang ada di alam merupakan ciptaan dari sang Pencipta. Meskipun tanah dan atau tumbuhan dapat dimiliki oleh manusia tetapi tanah dan tumbuhan bukanlah hasil karya intelektual manusia.

Kekayaan atau aset berupa karya-karya yang dihasilkan dari pemikiran atau kecerdasan manusia mempunyai nilai atau manfaat ekonomi bagi kehidupan manusia sehingga dapat dianggap juga sebagai aset komersial. Karya-karya yang dilahirkan atau dihasilkan atas kemampuan intelektual manusia baik melalui curahan tenaga, pikiran dan daya cipta, rasa serta karsanya sudah sewajarnya diamankan dengan menumbuhkembangkan sistem perlindungan hukum atas kekayaan tersebut yang dikenal sebagai sistem Hak Kekayaan Intelektual (HKI).

HKI merupakan cara melindungi kekayaan intelektual dengan menggunakan instrumen-instrumen hukum yang ada, yakni Hak Cipta, Paten, Merek dan Indikasi Geografis, Rahasia Dagang, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (DTLST), dan Perlindungan Varietas Tanaman (PVT). Setiap jenis HKI tersebut memberikan perlindungan untuk bidang yang berbeda-beda. Hak Cipta untuk melindungi karya intelektual di bidang seni, sastra, dan ilmu pengetahuan; Paten


(25)

I ntelektual Manusia

(pikiran, daya cipta, rasa dan

karsa)

Karya/ Kekayaan I ntelektual

(teknologi, ilmu pengetahuan, seni

dan sastra)

Hak Kekayaan I ntelektual Perlindungan hukum

untuk bidang teknologi; Merek untuk simbol atau nama dagang suatu barang/jasa; Desain Industri digunakan untuk melindungi tampilan 2 atau 3 dimensi suatu benda; DTLST untuk tata letak rangkaian elektronika; Rahasia Dagang untuk informasi rahasia yang bernilai ekonomis dan dipergunakan dalam kegiatan usaha/bisnis; dan PVT merupakan perlindungan yang khusus untuk varietas tanaman. Pemahaman terhadap KI dan HKI secara ringkas dapat dilihat dalam Gambar 2.

Gambar 2. Pengertian KI dan HKI

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa HKI merupakan hak yang berasal dari karya, karsa, rasa, dan daya cipta kemampuan intelektualitas manusia yang memiliki manfaat serta berguna dalam menunjang kehidupan manusia dan mempunyai nilai ekonomi. Bentuk nyata dari hasil karya, karsa, rasa, dan daya cipta intelektualitas manusia tersebut dapat berupa ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan sastra.

HKI merupakan hak privat (private rights) bagi seseorang yang menghasilkan suatu karya intelektual. Di sinilah ciri khas HKI, seseorang bebas untuk mengajukan permohonan atau mendaftarkan karya intelektualnya atau tidak. Hak eksklusif yang diberikan negara kepada individu pelaku HKI (inventor, pencipta, pendesain dan sebagainya) dimaksudkan sebagai penghargaan atas hasil karya (kreativitas)nya dan agar orang lain terangsang untuk dapat lebih lanjut mengembangkannya lagi, sehingga dengan sistem HKI tersebut kepentingan masyarakat ditentukan melalui mekanisme pasar. Di samping itu, sistem HKI menunjang diadakannya sistem dokumentasi yang baik atas segala bentuk kreativitas manusia sehingga kemungkinan dihasilkannya teknologi atau hasil karya lainnya yang sama dapat dihindarkan/dicegah. Dengan dukungan dokumentasi yang baik tersebut, diharapkan masyarakat dapat memanfaatkannya dengan maksimal


(26)

untuk keperluan hidupnya atau mengembangkannya lebih lanjut untuk memberikan nilai tambah yang lebih tinggi lagi.

Adapun tujuan perlindungan kekayaan intelektual melalui HKI secara umum meliputi:

a. Memberi kejelasan hukum mengenai hubungan antara kekayaan dengan inventor, pencipta, desainer, pemilik, pemakai, perantara yang menggunakannya, wilayah kerja pemanfaatannya dan yang menerima akibat pemanfaatan HKI untuk jangka waktu tertentu;

b. Memberikan penghargaan atas suatu keberhasilan dari usaha atau upaya menciptakan suatu karya intelektual;

c. Mempromosikan publikasi invensi atau ciptaan dalam bentuk dokumen HKI yang terbuka bagi masyarakat;

d. Merangsang terciptanya upaya alih informasi melalui kekayaan intelektual serta alih teknologi melalui paten;

e. Memberikan perlindungan terhadap kemungkinan ditiru karena adanya jaminan dari negara bahwa pelaksanaan karya intelektual hanya diberikan kepada yang berhak.

Selain itu, sistem HKI juga telah menimbulkan suatu perubahan budaya dan cara pandang suatu bangsa dengan:

- Mendorong dokumentasi yang baik pada kegiatan riset.

- Mendorong semangat kompetisi.

- Mendorong kreativitas ilmuwan melalui insentif yang membuat mereka berkonsentrasi dan menjadi sejahtera sebagai peneliti tanpa harus menjadi usahawan.

- Menciptakan kepedulian dan perhatian pada sistem ekonomi global, karena HKI terkait dengan masalah perdagangan dan perindustrian.

- Mendorong perlindungan hasil riset dan implementasi atau komersialisasinya. B. Peran dan Fungsi HKI

Sistem HKI akan terus berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). HKI telah menjadi bagian penting bagi suatu negara untuk menjaga keunggulan industri dan perdagangannya. Menurut Munaf (2001), peran HKI pada saat ini cukup penting, antara lain:


(27)

a. Sebagai alat persaingan dagang, terutama bagi negara maju agar tetap dapat menjaga posisinya menguasai pasar internasional dengan produk barangnya; b. Alat pendorong kemajuan IPTEK dengan inovasi-inovasi baru yang dapat

diindustrikan; dan

c. Alat peningkatan kesejahteraan perekonomian masyarakat, khususnya para peneliti yang mempunyai temuan yang diindustrikan yaitu dengan mendapatkan imbalan berupa royalti.

Pembangunan ekonomi di dunia sekarang ini tidak akan terlepas dari sistem HKI, dalam kehidupan sehari-hari, telah disadari bagaimana besarnya dampak intelektualitas manusia. Hasil dari kejeniusan manusia dengan karya intelektual yang dihasilkannya telah memberi banyak hal yang dibutuhkan untuk menjalani kehidupan dengan cara yang lebih baik. Hal tersebut dapat dilihat dari sekeliling atau dari rumah tempat kita tinggal, berbagai peralatan rumah, pakaian, elektronika, komunikasi, transportasi, peralatan kantor dan lain-lain merupakan hasil karya intelektual manusia yang sangat membantu kehidupan manusia dalam menjalankan aktivitasnya. Oleh karena itu, untuk mendorong kreasi yang berguna lebih lanjut, sangat penting untuk memberikan suatu insentif kepada pihak-pihak yang menciptakan atau menanamkan modal dalam pembuatan karya intelektual. Negara-negara maju sudah berabad-abad mengenal kebutuhan akan insentif dengan membangun suatu sistem yang membuat karya intelektual yang baru atau asli diperlakukan sebagai suatu kekayaan, yang dikenal sebagai kekayaan intelektual.

Kekayaan intelektual sesungguhnya telah memperlancar roda pembangunan ekonomi suatu bangsa, dengan terciptanya perlindungan kekayaan intelektual bagi mereka yang menciptakan atau menanamkan modal pada penciptaan karya-karya intelektual tidak hanya akan mendorong kualitas kekayaan intelektual tetapi juga alih teknologi dan pengetahuan. HKI bagi negara-negara maju bukanlah sekedar perangkat hukum yang hanya digunakan untuk perlindungan terhadap hasil karya intelektual seseorang, akan tetapi juga dipakai sebagai alat strategi usaha untuk mengkomersialkan suatu penemuan. Dengan demikian, penghargaan negara yang berupa pemberian hak monopoli kepada penghasil karya intelektual memungkinkan peghasil karya intelektual untuk mengeksploitasi penemuannya secara ekonomi.

Insentif yang diberikan kepada pemegang HKI dalam bentuk monopoli dimaksudkan agar penghasil karya intelektual dapat menggunakan atau memperoleh manfaat dari kekayaan intelektual mereka dalam jangka waktu tertentu. Monopoli untuk menggunakan dan memperoleh manfaat dari kekayaan intelektual


(28)

memungkinkan pemilik hak untuk menerima penghasilan dan keuntungan atas waktu, uang dan usaha yang telah mereka habiskan dalam penciptaan kekayaan intelektual. Dengan memiliki penghasilan yang cukup, pemilik hak mampu untuk menciptakan kekayaan intelektual selanjutnya yang lebih baik.

Hak yang dimiliki oleh penghasil karya intelektual tidak hanya berupa hak ekonomi, tetapi juga hak moral yang mengabadikan integritasnya atas karya intelektual yang telah dihasilkannya. Selain itu, ada manfaat sosial dalam bentuk-bentuk penyebarluasan, pengkayaan, dan dukungan yang diberikan oleh Negara terhadap pengembangan sistem HKI. Sistem HKI diharapkan dapat berperan dalam membentuk suatu budaya yang mampu merubah masyarakat pengguna menjadi masyarakat yang mengembangkan potensi dirinya, sehingga akan terlahir pencipta, inventor, dan pendesain baru.

Bagi dunia industri, memahami sistem HKI tidak hanya berhubungan dengan perlindungan kekayaan intelektual tetapi juga menjamin agar tidak melanggar HKI orang lain. Kecenderungan pasar global telah mendorong pengembangan sistem peraturan global, termasuk dalam bidang HKI. Sejak 1 Januari 1995, World Trade Organization(WTO) telah memperkenalkan perjanjian

Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPs) dan mewajibkan seluruh anggota WTO untuk menerapkan persyaratan minimal untuk perlindungan HKI sebagaimana yang sudah ditetapkan dalam Perjanjian TRIPs.

Agar dapat kompetitif dalam pasar global, para industriawan harus tahu dan mengikuti peraturan perdagangan yang berkembang dan diterapkan di negara tujuan pasar termasuk yang berhubungan dengan HKI. Kepabeanan beberapa negara juga meminta persyaratan agar dokumen HKI dapat dilampirkan pada dokumen wajib dan tambahan. Kegagalan memahami peraturan di negara tujuan pasar dapat menyebabkan kesulitan bagi produk-produk Indonesia khususnya dalam memasuki pasar luar negeri dan jika produk-produk tersebut berhasil masuk, resiko dituntut oleh pemegang hak atas kekayaan intelektual suatu produk di pasar luar negeri sangat tinggi.


(29)

Manfaat utama yang diberikan sistem HKI bagi peneliti dan industri yaitu: a. Dapat mengetahui informasi dan melihat perkembangan sebagian besar

pengetahuan dan teknologi terbaru.

Informasi Paten di seluruh dunia memberikan informasi teknologi yang berguna yang sebagian besar dapat diakses melalui internet. Ketersediaan informasi tersebut memungkinkan peneliti dan industri di Indonesia untuk melaksanakan suatu pengamatan teknologi dan melihat kecenderungan perkembangan teknologi paling mutakhir. Selain itu, masyarakat juga bebas menggunakan informasi dari Paten kadaluwarsa (expired) dan bebas menggunakan informasi Paten yang tidak terdaftar di negara mereka sepanjang informasi penggunaan tersebut tidak diperluas ke negara-negara tempat Paten tersebut dimintakan. Syarat kebaruan yang diterapkan dalam sistem Paten adalah kebaruan universal (absolut), yang berarti penemuan yang dimintakan Paten-nya tersebut harus baru tidak hanya di negara tempat permohonan Paten didaftarkan tetapi juga harus baru di seluruh dunia. Konsekuensinya, kegiatan riset di Indonesia ditantang untuk dapat berkompetisi dengan kegiatan riset di seluruh dunia. Tantangan ini tidak hanya untuk menjaga patentabilitas hasil riset jika ingin memperoleh Paten, tetapi juga memastikan bahwa kegiatan riset tersebut harus selalu mengikuti kecenderungan perkembangan teknologi dan tuntutan pasar serta menghindari duplikasi dan pelanggaran penemuan-penemuan lain yang telah di-Paten-kan. b. Perlindungan pada karya intelektual terhadap penggunaan tidak sah

oleh pihak ketiga.

Hal ini diperlukan untuk memberikan kesempatan kepada penemu atau investor untuk mendapat manfaat/imbalan keuangan yang cukup atas upaya/investasi dalam menciptakan karya intelektual tersebut.

Selain kedua manfaat utama di atas, sistem HKI juga memberikan peluang bagi suatu industri untuk melakukan monopoli pasar terhadap suatu produk tertentu dan dapat membangun entry barrier bagi kompetitor-nya. HKI sebagai aset (intangible) bisnis juga dapat menjadi income generating bagi suatu industri melalui lisensi, penjualan atau komersialisasi HKI, dan akan meningkatkan nilai suatu industri di mata investor dan lembaga keuangan.


(30)

Tidak hanya bagi industri, bagi perguruan tinggi dan lembaga penelitian dan pengembangan (litbang), sistem HKI juga akan sangat berperan. Sistem HKI melekat pada semua kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi, terutama dalam penelitian dan pengajaran. Kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi sebagai salah satu basis perolehan HKI sangat identik dengan perguruan tinggi. Oleh karena itu, suatu kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi yang dirancang dengan baik, tidak hanya sekedar melaksanakan pekerjaan dan/atau penyelesaian studi saja namun juga mengandung misi yang lebih jauh, bisa memiliki efek positif bagi masyarakat luas.

Perguruan tinggi dan lembaga litbang sangat berpotensi dalam menghasilkan HKI yang bernilai ekonomi. Oleh karena itu, pengelolaan HKI yang optimal dari hasil kegiatan trdiharma perguruan tinggi maupun penelitian dan pengembangan dapat dijadikan sebagai salah satu income generating untuk keberlanjutan berbagai kegiatan tridharma perguruan tinggi maupun penelitian dan pengembangan yang berdaya saing tinggi. Beberapa produk strategis dalam kegiatan tridharma perguruan tinggi, ruang lingkup kegiatan, dan jenis HKI yang sesuai dapat dilihat pada Tabel 1. Pada Gambar 3 disajikan Siklus Implementasi HKI di dalam Kegiatan Penelitian.

Tabel 1. HKI dalam Kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi

Produk Strategis Perguruan Tinggi

Ruang Lingkup Kegiatan Jenis HKI

Bidang Pendidikan/Pengajaran

1. Modul/diktat/ penuntun praktikum 2. Buku/textbook

3. Software 4. Model/simulasi

5. Pola kebijakan/ rencana/strategi

• Membuat dan menerbitkan modul/diktat/ penuntun

praktikum/buku ajar yang digunakan sebagai bahan perkuliahan di semua program pendidikan (S0, S1, S2 dan S3).

• Membuat software dan modul untuk manajemen pendidikan dan pemanfaatan teknologi lainnya. • Menyusun konsep kebijakan untuk

dimanfaatkan oleh IPB, daerah, regional, dan nasional


(31)

Bidang Penelitian

1. Prototipe peralatan

2. Peningkatan nilai tambah produk 3. Pemanfaatan limbah

4. Pengembangan teknologi pengolahan sda

5. Obat-obatan dan makanan tradisional 6. Produk ramah lingkungan 7. Alat-alat pemanenan produk pertanian 8. Pemanfaatan plasma nutfah Indonesia 9. Pengolahan pascapanen produk

pertanian

• Penemuan teknologi baru yang orisinil

• Penemuan gen atau sumber plasma nutfah berpotensi ekonomi

• Modifikasi teknologi yang sudah ada untuk peningkatan nilai tambah (added

value)

• Penemuan proses pembuatan produk pertanian

• Penemuan formulasi baru dalam bidang makanan dan obat-obatan tradisional Paten, Hak Cipta, Rahasia Dagang, Merek, Perlindun gan Varietas Tanaman, Desain Industri

Bidang Pengabdian kepada Masyarakat

1. Panduan penyuluhan dan pelayanan 2. Alat peraga untuk masyarakat 3. Model/simulasi

4. Kiat bisnis bagi pengusaha kecil dan menengah

5. Pengembangan media komunikasi 6. Pengembangan teknologi tepat guna

• Membuat panduan sederhana yang mudah dicerna dan dipahami bagi petani kecil

• Menyusun kiat-kiat bisnis bagi pengembangan jiwa kewirausahaan

• Memanfaatkan media cetak maupun audio visual dalam rangka peningkatan pelayanan IPB kepada masyarakat

• Menciptakan teknologi tepat guna (sederhana) yang diperuntukkan bagi masyarakat pedesaan Hak Cipta, Paten, Desain Industri, Rahasia Dagang


(32)

Gambar 3. Siklus Implementasi HKI di dalam Kegiatan Penelitian

STRATEGI PENELI TI AN

PROGRAM DAN KEGI ATAN PENELI TI AN

KEKAYAAN I NTELEKTUAL

- LAYAK

LI NDUNG HKI ?

- LAYAK KOMERSI AL?

PEMANFAATAN MELALUI ALI H TEKNOLOGI

MANFAAT FI NANSI AL DAN NON- FI NANSI AL

YA TI DAK

PEMANFAATAN MELALUI SKEMA LAI N SUMBER DAYA

PENELI TI AN

SUMBER DAYA PENELI TI AN


(33)

(34)

PATEN

A. Pengertian dan Istilah dalam Paten

Paten merupakan perlindungan hukum untuk karya intelektual di bidang teknologi. Karya intelektual tersebut dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi, yang dapat berupa proses atau produk atau penyempurnaan dan pengembangan produk dan proses.

Beberapa istilah yang sering digunakan dalam Paten antara lain:

Paten: adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada Inventor atas hasil Invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri Invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya.

Invensi: adalah ide Inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi dapat berupa produk atau proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses.

Inventor: adalah seorang yang secara sendiri atau beberapa orang yang secara bersama-sama melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam kegiatan yang menghasilkan Invensi.

Pemegang Paten: adalah Inventor sebagai pemilik Paten atau pihak yang menerima hak tersebut dari pemilik Paten atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak tersebut, yang terdaftar dalam Daftar Umum Paten.

Paten Sederhana: adalah invensi yang memiliki nilai kegunaan lebih praktis daripada invensi sebelumnya dan bersifat kasat mata atau berwujud (tangible). Adapun invensi yang sifatnya tidak kasat mata (intangible), seperti metode atau proses, penggunaan, komposisi, dan produk yang merupakan product by process

tidak dapat diberikan perlindungan sebagai Paten Sederhana. Namun demikian, sifat

3


(35)

baru dalam Paten Sederhana sama dengan Paten biasa yaitu bersifat universal. Perbedaan Paten dengan Paten Sederhana dapat dilihat pada Tabel 2.

Hak Prioritas: adalah hak Pemohon untuk mengajukan permohonan yang berasal dari negara yang tergabung dalam Paris Convention for the protection of industrial property atau agreement establishing the world trade organization untuk memperoleh pengakuan bahwa tanggal penerimaan di negara asal merupakan tanggal prioritas di negara tujuan yang juga anggota salah satu dari kedua perjanjian itu selama pengajuan tersebut dilakukan dalam kurun waktu yang telah ditentukan berdasarkan Paris Convention tersebut.

Tabel 2. Perbedaan Paten dan Paten Sederhana

No. Keterangan Paten Paten Sederhana

1 Jumlah klaim 1 invensi atau beberapa invensi yang merupakan satu kesatuan invensi

1 invensi

2 Masa perlindungan

20 tahun terhitung sejak tanggal penerimaan permohonan paten

10 tahun sejak tanggal penerimaan paten 3 Pengumuman

permohonan

18 bulan setelah tanggal penerimaan

3 bulan setelah tanggal penerimaan

4 Jangka waktu pengajuan keberatan

6 bulan terhitung sejak diumumkan

3 bulan terhitung sejak diumumkan

5 Pemeriksaan substantif

Kebaruan, langkah inventif, dan dapat diterapkan dalam industri

Kebaruan dan dapat diterapkan dalam industri 6 Lama

pemeriksaan substantif

36 bulan terhitung sejak tanggal penerimaan permohonan pemeriksaan substantif

24 bulan terhitung sejak tanggal penerimaan permohonan pemeriksaan substantif

7 Objek paten Proses, penggunaan, komposisi, dan produk

Produk atau alat kasat mata (tangible)


(36)

B. Lingkup Paten

1. Invensi yang dapat diberi Paten

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten, invensi yang dapat dimintakan perlindungan Paten adalah invensi yang:

a. Baru (novelty);

Invensi dianggap baru jika pada tanggal penerimaan, invensi tersebut tidak sama dengan teknologi yang diungkapkan sebelumnya (prior art atau the state of art). Pengungkapan bisa berupa uraian lisan, melalui peragaan, atau dengan cara lain yang memungkinkan seorang ahli untuk melaksanakan invensi tersebut. b. Mengandung langkah inventif (inventive step);

Yaitu invensi yang bagi seseorang dengan keahlian tertentu di bidang teknik merupakan hal yang tidak dapat diduga sebelumnya dengan memperhatikan keahlian yang ada pada saat permohonan diajukan.

c. Dapat diterapkan dalam industri (industrial applicable).

Yaitu invensi dapat diterapkan dalam industri sesuai dengan uraian dalam permohonan. Jika invensi tersebut dimaksudkan sebagai produk, produk tersebut harus mampu dibuat secara berulang-ulang (secara massal) dengan kualitas yang sama, sedangkan jika invensi berupa proses, proses tersebut harus mampu dijalankan atau digunakan dalam praktik.

2. Invensi yang tidak dapat di-Paten-kan

Sebagai pengecualian, ada invensi-invensi yang tidak dapat dipatenkan, yakni:

a. proses atau produk yang pengumuman dan penggunaan atau pelaksanaannya bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama, ketertiban umum atau kesusilaan

b. metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan dan/atau pembedahan yang diterapkan terhadap manusia dan/atau hewan

c. teori dan metode di bidang ilmu pengetahuan dan matematika d. i. semua makhluk hidup, kecuali jasad renik

ii. proses biologis yang esensial untuk memproduksi tanaman atau hewan, kecuali proses non-biologis atau proses mikro-biologis.


(37)

C. Bentuk dan Lama Perlindungan Paten

Bentuk perlindungan Paten adalah pemberian hak eksklusif bagi Pemegang Paten untuk:

a. Dalam hal Paten produk: - membuat;

- menggunakan; - menjual; - mengimpor; - menyewakan; - menyerahkan; atau

- menyediakan untuk dijual; atau - disewakan; atau

- diserahkan

b. Dalam hal Paten proses:

menggunakan proses produksi yang diberi Paten untuk membuat barang dan tindakan lainnya sebagaimana dimaksud dalam huruf a.

Jangka waktu perlindungan untuk Paten adalah 20 (dua puluh) tahun tidak dapat diperpanjang, dan untuk Paten Sederhana 10 (sepuluh) tahun juga tidak dapat diperpanjang. Jangka waktu demikian dinilai cukup untuk memperoleh manfaat ekonomi yang wajar bagi pemegang Paten atau Paten Sederhana.

D. Pelanggaran dan Sanksi dalam Pemanfaatan Paten

Untuk kepentingan pendidikan, penelitian, percobaan, atau analisa, termasuk kegiatan untuk keperluan uji bioekivalensi atau bentuk pengujian lainnya, sepanjang tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pemegang Paten, dianggap bukan merupakan pelanggaran pelaksanaan Paten yang dilindungi. Ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan bagi pihak yang betul-betul memerlukan penggunaan invensi semata-mata untuk penelitian dan pendidikan. Sedangkan yang dimaksud dengan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pemegang Paten adalah agar pelaksanaan atau penggunaan invensi tersebut tidak digunakan untuk kepentingan yang mengarah kepada eksploitasi untuk kepentingan komersial sehingga dapat merugikan bahkan dapat menjadi kompetitor bagi


(38)

Pemegang Paten. Selain itu, ketentuan sanksi lainnya antara lain diatur sebagai berikut:

- Menggunakan proses produksi yang diberi Paten, atau membuat, menggunakan, menjual, mengimpor, menyewakan, menyerahkan, atau menyediakan untuk dijual atau disewakan atau diserahkannya produk atau proses yang diberi Paten, dipidana penjara paling lama 4 tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

- Membuat, menggunakan, menjual, mengimpor, menyewakan, menyerahkan, atau menyediakan untuk dijual atau disewakan atau diserahkannya produk atau alat yang diberi Paten sederhana, dipidana penjara paling lama 2 tahun dan/atau denda paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah).

- Tindak pidana dalam Paten merupakan delik aduan.

E. Prosedur Permohonan Paten di Ditjen HKI-Kemenhukham

1. Permohonan Paten diajukan dengan cara mengisi formulir yang disediakan untuk itu dalam bahasa Indonesia dan diketik rangkap 4 (empat). Contoh Formulir Permintaan Paten dapat dilihat pada Lampiran 2.

2. Pemohon wajib melampirkan:

a. surat kuasa khusus, apabila permohonan diajukan melalui konsultan Paten terdaftar selaku kuasa;

b. surat pengalihan hak, apabila permohonan diajukan oleh pihak lain yang bukan penemu. Contoh surat pernyataan pengalihan hak dapat dilihat pada Lampiran 3;

c. deskripsi permohonan Paten dibuat rangkap 3 (tiga) sesuai dengan aturan yang berlaku dan mencakup :

- Judul invensi, dibuat dalam huruf kapital dan tidak digaris bawah

- Bidang teknik invensi, memuat secara umum dimana invensi ini termasuk di dalam bidang teknik tersebut dengan mengemukakan kekhususannya

- Latar belakang invensi, pada bagian ini harus dikemukakan teknologi yang telah ada sebelumnya yang relevan dengan invensi tersebut

- Ringkasan invensi, memuat ciri teknis dari pokok invensi yaitu ciri teknis yang diungkapkan dalam klaim


(39)

- Uraian singkat gambar (bila disertakan gambar), memuat keterangan gambar secara singkat

- Uraian lengkap invensi, merupakan suatu pengungkapan penemuan yang selengkap-lengkapnya, tidak boleh ada yang tertinggal atau tidak diungkapkan

- Klaim (dibuat pada halaman terpisah), memuat pokok invensi dan tidak boleh berisikan gambar atau grafik tetapi dapat memuat tabel rumus matematika atau reaksi kimia

- Abstrak (dibuat pada halaman terpisah), berisi ringkasan dari uraian lengkap invensi dan tidak lebih dari 200 kata

d. gambar, apabila ada dibuat rangkap 3 (tiga) : hanya memuat tanda-tanda, simbol, huruf, angka, bagan, atau diagram yang menjelaskan tentang bagian-bagian dari penemuan, tetapi tidak boleh terdapat kata-kata penjelasan;

e. bukti prioritas asli, dan terjemahan halaman depan dalam bahasa Indonesia rangkap 4 (empat), apabila diajukan dengan hak prioritas; f. terjemahan uraian penemuan dalam bahasa Inggris, apabila penemuan

tersebut aslinya dalam bahasa asing selain bahasa Inggris : rangkap 2 (dua);

g. bukti pembayaran biaya permohonan Paten sebesar Rp. 575.000,- (lima ratus tujuh puluh lima ribu rupiah);

h. bukti pembayaran biaya permohonan Paten Sederhana sebesar Rp. 125.000,- (seratus dua puluh lima ribu) dan untuk pemeriksaan substantif Paten Sederhana sebesar Rp. 350.000,- (tiga ratus lima puluh ribu rupiah); dan

i. tambahan biaya setiap klaim, apabila lebih dari 10 klaim:Rp. 40.000,- per klaim.

3. Penulisan deskripsi, klaim, abstrak dan gambar sebagaimana dimaksud dalam butir 2 huruf c dan huruf d ditentukan sebagai berikut:

a. setiap lembar kertas hanya salah satu mukanya saja yang boleh dipergunakan untuk penulisan dan gambar;

b. deskripsi, klaim dan abstrak diketik dalam kertas HVS atau yang sejenis yang terpisah dengan ukuran A-4 (29,7 x 21 cm ) dengan berat minimum 80 gram dengan batas sebagai berikut :

- dari pinggir atas : 2 cm (maksimal 4 cm)


(40)

- dari pinggir kiri : 2,5 cm (maksimal 4 cm)

- dari pinggir kanan : 2 cm (maksimal 3 cm)

c. kertas A-4 tersebut harus berwarna putih, rata tidak mengkilat dan pemakaiannya dilakukan dengan menempatkan sisinya yang pendek di bagian atas dan bawah (kecuali dipergunakan untuk gambar);

d. setiap lembar deskripsi, klaim dan gambar diberi nomor urut angka Arab pada bagian tengah atas dan tidak pada batas sebagaimana yang dimaksud pada butir 3 huruf b (1);

e. pada setiap lima baris pengetikan baris uraian dan klaim, harus diberi nomor baris dan setiap halaman baru merupakan permulaan (awal) nomor dan ditempatkan di sebelah kiri uraian atau klaim serta tidak pada batas sebagaimana yang dimaksud pada butir 3 huruf b (3);

f. pengetikan harus dilakukan dengan menggunakan tinta (toner) warna hitam, dengan ukuran antar baris 1,5 spasi, dengan huruf tegak berukuran tinggi huruf minimum 0,21 cm;

g. tanda-tanda dengan garis, rumus kimia, dan tanda-tanda tertentu dapat ditulis dengan tangan;

h. gambar harus menggunakan tinta Cina hitam pada kertas gambar putih ukuran A-4 dengan berat minimum 100 gram yang tidak mengkilap dengan batas sebagai berikut:

- dari pinggir atas : 2,5 cm

- dari pinggir bawah : 1 cm

- dari pinggir kiri : 2,5 cm

- dari pinggir kanan : 1,5 cm

i. seluruh dokumen Paten yang diajukan harus dalam lembar-lembar kertas utuh, tidak boleh dalam keadaan tersobek, terlipat, rusak atau gambar yang ditempelkan;

j. setiap istilah yang dipergunakan dalam deskripsi, klaim, abstrak dan gambar harus konsisten satu sama lain.

4. Permohonan Pemeriksaan Substantif

Permohonan pemeriksaan substantif diajukan dengan cara mengisi formulir yang telah disediakan untuk itu dalam bahasa Indonesia dengan melampirkan bukti pembayaran biaya permohonan sebesar Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah). Permohonan pemeriksaan substantif umumnya diajukan setelah tahap Publikasi A. Contoh Formulir Permintaan Pemeriksaan Substantif Paten dapat dilihat pada Lampiran 4.


(41)

5. Permohonan Pemeliharaan Paten

Permohonan pemeliharaan Paten diajukan dengan cara mengisi formulir yang telah disediakan untuk itu dalam bahasa Indonesia dengan melampirkan bukti pembayaran biaya permohonan pemeliharaan Paten. Permohonan pemeliharaan Paten diajukan setelah pemberian sertifikat Paten. Contoh Formulir Biaya Pemeliharaan Paten dan Paten Sederhana dapat dilihat pada Lampiran 5 dan Lampiran 6. Biaya permohonan pemeliharaan Paten dapat dilihat pada Lampiran 7.

Prosedur permohonan Paten di Ditjen. HKI-KemenhukHAM dapat dilihat pada Gambar 4.


(42)

Gambar 4. Prosedur Permohonan Paten di Ditjen HKI-KemenhukHAM

PERMOHONAN

PERSYARATAN MINIMUM

TANGGAL PENERIMAAN (Ps. 31 UUP)

DILENGKAPI ?

TIDAK TIDAK

DIPENUHI

YA

≤ 30 Hari

PEMERIKSAAN ADMINISTRATIF

PENGUMUMAN SELAMA 6 BULAN

(Ps. 42 UUP) UNTUK MEMBERI

KESEMPATAN OPOSISI

DILENGKAPI ? DIANGGAP

DITARIK KEMBALI TIDAK

LENGKAP

TIDAK

18 Bulan YA

≤ 3 Bulan

PERMOHONAN PEMERIKSAAN SUBSTANTIF PEMERIKSAAN SUBSTANTIF MEMENUHI SYARAT UNTUK DIBERI PATEN ? PENOLAKAN UPAYA HUKUM LAINNYA PEMBERIAN SERTIFIKAT PATEN YA TIDAK

≤ 36 Bulan

TIDAK

YA


(43)

F. Penulisan Dokumen Paten

Secara mendasar, suatu dokumen spesifikasi paten memiliki dua aspek yaitu aspek perlindungan dan aspek informasi. Spesifikasi paten harus menjelaskan dalam bentuk kata-kata mengenai batasan perlindungan yang didefinisikan dalam klaim invensi yang dimintakan patennya dimana. Untuk mendukung batasan perlindungan sebagaimana yang dinyatakan dalam klaim, penjelasan dari invensi yang ingin dilindungi harus menjelaskan secara lengkap mengenai invensi tersebut sehingga batasan yang disebutkan dalam klaim tersebut dapat dipahami. Strategi penulisannya sangat menentukan apakah suatu invensi dapat diberi atau ditolak patennya. Selain itu, penulisan yang benar dan tepat juga menentukan lingkup perlindungan patennya, dan mempengaruhi lamanya waktu pemeriksaan terutama pada saat pemeriksaan substantif karena tidak ada waktu terbuang hanya untuk memperbaiki spesifikasi dokumen permohonan tersebut.

Spesifikasi paten juga harus menjelaskan secara lengkap invensinya sehingga memungkinkan seseorang dengan keahlian biasa di bidangnya (skilled in the art) dapat memahami dan melaksanakan/mempraktekkan invensi tersebut. Prinsip dasar dari sistem paten adalah perlunya pengungkapan pada publik bagaimana suatu invensi dilaksanakan atau dipraktekkan sebagai persyaratan atas hak monopoli paten yang diperolehnya. Perlu diingat bahwa apabila spesifikasi telah didaftarkan ke Ditjend HKI, spesifikasi tersebut tidak dapat diperluas lagi atau ditambah dengan hal-hal yang baru. Jika pengungkapan atau informasi dari invensi tersebut tidak lengkap, dapat mengakibatkan hilangnya kesempatan memperoleh paten.

Berkenaan dengan penilaian langkah inventif untuk suatu invensi tentang suatu senyawa baru yang digunakan baik dalam bidang pertanian, farmasi maupun proses kimia organik dan lain-lain, biasanya apabila senyawa tersebut mempunyai indikasi berguna dalam suatu bidang tertentu, invensi ini tetap dapat dianggap memiliki langkah inventif walaupun bukan merupakan perbaikan/pengembangan dari invensi sebelumnya.

Struktur penyajian dokumen paten meliputi:

1. Judul Invensi, yaitu susunan kata-kata yang dipilih untuk menjadi topik invensi. Judul harus dapat mewakili Esensi atau inti invensi, tidak menggunakan kata-kata singkatan atau menggunakan istilah merek dagang;


(44)

2. Bidang Teknik Invensi, yaitu pernyataan bidang teknik yang berkaitan dengan invensi. Ditulis secara ringkas inti invensi yang dimintakan perlindungan patennya;

3. Latar Belakang Invensi, yaitu penjelasan tentang invensi sejenis terdahulu beserta kelemahannya dan bagaimana cara mengatasi kelemahan tersebut yang merupakan tujuan dari invensi;

4. Ringkasan Invensi, yaitu uraian secara umum dari invensi yang berfungsi untuk mengindikasikan ciri-ciri penting dari invensi;

5. Uraian Singkat Gambar (bila ada), yaitu penjelasan ringkas keadaan seluruh gambar/skema/diagram alir yang disertakan;

6. Uraian Lengkap Invensi, yaitu uraian yang mengungkapkan isi invensi sejelas-jelasnya terutama fitur yang terdapat pada invensi dan gambar yang disertakan yang berguna untuk memperjelas invensi;

7. Klaim, yaitu bagian dari permohonan yang menggambarkan inti invensi yang dimintakan perlindungan hukum, yang harus diuraikan secara jelas dan harus didukung oleh deskripsi. Klaim tersebut mengungkapkan tentang semua keistimewaan teknik yang terdapat dalam invensi. Penulisan klaim harus menggunakan kaidah bahasa Indonesia dan lazimnya bahasa teknik yang baik dan benar serta ditulis secara terpisah dari uraian invensi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan klaim diantaranya adalah: Gambar yang disebutkan dalam deskripsi yang diperlukan untuk memperjelas invensi (jika ada); dan Abstrak invensi; Gambar dan grafik tidak diperbolehkan, dan hindari kata-kata atau kalimat yang meragukan (multitafsir).

8. Abstrak, yaitu bagian dari spesifikasi paten yang akan disertakan dalam lembaran pengumuman yang merupakan ringkasan uraian lengkap, ditulis secara terpisah dari uraian invensi. Abstrak tersebut ditulis tidak lebih dari 200 (dua ratus) kata, yang dimulai dengan judul invensi sesuai dengan judul yang ada pada deskripsi invensi. Isi abstrak invensi merupakan intisari dari deskripsi dan klaim-klaim invensi, paling tidak sama dengan klaim mandirinya. Rumus kimia atau matematika yang benar-benar diperlukan, dapat dimasukkan ke dalam abstrak. Dalam abstrak, tidak boleh kata-kata di luar lingkup invensi, terdapat kata-kata sanjungan, reklame atau bersifat subyektivitas orang yang mengajukan permohonan paten. Jika dalam abstrak menunjuk beberapa keterangan bagian-bagian dari gambar maka harus mencantumkan indikasi penomoran dari bagian gambar yang ditunjuk dan diberikan dalam tanda


(45)

kurung. Di samping itu, jika diperlukan gambar secara penuh disertakan dalam abstrak, maka gambar yang dimaksud harus dicantumkan nomor gambarnya. 9. Gambar, yaitu gambar teknik dari invensi yang menggambarkan secara jelas

bagian-bagian dari invensi yang dimintakan perlindungan patennya. Gambar tersebut merupakan gambar teknik tanpa skala, dan jumlahnya dapat lebih dari satu. Pada gambar invensi hanya diperbolehkan memuat tanda-tanda dengan huruf atau angka, tidak dengan tulisan kecuali kata-kata yang sederhana. Gambar invensi dapat berupa diagram atau skema;

Uraian invensi tersebut harus secara lengkap dan jelas mengungkapkan suatu invensi sehingga dapat dimengerti oleh seseorang yang ahli di bidangnya. Uraian invensi harus ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Semua kata atau kalimat dalam deskripsi harus menggunakan bahasa dan istilah yang lazim digunakan dalam bidang teknologi.

G. Pembiayaan Permohonan Paten

Terdapat beberapa alternatif pembiayaan yang dapat digunakan untuk mengajukan permohonan Paten, yaitu biaya dari IPB, biaya sendiri, atau mengikuti program-program insentif yang disediakan oleh Pemerintah seperti program UBER HKI Ditjen Dikti - Kemendikbud, RAIH HKI Kemenristek, dan Pendaftaran HKI Ditjen HKI - KemenhukHAM.

Permohonan Paten yang diajukan dengan biaya dari IPB maupun mengikuti program insentif dari pemerintah, harus mengikuti Peraturan Pemerintah (PP) dan peraturan yang berlaku di IPB. Ditingkat nasional, kepemilikan dan pengelolaan KI/HKI diatur dalam PP No. 20 Tahun 2005 tentang Alih Teknologi Kekayaan Intelektual serta Hasil Penelitian dan Pengembangan oleh Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan, khususnya Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 10. Kepemilikan KI yang dihasilkan melalui kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang) oleh perguruan tinggi dan lembaga litbang yang dibiayai sepenuhnya oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menjadi milik Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah, tetapi pengelolaannya dilimpahkan kepada perguruan tinggi dan lembaga litbang.


(46)

Kepemilikan dan pengelolaan KI/HKI di IPB diatur dalam SK Rektor IPB No. 209/K13/PG/2004 tentang Pedoman Pengelolaan KI dan HKI di Lingkungan IPB, khususnya Pasal 5 dan Pasal 7 ayat (2). Pasal 5 pedoman tersebut menyatakan bahwa:

1. KI/HKI yang dihasilkan dari kegiatan tridharma perguruan tinggi yang dibiayai sepenuhnya oleh IPB secara otomatis menjadi milik IPB.

2. KI/HKI yang dihasilkan dari kegiatan tridharma yang dilakukan oleh Sivitas Akademika dengan menggunakan fasilitas dan sumber dananya sebagian atau seluruhnya berasal dari pihak luar IPB akan menjadi milik IPB, kecuali telah diatur dalam kesepakatan kedua belah pihak dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku.

Selanjutnya dalam Pasal 7 ayat (2) dinyatakan bahwa “apabila berdasarkan hasil pengkajian diputuskan suatu KI/HKI menjadi aset IPB, maka pengelolaan selanjutnya dilakukan oleh Kantor HKI-IPB yang saat ini bernama Subdit HKI dan Publikasi - Dit. RKS IPB”.

KI/HKI yang dihasilkan sivitas akademika IPB dapat diajukan dengan biaya sendiri oleh Pihak yang menghasilkan apabila KI/HKI yang dihasilkan tersebut diluar ketentuan Pasal 5 Pedoman Pengelolaan KI dan HKI di Lingkungan IPB seperti disebutkan di atas. Selain itu, sivitas akademika IPB juga dapat mengajukan permohonan pendaftaran HKI dengan biaya sendiri apabila sesuai dengan ketentuan Pasal 7 ayat (4) Pedoman Pengelolaan KI dan HKI di Lingkungan IPB yang menyatakan “Jika berdasarkan hasil pengkajian KI/HKI diputuskan untuk tidak dikelola lebih lanjut oleh IPB, maka KI/HKI tersebut dapat diserahkan pengelolaannya kepada pihak yang menghasilkan.’’


(47)

(48)

VARIETAS TANAMAN

A. Pengertian dan Istilah dalam PVT

Hak Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) adalah hak yang diberikan kepada pemulia dan/atau pemegang hak PVT untuk menggunakan sendiri varietas hasil pemuliaannya atau memberi persetujuan kepada orang atau badan hukum lain untuk menggunakannya selama waktu tertentu (Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman (UU No. 29/2000). Dengan demikian perlindungan diberikan terhadap varietas tanaman yang dihasilkan oleh pemulia tanaman melalui kegiatan pemuliaan tanaman. PVT ini merupakan jawaban dari alternatif perlindungan terhadap tanaman yang diberikan oleh TRIPs.

Beberapa istilah yang sering digunakan dalam Perlindungan Varietas Tanaman antara lain:

Perlindungan Varietas Tanaman, yang selanjutnya disingkat PVT, adalah perlindungan khusus yang diberikan negara, yang dalam hal ini diwakili oleh Pemerintah dan pelaksanaannya dilakukan oleh Kantor Perlindungan Varietas Tanaman, terhadap varietas tanaman yang dihasilkan oleh pemulia tanaman melalui kegiatan pemuliaan tanaman.

Varietas tanaman, yang selanjutnya disebut varietas, adalah sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji, dan ekspresi karakteristik genotipe atau kombinasi genotipe yang dapat membedakan dari jenis atau spesies yang sama oleh sekurang-kurangnya satu sifat yang menentukan dan apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan.


(49)

Varietas Hasil Pemuliaan adalah varietas yang dihasilkan dari kegiatan pemuliaan tanaman.

Pemuliaan tanaman, adalah rangkaian kegiatan penelitian dan pengujian atau kegiatan penemuan dan pengembangan suatu varietas, sesuai dengan metode baku untuk menghasilkan varietas baru dan mempertahankan kemurnian benih varietas yang dihasilkan.

Pemulia tanaman yang selanjutnya disebut pemulia, adalah orang yang melaksanakan pemuliaan tanaman.

Benih tanaman, yang selanjutnya disebut benih, adalah tanaman dan/atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan/atau mengembangbiakkan tanaman.

Kantor Perlindungan Varietas Tanaman, yang selanjutnya disebut Pusat Perlindungan Varietas Tanaman (PPVT) adalah unit organisasi di lingkungan Kementerian Pertanian yang melaksanakan tugas dan kewenangan di bidang PVT.

B. Lingkup PVT

1. Varietas yang diberi dan tidak diberi PVT

PVT diberikan kepada varietas dari jenis atau spesies tanaman yang baru, unik, seragam, stabil, dan diberi nama. Suatu varietas dianggap baru apabila pada saat penerimaan permohonan hak PVT, bahan perbanyakan atau hasil panen dari varietas tersebut belum pernah diperdagangkan di Indonesia atau sudah diperdagangkan tetapi tidak lebih dari setahun, atau telah diperdagangkan di luar negeri tidak lebih dari empat tahun untuk tanaman semusim dan enam tahun untuk tanaman tahunan. Sedangkan kriteria varietas dianggap unik apabila varietas tersebut dapat dibedakan secara jelas dengan varietas lain yang keberadaannya sudah diketahui secara umum pada saat penerimaan permohonan hak PVT. Varietas dianggap seragam apabila sifat-sifat utama atau penting pada varietas tersebut terbukti seragam meskipun bervariasi sebagai akibat dari cara tanam dan lingkungan yang berbeda-beda. Sedangkan suatu varietas dianggap stabil apabila sifat-sifatnya tidak mengalami perubahan setelah ditanam berulang-ulang, atau untuk yang diperbanyak melalui siklus perbanyakan khusus, tidak mengalami perubahan pada


(50)

setiap akhir siklus tersebut. Maksud dari varietas yang apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan adalah varietas tersebut tetap stabil di dalam proses perbanyakan benih atau propagasi dengan metode tertentu, misalnya produksi benih hibrida, kultur jaringan, dan stek. Varietas yang dapat diberi PVT harus diberi penamaan yang selanjutnya menjadi nama varietas yang bersangkutan. Ketentuan pemberian nama varietas tanaman yang dapat diberi PVT dapat dilihat pada bab “Pendaftaran Varietas Tanaman”.

PVT tidak diberikan untuk varietas yang penggunaannya bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, ketertiban umum, kesusilaan, norma-norma agama, kesehatan, dan kelestarian lingkungan hidup. Contoh penggunaan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, ketertiban umum, kesusilaan, kesehatan, dan kelestarian lingkungan hidup adalah tanaman penghasil psikotropika, sedangkan yang melanggar norma agama misalnya varietas yang mengandung gen dari hewan yang bertentangan dengan norma agama tertentu.

2. Pemegang Hak PVT

Sesuai dengan Pasal 5 UU No. 29/2000, pemegang hak PVT adalah pemulia atau orang atau badan hukum, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak PVT dari pemegang hak PVT sebelumnya. Jika suatu varietas dihasilkan berdasarkan perjanjian kerja, maka pihak yang memberi pekerjaan itu adalah pemegang hak PVT, kecuali diperjanjikan lain antara kedua pihak dengan tidak mengurangi hak pemulia. Jika suatu varietas dihasilkan berdasarkan pesanan, maka pihak yang memberi pesanan itu menjadi pemegang hak PVT, kecuali diperjanjikan lain antara kedua pihak dengan tidak mengurangi hak pemulia.

3. Hak dan Kewajiban Pemegang Hak PVT

Hak yang diperoleh pemegang PVT adalah hak untuk menggunakan dan memberikan persetujuan kepada orang atau badan hukum lain untuk menggunakan varietas berupa benih dan hasil panen yang digunakan untuk propagasi. Ketentuan ini berlaku juga untuk varietas turunan esensial yang berasal dari suatu varietas yang dilindungi atau varietas yang telah terdaftar dan diberi nama, varietas yang tidak dapat dibedakan secara jelas dari varietas yang dilindungi, dan varietas yang diproduksi dengan selalu menggunakan varietas yang dilindungi. Hak untuk menggunakan varietas tersebut meliputi kegiatan:


(51)

b. menyiapkan untuk tujuan propagasi; c. mengiklankan;

d. menawarkan;

e. menjual atau memperdagangkan; f. mengekspor;

g. mengimpor;

h. mencadangkan untuk keperluan sebagaimana dimaksud dalam butir a, b, c, d, e, f, dan g.

Selain memperoleh hak sebagaimana dijelaskan di atas, pemegang hak PVT juga mempunyai kewajiban sebagai berikut:

a. melaksanakan hak PVT-nya di Indonesia; b. membayar biaya tahunan PVT;

c. menyediakan dan menunjukkan contoh benih varietas yang telah mendapatkan hak PVT di Indonesia.

4. Hak Pemulia

Pemulia yang menghasilkan varietas mempunyai dua hak, yaitu hak ekonomi dan hak moral. Secara ekonomi, sesuai dengan Pasal 8 UU PVT, pemulia yang menghasilkan varietas berhak memperoleh imbalan yang layak dengan memperhatikan manfaat ekonomi yang diperoleh dari varietas tersebut. Secara moral, pemulia yang menghasilkan varietas berhak namanya tetap dicantumkan dalam sertifikat pemberian hak PVT.

C. Strategi Perlindungan dalam PVT 1. PVT dan Paten

Seperti diketahui, untuk mengembangkan varietas tanaman baru dapat dilakukan melalui 2 cara yakni melalui pemuliaan tanaman klasik dan melalui bioteknologi, misal rekayasa genetika. Varietas tanaman yang dihasilkan dari rekayasa genetika dilindungi dengan PVT, namun proses/metode untuk menghasilkan varietas baru dapat dilindungi dengan Paten, sepanjang persyaratan dipenuhi. Seandainya diinginkan perlindungan ganda tersebut, maka kriteria untuk memenuhi Paten harus diprioritaskan, karena kriteria kebaruan (novelty) pada Paten lebih sulit untuk dicapai dibandingkan pada PVT. Bahkan suatu metode pemuliaan, apabila memiliki nilai ekonomi, masih bersifat “rahasia” dan dilakukan upaya


(52)

menjaga kerahasiaan, apabila diinginkan, dapat pula dilindungi dengan rezim Rahasia Dagang.

2. Perlindungan, Pendaftaran, dan Pelepasan Varietas Tanaman

Istilah perlindungan, pendaftaran, dan pelepasan varietas tanaman merupakan tiga istilah yang mempunyai keterkaitan dalam upaya melindungi suatu varietas tanaman. Perlindungan varietas tanaman (PVT), seperti telah dijelaskan di atas, adalah hak yang diberikan kepada pemulia dan/atau pemegang hak PVT untuk menggunakan sendiri varietas hasil pemuliaannya atau memberi persetujuan kepada orang atau badan hukum lain untuk menggunakannya selama waktu tertentu (UU No. 29/2000). Pendaftaran varietas tanaman merupakan kegiatan mendaftarkan suatu varietas untuk kepentingan pengumpulan data mengenai varietas lokal, varietas yang dilepas dan varietas hasil pemuliaan yang tidak dilepas, serta data mengenai hubungan hukum antara Varietas yang bersangkutan dengan pemiliknya dan/atau penggunanya (PP No. 13/2004).

Pelepasan varietas tanaman adalah pengakuan pemerintah terhadap suatu varietas baru hasil pemuliaan dan atau introduksi yang dinyatakan dalam Keputusan Menteri Pertanian bahwa varietas tersebut merupakan varietas unggul yang dapat disebarluaskan (Kepmentan No. 902/Kpts/TP.240/12/1996). Introduksi benih atau materi induk dari luar negeri yaitu pemasukan benih atau materi induk dari luar negeri untuk pertama kali (Penjelasan PP No. 44/1995). Pendaftaran varietas dan PVT dilakukan di Pusat PVT-Kementan, sedangkan pelepasan varietas dilakukan di Direktorat Perbenihan, Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura, Kementerian Pertanian.

PVT dengan hak-hak dan kewajibannya merupakan sutau pilihan bagi pemilik atau penghasil varietas baru untuk memanfaatkan varietas hasil pemuliaan secara ekonomi. Secara hukum, apabila suatu varietas baru dilindungi dengan PVT, maka pemilik/pemegang hak PVT mempunyai kekuatan hukum untuk melarang pihak lain menggunakan varietas tersebut tanpa seijin pemilik/pemegang hak PVT.

Berbeda dengan PVT, pendaftaran varietas hanya menekankan pada kepentingan pengumpulan data dan hubungan hukum antara Varietas yang bersangkutan dengan pemiliknya, sedangkan pelepasan varietas menunjukkan bahwa suatu varietas merupakan varietas unggul dan aman untuk diperdagangkan/diperjualbelikan. Apabila terjadi pelanggaran terhadap penggunaan


(53)

suatu varietas baru oleh pihak lain, secara hukum pendaftaran dan pelepasan varietas tidak mempunyai kekuatan hukum yang lebih dibandingkan dengan PVT.

Namun demikian, sesuai dengan UU No. 12/1992, pelepasan varietas merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk varietas hasil pemuliaan maupun introduksi yang akan diperjualbelikan. Berdasarkan UU tersebut, meskipun suatu varietas telah dilindungi dengan PVT atau telah didaftarkan varietasnya, apabila akan diperjualbelikan/diedarkan/diperdagangkan harus melalui prosedur pelepasan varietas terlebih dahulu. Pelepasan varietas tanaman dilakukan untuk memberikan perlindungan kepada konsumen, khususnya pengguna benih, bahwa varietas yang dilepas merupakan varietas unggul. Keunggulan tersebut meliputi:

a. daya hasil tinggi

b. ketahanan terhadap organisme pengganggu tumbuhan utama c. ketahanan terhadap cekaman lingkungan

d. umur genjah atau kecepatan berproduksi e. mutu hasil tinggi dan atau tahan simpan f. benih toleran terhadap kerusakan mekanis g. bentuk tanaman yang ideal

h. mempunyai nilai ekonomis tinggi

Berdasarkan uraian di atas, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam upaya melindungi varietas tanaman hasil pemuliaan adalah:

a. Untuk perlindungan awal terhadap varietas tanaman hasil pemuliaan dapat dilakukan melalui pendaftaran varietas. Pendaftaran varietas tidak dikenakan biaya dan akan menyatakan hubungan hukum antara varietas yang bersangkutan dengan pemiliknya dan/atau penggunanya.

b. Apabila potensi ekonomi atau bisnisnya cukup bagus, sebelum dilakukan pelepasan varietas sebaiknya didaftarkan terlebih dahulu hak PVT-nya. Hal ini diperlukan mengingat syarat kebaruan dalam PVT, dimana suatu varietas dianggap baru apabila pada saat penerimaan permohonan hak PVT, bahan perbanyakan atau hasil panen dari varietas tersebut belum pernah diperdagangkan di Indonesia atau sudah diperdagangkan tetapi tidak lebih dari setahun, atau telah diperdagangkan di luar negeri tidak lebih dari empat tahun untuk tanaman semusim dan enam tahun untuk tanaman tahunan. Selain itu, apabila suatu varietas baru dilindungi dengan PVT, maka pemilik/pemegang hak PVT mempunyai kekuatan hukum untuk melarang pihak lain menggunakan varietas tersebut tanpa seijin pemilik/pemegang hak PVT.


(54)

c. Pelepasan varietas merupakan tahapan akhir yang perlu dilakukan mengingat UU No. 12/1992 yang mengharuskan suatu varietas yang akan diperjualbelikan/diedarkan/diperdagangkan harus melalui prosedur pelepasan varietas.

D. Lama Perlindungan PVT

Adapun jangka waktu perlindungan yang diberikan adalah selama 20 (dua puluh) tahun untuk tanaman semusim, dan 25 (dua puluh lima) tahun untuk tanaman tahunan. Pengertian tanaman tahunan ditujukan untuk jenis pohon-pohonan dan tanaman merambat yang masa produksinya lebih dari satu tahun, sedangkan yang lainnya disebut sebagai tanaman semusim.

E. Pelanggaran dan Sanksi dalam Pemanfaatan PVT

Sanksi utama yang dapat diterapkan atas pelanggaran hak PVT adalah pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan denda paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah).

F. Prosedur Perlindungan PVT

Sama dengan kebanyakan HKI, untuk mendapatkan perlindungan, PVT pun harus didaftarkan. Namun berbeda dengan HKI lainnya yang pendaftarannya kepada Ditjen. HKI - KemenhukHAM, pendaftaran PVT dilakukan di Pusat PVT yang berada di bawah Kementerian Pertanian (Kementan). Sesuai dengan “Prosedur Permohonan Hak PVT” yang dikeluarkan oleh Pusat PVT-Kementan, ketentuan untuk mengajukan permohonan hak PVT adalah sebagai berikut:

1. Ketentuan Umum

a. Permohonan hak PVT diajukan kepada Pusat PVT secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan membayar biaya. Besarnya biaya permohonan hak PVT untuk satu varietas Rp 150.000,- (Seratus Lima Puluh Ribu Rupiah). Biaya pendaftaran dibayarkan ke kas negara melalui Bank Pemerintah dengan pengisian blanko Surat Setoran Penerimaan Negara Bukan Pajak (SSBP) (KPPN Jakarta V, Kode Kementerian Pertanian Pusat


(1)

136

3. Nama/Nomor aksesi : Nama/nomor aksesi merupakan kode yang

diberikan oleh pemulia atau institusi penyelenggara pemuliaan tanaman terhadap galur-galur hasil persilangan yang belum diberi nama.

Contoh: Pada tahun 2005 suatu perusahaan benih melakukan persilangan tanaman jagung. Dari hasil persilangan diperoleh 100 galur. Ke-100 galur tersebut diberi kode dengan nomor J.2005.001 s.d J.2005.100. Dari ke-100 galur terpilih satu galur yang menunjukkan potensi untuk dipelihara dan akan didaftarkan, yaitu nomor J.2005.099.

4. Nama varietas a. Nama pertama b. Nama kedua c. Nama ketiga

: : :

Untuk mempercepat proses pendaftaran, pemilik Varietas Hasil Pemuliaan dapat

memberikan 3 (tiga) alternatif nama varietas. Apabila nama pertama tidak memenuhi persyaratan, Pusat PVT akan menggunakan nama kedua, dan apabila nama kedua juga tidak memenuhi persyaratan, maka Pusat PVT akan menggunakan nama ketiga.

Contoh 3 (tiga) alternatif nama varietas untuk suatu tanaman buah (melon), sebagai berikut:

a. Nama pertama : Maroni b. Nama kedua : Aladipa c. Nama ketiga : Kasandra 5. Silsilah atau asal usul : Gunakan lembar tambahan

Uraikan secara ringkas tentang silsilah atau asal usul yang memberi gambaran tentang tetua persilangan pembentuk varietas yang akan didaftar.

6. Metode pemuliaan : Gunakan lembar tambahan

Jelaskan secara ringkas tentang metoda pemuliaan yang digunakan untuk menghasilkan varietas yang akan didaftar, yang meliputi: (a) proses perakitan varietas, (b) sistem perbanyakan dari spesies, (c) metode seleksi, (d) lainnya yang dianggap perlu. (a) proses perakitan varietas terdiri dari: persilangan buatan, seleksi galur pada populasi alami, transformasi genetik, mutasi spontan, mutasi buatan, introduksi, lainnya (jelaskan).


(2)

137

(b) sistem perbanyakan dari spesies terdiri dari: generatif menyerbuk sendiri: generatif sering menyerbuk sendiri, menyerbuk silang, apomiksis, vegetatif, atau lainnya (jelaskan).

(c) metode seleksi yang digunakan dalam perakitan varietas ini: massa, lini murni, pedigree, bulk, silang balik, atau lainnya (jelaskan).

(d) yang perlu diuraikan pada bagian ini, misalnya: varietas yang didaftar merupakan hasil seleksi, maka sebutkan banyaknya siklus pemuliaan yang digunakan, cara perbanyakan antar generasi, berapa generasi varietas ini sudah dipertahankan dalam keadaan seperti sekarang ini, serta informasi lainnya yang ada hubungannya. 7. Waktu dan tempat dilaksanakannya kegiatan

pemuliaan

: Sebutkan waktu (mulai s.d selesai) dan tempat dimana kegiatan pemuliaan dari varietas yang akan didaftar dilakukan. Apabila kegiatan pemuliaan dilakukan di beberapa tempat, sebutkan secara rinci tahapan pelaksanaan pada setiap lokasi. Contoh:

- Maret 2001 s.d Nopember 2001, persilangan di lakukan di Pangalengan, Kabupaten Bandung; - Januari 2002 s.d September 2003,

Pedigree dilaksanakan di Desa Margahayu, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung

8. Nama pemulia, kewarganegaraan, dan alamat : Pemulia tanaman adalah orang yang melaksanakan pemuliaan tanaman. Dalam kegiatan pemuliaan tanaman, pemulia dapat bekerja sendiri, atau bersama-sama dengan orang lain, atau bekerja dalam rangka pesanan atau perjanjian kerja sama dengan perorangan atau suatu lembaga/institusi. Jika Pendaftar bukan pemulia tanaman dari varietas yang didaftarkan, maka nama, kewarganegaraan, dan alamat pemulia harus dicantumkan. Jika pemulianya lebih dari satu orang, sebutkan masing-masing secara lengkap nama, kewarganegaraan, dan alamat pemulianya.


(3)

138

Contoh:

1. Nama pemulia : Delima Putri Kewarganegaraan : Indonesia Alamat : PT. Bibit Bernama Indonesia Jl. MT Haryono No. 3, Ragunan, Jakarta Selatan

2. Nama pemulia : Purnama Bintang Kerwarganegaraan : Indonesia Alamat : PT. Bibit Bernama Indonesia Jl. MT Haryono No. 3, Ragunan, Jakarta Selatan

3. dst.

Jika pemulianya tidak mengatas-namakan suatu lembaga/institusi, maka alamat yang digunakan adalah alamat rumah dari pemulia yang bersangkutan.

9. Pendeskripsi varietas : Penyusun deskripsi varietas adalah

pemulia yang melakukan kegiatan perakitan varietas yang akan didaftar; atau seseorang atau sekelompok orang yang telah memiliki pengetahuan, kemampuan dan keterampilan serta ditunjuk oleh pemulia tanaman atau pemilik varietas yang bersangkutan untuk menjelaskan tentang asalusul atau silsilah, metode pemuliaan, ciri-ciri morfologi dan sifat-sifat penting lainnya dari varietas yang akan didaftar. Cantumkan nama dan lembaga/institusi tempat bekerja.

10. Pemilik varietas : Pemilik Varietas Hasil Pemuliaan adalah perorangan atau lembaga/institusi yang mempunyai hak penuh terhadap varietas yang akan didaftar. Apabila pemilik Varietas Hasil Pemuliaan adalah perorangan, sebutkan nama, kewarganegaraan, dan alamat. Sedangkan apabila pemilik Varietas Hasil Pemuliaan adalah suatu lembaga/institusi, sebutkan nama dan alamat lembaga/institusi secara lengkap. 11. Cara pengalihan kepemilikan varietas : Bila dialihkan, lampirkan buktinya

Kepemilikan suatu varietas tanaman dapat diperoleh melalui: kegiatan pemuliaan tanaman, pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian dalam bentuk akta notaris, atau sebab lain yang dibenarkan Undang-undang. Jelaskan dan lampirkan dokumen kepemilikan varietas yang akan didaftar.

12. Pendaftar (nama dan jabatan) : Pendaftar adalah seorang pemulia atau pemilik dari varietas yang akan didaftar.


(4)

139

Apabila Pendaftar bukan pemulia atau pemilik dari varietas yang akan didaftar, tetapi mengatas-namakan orang atau lembaga/institusi, maka sebutkan jabatan serta bukti surat penunjukan. Apabila suatu lembaga/institusi yang mempekerjakan pemulia akan mengajukan pendaftaran varietas tanaman, maka surat penugasan kepada pemulia dari varietas yang akan didaftar agar dilampirkan.

BAGIAN B: Informasi Teknis *)

*) Diisi sesuai dengan Pedoman Pengisian Formulir untuk masing-masing jenis/spesies tanaman yang akan didaftarkan.

Angka 1. Tanaman

Data dan informasi mengenai tanaman, antara lain meliputi: Tipe tumbuh (tegak, semi tegak, rebah, dan lain-lain.), kebiasaan tumbuh (semak, menjalar, dan lain-lain-lain.), tipe lingkungan tumbuh (lahan darat, lahan rawa, lahan sawah, dan lain-lain.), tinggi tanaman (cm atau m), bentuk tanaman, percabangan, kerapatan kanopi, umur tanaman, dan lain-lain.

Angka 2. Batang

Data dan informasi mengenai batang, antara lain meliputi: Bentuk batang, panjang batang (cm atau m), diameter/lingkar batang (cm), jumlah ruas buku (internoda), warna batang, dan lain-lain.

Angka 3. Daun

Data dan informasi mengenai daun, antara lain meliputi: Panjang daun, panjang tangkai daun, lebar daun, rasio panjang/lebar daun, ukuran daun, bentuk daun, keadaan permukaan daun, warna daun, dan lain-lain. Angka 4. Bunga

Data dan informasi mengenai bunga, antara lain meliputi: Ukuran bunga, panjang tangkai bunga, jumlah bunga pertanaman, warna mahkota, warna kelopak, warna putik, dan lain-lain.

Angka 5. Buah

Data dan informasi mengenai buah, antara lain meliputi: Bentuk buah, ukuran buah, warna buah muda, warna buah tua/matang, aroma buah matang, tekstur permukaan buah, ketebalan daging buah, warna daging buah, tebal kulit buah, kandungan nutrisi, dan lain-lain.

Angka 6. Biji

Data dan informasi mengenai biji, antara lain meliputi: Bentuk biji, ukuran biji (panjang dan/atau lebar), warna biji, dan lain-lain.

Angka 7. Sifat-sifat khusus

Sifat-sifat khusus merupakan sifat-sifat tertentu yang dimiliki oleh varietas tanaman yang akan didaftar, seperti: kadar amilose, kadar protein, kadar gula, kadar minyak, ketahanan terhadap hama dan/atau penyakit tanaman, ketahanan terhadap cekaman biotik dan/atau abiotik, dan lain-lain.

Tempat, tanggal-bulan-tahun

(Meterai)


(5)

140

Lampiran 12.

Biaya Pengelolaan Hak PVT (Berdasarkan

Keputusan Menteri Pertanian Nomor:

443/Kpts/KU.330/7/2004)

No.

Jenis

Satuan

Tarif (Rp.)

1.

Biaya Permohonan Pendaftaran Hak PVT

Varietas

150.000,-

2.

Biaya Pencatatan Pengalihan Hak PVT

Varietas

150.000,-

3.

a. Biaya Pencatatan Perjanjian Lisensi

Perjanjian Lisensi

1.000.000,-

b. Biaya Pencatatan Perjanjian Lisensi Wajib

Perjanjian Lisensi Wajib

1.000.000,-

4.

a. Biaya Tahunan

Varietas/tahun

1.500.000,-

b. Biaya Petikan Daftar Umum PVT

Varietas

60.000,-

c. Biaya Salinan Sertifikat PVT

Varietas

60.000,-

d. Biaya Salinan Dokumen PVT

Lembar

5.000,-

e. Permohonan Surat Bukti Hak Prioritas

Varietas

75.000,-

f. Perbaikan/PerubahanPermohonan Hak PVT

Varietas

100.000,-

g. Permohonan Banding

Varietas

3.000.000,-

h. Pendaftaran Konsultan PVT

Konsultan

5.000.000,-

Selain tarif seperti disebutkan di atas, pemohon berkewajiban menanggung segala

biaya yang berhubungan dengan pemeriksaan substantif yang besar dan bentuknya

disesuaikan dengan kebutuhan pelaksanaan pemeriksaan substantif dengan

mempertimbangkan jenis tanaman yang akan diperiksa dan dituangkan dalam

perjanjian antara pemohon dengan pelaksana pemeriksaan substantif.


(6)