ProdukHukum BankIndonesia

(1)

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Provinsi Sulawesi Utara

Triwulan III – 2009


(2)

Kata Pengantar

Sesuai Pasal 7 UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dijelaskan bahwa tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Guna mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia mempunyai 3 (tiga) tugas yaitu menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran serta mengatur dan mengawasi bank. Sejalan dengan itu dan diperkuat oleh momentum otonomi daerah, setiap Kantor Bank Indonesia (KBI) yang berada di daerah, termasuk KBI Manado dituntut berperan sebagai ”economic intelligent and research unit” yang diharapkan mampu memberikan informasi ekonomi dan keuangan daerah yang akurat, menyeluruh, dan terkini sebagai bahan masukan Kantor Pusat Bank Indonesia dalam perumusan dan penetapan kebijakan moneter yang tepat sasaran. Penyajian informasi ekonomi dan keuangan daerah tersebut, disusun dalam bentuk Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Sulawesi Utara secara triwulanan, yang berisi analisis mengenai kondisi makro ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta prospeknya ekonomi di triwulan mendatang.

Di samping itu, dalam rangka meningkatkan akuntabilitas Bank Indonesia melalui penyampaian informasi mengenai kondisi perekonomian dan keuangan kepada stakeholder

maka KBI perlu menyampaikan informasi dimaksud kepada stakeholder di daerah seperti pemerintah daerah, lembaga pendidikan, institusi keuangan, dan lembaga lainnya di daerah. Kami senantiasa mengharapkan masukan dan saran untuk meningkatkan kualitas dan manfaat laporan di masa yang akan datang. Akhir kata, kiranya laporan ini dapat memberikan manfaat bagi yang berkepentingan dan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini kami ucapkan terima kasih.

Manado, 30 September 2009

BANK INDONESIA MANADO

Ramlan Ginting Pemimpin


(3)

Daftar Isi

RINGKASAN EKSEKUTITF halaman 4

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL halaman 12

Sisi Permintaan halaman 13

Sisi Penawaran halaman 20

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH halaman 32

Inflasi Tahunan (Y.o.Y) halaman 32

Inflasi Bulanan (M.t.M) halaman 34

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH halaman 37

Fungsi Intermediasi halaman 38

Risiko Kredit halaman 49

Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat halaman 53

Box: Perkembangan, Peluang, dan Tantangan Penyalur KUR di Prov. Sulut halaman 55

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH halaman 57

Dana Perimbangan halaman 57

Perkembangan APBD Provinsi halaman 59

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 63

Perkembangan Aliran Uang Kartal halaman 63

Penemuan Uang Palsu halaman 67

Perkembangan Kliring Lokal (Tunai) halaman 68

RTGS (Real Time Gross Settlement) halaman 68

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

halaman 70

Pengangguran halaman 70

Kemiskinan halaman 74

Kesejahteraan Petani halaman 76

Rasio Gini halaman 77

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) halaman 78

PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI halaman 80

Prospek Pertumbuhan Ekonomi halaman 80

Prakiraan Inflasi halaman 81


(4)

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi :

Kantor Bank Indonesia Manado Jl. 17 Agustus No. 56

Ph. 0431-868102, 868103, 868108 Fax. 0431 - 866933


(5)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Perkembangan Makro Ekonomi Regional

Proses pemulihan yang terjadi pada perekonomian global terus menunjukkan indikasi yang semakin menguat dan merata di berbagai negara. Perbaikan yang paling tampak adalah di negara-negara emerging market Asia, terutama China. Sementara di negara maju, kontraksi ekonomi mulai melambat. Dari berbagai indikator makro ekonomi global, terlihat optimisme pemulihan ekonomi global semakin menguat. Perkembangan penjualan eceran, utilisasi kapasitas, dan indeks produksi, mulai meningkat baik di negara maju maupun negara emerging markets. Meski menunjukkan perbaikan, beberapa faktor risiko masih membayangi pemulihan ekonomi. Risiko tingkat pengangguran yang masih tinggi di negara-negara maju menjadi kendala bagi perbaikan kinerja perekonomian global lebih lanjut. Mencermati perkembangan tersebut, ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh sebesar 4,0-4,5% atau lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya sebesar 3,5 - 4,0%.

Secara regional, dampak krisis global pada perekonomian Sulawesi Utara hingga triwulan III 2009 diperkirakan masih minimal dengan laju pertumbuhan ekonomi diperkirakan sebesar 7,73% (y.o.y). Perkiraan ini antara lain dapat dikonfirmasi dari beberapa prompt

indicator dan hasil survey yang dimiliki oleh Kantor Bank Indonesia

Manado. Krisis ekonomi global ternyata lebih berpengaruh perekonomian Sulawesi Utara melalui jalur perdagangan luar negeri. Namun demikian, kontraksi yang terjadi pada ekspor luar negeri masih dapat dikompensasi dengan meningkatnya ekspor antar provinsi yang mengindikasikan terdapatnya peralihan pasar ekspor dari luar negeri ke dalam negeri (domestik). Selain itu, berlangsungnya even bertaraf internasional Bunaken Sail juga turut andil menahan perlambatan ekonomi tercermin dari meningkatnya Proses pemulihan yang terjadi

pada perekonomian global terus menunjukkan indikasi yang semakin menguat...

Secara regional, dampak krisis global pada perekonomian Sulut hingga triwulan III 2009


(6)

tingkat kunjungan wisatawan baik dalam dan luar negeri serta tingkat hunian hotel menjelang dan saat penyelenggaran even tersebut.

Dari sisi permintaan, perekonomian Sulawesi Utara selama Triwulan III 2009 diperkirakan lebih dominan didorong oleh kegiatan konsumsi baik konsumsi rumah tangga maupun swasta. Sedangkan kinerja ekspor luar negeri diperkirakan masih akan mengalami trend perlambatan bahkan kontraksi. Indikasi dari masih relatif tinggi kegiatan konsumsi selama triwulan laporan tercermin dari hasil Survey Ekspektasi Konsumen (SEK) dan Survey Penjualan Eceran (SPE) yang dilakukan oleh Bank Indonesia selama periode Juli – September 2009. Beberapa faktor pendorong meningkatnya kegiatan konsumsi adalah : (1) Penyelenggaraan even internasional Bunaken Sail pada Agustus 2009, (2) Berlangsungnya bulan suci ramadhan dan hari raya lebaran, serta (3) Berlangsungnya tahun ajaran baru 2009/2010.

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan III 2009 disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada. Potensi perlambatan ekonomi yang diperkirakan sebelumnya sebagai imbas dari krisis ekonomi global pada Oktober 2008 lalu ternyata masih dapat tertolong oleh meningkatnya kegiatan konsumsi dan aktivitas pembangunan infrastruktur dan sarana/prasarana lainnya khususnya yang berkaitan dengan penyelenggaraan WOC, CTI Summit (Mei 2009) dan Bunaken Sail (Agustus 2009) yang membawa multipier effect pada seluruh sektor ekonomi yang ada.

Perkembangan Inflasi Daerah

Secara umum, tekanan harga barang dan jasa di Kota Manado selama Triwulan III-2009 memperlihatkan adanya trend penurunan dibandingkan periode-periode sebelumnya. Pada September 2009, kota Manado mencatat deflasi sebesar 0,01% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan dengan akhir triwulan lalu yang tercatat sebesar Dari sisi penawaran, pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan III 2009 disumbangkan oleh seluruh sektor...

Secara umum, tekanan harga barang dan jasa di Kota Manado selama triwulan IIi 2009

memperlihatkan adanya trend penurunan...

Dari sisi permintaan,

perekonomian Sulawesi Utara selama triwulan III 2009

diperkirakan lebih didominasi oleh kegiatan konsumsi...


(7)

2,25% (y.o.y) dan periode yang sama tahun lalu sebesar 13,15% (y.o.y). Demikian pula jika dibandingkan dengan laju inflasi nasional yang sebesar 2,83% (y.o.y) maka laju inflasi Kota Manado masih lebih rendah.

Secara nasional, tekanan inflasi yang terus menurun juga disebabkan oleh hilangnya dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dari angka inflasi tahunan. Faktor lain yang membantu penurunan inflasi adalah stabilitas dan penguatan rupiah, yang disebabkan meningkatnya kepercayaan sehingga terjadi capital inflow. Fluktuasi harga minyak dunia sampai pada kisaran $70/barrel pada triwulan laporan tidak berdampak pada inflasi nasional, hal ini dikarenakan pemerintah memutuskan untuk tidak menaikkan harga BBM dalam negeri.

Dari sisi regional, trend penurunan laju inflasi Kota Manado lebih dipicu oleh ketersediaan kebutuhan bahan pokok yang masih mencukupi menjelang dan pasca hari raya Idul Fitri. Selain itu angka deflasi Kota Manado juga dipengaruhi oleh realisasi beras miskin (raskin) di provinsi Sulawesi Utara sampai dengan akhir September 2009 yang telah mencapai 75%. Inflasi yang rendah juga dapat terkonfirmasi dengan data Bank Indonesia yang menunjukkan penarikan dana tunai (uang kartal) dari khasanah tahun ini menurun dibandingkan lebaran tahun lalu.

Perkembangan Perbankan Daerah

Beberapa indikator kinerja perbankan di Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan III-2009 masih menunjukkan trend perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini tercermin dari perlambatan pertumbuhan dari total aset dan kredit yang disalurkan oleh bank. Walaupun angka nominal aset dan kredit menunjukkan adanya peningkatan, namun jika dilihat dari persentase pertumbuhannya cenderung mengalami penurunan. Pada triwulan laporan pertumbuhan aset perbankan hanya sebesar 20,24% (y.o.y) mengalami penurunan dibandingkan periode yang Beberapa indikator kinerja

perbankan Sulut pada triwulan III 2009 masih menunjukkan trend perlambatan...

Secara nasional, tekanan inflasi yang terus menurun juga disebabkan oleh hilangnya dampak kenaikan harga BBM...

Dari sisi regional, trend penurunan laju inflasi Kota Manado lebih dipicu oleh ketersediaan kebutuhan bahan pokok...


(8)

sama tahun lalu sebesar 24,78% (y.o.y). Fungsi intermediasi perbankan juga menunjukkan adanya perlambatan, terlihat dari angka Loan To Deposit Ratio (LDR) sebesar 102,88% lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 106,62%. Penurunan LDR ini tidak dibarengi dengan penurunan jumlah kredit bermasalah, sebaliknya terdapat peningkatan jumlah kredit bermasalah / Non Performing Loan (NPL), dimana pada triwulan laporan angka NPL tercatat 3,58% meningkat tipis dibandingkan dengan posisinya pada periode yang sama tahun lalu sebesar 3,43%. Satu indikator yang menunjukkan peningkatan adalah Dana Pihak Ketiga (DPK), pertumbuhan DPK tercatat 22,64% (y.o.y) lebih besar baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 21,91% (y.o.y) maupun dengan triwulan sebelumnya sebesar 21,67% (y.o.y) .

Perkembangan Keuangan Daerah (APBD)

Alokasi dana dari pemerintah pusat ke Sulawesi Utara di Tahun 2009 diperkirakan mencapai Rp9,22 Triliun atau naik 17,12% dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan komponen penyusunnya, kenaikan dana alokasi pemerintah pusat terutama berasal dari Dana Perimbangan (DAU/DAK) yang naik 23,45% mencapai jumlah Rp5,34 Triliun. Berikutnya adalah Dana Sektoral yang naik 8,38% mencapai Rp3,09 Triliun dan Dana Dekonsentrasi/Tugas Perbantuan yang naik 13,79% mencapai Rp788 milliar.

Pada tingkat provinsi, kinerja keuangan pemerintah hingga triwulan III 2009 relatif lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sampai dengan September 2009, total pengeluaran pemerintah mencapai Rp656,72 milliar atau mencapai 57,96% dari target pengeluaran dalam APBD-P sebesar Rp1.133,16 milliar. Sementara itu, total penerimaan pemerintah telah mencapai Rp783,09 milliar atau baru 75,37% dari target penerimaan dalam APBD-P sebesar Rp1.039,06 milliar. Jumlah penerimaan yang lebih besar dibandingkan realisasi menyebabkan Alokasi dana dari pemerintah

pusat ke Sulawesi Utara di Tahun 2009 diperkirakan mencapai Rp9,22 Triliun atau naik 17,12%...

Pada tingkat provinsi, kinerja keuangan pemerintah hingga triwulan III 2009 relatif lebih baik...


(9)

keuangan pemerintah hingga triwulan III 2009 mengalami surplus sebesar Rp126,36 milliar.

Perkembangan Sistem Pembayaran

Aliran uang kartal di khasanah Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan III-2009 berada pada kondisi net outflow, yang berarti aliran uang keluar dari khasanah lebih tinggi dibandingkan aliran uang masuk. Kondisi net outflow yang terjadi pada triwulan laporan merupakan pola musiman berkenaan dengan perayaan hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada bulan September 2009. Jumlah uang aliran uang masuk dan keluar selama triwulan laporan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Aliran uang masuk meningkat 18,61% (y.o.y) atau sebesar Rp19,09 miliar sebaliknya aliran uang keluar justru mengalami penurunan 36,57% (y.o.y) atau sebesar Rp135,446 miliar. Penurunan ini antara lain disebabkan oleh kondisi perbankan di wilayah kerja KBI Manado yang berada pada kondisi

long position. Selain itu, outflow juga lebih banyak melalui penukaran, dan hanya sebagian kecil melalui bayaran. Secara

netto, aliran uang kartal selama triwulan laporan berada pada kondisi outflow sebesar Rp113,29 miliar lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp267,83 miliar.

Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Manado menunjukkan penurunan signifikan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Total uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Bank Indonesia Manado pada triwulan III-2009 sebanyak 14 lembar yang terdiri dari 4 lembar uang pecahan Rp100.000,-, 6 lembar uang pecahan Rp50.000, dan 4 lembar uang pecahan Rp5.000,-. Jumlah ini jauh lebih kecil dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar 33 lembar. Jika dibandingkan dengan jumlah uang palsu yang ditemukan pada periode-periode sebelumnya terlihat bahwa jumlah uang palsu yang ditemukan pada triwulan IV-2008 sampai dengan triwulan III-Aliran uang kartal di khasanah

Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan III 2009 berada pada kondisi net outflow...

Penemuan uang palsu di wilayah kerja KBI Manado menunjukan penurunan signifikan...


(10)

2009 menunjukkan adanya trend penurunan berturut-turut sebanyak 136 lembar, 41 lembar , 18 lembar dan 14 lembar. Penurunan temuan ini mengindikasikan pemahaman masyarakat terhadap ciri-ciri keaslian uang rupiah sudah cukup baik.

Perkembangan kliring lokal (tunai) pada triwulan III-2009 menunjukkan peningkatan sebesar 12,84% (y.o.y) mencapai 93.945 lembar dengan nilai Rp2.036 triliun. Jika dilihat berdasarkan rata-rata harian lembar warkat yang dikliringkan selama periode laporan tercatat sebanyak 1,566 lembar dengan nilai sebesar Rp33,97 miliar. Angka inipun meningkat 18,62% (y.o.y). Peningkatan rata-rata jumlah nominal kliring tersebut semakin menegaskan bahwa perekonomian Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan yang positif.

Perkembangan

Ketenagakerjaan

Daerah

dan

Kesejahteraan Masyarakat

Secara umum perkembangan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara terus menunjukkan perbaikan, tercermin dari rasio TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) sebesar 10,63% atau turun tipis (0,02%) dibandingkan dengan periode Agustus 2008 sebesar 10,65%. Demikian halnya bila dibandingkan terhadap keadaan Februari 2008 yang juga mengalami penurunan sebesar 1,72%. Menurut lapangan pekerjaan, pertanian masih menjadi sektor lapangan pekerjaan utama, walaupun saat ini telah terjadi pergeseran ke sektor lainnya, terutama sektor perdagangan. Berdasarkan persebarannya, Manado masih menjadi daerah dengan jumlah angkatan kerja terbesar dan angka pengangguran tertinggi.

Outlook Pertumbuhan Ekonomi

Prospek perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan IV 2009 diperkirakan masih akan tumbuh positif walaupun masih dibayang-bayangi oleh minimnya pasokan listrik, musim kemarau yang lebih panjang dari perkiraan sebelumnya (dampak El Nino) serta belum optimalnya kinerja ekspor khususnya ekspor luar negeri sebagai Secara umum perkembangan

ketenagakerjaan di Sulawesi Utara terus menunjukkan perbaikan...

Prospek perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan IV 2009 diperkirakan masih akan tumbuh positif...

Perkembangan kliring lokal (tunai) pada triwulan III 2009

menunjukkan peningkatan sebesar 12,84% (y.o.y) mencapai 93.945 lembar...


(11)

dampak krisis ekonomi global. Sementara itu, beberapa faktor pendorong laju pertumbuhan ekonomi pada triwulan mendatang diantaranya adalah meningkatnya belanja pemerintah menjelang akhir tahun anggaran, berlangsungnya perayaan hari besar keagamaan (Santa Claus’s Day dan Natal) serta tahun baru 2010.

Perekonomian Sulut pada triwulan IV 2009 diperkirakan akan tumbuh sebesar 7,7% – 8,2% (y.o.y). Konsumsi masyarakat diperkirakan akan meningkat seiring dengan sejumlah faktor pendukung konsumsi yaitu Santa Claus’s Day tanggal 5 Desember 2009, Natal 25 Desember 2009 dan tahun baru 2010. Suku bunga perbankan yang terus menurun diprediksi juga akan mendorong aktivitas konsumsi masyarakat. Sedangkan aktivitas investasi diperkirakan akan mengalami tekanan seiring dengan belum terselesaikannya defisit listrik yang dialami oleh Sulawesi Utara sehingga minat investor baru tertahan. Perdagangan luar negeri juga diyakini akan berlanjut ke arah perbaikan seiring dengan mulai terdapatnya tanda-tanda pemulihan ekonomi di negara-negara tujuan ekspor utama Sulawesi Utara. Beberapa data yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi Sulut antara lain: (1) Hasil liaison menunjukkan bahwa baik eksportir maupun importir sama-sama optimis akan berlanjutnya perbaikan hingga akhir tahun nanti, (2) Survei kepada pengusaha maupun konsumen juga menunjukkan optimisme terhadap kondisi ekonomi di triwulan mendatang, (3) Ditetapkannya Bitung sebagai salah satu dari dua daerah prioritas pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Indonesia.

Outlook Inflasi Regional

Tekanan inflasi pada triwulan mendatang diperkirakan akan meningkat. Dari sisi penawaran, trend kenaikan harga minyak dunia yang diikuti oleh kenaikan harga komoditas diperkirakan akan mendorong tekanan harga. Secara regional, musim kemarau yang lebih panjang dari perkiraan (dampak El Nino) akan menyebabkan produksi pertanian mengalami penurunan. Selain Perekonomian Sulut pada triwulan

IV 2009 diperkirakan akan tumbuh sebesar 7,7% - 8,2% (y.o.y)....

Tekanan inflasi pada triwulan mendatang diperkirakan akan meningkat....


(12)

itu, defisit listrik yang dialami Sulawesi Utara sejak beberapa bulan terakhir diperkirakan masih akan berlanjut pada beberapa bulan ke depan. Sumber tekanan harga lainnya yang perlu diwaspadai adalah meningkatnya permintaan akan bahan bangunan yang dipicu oleh peningkatan realisasi belanja fisik pemda dan perilaku. Namun demikian, relatif terkendalinya laju inflasi Kota Manado paling tidak hingga September 2009 cukup membangkitkan optimisme bahwa hingga akhir Tahun 2009 laju inflasi Kota Manado akan berada pada kisaran 4-5%.


(13)

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Perkembangan perekonomian global yang terus menunjukkan pemulihan telah berdampak pada membaiknya ekonomi domestik. Ekonomi Indonesia berpotensi tumbuh lebih baik dari perkiraan semula, baik untuk tahun 2009 maupun tahun 2010. Di tahun 2009, ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh sebesar 4,0-4,5% atau lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya sebesar 3,5 - 4,0%. Sementara itu, untuk tahun 2010, pertumbuhan ekonomi diprakirakan mencapai 5,0-5,5%.

Proses pemulihan yang terjadi pada perekonomian global terus menunjukkan indikasi yang semakin menguat dan merata di berbagai negara. Perbaikan yang paling tampak adalah di negara-negara emerging market Asia, terutama China. Sementara di negara maju, kontraksi ekonomi mulai melambat. Dari berbagai indikator makro ekonomi global, terlihat optimisme pemulihan ekonomi global semakin menguat. Perkembangan penjualan eceran, utilisasi kapasitas, dan indeks produksi, mulai meningkat baik di negara maju maupun negara emerging markets. Meski menunjukkan perbaikan, beberapa faktor risiko masih membayangi pemulihan ekonomi. Risiko tingkat pengangguran yang masih tinggi di negara-negara maju menjadi kendala bagi perbaikan kinerja perekonomian global lebih lanjut.

Di sisi domestik, perekonomian Indonesia menunjukkan perkembangan yang lebih baik seiring dengan terus membaiknya perekonomian global. Pertumbuhan PDB pada triwulan III 2009 diperkirakan mencapai 4,2%, lebih tinggi dibandingkan perkiraan sebelumnya sebesar 3,9%. Dari sisi permintaan, kinerja konsumsi meningkat ditopang oleh pendapatan ekspor yang meningkat, keyakinan konsumen yang lebih kuat, serta faktor musiman menjelang hari raya Idhul Fitri. Kinerja investasi diperkirakan sedikit membaik, meski masih tumbuh rendah. Dari sisi eksternal, pertumbuhan ekspor diperkirakan lebih tinggi sejalan dengan ekonomi negara mitra dagang yang semakin membaik, serta harga komoditas global yang meningkat. Sementara, pertumbuhan impor diperkirakan masih minimal. Di sisi penawaran, sektor industri pengolahan dan perdagangan, hotel dan restoran, tumbuh membaik pada triwulan III-2009 seiring dengan perayaan Idul Fitri.


(14)

Secara regional, dampak krisis global pada perekonomian Sulawesi Utara hingga triwulan III 2009 diperkirakan masih minimal dengan laju pertumbuhan ekonomi diperkirakan sebesar 7,73% (y.o.y). Perkiraan ini antara lain dapat dikonfirmasi dari beberapa promp indikator dan hasil survey yang dimiliki oleh Kantor Bank Indonesia Manado. Krisis ekonomi global ternyata lebih berpengaruh perekonomian Sulawesi Utara melalui jalur perdagangan luar negeri. Selama Januari s.d. Agustus 2009, nilai dan volume ekspor luar negeri rata-rata turun 47% dan 37% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Namun demikian, kontraksi yang terjadi pada ekspor luar negeri masih dapat dikompensasi dengan meningkatnya ekspor antar provinsi yang mengindikasikan terdapatnya peralihan pasar ekspor dari luar negeri ke dalam negeri (domestik). Selain itu, berlangsungnya even bertaraf internasional Bunaken Sail juga turut andil menahan perlambatan ekonomi tercermin dari meningkatnya tingkat kunjungan wisatawan baik dalam dan luar negeri serta tingkat hunian hotel menjelang dan saat penyelenggaran even tersebut.

A. SISI PERMINTAAN

Dari sisi permintaan, perekonomian Sulawesi Utara selama Triwulan III 2009 diperkirakan lebih dominan didorong oleh kegiatan konsumsi baik konsumsi rumah tangga maupun swasta. Sedangkan kinerja ekspor luar negeri diperkirakan masih akan mengalami trend perlambatan bahkan kontraksi. Indikasi dari masih relatif tinggi kegiatan konsumsi selama triwulan laporan tercermin dari hasil Survey Ekspektasi Konsumen (SEK) dan Survey Penjualan Eceran (SPE) yang dilakukan oleh Bank Indonesia selama periode Juli – September 2009. Beberapa faktor pendorong meningkatnya kegiatan konsumsi adalah : (1) Penyelenggaraan even internasional Bunaken Sail pada Agustus 2009, (2) Berlangsungnya bulan suci ramadhan dan hari raya lebaran, serta (3) Berlangsungnya tahun ajaran baru 2009/2010.

Tabel 1.1.

La ju Pertumbuhan Sulawesi Utara Menurut Jenis Penggunaan (%)

Q3 Sumb. Q4 Q1 Q2 Q3**) Sumb.

Konsumsi 2.72 1.84 3.83 4.06 8.53 6.44 5.75 3.70 Konsumsi Sw asta 1.84 0.84 4.36 3.45 5.12 5.16 3.96 1.72 Konsumsi Pemerintah 4.60 1.00 2.86 5.33 15.95 9.04 9.42 1.98

PMTB 15.56 3.64 13.07 11.70 10.03 6.33 4.87 1.22

Stok 50.24 0.86 48.49 40.51 -19.93 -36.13 71.99 1.72

Ekspor 20.86 8.99 10.51 18.40 5.96 6.90 8.73 4.22

Impor 20.84 7.46 7.61 18.44 7.90 -0.78 7.78 3.12

PDRB 7.88 7.88 8.06 7.56 7.45 8.31 7.73 7.73 2008

Jenis Penggunaan 2008 2009


(15)

1. Konsumsi

Secara umum, kegiatan konsumsi pada triwulan III 2009 diperkirakan tumbuh cukup baik walaupun sedikit lebih lambat dibandingkan triwulan – triwulan sebelumnya dengan laju pertumbuhan 5,75% (y.o.y dengan kontribusi 3,70% terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara umum. Beberapa faktor pendorong peningkatan konsumsi diantaranya adalah penyelenggaraan even internasional Bunaken Sail, berlangsungnya bulan suci ramadhan, hari raya lebaran, serta tahun ajaran baru 2009/2010.

Pemantauan terhadap berbagai indikator konsumsi menunjukan bahwa tingkat konsumsi masih tetap tumbuh positif. Indeks penjualan ecaran, konsumsi listrik rumah tangga dan angka penjualan kendaran baru, semuanya masih mengindikasikan aktivitas konsumsi yang cukup baik selama triwulan III 2009. Sementara itu sentimen negatif krisis global terhadap tingkat konsumsi masyarakat tidak terlalu berpengaruh karena tidak banyak masyarakat Sulawesi Utara yang memiliki portopolio di aset-aset keuangan modern. Sebagaimana diketahui bahwa dampak terbesar krisis global terhadap sektor privat/rumah tangga umum adalah menurunnya kekayaan berupa aset-aset keuangan. Selain itu, adalah berkurangnya penghasilan rumah tangga (misalnya akibat PHK atau pengurangan jam kerja). Namun demikian dampak tersebut diperkirakan sangat minimal. Meskipun tidak terdapat angka resmi tentang jumlah pekerja yang di – PHK akibat krisis global, kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara tidak banyak mengalami perubahan. Tingkat pengangguran bahkan mencatat penurunan dalam kurun waktu Februari 2008 – Februari 2009 (lihat Bab 6 Tingkat Kesejahteraan Masyarakat). Sebagian besar tenaga kerja di Sulawesi Utara memang berada di sektor pertanian yang kinerjanya relatif tidak terpengaruh oleh krisis ekonomi global.

Untuk membiayai aktivitas konsumsi, masyarakat menggunakan tabungannya seperti terlihat pada indikator simpanan perorangan perbankan. Selain itu, seiring dengan menurunnya suku bunga deposito, masyakat mempunyai kecenderungan untuk membelanjakan uangnya tercermin dari terus meningkatnya laju pertumbuhan kredit konsumsi yang mencapai 34,35% (y.o.y). Trend kenaikan laju pertumbuhan kredit konsumsi ini cukup kontras bila dibandingkan dengan kinerja kredit modal kerja dan investasi yang sejak krisis ekonomi global terjadi mengalami perlambatan. Sementara itu, suku bunga kredit konsumsi tampak belum merespon suku bunga acuan BI maupun suku bunga deposito yang telah turun siginificant dalam beberapa bulan terakhir. Tingginya suku bunga


(16)

ini menjadi salah satu faktor perlambatan laju penyaluran kredit konsumsi di samping kebijakan perbankan secara umum yang memang menahan laju ekspansi kreditnya.

Hasil Survey Konsumen Kantor Bank Indonesia Manado menunjukkan optimisme masyarakat yang berlanjut terhadap kondisi ekonomi secara umum. Persepsi masyarakat terhadap penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan lalu terus meningkat. Terus membaiknya persepsi masyarakat ini diyakini akan dapat mendorong aktivitas konsumsi masyarakat untuk tumbuh lebih tinggi di periode-periode mendatang.

Sementara itu, perlambatan kegiatan belanja pemerintah antara lain tercermin persentase realisasi belanja pemerintah dalam APBD-P Sulut yang hingga akhir Triwulan III 2009 baru mencapai 57,96%, tidak berbeda jauh dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 57,50%. Namun demikian, kinerja APBD-P pada triwulan mendatang diperkirakan akan lebih baik seiring dengan kenaikan jumlah alokasi dana fiskal pemerintah pusat ke seluruh wilayah di Sulut sebesar 15% mencapai jumlah Rp10,6 Triliun di Tahun 2009.

2. Investasi

Secara umum, kegiatan investasi pada triwulan III 2009 diperkirakan tumbuh positif di tengah-tengah tantangan akan defisit listrik yang dialami oleh Provinsi Sulawesi Utara. Cukup baiknya kegiatan investasi selama triwulan laporan antara lain dapat dikonfimasi dengan laju penjualan semen yang tercatat tumbuh 5,46% (y.o.y). Situasi serupa juga tercermin dari laju impor barang modal (capital goods) yang secara rata-rata masih berada di kisaran 5%. Dari sisi pembiayaan perbankan, jumlah kredit produktif yang disalurkan guna mendukung kegiatan investasi memiliki kecenderungan tren yang meningkat,

Grafik 1.1.

Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

Sumber : Survey Konsumen (SK) Kota Manado Sumber : Survey Konsumen (SK) Kota Manado 60

70 80 90 100 110 120 130 140

J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S

2008 2009

60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160

J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S

2008 2009

Grafik 1.2. Indeks Penghasilan Saat Ini


(17)

-15 -10 -5 0 5 10 15 20 25 30 35

0 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 140.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2007 2008 2009

vol semen - Y Left g_vol semen - Y Right

% Ton

walaupun porsinya masih relatif kecil dibandingkan total pembiayaan perbankan di Sulawesi Utara. Hingga akhir triwulan III 2009, total kredit produktif (modal kerja dan investasi) yang disalurkan mencapai Rp4,45 Triliun atau meningkat 3,06% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Secara umum, perkembangan kegiatan investasi di Sulawesi Utara mendapat tantangan bararti dari minimnya pasokan listrik. Hal ini tercermin dari terus berlangsungnya pemadaman bergilir hingga saat ini sehubungan dengan defisit listrik di Sulawesi Utara yang mencapai 30 MW. Berkurangnya daya mampu listrik PLN tersebut disebabkan oleh belum berfungsinya Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Lahendong dan tidak optimalnya Pembangkit Listrik Tenaga Air Tonsea Lama serta Tanggari. Tidak berfungsinya PLTPB Lahendong unit 3 (kapasitas 20 MW) akibat gangguan pipa yang mengalami kebocoran. Sedangkan hilangnya kapasitas 10 MW dikarenakan adanya penurunan debit air Danau Tondano yang berdampak pada menurunnya tekanan turbin di PLTA. Saat ini kebutuhan listrik masyarakat di Sulawesi Utara mencapai 147 MW pada posisi puncak, sedangkan yang dapat disediakan oleh PLN baru 117 MW.

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum

3. Ekspor – Impor

Kinerja ekspor di Triwulan III 2009 diperkirakan akan mengalami perbaikan dengan laju pertumbuhan 8,73% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,90%. Namun demikian membaiknya kinerja ekspor ini terlihat lebih banyak disebabkan oleh membaiknya kinerja ekspor antar provinsi sedangkan untuk ekspor luar negeri masih terus mengalami kontraksi walaupun dengan level kedalaman yang semakin landai.

Grafik 1.4.

Pertumbuhan Kredit Produkif (%)

0 10 20 30 40 50 60

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

2007 2008 2009

(%)

Grafik 1.3.


(18)

Secara umum, dampak krisis ekonomi global telah menyebabkan menurunnya permintaan dunia sehingga berdampak pada melambatnya kinerja ekspor luar negeri tercermin dari penurunan nilai dan volume ekspor Sulawesi Utara selama periode Januari – Agustus 2009 masing-masing sebesar 47% dan 37% (y.o.y). Tercatat nilai ekspor Sulut ke luar negeri selama selang Januari s.d. Agustus 2009 mencapai USD 272 Juta dengan volume sebesar 355 ribu ton.

Berdasarkan jenisnya, komoditi utama ekspor luar negeri terutama dalam bentuk Food & Animals serta Animals & Vegetable Oils & Fats khususnya olahan dari produk kopra, minyak kelapa (Virgin Coconut Oil) dan ikan dengan negara tujuan utama adalah Amerika Serikat, China, dan Belanda. Berbeda dengan triwulan sebelumnya dimana Amerika Serikat posisinya masih berada diurutan ke-2 negara tujuan utama eskpor luar negeri maka pada triwulan laporan negara tersebut kembali naik ke urutan 1 negara tujuan ekspor luar negeri. Hal ini mengindikasikan bahwa pemulihan ekonomi Amerika diperkirakan akan ebih cepat dibandingkan negara-negara lainnya.

Tabel 1.2.

Pangsa Negara Tujuan Utama Ekspor Luar Negeri Berdasarkan Nilai Ekspornya

Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. Agustus 2009

Grafik 1.5.

Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Sulut

Tabel 1.1.

Komoditi Utama Ekspor Sulut (dlm Ribu Ton)

Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. Agustus 2009

Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. Agustus 2009

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8

2008 2009

Nilai Ekspor LN (dlm Juta USD) Vol Ekspor LN (dlm Ribu Ton)

28% 21% 12% 8% 7% 4% 20% 2008 Belanda Amerika Serikat Korea Selatan China India Jepang Negara Lainnya 21% 19% 14% 9% 8% 7% 22% 2009*) Amerika Serikat China Belanda Jepang Korea Selatan Jerman Negara Lainnya 393 178

327 304

121 482 407 591 467 221 66 35 16 12 13

2005 2006 2007 2008 2009*)


(19)

0 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8

Nilai (Ribu USD) Volume (Ton)

22 - 26 - 360 156

-3.287

- 10

13.853 11.875

23.221

7.662

12.527

-5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000

2005 2006 2007 2008 2009*)

Pertanian Tambang Manufaktur

Sementara itu, kegiatan impor selama triwulan III 2009 diperkirakan tumbuh 7,78% (y.o.y). Menurut komponen penyusunnya, nilai tambah kegiatan impor antar pulau/provinsi merupakan kontributor utama dibandingkan impor luar negeri. Tercatat, nilai impor luar negeri selang Januari s.d. Agustus 2009 mencapai USD12,54 juta, meningkat lebih dari 150% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat USD4,99 Juta. Pencapaian ini cukup menggembirakan mengingat sebagian besar impor luar negeri merupakan barang-barang modal yang diperlukan dalam kegiatan investasi di Sulawesi Utara.

Berdasarkan komoditinya, impor Sulawesi Utara lebih dari 99% didominasi oleh produk barang modal (mesin, perkakas, alat transportasi, dlsb-nya). Meningkatnya komposisi barang impor dalam bentuk mesin, peralatan dan material ini mengindikasikan terus meningkatnya kegiatan investasi di Sulawesi Utara. Sementara itu, menurut negara asal barangnya, impor luar negeri Sulawesi Utara terutama berasal dari negara China, Filipina dan Jepang. Sedikit berbeda dibandingkan Tahun 2008 lalu dimana komodit impor lebih banyak didatangkan dari negara China, Thailand dan Australia.

Grafik 1.6.

Perkembangan Nilai dan Volume Impor Sulut

Tabel 1.3.

Komoditi Utama Impor Sulut (dlm Ton)

Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia *) s.d. Agustus 2009

Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia *) s.d. Agustus 2009


(20)

49,23

13,55 11,47 8,99

6,72 10,04

Tahun 2008

China Thailand Australia Filipina Singapore Negara Lainnya

60,56 12,64

12,62 6,16

3,644,40

Tahun 2009*)

China Filipina Jepang Malaysia Australia Negara Lainnya

4,9 36,9 62,0 10,6 12,5

377,4

236,5

495,4 659,7

259,6

2005 2006 2007 2008 2009*)

Nilai Impor Surplus Perdagangan LN

Grafik 1.7.

Pangsa Negara Asal Impor Luar Negeri Berdasarkan Nilai Impornya

Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. Agustus 2009

Dengan mengacu pada kinerja ekspor dan impor selama triwulan III 2009 maka secara netto

neraca perdagangan luar negeri berada pada kondisi surplus perdagangan. Hal ini berarti nilai ekspor lebih tinggi dibandingkan nilai impornya. Sedangkan untuk transaksi perdagangan antar provinsi umumnya masih berada pada kondisi defisit. Hal ini disebabkan karena hampir 70% barang konsumsi masih harus didatangkan dari luar provinsi terutama dari Kota Makasar dan Kota Surabaya.

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Semantara perkembangan kegiatan perdagangan dalam negeri selama triwulan laporan dapat dikonfirmasi dengan kegiatan ekspor dan impor antar provinsi yang dicatat oleh PT. Pelindo Tbk yaitu melalui Pelabuhan Bitung. Berdasarkan data yang bersumber dari PT. Pelindo IV Bitung intensitas kegiatan impor antar provinsi lebih tinggi dibandingkan dengan kegiatan ekspor antar provinsi yang berarti lebih banyak barang yang masuk ke wilayah Sulawesi Utara dibandingkan barang yang keluar dari Sulawesi Utara. Dengan demikian,

Grafik 1.8.

Nilai Impor dan Surplus Perdagangan Luar Negeri Menurut PDRB Sulawesi Utara Jenis Penggunaan


(21)

dapat disimpulkan bahwa tingkat ketergantungan Sulawesi Utara terhadap daerah/provinsi lainnya di luar Sulawesi Utara masih cukup tinggi.

Tabel 1.4.

Kegiatan Perdagangan Luar dan Dalam Negeri di Pelabuhan Bitung (dalam USD)

2008

Jan-Sep Jan-Sep

Impor Antar Provinsi (Ton) 2.310.395 2.698.362 3.214.457 2.326.167 2.274.576 -2,22 Turun Ekspor Antar Provinsi (Ton) 803.014 950.690 917.834 674.826 692.361 2,60 Meningkat

2007 2008

2006

KEGIATAN 2009*) Ket

Y.o.Y

Sumber : PT. Pelindo IV (Persero), Bitung *) Angka Sementara

B. SISI PENAWARAN

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan III 2009 disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada. Dampak krisis ekonomi global hingga triwulan III 2009 relatif minimal tercermin dari perkiraan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 7,73% (y.o.y). Potensi perlambatan ekonomi yang diperkirakan sebelumnya sebagai imbas dari krisis ekonomi global pada Oktober 2008 lalu ternyata masih dapat tertolong oleh meningkatnya kegiatan konsumsi dan aktivitas pembangunan infrastruktur dan sarana/prasarana lainnya khususnya yang berkaitan dengan penyelenggaraan WOC, CTI Summit (Mei 2009) dan Bunaken Sail (Agustus 2009) yang membawa multipier effect pada seluruh sektor ekonomi yang ada.

Tabel 1.5.

Laju Pertumbuhan Sulawesi Utara Menurut Sektor Ekonomi (%)

Q3 Sumb. Q4 Q1 Q2 Q3**) Sumb.

Pertanian 1.64 0.37 1.55 2.66 4.65 4.21 3.66 1.03 Pertambangan & Penggali 10.13 0.53 9.87 9.39 5.74 5.75 8.23 0.19 Industri Pengolahan 6.47 0.51 4.97 6.20 5.43 6.67 6.83 0.53 Listrik, Gas & Air Bersih 8.19 0.06 8.11 7.53 17.75 18.65 7.63 0.06 Bangunan 10.77 1.72 14.02 10.73 7.86 5.77 7.57 1.24 PHR 12.76 1.80 9.58 10.88 12.37 15.37 12.54 1.85 Pengangkutan & Komunik 10.99 1.29 12.14 11.02 8.72 14.54 10.82 1.31 Keu., Sew a & Jasa Perusah 7.45 0.49 6.85 7.34 7.03 6.94 8.13 0.54 Jasa-Jasa 7.25 1.10 7.10 5.42 6.50 6.42 6.58 0.99

PDRB 7.88 7.88 8.06 7.56 7.45 8.31 7.73 7.73 2009

Lapangan Usaha 2008 2008

Sumber : BPS Provinsi ulawesi Utara, diolah

1. Pertanian

Kinerja sektor pertanian pada triwulan III 2009 diperkirakan akan mengalami perlambatan walaupun masih dalam laju pertumbuhan yang positif. Ancaman datangnya musim kemarau panjang (El Nino) yang diperkirakan mulai dirasakan pada akhir September atau awal Oktober 2009 telah menyebabkan produksi pertanian di Sulawesi Utara mengalami penurunan. Dampak yang telah ditimbulkan dari adanya El Nino diantaranya mulai


(22)

dirasakan oleh para petani jagung dimana di beberapa tempat mengalami kegagalan panen sebagai dampak musim kemarau yang sudah berlangsung selama 2 (dua) bulan. Menurut sejumlah petani di Kabupaten Minahasa, tanaman yang mengalami kegagalan panen adalah tanaman yang ditanam satu hingga dua bulan terakhir karena sudah mulai mengering. Khususnya tanaman jagung, musim kemarau yang disertai tiupan angin kencang menyebabkan tanaman tersebut tidak memperoleh pasokan air dalam tanah yang cukup sehingga kondisi tanaman mengerdil dan potensi kegagalan produksi yang bisa terindari. Untuk mengatasinya, para petani terpaksa menyiram tanaman dengan mengambil air dari sumber mata air yang terdekat dalam upaya merangsang tumbuhan tersebut dapat berbuah.

Selain itu, sedikitnya 41 hektar sawah petani di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur mengalami kekeringan dan gagal panen sehingga pendapatan petani mengalami penurunan. Penyebabnya tidak hanya faktor musim kemarau akan tetapi juga disebabkan oleh buruknya jaringan irigasi di daerah tersebut. Pendapatan yang turun ini dikarenakan sebagian besar petani masih mengandalkan sawah tadah hujan. Guna mengatasi hal tersebut, pemerintah setempat berupaya untuk mengucurkan bantuan berupa pemberian bantuan bibit padi gratis, pengadaan pompa air guna mengefektifkan sawah-sawah penyimpan air serta pembangunan jaringan irigasi.

Perkembangan kinerja sektor pertanian antara lain dapat dikonfirmasi dengan data perkembangan luas panen tanaman padi dan jagung serta data perkembangan produksi beras dan jagung. Selama triwulan III 2009, perkembangan luas panen tanaman padi dan jagung tidak mengalami pertambahan bahkan mengalami penurunan luas panen. Luas panen tanaman padi pada triwulan III 2009 diperkirakan hanya sebesar 20.482 Ha atau turun 45,2% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Seiring dengan itu, luas panen tanaman jagung juga mengalami penurunan dari 39.636 Ha pada triwulan III 2008 menjadi 32.594 Ha pada triwulan laporan atau turun 17,77% (y.o.y). Penurunan luas areal panen membawa dampak pada menurunnya jumlah produksi padi dan jagung. Jumlah produksi beras pada triwulan III 2009 diperkirakan hanya mencapai 66 ribu ton atau turun 43,35% (y.o.y) dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu. Demikian pula dengan komoditi jagung, dimana selama triwulan III 2009 diperkirakan produksinya hanya sebesar 139 ribu ton atau turun 12,29% (y.o.y) dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu.


(23)

Grafik 1.9.

Perkembangan Luas Panen Tanaman Padi dan Pertambahannya -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 60 -10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)

2008 2009

Luas Panen (Ha) - Y Left

Pertambahan Luas Panen (%) - Y Right

Dari sisi pembiayaan, peran perbankan di Sulawesi Utara untuk membiayai sektor pertanian masih relatif terbatas. Sampai dengan September 2009, jumlah kredit yang disalurkan pada sektor pertanian baru sebesar Rp355,73 milliar atau hanya 3,56% dari total kredit yang disalurkan. Belum terlalu optimalnya penyaluran kredit di sektor pertanian antara lain disebabkan oleh relatif tingginya resiko usaha di sektor tersebut tercermin dari tingginya NPL (Non Performing Loan) sebesar 7,88% (batas maksimum yang dipersyaratkan BI adalah sebesar 5%). Selain itu, budaya dan perilaku masyarakat yang kurang bijak dan memiliki anggapan bahwa kredit/fasilitas pembiayaan dari bank utamanya Bank Pembangunan Daerah (BPD) merupakan pemberian cuma-cuma masih banyak berkembang di masyarakat. Hal ini membuat perbankan di Sulawesi Utara sangat berhati-hati dalam melakukan pembiayaan di sektor ini. Hal ini tercermin dari terus melambatnya pertumbuhan kredit di

Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara

Grafik 1.10. Perkembangan Produksi Beras

Grafik 1.11.

Perkembangan Luas Panen Tanaman Jagung dan Pertambahanya

Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara -60 -40 -20 0 20 40 60 80 100 0 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 40.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)

2008 2009

Luas Panen (Ha) - Y Left

Pertambahan Luas Panen (%) - Y Right

-20 0 20 40 60 80 100 120 -50.000 100.000 150.000 200.000 250.000

Q3 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2008 2009

Produksi Jagung (Ton) Kenaikan Produksi Jagung (%)

Grafik 1.12.

Perkembangan Produksi Jagung

-60 -40 -20 0 20 40 60 80 100 120 0 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 140.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*)

2008 2009

Produksi Beras (Ton) Kenaikan Produksi Beras (%)


(24)

-20 -10 0 10 20 30 40 50 60 70 80 0 100.000 200.000 300.000 400.000 500.000 600.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2008 2009

Konstruksi Y - Left g_Konstruksi - Y Right

Juta Rp %

-40 -20 0 20 40 60 80 100 120 0 100.000 200.000 300.000 400.000 500.000 600.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2008 2009

Pertanian - Y Left g_Pertanian - Y Right

Juta Rp %

-15 -10 -5 0 5 10 15 20 25 30 35 0 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 140.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2007 2008 2009

vol semen - Y Left g_vol semen - Y Right

% Ton

sektor pertanian dari yang sebelumnya pernah tumbuh pada kisaran 75-80% (y.o.y) di akhir Tahun 2008, turun menjadi hanya 2,28% (y.o.y) pada Juni 2009 bahkan mengalami kontraksi pada September 2009 sebesar 32,89% (y.o.y)

2. Sektor Bangunan

Kinerja sektor bangunan selama triwulan III 2009 diperkirakan masih akan mengalami perkembangan yang cukup baik. Perkembangan sektor bangunan antara lain dapat dikonfirmasi melalui data volume penjualan semen di Sulawesi Utara yang selama triwulan III 2009 tumbuh 5,46% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Secara bulanan, pertumbuhan volume penjualan semen selama triwulan laporan terutama terjadi pada Juli dan Agustus 2009 yang tercatat masing-masing tumbuh 26,13% dan 70,81% (y.o.y), sedangkan pada September kembali mengalami kontraksi sebesar 38,23% (y.o.y).

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum

Grafik 1.14.

Volume Penjualan Semen dan Pertumbuhannya

Grafik 1.15.

Perkembangan Kredit Konstruksi

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

Grafik 1.13. Pertumbuhan Kredit Pertanian


(25)

0 2 4 6 8 10 12 14 16

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2008 2009

NPL Konstruksi

Perkembangan sektor bangunan pada triwulan ini sebenarnya terbantu oleh trend penurunan berbagai bahan baku properti seperti besi, batu bata, pasir dan semen. Namun demikian, salah satu tantangan yang masih harus dihadapi oleh dunia usaha adalah sentimen negatif krisis ekonomi global dan relatif tingginya suku bunga kredit perbankan yang tentu saja akan mempengaruhi keputusan bisnis di sektor bangunan. Masih relatif tingginya suku bunga kredit properti tentunya akan menekan kinerja sektor bangunan khususnya pembelian rumah yang menggunakan fasilitas kredit (KPR).

Pertumbuhan kredit untuk sektor properti terus mengalami perlambatan hingga akhir triwulan III 2009. Bila pada Tahun 2008, kredit properti sempat tumbuh hingga 60% (y.o.y), maka kini pertumbuhannya terus menurun hingga mengalami kontraksi 9,83% (y.o.y) pada September 2009. Trend penurunan suku bunga BI – Rate ternyata belum ditransmisikan secara sempurna ke suku bunga kredit perbankan. Meskipun kredit BI – rate pada September 2009 telah turun hingga ke level 6,5%, KPR (yang merupakan kredit konsumsi) masih ditawarkan dengan suku bunga rata-rata 15% per tahun. Perbankan terlihat masih sangat hati-hati mengingat mulai munculnya potensi resiko kredit di sektor properti. Dari sisi kualitas, tingkat non – performing loan (NPL) kredit properti mulai menunjukan kecenderungan meningkat khususnya sejak akhir triwulan II 2009 lalu.

Grafik 1.16 NPL Kredit Konstruksi

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum

3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

Pada triwulan III 2009, sektor PHR tetap tampil sebagai sektor paling dominan dalam perekonomian Sulawesi Utara, dengan pangsa 23,93% dari total PDRB serta laju pertumbuhan sebesar 12,54% (y.o.y). Salah satu faktor pendorong baiknya kinerja sektor


(26)

-10 0 10 20 30 40 50 60 70 -2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 Ja n F e b M a r A p r M e i Ju

n Jul

A g s S e p O k t N o v D e s Ja n F e b M a r A p r M e i Ju

n Jul

A g s 2008 2009 % (y.o.y) Orang Nusantara Mancanegara g_Menginap

PHR adalah penyelenggaraan even internasional Bunaken Sail yang berlangsung sejak tanggal 15 – 21 Agustus 2009 yang diperkirakan mampu mempertemukan ± 7.000 awak kapal berbagai negara dari seluruh belahan dunia (belum termasuk pengunjung yang datang baik wisatawan internasional maupun domestik). Kegiatan Bunaken Sail ini antara lain dimeriahkan dengan parade kapal perang, kapal tradisional, kapal negara, kapal layar tiang tinggi, yacht serta pembukaan akses bagi masyarakat umum yang hendak datang dan berkunjung ke kapak-kapal yang sedang bersandar di Pelabuhan Bitung. Di samping itu, kegiatan ini juga dimeriahkan dengan pemecahan rekor dunia selam di bawah laut yang dikuti lebih dari 1.500 penyelam dalam bentuk upacara peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-64 di dalam laut.

Baiknya kinerja sektor PHR antara lain dapat dikonfirmasi dengan data kunjungan wisatawan manca negara, jumlah tamu yang menginap, serta data kamar yang terjual. Jumlah kunjungan wisatawan manca negara pada Juli 2009 mencapai 2.615 orang atau naik 46,09% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun lalu, kenaikan tersebut terus berlanjut pada Agustus 2009 yang mencapai 3.223 orang atau meningkat 71,16% (y.o.y). Menurut komposisinya, wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Sulawesi Utara terutama berasal dari Malaysia, Jerman dan Singapore. Seiring dengan data perkembangan jumlah kunjungan wisatawan manca negara, jumlah tamu yang menginap baik manca negara maupun domestik juga memperlihatkan trend yang meningkat. Tercatat pada Agustus 2009, jumla tamu yang menginap mencapai 12.448 orang atau naik 13,70% (y.o.y). Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan dan tamu yang menginap tersebut membawa dampak pada meningkatnya jumlah kamar yang terjual yang pada Agustus 2009 yang tercatat 15.334 atau naik 13,05% (y.o.y).

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Grafik 1.17.

Perkembangan Kunjungan Wisman ke Sulut

Grafik 1.18.

Perkembangan Tamu Menginap di Sulut

-20 40 60 80 100 120 140 -500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 3.500 Ja n Fe b M a r A p r M e i Ju n Ju l A g s S e p O k t N o v D e s Ja n Fe b M a r A p r M e i Ju n Ju l A g s 2008 2009 Orang Wisman Y-Left g_Wisman Y - Right


(27)

0 10 20 30 40 50 60 0 500.000 1.000.000 1.500.000 2.000.000 2.500.000 3.000.000 3.500.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2008 2009

Perdagangan Y - Left g_Perdagangan - Y Right

Juta Rp %

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Dari sisi pembiayaan, pertumbuhan kredit perbankan ke sektor perdagangan dan hotel masih mengalami trend penurunan pada triwulan ini. Pada September 2009, tingkat pertumbuhan kredit sektor PHR berada di kisaran 11% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan posisi akhir triwulan lalu sebesar 12,63% (y.o.y). Trend penurunan yang terjadi di tengah perbaikan kinerja ini menunjukkan bahwa perbankan cenderung menahan laju ekspansi kreditnya meskipun situasi mulai berbalik arah. Di sisi lain, pengusaha juga diprediksi masih menghindari tingginya suku bunga kredit yang ditawarkan perbankan. Sektor PHR adalah sektor penerima kredit perbankan terbesar kedua di Sulawesi Utara setelah sektor konsumsi.

4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Walaupun mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya, sektor pengangkutan dan komunikasi mencatat pertumbuhan yang cukup baik selama triwulan III 2009 yaitu sebesar 10,82 (y.o.y). Penyelenggaraan berbagai even berskala internasional menyebabkan gaung Kota Manado sebagai salah satu kota tujuan wisata semakin dikenal oleh masyarakat luar. Setelah sukses menyelenggarakan even Konferensi Kelautan Dunia

(World Ocean Conference) dan CTI Summit pada Mei 2009 maka pada Agustus 2009,

Sulawesi Utara kembali ditunjuk sebagai tuan rumah penyelenggaraan even internasional

Bunaken Sail. Hal ini tentunya semakin meningkatkan minat wisatawan untuk berkunjung

ke Sulawesi Utara sehingga meningkatkan kinerja sektor pengangkutan dan telekomunikasi. Selain itu, relatif baiknya kinerja sektor ini juga terkait dengan peningkatan kebutuhan masyarakat untuk berpergian di musim liburan sekolah dan perayaan hari raya lebaran yang berlangsung selama triwulan laporan.

Grafik 1.20.

Perkembangan Kredit Sektor PHR

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) (10) -10 20 30 40 50 60 -2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 16.000 18.000 20.000 Ja n Fe b M a r A p r M e i Ju n Ju l A g s Se p O k t N o v D

es Jan

Fe b M a r A p r M e i Ju n Ju l A g s 2008 2009 Orang

Kmr Terjual Y - Left g_Kmr Terjual Y - Right

% (y.o.y)

Grafik 1.19. Perkembangan Kamar Terjual


(28)

Sementara itu, dampak krisis ekonomi global yang diperkirakan akan menekan tingkat konsumsi masyarakat ternyata belum terlalu berpengaruh bagi perekonomian Sulawesi Utara tercermin dari terus meningkatnya pemberian ijin kendaraan bermotor baik roda 4 ataupun roda 2 dan 3 yang dikeluarkan oleh Dinas Pendapatan Daerah. Hal menyebabkan rata-rata tingkat pemberian ijin kendaraan bermotor sejak periode setelah krisis ekonomi (Oktober 2008) justru meningkat dibandingkan periode sebelum krisis ekonomi yaitu sebesar 6.031 untuk roda 4 dan 50.790 untuk roda 2 dan 3.

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara

Sementara itu, relatif tingginya pertumbuhan sub sektor komunikasi dalam triwulan laporan terutama disebabkan oleh pesatnya penggunaan sarana telepon selular oleh masyarakat yang didukung oleh semakin luasnya wilayah jangkauan. Hal ini antara lain tercermin dari bermunculannya pemain baru dalam provider telekomunikasi serta pesatnya pembangunan sejumlah menara BTS (Base Transceiver System) di beberapa lokasi pada daerah yang sebelumnya terisolir hingga meningkatkan kenyamanan pelanggan dalam berkomunikasi. Selain itu perkembangan berbagai macam fasilitas dan fitur-futur baru semakin memudahkan dan memanjakan para pengguna jasa telekomunikasi. Dari sisi pembiayaan, pertumbuhan sektor angkutan dan telekomunikasi ternyata didukung pula oleh penyaluran kredit di sektor tersebut. Tercatat jumlah kredit yang disalurkan di sektor angkutan dan telekomunikasi untuk posisi September 2009 mencapai Rp62,01 milliar.

No Rincian Rata Before

Krisis

Rata After Krisis

A RODA 4

1 Milik Instansi Pemerintah 128 131 2 Milik Pribadi/Perorangan 4,301 5,153 3 Milik Perusahaan Swasta 842 748

5,271

6,031

B RODA 2

-1 Milik Instansi Pemerintah 235 402 2 Milik Pribadi/Perorangan 12,257 50,388 3 Milik Perusahaan Swasta 1

-12,493

50,790

17,764

56,821

TOTAL Jumlah Roda 4

Jumlah Roda 2 dan 3

Tabel 1.6.

Rata-Rata Pemberian Ijin Kendaraan Bermotor Sebelum dan Setelah Krisis

Grafik 1.21.


(29)

-40 -20 0 20 40 60 80 100

0 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 70.000 80.000 90.000 100.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2008 2009

Angkutan - Y Left g_Angkutan - Y Right

Juta Rp %

5. Sektor Jasa-Jasa

Sektor jasa-jasa diperkirakan tumbuh 6,58% (y.o.y) pada triwulan laporan, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,42% (y.o.y). Peningkatan kinerja sektor jasa-jasa utamanya jasa pariwisata antara lain didorong oleh meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan domestik yang berkunjung ke Sulawesi Utara menjelang dan pada saat penyelenggaraan even internasional Bunaken Sail. Selain itu berlangsungnya masa liburan sekolah pada awal triwulan laporan serta hari raya lebaran juga turut andil dalam meningkatkan kinerja sektor ini khususnya jasa rekreasi dan hiburan. Sedangkan untuk jasa pemerintahan, diperkirakan terdapat sedikit perlambatan tercermin dari penurunan persentase realisasi PAD selama triwulan III 2009 yang baru sebesar Rp208,37 milliar (74,47% dari total target Tahun 2009) atau lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu yang mencapai Rp213,37 milliar (79,75% terhadap total target Tahun 2008).

6. Sektor Lainnya

Sektor industri pengolahan diperkirakan akan mengalami perbaikan kinerja pada triwulan III 2009 dengan laju pertumbuhan 6,83% (y.o.y). Situasi ini utamanya terkait dengan mulai pulihnya demand dari pasar luar negeri sebagaimana tercermin dari melandainya penurunan ekspor luar negeri. Selain itu, minimalnya dampaknya krisis ekonomi global terhadap kinerja sektor industri pengolah tercermin dari data jumlah penggunaan BBM Indutri untuk periode setelah krisis (November 2008) yang secara rata-rata justru mengalami peningkatan dibandingkan periode sebelum krisis. Tercatat jumlah penggunaan BBM Industri selama triwulan II 2009 mencapai 17,59 juta liter atau naik 13,76% (y.o.y) dibandingkan periode


(30)

yang sama tahun lalu. Berdasarkan jenisnya, kenaikan penggunaan BBM terutama terjadi pada jenis minyak tanah sebesar 84,54% disusul solar (15,70%) dan premium (8,85%)

Tabel 1.7.

Jumlah Penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) Non Subsidi

(dalam KL)

! "#

Sumber : PT. Pertamina Cabang Manado, Sulawesi Utara

Perkembangan sektor indutri pengolahan tak lepas pula dari dukungan pembiayaan oleh perbankan. Sejak awal Tahun 2007 hingga akhir Tahun 2008, penyaluran kredit pada sektor industri memperlihatkan trend peningkatan walaupun selepas periode tersebut cenderung mengalami perlambatan sebagai dampak krisis ekonomi global Oktober 2008 lalu. Tercatat penyaluran kredit sektor industri pengolahan pada September 2009 hanya mencapai Rp213 milliar naik tipis 2,51% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Grafik 1.22.

Perkembangan Kredit Sektor Industri

0 10 20 30 40 50 60 70

0 50.000 100.000 150.000 200.000 250.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2008 2009

Industri Y - Left g_Industri - Y Right

Juta Rp %

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

Sementara itu, pertumbuhan sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan III 2009 diperkirakan hanya 7,63% (y.o.y), lebih lambat dibandingkan triwulan lalu yang tercatat 18,65% (y.o.y). Perlambatan kinerja sektor listrik, gas dan air bersih ini terutama didorong oleh krisis listrik yang melanda Sulawesi Utara di mulai sejak awal triwulan laporan dan terus bertambah parah seiring dengan meningkatnya defisit listrik

dari 17 MW menjadi 30


(31)

MW. Berkurangnya daya mampu listrik PLN tersebut disebabkan oleh belum

berfungsi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Lahendong dan tidak

optimalnya Pembangkit Listrik Tenaga Air Tonsea Lama serta Tanggari. PLTPB

Lahendong unit 3 kapasitas 20 MW belum berfungsi akibat gangguan pipa yang

mengalami kebocoran. Sedangkan untuk hilangnya kapasitas 10 MW dikarenakan

adanya penurunan debet air tondano berdampak pada menurunnya tekanan turbin

sehingga output yang dihasilkan terbatas. Adapun kebutuhan listrik masyarakat

Sulut mencapai 147 MW pada posisi puncak, sedangkan kemampuan yang ada saat

ini hanya 117 MW.

Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan III 2009 diperkirakan tumbuh 8,23% (y.o.y). Kencenderungan meningkatnya kinerja sektor ini didorong oleh terus membaiknya harga komoditas pertambangan dan penggalian seiring dengan trend kenaikan harga minyak dunia yang saat ini harganya telah berada pada kisaran USD 80 - an per barel atau jauh meningkat dibandingkan awal krisis Oktober 2008 lalu yang sempat turun hingga USD 30 - an per barel. Berdasarkan sub sektornya, pertumbuhan sektor ini disumbangkan oleh seluruh sub sektor yang ada yaitu sub sektor minyak dan gas, pertambangan tanpa migas dan penggalian. Khusus untuk sub sektor penggalian, berdasarkan pelaku usahanya, sub sektor penggalian ini lebih banyak dilakukan oleh penambangan tradisional/rakyat dan bukan industri berskala besar.

Kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan III 2009 diperkirakan tumbuh 8,13% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 6,94% (y.o.y). Keketatan likuiditas yang sebelumnya membayangi perbankan nasional terus berangsur membaik. Sejak April 2009 lalu, laju pengumpulan dana telah menyamai atau bahkan melampaui laju penyaluran kredit di Sulawesi Utara. Selama 2 (dua) tahun terakhir, penyaluran kredit sempat tumbuh jauh melebihi kemampuan bank untuk mengumpulkan dana masyarakat. Akibatnya bank, mengalami keketatan likuiditas yang kemudian mendorong suku bunga perbankan untuk naik. Likuiditas akhirnya kembali normal setelah perbankan giat mengumpulkan dana dari masyarakat dan mengerem laju kreditnya.

Dari aspek operasional, perbankan Sulawesi Utara masih mampu membukukan interest margin yang positif meskipun pertumbuhan tahunannya relatif menurun. Hal ini terkait


(32)

dengan trend laju penyaluran kredit yang saat ini melambat sehingga sumber pendapatan bunga pun relatif menurun. Namun demikian, secara operasional perbankan di Sulawesi Utara masih mampu mendapatkan selisih positif antara biaya dana yang harus dibayarkan dengan pendapatan dari bunga kredit.

Dari sisi pendapatan, kinerja perbankan mengalami penurunan dari interest- based income

namun mengalami peningkatan dari fee-based income. Perlambatan pada pertumbuhan pendapatan bunga (interest based-income) merupakan dampak dari perlambatan laju penyaluran kredit sehingga sumber pendapatan bunga pun menurun. Di sisi lain, pendapatan non-bunga (fee-based income) meningkat seiring dengan giatnya bank untuk menjual jasa-jasa perbankan seperti ATM, pengelolaan rekening, transaksi ekspor impor, bank garansi serta bisnis baru. Sejumlah bank besar yang memiliki layanan transaksi perbankan yang komprehensif bahkan mampu mencatat pendapatan non-bunga yang meningkat hingga 30% (y.o.y).


(33)

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Secara umum, tekanan harga barang dan jasa di Kota Manado selama Triwulan III-2009 memperlihatkan adanya penurunan dibandingkan periode-periode sebelumnya. Pada September 2009, kota Manado mencatat deflasi sebesar 0,01% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan dengan akhir triwulan lalu yang tercatat sebesar 2,25% (y.o.y) dan periode yang sama tahun lalu sebesar 13,15% (y.o.y). Demikian pula jika dibandingkan dengan laju inflasi nasional yang sebesar 2,83% (y.o.y) maka laju inflasi Kota Manado masih lebih rendah.

Sumber : BPS Nasional dan Provinsi Sulut, diolah Sumber : BPS Nasional dan Provinsi Sulut, diolah

A. INFLASI TAHUNAN (Y.o.Y)

Inflasi tahunan Kota Manado sepanjang triwulan III-2009 cenderung mengalami trend

penurunan yang cukup signifikan. Pada awal triwulan laporan, laju inflasi tahunan tercatat 0,38% (y.o.y), kemudian turun tipis pada Agustus 2009 menjadi 0,37% (y.o.y), dan kembali turun signifikan pada akhir periode menjadi deflasi 0,01% (y.o.y). Kondisi ini sejalan dengan laju inflasi nasional yang juga terus mengalami penurunan. Laju inflasi nasional pada awal triwulan III-2009 tercatat 4,91% (y.o.y), menurun menjadi 4,84% (y.o.y) pada Agustus 2009, dan terus turun hingga mencapai 2,83% (y.o.y) di akhir periode laporan.

Berdasarkan penyebabnya, laju inflasi dapat disumbangkan oleh faktor non fundamental yaitu tekanan inflasi volatile food dan administered prices, serta faktor fundamental berupa inflasi inti yang terdiri dari ekspektasi inflasi, tekanan sisi permintaan, dan output gap. Trend

Grafik 2.2

Laju Inflasi Kota Manado Vs Nasional (M.t.M) Grafik 2.1

Laju Inflasi Kota Manado Vs Nasional (Y.o.Y)

-2 -1 0 1 2 3 4 Ju l A gu st S e p O k t N o p D e s Ja n F e b M a r A p r M a y Ju n Ju l A gu st S e p 2008 2009 %

MTM Manado MTM Nasional

0 2 4 6 8 10 12 14 16 Ju l A gu st Se p O kt N o p D e s Ja n Fe b M

ar Apr

M

ay Jun Jul

A gu st Se p 2008 2009


(34)

Grafik 2.3

Indeks Keyakinan Konsumen Berdasarkan SEK Kota Manado Periode Januari-Juni 2009

Sumber: Bank Indonesia Manado, Laporan SEK Bulan Juni 2009

penurunan inflasi ini tidak terlepas dari keadaan perekonomian dunia yang cenderung melambat sebagai dampak dari krisis ekonomi global. Konsumen tidak terlalu agresif dalam membelanjakan kebutuhannya, sebagai respon terhadap krisis ekonomi global. Hal ini juga sejalan dengan data Bank Indonesia yang menunjukkan penarikan dana tunai (uang kartal) dari khasanah tahun ini menurun dibandingkan lebaran tahun lalu. Selain itu tekanan inflasi yang terus menurun juga disebabkan oleh hilangnya dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dari angka inflasi tahunan. Perlu dikemukakan di sini bahwa dampak kenaikan harga BBM pada angka inflasi tahunan biasanya bertahan selama satu tahun. Faktor lain yang membantu penurunan inflasi adalah stabilitas dan penguatan rupiah, yang disebabkan meningkatnya kepercayaan sehingga terjadi capital inflow. Fluktuasi harga minyak dunia sampai pada kisaran $70/barrel pada triwulan laporan tidak berdampak pada inflasi nasional, hal ini dikarenakan pemerintah memutuskan untuk tidak menaikkan harga BBM dalam negeri.

Untuk wilayah Kota Manado trend penurunan inflasi ini lebih dipicu oleh ketersediaan kebutuhan bahan pokok yang masih mencukupi menjelang dan pasca hari raya Idul Fitri. Selain itu angka deflasi Kota Manado juga dipengaruhi oleh realisasi beras miskin (raskin) di provinsi Sulawesi Utara sampai dengan akhir September 2009 yang telah mencapai 75%.

Berdasarkan hasil Survei Ekspektasi Konsumen (SEK) kota Manado pada September 2009, terlihat bahwa masyarakat masih cenderung optimis terhadap kondisi perekonomian, yang ditunjukkan dengan indeks yang mengalami peningkatan jika dibandingkan bulan sebelumnya. Meningkatnya optimisme konsumen lebih disebabkan oleh kondisi penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja saat ini.

119,33 104,42

105,92 108,75

128,50

124,92 126,42 139,00

140,17

0 20 40 60 80 100 120 140 160

0 20 40 60 80 100 120 140 160

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Agust Sep 2009

Penghasilan Saat ini

Ketepatan waktu pembelian barang tahan lama Ketersediaan lapangan kerja saat ini Indeks Keyakinan Konsumen


(35)

Tabel 2.1.

Inflasi Menurut Kelompok Barang/Jasa (y.o.y)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Berdasarkan kelompok barang dan jasa, laju inflasi tertinggi dialami oleh kelompok makanan jadi 6,15% (y.o.y), turun dibandingkan akhir triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,50% (y.o.y). Kelompok berikutnya yang mengalami kenaikan harga cukup tinggi adalah kelompok kesehatan dan sandang yang masing-masing mengalami inflasi sebesar 4,84%(y.o.y) dan 4,67% (y.o.y). Beberapa kelompok mencatat angka deflasi salah satunya yang cukup signifikan adalah kelompok bahan makanan deflasi 0,82% (y.o.y). Penurunan yang cukup signifikan pada kelompok bahan makanan antara lain disebabkan karena adanya tambahan persediaan barang kebutuhan pokok sehingga stok di pasar sangat melimpah. Selain itu realisasi raskin di wilayah Sulawesi Utara telah mencapai 75% pada akhir september 2009. Pergerakan harga kelompok lainnya cenderung lebih rendah dibandingkan triwulan lalu adalah kelompok perumahan dan transportasi yang mencatat angka deflasi masing-masing sebesar 0,15% (y.o.y) dan 8,76% (y.o.y). Angka deflasi pada kelompok transportasi lebih disebabkan oleh hilangnya dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dari angka inflasi tahunan (base effect).

B. INFLASI BULANAN (M.t.M)

Berbeda dengan inflasi tahunan, laju perkembangan inflasi bulanan pada triwulan III-2009 cenderung mengalami fluktuasi. Pada awal periode, Kota Manado mencatat inflasi sebesar 0,38% (m.t.m), selanjutnya pada bulan Agustus 2009 angka ini meningkat tipis menjadi 0,65% (m.t.m), dan sampai dengan akhir triwulan ketiga inflasi di Kota Manado tercatat sebesar 0,36% (m.t.m).

Mar J un S ep Mar J un Sep

1 B ahan Makanan 13,58 27,35 26,69 21,82 4,75 -0,82

2 Makanan J adi 2,33 3,45 5,29 8,03 7,50 6,15

3 P erumahan 6,89 13,01 11,77 3,54 2,07 -0,15

4 S andang 10,31 9,13 8,02 6,05 4,94 4,67

5 Kes ehatan 10,08 13,32 13,13 9,16 5,43 4,84

6 P endidikan 2,34 1,83 2,02 2,58 2,03 2,63

7 T rans portas i 0,52 9,91 9,95 1,05 -8,66 -8,76

Umum 7,68 13,18 13,15 8,85 2,25 -0,01


(36)

Grafik 2.4

Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa Juli 2009

Sumber: BPS Nasional, diolah.

Tabel 2.2.

Inflasi Menurut Kelompok Barang/Jasa (m.t.m)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Penurunan inflasi ini secara umum disebabkan oleh perlambatan perekonomian akibat krisis ekonomi global yang juga berdampak terhadap perekonomian dalam negeri dan daerah. Berdasarkan kelompok barang dan jasa, angka deflasi tertinggi selama triwulan III-2009 adalah kelompok bahan makanan sebesar 2,38% pada bulan September 2009. Sementara itu, inflasi tertinggi pada periode laporan terjadi pada kelompok sandang yang terus mengalami peningkatan dari awal periode sampai dengan akhir periode laporan berturut-turut sebesar -0,27% (m.t.m), 0,10% (m.t.m) dan 1,10% (m.t.m).

JULI 2009

Kota Manado pada Juli 2009 mengalami inflasi sebesar 0,46%. Inflasi dan sumbangan terbesar berasal dari kelompok bahan makanan. Total sumbangan bahan makanan terhadap angka inflasi mencapai 0,43%, dengan inflasi terbesar berasal dari sub komoditi sayur-sayuran. Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga antara lain tomat sayur, bawang merah, cakalang, daun bawang, malalugis, bawang putih, daging ayam ras, kursi, tude dan pepaya.

J ul Aug Sep J ul Aug S ep

1 Bahan Makanan 7,70 0,50 -2,89 1,62 1,65 -2,38

2 Makanan J adi 0,82 0,04 2,05 0,08 0,72 1,04

3 P erumahan 0,47 0,15 1,37 0,04 0,16 0,04

4 S andang 0,71 -0,08 1,81 -0,27 0,10 1,10

5 Kes ehatan 0,74 0,02 0,37 0,55 0,18 0,26

6 P endidikan 0,27 0,00 0,00 0,19 -0,02 0,74

7 Trans portas i 0,00 0,01 0,00 0,00 0,14 -0,16

Umum 2,33 0,65 0,03 0,46 0,65 -0,36

No Kelompok 2008 2009

1,62 0,08

0,04 -0,27

0,55 0,19 0,00

0,43 0,01 0,01 -0,02

0,02 0,01 0,00

-0,50 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00

BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI PERUMAHAN SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN TRANSPOR

andil


(37)

Grafik 2.6

Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa September 2009 AGUSTUS 2009

Tidak berbeda dengan bulan sebelumnya, Kota Manado pada Agustus 2009 juga mengalami inflasi sebesar 0,65%. Kelompok bahan makanan merupakan penyumbang terbesar dengan andil sebesar 0,44%. Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga selama Agustus 2009 adalah : beras, tude, bawang merah, air kemasan, bawang putih, pisang, kendaraan carter, minyak goreng, bubur dan telur ayam ras.

SEPTEMBER 2009

Berbeda dengan bulan-bulan sebelumnya, pada akhir triwulan laporan Kota Manado mengalami deflasi sebesar 0,36%. Deflasi dipicu oleh penurunan indeks pada kelompok bahan makanan sebesar dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan. Berdasarkan andil/sumbangannya, kelompok bahan makanan yang selama ini menjadi kelompok yang menyumbangkan inflasi terbesar, pada September 2009 justru mengalami deflasi sebesar 2,38% dengan andil sebesar -0,64%. Adapun komoditas yang mengalami kenaikan harga selama September 2009 adalah : gula pasir, minyak goreng, pepaya, cakalang, bawang putih, emas perhiasan, biaya jaringan saluran tv, minuman ringan, apel dan cumi-cumi.

1,65 0,72 0,16 0,10 0,18 -0,02 0,14 0,44 0,13 0,04 0,01 0,01 -0,001 0,02

-0,50 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00

BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI PERUMAHAN SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN TRANSPOR andil inflasi (mtm) -2,38 1,04 0,04 1,10 0,26 0,74 -0,16 -0,64 0,18 0,01 0,07 0,01 0,03 -0,02

-3,00 -2,50 -2,00 -1,50 -1,00 -0,50 0,00 0,50 1,00 1,50 BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI PERUMAHAN SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN TRANSPOR andil inflasi (mtm) Grafik 2.5

Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa Agustus 2009

Sumber: BPS Nasional, diolah.


(1)

merata di seluruh daerah dengan rata-rata 99,20%. Namun terdapat 4 (tiga) daerah dengan persentase melek huruf berada di bawah rata-rata di Provinsi Sulawesi Utara yaitu Kabupaten Bolmong, Sangihe, Bolaang Mongondow Utara dan Bitung.

Kabupaten Bolaang Mongondow Utara memiliki rata-rata lama sekolah terendah yaitu selama 7,1 tahun sedangkan tertinggi di Kota Manado dengan rata-rata sekolah selama 10,6 tahun.

Rata-rata jumlah pengeluaran per kapita riil tertinggi di Kota Manado sebesar Rp626 ribu dan terendah di Kepulauan Siau sebesar Rp601,3 ribu.

Dibandingkan dengan daerah lainnya di tingkat nasional, IPM Provinsi Sulawesi Utara kondisinya lebih baik khususnya pada komponen angka harapan hidup, persentase angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Selama kurun waktu 2002 – 2007, IPM Provinsi Sulawesi Utara menduduki peringkat 2 (dua) di tingkat nasional.

Tabel 6.10.

Sebaran IPM Sulawesi Utara Tahun 2006 -2007

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

2006 2007 2006 2007

B olaang Mongondow 71,8 74,0 126 118

Minahas a 74,2 76,4 57 54

Kepulauan S angihe 73,8 76,0 66 63

Kepulauan T alaud 73,0 75,6 81 67

Minahas a S elatan 72,3 75,3 100 77

Minahas a Utara 74,2 76,7 55 42

B olaang Mongondow Utara 70,5 73,3 184 147

Kepulauan S iau 70,8 73,3 168 145

Minahas a T enggara 70,8 74,1 167 113

Manado 76,4 78,6 14 8

B itung 73,7 76,1 68 59

T omohon 74,7 77,0 44 34

Kotamobagu 72,6 75,9 92 65

S ulawes i Utara 74,4 76,0 2 2

KAB /KOTA/P R OV.


(2)

BAB VII PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI

Prospek perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan IV 2009 diperkirakan masih akan tumbuh positif walaupun masih dibayang-bayangi oleh minimnya pasokan listrik, musim kemarau yang lebih panjang dari perkiraan sebelumnya (dampak El Nino) serta belum optimalnya kinerja ekspor khususnya ekspor luar negeri sebagai dampak krisis ekonomi global. Sementara itu, beberapa faktor pendorong laju pertumbuhan ekonomi pada triwulan mendatang diantaranya adalah meningkatnya belanja pemerintah menjelang akhir tahun anggaran, berlangsungnya perayaan hari besar keagamaan (Santa Claus’s Day dan Natal) serta tahun baru 2010.

Sementara itu, tekanan inflasi Kota Manado pada triwulan mendatang diperkirakan akan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Kenaikan harga minyak internasional, defisit listrik sebesar 30 MW yang belum terselesaikan serta musim kemarau yang lebih panjang diperkirakan akan memberikan tekanan harga dari sisi penawaran (supply side). Sedangkan dari sisi permintaan (demand side), meningkatnya belanja pemerintah, berlangsungnya perayaan hari besar keagamaan (Santa Claus Day’s, Natal serta tahun baru 2010 merupakan beberapa faktor yang mendorong tekanan tekanan terhadap harga.

A. Prospek Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian Sulut pada triwulan IV 2009 diperkirakan akan tumbuh sebesar 7,7% – 8,2% (y.o.y). Konsumsi masyarakat diperkirakan akan meningkat seiring dengan sejumlah faktor pendukung konsumsi yaitu Santa Claus’s Day tanggal 5 Desember 2009, Natal 25 Desember 2009 dan tahun baru 2010. Suku bunga perbankan yang terus menurun diprediksi juga akan mendorong aktivitas konsumsi masyarakat. Sedangkan aktivitas investasi diperkirakan akan mengalami tekanan seiring dengan belum terselesaikannya defisit listrik yang dialami oleh Sulawesi Utara sehingga minat investor baru tertahan. Perdagangan luar negeri juga diyakini akan berlanjut ke arah perbaikan seiring dengan mulai terdapatnya tanda-tanda pemulihan ekonomi di negara-negara tujuan ekspor utama Sulawesi Utara. Dari hasil Liason diketahui bahwa baik eksportir maupun importir sama-sama optimis akan berlanjutnya perbaikan hingga akhir tahun nanti. Hasil survei kepada pengusaha maupun konsumen juga menunjukkan optimisme terhadap kondisi ekonomi di triwulan mendatang. Faktor lain yang patut diperhitungkan dampaknya terhadap perekonomian pada triwulan IV 2009 adalah ditetapkannya Bitung sebagai salah satu dari


(3)

dua daerah prioritas pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Indonesia, membuka peluang yang luar biasa bagi perekonomian daerah ini. Penetapan ini juga diharapkan secara langsung akan memutus mata rantai panjangnya perjalanan pengiriman barng ke luar negeri yang selama ini harus dilakukan melalui Jakarta dan Singapura.

Prospek meningkatnya konsumsi pada triwulan antara lain dapat dikonfirmasi dengan optimismen Indeks Ekspektasi Konsumen dari hasil SEK Kota Manado periode September 2009 yang menunjukkan hasil bahwa ekspektasi konsumen pada 3-6 bulan y.a.d relatif lebih baik dibandingkan periode Juni 2009 baik indeks ekspektasi penghasilan, ekonomi dan ketersediaan lapangan kerja.

Grafik 7.1.

Ekspektasi Konsumen 3-6 y.a.d

60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160

J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S

2008 2009

Sumber: Survei Konsumen, KBI Manado

Secara keseluruhan, perekonomian Sulawesi Utara diperkirakan tumbuh cukup tinggi yaitu dikisaran 7,5–8,0% untuk Tahun 2009. Pencapaian ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan nasional yang hanya ditargetkan sebesar 4,0 – 4,5%. Meskipun tidak lepas dari dampak krisis ekonomi global, ekonomi Sulawesi Utara masih mampu tumbuh positif dan cukup tinggi karena karakteristiknya yang didominasi oleh konsumsi dan beberapa even internasional yang sempat berlangsug di Sulawesi Utara.

B. PRAKIRAAN INFLASI

Tekanan inflasi pada triwulan mendatang diperkirakan akan meningkat. Dari sisi penawaran, trend kenaikan harga minyak dunia yang diikuti oleh kenaikan harga komoditas diperkirakan akan mendorong tekanan harga. Secara regional, musim kemarau yang lebih


(4)

panjang dari perkiraan (dampak El Nino) akan menyebabkan produksi pertanian mengalami penurunan. Hal ini pada tahap lebih lanjut akan menyebabkan harga komoditi pertanian meningkat oleh karena di sisi lain terjadi kecenderung peningkatan permintaan seiring dengan berlangsungnya perayaan hari besar keagamaan dan tahun baru 2010. Selain itu, defisit listrik yang dialami Sulawesi Utara sejak beberapa bulan terakhir diperkirakan masih akan berlanjut pada beberapa bulan ke depan seiring dengan pernyatakan pihak Kanwil PLN Sulutenggo bahwa perbaikan kerusakan yang terjadi pada beberapa pembangkit listrik di Sulawesi Utara membutuhkan waktu minimal 3 bulan. Hal ini tentu saja akan menyebabkan beban pelaku usaha meningkat dan akan mengkonversi kenaikan biaya produksi tersebut pada komponen harga jual produk yang menjadi beban konsumen.

Sumber tekanan harga lainnya yang perlu diwaspadai adalah meningkatnya permintaan akan bahan bangunan. Tahun anggaran yang akan segera berakhir diperkirakan akan menyebabkan realisasi belanja pemerintah daerah dipacu pada triwulan terakhir antara lain dalam bentuk pembangunan infrastuktur. Di sisi yang lain, terdapat kebiasaan masyarakat Sulawesi Utara yang gemar merenovasi/memperbaiki rumah menjelang hari natal dan tahun baru sehingga permintaan terhadap bahan bangunan akan meningkat. Namun demikian, relatif terkendalinya laju inflasi Kota Manado paling tidak hingga September 2009 cukup membangkitkan optimisme bahwa hingga akhir Tahun 2009 laju inflasi Kota Manado akan berada pada kisaran 4-5%.


(5)

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan

hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu

M.t.M Month to Month. Perbandingan antara satu bulan dan bulan sebelumnya.

Q.t.Q Quarter to Quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya.

Y.o.Y Year on Year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1-100

Indeks Harga

Konsumen (IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.

Indeks Kondisi Ekonomi

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100

Indeks Ekspektasi Konsumen

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1-100 Pendapatan Asli

Daerah (PAD)

Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.

Dana

Perimbangan

Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi.

Indeks

Pembangunan Manusia (IPM)

Ukuran kualitas pembangunan manusia yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 (tiga) hal kualitas hidup yaitu : pendidikan, kesehatan dan daya beli.

Inflasi Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari permintaan.

Volatile Food Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.

Administered Price

Salah satu disagregasi inflasi , yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur pemerintah.

M1 Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti sempit), terdiri dari uang kartal dan uang giral

M2 Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas, merupakan indicator tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang kuasi (tabungan dan deposito baik dalam mata uang rupiah maupun asing). Mo Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban otoritas moneter (di

dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang kartal pada bank umum dan masyarakat ditambah dengan saldo giro bank umum dan masyarakat dibank sentral.

Uang Kartal Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas negara (KPKN) dan bank umum.

Uang Giral Terdiri dari rekening giro masyarakat masyarakat dibank, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanann penduduk dalam rupiah pada sistem moneter.

NIM Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan bunga yang

diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar.

NPLs Singkatan dari non performing loan disebut juga kredit bermasalah, dengan kolektibiltas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI.


(6)

Restrukturisasi kredit

Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui : restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan.

UMKM Singkatan dari Sektor Usaha Mikri, Kecil Menengah yang mempunyai skala pinjaman antara Rp50 Juta s/d Rp 5 Milyar.

UYD Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartalyang berada

dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank.

Inflow Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum.

Outflow Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI.

Netflow Selisih antara outflow and inflow.

PTTB Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI tersebut dapat berada dalm kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk bertransaksi.