PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MENGUNAKAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS IVA SEKOLAH DASAR NEGERI GEDONGKIWO YOGYAKARTA.

(1)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MENGGUNAKAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

SISWA KELAS IVA SEKOLAH DASAR NEGERI GEDONGKIWO YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Irawati Sailo NIM 12108249012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul “PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS

KARANGAN NARASI MENGGUNKAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING

AND LEARNING SISWA KELAS IVA SD NEGERI GEDONGKIWO

YOGYAKARTA yang disusun oleh Irawati Sailo, NIM. 12108249012 ini telah disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk diujikan.

Yogyakarta, September 2016 Pembimbing

Murtiningsih, M.Pd


(3)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini Nama : Irawati Sailo

NIM : 12108249012

Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas : Ilmu Pendidikan

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli, jika tidak maka saya bersedia untuk memperbaiki dan mengikuti yudisium pada periode berikutnya.

Yogyakarta,07 Desember 2016 Yang menyatakan,

Irawati Sailo NIM 12108249012


(4)

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS

KARANGAN NARASI MENGGUNAKAN MODEL CONTEXTUAL

TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS IVA SD NEGERI

GEDONGKIWO YOGYAKARTA” yang disusun oleh Irawati Sailo, NIM

12108249012 ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 31 Oktober 2016 dan dinyatakan lulus.

DEWAN PENGUJI

Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal

Murtiningsih, M. Pd. Ketua Penguji ... ...

Septia Sugiarsih, M. Pd. Sekretaris Penguji ... ...

Dr. Ali Muhtadi, M. Pd. Penguji Utama ... ...

Yogyakarta,

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Dekan,

Dr. Haryanto, M. Pd.


(5)

MOTTO

Mulailah dengan menuliskan hal-hal yang kau ketahui. Tulislah tentang pengalaman dan perasaanmu sendiri.(J.K. Rowling)


(6)

PERSEMBAHAN

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis persembahkan karya ini kepada:

1. Kedua orang tua yang senantiasa mendukung dan mendoakan kelancaran skripsi ini.

2. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Agama, nusa dan bangsa.


(7)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MENGUNAKANMODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

SISWA KELAS IVA SEKOLAH DASAR NEGERI GEDONGKIWO YOGYAKARTA

Oleh Irawati Sailo NIM 12108249012

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis narasi, dan meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi melalui modelcontextual teaching and learning siswa kelas IVA SD Negeri Gedongkiwo Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan secara kolaboratif. Desain penelitian yang digunakan yaitu model Kemmis dan Mc Tanggart. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas IVA SD Negeri Gedongkiwo Yogyakarta sebanyak 23 siswa. Objek penelitian ini keterampilan menulis karangan narasi.Teknik pengumpulan data menggunakan: 1) observasi, 2) tes, dan 3) dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif dan kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan model pembelajarancontextual teaching and learning dapat meningkatkan keterampilan menulis narasi siswa. Peningkatan didasarkan pada hasil pra-tindakan yang menunjukkan kesulitan dalam keterampilan menulis narasi. Pada siklus I, siswa sudah terlibat aktif dalam pembelajaran, seperti siswa melakukan kegiatan diskusi dan tidak ragu untuk menyampaikan pendapatnya. Siklus II, peningkatan menjadi lebih maksimal, semakin banyak siswa yang tidak ragu untuk menyampaikan pendapatnya dan kegiatan diskusi yang semakin terkondisi. Peningkatan proses dapat dilihat persentase aktivitas siswa dari pra-tindakan memperoleh 67,5% yang termasuk kategori cukup, siklus I meningkat menjadi 75,83% kategori baik, siklus II meningkat menjadi 86,67% kategori sangat baik. Sedangkan, peningkatan keterampilan menulis karangan narasi dapat dilihat dari hasil menulis siswa dari rerata 60,60 pada pra-tindakan kategori cukup, menjadi 73,82 pada siklus I kategori baik, dan menjadi 81,39 pada siklus II kategori baik. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa modelContextual teaching and learningdapat meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas IV.

Kata kunci:keterampilan menulis karangan narasi, model contextual Teaching and learning, siswa kelas IV SD


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Rasa syukur penulis haturkan, atas segala limpahan rahmat dan karunianya, sehingga skripsi yang

berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Menggunakan

ModelContextual teaching and LearnigSiswa Kelas IVA SD Negeri Gedongkiwo

Yogyakarta” dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan menimba ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta dalam mewujudkan masa depan.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan kemudahan dalam penelitian dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan motivasi kepada penulis untuk memaparkan gagasan skripsi ini dan memberikan ijin penelitian.

4. Ibu Murtiningsih, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, senantiasa memberi ilmu secara tulus dan penuh kesabaran dalam membimbing penulis menyelesaikan sikripsi ini.


(9)

5. Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai yang telah memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis dalam menempuh dan menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

6. Dinas Pendidikan Kabupaten Kepulauan Mentawai yang telah memberikan dorongan kepada penulis dalam menempuh dan menyelesaikan sikripsi ini dengan baik.

7. Kepala Sekolah Dasar Negeri Gedongkiwo, Rumgayatri, S.Pd, yang telah memberi izin penulis untuk melakukan penelitian di Sekolah Dasar Negeri Gedongkiwo.

8. Bapak Anang Hari Bawanu, S.Pd, guru kelas IVA Sekolah Dasar Negeri Gedongkiwo, yang turut serta memberikan informasi dan bantuan dalam memperlacar penulis dalam penelitian skripsi ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu saya dan mendoakan kelancaran pembuatan skripsi ini.

Yogyakarta,07 Desember 2016 Penulis,

Irawati Sailo NIM 12108249012


(10)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTA GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Menulis Karangan Narasi ... 9


(11)

2. Tujuan Menulis Karangan Narasi ... 10

3. Ciri-ciri Karangan Narasi ... 10

4. Jenis-jenis Karangan Narasi ... 11

5. Langkah-langkah Menulis Karangan Narasi ... 13

6. Unsur-unsur Narasi ... 15

7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketarmpilan Menulis Karangan Narasi ... 18

B. Tinjauan Tentang ModelContextual Teaching and Learning ... 20

1. Hakikat ModelContextual Teaching and Learning ... 20

2. Karakteristik Model PembelajaranCTL ... 21

3. Komponen-komponen Model PembelajaranCTL... 22

4. Peranan Guru dalam PembelajaranCTL ... 25

C. Penilaian Keterampilan Menulis Karangan Narasi ... 26

D. Langkah-langkah Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Melalui Model Contextual Teaching and Learning ... 28

E. Karakterikstik Siswa SD Kelas IV ... 29

F. Penelitian yang Relevan ... 29

G. Kerangka Pikir ... 30

H. Hipotesis Penelitian ... 31

I. Definisi Operasional ... 32

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 33

B. Desain Penelitian ... 33

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 37

D.SettingPenelitian ... 37

E. Metode Pengumpulan Data ... 37

F. Instrumen Penelitian ... 39


(12)

H. Kriteria Keberhasilan ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 47

1. Pra Tindakan ... 47

2. Pelaksanaan Tindakan ... 49

a. Siklus I ... 48

b. Siklus II ... 55

B. Pembahasan ... 68

C. Keterbatasan Penelitian ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 75

DARTAR PUSTAKA ... 76


(13)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Perbedaan Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif ... 12

Tabel 2. Aspek Penilain Menulis Karangan Narasi ... 28

Tabel 3. Kisi-kisi Menulis Karangan Narasi ... 40

Tabel 4. Rubrik Penilaian Menulis Karangan Narasi ... 41

Tabel 5. Lembar Pengamatan Siswa Proses Pembelajaran Menulis Karangan Narasi ... 42

Tabel 6. Lembar Pengamatan Guru Proses Pembelajaran Menulis Karangan Narasi ... 43

Tabel 7. Kriteria Keterampilan Menulis Karangan Narasi ... 46

Tabel 8. Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi pada Pratindakan ... 48

Tabel 9. Deskripsi Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Menggunakan ModelCTL ... 55

Tabel 10. Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siklus I ... 55

Tabel 11. Peningkatan Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi dari Pra Tindakan ke Siklus I ... 56

Tabel 12. Deskripsi Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Menggunakan ModelCTL ... 64

Tabel 13. Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi pada Siklus II ... 64

Tabel 14 Hasil Tes Keterampilan Menulis dari Siklus I dan Siklus II ... 65

Tabel 15. Peningkatan Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi dari Pra Tindakan hingga Setelah Tindakan (Siklus I ke Siklus II) ... 66


(14)

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Kerangka Pikir ... 31 Gambar 2. Alur Siklus PTK Model Kemmis dan MC Tanggart ... 34 Gambar 3. Diagram Peningkatan Keterampilan Rata-rata Menulis Karangan

Narasi pada Siklus I ... 56

Gambar 4. Diagram Peningkatan Rata-rata Keterampilan Menulis Karangan Narasi pada Siklus II ... 65

Gambar 5. Diagram Peningkatan Rata-rata Keterampilan Menulis Narasi Siswa pada Pra Tindakan, Siklus I, Siklus II ... 67


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

hal Lampiran 1. Deskripsi Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan

Narasi MenggunakanCT Lpada Siklus I ... 79

Lampiran 2. Deskripsi Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi MenggunakanCT Lpada Siklus II ... 80

Lampiran 3. Rubrik Penilaian Menulis Karangan Narasi ... 81

Lampiran 4. Hasil Observasi Aktivitas siswa Tahap Pra Tindakan ... 82

Lampiran 5. Rekapitulasi Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Pra Tindakan ... 83

Lampiran 6. Contoh Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Pra Tindakan ... 84

Lampiran 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 86

Lampiran 8. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 97

Lampiran 9. Rekapitulasi Hasil Observasi Siklus I ... 101

Lampiran 10. Rekapitulasi Hasil Tes Keterampilan Menulis karangan narasi Siklus I Pertemuan I ... 100

Lampiran 11. Rekapitulasi Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siklus I Pertemuan II ... 101

Lampiran 12. Rekapitulasi Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siklus I Pertemuan III ... 104

Lampiran 13. Contoh Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siklus I ... 107


(16)

Lampiran 15. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 114

Lampiran 16. Rekapitulasi Hasil Observasi Siklus II ... 118

Lampiran 17. Rekapitulasi Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siklus II Pertemuan I ... 120

Lampiran 18. Rekapitulasi Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siklus II Pertemuan II ... 121

Lampiran 19. Rekapitulasi Hasil Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siklus II Pertemuan III ... 122

Lampiran 20. Contoh Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 123

Lampiran 21. Hasil Tes Ketermpilan Menulis Karangan Narasi Siklus II ... 124


(17)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bahasa memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena dengan bahasalah manusia berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Dalam kehidupan modern dewasa ini sangatlah jelas bahwa keterampilan menulis sangat dibutuhkan. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Henry Guntur Tarigan (1983: 1) bahwa keterampilan menulis suatu ciri dari orang yang terpelajar atau bangsa terpelajar. Bahasa juga memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional dalam dunia pendidikan yaitu bagi peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi.

Menurut Firdaus Zarkasyi (2011:9), bahasa adalah seperangkat ujaran bermakna yang dihasilkan oleh alat ujar manusia. Belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia baik lisan maupun tulisan.

Kegiatan berbahasa tercermin dalam empat aspek keterampilan berbahasa, yakni keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2008:256) yang menyatakan bahwa aspek-aspek kemampuan berbahasa meliputi empat hal yaitu kemampuan menyimak, berbicara, menulis dan membaca. Pemerolehan keterampilan berbahasa tersebut bersifat hierarkis. Artinya, pemerolehan keterampilan berbahasa yang satu akan


(18)

menjadi dasar penguasaaan keterampilan yang lain. Dengan menulis seseorang membiasakan berpikir dan berbicara secara teratur, runtun, dan sistematis.

Keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis saling berhubungan dengan cara beraneka ragam dan keempat keterampilan tersebut disajikan secara terpaduh. Suparno dan Mohamad Yunus (2006:13) mendefinisikan menulis sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Menurut Tarigan (Haryadi, dkk. 1996 : 77) menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang–lambang grafis tersebut. Hal yang sama dikemukakan Saleh Abbas (2006:125) bahwa kegiatan menulis tidak dapat dipisahkan dari kegiatan bahasa yang lainnya. Menulis didorong oleh kegiatan berbicara, mendengarkan, dan membaca.

Keterampilan atau kemampuan menulis merupakan kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak lain melalui bahasa tulis. Keterampilan menulis merupakan keterampilan paling sulit. Burhan Nurgiyantoro (2001:296) mengemukakan jika dibanding tiga kemampuan berbahasa yang lain, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal itu disebabkan kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi karangan. Baik unsur bahasa maupun isi haruslah terjalin sedemikian rupa sehingga menghasilkan karangan yang runtut dan padu, sangat jelas bahwa untuk menguasai keterampilan menulis diperlukan penguasaan


(19)

berbagai unsur bahasa. Pembelajaran keterampilan menulis harus dapat menghasilkan kegiatan yang aktif produktif.

Berdasarkan hasil observasi pada 9 Januari 2016 yang dilakukan di SD Negeri Gedongkiwo pada siswa kelas IV, guru yang mengajar di kelas tersebut menyatakan bahwa keterampilan siswa menulis masih rendah, baik dalam penyusunan kalimat, pemilihan kata, penggunaan tanda baca masih merasa kesulitan sehingga isi dari hasil menulisnya tidak jelas. Masih ditemui beberapa siswa yang kurang memiliki keterampilan dalam menulis khususnya karangan narasi. Selain itu juga diketahui beberapa siswa SD pada saat menulis karangan narasi hanya mampu membuat beberapa kata kemudian tidak bisa lagi melanjutkan tulisannya dan kurang kosakata akibatnya siswa memakai bahasa daerah karena lupa bagaimana jalan ceritanya. Hal itu disebabkan dalam memberikan pembelajaran menulis, pembelajaran menulis lebih banyak teori dari pada melatih keterampilannya. Pembelajaran menulis masih menggunakan metode atau pendekatan yang kurang bervariasi, sehingga yang terjadi di kelas adalah siswa tidak aktif, mengantuk dan asyik dengan kegiatannya sendiri tidak memperhatikan penjelasan guru. Sedangkan pembelajaran sedang berlangsung. Dengan keadaan seperti itu tidak ada lagi suasana yang kondusif, siswa tidak di berikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan sesuai dengan potensi yang dimilikinya bahkan siswa tidak memiliki kepercayaan diri dengan kemampuannya.

Keberhasilan belajar bahasa Indonesia siswa juga sangat dipengaruhi oleh peran guru dalam proses pembelajaran. Upaya untuk menunjang keberhasilan


(20)

pembelajaran adalah dengan digunakannya pendekatan, model atau metode pembelajaran maupun media pembelajaran yang menarik dan efektif sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran bahasa Indonesia itu sendiri. Penggunaan pendekatan atau model pembelajaran yang kurang menarik bagi peserta didik seperti hanya menggunakan metode ceramah yang kurang bervariasi dan cenderung dominan di SD Negeri Gedongkiwo membuat siswa kurang termotivasi untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa akan merasa bosan dan kurang berminat dalam proses pembelajaran karena dalam metode pembelajaran yang konvensional, siswa kurang leluasa untuk aktif dan berkreasi dalam pembelajaran yang akhirnya bisa membuat konsentrasi siswa kurang terfokus pada pembelajaran dan cenderung membuat siswa cepat merasa bosan.

Salah satu model yang dapat dianggap membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan menulis karangan adalah model contextual teaching and learning. Model contextual teaching and learning adalah strategi yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Seperti yang dijelaskan Wina Sanjaya (2006:255) contekstual teaching and learningadalah suatu startegi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Dengan demikian diharapkan siswa akan lebih lama dalam mengingat isi karangan daripada guru hanya bercerita di depan kelas. Berdasarkan hasil observasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas IV SD Gedongkiwo, guru tersebut belum pernah melaksanakan pembelajaran


(21)

menggunakan model contextual teaching and learning untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi.

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, peneliti bermaksud melakukan

“Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi dengan Menggunaka Model Contextual Teaching and Learning pada Siswa Kelas IV SD N Gedongkiwo”Yogyakarta.


(22)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dalam penelitian dapat diidentifikasi seperti berikut.

1. Siswa kurang tertarik dalam pembelajaran menulis karangan narasi.

2. Keterampilan siswa SD Negeri Gedongkiwo dalam menulis karangan narasi masih mengalami kesulitan.

3. Pemahaman siswa terhadap unsur karangan narasi masih rendah.

4. Dalam pembelajaran karangan narasi masih menggunakan model pembelajaran yang konvensional.

5. Siswa dalam menulis karangan narasi masih dipengaruhi oleh bahasa daerah. 6. Pembelajaran karangan narasi dengan model contextual teaching and

learningbelum dilaksanakan secara optimal. C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada “Peningkatan proses pembelajaran, dan keterampilan menulis karangan narasi menggunakan model contextual teaching and learningpada siswa kelas IV SD Gedongkiwo.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut.

1. Bagaimanakah meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan metode contextual teaching and learningpada kelas IV SD Negeri Gedogkiwo?


(23)

2. Bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis karangan narasi menggunakan modelcontextual teaching and learningpada siswa kelas IV SD Gedongkiwo Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan hakikat penelitian melalui tindakan kelas, maka tujua penelitian ini, sebagai berikut.

1. Untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis karangan narasi melalui modelCTLpada siswa kelas IV SD Negeri Gedongkiwo. 2. Untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi melalui model

CTLpada siswa kelas IV SD Negeri Gedongkiwo. F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai salah satu model pembelajaran yang menarik dalam peningkatan keterampilan menulis narasi siswa kelas IV SD Gedongkiwo.

2. Manfaat praktis a. Bagi siswa

1. Meningkatkan kreativitas berpikir siswa

2. Siswa dapat menuliskan ide dan gagasannya dengan mudah dalam bentuk tulisan narasi.

3. Memotivasi siswa dalam pembelajaran menulis

4. Membantu siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran bahasa Indonesia.


(24)

b. Guru

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran menulis dan sebagai informasi serta memberi pengarahan pada siswa untuk terampil menulis.

c. Kepala sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui proses pembelajaran dengan baik dan dapat mengatasi permasalahan belajar yang dialami oleh siswa.

d. Peneliti

Mendapat pengalaman langsung dalam penggunaan model contextual teaching and learningdalam meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas IV sekolah dasar.


(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Menulis Karangan Narasi

1. Hakikat Karangan Narasi

Istilah narasi atau sering juga disebut narasi berasal dari kata bahasa inggris narration (cerita) dan narrative (yang menceritakan). Karangan yang disebut narasi menyajikan serangkaian peristiwa. Suprno dan Mohammad Yunus (2009:431) menjelaskan bahwa Karangan narasi berusaha menyampaikan serangkaian kejadian menurut urutan terjadinya (kronologis), dengan maksud memberi arti kepada sebuah atau serentetan kejadian, sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu.

Karangan narasi merupakan menggambarkan suatu ide dengan cara bertutur tertentu. Peristiwa yang diceritakan biasanya mengikuti alur sesuai dengan urutan waktu. Karangan narasi sedemikian rupa berusaha mengubah prilaku atau motivasi pembaca untuk ikut serta dalam suatu aksi atau tindakan, Sudarwan Danim (2013:44). Sedangkan menurut Sri Hastuti, dkk. (1993:104) menyatakan narasi ialah karangan yang berisikan rangkaian peristiwa yang dikaitkan dengan waktu tertentu.

Goris keraf (1982:44) menyatakan narasi suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa terjalin dalam suatu kesatuan waktu. Atau dapat juga dirumuskan dengan cara lain: narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi.


(26)

Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa narasi merupakan jenis tulisan yang isinya menceritakan dengan runtut dan jelas. Dalam tulisan narasi biasanya terdapat tokoh, tempat dan waktu kejadian. Hal ini dimaksudkan untuk memaparkan suatu kejadian dengan sejelas-jelasnya. 2. Tujuan Menulis Karangan Narasi

Pada dasarnya menulis orang yang menulis mempunyai tujuan atau maksud tertentu dalam menulis karangan narasi berikut peneliti memaparkan tujuan menulis berdasarkan pendapat dari beberapa ahli. Suparno dan Muhammad Yunus (2006:432) membagi tujuan menulis karangan narasi menjadi dua yaitu:

a. Memberi informasi atau wawasan dan memperluas pengetahuan pembaca. b. Memberi pengalaman estetis kepada pembaca.

Goris Keraf (1982:136) menyatakan tujuan menulis karangan narasi adalah untuk memberi informasi kepada para pembaca, agar pengetahuannya bertambah luas, yaitu narasi ekpositoris.

Pada umumnya tujuan menulis karangan narasi untuk memberikan informasi penulis kepada pembaca. Informasi-informasi tersebut dapat berupa pengalaman pribadinya maupun pengalaman orang lain. Untuk mencapai tujuan yang dikehendaki penulis. Karangan yang dibuat harus dapat memberikan pengalaman yang estetis kepada pembaca.

3. Ciri-ciri Karangan Narasi

Nani Damayanti (2007:12) secara umum mengungkapkan ciri-ciri karangan narasi meliputi: 1) adanya unsur perbuatan atau tindakan, 2) adanya


(27)

unsur rangkaian waktu dan informatif, 3) adanya sudut pandang penulis, 4) menggunakan urutan waktu dan tempat yang berhubungan secara kausalitas, 5) terdapat unsur tokoh yang digambarkan dengan memiliki karakter atau perwatakan yang jelas, 6) terdapat latar, tempat, waktu dan suasana, dan 7) mempunyai alur atau plot. Suparno dan Mohamad Yunus (2008:44) menyatakan ciri khas karangan narasi adalah mengisahkan toko cerita bergerak dan terlibat dalam suatu peristiwa atau kejadian.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri karangan narasi yaitu: adanya rangkaian waktu atau peristiwa, terdapat tokoh yang menggambarkan watak yang jelas, menggunakan urutan waktu dan tempat, terdapat latar, tempat, waktu, dan suasana.

4. Jenis-jenis Karangan Narasi

Sunarti dan Anggraini (2009:92-93) menyatakan narasi terdiri atas narasi ekspositoris dan artistik atau literer. Jenis narasi tersebut, akan dijabarkan sebagai berikut: 1) narasi ekspositoris yaitu tulisan yang menginformasikan peristiwa dengan bahasa yang lugas dan konfliknya tidak terlalu kelihatan, dan 2) narasi artistik atau literer yaitu tulisan yang sebenarnya murni sebagai tulisan narasi.

Goris Keraf (1982:136-138) mengemukakan bahwa karangan narasi disusun dan di sajikan sekian macam:

a. Narasi Ekspositoris

Narasi ekspositoris pertama-tama bertujuan untuk menggugah pikiran para pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan. Sebagai sebuah bentuk


(28)

narasi, narasi ekspositori mempersoalkan tahap-tahap kejadian, rangkaian perbuatan kepada para pembaca atau pendengar. Runtutan kejadian atau peristiwa untuk memperluas pengetahuan atau pengertian pembaca, tidak peduli apa yang disampaikan secara tertulis atau secara lisan.

b. Narasi Sugestif

Narasi sugestif juga pertama-tama bertalian denga tindakan atau perbuatan yang dirangkaian dalam suatu kejadian waktu atau peristiwa. Seluruh rangkaian yang dirangkaian dalam suatu kesatuan waktu. Narasi sugestif merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan sekian macam sehigga merangsang daya khayal para pembaca. Pembaca menarik suatu makna baru di luar apa yang diungkapkan secara emplisit. Sesuatu yang emplisit adalah sesuatu yang tersirat semua objek dipaparkan sebagai suatu rangkaian gerak, kehidupan para tokoh dilukiskan dalam satuan gerak yang dinamis, bagaimana kehidupan itu berubah dari waktu kewaktu. Makna yang baru akan jelas dipahami sesudah narasi itu selesai dibaca, karena ia tersirat dalam suatu narasi.

Berdasarkan jenis-jenis karangan narasi di atas, secara sisngkat dikemukakan perbedaan antara kedua jenis narasi tersebut seperti dibawah ini.

Tabel 1 Perbedaan Narasi Ekspositori dan Narasi Sugestif Narasi Ekpositori Narasi sugestif

Memperluas pengetahuan. Menyampaikan sesuatu amanat yang tersirat.

Menyampaikan informasi mengenai suatu kejadian.


(29)

Didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional.

Penalaran hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan makna, sehingga kalau penalaran dapat dilanggar.

Bahasanya lebih condong kebahasa informatif dengan titik berat pada penggunaan kata-kata denotatif.

Bahasanya lebih condong kebahas figuratif dengan menitik beratkan penggunaan kata-kata konotatif.

Berdasarkan tabel perbedaan antara narasi ekpositoris dan narasi sugestif di atas, dapat disimpulkan bahwa perbedaan antara kedua jenis karangan narasi tersebut terletak pada penyampaian isi karangan. Narasi ekpositoris berisi karangan yang informatif sedangkan narasi sugestif yaitu karangan yang menimbulkan daya khayal. Jenis narasi dalam penelitian ini difokuskan pada jenis karangan narasi ekspositoris.

5. Langkah-langkah Menulis Karangan Narasi

Nursito (1999:51-58) mengemukakan beberapa langkah yang harus ditempuh dalam menulis karangan narasi sebagai berikut.

a. Menentukan topik

Hal penting sebelum mengarang adalah menentukan topik dan tema. Hal ini karena dengan menentukan tema berarti penulis telah melakukan pembatasan penulisan agar tidak terlalu luas pembahasannya.

b. Mengumpulkan bahan

Dalam hal ini data sangat diperlukan sebagai bahan untuk mengembangkan gagasan yang ada dalam sebuah karangan. Bahan yang diperlukan tersebut dapat berasal dari pengalaman. Sebelum kegiatan manulis narasi dilakukan, hendaknnya penulis sudah mendapatkan bahan yang sudah dibahas dalam penulisan. Kegiatan mengumpulkan bahan secara tidak langsung telah tercapai dalam kegiatan pembatasan topik atau pembatasan tema.


(30)

c. Menyusun kerangka

Kerangka karangan merupakan rencana kerja yang memuat garis-garis besar atau susunan pokok penjelasan sebuah karangan yang akan ditulis. Kerangka karangan membantu penulis agar menulis secara logis dan teratur, penyusunan kerangka karangan sangat dianjurkan karena akan menghindarkan penulis dari kesalahan-kesalahan yang tidak seharusnya dilakukan.

d. Mengembangkan kerangka

Kegiatan ini yang paling penting dalam menulis adalah mengembangkan kerangka karangan menjadi suatu karangan atau tulisan yang utuh. Mengembangkan atau menguraikan sebuah rancangan karangan berarti menjabarkan uraian suatu permasalahan sehingga bagian-bagian tersebut menjadi jelas. Dalam kegiatan ini penulis akan dituntut aktif berpikir secara aktif dan kreatif, sehingga hasil dari menulis akan diketahui dari hasil pengembangan kerangka karangan tersebut.

e. Koreksi dan revisi

Pada tahap kegiatan ini, penulis meneliti secara menyeluruh hasil tulisan narasi yang telah dibuat. Kegiatan ini mengharuskan penulis agar lebih teliti dalam mengoreksi naskah yang selesai ditulis.

f. Mengoreksi naskah

Tahap terakhir dalam menulis narasi adalah menuangkan ide atau gagasan dalam pikiran kita kedalam tulisan. Kegiatan ini yang paling penting adalah menulis naskah yang telah selesai ditulis.


(31)

6. Unsur-unsur Narasi

Sebagai karangan yang terbentuk berdasarkan unsur, maka Rini Kristanti (2007:132), mengemukakan beberapa unsur yang dapat membangun karangan narasi yaitu:

a. Tema

Tema sering juga disebut sebagai dasar cerita, yaitu pokok persoalan yang mendominasi suatu cerita. Pada hakikatnya tema adalah permasalahan pokok yang merupakan titik tolak penulis dalam menyusun cerita, sekaligus merupakan permasalahan yang ingin dipecahkan penulis. Tema dalam narasi dapat tersurat dan tersirat. Disebut tersurat apabila tersebut dengan jelas dinyatakan oleh penulisnya. Sedangkan tema tersirat adalah tema tidak ditulis secara eksplisit, melainkan tersebar pada keseluruhan cerita.

b. Tokoh Cerita

Tokoh cerita merupakan pelaku yang medukung peristiwa sehigga mampu menjalin suatu cerita. Tokoh atau karakter sebuah narasi tidak bisa lepas dari sifat atau karakteristik yang ada dalam narasi tersebut, karena dengan penokohan cerita menjadi lebih nyata dan lebih hidup.

Tokoh dalam karangan narasi dapat dibedakan menjadi tokoh sentral dan tokok bawahan. Protagonis (baik) dan antagonis (jahat) adalah merupakan tokoh yang dihadirkan untuk mendukung kehadiran tokoh utamanya.

c. Latar

Latar merupakan penempatan waktu dan tempat beserta lingkungannya di dalam cerita. Sedangkan Goris Keraf (1982:148) latar merupakan tempat


(32)

atau pentas dapat digambarkan secara hidup-hidup dan terperinci, dapat pula digambarkan secara sketsa, sesuai dengan fungsi dan perannya pada tindak-tanduk yang berlangsung.

d. Posisi narator dan sudut padang

Posisi narator merupakan penempatan diri dalam cerita yang ditulis. Terdapat beberapa posisi narator dalam narasi, yakni sebagai penulis pelaku utama, penulis sebagai pelaku tetapi bukan sebagai pelaku utama, penulis serba hadir dan penulis sebagai peninjau.

Sedangkan sudut pandang Goris Keraf (1982:191) dalam narasi menyatakan bagaimana fungsi seorang pengisah (narator) dalam sebuah narasi, apakah ia mengambil bagian langsung dalam sebuah rangkaian kejadian (yaitu sebagai participant), atau sebagai pengamat (observer) terhadap objek dari seluruh aksi atau tindak-tanduk dalam narasi.

e. Waktu

Urutan waktu dalam narasi yaitu urutan alamiah dan urutan menyimpang. Urutan alamiah dalam narasi berhubungan dengan usaha penulis dalam menguraikan kisahnya. Urutan peristiwa secara kronologis atau penyajian peristiwa sesuai dengan urutan waktu kejadian sebenarnya. Sedangkan urutan waktu menyimpang menyajikan cerita tidak sesuai dengan kronolgis cerita tersebut.

f. Motivasi

Goris Keraf (1982:160-161) motivasi adalah suatu penjelasan secara implisit mengapa tokoh-tokoh dalam narasi melakukan hal-hal seperti yang


(33)

digambarkan tadi dalam pembukaannya. Motivasi mengungkapkan bagaimana manusia-manusia berada dalam situasi sebagai yang digambarkan, dan bagaimana objek dari tanggapan-tanggapan yang diharapkan (yaitu apa yang diinginkan oleh orang-orang itu pada waktu itu) menyajikan kunci utama kepada pembaca untuk membayangkan tindak-tanduk selanjutnya.

g. Konflik

Sebuah narasi disusun dari rangkaian tindak-tanduk yang bertalian dengan sebuah makna. Makna hampir selalu muncul dari suatu pertikaian atau konflik kekuatan-kekuatan yang meransang perhatian kita untuk melihat bagaimana situasi itu akan diselesaikan. Konflik dalam cerita mengandung tenaga yang kuat untuk menarik perhatian pembaca.

h. Alur

Goris Keraf (1982:147-148) alur merupakan rangkaian pola tindak-tanduk yang berusaha memecahkan konflik yang terdapat dalam narasi itu, yang berusaha memulihkan situasi narasi ke dalam suatu situasi yang seimbang dan harmonis.

Sejalan dengan pendapat Ahmad Rofi’uddin (1999:150-157) unsur-unsur dalam menulis karangan meliputi, tokoh, alur cerita, latar, tema, dan sudut pandang.

Berdasarkan pendapat di atas, unsur-unsur narasi terdiri dari aspek tema, tokoh, latar, sudut pandang, waktu, motivasi, konflik, dan alur. Dalam penelitian ini aspek yang digunakan adalah tema, tokoh, latar tempat, latar waktu, dan alur.


(34)

7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Menulis Karangan Narasi

Tingkat kemampuan siswa dalam menguasai keterampilan berbahasa tidak sama antara siswa satu dengan siswa yang lain. Sabarti Akhadiah M.K, dkk. (1993:2-3) ada beberapa faktor yang mempengaruhinya:

a. Tujuan yang akan dicapai

Tujuan yang dicapai merupakan faktor penentu. Tujuan ini akan memberikan arah dalam memilih materi, menentukan strategi belajar mengajar, serta melakukan evaluasi belajar. Tujuan tersebut mengacu pada kemampuan yang ditunjukkan oleh sejumlah perilaku yang diharapkan dapat diperlihatkan siswa setelah mengikuti pelajaran. Perilaku itu dikelompokkan kedalam tiga ranah: kogitif yang mempengaruhi kegiatan berpikir, ranah afektif, yang menyangkut perasaan atau sikap, serta ranah psikomotorik yang menyangkut fisik (keterampilan).

b. Jenis mata pelajaran/ pokok bahasa

Hakikat mata pelajaran yang diberikan akan berpengaruh terhadap pemilihan kegiatan belajar yang direncanakan.

c. Kondisi siswa

Faktor ini turut serta menentukan jenis kegiatan belajar serta bahan yang dipilih. Dari berbagai penelitian ternyata bahwa terdapat perbedaan individual diantara siswa yang belajar. Perbedaan itu meliputi latar belakang kebahasaan, latar belakang sosial ekonomi, latar belakang budaya, minat, bakat, kemampuan, gaya belajar, taraf kecerdasan, dan sebagainya. Perbedaan dalam hal-hal tersebut akan mempengaruhi keberhasilan siswa.


(35)

d. Sarana

Sarana merupakan faktor yang membatasi guru dalam memilih kegiatan belajar yang diselenggarakan.

e. Lingkungan sosial

Keberhasilan belajar siswa banyak dipengaruhi oleh lingkungannya, yaitu keadaan rumah, taraf pendidikan serta sikap orang tua, jumlah anggota keluarga, perlengkapan belajar di rumah, dan sebagainya. Tentu saja lingkungan itu tidak dapat atau sulit sekali diubah. Dalam hal ini sekolah sebagai pusat pembelajaran dapat menyediakan lingkungan yang diperlukan.

Sugiharto, dkk. Nevi Kurniasih, (2010:20) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan menulis dapat digolongkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi faktor jasmani dan psikologis, sedangkan faktor eksternal meliputi faktor sekolah, keluarga, dan lingkungan. Faktor yang mempengaruhi keterampilan menulis terdiri dari faktor siswa sendiri (internal) yang meliputi jasmani dan psikologis, dan faktor dari luar siswa (eksternal) yang meliputi sekolah, keluarga, lingkungan. Dalam hal ini, faktor eksternal khususnya faktor sekolah menjadi faktor yang harus diperhatikan sebagai upaya meningkatkan keterampilan menulis siswa. Faktor yang berkenaan dengan sekolah yang merupakan tempat peneliti, faktor sekolah meliputi guru, model mengajar, fasilitas, media maupun lingkungan sekolah.

Berdasarkan beberapa faktor di atas, dapat dinyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan menulis narasi adalah faktor, tujuan yang akan


(36)

dicapai, jenis mata pelajaran/pokok bahasa, kondisi siswa, sarana, lingkungan sosial serta faktor internal (siswa sendiri) dan faktor eksternal (sekolah).

B. Tinjauan tentang ModelContextual Teaching and Learning 1. Hakikat ModelContextual Teaching and Learning

Sardiman (2007: 222) contextual teaching and learning merupakan pembelajaran yang mengaitkan antara materi ajar dengan situasi dunia nyata siswa, yang dapat mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan dengan penerapannya dalam kehidupan siswa sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Contextual Teaching and Learning adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Wina Sanjaya (2011:255).

Dengan konsep tersebut diharapkan hasil pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk siswa bekerja dan mengalami secara langsung, bukan hanya sekedar mentransfer pengetahuan guru kepada siswa. Ini sejalan dengan pendapat aliran kontruktivisme yang menekankan bahwa kegiatan belajar adalah kegiatan aktif siswa untuk menemukan sesuatu dan membangun sendiri pengetahuannya. Siswa bertanggungjawab atas hasil belajarnya, membuat penalaran atas apa yang dipelajari dengan cara mencari makna, dan membandingkan dengan apa


(37)

yang telah diketahui dengan apa yang diperlukan dalam pengalaman yang baru. Proses pembelajaran keterampilan menulis harus sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari siswa, sehingga siswa akan lebih mudah dalam memahami pengetahuan baru yang disampaikan. Seperti pengalaman, pengalaman sebenarnya merupakan proses penyesuaian dan pembandingan (asimilasi dan komparasi) yang terjadi yang terjadi apabila seseorang dalam kesadarannya mengalami sesuatu dengan indranya, misal; melihat peristiwa baru, mengamati proses, sensasi memahami sesuatu ide. B.Rahmanto (1996:112).

Berdasarkan paparan di atas CTL dapat diartikan sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa memahami makna dalam materi pelajaran yang mereka pelajari, kemudian menghubungkan dengan kontek kehidupan sehari-hari, yaitu kontek lingkungan pribadi, sosial, dan budayanya.

2. Karakteristik Model PembelajaranContextual Teaching and Learning Wina Sanjaya (2011:256) menyatakan terdapat lima karakteristik dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL.

a. Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activiting knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah ada dipelajari, dengan demikian pengetahuan akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.


(38)

b. Pembelajaran kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya. c. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya

pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan.

d. Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan prilaku siswa.

e. Melakukan refleksi (reflecting knowledge), terhadap strategi mengembangkan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.

3. Komponen-komponen Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

Wina Sanjaya (2011:264-268) mengungkapkan tujuh komponen pembelajaran kontekstual, antara lain: 1) kontruktivisme, 2) inquiri, 3) bertanya, 4) masyarakat, 5) pemodelan, 6) refleksi, 7) penilaian nyata. Sardiman (2007:22-269) menyatakan kontekstuan sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 komponen. Komponen ini melandasi pelaksanaan


(39)

proses pembelajaran dengan pendekatan CTL.1) kontruktivisme, 2) inquiri, 3) bertanya (quetion), 4) masyarakat belajar (learning community), 5) pemodelan (modeling), 6) refleksi (reflection), 7) penilaian nyata (authentic assessment). Selanjutnya ketujuh komponen ini di jelaskan dibawah ini.

a. Kontruktivisme

Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.

b. Bertanya (questioning)

Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk. 1) motivasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran, 2) membangkitkan motivasi siswa, 3) merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu, 4) memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan, 5) membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu.

c. Masyarakat belajar (learning community)

Masyarakat belajar (learning community) adalah kelompok belajar atau komunitas yang berfungsi sebagai wadah komunikasi untuk berbagi pengalaman dan gagasan. Prakteknya dapat berwujud dalam: pembentukan kelompok kecil atau kelompok besar serta mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan kelas di atasnya, bekerja dengan masyarakat.


(40)

Inquri adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. secara umum proses proses inquiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu. 1) merumuskan masalah, 2) mengajukan hipotesis, 3) mengumpulkan data, 4) menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan, 5) membuat kesimpulan.

e. Pemodelan (Modeling)

Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.

f. Refleksi( reflection)

Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.

g. Penilaian nyata (authentic assessment)

Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkam langkah-langkah pembelajaran CTL untuk menulis narasi meliputi: 1) siswa diberi kesempatan secara bebas untuk mengembangkan skemata dalam menentukan objek yang diamati, menentukan bagian objek yang akan ditulis, dan membuat kerangka, 2) siswa terlibat aktif dalam pembelajaran untuk menentukan tema karangan, 3) siswa menemukan ide/ gagasan yang akan dituangkan dalam menulis karangan, 4) siswa menentukan judul karangan, 5) siswa menanyakan hal-hal yang penting


(41)

dalam kegiatan menulis karangan, 6) siswa melakukan kerja kelompok untuk membuat kerangka karangan berdasarkan objek yang telah diamati, 7) siswa menyimpulkan kegiatan yang telah dilakukan dalam pembelajaran, 8) siswa membaca ulang hasil tulisannya (karangan narasi) dan memperbaiki kalimat dalam karangan sesuai dengan EYD. Kemudian siswa menyalin kembali karangan yang sudah diperbaiki, dan mempublikasikan karangan yang dibuatnya. Menulis karangan narasi dengan menggunakan model CTL penelitian ini meliputi siswa diberi kesempatan secara bebas untuk mengembangkan skemata dalam menentukan objek yang diamati siswa menentukan tema, siswa menentukan topik, siswa melakukan kerja kelompok untuk membuat kerangka karangan berdasarkan objek yang telah diamati, pemberian kuis secara individu berupa tes menulis karangan narasi, penilaian karangan narasi oleh guru.

4. Peranan Guru dalam PembelajaranContextual Teaching and Learning Dalam proses pembelajaran kontekstual, setiap guru memahami tipe belajar dalam dunia siswa, artinya guru perlu menyesuaikan gaya mengajar terhadap gaya belajar siswa. Sehubungan itu, Wina Sanjaya ( 2011 : 262 ) menerangkan bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan bagi setiap guru manakalah menggunakan model pembelajaran CTL.

a. Siswa dalam pembelajaran kontekstual dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilkinya. Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, melainkan organisme yang sedang berada dalam tahap-tahap perkembangan. Kemampuan belajar akan sangat


(42)

ditentukan oleh tingkat perkembangan dan pengalaman mereka. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau “ penguasa “ yang memaksakan kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka bisa belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.

b. Setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan. kegemaran anak adalah mencoba hal-hal yang dianggap aneh dan baru. Oleh karena itulah belajar bagi mereka adalah mencoba memecahkan setiap persoalah yang menantang. Dengan demikian, guru berperan dalam memilih bahan-bahan belajar yang dianggap penting untuk dipelajari oleh siswa.

c. Belajar bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan atau keterhubungan antara hal-hal yang baru dengan hal-hal yang sudah diketahui. Dengan demikian, peran guru adalah membantu agar setiap siswa mampu menemukan keterkaitan antara pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya.

d. Belajar bagi anak adalah proses menyempurnakan skema yang telah ada (asimilasi) atau proses pembentukan skema baru (akomodasi), dengan demikian tugas guru adalah memfasilitasi (mempermudah) agar anak mampu melakukan proses asimilasi dan proses akomodasi.

Berdasarkan di atas, peranan guru dalam pembelajaran CTL dapat disimpulkan proses pembelajaran CTL, guru perlu menyesuaikan gaya mengajar terhadap gaya belajar siswa, sehingga siswa merasa senang dan termotivasi dalam pembelajaran CTL.


(43)

C. Penilaian Keterampilan Menulis Karangan Narasi

Kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi tulisan. Baik unsur bahasa maupun unsur isi haruslah terjalin sedemikian rupa sehingga menghasilkan tulisan yang runtut dan padu. Dalam menulis, unsur kebahasaan merupakan aspek penting yang perlu dicermati, di samping isi pesan yang diungkapkan. Hal ini secara jelas merupakan titik berat dalam seluruh tahap penyelenggaraan pengajaran, termasuk tes bahasanya. Perlu disiapkan tes yang baik agar peserta didik dapat memperlihatkan keterampilan menulisnya. Masalah terjadi dalam penilaianpun harus diperhitungkan dengan baik untuk merendahkan kadar subjektivitas pada saat melakukan penilaian. Tes jenis karangan merupakan jenis tes yang memiliki kriteria penilaian kompleks. Penilaian diberikan dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang ada dalam setiap karangan. Suroso (2009: 43) berpendapat bahwa penilaian yang dilakukan terhadap karangan siswa terdapat beberapa unsur yang akan diperiksa atau dinilai: 1) isi, 2) organisasi, 3) tata bahasa dan gaya, 4) mekanik.

Dalam penelitian ini, keterampilan menulis karangan narasi dinilai dari aspek isi dan pengorganisasiannya, penggunaan kalimat, pilihan kata ejaan, serta tanda baca (EYD) yang digunakan siswa ketika menulis karangan narasi. Kriteria kisi-kisi penulisan berdasarkan pendapat Nurgyantoro (2010:440) sebagai berikut.


(44)

Tabel 2. Aspek Penilaian Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas IV SD

No Unsur yang dinilai Skor

1 Organisasi karangan narasi 20

2 Organisasi isi karangan narasi 35

3 Diksi 15

4 Struktur kalimat 20

5

Ejaan dan tata tulis (EYD) 10

Jumlah

100

D. Langkah-langkah Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Melalui CTL 1. Siswa diberi kesempatan secara bebas untuk mengembangkan skemata

dalam menentukan objek yang diamati, menentukan bagian objek yang akan ditulis, dan membuat kerangka.

2. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran untuk menentukan tema karangan. 3. Siswa menemukan ide/gagasan yang akan dituangkan dalam menulis

karangan.

4. Siswa menentukan judul karangan.

5. Siswa menanyakan hal-hal yang penting dalam kegiatan menulis karangan narasi.

6. Siswa melakukan kerja kelompok untuk membuat kerangka karangan berdasarkan objek yang telah diamati.

7. Siswa menyimpulkan kegiatan yang telah dilakukan dalam pembelajaran. 8. Siswa membaca ulang hasil tulisannya (karangan narasi) dan memperbaiki

kalimat dalam karangan sesuai dengan EYD. Kemudian siswa menyalin kembali karangan narasi yang sudah diperbaiki, dan mempublikasikan


(45)

karangan yang dibuatnya. Menulis karangan narasi dengan menggunakan model CTL penelitian ini meliputi siswa diberi kesempatan secara bebas untuk mengembangkan skemata dalam menentukan objek yang diamati siswa menentukan tema, siswa membaca ulang hasil tulisannya (karangan narasi) dan memperbaiki kalimat dalam karangan sesuai dengan EYD. Kemudian siswa menyalin kembali karangan narasi yang sudah diperbaiki, dan mempublikasikan karangan yang dibuatnya. Menulis karangan narasi dengan menggunakan model CTL penelitian ini meliputi siswa diberi kesempatan secara bebas untuk mengembangkan skemata dalam menentukan objek yang diamati siswa menentukan tema, siswa melakukan kerja kelompok untuk membuat kerangka karangan berdasarkan objek yang diamati, pemberian kuis secara individu berupa tes karangan narasi, penilaian karangan narasi oleh guru.

E. Karakteristik Siswa SD Kelas IV

Siswa kelas IV Sekolah Dasar (SD) berada pada jenjang umur sekitar 10-12 tahun. Berdasarkan tahap perkembangan kognitif, seperti membaca, menulis dan berhitung. siswa kelas IV termasuk pada tahap operasional formal, yakni anak sudah dapat berpikir secara konkret maupun secara abstrak. Jean Piaget (Mulyani Sumantri dan Nana Syaodih 2009: 1.15) menyatakan pada tahap operasional formal (11-15). Pada tahap ini anak dapat menggunakan operasi konkretnya untuk membentuk operasi yang lebih kompleks. Dalam hal ini, anak telah memiliki kemampuan kognitifnya, yaitu kapasitas menggunakan hipotesis dan prinsip-prinsip abstrak.


(46)

F. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini yaitu Novia Purnamasari 2015. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran kontekstual dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi kelas V SD N 3 Grenggeng Karanganyar Kebumen. Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan keterampilan mengarang narasi setelah diterapkan metode konntekstual, selain itu hasil nilai rata-rata kelasnya juga meningkat.

G. Kerangkan Pikir

Pembelajaran sekarang banyak yang berorientasi pada target penguasaan materi, hanya dapat mengingat jangka pendek saja, tetapi gagal dalam membekali siswa untuk memecahkan suatu masalah dalam kehidupan jangka panjang. Hasil belajar siswa juga rendah. Sehingga saat ini ada kecenderungan belajar lebih baik jika mereka belajar di lingkungan alamiah. Model contextual teaching and learning merupakan salah satu model pembelajaran yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkannya dengan situasi nyata siswa, dan mendorong siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan anak sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Kompetensi siswa kelas IV SDN Gedongkiwo, menunjukkan bahwa pengetahuan dan kemampuan berbahasa siswa kurang dari yang diharapkan, terutama pada aspek menulis salah satu menulis karangan narasi. Keterampilan menulis karangan narasi adalah salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai


(47)

siswa kelas IV, kemampuan keterampilan itu mempunyai manfaat bagi siswa dalam penerapan peristiwa terjadi di lingkungan sekitar dalam kehidupan sehari-hari siswa.

Permasalahannya, keterampilan menulis siswa kelas IV SDN Gedongkiwo belum memuaskan, khususnya materi menulis karangan narasi. Belum optimalnya keterampilan menulis karangan narasi dikarenakan pembelajaran menulis karangan narasi masih menggunakan model pembelajaran yang konvensional, kurangnya ketertarikan siswa dalam proses belajar karena model pembelajaran yang digunakan tidak variatif sehingga belum mendukung keberhasilan yang dicapai siswa.

Dengan model pembelajaran CTL siwa terlibat langsung dan aktif dalam pembelajaran. Oleh karena itu pembelajaran model CTL diharapkan dapat memperbaiki proses pembelajaran dan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas IV SDN Gedongkiwo.

Gambar 1. Kerangka Pikir

keterampilan menulis karangan rendah

proses

pembelajaran masih pendekatan konvensional

faktor yang mempengaruhi

melalui

bimbingan dan latihan

pembelajaran menulis karangan melalui CTL keterampilan

menulis karangan narasi siswa meningkat.


(48)

H. Hipotesi Penelitian

Dalam peelitian ini dirumuskan hipotesis penelitian bahwa penggunaan modelcontextual teaching and learning dapat meningkatkan proses pembelajaran dan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas IV SDN Gedongkiwo. I. Definisi Operasional

1. Keterampilan menulis karangan narasi adalah suatu kemahiran/kecakapan pengungkapan ide, perasaan, pengalaman hidup seseorang dalam bahasa tulis secara kronologis yang memperhatikan unsur waktu kejadian dengan efektif dan efisien sehingg dapat dimengerti oleh pembaca. Karangan narasi tersebut mencakupi unsur, organisasi karangan, organisasi isi karangan(tema, tokoh, latar/setting, alur dan amanah), diksi, struktur kata, EYD.

2. Model kontekstual (contextual and learning) merupakan sebuah konsep yang membantu guru untuk mengaitkan antara materi dengan situasi nyata siswa, yang dapat mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajari dengan penerapannya dalam kehidupan sisa sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif yakni; kontruktivisme (contructivisme), bertanya (questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentik assessment).


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) kolaborasi. Suharsimi Arikunto (2006: 3) menyatakan bahwa PTK adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimuncukan, dan terjadi dalam sebuah kelas. Wina Sanjaya (2010: 26) menyatakan bahwa PTK adalah sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut. Sedangkan yang dimaksud dengan kolaborasi yaitu karena penelitian ini merupakan kerjasama antara guru kelas dan peneliti. Guru berperan untuk melaksanakan proses pembelajaran dan peneliti bertindak sebagai pengamat (observer). Hal ini dengan tujuan agar pengamatan terhadap setiap tindakan yang dilakukan selama proses pembelajaran dapat teramati.

B. Desain Penelitian

Dalam PTK ini dipilih model spiral dari Kemmis dan MC Tanggart dalam Kasihani Kasbolah (1998: 14) yang meliputi, perencanaan, tindakana, pengamatan, dan refleksi.


(50)

Alur dalam penelitian tindakan kelas dapat digambarkan sebagai berikut:

Keterangan

siklus 1 siklus II

1. Perencanaan I 1. Perencanaan II

2. Tindakan I 2. Tindakan II

3. Observasi I 3. Observasi II

4. Refleksi I 4. Refleksi II

Gambar 2. Alur Siklus PTK model Kemmis dan MC Tanggart Adapun komponen akan diuraikan sebagai berikut

1. Perencanaan

Rencana tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi dengan menggunakan model contextual teaching and learning. Adapun tahap perencanaan adalah sebagai berikut.

a. Peneliti bersama kolaborator menyamakan persepsi dan berdiskusi untuk mengidentifikasi permasalahan yang muncul berkaitan dengan keterampilan menulis karangan narasi dan solusinya.

b. Merancang pelaksanaan pembelajaran bahasa indonesia dengan pendekatan CTL.


(51)

c. Menyusun pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat serangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model CTL.

d. Mempersiapkan media pembelajaran dan fasilitas yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.

2. Tindakan

Pada tahap pelaksanaan tindakan guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dirancang sebelumya, yaitu melaksanakan kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menerapkan model CTL. Guru melaksanakan langkah dalam pembelajaran langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan sebagai berikut.

Kegiatan awal.

1. Mengucapkan salam 2. Berdoa

3. Guru melaksanakan apersepsi

4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan inti.

1. Siwa memperoleh teks cerita narasi yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari untuk dianalisis.

2. Siswa membentuk kelompok dan berdiskusi tentang tema dan penulisan ejaan dalam teks cerita narasi.

3. Siswa dan guru bertanya jawab mengenai cara menulis narasi yang benar melalui contoh.


(52)

4. Siswa mencari pengalaman kehidupan sehari-hari yang berkesan untuk dijadikan bahan tulis.

5. Siswa berlatih menyusun dan mengembangkan kerangka karangan berdasarkan kegiatan sehari-hari siswa.

6. Siswa mendapatkan kesempatan untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami.

Kegiatan akhir.

1. Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah diajarkan. 2. Siswa diberikan tugas untuk membuat tulisan narasi yang utuh.

3. Siswa bersama dengan guru membahas tulisan narasi yang dibuat siswa.

4. Guru bersama siswa melakukan refleksi tentang pembelajaran yang dilakukan.

3. Pengamatan (observer)

Peneliti melakukan observasi pada proses pembelajaran berlangsung. Observasi ini digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan dan untuk mengetahui sejauh mana hasil dari penerapan CTL.

4. Refleksi

Peneliti bersama kolaborator yaitu guru kelas IV melakukan analisis dan memaknai hasil perlakuan tindakan siklusi I. Kemudian, dari hasil refleksi tersebut ditarik kesimpulan tentang keberhasilan atau kegagalan pada siklus I. Apabila berhasil pada semua indikator yang ditetapkan maka penelitian tidak dilanjutkan kesiklus berikutnya. Jika siklus I terdapat aspek yang belum berhasil maka akan diperbaiki pada siklus II. Siklus ini


(53)

dilaksanakan setelah siklus I berakhir dan perencanaannya setelah refleksi siklus I.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Gedongkiwo dengan jumlah siswa 23 anak. Sedangkan objek penelitian ini adalah keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas IV SD Negeri Gedongkiwo.

D. SettingPenelitian

penelitian ini dilakukan di dalam kelas pada SD N Gedongkiwo, di kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron, Provinsi Daerah Istimewah Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan pada semester II tahun ajaran 2015/2016 pada bulan Januari-April berdasarkan pada masalah kesulitan siswa dalam menulis karangan narasi yang menyebabkan rendahnya hasil karangan siswa.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes, observasi, dan dokumentasi.

a. Metode Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Suharsimi Arikunto (2006: 150). Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa pemberian tugas kepada siswa untuk menulis karangan


(54)

narasi sebelum dan sesudah adanya tindakan penggunaan model contextual teaching and learning.

b. Observasi

Menurut Suharsimi arikunto (2006:150) observasi meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan seluruh pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan seluruh alat indra. Jadi mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap. Observasi merupakan pengamatan langsung, dalam artian penelitian mengobservasi daapat dilakuakn dengan tes, kuesioner, rekaman gambar, dan rekaman suara.

Kegiatan observasi dilaksanakan bersamaan dengan proses pembelajaran. Hal yang perlu dicatat dalam kegiatan observasi ini antara lain proses tindakan, pengaruh tindakan, situasi tempat tindakan, dan kendala tindakan.

Untuk mengetahui apakah proses pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan skenario yang telah disusun bersama, perlu dilakukan evaluasi. Selain itu juga bertujuan untuk mengetahui tingkat tercapainya sasaran pembelajaran yang dihadapkan. Observasi pelaksanaan pembelajaran menulis karangan narasi meggunakan CTL untuk mengetahui keterlaksanaan CTL dalam pembelajaran menulis karangan narasi siswa kelas IV.


(55)

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain (Sugiyono, 2009:329). Dokumentasi pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui data awal dari hasil evaluasi kemampuan siswa dan data-data lain dari hasil evaluasi yang dilakukan pada siklus I dan II dalam pembelajaran menulis karangan narasi.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data adalah alat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian (Wina Sanjaya, 2010: 84). Instrumen yang berarti alat mendapatkan informasi berbagai kelemahan yang perlu kita sempurnakan dalam pengolaan proses pembelajaran serta dapat memperoleh informasi tentang keberhasilan yang telah kita peroleh. Instrumen yang digunakan dalan peneitian ini yaitu tes tugas. Tes tugas dan observasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menulis karangan narasi dengan menggunakan model contextual teaching and learningdengan menggunakan Tes menulis karangan narasi,observasi dan dokumentasi.


(56)

a. Tes penulisan karangan

Aspek penilaian karangan deskripsi terdiri atas 5 kategori yang telah dibahas pada bab II. Penilaian karangan narasi disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3. Kisi-Kisi Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas IV SD

No Unsur yang dinilai Skor

1 Organisasi karangan

narasi

20

2 Organisasi isi karangan narasi

35

3 Diksi 15

4 Struktur kalimat dan kosa kata

20

5 Ejaan dan tata tulis (EYD)

10

Jumlah 100

Untuk mempermudah peneliti dalam penialain karangan narasi yang dibuat oleh siswa maka peneliti menyederhanakan perdapat Burhan Nurgyantoro (2010:440) rubrik penilian karangan narasi seperti dibawah ini:


(57)

Tabel 4 Rubrik Penilaian Menulis Karangan Narasi No Aspek yang dinilai Sub aspek indikator Skor 1 Organisas i karangan narasi

Isi gagasan sesuai dengan topik cerita dan mudah dipahami

20 Isi gagasan sesuai dengan topik tetapi kurang rinci. 15 Pengembangan isi gagasan kurang tetapi sesuai topik. 10 Pengembangan isi gagasan tidak sesuai topik dan sulit

dipahami 5 2 Organisas i isi karangan narasi

tema Tema sesuai dengan isi dan mudah dipahami 4 Tema sesuai dengan isi sulit untuk dipahami 3

Tema kurang sesuai dengan isi 2

tokoh Tokoh terdapat secara jelas dan terperinci 4 Tokoh terdapat secara jelas tetapi tidak terperinci 3

Tokoh tidak terdapat secara jelas 2

Alur Cerita runtut dan jelas 10

Cerita kurang runtut tapi jelas 7

Cerita kurang runtut dan kurang jelas 5 3 Diksi Penggunaan diksi atau pilihan kata sangat tepat tanpa

mengaburkan makna

15 Penggunaan diksi dan pilihan kata kurang tepat dan ada

kata yang menguburkan makna

10 Penggunaan diksi atau pilihan kata 7 Penggunaan diksi atau pilihan kata 5 4 Struktur

kalimat

Penggunaan kalimat secara efektif sehingga sangat menarik

20 ada beberapa kalimat yang kurang efektif 15 Pilihan kata dan ungkapan tepat serta menguasai

pembentukan kata.

10 Pilihan kata dan ungkapan kadang-kadang kurang tepat

namun tidak mengganggu.

5 5 Ejaaan

dan tanda baca

Menguasai aturan penulisan, hanya terjadi beberapa kesalahan ejaan.

10 Penulisan kata tanda baca dan ejaan tepat hanya ada

maksimal 5 kesalahan penulisan

7 Penulisan tanda baca dan ejaan kurang tepat terdapat 5 dan 10 kesalahan penulisan

5 Penulisan tanda baca dan ejaan tidak tepat lebih dari 6

kelasahan penulisan.


(58)

b. Lembar Obsevasi

Lembar observasi digunakan sebagai pedoman untuk melakukan observasi atau pengamatan guna memperoleh data yang diinginkan. Dalam penelitian ini observasi dilaksanakan ketika proses pembelajaran keterampilan menulis karangan narasi menggunakan model kontekstual. Observasi ini dilaksanakan untuk memperoleh data tentang aktivitas siswa dan aktivitas guru dalam proses pembelajaran berlangsung. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5. Lembar Pengamatan siswa Proses Pembelajaran Menulis Karangan Narasi.

No Aspek yang diamati Kriteri skor

1 2 3 4

1 Siswa aktif bertanya

2 Siswa aktif dalam bekerja kelompok 3 Siswa bekerja sama dengan baik 4 Siswa berdiskusi dengan baik

5 Siswa memanfaatkan waktu selama pembelajaran secara efektif

6 Siswa mengerjakan tugas dengan tepat waktu

7 Siswa belajar secara mandiri 8 Siswa mencari pengetahuan sendiri 9 Siswa antusias dalam megikuti

pembelajaran

10 Siswa sungguh-sungguh memperhatikan penjelasan guru

Jumlah skor Keterangan skor 4= sangat baik 3 =baik 2= cukup baik 1= kurang baik


(59)

Tabel di atas merupakan tabel lembar pengamatan yang digunakan peneliti sebagai acuan untuk mengamati siswa selama proses pembelajaran menulis karangan narasi berlangsung. Selain siswa, peneliti juga mengamati kegiatan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Berikut lembar pengamatan aktivitas guru selama pembelajaran berlangsung.

Tabel 6. Lembar Pengamatan Guru Dalam Proses Pembelajaran Menulis Karangan Narasi

no Aspek yang diamati Kriteria skor

1 2 3 4

1 Menemukan dan menerapkan kesempatan pada siswa untuk idenya sendiri

2 Membimbing siswa dalam mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya kepada audience/teman kelompok . 3 Melakukan tanya jawab/ memancing siswa untuk bertanya 4 Mengelola pembelajaran secara masyarakat/ membentuk

kelompok siswa

5 Guru memberikan contoh di depan kelas (mendemonstrasikan).

6 Melakukan analisis proses belajar dan hasil belajar. 7 Penilaian hasil belajar fermonce dan keterampilan siswa 8 Melaksanakan penilaian selama proses pembelajaran dan

hasil evaluasi

9 Mengukur keterampilan, performance dan hasil belajar 10 Berkesinambung (pada pertemuan berikutnya)

Keterangan skor 4= sangan baik 3= baik

2= cukup baik 1= kurang baik


(60)

c. Dokumentasi

Dokumentasi berupa hasil gambar penelitian berupa foto. G. Teknik Analisi Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil tes mengunakan tekinik analisis data kuantitatif sedangkan hasil observasi menggunakan teknik analisis data kualitatif. Tujuan analisis ini adalah untuk membuat gambaran secara secara sistematis data yang faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar fenomena yang diselidiki atau di teliti. Analisis deskrptif adalah menggunakan suatu data yang akan dibuat sendiri maupun di buat secara berkelompok (Riduwan dan Akon, 2007: 27).

1. Tes

Dalam menganalisis tes, analisis data menggunakan data kuantitatif. Analisis data kuantitatif digunakan untuk menentukan peningkatan hasil belajar sebagai pengaruh dari setiap tindakan yang dilakukan guru. (Wina Sanjaya, 2011: 106). Hasil tes yang telah diperoleh disajikan dalam bentuk tabel sehingga mudah untuk diintepretasikan. Untuk menentukan rata-rata (mean, average) dapat menggunakan Rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata mengacu pada pendapat Suharsimi Arikunto (2010: 284),


(61)

Keterangan :

X = Nilai rata-rata (mean)

∑ x=Jumlah nilai seluruh siswa

N= jumlah siswa 2. Observasi

Dalam menganalisi data hasil dari observasi menggunakan analisi data deskriptif kualitatif. Hasi observasi dapat juga menggunakan analisis data kuatitatif. Analisis data-data observasi untuk setiap pertemuan dilakukan dengan menjumlahkan skor yang diperoleh pada setiap pertemuan, kemudian hasil tersebut dilakukan persentase. Persentase hasil observasi pada setiap pertemuan dengan membagi jumlah skor yang diperoleh pada setiap pertemuan dengan skor total kemudian dikalikan 100%. Hal serupa dilakukan untuk menganalisis hasil observasi dalam setiap tahapan secara utuh. Analisis dilakukan dengan menjumlah skor yang diperoleh kemudian dilakukan pembagian skor maksimal yang diperoleh setiap tahapan. Hasil tersebut kemudian dilakukan perkalian dengan 100%.

3. Dokumentasi

Dokumentasi berupa hasil gambar penelitian berupa foto. H. Kriteria Keberhasilan

Kinerja keberhasilan dalam penelitian ini yang digunakan sebagai acuan keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaranCTLadalah sebagai berikut.

1. Semua tahapan pembelajaran menggunakan model pembelajaran CTL dilaksanakan dalam pembelajaran.


(62)

2. Lebih dari atau sama dengan 75 persen (≥ 75%) siswa mencapai batas

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 68.

Tabel 7. Kriteria Keterampilan Menulis Karangan Narasi. No Skala nilai kriteria

1 85-100 Sangan baik

2 69-84 Baik

3 53-68 Cukup baik

4 37-52 Kurang baik

5 21-36 Kurag baik


(63)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian

Berikut merupakan pemaparan hasil penelitian tindakan kelas terhadap keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas IV SD Negeri Gedongkiwo. 1. Deskripsi Pra Tindakan (Pra Siklus)

Kegiatan pra siklus dilasanakan pada tanggal Januari 2016 kegiatan prasiklus dilakukan dengan mengambil data tentang kondisi awal siswa. Penelitian berlangsung dalam dua siklus dan direncanakan dengan merancang penelitian, dan mahasiswa berkolaborasi dengan guru kelas. Mahasiswa berperan sebagai observer, guru kelas IV berperan sebagai pelaksana tindakan atau pelaksana pembelajaran.

Pada saat melakukan observasi, guru menyampaikan materi pembelajaran tentang karangan narasi masih terlihat kurang runtut. Guru meminta siswa untuk menulis karangan narasi, akan tetapi siswa belum paham apa yang dimaksudkan oleh guru. Dalam observasi tersebut masih ditemukan bahwa guru dalam menyampaikan kalimat tidak menggunakan tata cara EYD. Siswa masih banyak yang belum benar dalam menggunakan huruf kapital dan menggunakan tanda baca. Selain itu, siswa juga merasa kesulitan dalam membuat kerangka karangan. Kondisi pembelajaran bahasa indonesia terlihat kurang kondusif.

Masih banyak siswa yang bermain-main dan berbicara dengan teman sebangkunya, sehingga sedikit mengganggu proses pembelajaran. Ada juga siswa yang kurang bersemangat mengikuti pembelajaran terlihat dari adanya


(64)

siswa yang meletakkan alat tulis di depannya dan tidur-tiduran serta asyik dengan kegiatannya sendiri.

Melalui pendekatan pembelajaran CTLini diharapkan siswa dapat lebih aktif, terampil menulis dan mampu memahami materi pelajaran, sehigga dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi. Hasil observasi pratindakan ini kemudian dianalisis oleh peneliti. Berdasarkan hasil pra tindakan pada siswa kelas IV A SD Negeri Gedongkiwo bahwa keterampilan menulis masih rendah. Hal ini terbukti hasil analisis memperoleh 60,60 yang termasuk dalam kategori cukup. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran menulis karangan narasi melalui model kontektual belum terlaksana dengan tepat. Hasil observasi menujukkan bahwa siswa kelas IVA mengalami kesulitan dalam pembelajaran menulis karangan narasi. Adapun hasil dari observasi pratindakan dapat didistribusikan kedalam tabel berikut:

Tabel 8. Deskripsi Tes Keterampilan Menulis karangan narasi pada Pra Tindakan

Jumlah Siswa Rata-rata Kelas Keterangan

23 60,60 Cukup

Dari data tabel di atas, diketahui bahwa nilai rata-rata tes keterampilan menulis narasi siswa belum mencapai hasil yang diharapkan yaitu mencapai nilai ketuntasan 75. Berdasarkan hasil menulis narasi pada tes awal, dilakukan diskusi dengang guru kelas untuk menemukan solusi dalam meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi. Peneliti dan guru sepakat untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas IV SD Negeri Gedongkiwo melalui model kontekstual. Hal ini diharapkan mampu mengatasi


(65)

permasalahan yang dialami siswa dalam pembelajaran menulis karangan narasi sehingga keterampilan menulis karangan narasi siswa dapat meningkat.

2. Pelaksanaan Tindakan a. Siklus I

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 12 bulan April tahun 2016 siklus ini dilaksanakan dalam tiga pertemuan. Berikut ini tahapan pelaksanaan tindakan siklus I.

1) Perencanaan

Perencanaan tindakan dimulai dengan menyusun rancangan pembelajaran bahasa indonesia dengan menerapkan model yang sudah disepakati antara peneliti dan guru yaitu model kontekstual. Peneliti ini bersifat kolaboratif, sehingga peneliti dan guru kelas sepakat untuk bekerja sama atau berkolaborasi dalam penelitian. Tugas guru kelas IV dalam penelitian ini yaitu melaksanakan pembelajaran bahasa indonesia dengan menerapkan model yang disepakati sebelumnya.

2) Pelaksanaan tindakan

Dalam tahap pelaksanaan tindakan, guru kelas sebagai pelaksana tindakan dan dibantu oleh peneliti memposisikan diri sebagai observer selama pembelajaran. Sesuai dengan perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan dilakukan 3 kali pertemuan.

a) Pertemuan I


(66)

Pembelajaran dimulai pada pukul 08.10 dan berakhir pada pukul 09.20. pertemuan I diikuti oleh semua siswa dengan jumlah 23 siswa. Guru memulai pembelajaran dengan melakukan tanya jawab kepada siswa tentang pengalaman pribadi yang pernah dialami siswa. Sebagian siswa terlihat antusias ketika menjawab pertanyaan tentang pengalaman yang dialaminya. Kemudian guru menjelaskan tentang keterampilan menulis kepada siswa. Guru memberikan contoh dengan membacakan karangan kepada siswa. Guru menjelaskan tentang karangan narasi. Setelah itu siswa diberi tugas untuk mencoba membuat karangan narasi dengan tema pengalaman pribadi yang telah dialami siswa. Siswa yang sudah selesai diminta guru untuk membacakan hasil karangannya di depan kelas. Setelah itu guru bersama siswa berdiskusi tentang kesulitan yang dialami siswa selama menulis karangan narasi. Siswa bersama guru mencari solusi untuk mengatasi hal tersebut. Diakhir pembelajaran guru dan siswa melakukan tanya jawab hal-hal yang belum dipahami siswa.

b) Pertemuan II

Pertemuan ke 2 dilaksanakan pada hari jumat tanggal 15 April

2016. Pembelajaran dimulai pada pukul 08.10 dan berakhir pada pukul 09.20. Guru mengingatkan kembali siswa tentang karangan narasi dengan bertanya jawab. Kemudian guru menjelaskan kepada siswa tentang EYD dan tanda baca yang benar ketika menulis karangan narasi. Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok,


(67)

masing-masing kelompok mengerjakan LKS yang diberikan oleh guru. Setelah itu perwakilan dari kelompok masing-masing menyampaikan hasil kelompoknya di depan kelas. Setelah penyampaian hasil diskusi selesai, guru meluruskan pernyataan siswa yang kurang tepat. Siswa diberi kesempatan menanyakan materi yang belum dipahami. Siswa dan guru meyimpulkan tentang materi tentang materi yang telah dipelajari. Setelah menemukan solusi kemudian guru memberikan tugas untuk belajar membuat kerangka karangan berdasarkan pengalaman yang paling berkesan. Guru mengakhiri pembelajaran Bahasa Indonesia pada pertemuan tersebut dengan memberikan motivasi kepada siswa.

c) Pertemuan III

Pada pertemuan III dilaksanakan pada tanggal 19 April 2016.

Pembelajaran dimulai pada pukul 08.10 dan berakhir pukul 09.20. guru memulai pelajaran dengan mengucapkan salam dan mengingatkan siswa kembali tentang karangan narasi dan bertanya jawab. Kemudian dilanjutkan dengan memberi penjelasan langkah-langkah menulis karangan narasi. Setiap siswa membuat kerangka karangan berdasarkan topik yang mereka tentukan. Guru membimbing siswa dalam menentukan pengalaman yang akan dijadikan karangan. Siswa diberi kesempatan bertanya pada guru atau siswa lain apabila menemukan kesulitan. Setelah kerangka karangan selesai, siswa diarahkan untuk mengembangkannya. Guru memberikan umpan balik


(68)

tentang langkah-langkah menulis karangan narasi. Berdasarkan penjelasan guru siswa memperbaiki kesalahan pada karangannya secara mandiri. Siswa mengumpulkan hasil karangan yang dibuat. Siswa diberi kesempatan menanyakan materi yang belum dipahami. Siswa dan guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Guru mengakhiri pertemuan tersebut dengan memberi motivasi untuk giat belajar.

3) Observasi

Observasi yang dilakukan pada siklus I meliputi tiga pertemuan. Dari ketiga pertemuan terebut. Observasi dilakukan bersamaan dengan berlangsungnya proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Observer melakukan pengamatan terhadap pembelajaran keterampilan menulis karangan narasi. Observasi dilakukan untuk memperoleh data tentang kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan perencanaan tindakan yang sudah dibuat. Observasi juga digunakan untuk memperoleh data seberapa besar pengaruh metode kontekstual terhadap keterampilan menulis karangan narasi siswa. Oleh karena itu observasi hanya diarahkan terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran. Hasil observasi tersebut diuraikan sebagai berikut.

a. Aktivitas guru dalam pelaksanaan tindakan

Berdasarkan hasil observasi siklus I bahwa guru, aspek menghubungkan (kontruktivisme) pengalaman awal siswa dengan materi pada pertemuan I termasuk dalam kategori baik dan pertemuan


(69)

II dan pertemuan III termasuk dalam kategori baik. Aspek guru memberikan pembelajaran pada pertemuan I termasuk dalam kategori baik, dan pertemuan II, III termasuk dalam kategori baik. Aspek guru memberi kesempatan siswa bertanya pada pertemuan I,II,III termasuk kategori baik. Kemudian, aspek guru membimbing siswa dalam kegiatan diskusi kelompok pada pertemuan I,II,III termasuk kategori baik. Aspek guru melakukan refleksi pada akhir pembelajaran pada pertemuan I,II,III termasuk kategori baik. Selanjutnya aspek guru melakukan penilaian secara objektif pada peremuan I,II,III termasuk dalam kategori baik.

Berdasarkan data-data observasi, diketahui bahwa pada pertemuan I mendapat persentase 72,5% termasuk kategori baik. pada pertemuan II mendapat persentse 75% termasuk kategori baik. pada pertemuan III mendapat persentase 82,5% termasuk kategori baik. oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru dalam pembelajaran menulis karangan narasi melalui contextual teaching and learning termasuk kategori baik dengan mengacu pada persentase keseluruhan 76,67%.

b. Aktivitas siswa dalam pelaksanaan tindakan

Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas siswa bahwa aspek siswa pada pertemuan I, II, dan III termasuk dalam kategori baik. pada pertemuan I termasuk kategori cukup, sedangkan pada aspek pertemuan II, III termasuk kategori baik. diketahui juga bahwa garis


(70)

besar aktivitas siswa dalam menulis karangan narasi melalui model kontekstual dalam kategori baik dengan mengacu pada persentase keseluruhan 75,83%. Data tersebut hasil dari perolehan skor pada setiap pertemuan, meliputi pertemuan I sebesar 67,5%, pertemuan II sebesar 77,5%, dan pertemuan III sebesar 82,5%. Hasil siklus I menunjukkan kualitas mengalami sedikit peningkatan.

4) Refleksi

Tahap refleksi diawali dengan mengumpulkan data-data yang diperoleh dalam pelaksanaan tindakan siklus I. Data-data yang diperoleh kemudian dilakukan analisis dan interpretasi sebagai dasar untuk melakukan tindakan selanjutnya. Hasil pada tes siklus I keterampilan menulis karangan narasi pada siklus I sebagai berikut.


(1)

Lampiran 19. Rekapitulasi Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Ssiswa Siklus II Pertemuna III

No Nama siswa

Nilai Per Aspek Nilai Keterangan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Reza A 5 6 6 10 10 7 10 10 7 15 86 Tuntas

2 Firdy s q t 6 7 q5 6 6 7 7 q t u v tuntas

3 Ridho 5 6 10 10 7 10 15 7 15 10 95 tuntas

4 Danu 5 6 5 6 7 10 7 10 7 7 70 Belum tuntas

5 Agung 3 5 10 5 6 7 10 20 6 6 78 Tuntas

6 Arga 3 5 10 7 5 6 7 10 10 6 69 Belum tuntas

7 Muh 5 6 10 6 10 7 15 6 7 20 92 Tuntas

8 Mario 5 5 6 7 10 7 10 6 6 10 72 Belum tuntas

9 Bagas 5 5 5 6 7 7 10 7 15 10 77 Tuntas

10 Muham 5 7 6 20 10 7 10 6 15 5 91 Tuntas

11 Salvar 5 5 6 7 10 15 6 10 5 7 76 Tuntas

12 Aulia 6 10 7 5 6 10 6 5 10 7 72 Belum tuntas

13 Muh. 5 5 10 6 7 7 10 6 10 10 76 Tuntas

14 Muham 5 7 6 7 6 10 7 10 10 10 78 Tuntas

15 Ahmad 6 6 10 7 7 10 7 15 7 10 85 Tuntas

16 Nanda 5 6 7 7 10 7 10 7 10 7 76 Tuntas

17 Fery 5 10 7 10 6 15 6 10 15 7 91 Tuntas

18 Bintang 6 5 10 7 15 10 10 5 15 10 93 Tuntas

19 Zitni 5 6 10 7 10 7 10 10 15 10 90 Tuntas

20 Bagas 5 10 7 10 7 6 10 6 15 10 86 Tuntas

21 Aisyah 3 7 15 5 6 10 7 5 10 10 78 Tuntas

22 Zika 5 6 7 10 7 10 7 15 10 6 83 tuntas

23 Fitri 5 10 7 7 10 7 6 10 7 10 79 Tuntas

Jumlah 112 154 183 179 194 198 202 203 234 213 1872


(2)

Lampiran 20. Contoh Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Siswa memperhatikan penjelasan guru

Siswa berdiskusi saat mengerjakan tugas kelompok


(3)

(4)

(5)

€ 6 Lampiran 22. Surat Izin Penelitian


(6)

Dokumen yang terkait

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SD KELAS IV GUGUS SUNAN AMPEL DEMAK

6 89 212

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI MODEL PICTURE AND PICTURE DALAM MATA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI MODEL PICTURE AND PICTURE DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI

0 0 16

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SD KELAS TINGGI.

0 2 11

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING Meningkatkan Ketrampikan Menulis Karangan Narasi MElalui Strategi Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada Siswa Kelas V SD Negeri Angg

0 1 15

IMPLEMENTASI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENIGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI DI SEKOLAH DASAR NEGERI II CIPTASARI: Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri II Ciptasari Kecamatan

0 0 38

Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri I Tambaknegara Banyumas.

0 0 1

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DI KELAS V SD NEGERI 3 GRENGGENG KARANGANYAR KEBUMEN.

0 1 203

IMPLEMENTASI MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

0 1 13

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MENGGUNAKAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING DI SEKOLAH DASAR

0 0 13

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS SURAT MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DI SEKOLAH DASAR

0 0 12