Laporan Keuangan CFIN 300617

(1)

UNTUK PERIODE ENAM BULAN YANG BERAKHIR 30 JUNI 2017 (TIDAK DIAUDIT) DAN 2016 (TIDAK DIAUDIT) SERTA TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2016 (DIAUDIT)


(2)

Daftar Isi 1 Surat Pernyataan Direksi Tentang

Tanggung Jawab Atas Laporan Keuangan 2

Laporan Keuangan

Laporan Posisi Keuangan

Laporan Laba Rugi Komprehensif 5

Laporan Perubahan Ekuitas 6

Laporan Arus Kas 7

Catatan Atas Laporan Keuangan

3 - 4


(3)

(4)

Tidak Diaudit Diaudit

Catatan 30 Juni 2017 31 Desember 2016

Rp'000 Rp'000

ASET

Kas dan bank 5

Pihak berelasi 35 5.785.551 11.593.972

Pihak ketiga 22.642.379 18.728.559

Jumlah 28.427.930 30.322.531

Investasi jangka pendek 6

Pihak berelasi 35 50.152.000 61.041.340

Pihak ketiga 20.996.600 20.584.670

Jumlah 71.148.600 81.626.010

Piutang sewa pembiayaan 7

Pihak ketiga 2.042.980.318 1.460.705.296

Cadangan kerugian penurunan nilai (43.278.814) (35.200.908)

Piutang sewa pembiayaan - bersih 1.999.701.504 1.425.504.388

Piutang pembiayaan konsumen 8

Pihak ketiga 4.712.219.582 3.770.758.947

Cadangan kerugian penurunan nilai (140.563.790) (86.969.820)

Piutang pembiayaan konsumen - bersih 4.571.655.792 3.683.789.127

Tagihan anjak piutang 9

Pihak ketiga 1.231.864.829 1.342.501.134

Cadangan kerugian penurunan nilai (61.125.379) (55.140.525)

Tagihan anjak piutang - bersih 1.170.739.450 1.287.360.609

Piutang lain-lain 10

Pihak berelasi 35 11.190.619 12.660.460

Pihak ketiga 32.463.608 23.078.116

Jumlah 43.654.227 35.738.576

Biaya dibayar di muka 11,35 16.184.780 12.933.229

Aset pajak tangguhan 33 1.062.704 76.354

Properti investasi 12,35 10.437.000 10.437.000

Aset sewa operasi 13,35 15.922.305 18.705.020

Aset tetap 14 126.817.065 117.942.000

Aset lain-lain 15 45.042.073 39.755.504

JUMLAH ASET 8.100.793.430 6.744.190.348


(5)

Tidak Diaudit Diaudit

Catatan 30 Juni 2017 31 Desember 2016

Rp'000 Rp'000

LIABILITAS DAN EKUITAS LIABILITAS

Utang bank 16

Pihak berelasi 35 752.853.344 263.220.300

Pihak ketiga 2.463.916.573 1.780.675.980

Jumlah 3.216.769.917 2.043.896.280

Utang usaha kepada pihak ketiga 17 17.120.266 14.519.723

Utang premi asuransi kepada pihak ketiga 58.763.436 18.154.876

Utang lain-lain kepada pihak ketiga 18 148.508.424 121.433.747

Biaya masih harus dibayar 19

Pihak berelasi 35 2.172.607 931.432

Pihak ketiga 19.383.336 19.291.930

Jumlah 21.555.943 20.223.362

Pendapatan ditangguhkan - bersih 20

Pihak berelasi 35 1.650.000 1.950.000

Pihak ketiga 482.923 38.917

Jumlah 2.132.923 1.988.917

Utang pajak 21,33 13.730.653 8.635.618

Surat berharga utang yang diterbitkan 22

Pihak ketiga 700.000.000 700.000.000

Beban emisi surat berharga yang belum diamortisasi (1.048.105) (1.706.840)

Jumlah surat berharga utang yang diterbitkan - bersih 698.951.895 698.293.160

Liabilitas imbalan pasca kerja 23 18.207.883 18.113.641

JUMLAH LIABILITAS 4.195.741.340 2.945.259.324

EKUITAS

Modal saham - nilai nominal Rp 250 per saham Modal dasar - 10.412.000.000 saham Modal ditempatkan dan disetor -

3.984.520.457 saham pada tanggal 30 Juni 2017

dan 31 Desember 2016 24 996.130.114 996.130.114

Tambahan modal disetor 24 351.948.790 351.948.790

Pendapatan komprehensif lain 44.256.239 46.231.537

Saldo laba

Ditentukan penggunaannya 25 1.400.000 1.250.000

Tidak ditentukan penggunaannya 2.511.316.947 2.403.370.583

JUMLAH EKUITAS 3.905.052.090 3.798.931.024

JUMLAH LIABILITAS DAN EKUITAS 8.100.793.430 6.744.190.348


(6)

Tidak Diaudit Tidak Diaudit Catatan 30 Juni 2017 30 Juni 2016

Rp'000 Rp'000

PENDAPATAN

Sewa pembiayaan 26,35 119.693.470 80.256.275

Pembiayaan konsumen 27 334.324.915 291.254.251

Anjak piutang 79.115.433 41.491.720

Sewa operasi - properti investasi 12,35 300.000 300.000

Sewa operasi - kendaraan 13,35 4.227.748 4.784.887

Bunga 28,35 4.479.479 817.804

Pendapatan lain-lain 29 112.565.588 67.413.441

JUMLAH PENDAPATAN 654.706.633 486.318.378

BEBAN

Bunga dan pembiayaan lainnya 30,35 168.208.725 165.854.826

Umum dan administrasi 31,35 54.951.617 33.138.303

Tenaga kerja 32,35 96.662.025 52.985.505

Imbalan pasca kerja 23 2.329.237 1.033.334

Penyusutan aset sewa operasi 13 950.818 905.059

Kerugian penurunan nilai

Aset keuangan 7,8,9 189.691.417 104.237.645

Aset keuangan lainnya 10 231.058 1.153.529

Kerugian kurs mata uang asing - bersih 547.806 3.098.963

Kerugian direalisasi investasi jangka pendek 147.000

-Kerugian belum direalisasi investasi jangka pendek 6 330.410

-Beban lain-lain 1.561.325 1.498.035

JUMLAH BEBAN 515.611.438 363.905.199

LABA SEBELUM PAJAK 139.095.195 122.413.179

MANFAAT (BEBAN) PAJAK 31

Pajak kini (33.960.476) (30.468.750)

Pajak tangguhan 327.916 128.743

JUMLAH BEBAN PAJAK - BERSIH (33.632.560) (30.340.007)

LABA BERSIH PERIODE BERJALAN 105.462.635 92.073.172

PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN 23

Pos-pos yang tidak akan direklasifikasi ke Laba Rugi -

-Manfaat (beban) pajak terkait pos-pos yang tidak akan direklasifikasi - -JUMLAH PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN

PERIODE BERJALAN SETELAH PAJAK -

-JUMLAH LABA KOMPREHENSIF PERIODE BERJALAN 105.462.635 92.073.172

LABA PER SAHAM 33

(dalam Rupiah penuh)

Dasar 26 23

Dilusian 26 23


(7)

Modal Tambahan Revaluasi aset tetap Keuntungan (kerugian) Ditentukan Tidak ditentukan

Catatan saham modal disetor dan aset sewa operasi aktuarial penggunaannya penggunaannya Jumlah Ekuitas

Rp'000 Rp'000 Rp'000 Rp'000 Rp'000 Rp'000 Rp'000

Saldo per 1 Januari 2016 996.130.114 351.948.790 56.689.689 (2.496.838) 1.100.000 2.195.556.353 3.598.928.108

Cadangan umum 25 - - - - 150.000 (150.000)

-Laba bersih periode berjalan - - - 92.073.172 92.073.172

Saldo per 30 Juni 2016 996.130.114 351.948.790 56.689.689 (2.496.838) 1.250.000 2.287.479.525 3.691.001.280

Saldo per 1 Januari 2016 996.130.114 351.948.790 56.689.689 (2.496.838) 1.100.000 2.195.556.353 3.598.928.108

Cadangan umum 25 - - - - 150.000 (150.000)

-Laba bersih tahun berjalan - - - 205.361.683 205.361.683

Penghasilan komprehensif lain

Pengukuran kembali program imbalan pasti

- setelah pajak - - - (93.868) - - (93.868)

Beban pajak terkait surplus revaluasi aset

tetap dan aset sewa operasi - - (5.264.899) - - - (5.264.899)

Pemindahan surplus revaluasi aset tetap ke saldo laba akibat penjualan aset tetap

yang telah direvaluasi - - (2.602.547) - - 2.602.547

-Saldo per 31 Desember 2016 996.130.114 351.948.790 48.822.243 (2.590.706) 1.250.000 2.403.370.583 3.798.931.024

Saldo per 1 Januari 2017 996.130.114 351.948.790 48.822.243 (2.590.706) 1.250.000 2.403.370.583 3.798.931.024

Cadangan umum 25 - - - - 150.000 (150.000)

-Laba bersih komprehensif periode berjalan - - - 105.462.635 105.462.635

Pemindahan surplus revaluasi aset tetap ke saldo laba akibat penjualan aset tetap

yang telah direvaluasi - - (1.975.298) - - 2.633.729 658.431

Saldo per 30 Juni 2017 996.130.114 351.948.790 46.846.945 (2.590.706) 1.400.000 2.511.316.947 3.905.052.090

Lihat catatan atas laporan keuangan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan.


(8)

Tidak Diaudit Tidak Diaudit 30 Juni 2017 30 Juni 2016

Rp'000 Rp'000

ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI Penerimaan kas dari:

Sewa pembiayaan 347.301.964 367.787.641

Pembiayaan konsumen 1.776.192.033 1.433.309.845

Anjak piutang 190.694.026 449.366.422

Sewa operasi 4.569.076 5.218.213

Penerimaan dari pendapatan administrasi, denda keterlambatan,

pelunasan dipercepat & aktivitas operasi lainnya 112.787.933 61.005.691

Penerimaan bunga 4.506.319 817.805

Penerimaan (pembayaran) kas sehubungan dengan kerjasama penerusan pinjaman

dan pembiayaan bersama 303.948.513 (22.697.985)

Pembayaran kas untuk:

Sewa pembiayaan dan pembiayaan konsumen (3.358.820.039) (1.602.625.024)

Anjak piutang (113.740.670) (306.556.411)

Pembayaran aktivitas operasi lainnya (101.229.094) (70.340.857)

Pembayaran bunga (153.707.082) (153.994.201)

Pembayaran beban umum dan administrasi (144.853.672) (88.979.678)

Pembayaran pajak penghasilan (32.322.054) (30.190.598)

Kas Bersih (Digunakan untuk) Diperoleh dari Aktivitas Operasi (1.164.672.747) 42.120.863 ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI

Hasil penjualan aset tetap 2.252.225 601.600

Perolehan aset tetap (17.883.605) (9.989.393)

Perolehan aset tidak berwujud (6.754.874)

-Hasil penerimaan investasi jangka pendek 10.000.000

-Penerimaan kembali uang jaminan

-

2.000

Pembayaran uang jaminan (86.006) (55.316)

Kas Bersih Digunakan untuk Aktivitas Investasi (12.472.260) (9.441.109)

ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN

Penerimaan utang bank 2.166.319.327 1.006.182.264

Pembayaran utang bank (990.974.432) (1.050.448.889)

Kas Bersih Diperoleh dari (Digunakan untuk) Aktivitas Pendanaan 1.175.344.895 (44.266.625)

PENURUNAN BERSIH KAS DAN SETARA KAS (1.800.112) (11.586.871)

KAS DAN SETARA KAS AWAL TAHUN 30.322.531 30.395.779

Efek dari perubahan kurs (94.489) (508.098)

KAS DAN SETARA KAS AKHIR PERIODE 28.427.930 18.300.810


(9)

1. UMUM

a. Pendirian dan Informasi Umum

PT Clipan Finance Indonesia Tbk (“Perusahaan”) didirikan berdasarkan akta No. 47 tanggal 15 Januari 1982, yang diubah dengan akta No. 363 tanggal 29 Juni 1982, keduanya dibuat oleh Ny. Kartini Muljadi, S.H., notaris di Jakarta. Akta tersebut telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2-396.HT.01.01.Th.82 tanggal 2 Agustus 1982 dan telah didaftarkan pada Kantor Pengadilan Negeri Jakarta berturut-turut No. 2771 dan 2772 tanggal 10 Agustus 1982, serta diumumkan dalam Lembaran Berita Negara Republik Indonesia No. 79 tanggal 1 Oktober 1982, Tambahan No. 1189.

Anggaran dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, antara lain dengan Akta No. 116 tanggal 26 Juni 2015 yang dibuat dihadapan Kumala Tjahjani Widodo, S.H., M.H.,Mkn., notaris di Jakarta, dalam rangka perubahan ketentuan anggaran dasar Perusahaan sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) No.29/POJK.05/2014 tentang “Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan”, Peraturan OJK No.32/POJK.04/2014 tentang “Rencana dan Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Terbuka” dan Peraturan OJK No.33/POJK.04/2014 tentang “Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik”.Perubahan anggaran dasar tersebut telah mendapat pengesahan dari Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. AHU-0939550.AH.01.02 Tahun 2015 tanggal 24 Juli 2015 serta diumumkan dalam Lembaran Berita Negara Republik Indonesia No. 89 tanggal 6 Nopember 2015, tambahan No. 44018.

Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan utama Perusahaan meliputi usaha pembiayaan investasi, pembiayaan modal kerja, pembiayaan multiguna dan sewa operasi.

Perubahan anggaran dasar terakhir dengan akta No. 75 tanggal 22 Mei 2017 yang dibuat dihadapan notaris Fathiah Helmi,SH., notaris di Jakarta yang pemberitahuan perubahan anggaran dasar dan perubahan data perseroan telah disampaikan ke Kementerian Hukum & HAM RI dengan bukti penerimaan berturut-turut tanggal 16 Juni 2017 dengan nomor surat AHU-AH.01.03-0147098 dan tanggal 16 Juni 2017 No. AHU-AH.01.03-0147099.

Perusahaan memperoleh izin usaha lembaga pembiayaan dari Menteri Keuangan Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No.1402/KMK.013/1990 tanggal 3 November 1990. Perusahaan berkedudukan di Jakarta dengan 45 kantor cabang dan 11 kantor pemasaran. Kantor pusat Perusahaan beralamat di Wisma Slipi lantai 6, Jl. Letjen S. Parman Kav 12 Jakarta 11480.

Perusahaan tergabung dalam kelompok Panin Group dengan entitas induk akhir adalah PT Panin Investment. Rata-rata jumlah karyawan Perusahaan pada periode 30 Juni 2017 dan 31 Desember 2016 masing-masing sebanyak 2.160 karyawan dan 1.374 karyawan.

Susunan Dewan Komisaris dan Direksi serta Komite Audit Perusahaan pada tanggal 30 Juni 2017 dan 31 Desember 2016 adalah sebagai berikut:

Dewan Komisaris Kom isaris Utam a Kom isaris

Kom isaris Independen

Dewan Direksi Direktur Utam a Direktur Independen Direktur

Komite Audit Ketua Wakil Ketua Anggota

Sekretaris Perusahaan Audit Intern

Jahja Anwar Irsan Saulus Jahja Anwar

Engelbert Rorong JR Yim m y Weddianto Lukman Abdullah Doddy Permadi Syarief Sahat Maruli Purba

Gita Puspa Kirana Darmawan

30 Juni 2017 dan 31 Desember 2016

Mu’min Ali Gunawan

Roosniati Salihin

Veronika Lindawati Lukman Abdullah


(10)

Ruang lingkup Direktur Utama mencakup bidang pemasaran selain pembiayaan mobil baru, sumber daya manusia dan general affair serta internal audit. Ruang lingkup Direktur Independen mencakup bidang operasional dan administrasi, penagihan, analisa kredit, standar prosedur operasional, akuntansi dan budgeting, pengembangan bisnis, teknologi informasi serta manajemen risiko. Sedangkan Ruang Lingkup Direktur lainnya mencakup bidang hukum, litigasi, kepatuhan, prinsip pengenalan Customer, sekretaris perusahaan, hubungan dengan investor dan bidang pemasaran khususnya untuk pembiayaan mobil baru. Pembentukan Komite Audit Perusahaan telah sesuai dengan Peraturan POJK No. 30/POJK.05/2014 tentang Tata Kelola Perusahaan yang baik bagi Perusahaan Pembiayaan. Berdasarkan Risalah Rapat Komisaris No.001/KOM-CFI/I/2016 tanggal 15 Januari 2016 dan Surat Keputusan No. 004/SK-DIR/CFI/11/2016 tanggal 19 Februari 2016, Perusahaan menetapkan Perubahan Susunan Anggota Komite Audit.

Gaji dan kesejahteraan Dewan Komisaris Perusahaan masing-masing sebesar Rp 194.089 ribu dan Rp 172.249 ribu untuk periode 30 Juni 2017 dan 30 Juni 2016. Gaji dan kesejahteraan Dewan Direksi Perusahaan masing-masing sebesar Rp 7.034.035 ribu dan Rp 5.668.040 ribu untuk periode 30 Juni 2017 dan 30 Juni 2016.

b. Penawaran Umum Perusahaan Penawaran Umum Saham

Pada tanggal 26 Juni 1989, Perusahaan memperoleh izin dari Menteri Keuangan Republik Indonesia dengan surat No. SI-037/SHM/MK.10/1989 untuk melakukan penawaran umum atas 1.500 ribu saham Perusahaan kepada masyarakat.

Penawaran Umum Perdana dan Terbatas yang telah dilakukan oleh Perusahaan adalah sebagai berikut:

Nilai Harga

Jumlah nominal penawaran Nomor dan tanggal surat

Keterangan Saham per saham per saham efektif dari Bapepam

Rp Rp

Penawaran Umum Perdana 1.500.000 1.000 8.850 S1-037/SHM/MK.10/1989 26 Juni 1989

Penawaran Umum Terbatas I 29.600.034 1.000 1.000 S-2427/PM/1997 17 Oktober 1997

Penawaran Umum Terbatas II 217.211.696 500 500 S-2009/PM/1999 20 Oktober 1999

Penawaran Umum Terbatas III 336.119.485 500 500 S-1136/PM/2000 23 Mei 2000

Penawaran Umum Terbatas IV 1.561.085.388 250 350 S-3216/BL/2007 29 Juni 2007

Penawaran Umum Terbatas V 1.171.488.567 250 400 S-10363/BL/2011 23 September 2011

Pada tanggal 5 Agustus 1993 dan 24 Juli 1995, Perusahaan melakukan pembagian saham bonus masing-masing sebanyak 2.466.564 saham dan 4.933.453 saham dengan nilai nominal Rp 1.000 per saham yang berasal dari agio hasil penawaran umum perdana. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Surabaya.

Pada tanggal 9 Desember 1998, Perusahaan melakukan pembagian saham bonus sebanyak 8.705.734 saham dengan nilai nominal Rp 500 per saham yang berasal dari agio hasil penawaran umum saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta pada tanggal 10 Desember 1998.

Pada tanggal 30 Juni 2017 dan 31 Desember 2016, seluruh saham Perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia masing-masing sebanyak 3.984.520.457 lembar.

Penawaran Umum Obligasi

Pada tanggal 31 Oktober 2011, Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Bapepam-LK dengan suratNo. S-11740/BL/2011 untuk melakukan penawaran obligasi Clipan Finance Indonesia III Tahun 2011 kepada masyarakat dengan nilai nominal sebesar Rp 1.000 miliar. Pada tanggal 9 November 2011, seluruh obligasi tersebut telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia. Seluruh obligasi tersebut telah dilunasi pada tanggal 8 November 2014.


(11)

2. PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN BARU DAN REVISI (PSAK) DAN INTERPRETASI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (ISAK)

a. Standar dan amandemen yang berlaku efektif pada tahun berjalan

Dalam periode berjalan, Perusahaan telah menerapkan semua standar baru dan revisi serta interpretasi yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan dari Ikatan Akuntan Indonesia yang relevan dengan operasinya dan efektif untuk periode pelaporan yang dimulai pada tanggal 1 Januari 2016. Amandemen PSAK 5 Segmen Operasi (i) mensyaratkan entitas untuk mengungkapkan pertimbangan yang dibuat oleh manajemen dalam menerapkan kriteria penggabungan segmen operasi, termasuk deskripsi singkat tentang segmen operasi yang telah digabungkan dan indikator ekonomik yang telah dinilai dalam menentukan bahwa segmen operasi yang digabungkan memiliki karakteristik ekonomik yang serupa; dan (ii) mengklarifikasi bahwa rekonsiliasi total aset segmen dilaporkan terhadap aset entitas hanya diungkapkan jika aset segmen secara regular disediakan kepada pengambil keputusan operasional. Perusahaan menggabungkan beberapa segmen operasi menjadi satu segmen operasi tunggal dan membuat pengungkapan yang disyaratkan dalam Catatan 37 sesuai dengan amandemen.

Penerapan amandemen dan interpretasi standar berikut tidak memiliki pengaruh signifikan atas pengungkapan atau jumlah yang dicatat di dalam laporan keuangan pada tahun berjalan dan tahun sebelumnya.

 Amandemen PSAK 7: Pengungkapan Pihak-Pihak Berelasi

 Amandemen PSAK 16: Aset Tetap dan PSAK 19: Aset Tak berwujud: Model Revaluasi – penyajian kembali secara proporsional depresiasi dan amortisasi

 Amandemen PSAK 24: Imbalan Kerja tentang Program Imbalan Pasti: Iuran Pekerja  Amandemen PSAK 25: Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan  Amandemen PSAK 68: Pengukuran Nilai Wajar

 PSAK 70: Akuntansi Aset dan Liabilitas Pengampunan Pajak

Standar baru ini secara khusus mengatur perlakuan akuntansi atas aset dan liabilitas pengampunan pajak sesuai dengan Undang-Undang tentang Pengampunan Pajak.

b. Standar dan interpretasi telah diterbitkan tapi belum diterapkan

Amandemen standar dan interpretasi berikut efektif untuk periode yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2017, dengan penerapan dini diperkenankan yaitu:

 PSAK 1 : Penyajian Laporan Keuangan tentang Prakarsa Pengungkapan

 ISAK 31 : Interpretasi atas Ruang Lingkup PSAK 13: Properti Investasi

Standar dan amandemen standar berikut efektif untuk periode yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2018, dengan penerapan dini diperkenankan yaitu:

 Amandemen PSAK 16: Aset Tetap  PSAK 69: Agrikultur.

Sampai dengan tanggal penerbitan laporan keuangan, dampak dari standar dan interpretasi tersebut terhadap laporan keuangan tidak dapat diketahui atau diestimasi oleh manajemen.

3. KEBIJAKAN AKUNTANSI a. Pernyataan Kepatuhan

Informasi keuangan Perusahaan disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. b. Dasar Penyusunan

Dasar penyusunan laporan keuangan adalah biaya historis, kecuali properti dan instrumen keuangan tertentu yang diukur pada jumlah revaluasian atau nilai wajar pada setiap akhir periode pelaporan, yang dijelaskan dalam kebijakan akuntansi di bawah ini.

Biaya historis umumnya didasarkan pada nilai wajar dari imbalan yang diberikan dalam pertukaran barang dan jasa.


(12)

Nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu aset atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam suatu transaksi teratur antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran. Laporan arus kas disusun dengan menggunakan metode langsung dengan mengelompokkan arus kas dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.

c. Transaksi dan Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing

Laporan keuangan Perusahaan diukur dan disajikan dalam mata uang dari lingkungan ekonomi utama dimana entitas beroperasi (mata uang fungsional). Laporan keuangan dan laporan posisi keuangan Perusahaan disajikan dalam mata uang Rupiah yang merupakan mata uang fungsional Perusahaan. Dalam penyusunan laporan keuangan Perusahaan, transaksi dalam mata uang asing selain mata uang fungsional entitas (mata uang asing) diakui pada kurs yang berlaku pada tanggal transaksi. Pada setiap akhir perode pelaporan, posmoneter dalam valuta asing dijabarkan kembali pada kurs yang berlaku pada tanggal tersebut. Pos-pos non moneter yang diukur pada nilai wajar dalam valuta asing dijabarkan kembali pada kurs yang berlaku pada tanggal ketika nilai wajar ditentukan. Pos nonmoneter diukur dalam biaya historis dalam valuta asing yang tidak dijabarkan kembali.

Selisih kurs atas pos moneter diakui dalam laba rugi pada periode saat terjadinya.

d. Transaksi dengan Pihak-pihak Berelasi

Pihak-pihak berelasi adalah orang atau entitas yang terkait dengan Perusahaan:

a) Orang atau anggota keluarga dekatnya yang mempunyai relasi dengan Perusahaan jika orang tersebut: 1) memiliki pengendalian atau pengendalian bersama atas Perusahaan;

2) memiliki pengaruh signifikan atas Perusahaan ; atau

3) merupakan personil manajemen kunci Perusahaan atau entitas induk dari Perusahaan. b) Suatu entitas berelasi dengan Perusahaan jika memenuhi salah satu hal berikut:

1) entitas dan Perusahaan adalah anggota dari kelompok usaha yang sama (artinya entitas induk, entitas anak, dan entitas anak berikutnya saling terkait dengan entitas lain).

2) satu entitas adalah entitas asosiasi atau ventura bersama dari entitas lain (atau entitas asosiasi atau ventura bersama yang merupakan anggota suatu kelompok usaha, yang mana entitas lain tersebut adalah anggotanya).

3) kedua entitas tersebut adalah ventura bersama dari pihak ketiga yang sama.

4) satu entitas adalah ventura bersama dari entitas ketiga dan entitas yang lain adalah entitas asosiasi dari entitas ketiga.

5) entitas tersebut adalah suatu program imbalan pasca kerja untuk imbalan kerja dari salah satu entitas pelapor atau entitas yang terkait dengan Perusahaan.

6) entitas yang dikendalikan atau dikendalikan bersama oleh orang yang diidentifikasi dalam huruf a). 7) orang yang diidentifikasi dalam huruf a) 1) memiliki pengaruh signifikan atas entitas atau merupakan

personil manajemen kunci entitas (atau entitas induk dari entitas).

8) Entitas, atau anggota dari kelompok yang mana entitas merupakan bagian dari kelompok tersebut, menyediakan jasa personil manajemen kunci kepada entitas pelapor atau kepada entitas induk dari Perusahaan.

Transaksi signifikan yang dilakukan dengan pihak-pihak berelasi, baik dilakukan dengan kondisi dan persyaratan yang sama dengan pihak ketiga maupun tidak, diungkapkan pada laporan keuangan.

e. Aset Keuangan

Seluruh aset keuangan diakui dan dihentikan pengakuannya pada tanggal diperdagangkan dimana pembelian dan penjualan aset keuangan berdasarkan kontrak yang mensyaratkan penyerahan aset keuangan dalam kurun waktu yang ditetapkan oleh kebiasaan pasar yang berlaku, dan awalnya diukur sebesar nilai wajar ditambah biaya transaksi, kecuali untuk aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi, yang awalnya diukur sebesar nilai wajar.

Aset keuangan Perusahaan diklasifikasikan sebagai berikut:  Nilai wajar melalui laba rugi


(13)

Nilai wajar melalui laba rugi (FVTPL)

Aset keuangan diklasifikasi dalam FVTPL, jika aset keuangan dimiliki untuk kelompok diperdagangkan atau pada saat pengakuan awal ditetapkan untuk diukur pada FVTPL.

Aset keuangan diklasifikasikan sebagai diperdagangkan apabila:

 diperoleh atau dimiliki terutama untuk tujuan dijual kembali dalam waktu dekat; atau

 pada pengakuan awal merupakan bagian dari portfolio instrumen keuangan tertentu yang dikelola bersama dan terdapat bukti mengenai pola ambil untung dalam jangka pendek yang terkini; atau  merupakan derivatif yang tidak ditetapkan dan tidak efektif sebagai instrumen lindung nilai.

Aset keuangan selain aset keuangan yang diperdagangkan, dapat ditetapkan sebagai FVTPL pada saat pengakuan awal, jika:

 penetapan tersebut mengeliminasi atau mengurangi secara signifikan inkonsistensi pengukuran dan pengakuan yang dapat timbul; atau

 kelompok asset keuangan, liabilitas keuangan atau keduanya, dikelola dan kinerjanya dievaluasi berdasarkan nilai wajar, sesuai dengan manajemen risiko atau strategi investasi yang didokumentasikan, dan informasi tentang Perusahaan disediakan secara internal kepada manajemen kunci entitas, misalnya direksi dan Chief Executive Officer.

Aset keuangan FVTPL disajikan sebesar nilai wajar, keuntungan atau kerugian yang timbul diakui dalam laporan laba rugi. Keuntungan atau kerugian bersih yang diakui dalam laporan laba rugi mencakup dividen atau bunga yang diperoleh dari aset keuangan. Nilai wajar ditentukan dengan cara seperti dijelaskan pada Catatan 3i.

Pinjaman yang diberikan dan piutang

Kas dan bank, piutang sewa pembiayaan, piutang pembiayaan konsumen, tagihan anjak piutang dan piutang lain-lain dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif diklasifikasi sebagai “pinjaman yang diberikan dan piutang”. Pada saat pengakuan awal, pinjaman yang diberikan dan piutang diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif dikurangi penurunan nilai. Bunga diakui dengan suku bunga efektif, kecuali piutang jangka pendek dimana pengakuan bunganya tidak material.

Pengukuran awal dan selanjutnya dari piutang sewa pembiayaan, piutang pembiayaan konsumen dan tagihan anjak piutang dijelaskan pada Catatan 3l, 3m dan 3n.

Metode suku bunga efektif

Metode suku bunga efektif adalah metode yang digunakan untuk menghitung biaya perolehan diamortisasi dari instrumen keuangan dan metode untuk mengalokasikan pendapatan bunga atau biaya selama periode yang relevan. Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi penerimaan kas di masa datang (termasuk seluruh komisi dan bentuk lain yang dibayarkan dan diterima oleh para pihak dalam kontrak yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari suku bunga efektif, biaya transaksi dan premium dan diskonto lainnya) selama perkiraan umur instrumen keuangan, atau, jika lebih tepat, digunakan periode yang lebih singkat untuk memperoleh nilai tercatat bersih dari aset keuangan pada saat pengakuan awal.

Pendapatan diakui berdasarkan suku bunga efektif untuk instrumen keuangan selain dari instrumen keuangan FVTPL.

Penurunan nilai aset keuangan

Aset keuangan atau kelompok aset keuangan, selain aset keuangan FVTPL, dievaluasi terhadap indikator penurunan nilai pada setiap tanggal laporan posisi keuangan. Aset keuangan atau kelompok aset keuangan diturunkan nilainya dan kerugian penurunan nilai telah terjadi, jika dan hanya jika, terdapat bukti yang obyektif mengenai penurunan nilai tersebut sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal aset keuangan (“peristiwa merugikan”), dan peristiwa yang merugikan tersebut berdampak pada estimasi arus kas masa depan atas aset keuangan yang dapat diestimasi secara andal.

Untuk aset keuangan lainnya, bukti obyektif penurunan nilai termasuk sebagai berikut:  kesulitan keuangan signifikan yang dialami penerbit atau pihak peminjam; atau


(14)

 pelanggaran kontrak, seperti terjadinya wanprestasi atau tunggakan pembayaran pokok atau bunga; atau

 terdapat kemungkinan bahwa pihak peminjam akan dinyatakan pailit atau melakukan reorganisasi keuangan lainnya.

Perusahaan pertama kali menentukan apakah terdapat bukti obyektif penurunan nilai secara individual atas aset keuangan yang signifikan secara individual, atau secara kolektif untuk aset keuangan yang tidak signifikan secara individual.

Jika Perusahaan menentukan tidak terdapat bukti obyektif penurunan nilai atas aset keuangan yang dinilai secara individual, maka Perusahaan memasukkan aset tersebut ke dalam kelompok aset keuangan yang memiliki karakteristik risiko kredit yang sejenis dan menilai penurunan nilai kelompok tersebut secara kolektif.

Cadangan kerugian penurunan nilai secara individual dihitung dengan menggunakan metode diskonto arus kas (discounted cash flow). Perhitungan nilai kini dari estimasi arus kas masa datang atas aset keuangan dengan agunan (collateralized financial asset) mencerminkan arus kas yang dapat dihasilkan dari pengambilalihan agunan dikurangi biaya-biaya untuk memperoleh dan menjual agunan, terlepas apakah pengambilalihan tersebut berpeluang terjadi atau tidak.

Dalam melakukan penilaian secara kolektif, Perusahaan harus menghitung:

Probability of default (”PD”) – model ini menilai probabilitas konsumen gagal melakukan pembayaran kembali secara penuh dan tepat waktu.

Recoverable amount – didasarkan pada identifikasi arus kas masa datang dan estimasi nilai kini dari arus kas tersebut (discounted cash flow).

Loss given default(”LGD”) – Perusahaan mengestimasi kerugian ekonomis yang mungkin akan diderita Perusahaan apabila terjadi tunggakan fasilitas kredit/pembiayaan. LGD menggambarkan jumlah utang yang tidak dapat diperoleh kembali dan umumnya ditunjukkan dalam persentase dari exposure at default (EAD). Model Perhitungan LGD mempertimbangkan jenis peminjam, fasilitas dan mitigasi risiko,misalnya ketersediaan agunan.

Loss identification period (”LIP”) - periode waktu antara terjadinya peristiwa yang merugikan dalam kelompok aset keuangan sampai bukti obyektif dapat diidentifikasi atas kredit/pembiayaan secara individual.

Exposure at default(”EAD”) – Perusahaan mengestimasi tingkat utilisasi yang diharapkan dari fasilitas kredit/pembiayaan pada saat terjadi tunggakan.

PD, LGD dan LIP diperoleh dari observasi data kredit/piutang pembiayaan selama minimal tiga tahun. Cadangan kerugian penurunan nilai yang dinilai secara kolektif dilakukan dengan mengkalikan nilai baki debet kredit/pembiayaan pada tanggal pelaporan dengan probability default (PD), loss identification period (LIP) dan loss given default (LGD).

Perusahaan menggunakan model analisa statistik yaitu flow rate method untuk penilaian penurunan nilai aset keuangan secara kolektif.

Jumlah kerugian diukur sebagai selisih antara nilai tercatat aset keuangan dan nilai kini dari estimasi arus kas masa depan (tidak termasuk kerugian kredit di masa datang yang diharapkan tapi belum terjadi) yang didiskontokan menggunakan tingkat suku bunga efektif awal dari aset keuangan tersebut.

Kerugian penurunan nilai diakui pada laba rugi dan nilai tercatat aset keuangan atau kelompok aset keuangan tersebut dikurangi dengan kerugian penurunan nilai yang terbentuk. Jika pada periode berikutnya jumlah penurunan nilai berkurang dan penurunan dapat dikaitkan secara obyektif pada peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai tersebut diakui (seperti meningkatnya peringkat kredit debitur atau penerbit), kerugian penurunan nilai yang sebelumnya diakui dipulihkan melalui laba rugi hingga nilai tercatat aset keuangan pada tanggal pemulihan penurunan nilai tidak melebihi biaya perolehan diamortisasi sebelum pengakuan kerugian penurunan nilai dilakukan. Pada saat kerugian penurunan nilai diakui, pendapatan bunga diakui berdasarkan nilai tercatat setelah kerugian penurunan nilai dengan menggunakan suku bunga yang digunakan untuk mendiskonto estimasi arus kas masa datang pada saat menghitung penurunan nilai. Perusahaan menghapusbukukan saldo piutang pembiayaan konsumen dan piutang sewa pembiayaan pada saat Perusahaan menentukan bahwa aset tersebut tidak dapat ditagih lagi. Penerimaan atau pemulihan kembali atas aset keuangan yang telah dihapusbukukan diakui sebagai pendapatan lain-lain.

Penghentian pengakuan aset keuangan

Perusahaan menghentikan pengakuan aset keuangan jika dan hanya jika hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset berakhir, atau Perusahaan mentransfer aset keuangan dan secara substansial mentransfer seluruh risiko dan manfaat atas kepemilikan aset kepada entitas lain. Jika Perusahaan tidak


(15)

mentransfer serta tidak memiliki secara substansial atas seluruh risiko dan manfaat kepemilikan serta masih mengendalikan aset yang ditransfer, maka Perusahaan mengakui keterlibatan berkelanjutan atas aset yang ditransfer dan liabilitas terkait sebesar jumlah yang mungkin harus dibayar. Jika Perusahaan memiliki secara substansial seluruh risiko dan manfaat kepemilikan aset keuangan yang ditransfer, Perusahaan masih mengakui aset keuangan dan juga mengakui pinjaman yang dijamin sebesar pinjaman yang diterima. Pada penghentian pengakuan aset keuangan secara keseluruhan, selisih antara jumlah tercatat aset dan jumlah pembayaran dan piutang yang diterima dan keuntungan atau kerugian kumulatif yang telah diakui dalam penghasilan komprehensif lain dan terakumulasi dalam ekuitas diakui dalam laba rugi.

Pada saat penghentian pengakuan aset keuangan terhadap satu bagian (misalnya ketika Perusahaan masih memiliki hak untuk membeli kembali bagian aset yang ditransfer), Perusahaan mengalokasikan jumlah tercatat sebelumnya dari aset keuangan tersebut pada bagian yang tetap diakui berdasarkan keterlibatan berkelanjutan dan bagian yang tidak lagi diakui berdasarkan nilai wajar relatif dari kedua bagian tersebut pada tanggal transfer. Selisih antara jumlah tercatat yang dialokasikan pada bagian yang tidak lagi diakui dan jumlah dari pembayaran yang diterima untuk bagian yang yang tidak lagi diakui dan setiap keuntungan atau kerugian kumulatif yang dialokasikan pada bagian yang tidak lagi diakui tersebut yang sebelumnya telah diakui dalam penghasilan komprehensif lain diakui pada laba rugi. Keuntungan dan kerugian kumulatif yang sebelumnya diakui dalam penghasilan komprehensif lain dialokasikan pada bagian yang tetap diakui dan bagian yang dihentikan pengakuannya, berdasarkan nilai wajar relatif kedua bagian tersebut.

f. Liabilitas keuangan dan instrumen ekuitas Klasifikasi sebagai liabilitas atau ekuitas

Instrumen liabilitasdan ekuitas yang diterbitkan oleh Perusahaan diklasifikasi sesuai dengan substansi perjanjian kontraktual dan definisi liabilitaskeuangan dan instrumen ekuitas.

Instrumen ekuitas

Instrumen ekuitas adalah setiap kontrak yang memberikan hak residual atas aset Perusahaan setelah dikurangi dengan seluruh liabilitasnya. Instrumen ekuitas yang diterbitkan oleh Perusahaan dicatat sebesar hasil penerimaan bersih setelah dikurangi biaya penerbitan langsung.

Liabilitas Keuangan

Liabilitas keuangan diklasifikasikan sebagai FVTPL atau pada biaya perolehan diamortisasi

Liabilitas keuangan diukur pada biaya perolehan diamortisasi

Pada saat pengakuan awal, liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi diakui pada nilai wajarnya. Nilai wajar tersebut dikurangi biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung dengan penerbitan liabilitas keuangan tersebut. Pengukuran selanjutnya diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif, dimana beban bunga diakui berdasarkan tingkat pengembalian yang efektif, kecuali untuk liabilitas jangka pendek dimana pengakuan bunganya tidak material.

Penghentian pengakuan liabilitas keuangan

Perusahaan menghentikan pengakuan liabilitas keuangan, jika dan hanya jika, kewajiban Perusahaan telah dilepaskan, dibatalkan atau kadaluarsa. Selisih antara jumlah tercatat liabilitas keuangan yang dihentikan pengakuannya dan imbalan yang dibayarkan dan utang diakui dalam laba rugi.

g. Saling hapus antar Aset Keuangan dan Liabilitas Keuangan

Aset dan liabilitas keuangan Perusahaan saling hapus dan nilai bersihnya disajikan dalam laporan posisi keuangan jika dan hanya jika:

 saat ini memiliki hak yang berkekuatan hukum untuk melakukan saling hapus atas jumlah yang telah diakui tersebut; dan


(16)

 berniat untuk menyelesaikan secara neto atau untuk merealisasikan aset dan menyelesaikan liabilitasnya secara simultan.

h. Reklasifikasi Instrumen Keuangan Reklasifikasi Aset Keuangan

Perusahaan tidak diperkenankan untuk melakukan reklasifikasi aset keuangan ke kelompok aset keuangan FVTPL. Perusahaan hanya dapat melakukan reklasifikasi aset keuangan ke kelompok pinjaman yang diberikan dan piutang jika aset keuangan tersebut memenuhi definisi pinjaman yang diberikan dan piutang dan Perusahaan memiliki intensi dan kemampuan memiliki aset keuangan untuk masa mendatang yang dapat diperkirakan atau hingga jatuh tempo dari kelompok aset keuangan FVTPL atau dari kelompok tersedia untuk dijual. Aset keuangan tersebut direklasifikasi pada nilai wajar pada tanggal reklasifikasi yang menjadi biaya perolehan diamortisasi yang baru. Setiap keuntungan dan kerugian yang sudah diakui dalam laba rugi tidak boleh dibalik. Setiap keuntungan dan kerugian yang sudah diakui dalam pendapatan komprehensif lain diamortisasi ke laba rugi selama sisa umur aset keuangan (jika aset keuangan memiliki jatuh tempo tetap) atau tetap diakui dalam pendapatan komprehensif lain sampai aset keuangan tersebut dilepas atau dijual (jika aset keuangan tidak memiliki jatuh tempo tetap).

Reklasifikasi Liabilitas Keuangan

Perusahaan tidak diperkenankan untuk mereklasifikasi liabilitas keuangan dari atau ke kelompok liabilitas keuangan FVTPL.

i. Nilai Wajar

Nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu aset atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran tanpa memperhatikan apakah harga tersebut dapat diobservasi secara langsung atau diestimasi menggunakan teknik penilaian lain. Dalam mengukur nilai wajar atas suatu aset atau liabilitas pada tanggal pengukuran, Perusahaan memperhitungkan karakteristik suatu asset atau liabilitas jika pelaku pasar akan memperhitungkan karakteristik tersebut ketika menentukan harga aset atau liabilitas pada tanggal pengukuran.

Dalam rangka konsistensi dan perbandingan dalam pengukuran nilai wajar dan pengungkapan terkait, Perusahaan melakukan pengukuran nilai wajar yang dimiliki dengan hirarki berikut yang dikategorikan menjadi tiga tingkat teknik pengukuran atas input:

 Tingkat 1 pengukuran nilai wajar adalah yang berasal dari harga kuotasian (tidak disesuaikan) dalam pasar aktif untuk aset atau liabilitas yang identik.

 Tingkat 2 pengukuran nilai wajar adalah yang berasal dari input selain harga kuotasian yang termasuk dalam Tingkat 1 yang dapat diobservasi untuk aset atau liabilitas, baik secara langsung (misalnya harga) atau secara tidak langsung (misalnya deviasi dari harga).

  Tingkat 3 pengukuran nilai wajar adalah yang berasal dari teknik penilaian yang mencakup input untuk

aset atau liabilitas yang bukan berdasarkan data pasar yang dapat diobservasi (input yang tidak dapat diobservasi).

j. Kas dan Bank

Kas dan bank diklasifikasi dalam kelompok pinjaman yang diberikan dan piutang. k. Investasi Jangka Pendek

Investasi jangka pendek merupakan investasi dalam bentuk obligasi yang diperdagangkan di pasar aktif. Investasi jangka pendek diklasifikasi sebagai aset keuangan pada kelompok nilai wajar melalui laba rugi. l. Sewa

Sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan jika sewa tersebut mengalihkan secara substansial semua risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset. Sewa lainnya, yang tidak memenuhi kriteria tersebut, diklasifikasikan sebagai sewa operasi.


(17)

Nilai bersih yang dapat diatribusikan terhadap Perusahaan seperti yang dijelaskan di Catatan 39 sehubungan dengan perjanjian kerjasama dicatat sebagai bagian dari piutang sewa pembiayaan.

Sebagai Lessor

Dalam sewa pembiayaan, lessor mengakui aset berupa piutang sewa pembiayaan sebesar jumlah investasi sewa neto Perusahaan. Pengakuan pendapatan sewa pembiayaan dialokasikan pada periode akuntansi yang mencerminkan suatu tingkat pengembalian periodik yang konstan atas investasi bersih lessor.

Pendapatan sewa dari sewa operasi diakui sebagai pendapatan dengan dasar garis lurus selama masa sewa. Biaya langsung awal yang terjadi dalam proses negosiasi dan pengaturan sewa operasi ditambahkan ke jumlah tercatat dari aset sewaan dan diakui dengan dasar garis lurus selama masa sewa.

Sebagai Lessee

Pembayaran sewa operasi diakui sebagai beban dengan dasar garis lurus (straight-line basis) selama masa sewa, kecuali terdapat dasar sistematis lain yang dapat lebih mencerminkan pola waktu dari manfaat aset yang dinikmati pengguna. Rental kontinjen diakui sebagai beban di dalam periode terjadinya.

Dalam hal insentif diperoleh dalam sewa operasi, insentif tersebut diakui sebagai liabilitas. Keseluruhan manfaat dari insentif diakui sebagai pengurangan dari biaya sewa dengan dasar garis lurus kecuali terdapat dasar sistematis lain yang lebih mencerminkan pola waktu dari manfaat yang dinikmati pengguna.

m. Piutang Pembiayaan Konsumen

Piutang pembiayaan konsumen merupakan piutang yang berasal dari pembiayaan kendaran. Piutang pembiayaan konsumen diklasifikasikan dalam kelompok pinjaman yang diberikan dan piutang.

Pengakuan, pengukuran awal, pengukuran setelah pengakuan awal, reklasifikasi, penentuan nilai wajar, penurunan nilai dan penghentian pengakuan piutang pembiayaan konsumen mengacu pada Catatan 3e, 3h dan 3i.

Nilai bersih yang dapat diatribusikan terhadap Perusahaan seperti yang dijelaskan di Catatan 39 sehubungan dengan perjanjian kerjasama dicatat sebagai bagian dari piutang pembiayaan konsumen.

n. Tagihan Anjak Piutang

Tagihan anjak piutang merupakan piutang yang dibeli dari Perusahaan lain. Tagihan anjak piutang diklasifikasikan dalam kelompok pinjaman yang diberikan dan piutang.

Pengakuan, pengukuran awal, pengukuran setelah pengakuan awal, reklasifikasi, penentuan nilai wajar, penurunan nilai dan penghentian pengakuan tagihan anjak piutang mengacu pada Catatan 3e, 3h dan 3i. o. Biaya Dibayar diMuka

Biaya dibayar dimuka dibebankan sesuai masa manfaat masing-masing biaya dengan metode garis lurus. p. Properti Investasi

Properti investasi adalah tanah dan bangunan untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai atau keduanya.

Pada bulan Oktober 2015, Perusahaan mengubah kebijakan akuntansi dari model biaya ke model nilai wajar dalam pengukuran properti investasi. Perubahan ini diterapkan secara prospektif. Properti investasi diukur pada nilai wajar

Keuntungan atau kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar diakui dalam laba rugi pada periode saat terjadinya.

q. Aset Sewa Operasi

Aset sewa operasi adalah kendaraan untuk menghasilkan rental.

Pada bulan Oktober 2015, Perusahaan mengubah kebijakan akuntansi dari model biaya ke model revaluasi dalam pengukuran aset sewa operasi. Perubahan ini diterapkan secara prospektif. Aset sewa operasi dinyatakan berdasarkan nilai revaluasi yang merupakan nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi.


(18)

Revaluasi dilakukan dengan keteraturan yang memadai untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dengan jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada tanggal laporan posisi keuangan. Aset yang tidak mengalami perubahan nilai wajar secara signifikan wajib direvaluasi paling kurang setiap 3 (tiga) tahun.

Kenaikan yang berasal dari revaluasi aset sewa operasi diakui pada penghasilan komprehensif lain dan terakumulasi dalam ekuitas pada bagian surplus revaluasi, kecuali sebelumnya penurunan revaluasi atas aset yang sama pernah diakui dalam laporan laba rugi, dalam hal ini kenaikan revaluasi hingga sebesar penurunan nilai aset akibat revaluasi tersebut, dikreditkan dalam laporan laba rugi. Penurunan jumlah tercatat yang berasal dari revaluasi aset sewa operasi dibebankan dalam laporan laba rugi apabila penurunan tersebut melebihi saldo surplus revaluasi aset yang bersangkutan, jika ada.

Surplus revaluasi aset sewa operasi yang telah disajikan dalam ekuitas dipindahkan langsung ke saldo laba pada saat aset tersebut dihentikan pengakuannya.

Aset sewa operasi disusutkan berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis, yang sama dengan aset yang dimiliki sendiri, atau selama jangka waktu yang lebih pendek antara periode masa sewa dan umur manfaatnya.

Masa manfaat ekonomis, nilai residu dan metode penyusutan dikaji ulang setiap akhir tahun dan pengaruh dari setiap perubahan estimasi tersebut berlaku prospektif.

Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis dari kendaraan yaitu 5-10 tahun.

r. Aset Tetap

Pada bulan Oktober 2015, Perusahaan mengubah kebijakan akuntansi aset tetap dari model biaya ke model revaluasi dalam pengukuran tanah dan bangunan, peralatan kantor, kendaraan bermotor dan perabotan kantor. Perubahan ini diterapkan secara prospektif. Tanah dan bangunan, peralatan kantor, kendaraan bermotor dan perabotan kantor dinyatakan berdasarkan nilai revaluasi yang merupakan nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi kecuali tanah tidak disusutkan. Revaluasi dilakukan dengan keteraturan yang memadai untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dengan jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada tanggal laporan posisi keuangan. Aset yang tidak mengalami perubahan nilai wajar secara signifikan wajib direvaluasi paling kurang setiap 3 (tiga) tahun.

Kenaikan yang berasal dari revaluasi tanah dan bangunan, peralatan kantor, kendaraan bermotor dan perabotan kantor diakui pada penghasilan komprehensif lain dan terakumulasi dalam ekuitas pada bagian surplus revaluasi, kecuali sebelumnya penurunan revaluasi atas aset yang sama pernah diakui dalam laporan laba rugi, dalam hal ini kenaikan revaluasi hingga sebesar penurunan nilai aset akibat revaluasi tersebut, dikreditkan dalam laporan laba rugi. Penurunan jumlah tercatat yang berasal dari revaluasi tanah dan bangunan, peralatan kantor, kendaraan bermotor dan perabotan kantor dibebankan dalam laporan laba rugi apabila penurunan tersebut melebihi saldo surplus revaluasi aset yang bersangkutan, jika ada.

Surplus revaluasi tanah dan bangunan, peralatan kantor, kendaraan bermotor dan perabotan kantor yang telah disajikan dalam ekuitas dipindahkan langsung ke saldo laba pada saat aset tersebut dihentikan pengakuannya.

Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (straight-line method) berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis aset tetap sebagai berikut:

Tahun

Bangunan 20 - 30

Prasarana kantor (partisi dan renovasi kantor) 5 - 7

Peralatan kantor 5 - 10

Kendaraan bermotor 5 - 10

Perabotan kantor 5 - 10

Masa manfaat ekonomis, nilai residu dan metode penyusutan direview setiap akhir tahun dan pengaruh dari setiap perubahan estimasi tersebut berlaku prospektif.


(19)

Beban pemeliharaan dan perbaikan dibebankan pada laba rugi pada saat terjadinya. Biaya-biaya lain yang terjadi selanjutnya yang timbul untuk menambah, mengganti atau memperbaiki aset tetap dicatat sebagai biaya perolehan aset jika dan hanya jika besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut akan mengalir ke entitas dan biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.

Aset tetap yang dihentikan pengakuannya atau yang dijual nilai tercatatnya dikeluarkan dari kelompok aset tetap. Keuntungan atau kerugian dari penjualan aset tetap tersebut dibukukan dalam laba rugi.

s. Aset Takberwujud

Aset dalam penyelesaian dinyatakan sebesar biaya perolehan dipindahkan ke masing- masing aset tak berwujud yang bersangkutan pada saat selesai dan siap digunakan (Catatan 15).

t. Penurunan nilai aset non keuangan

Pada setiap akhir periode pelaporan, Perusahaan menelaah nilai tercatat aset non-keuangan untuk menentukan apakah terdapat indikasi bahwa aset tersebut telah mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi tersebut, nilai yang dapat diperoleh kembali dari aset diestimasi untuk menentukan tingkat kerugian penurunan nilai (jika ada). Bila tidak memungkinkan untuk mengestimasi nilai yang dapat diperoleh kembali atas suatu aset individu, Perusahaan mengestimasi nilai yang dapat diperoleh kembali dari unit penghasil kas atas aset.

Estimasi jumlah terpulihkan adalah nilai tertinggi antara nilai wajar dikurangi biaya pelepasan dan nilai pakai. Dalam menilai nilai pakainya, estimasi arus kas masa depan didiskontokan ke nilai kini menggunakan tingkat diskonto sebelum pajak yang menggambarkan penilaian pasar kini dari nilai waktu uang dan risiko spesifik atas aset yang mana estimasi arus kas masa depan belum disesuaikan.

Jika jumlah terpulihkan dari aset non-keuangan (unit penghasil kas) lebih kecil dari nilai tercatatnya, nilai tercatat aset (unit penghasil kas) diturunkan menjadi sebesar jumlah terpulihkan dan rugi penurunan nilai segera diakui dalam laba rugi kecuali aset relevan tersebut dicatat pada jumlah revaluasian, di mana kerugian penurunan nilai diperlakukan sebagai penurunan revaluasi.

Kebijakan akuntansi untuk penurunan nilai aset keuangan dijelaskan dalam Catatan 3e. u. Piutang dari Jaminan

Piutang dari jaminan dinyatakan sebesar nilai realisasi bersih pada saat jaminan ditarik. Kelebihan nilai realisasi bersih piutang dari jaminan diatas nilai piutang yang tidak tertagih akan dikreditkan atau dibebankan pada laba rugi. Beban yang berhubungan dengan piutang dari jaminan dan pemeliharaannya akan dibebankan pada laba rugi pada saat terjadinya. Pada saat akhir tahun, piutang dari jaminan akan direview apabila terdapat penurunan nilai. Pada saat piutang dari jaminan dijual, nilai tercatatnya akan dikeluarkan dan hasil laba atau rugi akan dikreditkan atau dibebankan pada laba rugi.

v. Surat Berharga Utang dan Ekuitas yang Diterbitkan Surat Berharga Utang yang Diterbitkan

Obligasi dan Medium Term Notes (MTN) yang diterbitkan diklasifikasikan dalam kategori liabilitas keuangan diukur pada biaya perolehan diamortisasi.

Pengakuan, pengukuran awal, pengukuran setelah pengakuan awal, reklasifikasi, penentuan nilai wajar dan penghentian pengakuan surat berharga utang yang diterbitkan mengacu pada Catatan 3f, 3h dan 3i.

Biaya Emisi Obligasi dan Medium Term Notes (MTN)

Biaya emisi obligasi dan MTN langsung dikurangkan dari hasil emisi dalam rangka menentukan hasil emisi neto obligasi dan MTN tersebut. Selisih antara hasil emisi neto dengan nilai nominal merupakan atribusi langsung biaya transaksi diskonto atau premium yang diamortisasi selama jangka waktu tersebut dengan metode suku bunga efektif. Jika terjadi pembelian kembali, selisih antara harga pembelian kembali obligasi dan MTN tersebut dengan jumlah tercatat obligasi dan MTN diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada tahun berjalan.


(20)

Biaya Emisi Saham

Biaya emisi saham yang menambah dan beratribusi secara langsung terhadap penerbitan saham baru disajikan sebagai bagian dari tambahan modal disetor dan tidak diamortisasi.

w. Pengakuan Pendapatan dan Beban

Pendapatan pembiayaan konsumen, pendapatan anjak piutang, pendapatan bunga dan beban bunga diakui secara akrual menggunakan metode suku bunga efektif (Catatan 3e dan 3f).

Pendapatan sewa pembiayaan dialokasi berdasarkan metode yang dijelaskan pada Catatan 3l.

Pendapatan bunga dari pendapatan sewa pembiayaan, pendapatan pembiayaan konsumen dan pendapatan anjak piutang yang mengalami penurunan nilai dihitung menggunakan metode suku bunga efektif atas dasar nilai piutang setelah memperhitungkan kerugian penurunan nilai.

Beban provisi sehubungan dengan utang bank diamortisasi dengan metode suku bunga efektif dan dibukukan sebagai bagian dari beban bunga dan pembiayaan lainnya.

Pendapatan dan beban lainnya

Pendapatan jasa administrasi yang tidak beratribusi secara langsung atas transaksi sewa pembiayaan, pembiayaan konsumen dan anjak piutang serta pendapatan provisi atas transaksi sewa pembiayaan, dibukukan sebagai pendapatan pada laba rugi dan diakui pada saat diterima.

Pendapatan denda keterlambatan dan keuntungan penghentian kontrak diakui pada saat diterima. Beban lainnya diakui pada saat terjadinya atau sesuai dengan masa manfaatnya (metode akrual). x. Provisi

Provisi diakui ketika Perusahaan memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum maupun konstruktif) sebagai akibat peristiwa masa lalu, kemungkinan besar Perusahaan diharuskan menyelesaikan kewajiban dan estimasi andal mengenai jumlah kewajiban tersebut dapat dibuat.

Jumlah yang diakui sebagai provisi merupakan estimasi terbaik dari pengeluaran yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban kini pada akhir periode pelaporan, dengan mempertimbangkan risiko dan ketidakpastian yang meliputi kewajibannya. Apabila suatu provisi diukur menggunakan arus kas yang diperkirakan untuk menyelesaikan kewajiban kini, maka nilai tercatatnya adalah nilai kini dari arus kas. Ketika beberapa atau seluruh manfaat ekonomi untuk penyelesaian provisi yang diharapkan dapat dipulihkan dari pihak ketiga, piutang diakui sebagai aset apabila terdapat kepastian bahwa penggantian akan diterima dan jumlah piutang dapat diukur secara handal.

y. Imbalan Pasca Kerja

Perusahaan memberikan imbalan pasca kerja imbalan pasti untuk semua karyawan tetapnya sesuai dengan Undang Undang Ketenagakerjaan No. 13/2003.Tidak terdapat pendanaan yang disisihkan oleh Perusahaan sehubungan dengan imbalan pasca kerja ini.

Biaya penyediaan imbalan ditentukan dengan menggunakan metode projected unit credit dengan penilaian aktuaria yang dilakukan pada setiap akhir periode pelaporan tahunan. Pengukuran kembali, terdiri dari keuntungan dan kerugian aktuarial, tercermin langsung dalam laporan posisi keuangan yang dibebankan atau dikreditkan dalam penghasilan komprehensif lain periode terjadinya. Pengukuran kembali diakui dalam penghasilan komprehensif lain sebagai pos terpisah pada penghasilan komprehensif lain di ekuitas dan tidak akan direklasifikasi ke laba rugi. Biaya jasa lalu diakui dalam laba rugi pada periode amandemen program. Bunga neto dihitung dengan mengalikan tingkat diskonto pada awal periode imbalan pasti dengan liabilitas imbalan pasti neto.

Biaya imbalan pasti dikategorikan sebagai berikut:

 Biaya jasa (termasuk biaya jasa kini, biaya jasa lalu serta keuntungan dan kerugian kurtailmen dan penyelesaian)

 Beban atau pendapatan bunga neto  Pengukuran kembali

Perusahaan menyajikan dua komponen pertama dari biaya imbalan pasti di laba rugi. Keuntungan dan kerugian kurtailmen dicatat sebagai biaya jasa lalu.


(21)

z. Pajak Penghasilan

Pajak saat terutang berdasarkan laba kena pajakuntuk suatu tahun.Laba kena pajak berbeda dari laba sebelum pajak seperti yang dilaporkan dalam laporan labarugi dan penghasilan komprehensif lain karena pos pendapatan atau beban yang dikenakan pajak atau dikurangkan pada tahun berbeda dan pos-pos yang tidak pernah dikenakan pajak atau tidak dapat dikurangkan.

Beban pajak kini ditentukan berdasarkan laba kena pajak dalam tahun yang bersangkutan yang dihitung berdasarkan tarif pajak yang berlaku.

Pajak tangguhan diakui atas perbedaan temporer antara jumlah tercatat aset dan liabilitas dalam laporan keuangan dengan dasar pengenaan pajak yang digunakan dalam perhitungan laba kena pajak. Liabilitas pajak tangguhan umumnya diakui untuk seluruh perbedaan temporer kena pajak. Aset pajak tangguhan umumnya diakui untuk seluruh perbedaan temporer yang dapat dikurangkan sepanjang kemungkinan besar bahwa laba kena pajak akan tersedia sehingga perbedaan temporer dapat dimanfaatkan. Aset dan liabilitas pajak tangguhan tidak diakui jika perbedaan temporer timbul dari pengakuan awal dari aset dan liabilitas suatu transaksi yang tidak mempengaruhi laba kena pajak atau laba akuntansi.

Aset dan liabilitas pajak tangguhan diukur dengan menggunakan tarif pajak yang diekspektasikan berlaku dalam periode ketika liabilitas diselesaikan atau aset dipulihkan dengan tarif pajak (dan peraturan pajak) yang telah berlaku atau secara substantif telah berlaku pada akhir periode pelaporan.

Pengukuran aset dan liabilitas pajak tangguhan mencerminkan konsekuensi pajak yang sesuai dengan cara Perusahaan ekspektasikan, pada akhir periode pelaporan, untuk memulihkan atau menyelesaikan jumlah tecatat aset dan liabilitasnya.

Untuk tujuan pengukuran liabilitas pajak tangguhan dan aset pajak tangguhan untuk properti investasi yang diukur dengan menggunakan model nilai wajar, nilai tercatat properti tersebut dianggap dipulihkan seluruhnya melalui penjualan, kecuali praduga tersebut dibantah. Praduga tersebut dibantah ketika properti investasi dapat disusutkan dan dimiliki dalam model bisnis yang bertujuan untuk mengonsumsi secara substansial seluruh manfaat ekonomi atas investasi properti dari waktu ke waktu, bukan melalui penjualan. Direksi Perusahaan mengkaji ulang portofolio properti investasi Perusahaan dan menyimpulkan bahwa tidak ada properti investasi Perusahaan yang dimiliki dalam model bisnis yang bertujuan untuk mengonsumsi secara substansial seluruh manfaat ekonomik atas investasi properti dari waktu ke waktu, bukan melalui penjualan. Oleh karena itu, direksi telah menentukan bahwa praduga penjualan yang ditetapkan dalam amandemen PSAK 46 tidak dibantah. Akibatnya, Perusahaan tidak mengakui pajak tangguhan atas perubahan nilai wajar properti investasi karena Perusahaan tidak dikenakan pajak penghasilan atas perubahan nilai wajar properti investasi.

Jumlah tercatat aset pajak tangguhan dikaji ulang pada akhir periode pelaporan dan dikurangi jumlah tercatatnya jika kemungkinan besar laba kena pajak tidak lagi tersedia dalam jumlah yang memadai untuk mengkompensasikan sebagian atau seluruh aset pajak tangguhan tersebut.

Pajak kini dan pajak tangguhan diakui sebagai beban atau penghasilan dalam laba atau rugi, kecuali sepanjang pajak penghasilan yang berasal dari transaksi atau kejadian yang diakui diluar laba atau rugi (baik dalam penghasilan komprehensif lain maupun secara langsung di ekuitas), dalam hal tersebut pajak juga diakui di luar laba atau rugi.

aa. Laba per Saham

Laba per saham dasar dihitung dengan membagi laba tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik induk dengan jumlah rata-rata tertimbang saham yang beredar pada tahun yang bersangkutan.

Laba per saham dilusian dihitung dengan membagi laba tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik induk dengan jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang telah disesuaikan dengan dampak dari semua efek berpotensi saham biasa yang dilutif.

bb. Segmen Operasi

Segmen operasi diidentifikasi berdasarkan laporan internal mengenai komponen dari Perusahaan yang secara regular direview oleh “pengambil keputusan operasional” dalam rangka mengalokasikan sumber daya dan menilai kinerja segmen operasi.

Segmen operasi adalah suatu komponen dari entitas:

 Yang terlibat dalam aktivitas bisnis yang mana memperoleh pendapatan dan menimbulkan beban (termasuk pendapatan dan beban terkait dengan transaksi dengan komponen lain dari entitas yang sama);


(22)

 Yang hasil operasinya dikaji ulang secara reguler oleh pengambil keputusan operasional untuk membuat keputusan tentang sumber daya yang dialokasikan pada segmen tersebut dan menilai kinerjanya; dan  Dimana tersedia informasi keuangan yang dapat dipisahkan.

Informasi yang digunakan oleh pengambil keputusan operasional dalam rangka alokasi sumber daya dan penilaian kinerja mereka terfokus pada kategori dari setiap produk.

4. PERTIMBANGAN KRITIS AKUNTANSI DAN ESTIMASI AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN

Dalam penerapan kebijakan akuntansi Perusahaan, yang dijelaskan dalam Catatan 3, direksi diwajibkan untuk membuat pertimbangan, estimasi dan asumsi tentang jumlah tercatat aset dan liabilitas yang tidak tersedia dari sumber lain. Estimasi dan asumsi yang terkait didasarkan pada pengalaman historis dan faktor-faktor lain yang dianggap relevan. Hasil aktualnya mungkin berbeda dari estimasi tersebut.

Estimasi dan asumsi yang mendasari ditelaah secara berkelanjutan. Revisi estimasi akuntansi diakui dalam periode estimasi tersebut direvisi jika revisi hanya mempengaruhi periode itu, atau pada periode revisi dan periode masa depan jika revisi mempengaruhi kedua periode tersebut.

Pertimbangan Kritis dalam Penerapan Kebijakan Akuntansi

Dalam proses penerapan kebijakan akuntansi yang dijelaskan dalam Catatan 3, tidak terdapat pertimbangan kritis yang memiliki dampak signifikan pada jumlah yang diakui dalam laporan keuangan, selain dari estimasi yang diatur di bawah ini.

Sumber Estimasi Ketidakpastian

Asumsi utama mengenai masa depan dan sumber estimasi ketidakpastian utama lainnya pada akhir periode pelaporan, yang memiliki risiko signifikan yang mengakibatkan penyesuaian material terhadap jumlah tercatat aset dan liabilitas dalam periode pelaporan berikutnya dijelaskan dibawah ini:

Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Aset Keuangan

Pada setiap tanggal pelaporan, Perusahaan mengevaluasi apakah terdapat bukti obyektif bahwa aset keuangan mengalami penurunan nilai. Suatu aset keuangan dinyatakan mengalami penurunan nilai bila ada bukti obyektif terjadinya peristiwa yang berdampak pada estimasi arus kas atas aset keuangan. Bukti tersebut meliputi data yang dapat diobservasi yang menunjukkan bahwa telah terjadi peristiwa yang merugikan dalam status pembayaran debitur atau kondisi ekonomi nasional atau lokal yang berkorelasi dengan kelalaian membayar piutang.

Kerugian penurunan nilai adalah selisih antara nilai tercatat dan nilai kini dari estimasi arus kas masa depan dan realisasi agunan pada tingkat suku bunga efektif awal dari aset keuangan tersebut. Penyisihan penurunan nilai akan dibentuk untuk mengakui kerugian penurunan nilai yang terjadi dalam portofolio aset keuangan. Manajemen menggunakan perkiraan berdasarkan pengalaman kerugian historis untuk aset dengan karakteristik risiko kredit dan bukti obyektif adanya penurunan nilai yang serupa dengan yang ada dalam portofolio pada saat penjadwalan arus kas masa depan.

Perusahaan melakukan penilaian terhadap penurunan nilai dengan cara sebagai berikut:

a) Individual, dilakukan untuk jumlah aset keuangan yang melebihi ambang batas (threshold) tertentu dan aset keuangan yang memiliki bukti obyektif penurunan nilai yang telah teridentifikasi secara terpisah pada tanggal laporan posisi keuangan. Kerugian penurunan nilai adalah selisih antara nilai tercatat dan nilai kini dari estimasi terbaik atas arus kas masa depan dan realisasi agunan pada tingkat suku bunga efektif awal dari aset keuangan tersebut. Estimasi ini dilakukan dengan mempertimbangkan kapasitas utang dan fleksibilitas keuangan debitur, kualitas pendapatan debitur, jumlah dan sumber arus kas, industri di mana debitur beroperasi dan nilai realisasi agunan. Estimasi jumlah dan waktu pemulihan masa depan akan membutuhkan banyak pertimbangan. Jumlah penerimaan tergantung pada kinerja debitur pada masa mendatang dan nilai agunan, keduanya akan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi di masa depan, di samping itu agunan mungkin tidak mudah dijual. Nilai aktual arus kas masa depan dan tanggal penerimaan mungkin berbeda dari estimasi tersebut dan akibatnya kerugian aktual yang terjadi mungkin berbeda dengan yang diakui dalam laporan keuangan.

b) Kolektif, dilakukan untuk jumlah aset keuangan yang tidak melebihi ambang batas (threshold) tertentu, tidak memiliki bukti obyektif penurunan nilai dan aset keuangan yang memiliki bukti obyektif penurunan nilai, namun belum diidentifikasi secara terpisah pada tanggal laporan posisi keuangan. Pembentukan kerugian penurunan nilai dilakukan secara kolektif dengan antara lain memperhitungkan jumlah dan lamanya tunggakan, agunan


(23)

dan pengalaman kerugian masa lalu. Faktor paling penting dalam pembentukan cadangan adalah probability of default dan loss given default. Kualitas aset keuangan pada masa mendatang dipengaruhi oleh ketidakpastian yang dapat menyebabkan kerugian aset keuangan dapat berbeda secara material dari cadangan kerugian penurunan nilai yang telah dibentuk. Ketidakpastian ini termasuk lingkungan ekonomi, suku bunga dan pengaruhnya terhadap pembelanjaan debitur, tingkat pengangguran dan perilaku pembayaran.

Metodologi dan asumsi yang digunakan dalam penurunan nilai individual dan kolektif ini akan ditelaah secara berkala untuk mengurangi perbedaan antara estimasi kerugian dan kerugian aktual.

Nilai tercatat aset keuangan telah diungkapkan dalam Catatan 5, 6, 7, 8, dan 9. Imbalan Kerja

Nilai wajar atas imbalan kerja karyawan tergantung dari banyaknya faktor aktuarial yang dipertimbangkan berdasarkan beberapa asumsi. Perubahan atas asumsi-asumsi tersebut akan mempengaruhi carrying amount atas imbalan kerja karyawan.

Asumsi yang digunakan dalam menentukan biaya atau pendapatan untuk imbalan kerja termasuk tingkat diskonto. Perusahaan menentukan tingkat diskonto yang tepat pada setiap akhir tahun. Ini merupakan tingkat suku bunga yang digunakan untuk menentukan nilai kini atas arus kas masa depan yang diestimasi akan digunakan untuk membayar imbalan kerja. Dalam menentukan tingkat diskonto yang tepat, Perusahaan mempertimbangkan tingkat suku bunga atas Obligasi Pemerintah yang mempunyai jatuh tempo yang menyerupai jangka waktu imbalan kerja karyawan.

Taksiran Masa Manfaat Ekonomis Properti Investasi, Aset Sewa Operasi dan Aset Tetap

Masa manfaat setiap properti investasi, aset sewa operasi dan aset tetap Perusahaan ditentukan berdasarkan kegunaan yang diharapkan dari penggunaan aset tersebut. Estimasi ini ditentukan berdasarkan evaluasi teknis internal dan pengalaman atas aset sejenis. Masa manfaat setiap aset direview secara periodik dan disesuaikan apabila prakiraan berbeda dengan estimasi sebelumnya karena keausan, keusangan teknis dan komersial, hukum atau keterbatasan lainnya atas pemakaian aset. Namun terdapat kemungkinan bahwa hasil operasi dimasa mendatang dapat dipengaruhi secara signifikan oleh perubahan atas jumlah serta periode pencatatan biaya yang diakibatkan karena perubahan faktor yang disebutkan di atas.

Perubahan masa manfaat properti investasi,aset sewa operasi dan aset tetap dapatmempengaruhi jumlah biaya penyusutan yang diakui dan penurunan nilai tercatat properti investasi, sewa operasi dan aset tetap.


(1)

Tabel berikut menggambarkan jumlah risiko kredit dan konsentrasi risiko atas piutang (setelah dikurangi kerugian cadangan penurunan nilai) yang dimiliki Perusahaan pada tanggal 30 Juni 2017 dan 31 Desember 2016:

Piutang sewa pembiayaan

Tidak Diaudit Diaudit

30 Juni 2017 31 Desember 2016

Rp'000 Rp'000

Korporasi 1.288.442.996 952.514.072

Individu 711.258.508 472.990.316

Jumlah 1.999.701.504 1.425.504.388

Piutang pembiayaan konsumen

Pada tanggal 30 Juni 2017 dan 31 Desember 2016, konsentrasi risiko atas piutang pembiayaan konsumen yang dimiliki Perusahaan adalah berbagai individu yang telah memenuhi kualifikasi kredit dari Perusahaan. Jumlah risiko kredit masing – masing sebesar Rp 4.571.655.792 ribu dan Rp 3.683.789.127 ribu.

Transaksi anjak piutang

Pada tanggal 30 Juni 2017 dan 31 Desember 2016 konsentrasi risiko atas anjak piutang yang dimiliki Perusahaan adalah berbagai korporasi yang telah memenuhi kualifikasi kredit dari Perusahaan. Jumlah risiko kredit masing-masing sebesar Rp 1.170.739.450 ribu dan Rp 1.287.360.609 ribu.

Tabel di bawah menunjukkan kualitas kredit dari aset keuangan (tanpa cadangan kerugian penurunan nilai) pada tanggal 30 Juni 2017 dan 31 Desember 2016:

Telah jatuh tempo Mengalami

tetapi tidak mengalami penurunan nilai Jumlah High Grade Medium Grade Low Grade Unrated penurunan nilai

Rp'000 Rp'000 Rp'000 Rp'000 Rp'000 Rp'000 Rp'000

Kas dan setara kas 28.427.930 - - - 28.427.930

Piutang sewa pembiayaan 1.115.254.970 340.144.240 307.913.922 230.434.364 5.954.008 43.278.814 2.042.980.318 Piutang pembiayaan konsumen 3.426.403.627 363.553.814 353.247.719 421.962.500 6.488.132 140.563.790 4.712.219.583

Tagihan anjak piutang 375.369.399 312.487.457 - 78.060.338 404.822.256 61.125.379 1.231.864.829

Piutang lain-lain 18.108.286 - - - 18.108.286

Jumlah 4.963.564.212 1.016.185.511 661.161.641 730.457.202 417.264.396 244.967.983 8.033.600.945

Telah jatuh tempo Mengalami

tetapi tidak mengalami penurunan nilai Jumlah High Grade Medium Grade Low Grade Unrated penurunan nilai

Rp'000 Rp'000 Rp'000 Rp'000 Rp'000 Rp'000 Rp'000

Kas dan setara kas 30.322.531 - - - 30.322.531

Piutang sewa pembiayaan 590.410.005 168.109.371 132.251.402 84.477.899 - 485.456.619 1.460.705.296

Piutang pembiayaan konsumen 2.570.973.583 396.902.734 437.649.367 271.865.461 - 93.367.802 3.770.758.947

Tagihan anjak piutang 301.676.192 546.995.912 - 28.091.612 - 465.737.418 1.342.501.134

Piutang lain-lain 18.973.779 - - - - 1.219.034 20.192.813

Jumlah 3.512.356.090 1.112.008.017 569.900.769 384.434.972 - 1.045.780.873 6.624.480.721

Tidak Diaudit 30 Juni 2017 Belum jatuh tempo dan tidak mengalami penurunan nilai

Diaudit 31 Desember 2016 Belum jatuh tempo dan tidak mengalami penurunan nilai


(2)

Kualitas kredit berdasarkan golongan aset keuangan diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Pinjaman diberikan dan piutang

Kualitas kredit dari piutang sewa pembiayaan, piutang pembiayaan konsumen, dan tagihan anjak piutang dinilai berdasarkan banyaknya dan jumlah hari delay selama masa tenor pembayaran.

Kredit grading atas piutang-piutang tersebut akan berdasarkan parameter yang akan dijelaskan sebagai berikut:

High Grade jumlah kali delay rendah + jumlah hari delay rendah

jumlah kali delay sedang + jumlah hari delay sedang, jumlah kali delay rendah + jumlah hari delay sedang jumlah kali delay sedang + jumlah hari delay rendah

jumlah kali delay rendah + jumlah hari delay tinggi, jumlah kali delay tinggi + jumlah hari delay rendah jumlah kali delay sedang + jumlah hari delay tinggi, jumlah kali delay tinggi + jumlah hari delay tinggi jumlah kali delay tinggi + jumlah hari delay sedang

Gabungan Kualitas Kredit:

Medium Grade

Low Grade

2. Investasi jangka pendek

Kualitas kredit dari investasi jangka pendek dinilai berdasarkan peringkat yang dikeluarkan oleh Pefindo. Peringkat dari Pefindo diklasifikasikan sebagai berikut:

Kualitas Kredit Tingkat Keterangan

High grade

idAAA Obligasi kualitas tertinggi yang menawarkan tingkat terendah dari risiko

investasi. Emiten dianggap sangat stabil dan dapat diandalkan idAA+

Obligasi yang berkualitas tinggi oleh semua standar, tapi membawa tingkat yang sedikit lebih besar dari risiko jangka panjang investasi idAA

idAA- idA+

Obligasi dengan banyak kualitas investasi yang positif idA

idA-

Medium Grade

idBBB+

Obligasi kualitas kelas menengah, kondisi saat ini dinilai mencukupi namun tidak dapat diandalkan dalam jangka panjang

idBBB idBBB- idBB+

Obligasi dengan fundamental spekulatif, kepastian pembayaran kembali di masa mendatang hanya moderat

idBB idBB- idB+

Obligasi yang tidak dianggap sebagai investasi yang menarik, sedikit jaminan pembayaran jangka panjang

idB idB-


(3)

Agunan

Dalam rangka mitigasi risiko kredit, salah satu bentuk upaya yang dilakukan Perusahaan adalah dengan meminta nasabah memberikan agunan yang akan digunakan sebagai jaminan atas pelunasan fasilitas pembiayaan yang telah diberikan oleh Perusahaan jika nasabah mengalami kesulitan keuangan yang menyebabkan nasabah tidak dapat melunasi kewajibannya kepada Perusahaan.

- Piutang

- Tanah dan Bangunan - Mesin

- Kendaraan - Kapal - Alat berat

Prosedur penilaian jaminan untuk tanah dan bangunan maupun mesin menggunakan nilai pasar.

Berikut adalah portofolio kredit yang dimiliki Perusahaan beserta agunan yang menjadi jaminannya dengan pengelompokan berdasarkan jenis kredit yang diberikan:

Tidak Diaudit

Kredit SMB Kredit

Kredit (Bisnis Kecil Eceran/ Kredit Jumlah

Korporasi Menengah) dan Konsumsi Karyawan Komersial

Rp'000 Rp'000 Rp'000 Rp'000 Rp'000

Eksposur piutang 2.539.552.442 735.292.705 4.712.219.582 15.932.882 8.002.997.611 Nilai Jaminan 3.233.912.478 1.358.489.024 7.958.364.788 19.916.102 12.570.682.392

Eksposur jumlah kredit tanpa jaminan - - - -

-Bagian tanpa jaminan

dari Eksposur kredit (%) - - - -

-Tanah dan bangunan 321.630.639 15.403.200 161.229.281 17.478.015 515.741.135 Kendaraan 324.162.183 1.312.108.409 7.797.135.507 2.438.087 9.435.844.186 Mesin 132.295.575 4.929.950 - - 137.225.525 Kapal 506.474.014 - - 506.474.014 Lainny a:

Saham 146.000.000 - - - 146.000.000 Alat berat 263.519.031 23.487.465 - - 287.006.496 Piutang 1.539.831.036 - - - 1.539.831.036 Jumlah 3.233.912.478 1.358.489.024 7.958.364.788 19.916.102 12.570.682.392

30 Juni 2017

Diaudit

Kredit SMB Kredit

Kredit (Bisnis Kecil Eceran/ Kredit Jumlah

Korporasi Menengah) dan Konsumsi Karyawan Komersial

Rp'000 Rp'000 Rp'000 Rp'000 Rp'000

Eksposur piutang 2.324.961.668 478.244.762 3.770.758.947 16.345.368 6.590.310.745 Nilai Jaminan 3.246.236.806 952.155.478 7.161.409.457 18.064.969 11.377.866.710

Eksposur jumlah kredit tanpa jaminan - - - -

-Bagian tanpa jaminan

dari Eksposur kredit (%) - - - -

-Nilai Jaminan

Tanah dan bangunan 122.310.286 13.204.000 104.773.622 15.297.904 255.585.812 Kendaraan 153.216.253 899.441.060 7.056.635.835 2.767.065 8.112.060.213 Mesin 206.832.554 6.663.600 - - 213.496.154 Kapal 673.458.827 - - - 673.458.827 Lainny a:

Alat berat 359.051.601 32.846.818 - - 391.898.419 Piutang 1.731.367.285 - - - 1.731.367.285 Jumlah 3.246.236.806 952.155.478 7.161.409.457 18.064.969 11.377.866.710


(4)

Risiko Iikuiditas

Risiko likuiditas merupakan risiko yang mana Perusahaan tidak memiliki sumber keuangan yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan kas untuk menyalurkan dana untuk menjadi aset keuangan lainnya. Risiko tersebut dapat diatasi oleh Perusahaan karena dalam pemberian fasilitas pembiayaan kosumen, selain menggunakan dana sendiri, Perusahaan juga membina kerjasama dengan beberapa bank nasional dan bank pemerintah maupun bank asing dalam bentuk fasilitas penerusan pinjaman untuk pembiayaan (chanelling)

maupun demand loan dan term loan.

Perusahaan juga mempunyai fasilitas pinjaman rekening koran yang dapat ditarik setiap waktu untuk memenuhi kebutuhan dana selama minimal 5 hari kerja.

Perusahaan memiliki rasio likuiditas yang sangat sehat. Perbandingan liabilitas terhadap ekuitas Perusahaan pada tanggal 30 Juni 2017 dan 31 Desember 2016 masing-masing sebesar 90,77% dan 77,53%. Dalam hal perbandingan liabilitas terhadap jumlah aset pada tanggal 30 Juni 2017 dan 31 Desember 2016 masing-masing sebesar 47,58% dan 43,67%.

Tabel berikut merupakan rincian sisa jatuh tempo kontrak untuk liabilitas keuangan non-derivatif dengan periode pembayaran yang disepakati milik Perusahaan pada tanggal 30 Juni 2017 dan 31 Desember 2016. Tabel telah disusun berdasarkan arus kas tidak terdiskonto dari liabilitas keuangan berdasarkan tanggal awal di mana Perusahaan harus melakukan pembayaran. Tabel ini mencakup arus kas bunga dan pokok. Apabila arus kas bunga menggunakan tingkat bunga variabel, maka jumlah terdiskonto berasal dari kurva suku bunga pada akhir periode pelaporan. Jatuh tempo kontrak didasarkan pada tanggal awal Perusahaan mungkin akan diminta untuk membayar.

Sampai dengan > 1 bulan s.d > 3 bulan s.d > 1 tahun s.d

1 bulan 3 bulan 12 bulan 5 tahun > 5 tahun Jumlah

Rp'000 Rp'000 Rp'000 Rp'000 Rp'000 Rp'000

Aset keuangan Tanpa suku bunga

Kas dan setara kas 2.365.132 - - - - 2.365.132

Piutang lain - lain - 487.152 26.417.839 - - 26.904.991

Suku bunga v ariabel

Kas dan setara kas 26.062.798 - - - - 26.062.798

Piutang sewa pembiay aan 8.232.558 2.005.529 9.080.747 34.184.131 - 53.502.965

Suku bunga tetap

Kas dan setara kas - - -

-Piutang sewa pembiay aan 327.062.733 187.945.739 732.688.020 1.111.790.951 - 2.359.487.443

Piutang pembiay aan

konsumen 352.574.234 425.641.221 1.722.240.811 3.324.563.043 1.805.876 5.826.825.185

Tagihan anjak piutang 30.547.097 223.515.390 1.071.388.175 34.367.875 - 1.359.818.537

Piutang lain - lain 357.828 1.528.678 3.080.786 10.917.366 864.578 16.749.236

Jumlah 747.202.380 841.123.709 3.564.896.378 4.515.823.366 2.670.454 9.671.716.287

Liabilitas keuangan Tanpa suku bunga

Utang premi asuransi - 58.763.436 - - - 58.763.436

Utang lain-lain kepada

pihak ketiga 5.757.168 8.417.224 134.334.032 - - 148.508.424

Suku bunga v ariabel

Utang bank 601.288.191 626.944.444 97.222.222 6.250.000 - 1.331.704.857

Biay a masih harus dibay ar 9.705.556 8.377.725 7.501.203 1.299.435 - 26.883.919

Suku bunga tetap

Utang bank 94.454.690 187.135.430 670.952.946 939.463.723 - 1.892.006.789

Surat berharga utang y ang

diterbitkan - - 700.000.000 - - 700.000.000

Biay a masih harus dibay ar 15.081.714 28.222.267 111.763.125 127.482.389 - 282.549.495

Jumlah 726.287.319 917.860.526 1.721.773.528 1.074.495.547 - 4.440.416.920

30 Juni 2017


(5)

Sampai dengan

1 bulan >1-3 bulan >3-12 bulan >1-5 tahun Jumlah

Rp'000 Rp'000 Rp'000 Rp'000 Rp'000

Aset keuangan Tanpa suku bunga

Kas dan setara kas 2.096.369 - - - 2.096.369

Piutang lain-lain - - 18.478.555 71.460 18.550.015

Suku bunga v ariabel

Kas dan setara kas 28.226.162 - - - 28.226.162

Suku bunga tetap

Piutang sewa pembiay aan 173.124.180 126.043.094 669.647.655 729.150.927 1.697.965.856

Piutang pembiay aan konsumen 197.710.474 385.348.067 1.591.580.372 2.414.492.152 4.589.131.065

Tagihan anjak piutang 14.589.178 470.976.133 920.206.781 28.614.867 1.434.386.959

Piutang lain-lain 350.091 1.549.572 2.990.201 12.298.697 17.188.561

Jumlah 416.096.454 983.916.866 3.202.903.564 3.184.628.103 7.787.544.987

Liabilitas keuangan Tanpa suku bunga

Utang premi asuransi - 18.154.876 - - 18.154.876

Utang lain-lain kepada pihak ketiga 15.590.805 5.492.710 110.853.233 - 131.936.748

Suku bunga v ariabel

Utang bank 33.270.241 306.661.145 119.254.171 147.048.205 606.233.762

Biay a masih harus dibay ar 5.270.061 8.938.049 23.359.850 34.267.531 71.835.491

Suku bunga tetap

Utang bank 180.157.215 250.262.413 584.514.825 426.914.606 1.441.849.059

Surat berharga utang y ang

diterbitkan - - - 700.000.000 700.000.000

Biay a masih harus dibay ar 13.172.449 42.347.164 123.248.807 48.116.561 226.884.981

Jumlah 247.460.771 631.856.357 961.230.886 1.356.346.903 3.196.894.917

Jumlah - bersih 168.635.683 352.060.509 2.241.672.678 1.828.281.200 4.590.650.070

31 Desember 2016

Diaudit

Risiko Operasional

Risiko Operasional biasa disebabkan oleh beberapa hal seperti kekurangan dan kegagalan proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem maupun hal-hal yang lain yang dapat berdampak pada operasional perusahaan. Untuk mencegah timbulnya risiko operasional, perusahaan melakukan beberapa hal:

 Pengertian yang jelas oleh semua lini yang terkait terhadap risiko yang melekat pada setiap tahapan proses kegiatan operasional yang berhubungan terutama dengan persetujuan dan pencairan pembiayaan, pelayanan konsumen, pencatatan pembukuan dan penyusunan laporan.

 Pembagian tugas yang jelas dan terpisah antara pelaksanaan dan kontrol, sebagai pelaksana, aktivitas yang dikerjakan berdasarkan Standard Operating Procedures (SOP) baku perusahaan. Sedangkan fungsi kontrol memastikan aktivitas sudah memenuhi persyaratan yang sudah digariskan oleh SOP.

 Perusahaan menggunakan E- loan System agar kelangsungan dan kelancaran pengoperasian sistem dapat terjamin. Perusahaan sudah menerapkan sistem on-line dan real time sehingga dengan demikian pihak manajemen dapat memonitor seluruh aktivitas operasional secara langsung, dan dengan cepat dapat mengambil keputusan strategis dan tepat untuk memitigasi kemungkinan risiko yang terjadi akibat kelalaian, tidak berfungsinya sistem, maupun penyimpangan dari pelaksanaan SOP dan /atau kebijakan Perusahaan.

 Perusahaan juga sudah menerapkan Risk Control Self Assessment (RCSA) terhadap unit kerja terkait dan melakukan tinjauan dan evaluasi periodik terhadap kebijakan-kebijakan dan SOP secara rutin.

 Perusahaan senantiasa mengembangkan kemampuan dan pengetahuan karyawannya dengan berbagai pelatihan agar dapat menekan seminimal mungkin frekuensi kesalahan manusia dan sistem operasional dan dampak kerugian financial yang diakibatkan oleh hal tersebut.


(6)

Risiko Hukum

Risiko hukum adalah risiko yang disebabkan karena adanya kelemahan aspek hukum, kelemahan aspek dokumentasi hukum atau ketidak patuhan terhadap peraturan. Risiko ini termasuk namun tidak terbatas pada risiko yang timbul dari kemungkinan terjadinya wanprestasi (default)atas kontrak / perjanjian, tuntutan hukum/gugatan dari pihak ketiga, ketidaksesuaian standar operating procedures dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, kelemahan perikatan dengan pihak ketiga, pengikatan jaminan yang tidak sempurna, ketidaksanggupan penetapan putusan pengadilan, keputusan pengadilan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan kegiatan perusahaan, atau pelanggaran terhadap ketentuan atau peraturan eksternal lainya. Manajemen risiko hukum mencakup namun tidak terbatas pada:

a. Penggunaan dan penyusunan dokumen perjanjian yang sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundangan yang berlaku serta mempunyai dasar ketentuan hukum yang kuat

b. Penerapan sistem pengendalian internal yang konsisten serta penerapan mekanisme uji kepatuhan (compliance review) secara berkala terhadap setiap kegiatan perusahaan atau jika diperlukan pada setiap level transaksidengan nasabah atau pihak ketiga lainnya

c. Memutakhirkan perubahan kebijakan dan peraturan d. Melakukan administrasi dokumen secara tertib Risiko Reputasi

Risiko Reputasi adalah risiko yang antara lain disebabkan adanya publikasi negatif yang terkait dengan kegiatan usaha perusahaan atau persepsi negatif terhadap perusahaan. Untuk meminimalisir risiko reputasi, Perusahaan harus menjaga nama baik, antara lain dengan cara melakukan publikasi secara transparan dan selektif, disamping juga melakukan proses edukasi kepada nasabah dengan meminta nasabah memahami dengan jelas atas hak dan kewajibannya dalam bertransaksi dengan Perusahaan. Dalam hal publikasi negatif mengenai Perusahaan telah terjadi, Perusahaan harus melakukan langkah-langkah penanganan antara lain klarifikasi permasalahan dengan nasabah atau pihak yang menerbitkan publikasi negatif, melakukan hak jawab serta menyelesaikan permasalahan yang terjadi dengan nasabah atau pihak ketiga lainya. Terkait risiko reputasi, Perusahaan juga telah melaksanakan program Corporate Sosial Responsibility (CSR) melalui program peduli sebagai bentuk kepedulian Perusahaan terhadap kegiatan sosial.

Risiko Strategis

Risiko strategis adalah risiko yang antara lain disebabkan adanya penetapan dan pelaksanaan strategi perusahaan tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau kurang responsifnya perusahaan terhadap perubahan eksternal yang terjadi begitu cepat. Pengelolaan risiko strategis dilakukan terutama melalui proses pengambilan keputusan yang komprehensif didukung dengan pertimbangan atas kondisi internal dan eksternal serta data yang akurat dan up to date.

Risiko Kepatuhan

Risiko kepatuhan merupakan risiko yang disebabkan karena Perusahaan tidak mematuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku yang akan berdampak kepada kegiatan usaha Perusahaan. Pengelolaan risiko kepatuhan dilakukan dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik dengan menerapkan praktik-praktik yang baik dalam menjalankan kegiatan usaha untuk selalu mematuhi dan melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku.

42. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN DAN PERSETUJUAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Penyusunan dan penyajian wajar laporan keuangan dari halaman 2 sampai 69 merupakan tanggung jawab manajemen, dan telah disetujui oleh Direksi untuk diterbitkan pada tanggal 21 Juli 2017.