Hubungan partisipasi siswa di koperasi sekolah dan tingkat pendidikan orang tua dengan jiwa kewirausahaan siswa siswi kelas XI SMK Negeri di Kabupaten Sleman

(1)

i

SEKOLAH DAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA

DENGAN JIWA KEWIRAUSAHAAN SISWA

SISWI

KELAS XI SMK NEGERI DI KABUPATEN SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Chatarina Novi Sulistya Nugraheny NIM : 131334024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

(3)

(4)

iv

PERSEMBAHAN

Tuhan Yang Maha Esa

Ibu saya Irene Sutarti Ayah saya Aloysius Suparman

Kakak – kakak saya, mas Nanang, mbak Dewi , mas Dwi, mbak Anna, mbak Lia dan mas Candra

Adik saya, Andre

Ponakan saya, Ian, Ori, Fina, Risto dan Kevin

“Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku: Universitas Sanata Dharma tercinta”


(5)

v

Berjuanglah, maka Tuhan akan menyertai-Mu

(Chatarina Novi S. N.)

Hidup adalah soal keberanian menghadapi yang tanda tanya, tanpa kita mengerti, tanpa kita bisa menawar terimalah dan hadapilah

(soe hoek gie)

Hidup itu butuh perjuangan, tapi Perjuangkanlah apa yang layak kamu perjuangkan

(Chatarina Novi S. N.)

Jadilah dirimu sendiri, pribadi orang sudah ada yang memiliki (oscar wilde)

Jadilah orang yang pandai bersyukur, dan jadilah orang yang tidak lupa untuk bersyukur


(6)

(7)

(8)

viii

HUBUNGAN PARTISIPASI SISWA DI KOPERASI

SEKOLAH DAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA

DENGAN JIWA KEWIRAUSAHAAN PADA SISWA -

SISWI KELAS XI SMK NEGERI DI KABUPATEN

SLEMAN YOGYAKARTA

Chatarina Novi Sulistya Nugraheny Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan partisipasi siswa di koperasi sekolah dan tingkat pendidikan orang tua dengan jiwa kewirausahaan.

Penelitian ini adalah penelitian studi empiris yang dilaksanakan pada bulan Februari - April 2017. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMK Negeri di-Sleman Yogyakarta dengan jumlah 8.555 siswa. Sampel sebanyak 368 siswa dari SMK N 1 Godean, SMK N 2 Godean dan SMK N 1 Depok diambil dengan teknik Purpose Sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan teknik Chi-Square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Ada hubungan antara partisispasi siswa di koperasi sekolah dengan jiwa kewirausahaan. (Koefisien korelasi 0,329, signifikan 0,00 < 0,05). (2) Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan jiwa kewirausahaan, (Koefisien ayah 0,046, signifikan 0,384 > 0,05 dan koefisien ibu 0,056, signifikan 0,280 > 0,05).


(9)

ix

COOPERATIVE SCHOOL AND LEVEL OF EDUCATION OF PARENTS WITH THE SOUL OF ENTREPRENEURSHIP IN STUDENTS-STUDENTS OF CLASS XI STATE SMK IN SLEMAN

REGENCY, YOGYAKARTA

Chatarina Novi Sulistya Nugraheny Universitas Sanata Dharma

2017

This research aims to find out whether there is a relationship of participation of students in the school's cooperative and educational level of parents with the soul of entrepreneurship.

This research is an empirical research studies carried out from February-April 2017. The population of this research is the entire class XI student SMK Negeri in Sleman of Yogyakarta-with the number of 8,555 students. Sample as many as 368 students from SMK N 1 Godean, SMK N 2 Godean and SMK N 1 Depok taken with the technique of Sampling Purpose. Data were collected using a questionnaire and analyzed using Chi Square technique.

The results showed that: (1) there is a connection between the participation students in the school with the soul of cooperative entrepreneurship. (correlation of Coefficients is 0.329, significant 0.00 < 0.05). (2) there is no relationship between the level of education of parents with the soul of entrepreneurship, (Coefficient of father is 0.046, significant coefficient 0.05 > 0.384 and mother is 0.056, significant 0.280 > 0.05).


(10)

x

Puji Syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria, karena berkat dan kasih-Nya yang luar biasa sehingga skripsi ini yang berjudul Hubungan Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah Dan Tingkat Pendidikan Orang Tua Dengan Jiwa Kewirausahaan Siswa-Siswi Kelas XI SMK Negeri Di Kabupaten Sleman Yogyakarta dapat penulis selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skrisi ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

2. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

3. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Pendidikan Akunatnsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

4. Bapak Drs. Bambang Purnomo S.E., M. Si. Selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan waktu, sabar dalam mengarahkan, mengoreksi, dan memberikan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini;

5. Bapak dan Ibu selaku Dosen Penguji yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;


(11)

xi

Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan berbagai pengetahuan dan pengalamannya selama proses perkuliahan;

7. Ibu Theresia Aris Sudarsilah selaku staf sekretariat Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang telah membantu dalam kelancaran proses belajar dan administrasi kemahasiswaan;

8. Bapak dan Ibu tercinta Aloysius Suparman dan Irene Sutarti, yang tiada lelah memberikan semangat, kasih sayang, doa, nasihat, perhatian yang luar biasa dan dukungan secara moral maupun materil;

9. Kakak, adik, ponakan dan keluarga besar yang tiada telah memberikan semangat, kasih sayang, doa, nasihat, perhatian yang luar biasa dan dukungan secara moral maupun materil;

10. Arif Priyantama yang setia mendampingi, mendengar keluh kesahku, memberikan doa, dukungan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini;

11. Teman-teman Pendidikan Akuntasi 2013 atas kebersamaanya yang telah dilalui bersama semasa kuliah;

12. Teman - teman satu dosen bimbingan; Bagas, Cicil, Widya, Yeni, Wulan dan Septi semangat untuk lulus bersama-sama dan menjadi sukses;

13. Teman – teman gereja; OMK Santo Scharbell Machluf dan OMK Gunung Sempu 1, terima kasih telah memberikan semangat dan bantuan selama bersama;

14. Teman – teman sepermainan; Rara, Dita, Agnes, Gretha, Adit, Sisco, Adi, Aji, Dhisga, Kukuh, Mas Hendri, Ari, Jessica, Yessy, Julia, Gera, Teti, Nyoti, Febri, Michelle, Mandala, Ayu, Angling, Mas Hari dan seluruh teman – teman PAK 2013;

15. Teman – teman berkumpul; Ensa, Krisma, Lisa, Paskal, Laras, Wiun, Wijo, Michel, Hendra, dan Agung


(12)

(13)

xiii

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

MOTTO ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... viii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

DAFTAR GAMBAR ... xxi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 8

B. Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah ... 11

1. Pengertian Koperasi Sekolah ... 11


(14)

xiv

4. Modal Koperasi Sekolah ... 16

5. Partisipasi Siswa dalam Mengembangkan Kegiatan Koperasi Sekolah ... 17

C. Jiwa Kewirausahaan ... 21

1. Pengertian Jiwa Kewirausahaan ... 21

2. Pengembangan Jiwa Kewirausahaan ... 22

D. Kerangka Berfikir ... 31

1. Hubungan motivasi belajar kewirausahaan dengan jiwa kewirausahaan ... 31

2. Hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan jiwa Kewirausahaan ... 32

E. Paradigma Penelitian ... 34

F. Hipotesis ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 36

A. Jenis Penelitian ... 36

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

1. Tempat Penelitian ... 37

2. Waktu Penelitian ... 37

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 37

1. Subjek Penelitian ... 37

2. Objek Penelitian ... 37

D. Populasi dan Sampel ... 37

1. Populasi Penelitian ... 37

2. Sampel Penelitian ... 38

3. Teknik Pengambilan Sampel ... 40

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 40

1. Variabel Penelitian ... 40


(15)

xv

1. Kuesioner ... 44

2. Penyusunan Kuesioner ... 45

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 46

1. Uji Validitas Instrumen ... 46

2. Uji Reliabilitas Instrumen ... 50

H. Teknik Analisis Data ... 53

1. Teknik Deskripsi Data ... 53

2. Pengujian Hipotesis ... 56

3. Penarikan Kesimpulan ... 58

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 60

A. SMKN 1 Godean Sleman ... 60

B. SMKN 2 Godean Sleman ... 61

C. SMKN 1 Depok Sleman ... 62

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 64

A. Deskripsi Data ... 64

1. Deskripsi Responden Penelitian ... 64

2. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 65

a. Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah ... 65

b. Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 67

c. Jiwa Kewirausahaan ... 68

B. Analisis Data ... 70

Pengujian Hipotesis ... 70

a. Pengujian Hubungan Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah dengan Jiwa Kewirausahaan ... 70

b. Pengujian Hubungan Tingkat Pendidikan Orang Tua dengan Jiwa Kewirausahaan ... 72

C. Pembahasan ... 76

a. Hubungan Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah dengan Jiwa Kewirausahaan ... 76


(16)

xvi

dengan Jiwa Kewirausahaan ... 77

BAB VI PENUTUP ... 80

A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 81

C. Keterbatasan ... 85


(17)

xvii

Halaman

Tabel 3.1 Data Populasi Siswa SMK Negeri di Kabupaten Sleman .... 38

Tabel 3.2 Data SMK Negeri sebagai Sampel Penelitian ... 39

Tabel 3.3 Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah ... 42

Tabel 3.4 Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 43

Tabel 3.5 Jiwa Kewirausahaan ... 43

Tabel 3.6 Operasional Variabel Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah ... 45

Tabel 3.7 Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 46

Tabel 3.8 Jiwa Kewirausahaan ... 46

Tabel 3.9 Hasil Pengujian Validitas Variabel Partisipasi Siswa Di Koperasi Sekolah ... 48

Tabel 3.10 Hasil Pengujian Validitas Variabel Jiwa Kewirausahaan ... 49

Tabel 3.11 Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Koefisien Korelasi ... 51

Tabel 3.12 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah ... 52

Tabel 3.13 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 52

Tabel 3.14 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Jiwa Kewirausahaan ... 53

Tabel 3.15 Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe II ... 54

Tabel 3.16 Interprestasi Koefisien Korelasi ... 56

Tabel 5.1 Data Responden Berdasarkan Asal Sekolah ... 64

Tabel 5.2 Deskripsi Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah ... 65

Tabel 5.3 Nilai-nilai Statistik Variabel Partisipasi Siswa Di Koperasi Sekolah ... 66


(18)

xviii

Tabel 5.6 Nilai-nilai Statistik Variabel Jiwa Kewirausahaan ... 69 Tabel 5.7 Tabel Korelasi Spearman Hubungan Partisipasi Siswa

Di Koperasi Sekolah Dengan Jiwa Kewirausahaan ... 71 Tabel 5.8 Tabel Korelasi Spearman Tingkat Pendidikan Orang Tua

(Ayah) Dengan Jiwa Kewirausahaan ... 73 Tabel 5.9 Tabel Korelasi Spearman Tingkat Pendidikan Orang Tua


(19)

xix

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN ... 90

LAMPIRAN 2 DATA INDUK PENELITIAN ... 102

LAMPIRAN 3 UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ... 138

LAMPIRAN 4 HASIL UJI HIPOTESIS ... 146

LAMPIRAN 5 PENILAIAN ACUAN PATOKAN TIPE II ... 149

LAMPIRAN 6 DAFTAR TABEL STATISTIK DAN PERHITUNGAN r TABEL ... 153

LAMPIRAN 7 SURAT IJIN PENELITIAN ... 157


(20)

xx


(21)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di Indonesia, pengangguran merupakan salah satu masalah yang semakin memerlukan perhatian. Setiap tahun bahkan dalam hitungan hari, lulusan pendidikan dasar sampai tingkat pendidikan tinggi meluluskan generasi siap kerja, namun pada kenyataannya lulusan tersebut banyak yang tidak bekerja disebabkan minimnya lapangan pekerjaan di Indonesia. Perlu kita ketahui bahwa SDA di Indonesia sangat melimpah dan memiliki potensi untuk diciptakannya lapangan pekerjaan guna mengolah SDA yang ada di Indonesia. Dilain sisi ada negara yang hanya memiliki potensi SDA terbatas namun, negara tersebut bisa mengembangkan atau menciptakan lapangan pekerjaan dengan sendirinya. Lapangan pekerjaan yang ada di negara tersebut, tercipta dikarenakan masyarakat di negara itu memiliki jiwa kewirausahaan yang tinggi sehingga masyarakat bisa membuka lapangan pekerjaan secara mandiri.

Di Indonesia angka pengangguran terbanyak justru diciptakan oleh kelompok terdidik. Pada Agustus 2015, tingkat pengangguran terbuka menurut pendidikan didominasi oleh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 12,65 persen, disusul Sekolah Menengah Atas sebesar 10,32 persen, Diploma 7,54 persen, Sarjana 6,40 persen, Sekolah Menengah Pertama 6,22 persen, dan Sekolah Dasar ke bawah 2,74 persen. Pengangguran terjadi


(22)

karena perbandingan antara jumlah penawaran kesempatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lulusan atau penawaran tenaga kerja baru disegala level pendidikan (Saiman, 2009: 22). Data statistik pada bulan Februari 2016 yaitu sebanyak 7,02 juta orang dengan tingkat pengangguran terbuka sebesar 5,5% yang dapat dibandingkan dengan tahun sebelumnya mencapai 7,45 juta orang (5,81%) sehingga mengalami penurunan (Badan Pusat Statistik RI, 2016). Namun, jumlah pengangguran sebenarnya dapat diperkecil dengan keberanian membuka usaha - usaha baru atau berwirausaha. Berbagai upaya dilakukan untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan terutama merubah mindset para pemuda yang selama ini hanya berminat sebagai pencari kerja (job seeker) apabila kelak menyelesaikan sekolah atau kuliah mereka. Hal ini merupakan tantangan bagi pihak sekolah dan perguruan tinggi sebagai lembaga penghasil lulusan terdidik siap kerja.

Minat berwirausaha di Indonesia masih sangat rendah. Jumlah pelaku wirausaha di Indonesia hingga kini masih belum mencapai angka ideal yakni dua persen dari jumlah penduduk Indonesia. Data terkini dari Global Entrepreneurship Monitor (GEM) menunjukkan bahwa Indonesia baru mempunyai sekitar 1,65 persen pelaku wirausaha dari total jumlah penduduk 250 juta jiwa (kompas.com: Rabu, 30 Maret 2016 | 19:28 WIB).

Indonesia sebagai julukan negara dengan kekayaan alam yang sangat melimpah, namun sangat disayangkan masyarakat tidak dapat menikmati SDA yang ada tanpa bisa mengolahnya. Sehingga begitu banyak SDM yang


(23)

terdidik namun menganggur karena tidak memiliki skill dalam mengembangkan SDA yang dimiliki. Oleh karena itu, SDM yang terdidik di Indonesia semakin melimpah dengan lapangan pekerjaan yang terbatas. Keterbatasan tersebut yang harusnya menimbulkan pemikiran yang baru untuk membuka lapangan pekerjaan seperti berwirausaha. Niat dan kemauan itu harus dibangun sejak dini dan pendidikan dari dini. Misalnya, dibangun dengan adanya niat untuk membangun koperasi sekolah dan melibatkan siswa - siswi didalamnya secara bersama – sama sehingga secara tidak langsung jiwa kewirausahaan tersebut dapat muncul dalam diri anak – anak.

Kewirausahaan bisa ditempuh melalui lembaga pendidikan salah satunya adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang mempunyai peluang cukup besar untuk ikut serta dalam membangun sistem perekonomian dengan memanfaatkan tahap perkembangan remaja, mendidik siswa agar berminat menjadi wirausaha. Tahap perkembangan remaja akhir ditandai dengan adanya minat yang semakin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek (Sarwono, 2011:30). Proses kewirausahaan menuntut kemauan untuk mengambil resiko dengan penuh perhitungan sehingga dapat mengatasi rintangan untuk mencapai kesuksesan yang diharapkan. Pada umumnya, wirausahawan menggunakan kecerdikannya untuk memanfaatkan sumber daya yang terbatas. Kewirausahaan dapat diajarkan melalui pendidikan dan pelatihan. Pembekalan pengetahuan kewirausahaan kepada siswa-siswa SMK sangat perlu dilakukan. Semakin tinggi


(24)

pengetahuan kewirausahaan siswa SMK akan semakin terbuka wawasannya tentang kewirausahaan.

Selain dunia pendidikan dalam hal ini motivasi belajar, status sosial ekonomi orang tua juga sangat penting dalam menumbuhkan jiwa berwirausaha bagi para siswa. Dalam hal ini peneliti memfokuskan pada status sosial ekonomi yang mencakup tingkat pendidikan orang tua, tingkat pendapatan orang tua dan jenis pekerjaan orang tua. Pendidikan orang tua yang tinggi akan memberikan perhatian yang lebih mendalam kepada pendidikan anaknya. Hal ini akan membuat kesempatan anak untuk berwirausaha menjadi lebih tinggi, karena orang tua akan cenderung mendorong anak untuk berprestasi lebih banyak hal. Semangat untuk berprestasi inilah yang akan mendukung jiwa kewirausahaan. Sebaliknya, pada siswa dimana orang tuanya yang berpendidikan rendah ada kecenderungan siswa kurang termotivasi untuk berprestasi yang selanjutnya hal tersebut akan berdampak ada jiwa kewirausahaan siswa yang rendah. Pada orang tua siswa yang bependapatannya tinggi maka akan menumbuhkan jiwa kewirausahaan dibandingkan orang tuanya yang berpendapatan rendah. Hal ini disebabkan siswa akan mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan kecakapan berwirausaha karena ketersediaan sarana dan prasarana. Sebaliknya, siswa dimana orang tuanya yang berpendapatan rendah siswa akan mengalami keterbatasan saranan dan prasarana. Pada orang tua siswa yang memiliki pekerjaan wirausaha akan menumbuhkan jiwa kewirausahaan dibandingkan dengan orang tua yang


(25)

bekerja bukan sebagai wirausaha. Dalam hal ini siswa yang orang tuanya berwirausaha akan memberikan inspirasi kepada anaknya untuk menjadi wirausahawan karena wirausahawan telah mendarah daging pada anak sejak dini. Siswa akan terinsiprasi untuk berwirausaha karena melihat kesungguhan dan kerja keras orang tuanya. Siswa juga terinspirasi karena memang dilatih sejak kecil, diminta membantu mulai dari pekerjaan yang ringan atau mudah sampai yang rumit dan komplek. Sebaliknya orang tua siswa yang bukan wirausaha kurang memberikan pengetahuan mengenai wirausahaan dan orang tua cenderung mempunyai pola pikir agar anaknya menjadi PNS atau karyawan lebih aman daripada menjadi wirausahawan.

Jiwa kewirausahaan dapat ditanamkan dalam pribadi siswa tidak hanya ditinjau dari motivasi belajar dan status sosial ekonomi orang tua, namun salah satu tempat bagi seorang siswa untuk belajar menjadi seorang wirausahawan dapat juga ditempuh dengan cara ikut ambil bagian dalam kepengurusan koperasi di sekolah. Seperti yang kita ketahui bahwa sekolah merupakan salah satu penyelenggaraan pendidikan yang memiliki tanggungjawab terhadap perkembangan karakter seorang anak. Peran serta atau partisipasi siswa di koperasi sekolah sangatlah penting. Dengan adanya koperasi sekolah tersebut maka diharapkan siswa dapat berperan aktif dan ikut berpartisipasi dalam kelompok sekolah baik partisipasi dalam bidang usaha, partisipasi dalam bidang organisasi maupun partisipasi dalam permodalan koperasi sekolah. Siswa memegang peranan penting dalam perkembangan koperasi sekolah, maka dari itu perlu ditanamkan kesadaran


(26)

siswa untuk berpastisipasi aktif dalam koperasi sekolah. Melalui koperasi sekolah siswa-siswi belajar bagaimana membangun sikap tanggung jawab, kejujuran, dan integritas yang membuat mereka dipercaya oleh banyak orang, sikap – sikap tersebut merupakan cerminan dari jiwa kewirausahaan.

Untuk mengetahui hubungan jenis pendidikan orang tua dan partisipasi siswa di koperasi sekolah dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan pada siswa SMK, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DAN PARTISIPASI SISWA DI KOPERASI SEKOLAH DENGAN JIWA KEWIRAUSAHAAN SISWA – SISWI KELAS XI SMK NEGERI DI KABUPATEN SLEMAN”.

B. Batasan Masalah

Peneliti ini memfokuskan perhatian pada faktor yang mempengaruhi jiwa berwirausaha pada siswa. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya jiwa kewirausahaan pada siswa, namun dalam penelitian ini hanya akan meneliti tentang partisipasi siswa dikoperasi sekolah dan tingkat pendidikan orang tua.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah peneliti ini adalah sebagai berikut:


(27)

1. Apakah ada hubungan antara partisipasi koperasi disekolah dengan jiwa kewirausahaan siswa?

2. Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan jiwa kewirausahaan siswa?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara partisipasi koperasi disekolah dengan jiwa kewirausahaan siswa.

2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan jiwa kewirausahaan siswa.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap lembaga pendidikan terutama Sekolah Menengah Kejurusan (SMK) agar dapat semaksimal mungkin membekali siswa dengan ketrampilan dan kesiapan lulusannya untuk mampu bekerja dan menciptakan lapangan pekerjaan.


(28)

BAB II TINJAUAN TEORITIK

A. Tingkat Pendidikan Orang Tua

Dalam Ensiklopedi Pendidikan (Soegarda Purbakawatja dan Harahan, 1997:257), pendidikan adalah suatu perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuanya, pengalamanya, kecakapannya serta ketrampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkan agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah. Dapat pula dikatakan bahwa pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak kedala kedewasaan yang selalu diartikan memikul tanggung jawab moril dari segala perbuatanya.

a. Jenis Pendidikan

Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Untuk itulah terdapat bermacam-macam bentuk pendidian dengan sifat yang berbeda pula. Dalam reader Wens Tanlain (2004:31-32), pendidikan dapat diklasifikasikan dalam:

1) Pendidikan formal

Karakerristik pendidikan formal adalah

a) Peristiwa pendidikan direncanakan dan diatur secara khusus dan berjenjang;


(29)

b) Adanya persyaratan yang cukup ketat mengenai waktu pendidikan, isi pendidikan;

c) Penggunaan metode formal dan ada penilaian formal terhadap hasil.

2) Pendidikan informal

Karakteristik pendidikan informal adalah:

a) Peristiwa pendidikan tidak direncanakan dan diatur secara khusus;

b) Peristiwa pendidikan terpadu seiring dengan kehidupan sehari – hari;

c) Tidak menentukan waktu khusus untuk itu;

d) Tidak menggunakan metde formal dan tidak ada penilaian formal.

Menurut Philip H. Coombs (dalam Muri Yusuf 1983:61-63), pendidikan formal adalah pendidikan yang berstruktur, mempunyai jenjang atau tingkat, dalam periode waktu-waktu tertentu, berlangsung dari sekolah dasar sampai universitas dan tercakup disamping studi akademis umum, juga berbagai program khusus dan lembaga untuk latihan teknik profesional.

Pendidikan informal adalah suatu proses yang sesungguhnya terjadi seumur hidup yang karenanya setiap individu memperoleh sikap, nilai, ketrampilan, pengetahuan, dan


(30)

pengalaman sehari - hari dari pengaruh lingkunganya. Sedangkan nonformal adalah pendidikan (pada umumnya) diluar sekolah yang secara potensial dapat membantu dan menggantikan pendidikan formal dalam aspek-aspek tertentu. b. Tingkat pendidikan orang tua

Menurut Philip H. Coombs (dalam Muri Yusuf 1983:62) yang dimaksud dengan pendidikan formal adalah pendidikan yang berstruktur, mempunyai jenjang atau tingkat dalam periode waktu - waktu tertentu, berlangsung dari sekolah dasar sampai universitas dan tercakup disamping studi akademis umum, juga berbagai program khusus dan lembaga untuk teknis dan profesional.

Tingkat pendidikan formal yang telah dicapai akan membawa pengaruh yang luas pada kehidupan seseorang, yaitu bukan hanya berpengaruh pada tingkat penguasaan pengetahuan, tetapi juga berpengaruh pada jenjang pekerjaan, penghasilan, kekayaan, dan status dalam masyarakat.

Dari pendapat diatas, dapat ditarik suatu pengertian bahwa tingkat pendidikan orang tua adalah tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh orang tua dilembaga pendidikan formal.


(31)

B. Partisipasi siswa di koperasi sekolah 1. Pengertian Koperasi Sekolah

Koperasi sekolah adalah koperasi yang anggotanya para siswa atau murid - murid dari suatu sekolah yang fungsinya sebagai wadah untuk mendidik tumbuhnya kesadaran berkoperasi di kalangan anggota. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa koperasi sekolah yakni suatu perserikatan yang ada di sekolah dengan menjual kebutuhan ataupun keperluan belajar mengajar dengan harga relatif murah dan dikelola oleh semua warga sekolah tersebut. Jadi, pengelolaan koperasi sekolah merupakan kegiatan penataan koperasi sekolah antara lain proses merencana, mengatur, menilai segala sumber daya yang tersedia dalam suatu organisasi dengan memanfaatkan fasilitas yang ada untuk tujuan yang telah ditetapkan.

2. Tujuan Koperasi Sekolah

Tujuan pendirian koperasi sekolah adalah terwujudnya kesejahteraan anggota yang meliputi:

a) Mendidik menanamkan dan memelihara suatu kesadaran hidup gotong royong dan setia kawan serta jiwa demokrasi diantara para siswa;

b) Memupuk dan mendorong tumbuhnya kesadaran serta semangat berkoperasi serta wirausaha siswa;


(32)

berguna bagi para siswa untuk bekal terjun ke masyarakat; d) Menunjang program pembangunan pemerintah di sektor

perkoperasian melalui program pendidikan sekolah;

e) Membantu dan melayani pemenuhan kebutuhan ekonomi para siswa melalui pengembangan berbagai kegiatan usaha.

Sedangkan tujuan koperasi sekolah berdasarkan penanaman karakter yaitu:

a) Mendidik, menanamkan dan memelihara suatu kesadaran hidup bergotong royong dan setia kawan diantara murid;

b) Menumbuhkan jiwa kewirausahaan siswa;

c) Memelihara dan meningkatkan mutu pengetahuan dan keterampilan di bidang perkoperasian;

d) Menanamkan dan memupuk rasa tanggung jawab dan disiplin dalam hidup bergotong royong di dalam masyarakat;

e) Memelihara hubugan baik dan saling pengertian yang mendalam diantara sesama anggota koperasi sekolah;

f) Menanamkan rasa harga diri, kesamaan derajat dan menumbuhkan jiwa demokrasi serta membangkitkan sikap berani mengemukakan pendapat;

g) Sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan alat - alat sekolah; h) Sebagai sarana untuk belajar menerapkan prinsip ekonomi


(33)

3. Prinsip-prinsip Koperasi Sekolah

Prinsip-prinsip koperasi (cooperative principles) adalah ketentuan-ketentuan pokok yang berlaku dalam koperasi dan dijadikan sebagai pedoman kerja koperasi. Prinsip koperasi sekolah sendiri mengikuti prinsip koperasi pada umumnya. Berikut prinsip koperasi yang merupakan ciri khas dari koperasi yang terdapat dalam UU No. 25 tahun 1995:7 ;

a) Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka

Terdapat 2 makna “sifat sukarela” dalam keanggotaan koperasi yaitu: pertama, keanggotaan koperasi tidak boleh dipaksakan oleh siapapun, dan kedua, seorang anggota dapat mengundurkan diri dari koperasinya sesuai dengan syarat yang ditentukan dalam AD/ART koperasi.

b) Pengelolaan dilakukan secara demokratis

Prinsip pengelolaan secara demokratis didasarkan pada kesamaan hak suara bagi setiap anggota dalam pengelolaan koperasi. Dengan demikian demokrasi koperasi merupakan: pertama, pengelolaan koperasi dilakukan atas kehendak dan keputusan para anggota, dan kedua, anggota adalah pemegang dan pelaksana kekuasaan tertinggi dalam koperasi.

c) Pembagian SHU

Pembagian ini dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing - masing anggota Prinsip ini


(34)

mengandung makna bahwa: Pertama, Koperasi bukanlah badan usaha yang berwatak kapitalis sehingga SHU yang dibagi kepada anggota tidak berdasarkan modal yang dimiliki anggota dalam koperasinya, tetapi berdasarkan kontribusi jasa usaha yang diberikan anggota kepada koperasinya. Kedua, koperasi Indonesia tetap konsisten untuk mewujudkan nilai-nilai keadilan dalam kehidupan masyarakat.

d) Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal

Jasa atau bunga yang terbatas mengandung makna: Pertama, fungsi modal dalam koperasi bukan sekedar untuk mencari keuntungan (profit motive), akan tetapi dipergunakan untuk kemanfaatan anggota (benefit motive). Kedua, jasa yang terbatas berarti bahwa suku bunga atas modal dalam koperasi tidak melebihi suku bunga yang berlaku di pasar.

e) Kemandirian

Kemandirian pada koperasi dimaksudkan bahwa koperasi harus mampu berdiri sendiri dalam hal pengambilan keputusan usaha dan organisasi. Dalam kemandirian terkandung pula pengertian kebebasan yang bertanggungjawab, otonomi, swadaya, dan keberanian mempertanggungjawabkan segala tindakan / perbuatan sendiri dalam pengelolaan usaha dan organisasi. Dalam Undang- undang nomor 12 tahun 1967, prinsip ini dikemas dalam “Swadaya, Swakerta, dan


(35)

Swasembada” dan merupakan prinsip yang menggambarkan adanya percaya pada diri sendiri. Swadaya berarti kekuatan atau usaha sendiri, swakerta mengandung arti mengerjakan atau membuat sendiri, dan swasembada bermakna mencukupi dengan kemampuan sendiri.

f) Pendidikan perkoperasian

Keberhasilan koperasi sangat erat hubungannya dengan partisipasi aktif setiap anggotanya. Agar anggota koperasi berkualitas baik, berkemampuan tinggi, dan berwawasan luas, maka pendidikan adalah mutlak. Pendidikan perkoperasian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam mewujudkan kehidupan berkoperasi, agar sesuai dengan jati dirinya. Melalui pendidikan, anggota dipersiapkan dan dibentuk untuk menjadi anggota yang memahami serta menghayati nilai - nilai dan prinsip - prinsip serta praktik - praktik koperasi.

g) Kerjasama antarkoperasi

Kerjasama antarkoperasi dimaksudkan untuk saling memanfaatkan kelebihan dan menghilangkan kelemahan masing - masing, sehingga hasil akhir dapat dicapai secara optimal. Kerjasama tersebut diharapkan akan saling menunjang pendayagunaan sumberdaya sehingga diperoleh hasil yang optimal.


(36)

4. Modal Koperasi Sekolah

Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri dapat berasal dari sumber-sumber berikut: a) Simpanan Pokok

Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib dibayarkan oleh anggota koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.

b) Simpanan Wajib

Simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama yang wajib dibayar oleh anggota kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu, simpanan wajib tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan menjadi anggota. c) Dana Cadangan

Dana cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan sisa hasil usaha (SHU) yang dimaksudkan untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan.

d) Hibah

Hibah adalah sejumlah uang yang diperoleh koperasi yang berasal dari pemberian sukarela perorangan, kolektif atau lembaga.


(37)

e) Modal pinjaman dapat berasal dari: 1) Anggota

2) Koperasi lainnya dan atau anggota 3) Bank dan lembaga lainnya

5. Partisipasi Siswa dalam Mengembangkan Kegiatan Koperasi Sekolah a) Partisipasi

Partisipasi dapat di artikan sebagai suatu proses di mana sekelompok orang (anggota) menemukan dan mengimplementasikan ide - ide atau gagasan koperasi. Menurut K. Davis dalam buku kapan dan bilamana berkoperasi, partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi seseorang dalam kelompok yang mendorong dia untuk memberikan kontribusi dan ikut bertanggungjawab atas pencapaian tujuan - tujuan kelompok. Partisipasi adalah perencanaan dan pelaksanaan dari segala sesuatu yang terpusat pada kepentingan dan juga ikut memikul tanggungjawab sesuai dengan tingkat kemampuan dan kewajibannya.

Menurut Kartasapoetra (2003 : 27) berpendapat bahwa partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan. Istilah partisipasi dikembangkan untuk untuk mengembangkan peran serta (mengikutsertakan)


(38)

seseorang atau sekelompok orang dalam aktivitas tertentu.

Menurut Widiyanti (2002:199) partisipasi anggota dapat diukur dari kesediaan anggota untuk memikul kewajiban dan menjalankan hak keanggotaanya secara bertanggung jawab, maka partisipasi anggota dapat dikatakan baik. Akan tetapi, jika ternyata sedikit anggota yang menunaikan kewajiban dan melaksanakan haknya secara bertanggung jawab, maka partisipasi anggota dapat dikatakan buruk atau rendah.

Menurut Nirbito dalam Wijayanti (2009 : 49-50) partisipasi anggota dalam koperasi sangat luas yang meliputi partisipasi bidang organisasi, permodalan dan dalam bidang usaha, yakni sebagai berikut:

1) Partisipasi Anggota Dalam Bidang Organisasi

Partisipasi bidang organisasi ini menuntut anggota untuk ikut berperan aktif dalam kegiatan organisasi koperasi, misalnya:

 Menghadiri rapat anggota;

 Memajukan saran didalam atau diluar anggota kepada pengurus dan badan pemeriksa;

 Memilih atau dipilih menjadi anggota pengurus dan badan pemeriksa;


(39)

2) Partisipasi Anggota di Bidang Permodalan

Dalam hal ini berarti anggota dituntut untuk terlibat secara aktif dalam memenuhi kewajiban dan ikut serta melaksanakan kegiatan dibidang permodalan. Kewajiban ini bisa meliputi pembayaran simpanan anggota di koperasi seperti simpanan pokok dan simpanan wajib sedangkan kegiatan permodalan yang bukan merupakan keharusan anggota adalah simpanan sukarela.

3) Partisipasi Anggota dalam Bidang Usaha

Partisipasi ini menuntut keterlibatan aktif anggota dalam kegiatan yang bersangkut paut dengan aktifitas usaha koperasi. Misalnya:

 Meminjam atau menyimpan, untuk koperasi yang mempunyai unit usaha simpan pinjam;

 Membeli barang-barang di koperasi, untuk koperasi yang mempunyai unit usaha pertokoan;

 Menjual hasil pertaniannya, untuk koperasi yang bergerak dibidang pemasaran hasil produksi anggotanya.

Menurut Widiyanti (2002:200) beberapa indikasi yang muncul sebagai ciri - ciri anggota yang berpatisipasi baik adalah:


(40)

tertib dan teratur;

 Membantu modal koperasi disamping simpanan pokok dan wajib sesuai dengan kemampuan masing-masing;  Menjadi langganan koperasi yang setia;

 Menghadiri rapat dan pertemuan secara teratur;

 Menggunakan hak untuk mengawasi jalanya usaha koperasi menurut anggaran dasar dan anggaran rumah tangga peraturan-peraturan lainya.

Menurut Kartasapoetra (2003:13) partisipasi aktif anggota dapat diwujudkan dalam:

 Anggota berpartisipasi dalam memberikan konstribusi atau memberikan sumber-sumber dayanya;

 Anggota berpartisipasi dalam mengambil keputusan;  Anggota berpartisipasi dalam berbagai keuntungan. Jadi partisipasi siswa dalam berkoperasi adalah keikutsertaan siswa sebagai anggota dalam rangka kegiatan koperasi sekolah baik dalam bidang organisasi maupun bidang permodalan dan dalam bidang usaha koperasi. Berdasarkan penjelasan di atas jelas bahwa dengan adanya partisipasi siswa di koperasi sekolah diharapkan dapat memberikan sumbangan yang potensial terhadap koperasi sekolah agar dapat memainkan peranan untuk memenuhi kebutuhan siswa sebagai wahana yang tepat bagi siswa untuk belajar serta berupaya


(41)

mensejahterakan anggotanya.

C. Jiwa kewirausahaan

1. Pengertian kewirausahaan

Istilah kewirausahaan merupakan padanan kata dari entrepreneurship dalah bahasa Inggris. Kata entrepreneurship sendiri sebenarnya berawal dari bahasa Prancis yaitu ‘entreprende’ yang berarti petualang, pencipta, dan pengelola usaha. Istilah ini diperkenalkan pertama kali oleh Richard Cantillon (1755). Istilah ini makin populer setelah digunakan oleh pakar ekonomi J.B Say (1803) untuk menggambarkan para pengusaha yang mampu memindahkan sumber daya ekonomis dari tingkat produktivitas rendah ke tingkat yang lebih tinggi serta menghasilkan lebih banyak lagi (Rambat Lupiyoadi, 2004;1).

Coulter (2000;3) mengemukakan bahwa kewirausahaan sering dikaitkan dengan proses, pembentukan atau pertumbuhan suatu bisnis baru yang berorientasi pada perolehan keuntungan, penciptaan nilai, dan pembentuka produk atau jasa baru yang unik dan inovatif. Suryana (2003; 1) mengungkapkan bahwa dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Adapun inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melalui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang.


(42)

Menurut Hisrich-Peters (1998; 10) kewirausahaan diartikan sebagai berikut “entrepreneurship is the process of creating something different with value by develoting the necessary time and effort, assuming the accompanying financial, phychic, and social risk, and receiving the resulting rewards of monetary and personal satisfication and independence”. Kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu yang lain dengan menggunakan waktu dan kegiatan disertai modal dan risiko serta menerima balas jasa dan kepuasan serta kebebasan pribadi.

2. Pengembangan Jiwa kewirausahaan

Jiwa kewirausahaan seseorang disebut kuat bila memiliki: percaya diri (PD), inisiatif, disiplin dan kreatifitas yang kuat pula. PD tetap kuat bahkan berkembang bila aktifitas sesorang jarang gagal, bila pernah gagal maka kegagalan itu dipandang sebagai guru yang terbaik. Inisiatif diperkuat dengan memingat pepatah yang ada dimasyarakat yang bersifat mendorong bersikap kreatif, meniru teladan dan berdisiplin untuk berinisiatif. Kedisiplinan dapat terbentuk tanpa merasa terpaksa.

Karakter yang harus di miliki seorang wirausaha yang memiliki jiwa kepemimpinan wirausaha yaitu:


(43)

Keberanian adalah modal hakiki manusia. Seseorang yang mempunyai kemauan yang dapat dilakukan karena ia juga mempunyai kemampuan mewujudkan kemauan itu ialah benar adanya. Kalau mereka benar harus berani melakukannya walaupun hal ini berarti ia menembus ketidakpastian yang mengandung resiko. Dan berani mencoba karena mau dan mampu atau mampu dan mau adalah sebuah motivasi yang kuat dalam mewujudkan hakikat wirausaha yang merupakan modal utama dan hakikat yaitu keberanian untuk memulai untuk berwirausaha. Keberanian berwirausaha seseorang adalah untuk:

1) Menembus ketidakpastian; 2) Menanggapi peluang usaha;

3) Siap menghadapi resiko setelah melakukan perhitungan; 4) Mengambil keputusan yang cepat dan tepat.

b) Membangun tim yang baik (Good Team Leader)

Target penjualan dan biaya operasi merupakan komitmen pemimpin dan karyawan perusahaan yang mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk itu. Dukungan aspek administratif usaha melekat pada komitmen atas target yang akan dicapai oleh persahaan pada periode tertentu. Untuk mewujudkan komitmen perusahaan, mutlak diperlukan kebersamaan langkah semua karyawan yang dikendalikan oleh pemimpin perusahaan. Kebersamaan karyawan dalam intern perusahaan, mencerminkan


(44)

keterlibatan dan kontribusi tenaga dan pikiran seluruh karyawan dalam mewujudkan target perusahaan. Hubungan antara karyawan dan karyawan lainnya, maupun hubungan pemimpin perusahaan bersifat saling memberi dan menerima yang berorientasi pada target perusahaan yang telah dijabarkan pada rencana operasional jangka pendek. Kualitas kebersamaan karyawan dalam perusahaan, indikatornya adalah:

1) Terealisasinya rencanapenjualan dan keuangan;

2) Masalah yang timbul yang mengakibatkan rencana tidak dapat direalisasikan merupakan tanggung jawab bersama dalam ditindaklanjuti dengan komitmen solusi pencerahan sealigus merupakan kebijakan usaha perusahaan.

c) Berpikir dan berjiwa besar

Kebanyakan evaluasi diri terdiri atas perbuatan daftar metal yang panjang dari kesalahan seseorang, kekurangannya dan ketidakmampuan dirinya. Memang baik jika kita mengenali ketidakmampuan diri kita, karena hal ini memperlihatkan kepada kita, bidang – bidang yang masih dapat diperbaiki, akan tetapi jika kita hanya mengenal dari segi negatif diri kita, maka nilai dari diri kita akan semakin kecil. Pemikiran besar adalah ahli dalam menciptakan gambar yang positif, memandang ke depan, optimistik baik pikiran mereka sendiri maupun orang lain. Untuk


(45)

berpikir besar kita harus menggunakan bahasa atau yang menghasilkan citra atau gambar mental positif dan besar

d) Berani mengambil resiko

Resiko yang dihadapi oleh business firm dan rsiko yang dihadapi oleh keluarga yaitu:

Objective Risk

Ialah resiko yang terjadi secara alami yang sama bagi setiap orang dan cara mengatasinyapun sama.

Subjective Risk

Adalah resiko yang diperkirakan akan terjadi oleh setiap orang sebagai akibat dari Objective Risk.

Uncertainty

Adalah kesadaran orang akan adanya resiko dalam situasi tertentu, tetapi sulit untuk memperkirakan mana dari sekian akibat atau hasil yang terjadi. Tidak seperti halnya kemungkinan, ketidakpastian ini tidak dapat diukur dengan alat apapun yang dapat diterima.

 Reaksi terhadap resiko

Adalah reaksi seseorang atau tindakan seseorang dalam situasi yang tidak pasti. Reaksi orang terhadap resiko tidak sama, tergantung pada hal berikut:

- Jenis kelamin; - Pendidikan;


(46)

- Umur; - Intilegensi; - Kondisi ekonomi.

Kemauan dan kemampuan untuk mengambil resiko menempatkan salah satu nilai utama dalam kewirausahaan. Wirausaha yang tidak mau megambil resiko akan sukar memulai atau berinisiatif. Wirausaha akan lebih menyukai resiko yang seimbang (moderat). Sehingga keberanian untuk menanggung resiko yang menjadi nilai kewirausahaan adalah pengambilan resiko yang penuh dengan perhitungan dan realistik. Kepuasan yang besar diperoleh apabila berhasil dalam melaksanakan tugas – tugasnya secara realistik. Situasi resiko kecil dan tinggi dihidari karena sumber kepuasan tidak mungkn didapat dari masing – masing situasi. Artinya, wirausaha menyukai tantangan yang sukar namun dapat dicapai (Geoffrey G Meredith, 1996:37). Kemampuan untuk mengambil resiko ditentukan oleh:

- Keyakinan pada diri sendiri;

- Kesediaana untuk menggunakan kemampuan dalam mencari peluang dan kemungkinan untuk memperoleh keuntungan;


(47)

- Kemampuan untuk menilai situasi resiko secara realistik.

Having Mentor

Seorang mentor dapat mendorong aktivitas entrepreneurial adalah semangat dan kebebasan untuk mandiri dalam mendirikan usaha baru sehingga dimensi otonomi ini merupakan bagian yang sangat penting dari entrepreneurial.

 Pikiran yang terbuka (Open Mindel)

Orang yang terbuka terhadap pengalaman baru akan lebih siap untuk merespon segala peluang dan tanggap terhadap tantangan dan perubahan sosial. Orang yang terbuka terhadap ide – ide baru merupakan wirausaha yang invatif dan kreatif yang ditemukan dalam jiwa kewirausahaan. Dalam menggapai keberhasilan usaha pikiran kita harus terbuka untuk memperoleh masukan dan kritikan dari berbagai pihak. Masukan dan kritikan ini sebagai bahan koreksi, evaluasi, dan perbaikan atas langkah yang harus diambil dan sebagai bahan untuk mengambil keputusan

 Adanya kepercayaan (Trusted)

Kepercayaan diri merupakan suatu paduan sikap dan keyakinan seseorang dalam menghadapi tugas atau


(48)

pekerjaan (Soesarsono Wijandi, 1993:33). Dalam praktiknya sikap dan kepercayaan ini merupakan sikap dan keyakinan untuk memulai, melakukan, dan menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan yang dihadapi. Kepercayaan diri memiliki nilai keyakinan, optimis, individualis, dan ketidaktergantungan. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri cenderung memiliki keyakinan akan kemampuannya untuk mencapai suatu keberhasilan (Zimmerer 1996:7). Kepercayaan diri bersifat internal pribadi seseorang yang sangat realitf dan dinamis. Karakteristik kematangan seseorang adalah ia tidak tergantung pada orang lain, dia memiliki rasa tanggungjawab yang tinggi, objektif dan kritis. Dia tidak begitu saja menyerap pendapat atau opini orang lain, tetapi dia mempertimbangkan secara kritis. Emosionalnya boleh dikatakan stabil, tidak gampang tersinggung dan naik pitam serta tingkat sosialnya tinggi dan mau menolong orang lain.

 Kreatif

Kreativitas merupakan sekumpulan ide baik berupa pengetahuan maupun pengalaman yang berada dalam pikiran manusia yang kemudian digabungkan menjadi sesuatu hal yang sifatnya kreatif yang berguna baik pada dirinya maupun orang lain atau organisasi dalam situasi


(49)

atau kondisi yang tidak menentu. Oleh karena itu Hubeis (2005,13) menyatakan bahwa kreativitas adalah suatu pertimbangan subjektif dan berkonteks khusus mengenai segala sesuatu yang baru serta merupakan hasil dari perilaku secara individu maupun kolektif.

Ciri dari berpikir kreatif dan individu yang dikatakan kreatif diantaranya:

- Mencoba mengemukakan ide atau gagasan asli dengan membuat keterkaitan baru di antara hal-hal yang telah diketahui;

- Memerhatikan hal-hal yang tidak terduga;

- Mempertimbangkan karakteristik pribadi seperti fleksibilitas dan spontanitas dalam pemikiran;

- Kerja keras untuk membentuk gagasan sehingga orang lain dapat melihat nilai dalam dirinya;

- Tidak berpuas hati dengan hanya menghasilkan ide kreatif.

Terdapat pula ciri orang kreatif yang didasarkan pada pengembangan sejumlah kualitas pribadi seperti :

- Nilai intelektual dan artistik

Contoh nilai intelektual dan artistic seperti membaca buku bermutu;


(50)

Hal ini ditunjukkan dari ketertarikan pada usaha menjelajahi masalah sulit dan rumit untuk mendapatkan solusi dan memahami masalah tersebut;

- Kepedulian pada pekerjaan dan pencapaian

Dalam hal ini ditunjukan oleh disiplin diri yang berkaitan dengan perkejaan, motivasi yang tinggi, serta peduli terhadap usaha mencapai keunggulan;

- Ketekunan

Orang yang kreatif biasanya mempunyai tekad keras untuk mencapai tujuan dan mengklasifikasikan serta memecahkan masalah di tempat kerja, mempunyai keyakinan kuat akan kekuatan dan ketrampilan yang mendukung tekadnya;

- Pemikiran mandiri

Orang yang kreatif dan inovatif menunjukkan kemandirian dalam membuat keputusan meski diantaranya ada kecenderungan menyesuaikan diri dengan pandangan mayoritas atau yang mempunyai kedudukan yang lebih tinggi;

- Toleransi terhadap keraguan

Orang kreatif merespon secara positif terhadap situasi yang dianggap meragukan atau tidak menentu;


(51)

- Otonomi

Cenderung mengandalkan diri sendiri dan kurang bergantung kepada orang lain, termasuk membutuhkan kebebasan;

- Kepercayaan diri

Biasanya yakin akan kemampuan yang dimiliki; - Kesiapan mengambil resiko

Biasanya lebih cenderung siap mengambil resiko dengan ide-ide baru serta mencoba cara baru meski kondisi lingkungan atau orang yang berada di sekitarnya kurang mendukung.

D. Kerangka Berfikir

a. Hubungan partisipasi siswa di koperasi sekolah dengan jiwa kewirausahaan.

Partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi seseorang dalam kelompok yang mendorong dia untuk memberikan kontribusi dan ikut bertanggungjawab atas pencapaian tujuan - tujuan kelompok. Partisipasi adalah perencaanaan dan pelaksanaan dari segala sesuatu yang terpusat pada kepentingan dan juga ikut memikul tanggungjawab sesuai dengan tingkat kemampuan dan kewajibannya.

Partisipasi siswa dikoperasi sekolah dapat terlihat dalam keterlibatannya sebagai anggota pengurus di koperasi sekolah,


(52)

keterlibatannya dalam menghadiri rapat anggota, keterlibatannya dalam pengambilan keputusan, keterlibatannya dalam mengawasi jalannya organisasi dan usaha koperasi, kontribusinya dalam menjual ataupun membeli barang di koperasi sekolah, kontribusinya dalam menghitung keuntungan yang diperoleh selama penjualan, dan lain sebagainya.

Partisipasi siswa dalam koperasi sekolah yang telah disebutkan di atas tanpa disadari akan membentuk kebiasaan diri yang positif dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaannya, karena siswa sudah mulai dilatih dalam mengembangkan dirinya dalam mengelola suatu usaha yang berguna dan bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain.

Hal tersebut dapat terlihat dari bagaimana si anak itu berani bertindak dalam keikutsertaannya dalam koperasi sekolah baik secara individu maupun secara tim, keberaniannya untuk mengambil suatu resiko yang akan dihadapi dengan pemikiran dan wawasan yang terbuka, memiliki kepercayaaan diri yang tinggi untuk dirinya dan memiliki ide kreatif dan inovatif untuk mengembangkan kewirausahaan yang lebih baik dan maju.

Dari peneliti terdapat indikasi adanya hubungan antara partisipasi siswa di koperasi sekolah dengan jiwa kewirausahaan.

b. Hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan jiwa kewirausahaan. Soekanto (2003) “Pendidikan merupakan suatu alat yang akan membina dan mendorong seseorang untuk berfikir secara rasional


(53)

maupun logis, dapat meningkatkan kesadaran untuk menggunakan waktu sebaik-baiknya (seefektif dan seefisien mungkin) dengan menyerap banyak pengalaman mengenai keahlian dan ketrampilan sehingga menjadi cepat tanggap terhadap gejala - gejala sosial yang terjadi”.

Setiap orang memiliki tingkat pendidikan yang berbeda-beda, ada yang memiliki pendidikan tingkat SD, SMP, SMA / SMK, S1, S2, dan S3. Tingkat pendidikan seseorang menentukan seberapa besar ilmu dan keahlian seseorang yang telah didapatkan selama menjalani pendidikannya dibangku sekolah maupun dibangku kuliah. Seseorang yang hanya memiliki pendidikan sebatas pada tingkat SMP akan berbeda dengan mereka yang pendidikannya pada tingkat SMA / SMK, seseorang yang pendidikannya sebatas pada tingkat SMA / SMK akan berbeda dengan mereka yang pendidikannya pada tingkat S1, begitupun seterusnya. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi biasanya memiliki pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan rendah. Begitupun pengetahuan mengenai kewirausahaan, karena biasanya pengetahuan mengenai kewirausahaan diajarkan pada saat memasuki pendidikan tingkat SMA / SMK maupun di bangku perkuliahan.

Seorang anak yang memiliki orang tua dengan pendidikan yang tinggi, pastinya akan dibimbing dan dibina oleh orangtuanya dalam menata masa depannya. Begitupun sebaliknya, anak yang lahir dari


(54)

keluarga / orang tua yang tidak memiliki pendidikan yang tinggi pastinya juga akan dibimbing dalam menata masa depannya walaupun dengan cara dan perlakukan yang berbeda dibandingkan dengan orang tua yang memiliki pendidikan yang tinggi. Dalam hal ini, akan terlihat bahwa tingkat pendidikan orangtua akan memiliki hubungan terhadap perkembangan seorang anak, dalam penelitian ini difokuskan pada hubungan tingkat pendidikan orang tua dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan pada seorang anak.

E. Paradigma Penelitian

Berdasarkan pada deskripsi dan kerangka berpikir di atas, maka dibuat paradigma penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.1 Paradigma Penelitian

Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah

(X1)

Tingkat Pendidikan Orang Tua

(X2)

Jiwa Keiwirausahaan


(55)

Melalui diagram 2.1, maka dapat diketahui bahwa ada hubungan antara partisipasi siswa di koperasi sekolah (X1) dan tingkat pendidikan orang tua (X2) dengan jiwa kewirausahaan (Y).

F. Hipotesis

Hipotesis adalah sebuah kesimpulan sementara yang belum final dan masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis dalam pengertian ini merupakan perumusan jawaban atas dugaan sementara terhadap pernyataan yang diajukan dalam rumusan masalah, sehingga hipotesis ini harus di uji atau dibuktikan kebenarannya berdasarkan kerangka berpikir diatas melalui pengumpulan data dan analisa data. Berdasarkan permasalahan dan kerangka teoritik yang disajikan dalam penelitian, maka perumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut:

a. Hipotesis I

tidak ada hubungan antara partisipasi siswa di koperasi sekolah dengan menumbuhkan jiwa kewirausahaan.

ada hubungan partisipasi siswa di koperasi sekolah dengan menumbuhkan jiwa kewirausahaan.

b. Hipotesis II

tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan menumbuhkan jiwa kewirausahaan.

ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan menumbuhkan jiwa kewirausahaan.


(56)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian korelasional. Penelitian korelasi atau korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variabel (Faenkel dan Wallen, 2008:328). Adanya hubungan dan tingkat variabel ini penting karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian. Jenis penelitian ini biasanya melibatkan ukuran statistik / tingkat hubungan yang disebut dengan korelasi (Mc Millan dan Schumacher, dalam Syamsuddin dan Vismaia, 2009:25).

Penelitian ini menjelaskan tentang Hubungan Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah Dan Tingkat Pendidikan Orang Tua Dengan Jiwa Kewirausahaan Siswa – Siswi Kelas XI SMK Negeri di Kabupaten Sleman Yogyakarta.


(57)

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat

Lokasi penelitian adalah di seluruh SMK Neger 1 Depok, SMK Negeri 1 Godean dan SMK Negeri 2 Godean di Kabupaten Sleman.

2. Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai April 2017.

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK Negeri. 2. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah partisipasi siswa di koperasi sekolah dan tingkat pendidikan orang tua dengan jiwa kewirausahaan.

D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi penelitian

Menurut Sangadji, Etta Mamang (2010:185), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: subyek atau obyek dengan kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda - benda alam lain. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa - siswi


(58)

SMK Negeri se - kabupaten Sleman. jumlah populasi penelitian ini adalah 8555 siswa. Berikut merupakan rincian dari data sekolah – sekolah adalah:

Tabel 3.1

Data Populasi Siswa SMK Negeri di Kabupaten Sleman

No Nama Sekolah Status Jumlah Siswa

1 SMK N 1 Cangkringan Negeri 923

2 SMK N 1 Depok Negeri 848

3 SMK N 2 Depok Negeri 2073

4 SMK N 1 Godean Negeri 947

5 SMK N 2 Godean Negeri 624

6 SMK N 1 Kalasan Negeri 1073

7 SMK N 1 Sayegan Negeri 1216

8 SMK N 1 Tempel Negeri 851

Total 8.555

2. Sampel

Menurut Sangadji, Etta Mamang dan Sopiah (2010:186), sampel adalah bagaian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah siswa-siswi kelas XI SMK Negeri 1 Depok, SMK Negeri 1 Godean dan SMK Negeri 2 Godean jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 368. Menurut Sukardi (2016:55) untuk menentukan jumlah sampel ditentukan berdasarkan rumus formula empiris yaitu sebagai berikut:


(59)

Keterangan:

S = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

= nilai tabel chisquare untuk satu derajad kebebasan reltif level konfiden yang diinginkan = 3,841 tingkat kepercayaan 0,95.

P = Proporsi populasi sebagai dasar asumsi pembuatan tabel. Harga ini diambil P = 0,50.

d = derajat ketepatan yang direfleksikan oleh kesalahan yang dapat ditoleransi dalam fluktuasi proporsi sampel P, d umumnya diambil 0,05.

Berikut merupakan perhitungan sampel sebagai berikut:

= 367,6369139 = 368 Pembulatan

Tabel 3.2

Data SMK Negeri sebagai Sampel Penelitian

No Nama Sekolah Status Jumlah Siswa

2 SMK N 1 Depok Negeri 117

4 SMK N 1 Godean Negeri 101

5 SMK N 2 Godean Negeri 150


(60)

3. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah dengan menggunakan teknik purporsive sampling, yaitu anggota yang diambil sudah ditentukan sesuai dengan keperluan penelitian dan mengabaikan peluang anggota lain dari anggota populasi yang tidak dipilih (Suharsimi Arikuntoro, 2002:117). Sampel yang diambil adalah seluruh siswa-siswi kelas XI jurusan pemasaran, akuntansi, busana dan boga di SMK N 1 Depok, SMK N 1 Godean dan SMK N 2 Godean.

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya 1. Variabel Penelitian

Menurut Muhadi (2011:21), variabel adalah konsep yang diberi lebih dari satu nilai. Setelah mengemukakan beberapa proporsi berdasarkan konsep dan teori tertentu, peneliti perlu menentukan variabel-variabel penelitian dan selanjutnya merumuskan hipotesis berdasarkan hubungan antar variabel. Disamping berfungsi sebagai pembeda, variabel-variabel juga berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain. dalam penelitian ini terdapat dua variabel pokok yaitu Variabel bebas (Independent variable) dan variabel terikat (Dependent variable).


(61)

a. Variabel bebas (Independent variable)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (Muhadi, 2011:22). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah partisipasi siswa dikoperasi sekolah (X1) dan tingkat pendidikan orang tua (X2)

b. Variabel terikat (Dependent variable)

Variabel terikat merupakan variable yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Muhadi, 2011:22). Variable terikat dari penelitian ini adalah jiwa kewirausahaan Y.

2. Pengukuran Variabel

Variabel partisipasi siswa di koperasi sekolah (X1), tingkat pendidikan orang tua (X2 ) dan jiwa kewirausahaan (Y) merupakan variabel interval dan diukur dengan menggunakan skala Likert. Menurut Sugiyono (2014: 168) skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang/kelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator


(62)

variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item - item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Skala Likert yang digunakan telah dimodifikasi yaitu disediakan dalam empat opsi jawaban yang bervariasi untuk setiap pertanyaan. Berikut penskoran setiap variabel:

a. Variabel partisipasi siswa di koperasi sekolah yang terdiri dari partisipasi dalam keanggotaan koperasi dan partisipasi dalam keterlibatan aktif siswa di koperasi sekolah. Adapun penentuan skor dalam opsi jawaban sebagai berikut:

Tabel 3.3

Partisipasi siswa di Koperasi Sekolah Partisipasi dalam keanggotaan koperasi

Kriteria Jawaban Skor

a. 4

b. 3

c. 2

d. 1

Partisipasi dalam keanggotaan koperasi

Kriteria Jawaban Skor

a. 4

b. 3

c. 2


(63)

b. Variabel jenis pendidikan orang tua dapat diukur menggunakan kuesioner. Adapun penentuan skor dalam opsi jawaban sebagai berikut:

Tabel 3.4

Jenis Pendidikan Orang Tua

Jenis pendidikan orang tua Skor

a. Tamatan Sarjana / akademik 4

b. Tamatan SMA / SMK 3

c. Tamatan SMP 2

d. Tamatan SD 1

c. Variabel jiwa kewirausahaan yang terdiri dari percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil, pengambilan resiko, kepemimpinan, kerja keras, dan kreatif dan inovatif,. Adapun penentuan skor dalam opsi jawaban sebagai berikut:

Tabel 3.5 Jiwa Kewirausahaan

Percaya Diri

Kriteria Jawaban Skor

a. 4

b. 3

c. 2

d. 1

Pengambilan resiko

Kriteria Jawaban Skor

a. 4

b. 3

c. 2


(64)

Kepemimpinan

Kriteria Jawaban Skor

a. 4

b. 3

c. 2

d. 1

Kerja Keras

Kriteria Jawaban Skor

a. 4

b. 3

c. 2

d. 1

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Kuesioner

Menurut Muhadi (2011: 40) kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti. Menurut Sugiyono (2008:142) kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Arikunto, Suharsimi (2013:151) angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui. Dipandang dari cara menjawabnya angket dibedakan menjadi dua yaitu angket bentuk terbuka dan angket bentuk tertutup. Dipandang dari jawaban yang diberikan dibagi menjadi dua, yaitu angket yang bersifat langsung dan angket yang bersifat tidak langsung. Dalam penelitian ini


(65)

pengumpulan data menggunakan bentuk tertutup dan bersifat langsung karena responden tinggal memilih jawaban yang dianggap sesuai dengan pendapatnya. Dalam penelitian ini, kuisoner dilakukan untuk pengumpulan data tentang partisipasi siswa di koperasi dan tingkat pendidikan orang tua dengan jiwa kewirausaan. Kuesioner diberikan kepada responden berupa daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya dan responden memberikan jawaban pada kolom yang telah disediakan dengan memberi tanda (X) pada jawaban yang sesuai.

2. Penyusunan Kuesioner

Agar kuesioner yang dibagikan kepada responden dapat memberikan gambaran mengenai jiwa kewirausahaan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMK) se - Sleman, maka terlebih dahulu dibuat kisi - kisi penyusunan kuesioner. Penyusunan kisi - kisi dilakukan untuk memperoleh kuesioner yang memiliki validitas kountruk dan validitas isi, adapun kisi - kisi kuesioner sebagai berikut:

Tabel 3.6

Operasional Variabel Partisipasi Siswa dikoperasi Pernyataan masuk di lampiran

VARIABEL INDIKATOR Item

Positif Negatif Partisipasi siswa di

koperasi sekolah

Partisipasi dalam keanggotaan koperasi

1,2,3,4,5,6

Partisipasi dalam keterlibatan aktif siswa di koperasi sekolah


(66)

Tabel 3.7

Jenis Pendidikan Orang Tua

VARIABEL INDIKATOR Item

Positif Negatif Jenis Pendidikan

Orang tua

Jenis pendidikan orang tua 1,2

Tabel 3.8

Operasional Variabel Jiwa Kewirausahaan

VARIABEL INDIKATOR Item

Positif Negatif

Jiwa Kewirausahaan Percaya diri 1,2 3

Berorientasi pada tugas dan hasil

4 5

Pengambilan resiko 6 7

Kepemimpinan 8,9,10 11

Kerja keras 12,13

Kreatif dan inovatif 14,15,16,17, 18

c. Teknik Pengujian Instrumen Penelitian

1. Uji Validitas Instrumen

Uji validitas tes adalah tingkat sesuatu tes mampu mengukur apa yang hendak diukur. Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Jadi validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan suatu instrumen. Suatu kuesioner


(67)

dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.

Untuk menguji kesalahan setiap butir pertanyaan dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor tiap butir dengan skor total. Rumus yang digunakan untuk nilai adalah korelasi Product Moment dari Pearson (Arikunto, 2006: 170) sebagai berikut:

Keterangan :

r = koefisien korelasi antara variabel X dengan Y n = jumlah responden

x = skor total dari setiap item y = skor total dari seluruh item

Pengujian validitas alat ukur dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS versi 20.0 for Windows dengan cara melihat nilai korelasi (person corellation) adalah positif, dan nilai probabilitas korelasi[ sig. (2-tailed)]  taraf signifikan () sebesar 0,05.


(68)

a. Hasil Pengujian Validitas Variabel Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah

Ada sebanyak sebelas (11) butir soal yang diujikan pada pengujian ini. Berikut merupakan rangkuman uji validitas partisipasi siswa di koperasi sekolah:

Tabel 3.9

Hasil Pengujian Validitas Variabel Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah

Item Soal R Hitung R Tabel Keterangan

P1 0,606 0,1031 Valid

P2 0,701 0,1031 Valid

P3 0,518 0,1031 Valid

P4 0,540 0,1031 Valid

P5 0,605 0,1031 Valid

P6 0,478 0,1031 Valid

P7 0,526 0,1031 Valid

P8 0,259 0,1031 Valid

P9 0,433 0,1031 Valid

P10 0,524 0,1031 Valid

P11 0,324 0,1031 Valid

Dari tabel menunjukkan bahwa sebanyak sebelas item soal valid. Pengambilan kesimpulan ini dilakukan dengan membandingkan nilai dengan pada taraf signifikansi 0,05. Jika > maka soal dikatakan valid, begitu juga sebaliknya. Pada pengujian ini diketahui bahwa dengan jumlah responden 368 siswa.


(69)

b. Hasil Pengujian Validitas Variabel Jiwa Kewirausahaan

Ada sebanyak lima belas (15) butir soal yang diujikan pada pengujian ini. Berikut merupakan rangkuman uji validitas status pendidikan orang tua:

Tabel 3.10

Hasil Pengujian Validitas Variabel Jiwa Kewirausahan

Item Soal R hitung R table Keterangan

JK1 0,378 0,1031 Valid

JK2 0,253 0,1031 Valid

JK3 0,526 0,1031 Valid

JK4 0,480 0,1031 Valid

JK5 0,390 0,1031 Valid

JK6 0,458 0,1031 Valid

JK7 0,501 0,1031 Valid

JK8 0,361 0,1031 Valid

JK9 0,323 0,1031 Valid

JK10 0,512 0,1031 Valid

JK11 0,336 0,1031 Valid

JK12 0,396 0,1031 Valid

JK13 0,378 0,1031 Valid

JK14 0,442 0,1031 Valid

JK15 0,345 0,1031 Valid

Dari tabel menunjukkan bahwa sebanyak lima belas item soal valid. Pengambilan kesimpulan ini dilakukan dengan membandingkan nilai dengan pada taraf signifikansi 0,05. Jika > maka soal dikatakan valid, begitu juga sebaliknya. Pada pengujian ini diketahui bahwa


(70)

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas adalah alat ukur untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

Menurut Siregar (2013: 55) reliabilitas adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama pula. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan Alpha Chrobach (Siregar,2013: 58).

Keterangan:

= reliabilitas instrument K = jumlah soal

= jumlah varians butir = varian total

Sedangkan untuk mendapatan varian digunakan rumus sebagai berikut:


(71)

Keterangan:

= Varian skor butir

= Jumlah kuadrat skor butir

= jumlah skor butir = banyaknya siswa

Selanjutnya nilai diinterpretasikan dengan pedoman sebagai berikut:

Tabel 3.11

Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

Koefisien Korelasi Interpretasi

0,800 – 1,000 Sangat Tinggi

0,600 – 1,799 Tinggi

0,400 – 0,599 Cukup

0,200 – 0,399 Rendah

0,000 – 0,199 Sangat Rendah

(Sugiyono, 2011: 242)

Pengujian reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS versi 20.0 for Windows dengan cara setelah diperoleh hasil pengujian validitas (dimana nilai r hitung untuk semua butir yang valid pada pengujian sebelumnya nilai Correctet Item-Total Correlation > nilai r tabel, maka dapat dilanjutkan pengujian reliabilitas. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan melihat nilai alpa cronbach > 0,6, maka kuesioner tersebut reliabel. Dengan data sebanyak 368 siswa dengan dk = 366 (368-2)


(72)

menunjukkan nilai r table – 0,1031. Berikut hasil rangkuman uji reliabilitas instrument:

Tabel 3.12

Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah

Reliability Statistics Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items

N of Items

.829 .827 11

Dari hasil tabel 3.12 dapat diketahui hasil uji reliabilitas instrument partisipasi siswa di koperasi sekolah dengan Rhitung adalah 0,829 dan Rtabel adalah 0,6 maka variable partisipasi siswa di koperasi sekolah dapat disimpulkan bahwa bersifat reliable karena RHitung > Rtabel yaitu 0,829 > 0,6.

Tabel 3.13

Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tingkat Pendidikan Orang Tua

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items N of Items

,724 ,724 2

Dari tabel 3.13 ddidapat hasil uji reliabilitas instrument penelitian variable tingkat pendidikan orang tua dengan Rhitung adalah 0,724 dan Rtabel adalah 0,6 maka variable tingkat pendidikan orang tua dapat


(73)

disimpulkan bahwa bersifat reliable karena RHitung > Rtabel yaitu 0,724 > 0,6.

Tabel 3.14

Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Jiwa Kewirausahaan Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items N of Items

,774 ,787 15

Dari tabel 3.14 di dapat hasil uji reliabilitas instrument penelitian variable jiwa kewirausahaan dengan Rhitung adalah 0,787 dan Rtabel adalah 0,6 maka variable jiwa kewirausahaan dapat disimpulkan bahwa bersifat reliable karena RHitung > Rtabel yaitu 0,787 > 0,6.

d. Teknik Analisis Data

1. Teknik Deskripsi Data

Analisis data deskriptif yaitu analisis data dengan menggunakan statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah fase statistika dimana hanya berusaha melukiskan dan menganalisis kelompok data tanpa membuat atau menarik kesimpulan tentang populasi atau kelompok yang lebih besar (Sudjana, 1996;7). Statistik deskriptif juga dapat dikatakan sebagai statisik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau


(74)

memberikan gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data dan sampel atau populasi sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum (Sugiyono, 2005;21).

Pada bagian ini peneliti akan mendeskripsikan data dalam bentuk distribusi frekuensi dan statistika yang akan diinterpretasikan secara kualitatif. Untuk mendeskripsikan data penelitian menggunakan Penelitian Acuan Patokan (PAP) tipe II. Berikut adalah tabel PAP tipe II (Masidjo, 1995: 157):

Tabel 3.15

Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe II

Tingkat Penguasaan Kompetensi Kategori Kecenderungan Variabel

81% - 100% Sangat Baik

66% - 80% Baik

56% - 65% Cukup

46% - 55% Tidak Baik

Dibawah 46% Sangat Tidak Baik

PAP tipe II umumnya merupakan cara untuk menghitung prestasi siswa dengan skor minimal 0 dan skor maksimal 10. Namun data penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya dengan skor terendah 1 dan skor tertinggi 4, maka untuk mendeskripsikan kategori kecenderungan variabel partisipasi siswa di koperasi sekolah dan jiwa kewirausahaan harus menentukan skor interval dengan memodifikasi skor interval dengan memodifikasi rumus PAP tipe II dengan rumus:

Skor terendah yang mungkin dicapai + {nilai persentase x (skor tertinggi yang mungkin dicapai – skor terendah yang mungkin


(75)

dicapai)}. Berikut ini adalah perhitungan kategori kecenderungan untuk masing-masing variabel penelitian:

a. Variabel Partisipasi Siswa di Koperasi Sekolah Jumlah pertanyaan = 11 ; jumlah opsi = 4 Skor maksimal = 4 ; skor terendah = 1 Skor tertinggi yang mungkin dicapai : 4 x 11 = 44 Skor terendah yang mungkin dicapai : 1 x 11 = 11

Perhitungan rentang skor untuk variabel partisipasi siswa di koperasi sekolah:

Kategori Sangat Tinggi : 11 + 81% (44 – 11) = 38 - 44 Kategori Tinggi : 11 + 66% (44 – 11) = 33 - < 37 Kategori Sedang : 11 + 56% (44 – 11) = 29 - < 32 Kategori Rendah : 11 + 46% (44 – 11) = 26 - < 28 Kategori Sangat Rendah : 11 + 0% (44 – 12) = 11 - < 25

b. Variabel Jiwa Kewirausahaan

Jumlah pertanyaan = 15 ; jumlah opsi = 4 Skor maksimal = 4 ; skor terendah = 1 Skor tertinggi yang mungkin dicapai : 4 x 15 = 60 Skor terendah yang mungkin dicapai : 1 x 15 = 15

Perhitungan rentang skor untuk variabel jiwa kewirausahaan: Kategori Sangat Tinggi : 15 + 81% (60 – 15) = 51 - 60 Kategori Tinggi : 15 + 66% (60 – 15) = 44 - < 50


(76)

Kategori Sedang : 15 + 56% (60 – 15) = 40 - < 43 Kategori Rendah : 15 + 46% (60 – 15) = 35 - <39 Kategori Sangat Rendah : 15 + 0% (60 – 15) = 15- < 34 2. Pengujian Hipotesis

Ketika kita ingin mengetahui ada tidaknya hubungan dua pasangan dapat digunakan teknik pengujian korelasi. Kadar hubungan dinyatakan dalam indeks koefisien korelasi. Indeks berada di antara bilangan -1 sampai +1. Bilangan negative menunjukkan korelasi negative yang berarti berbanding terbalik. Sedangkan bilangan positif menunjukkan arah berbanding lurus atau korelasi positif. Makna yang terkandung dalam korelasi positif menunjukkan arah yang sama (Margono, 2002:207).

Tabel 3.16

Interprestasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,000 – 0,200 Sangat Rendah

0,200 – 0,400 Rendah

0,400 – 0,600 Agak Rendah

0,600 – 0,800 Cukup

0,800 – 1,00 Tinggi

Dalam pengujian ini digunakan taraf signifikansi 5%, jika nilai probabilitasnya < 0,05, maka hubungan korelasi tersebutsignifikan, begitu juga sebaliknya.


(77)

Pengujian hipotesis ini diuji menggunakan Korelasi Product Moment. Teknik ini digunakan untuk mengetahui hubungan partisipasi siswa di koperasi sekolah dan tingkat pendidikan orang tua dengan jiwa kewirausahaan. Langkah – langkah yang harus dilakukan untuk menguji hipotesis adalah:

1) Rumusan Hipotesis a) Hipotesis I

tidak ada hubungan antara partisipasi siswa di koperasi sekolah dengan jiwa kewirausahaan. ada hubungan partisipasi siswa di koperasi sekolah

dengan jiwa kewirausahaan.

b) Hipotesis II

tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan jiwa kewirausahaan.

ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan jiwa kewirausahaan.

2) Pengujian Hipotesis


(78)

Keterangan:

r = koefisien korelasi antara variable X dengan variable Y

n = jumlah responden

x = skor total dari setiap item

y = skor total dari seluruh item

3) Interprestasi Koefisien Korelasi

Untuk memberikan interprestasi terhadap tinggi rendahnya hubungan, maka digunakan pedoman untuk memberikan interprestasi terhadap koefisien korelasi sesuai dengan table. Dalam pengujian ini digunakan taraf signifikansi 5%, jika nilai probabilitasnya < 0,05 maka hubungan korelasi tersebut signifikan, begitu juga sebaliknya.

3. Penarikan Kesimpulan

Jika nilai > 0,05 maka Ho diterima dan sebaliknya jika <= 0,05 maka Ho ditolak. Setelah membandingkan nilai probabilitas, maka langkah selanjutnya adalah menginterpretasikan nilai koefisien. Interpretasi nilai koefisien digunakan untuk melihat tingkat keeratan korelasi. Untuk mengetahui koefisien korelasi maka dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sudjana, 1996: 380).


(79)

Keterangan:

r : koefisien korelasi sederhana n : jumlah responden


(80)

BAB IV

GAMBARAN UMUM SEKOLAH

A. SMK N 1 Godean Sleman

SMK N 1 Godean Sleman beralamatkan di Desa Kowanan, Kelurahan Sidoagung, Kecamatan Godean, Sidoagung, Sleman, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55564, Indonesia. Sekolah ini memiliki visi yaitu menghasilkan tamatan yang kompeten, siap mengembangkan diri, serta berbudi pekerti luhur. Sekolah ini memiliki misi yaitu meningkatkan profesionalisme tenaga pendidik dan kependidikan, meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan dan latihan, mengembangkan kerjasama dengan dunia usaha/dunia industri/dunia kerja, mengembangkan nilai-nilai moral dan estetika, mengembangkan sikap kompetiti. Sekolah ini juga memiliki tujuan yaitu mempersiapkan tamatan yang memiliki kepribadian dan berakhlak mulia sebagai tenaga kerja tingkat menengah yang kompeten sesuai program keahlian pilihannya selama 3 tahun; membekali peserta didik untuk berkarir, mandiri dan mampu beradaptasi di lingkungan kerja sesuai bidangnya dan mampu menghadapi perubahan yang terjadi di masyarakat; membekali peserta didik sikap profesional untuk mengembangkan diri dan mampu berkompetisi di tingkat nasional, regional dan internasional; mempersiapkan tamatan yang memiliki kepribadian dan berakhlak mulia sebagai tenaga kerja tingkat menengah yang kompeten


(81)

sesuai program keahlian pilihannya selama 3 tahun; membekali peserta didik untuk berkarir, mandiri yang mampu beradaptasi dilingkungan kerja sesuai bidangnya dan mampu menghadapi perubahan yang terjadi di masyarakat; membekali peserta didik sikap profesional untuk mengembangkan diri dan mampu berkompetisi di tingkat nasional, regional dan internasional. Saat ini sekolah ini memiliki siswa keseluruhan sebanyak 937 siswa, yang terdiri dari: kelas X 20 siswa laki-laki dan 289 siswa perempuan, kelas XI 15 siswa laki-laki dan 302 siswa perempuan, dan kelas XII 14 siswa laki-laki dan 297 siswa perempuan.

B. SMK N 2 Godean Sleman

SMK N 2 Godean Sleman beralamatkan di Jalan Jae Sumantoro, Sidoagung, Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55264, Indonesia. Sekolah ini memiliki visi yaitu menjadi lembaga pendidikan dan pelatihan yang berkualitas, berwawasan lingkungan dan global, serta responsif terhadap perkembangan IPTEK berlandaskan IMTAQ. Sekolah ini memiliki misi yaitu mendidik siswa untuk memiliki pengetahuan dan sikap sehingga menjadi tamatan yang memiliki kecerdasan spiritual dan emosional serta peduli terhadap lingkungan hidup; melatih dan mengembangkan siswa untuk memperoleh kompetensi dalam bidangnya secara profesional sesuai kebutuhan dunia usaha atau dunia industri dan mampu bersaing secara kompetitif; mengembangkan institusi menjadi lembaga terpadu yang berfungsi sebagai pusat pelatihan (Learning


(82)

Organization) dan pusat pengujian (Center of exellence); meningkatkan kesejahteraan warga sekolah sehingga terwujud keharmonisan seluruh warga sekolah. Sekolah ini juga memiliki tujuan yaitu mempersiapkan tamatan yang memiliki kepribadian dan berakhlak mulia sebagai tenaga kerja tingkat menengah yang kompeten sesuai program keahlian pilihannya; membekali peserta didik untuk berkarir, mandiri dan mampu beradaptasi di lingkungan kerja sesuai bidangnya dan mampu menghadapi perubahan yang terjadi di masyarakat; membekali peserta didik sikap profesional untuk mengembangkan diri dan mampu berkompetisi di tingkat nasional, regional dan internasional. Saat ini sekolah ini memiliki siswa keseluruhan sebanyak 624 siswa, yang terdiri dari: kelas X 11 siswa laki-laki dan 211 siswa perempuan, kelas XI 8 siswa laki-laki dan 213 siswa perempuan, dan kelas XII 6 siswa laki-laki dan 175 siswa perempuan.

C. SMK N 1 Depok Sleman

SMK N 1 Depok Sleman beralamatkan di Ringroad Utara, Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 885663, Indonesia. Sekolah ini memiliki visi yaitu Menghasilkan tamatan yang profesional, berkarakter dan berakhlak mulia. Sekolah ini memiliki misi yaitu mengembangkan budaya sekolah yang berakhlak mulia, mengembangkan suasana belajar aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, melaksanakan KBM dengan pendekatan Competence Based Training (CBT) yang berorientasi pada


(1)

176 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

177 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

178 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

179 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

180 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

181 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

Hubungan motivasi belajar kewirausahaan dan tingkat pendidikan orang tua dengan jiwa kewirausahaan pada siswa-siswi kelas XI SMK Negeri di Kabupaten Sleman Yogyakarta.

0 0 173

Faktor-faktor yang mempengaruhi intensi wirausaha siswa-siswi SMK di-Sleman : studi kasus pada siswa-siswi kelas XI SMK di Kabupaten Sleman.

0 0 2

Persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari jenis kelamin, tingkat pendidikan orangtua, dan pekerjaan orang tua : studi kasus pada siswa-siswi kelas XI di SMK YPKK 1 Sleman.

0 0 150

Hubungan tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan lingkungan belajar dengan jiwa kewirausahaan siswa : studi kasus siswa kelas III SMK YPKK 2 Sleman.

0 6 165

Pengaruh status sosial ekonomi orang tua, kultur keluarga terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha : studi kasus pada siswa-siswi SMK kelas III jurusan penjualan di Kabupaten Bantul.

0 0 204

Hubungan motivasi belajar kewirausahaan dan tingkat pendidikan orang tua dengan jiwa kewirausahaan pada siswa siswi kelas XI SMK Negeri di Kabupaten Sleman Yogyakarta

0 2 170

Hubungan tingkat pendapatan orang tua dan partisipasi siswa di koperasi sekolah dengan jiwa kewirausahaan pada siswa siswi kelas XI SMK Negeri di Kabupaten Sleman

0 1 151

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN JIWA KEWIRAUSAHAAN SISWA KELAS XII PROGRAM KEAHLIAN TATA BOGA DI SMK NEGERI 4 YOGYAKARTA.

0 0 172

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, PEKERJAAN ORANG TUA, DAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN JIWA KEWIRAUSAHAAN SISWA

0 0 163

Hubungan prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan, jenis pekerjaan orang tua, tingkat pendapatan orang tua, dan tempat tinggal siswa dengan jiwa kewirausahaan siswa SMK : studi kasus di kelas II jurusan penjualan SMK Kristen 2 Klaten dan SMK Negeri 1

0 0 177