eBook Serba Serbi Informasi Pelayanan Binapenta 2014
(2)
Serba-serbi Informasi Pelayanan Binapenta
©2014 oleh Direktorat Jenderal Binapenta, Kemnaker RI
Hak cipta yang dilindungi Undang-Undang dan hak penerbitan ada pada Direktorat Jenderal Binapenta, Kemnaker RI.
Cetakan I, Desember 2014
Direktorat Jenderal Binapenta
Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav. 51 Lt. IV-A
Jakarta 12950
Telepon: +62 21-5250991 Faksimile: +62 21-5227588
Email: [email protected] Website: http://binapenta.naker.go.id
(3)
K
ATA
P
ENGANTAR
S
ebagaimana diketahui bahwa Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja merupakan salah satu Direktorat Jenderal di bawah Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia. Keberadaan Direktorat Jenderal ini cukup strategis dan menjadi ujung tombak Kementerian Ketenakerjaan Republik Indonesia dalam melakukan penyelesaian pengentasan penggangguran, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.Ditjen Binapenta mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pembinaan penempatan tenaga kerja. Direktorat Jenderal ini menyusun kebijakan dan program kerjanya untuk memfasilitasi terjadinya sebanyak mungkin penempatan tenaga kerja. Untuk mendukung penempatan di dalam negeri, Ditjen Binapenta mengembangkan bursa kerja online
yang berfungsi mempertemukan permintaan (lowongan kerja di perusahaan) dan penawaran (pencari kerja). Penempatan luar negeri diatur dengan melakukan seleksi yang ketat terhadap pendirian dan operasional perusahaan penempatan tenaga kerja Indonesia swasta (PPTKIS) dan mendesain alur mekanisme pelayanan penempatan yang aman, mudah, dan murah.
Sementara itu, mengenai sifat hubungan kerja, penempatan tenaga kerja formal pada dasarnya telah diakomodasi melalui bursa kerja
online. Bagi tenaga kerja yang tidak terserap di sektor formal, beberapa program Ditjen Binapenta yang bertujuan memperluas kesempatan kerja, antara lain padat karya, terapan teknologi tepat guna, tenaga kerja sarjana, dan pembentukan wirausaha baru. Semua program tersebut atas dapat dilaksanakan bagi tenaga kerja umum dan khusus.
(4)
Adapun mengenai tenaga kerja asing (TKA), kebijakan Ditjen Binapenta diarahkan untuk mengendalikan jumlah TKA yang bekerja di Indonesia berdasarkan jabatan yang boleh diduduki TKA dan mengoptimalkan alih teknologi dari TKA ke tenaga pendamping asli Indonesia.
Buku ini hadir ke tengah khalayak dengan tujuan agar Anda benar-benar mengenal kami. Dengan mengenal aktivitas Ditjen Binapenta, Anda yang bergelut dalam bidang ketenagakerjaan atau sebagai pencari kerja dapat memanfaatkan informasi serta program-program yang ada di Ditjen Binapenta. Dengan demikian, melalui Ditjen Binapenta Anda dapat memperoleh informasi dan memanfaatkan program-program Ditjen Binapenta bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, atau
masyarakat di sekitar Anda.
Desember 2014
Direktur Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja
Dr. Dra. Reyna Usman, M.M. NIP. 19601206 198603 2 002
(5)
D
AFTAR
I
SI
Kata Pengantar ... i
Daftar Isi ... iii
Daftar Gambar ... v
Bab 1 Mengenal Binapenta ... 1
A. Dasar Hukum Pembentukan Ditjen Binapenta ... 1
B. Tugas, Fungsi, Visi, dan Misi ... 2
C. Sekilas Sejarah Ditjen Binapenta ... 3
D. Arah Kebijakan, Program, dan Kegiatan Ditjen Binapenta ... 5
Bab 2 Jenis-Jenis Pelayanan Binapenta ... 7
A. Direktorat Pengembangan Pasar Kerja (PPK) 7 B. Direktorat Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri (PTKDN) ... 8
C. Direktorat Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri (PTKLN) ... 9
D. Direktorat Perluasan Kesempatan Kerja dan Pengembangan Tenaga Kerja Sektor Informal ... 10
E. Direktorat Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja Asing (PPTKA) ... 10
F. Balai Besar Pengembangan dan Perluasan Kerja Lembang (BBPPK Lembang) ... 12
Bab 3 Alur Pelayanan ... 15
(6)
B. Pelayanan Tenaga Kerja Dalam Negeri ... 29
C. Pelayanan Tenaga Kerja Luar Negeri ... 33
Bab 4 Saran dan Pengaduan ... 39
A. Alamat Saran dan Pengaduan ... 39
B. Saran dan Pengaduan Secara Online ... 40
C. Penanganan Pengaduan, Saran, dan Masukan Direktorat PTKDN ... 43
Bab 5 Penutup ... 45
Lampiran Lampiran 1. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja, Kementerian Ketenagakerjaan Sesuai Permenakertrans Nomor Per.12/MEN/VIII/2010 ... 47
Lampiran 2. Sebaran TKA Berdasarkan Sektor ... 48
Lampiran 3. Sebaran TKA Berdasarkan Negara ... 49
Lampiran 4. Sebaran TKA Berdasarkan Jabatan... 50
Lampiran 5. Alur Pelayanan Penerbitan Surat Izin Usaha Penempatan (SIUP) LPTKS - AKAD ... 51
Lampiran 6. Alur Pelayanan Penerbitan Surat Persetujuan Penempatan Tenaga Kerja Antar Kerja Antar Daerah (SPP - AKAD) ... 52
Lampiran 7. Mekanisme Penyuluhan dan Bimbingan Jabatan (PBJ) Direktorat Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri ... 53
Lampiran 8. Pengajuan Job Order Direktorat PTKLN (Jangka Waktu Penyelesaian 1 hari) ... 54
(7)
D
AFTAR
G
AMBAR
Gambar 1.1. Logo Ditjen Binapenta ... 1 Gambar 2.1. Unit Pelayanan Perizinan Penggunaan Tenaga Kerja
Asing (TKA) Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemnakertrans) berhasil meraih penghargaan Predikat Kepatuhan Standar
Pelayanan Publik dari Ombudsman RI. ... 12 Gambar 2.2. Kegiatan Bimbingan Pendampingan Masyarakat
Angkatan IX 2014 yang diselenggarakan Balai Besar Pengembangan dan Perluasan Kerja Lembang di Aula Graha Citra Persada BBPPK Lembang. ... 14 Gambar 3.1. Bagan proses pengesahan RPTKA ... 22 Gambar 3.2. Bagan proses perizinan penggunaan TKA ... 26 Gambar 3.3. Bagan proses perizinan penggunaan TKA
lembaga sosial/keagamaan (tanpa DPKK) ... 26 Gambar 3.4. Bagan proses perizinan penggunaan TKA K/L -
paspor dinas ... 27 Gambar 3.5. Mekanisme penempatan tenaga kerja Indonesia
ke luar negeri ... 35 Gambar 3.6. Bagan prosedur penerbitan Surat Izin Pengerahan (SIP) ... 36
(8)
(9)
B
AB
1 M
ENGENAL
B
INAPENTA
D
irektorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja atau sering disingkat Ditjen Binapenta merupakan salah satu Direktorat Jenderal yang berada di bawah Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia. Keberadaan Binapenta cukup strategis dan menjadi ujung tombak Kemnaker RI dalam melakukan penyelesaian pengentasan penggangguran, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.Gambar 1.1. Logo Ditjen Binapenta
A. Dasar Hukum Pembentukan Ditjen Binapenta
Yang menjadi dasar hukum pembentukan Direktorat Jenderal Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27;
2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
3. Keputusan Presiden RI Nomor 47 Tahun 2002 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja;
(10)
4. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009;
5. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara; Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I;
6. Permenakertrans Nomor PER.12/MEN/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
B. Tugas, Fungsi, Visi, dan Misi
Tugas pokok Ditjen Binapenta adalah merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang penempatan tenaga kerja. Adapun fungsi Direktorat Jenderal ini meliputi perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijaksanaan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pembinaan penempatan tenaga kerja dalam negeri, penempatan tenaga kerja luar negeri, pengembangan kesempatan kerja dan pengendalian penggunaan tenaga kerja asing, serta pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja.
Ditjen Binapenta mempunyai visi peningkatan penempatan tenaga kerja dan perluasan kesempatan kerja. Sementara itu, misi yang ingin dicapai ditjen ini adalah penyerapan tenaga kerja melalui melalui hal-hal berikut.
1. meningkatkan akses informasi pasar kerja, baik dalam dan luar negeri bagi masyarakat secara luas;
2. meningkatkan pelayanan penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri secara efektif;
3. meningkatkan pelayanan penempatan tenaga kerja dalam negeri secara efektif, termasuk tenaga kerja kelompok khusus;
(11)
4. meningkatkan pelayanan dan pengendalian tenaga kerja asing; 5. memperluas kesempatan kerja melalui pembinaan kewirausahaan; 6. menciptakan model/inkubasi bisnis dan ekonomi kreatif bagi
perluasan kesempatan kerja.
C. Sekilas Sejarah Ditjen Binapenta
Pada perjalanannya Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja (Binapenta) telah banyak mengalami perubahan, baik dalam nomenklatur maupun struktur organisasi. Namun, hal ini tidak mengurangi tugas dan fungsi Ditjen Binapenta sebagai pembantu pelaksana tugas-tugas Kementerian.
Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 1973, Direktorat Jenderal Pembinaan dan Penggunaan Tenaga Kerja terbentuk. Kemudian pada tahun 1975, berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi Nomor KEP-1000/MEN/1975, Direktorat Jenderal Pembinaan dan Penggunaan Tenaga Kerja bertransformasi menjadi Direktorat Jenderal Binaguna. Direktorat Jenderal ini memiliki 5 unit eselon II dan membawahi Kanwil-Kanwil Ditjen Binaguna dan Kantor-Kantor Binaguna di seluruh Indonesia.
Pada tahun 1984 bertepatan dengan tahun pertama Repelita IV, Direktorat Jenderal Binaguna bertransformasi kembali menjadi Direktorat Jenderal Binapenta berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP-199/MEN/1984. Direktorat Jenderal Binapenta terdiri dari 6 (enam) unit eselon II dan membawahi Kanwil-Kanwil Departemen Tenaga Kerja di wilayah Indonesia. Pada tahun keempat, Departemen Tenaga Kerja mengalami perampingan sehingga menjadi empat unit eselon I dan menjadi dua Direktorat Jenderal, yaitu Direktorat Jenderal Binapenta dan Direktorat Jenderal Binawas berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP-525/ MEN/1988.
(12)
Pada tahun 2002, Departemen Tenaga Kerja bergabung kembali dengan Departemen Transmigrasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP.219/MEN/2002, Direktorat Jenderal Binapenta dipisahkan menjadi dua direktorat jenderal, yaitu Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri dan Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri.
Sampai dengan tahun 2005 Ditjen Binapenta masih dipisahkan menjadi dua Direktorat Jenderal sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.14/MEN/VII/2005.
Pada tahun 2007, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi sesuai dengan Permenakertrans Nomor PER.05/MEN/IV/2007, tentang Organisasi dan Tatakerja Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, kembali membentuk Direktorat Jenderal Binapenta. Direktorat ini terdiri atas enam unit Eselon II, yaitu Direktorat Pengembangan Pasar Kerja, Direktorat Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri, Direktorat Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri, Direktorat Pengembangan Kesempatan Kerja, Direktorat Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja Asing, dan Sekretariat Ditjen yang mengoordinasikan lima unit eselon II lainnya.
Pada tahun 2009, berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara, semua bentuk Departemen mengalami perubahan yaitu Kantor Menteri Negara dan Kantor Menteri Koordinator menjadi Kementerian Negara. Dengan demikian, nomenklatur Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi berubah menjadi Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Sesuai Peraturan Presiden tersebut sehingga Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi merestrukturisasi kembali Organisasi
(13)
berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.12/MEN/VIII/2010. Direktorat Jenderal Binapenta terdiri dari tujuh unit eselon II, meliputi Direktorat Pengembangan Pasar Kerja, Direktorat Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri, Direktorat Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri, Direktorat Perluasan Kesempatan Kerja dan Pengembangan Tenaga Kerja Sektor Informal, Direktorat Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja Asing, Balai Besar Pengembangan dan Perluasan Kerja Lembang, dan Sekretariat Ditjen yang membawahi enam unit eselon II lainnya.
D. Arah Kebijakan, Program, dan Kegiatan Ditjen
Binapenta
1. Kebijakan Nasional
Tujuan pembangunan bidang ketenagakerjaan mengacu pada arah kebijakan nasional, terutama 4 prioritas pembangunan nasional, yang tertuang dalam RPJMN 2010–2014, yaitu:
a. penanggulangan kemiskinan; b. iklim investasi dan usaha;
c. pembangunan daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pasca konflik;
d. pembangunan di bidang pendidikan.
Prioritas nasional lainnya di bidang perekonomian dan sebagai arah pembangunan bidang ketenagakerjaan, yaitu:
a. Peningkatan pelayanan dan perlindungan TKI selama proses penyiapan, pemberangkatan dan kepulangan;
(14)
Kebijakan untuk mendukung 2 (dua) prioritas tersebut dilaksanakan melalui Program Penempatan dan Perluasan Kesempatan Kerja.
2. Kebijakan Ditjen Binapenta
Kebijakan Ditjen Binapenta sesuai review Renstra 2010–2014 pada Kebijakan ke-2, yaitu perluasan penciptaan kesempatan kerja dan penempatan tenaga kerja, baik di dalam maupun di luar negeri.
3. Program dan Kegiatan
Program Penempatan dan Perluasan Kesempatan Kerja, meliputi kegiatan berikut ini:
a. Peningkatan pengembangan pasar kerja; b. Penempatan tenaga kerja dalam negeri;
c. Pembinaan penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia luar negeri;
d. Perluasan kesempatan kerja dan pengembangan tenaga kerja sektor informal;
e. Peningkatan pengendalian penggunaan tenaga kerja asing (TKA); f. Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya;
g. Inkubasi bisnis dan pengembangan model perluasan kesempatan kerja.
(15)
B
AB
2 J
ENIS
-J
ENIS
P
ELAYANAN
B
INAPENTA
D
itjen Binapenta sebagai direktorat di bawah Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia menyelenggarakan jenis-jenis pelayanan dalam pembinaan dan penempatan tenaga kerja melalui direktorat-direktorat di bawahnya, meliputi Direktorat Pengembangan Pasar Kerja, Direktorat Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri, Direktorat Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri, Direktorat Perluasan Kesempatan Kerja dan Pengembangan Tenaga Kerja Sektor Informal, Direktorat Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja Asing, Balai Besar Pengembangan dan Perluasan Kerja Lembang, dan Sekretariat Ditjen.A. Direktorat Pengembangan Pasar Kerja (PPK)
Tugas Direktorat Pengembangan Pasar Kerja atau disingkat Direktorat PPK adalah melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis, serta evaluasi pelaksanaan di bidang informasi pasar kerja, analisis pasar kerja, bursa kerja, dan analisis jabatan.
Adapun fungsi direktorat ini adalah sebagai berikut:
1. penyiapan perumusan kebijakan di bidang informasi pasar kerja, analisis pasar kerja, bursa kerja, dan analisis jabatan;
2. penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang informasi pasar kerja, analisis pasar kerja, bursa kerja, dan analisis jabatan;
3. pemberian bimbingan teknis di bidang informasi pasar kerja, analisis pasar kerja, bursa kerja, dan analisis jabatan;
(16)
4. evaluasi pelaksanaan di bidang informasi pasar kerja, analisis pasar kerja, bursa kerja, dan analisis jabatan;
5. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat.
B. Direktorat Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri
(PTKDN)
Direktorat Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri atau Direktorat PTKDN bertugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis, serta evaluasi pelaksanaan di bidang antar kerja, penempatan tenaga kerja kelompok rentan, penyuluhan dan bimbingan jabatan, serta pemberdayaan pengantar kerja.
Adapun fungsinya adalah sebagai berikut:
1. penyiapan perumusan kebijakan di bidang antar kerja, penempatan tenaga kerja kelompok rentan, penyuluhan dan bimbingan jabatan serta pemberdayaan tenaga kerja;
2. penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di bidang antar kerja, penempatan tenaga kerja kelompok rentan, penyuluhan dan bimbingan jabatan, serta pemberdayaan pengantar kerja;
3. pemberian bimbingan teknis di bidang antar kerja, penempatan tenaga kerja kelompok rentan, penyuluhan dan bimbingan jabatan serta pemberdayaan pengantar kerja;
4. evaluasi pelaksana di bidang antar kerja, penempatan tenaga kerja kelompok rentan, penyuluhan dan bimbingan jabatan, serta pemberdayaan pengantar kerja;
(17)
C. Direktorat Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri
(PTKLN)
Tugas Direktorat PTKLN adalah melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, standardisasi serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kelembagaan penempatan, penempatan, dan perlindungan tenaga kerja Indonesia, serta kerjasama internasional.
Adapun fungsi Direktorat PTKLN adalah sebagai berikut:
1. penyiapan perumusan kebijakan di bidang kelembagaan penempatan, penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia serta kerja sama internasional;
2. penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang kelembagaan penempatan, penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia serta kerja sama internasional;
3. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang kelembagaan penempatan, penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia serta kerja sama internasional;
4. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kelembagaan penempatan, penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia serta kerja sama internasional;
5. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
D. Direktorat Perluasan Kesempatan Kerja dan
Pengembangan Tenaga Kerja Sektor Informal
Direktorat Perluasan Kesempatan Kerja dan Pengembangan Tenaga Kerja Sektor Informal bertugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, standardisasi serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang tenaga kerja mandiri dan
(18)
sektor informal, pengembangan padat karya, terapan teknologi tepat guna, serta pemberdayaan pendampingan dan kerjasama antarlembaga. Sementara itu, fungsi direktorat ini adalah sebagai berikut:
1. penyiapan perumusan kebijakan di bidang tenaga kerja mandiri dan sektor informal, pengembangan padat karya, terapan teknologi tepat guna, serta pemberdayaan pendampingan dan kerjasama antar lembaga;
2. penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang tenaga kerja mandiri dan sektor informal, pengembangan padat karya, terapan teknologi tepat guna, serta pemberdayaan pendampingan dan kerjasama antar lembaga;
3. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang tenaga kerja mandiri dan sektor informal, pengembangan padat karya, terapan teknologi tepat guna, serta pemberdayaan pendampingan dan kerjasama antar lembaga;
4. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang tenaga kerja mandiri dan sektor informal, pengembangan padat karya, terapan teknologi tepat guna, serta pemberdayaan pendampingan dan kerjasama antar lembaga;
5. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
E. Direktorat Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja
Asing (PPTKA)
Direktorat Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja Asing atau disingkap Direktorat PPTKA bertugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis, serta evaluasi pelaksanaan di bidang analisis dan perizinan tenaga kerja asing sektor industri dan jasa, pengendalian penggunaan tenaga kerja asing, dan kerja sama kelembagaan.
(19)
Adapun fungsi direktorat ini adalah sebagai berikut.
1. penyiapan perumusan kebijakan di bidang analisis dan perizinan tenaga kerja asing sektor industri dan jasa pengendalian penggunaan tenaga kerja asing dan kerja sama kelembagaan; 2. penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di
bidang analisis dan perizinan tenaga kerja asing sektor industri dan jasa, pengendalian penggunaan tenaga kerja asing dan kerja sama kelembagaan;
3. pemberian bimbingan teknis di bidang analisis dan perizinan tenaga kerja asing sektor industri dan jasa, pengendalian penggunaan tenaga kerja asing dan kerja sama kelembagaan;
4. evaluasi pelaksanaan kebijakan analisis dan perizinan tenaga kerja asing sektor industri dan jasa, pengendalian penggunaan tenaga kerja asing dan kerja sama kelembagaan;
5. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat.
Gambar 2.1. Unit Pelayanan Perizinan Penggunaan Tenaga Kerja Asing (TKA) Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemnakertrans) berhasil meraih penghargaan Predikat
(20)
F. Balai Besar Pengembangan dan Perluasan Kerja
Lembang (BBPPK Lembang)
Balai Besar Pengembangan dan Perluasan Kerja Lembang bertugas melaksanakan pengembangan dan perluasan kerja melalui pemberian motivasi, pengembangan inkubasi bisnis dan uji coba model, kerja sama kelembagaan, pelayanan informasi, dan pemberdayaan jabatan fungsional pengantar kerja di bidang pengembangan dan perluasan kerja.
Adapun fungsi BBPPK Lembang adalah dalam penyusunan rencana program dan anggaran, pelaksanaan pemberian motivasi, pengembangan inkubasi bisnis dan uji coba model, serta pemberdayaan jabatan fungsional pengantar kerja, pelayanan informasi, konsultasi, promosi dan pemasaran, pelaksanaan kerja sama kelembagaan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang pengembangan dan perluasan kerja serta pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga Balai Besar.
Sementara itu, kegiatan yang diselenggarakan di Balai Besar Pengembangan dan Perluasan Kerja adalah sebagai berikut:
1. pelatihan dan penerapan model wirausaha; 2. pelatihan pemandu/pembimbing wirausaha; 3. inkubasi bisnis;
4. uji coba model kewirausahaan dan penerapan TTG; 5. program marketing;
6. pembuatan pusat informasi TTG berbasis web dan database; 7. strategi planning, rencana tindakan, budgeting plan, dan sasaran
organisasi;
8. konsultasi pendampingan peningkatan efektivitas organisasi; 9. pelatihan pegawai;
(21)
10. implementasi sistem manajemen mutu ISO 9001-2008; 11. job description dan kompetensi pegawai;
12. training need analysis (TNA); 13. implementasi sistem pengarsipan;
14. optimalisasi sarana dan prasarana BBPPK.
Program pengembangan perluasan kerja terus digalakkan oleh pemerintah sebagai salah satu strategi dalam rangka perluasan kesempatan kerja. Keberadaan pendamping menjadi salah satu prasyarat keberhasilan kegiatan perluasan kerja di masyarakat. Untuk meningkatkan efektivitas kegiatan perluasan kerja, perlu dipersiapkan sejumlah pendamping masyarakat yang akan mendampingi kelompok masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonomi produktif. Dengan kehadiran sejumlah pendamping ini diharapkan efektivitas program perluasan kerja bisa ditingkatkan.
Gambar 2.2. Kegiatan Bimbingan Pendampingan Masyarakat Angkatan IX 2014 yang diselenggarakan Balai Besar Pengembangan dan Perluasan Kerja Lembang di Aula Graha
(22)
Untuk menyiapkan para pendamping masyarakat ini, BBPPK Lembang melaksanakan kegiatan Bimbingan Pendampingan Masyarakat dalam rangka memberikan pengetahuan dan wawasan kepada para pendamping masyarakat. Pada tahun 2014 BBPPK melaksanakan Bimbingan Pendampingan Masyarakat sebanyak 12 paket kegiatan yang diikuti sekitar 240 orang peserta dari berbagai daerah di Indonesia.
(23)
B
AB
3 A
LUR
P
ELAYANAN
P
elayanan penempatan tenaga kerja merupakan kegiatan untuk mempertemukan pencari kerja dengan pemberi kerja. Hal ini supaya pencari kerja dapat memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. Di sisi lain, pemberi kerja pun memperoleh tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan.Pada Bab ini akan dijelaskan mengenai alur pelayanan yang dilakukan Ditjen Binapenta dalam hal penempatan tenaga kerja asing, tenaga kerja dalam negeri, dan tenaga kerja luar negeri.
A. Pelayanan Tenaga Kerja Asing
Yang dimaksud dengan tenaga kerja asing (TKA) ialah warga negara asing dengan maksud bekerja di wilayah Indonesia.
Ada beberapa alasan mengapa negara kita memiliki kebijakan menggunakan tenaga kerja asing (TKA), yaitu alasan kepentingan nasional, globalisasi, dan otonomi daerah.
Alasan kepentingan nasional adalah perlindungan terhadap kesempatan kerja Indonesia (Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 dan pasal 28D Amandemen UUD 45). Selain itu, dalam rangka pembangunan nasional, kita masih memerlukan investasi/modal asing, teknologi dan tenaga ahli/skill, dan perdagangan internasional.
Alasan globalisasi meliputi hal-hal berikut ini:
1. Indonesia menganut pasar kerja terbuka/internasional dengan aturan tertentu;
(24)
2. Indonesia sepakat untuk melaksanakan pasar kerja bebas: AFTA/ AFAS (2003), APEC (2010), GATS/WTO (2020);
3. kesepakatan regional dan bilateral—People Mobility & Human Resource Development: IMS-GT, IMT-GT, BIMP-EAGA, AANZ, IJEPA, dll.
Adapun alasan yang berhubungan dengan otonomi daerah adalah karena kewenangan pengaturan TKA tidak seluruhnya dilimpahkan: 1. TKA terkait dengan lalu lintas orang asing yang menganut selective
policy dan one gate policy;
2. TKA terkait dengan hubungan internasional.
Sementara itu, yang menjadi dasar kebijakan penggunaan tenaga kerja asing (TKA) adalah sebagai berikut.
1. UUD 1945 Pasal 27 ayat (2) dan Pasal 28;
2. UU 13 Tahun 2003 Bab VIII tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing;
3. UU 20 Tahun 1997 tentang PNBP;
4. PP 65 Tahun 2012 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak;
5. PP 97 Tahun 2012 tentang Restribusi Pengendalian Lalu Lintas dan Restribusi Perpanjangan IMTA;
6. PP 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
7. Permenakertrans Nomor 12 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing.
(25)
Berikut ini tata cara penggunaan TKA.
1. Setiap pemberi kerja yang mempekerjakan TKA harus memiliki izin dari menteri atau pejabat yang ditunjuk.
2. Pekerja orang perorang dilarang mempekerjakan TKA.
3. TKA dipekerjakan dalam hubungan kerja untuk jabatan tertentu dan waktu tertentu.
4. TKA yang masa kerjanya habis dan tidak dapat diperpanjang dapat digantikan oleh TKA lainnya.
Adapun pemberi kerja terhadap TKA adalah sebagai berikut.
1. Perwakilan dagang asing/perusahaan asing atau ktr berita asing 2. Perusahaan swasta
3. Badan usaha pelaksana proyek pemerintah 4. Badan usaha berdasarkan hukum di Indonesia
5. Lembaga-lembaga sosial, pendidikan, kebudayaan atau keagamaan 6. Usaha jasa impresariat
* CV, UD dilarang mempekerjakan TKA
Sementara itu, kewajiban pemberi kerja yang mempekerjakan TKA meliputi hal-hal berikut:
1. memiliki izin tertulis dari Menteri Tenaga Kerja & Transmigrasi atau pejabat yang ditunjuk;
2. menunjuk tenaga kerja Indonesia sebagai tenaga pendamping TKA untuk alih teknologi dan alih keahlian (tidak berlaku bagi jabatan direksi dan/atau komisaris);
3. melaksanakan pendidikan dan pelatihan kerja bagi tenaga kerja Indonesia pendamping sesuai dengan kualifikasi jabatan yang diduduki oleh tenaga kerja asing;
4. membayar kompensasi atas setiap TKA yang dipekerjakan; 5. memulangkan TKA ke negara asal setelah hubungan kerja berakhir.
(26)
TKA sendiri harus memenuhi persyaratan berikut ini. 1. pendidikan/pengalaman >5 tahun;
2. bersedia mengalihkan keahlian kepada TKI; 3. dapat berkomunikasi bahasa Indonesia; 4. jabatan memenuhi standar kompetensi.
1. Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA)
Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA) adalah rencana penggunaan TKA pada jabatan tertentu yang dibuat oleh Pemberi Kerja TKA untuk jangka waktu tertentu yang disahkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk. RPTKA merupakan dasar untuk mendapatkan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA).
Pemberi Kerja yang akan mempekerjakan TKA harus memiliki RPTKA, kecuali Instansi Pemerintah, Badan-Badan Internasional dan Perwakilan Negara Asing. RPTKA juga sekurang-kurangnya memuat alasan penggunaan, jabatan TKA, jangka waktu penggunaan, penunjukkan tenaga kerja pendamping.
Untuk mendapatkan pengesahan RPTKA, pemberi kerja TKA harus mengajukan permohonan secara tertulis yang dilengkapi alasan penggunaan TKA dengan melampirkan:
a. formulir RPTKA yang sudah dilengkapi; b. surat izin usaha dari instansi yang berwenang;
c. akta pendirian sebagai badan hukum yang sudah disahkan oleh pejabat yang berwenang;
d. bagan struktur organisasi perusahaan;
e. keterangan domisili perusahaan dari pemerintah daerah setempat; f. surat penunjukan TKI sebagai pendamping TKA yang dipekerjakan;
(27)
g. kopi bukti wajib lapor ketenagakerjaan yang masih berlaku berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1981 tentang Wajib Lapor Ketenagakerjaan di perusahaan;
h. rekomendasi jabatan yang akan diduduki oleh TKA dari instansi tertentu.
Adapun formulir RPTKA dimaksud harus memuat hal-hal berikut. a. identitas pemberi kerja TKA;
b. jabatan dan/atau kedudukan TKA dalam struktur bagan organisasi perusahaan yang bersangkutan;
c. besarnya upah TKA yang persyaratan jabatan TKA; d. jumlah TKA;
e. uraian jabatan dan persyaratan jabatan dibayarkan TKA; f. lokasi kerja;
g. jangka waktu penggunaan TKA;
h. penunjukan tenaga kerja warga negara Indonesia sebagai pendamping TKA yang dipekerjakan;
i. rencana program pendidikan dan pelatihan tenaga kerja Indonesia. Permohonan RPTKA disampaikan kepada Dirjen (Dirjen Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja) melalui Direktur (Direktur Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja Asing).
Adapun menurut Peraturan Kepala BKPM Nomor 12 Tahun 2009, Pasal 1 angka 36 disebutkan bahwa permohonan RPTKA, Rekomendasi Visa untuk Bekerja (TA.01), dan IMTA adalah permohonan yang disampaikan oleh perusahaan untuk penggunaan TKA dalam pelaksanaan penanaman modalnya.
Pada Pasal 1 angka 37 disebutkan bahwa RPTKA adalah pengesahan rencana jumlah, jabatan dan lama penggunaan TKA yang diperlukan sebagai dasar untuk persetujuan pemasukan TKA dan penerbitan IMTA
(28)
Selanjutnya, Pasal 56 menandaskan bahwa perusahaan penanaman modal dan Kantor Perwakilan Perusahaan Asing (KPPA) yang akan mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (TKA) harus memperoleh pengesahan RPTKA
Permohonan untuk memperoleh pengesahan RPTKA tersebut diajukan kepada PTSP-BKPM dengan menggunakan formulir RPTKA, dengan dilengkapi persyaratan sebagai berikut.
a. Rekaman pendaftaran penanaman modal/izin prinsip penanaman modal/Izin Usaha yang dimiliki.
b. Rekaman akta pendirian perusahaan yang telah disahkan oleh Depkumham dan perubahannya terkait dengan susunan direksi dan komisaris perusahaan.
c. Keterangan domisili perusahaan dari Pemda setempat. d. Bagan struktur organisasi perusahaan.
e. Surat penunjukan tenaga kerja Indonesia sebagai pendamping TKA.
f. Rekaman bukti wajib lapor ketenagakerjaan yang masih berlaku. g. Rekomendasi dari Dirjen terkait, khusus bagi jabatan antara lain
Subsektor Migas, pertambangan umum, dan lain-lain. h. Permohonan yang ditandatangani direksi perusahaan.
i. Surat Kuasa bermaterai cukup untuk pengurusan permohonan yang tidak dilakukan oleh direksi perusahaan.
Sementara itu, pada Pasal 58 disebutkan bahwa TKA yang bekerja pada perusahaan penanaman modal dan KPPA yang sudah siap datang ke Indonesia wajib memiliki Visa Untuk Bekerja (VUB) yang diterbitkan oleh Kantor Perwakilan RI di LN.
Untuk mendapatkan VUB, pengguna TKA harus memiliki rekomendasi untuk memperoleh VUB (Rekomendasi TA.01) dari
(29)
PTSP-BKPM dengan berpedoman kepada ketentuan instansi yang berwenang di bidang ketenagakerjaan dan imigrasi.
Permohonan rekomendasi TA.01 diajukan kepada PTSP-BKPM menggunakan formulir TA.01, dengan dilengkapi persyaratan sebagai berikut.
a. Rekaman keputusan pengesahan RPTKA.
b. Rekaman paspor TKA yang bersangkutan yang masih berlaku. c. Daftar riwayat hidup terakhir (asli) yang ditandatangani oleh yang
bersangkutan.
d. Rekaman ijazah dan/atau sertifikat pendidikan serta bukti pengalaman kerja dalam bahasa Inggris atau terjemahannya dalam bahasa Indonesia oleh penerjemah tersumpah.
e. Rekaman akta atau risalah RUPS tentang penunjukan/pengangkatan untuk jabatan direksi dan komisaris.
f. Rekaman surat penunjukan TKI pendamping. g. Pasfoto berwarna, ukuran 4×6 sebanyak 1 lembar. h. Permohonan ditandatangani oleh direksi perusahaan.
Berikut ini bagan proses pengesahan RPTKA berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Permenakertrans Nomor 12 Tahun 2013.
Pengguna TKA
Dirjen Binapenta u.p. Dir. PTA
Koordinasi Instansi Teknis terkait
Tim Kelayakan Penggunaan TKA Pengesahan RPTKA RPTKA Dirjen Binapenta untuk permohonan 50 orang ke atas Direktur PPTKA untuk permohonan
sampai dengan 50 orang
(30)
Selain itu, surat keputusan pengesahan RPTKA (Permenakertrans Nomor 12 Tahun 2013) memuat:
a. alasan penggunaan TKA;
b. jabatan dan/atau kedudukan TKA; c. besarnya upah;
d. jumlah TKA; e. lokasi kerja TKA;
f. jumlah Tenaga Kerja Indonesia yang ditunjuk sebagai pendamping; g. jangka waktu penggunaan TKA;
h. jumlah Tenaga Kerja Indonesia yang dipekerjakan.
RPTKA dapat diberikan untuk jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang sama dengan memperhatikan kondisi pasar kerja dalam negeri.
Pengajuan perpanjangan RPTKA tersebut diajukan kepada:
a. Menteri dalam hal pengesahan RPTKA perpanjangan lintas provinsi dan pengesahan RPTKA perubahan seperti perubahan jabatan, perubahan lokasi, perubahan jumlah TKA dan/atau perubahan kewarganegaraan.
b. Kepala instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan provinsi untuk pengesahan RPTKA perpanjangan yang tidak mengandung perubahan jabatan, jumlah orang, dan lokasi kerjanya dalam satu wilayah provinsi.
Pengajuan perpanjangan RPTKA tersebut harus dilengkapi: a. laporan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan; b. kopi keputusan RPTKA yang masih berlaku; c. kopi IMTA yang masih berlaku;
d. kopi bukti pembayaran dana kompensasi penggunaan TKA melalui bank yang ditunjuk oleh Menteri.
(31)
Selain itu, pemberi kerja TKA dapat mengajukan permohonan perubahan RPTKA sebelum berakhirnya jangka waktu RPTKA. Perubahan RPTKA tersebut meliputi:
a. penambahan, pengurangan jabatan beserta jumlah TKA; b. perubahan jabatan;
c. perubahan lokasi kerja.
2. Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA)
Pemberi kerja TKA yang akan mengurus IMTA, terlebih dahulu harus mengajukan permohonan kepada Direktur Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja Asing untuk mendapatkan rekomendasi visa (TA-01) dengan melampirkan:
a. kopi Surat Keputusan Pengesahan RPTKA; b. kopi paspor TKA yang akan dipekerjakan;
c. daftar riwayat hidup TKA yang akan dipekerjakan;
d. kopi ijazah dan/atau keterangan pengalaman kerja TKA yang akan dipekerjakan;
e. kopi surat penunjukan tenaga kerja pendamping;
f. pasfoto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 1 (satu) lembar. g. dana kompensasi penggunaan TKA (DPKK 100 $/orang/bulan)
dikecualikan rohaniawan, sosial, dan kerja sama tehnik dengan pemerintah.
Apabila permohonan telah memenuhi syarat sebagaimana dimaksud, Direktur Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja Asing harus menerbitkan rekomendasi (TA-01) dan menyampaikan kepada Direktur Lalu Lintas Keimigrasian (Lantaskim), Direktorat Jenderal Imigrasi dalam waktu selambat-lambatnya pada hari berikutnya dengan ditembuskan kepada pemberi kerja TKA.
(32)
Rekomendasi visa (TA-01) tersebut berlaku untuk jangka waktu 2 (dua) bulan sejak diterbitkan.
Jika Ditjen Imigrasi telah mengabulkan permohonan visa untuk dapat bekerja atas nama TKA yang bersangkutan dan menerbitkan surat pemberitahuan tentang persetujuan pemberian visa, maka pemberi kerja TKA mengajukan permohonan IMTA dengan melampirkan:
a. kopi draf perjanjian kerja;
b. bukti pembayaran dana kompensasi penggunaan TKA melalui bank yang ditunjuk oleh Menteri;
c. kopi polis asuransi;
d. kopi surat pemberitahuan tentang persetujuan pemberian visa; e. foto berwarna ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar.
Apabila persyaratan telah dipenuhi, Direktur Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja Asing menerbitkan IMTA selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja.
Adapun jangka waktu berlakunya IMTA diberikan paling lama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang.
Apabila akan memperpanjang IMTA, pemberi kerja TKA harus mengajukan permohonan perpanjangan kepada Direktur atau Gubernur atau Bupati/Walikota.
Perpanjangan IMTA diterbitkan oleh
a. Direktur untuk TKA yang lokasi kerjanya lebih dari 1 (satu) wilayah provinsi.
b. Gubernur atau pejabat yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan di provinsi untuk TKA yang lokasi kerjanya lintas kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi.
(33)
c. Bupati/wali kota atau pejabat yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan di kabupaten/kota untuk TKA yang lokasi kerjanya dalam 1 (satu) wilayah kabupaten/kota.
Permohonan perpanjangan IMTA diajukan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja sebelum jangka waktu berlakunya IMTA berakhir.
Permohonan perpanjangan IMTA dilakukan dengan mengisi formulir perpanjangan IMTA dengan melampirkan
a. kopi IMTA yang masih berlaku;
b. bukti pembayaran dana kompensasi penggunaan TKA melalui bank yang ditunjuk oleh Menteri;
c. kopi polis asuransi;
d. pelatihan kepada TKI pendamping;
e. kopi keputusan RPTKA yang masih berlaku;
f. foto berwarna ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar.
Apabila persyaratan tersebut telah lengkap, maka Direktur atau Gubernur atau Bupati atau wali kota menerbitkan IMTA paling lama 3 (tiga) hari kerja.
IMTA dapat diperpanjang sesuai jangka waktu berlakunya RPTKA dengan ketentuan setiap kali perpanjangan paling lama 1 (satu) tahun. IMTA perpanjangan tersebut digunakan sebagai dasar untuk memperpanjang KITAS.
3. Proses Perizinan Penggunaan TKA
Berikut ini bagan proses perizinan penggunaan TKA umum, lembaga sosial/keagamaan, dan paspor dinas.
(34)
Instansi Teknis
RPTKA IMTA Telex ke
KBRI KITTAS Pemohon/
Pengguna TKA KEMENAKER-TRANS IMIGRASIDITJEN
KANIM
DPKK (2 bulan)
TA-01 Copy Telex
Gambar 3.2. Bagan proses perizinan penggunaan TKA
Instansi Teknis
RPTKA IMTA ke KBRITelex KITTAS Pemohon/
Pengguna TKA KEMENAKER-TRANS IMIGRASIDITJEN
KANIM (2 bulan)
TA-01 Copy Telex
Gambar 3.3. Bagan proses perizinan penggunaan TKA lembaga sosial/keagamaan (tanpa DPKK)
(35)
SETNEG
RPTKA IMTA ke KBRITelex KITTAS Pemohon/
Pengguna TKA KEMENAKER-TRANS IMIGRASIDITJEN KEMLU
DPKK (2 bulan)
TA-01 Copy Telex
Gambar 3.4. Bagan proses perizinan penggunaan TKA K/L - paspor dinas
4. Pembagian Kewenangan Bidang Ketenagakerjaan
Berikut ini pembagian kewenangan bidang ketenagakerjaan, khususnya tata cara penggunaan TKA berdasarkan Permenakertrans Nomor 12 Tahun 2013.
a. Pusat
1) Penerbitan RPTKA baru; 2) Rekomendasi Visa Kerja; 3) Penerbitan IMTA baru;
4) Perpanjangan RPTKA lintas provinsi; 5) Penerbitan pengesahan RPTKA perubahan;
6) Penerbitan IMTA perpanjangan lebih dari 1 (satu) provinsi; 7) Penerbitan IMTA untuk pekerjaan darurat;
(36)
b. Provinsi
1) Pengesahan RPTKA perpanjangan yang tidak mengandung perubahan dan lokasi kerjanya dalam 1 (satu) provinsi;
2) Penerbitan IMTA perpanjangan untuk yang lokasi kerjanya lintas kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi;
3) Penerbitan IMTA perpanjangan untuk yang lokasi kerjanya lintas kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi.
c. Kabupaten/Kota
1) Penerbitan IMTA perpanjangan untuk TKA lokasi kerja di kabupaten/kota;
2) Waktu pelayanan IMTA lebih cepat, yaitu (semula 4 hari sesuai dengan Permenakertrans Nomor 12 Tahun 2013);
3) Pengaturan RPTKA/IMTA untuk: a) pekerjaan yang bersifat darurat; b) kawasan ekonomi khusus; c) pemandu nyanyi/karaoke.
4) Pembayaran DPKK/dana kompensasi disetorkan ke Kas Negara sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2012 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi; 5) Prosedur dan tata cara permohonan dan perpanjangan RPTKA
sesuai dengan aturan lama, sedangkan untuk pengurusan IMTA ada tambahan persyaratan, yaitu harus melampirkan kopi polis asuransi.
(37)
B. Pelayanan Tenaga Kerja Dalam Negeri
Penempatan tenaga kerja merupakan proses pelayanan kepada pencari kerja untuk memperoleh pekerjaan dan pemberi kerja dalam pengisian lowongan kerja sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan. Pelayanan terhadap tenaga kerja dalam negeri sendiri dikoordinasikan oleh Direktorat Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri (PTKDN).
Dalam hal pelayanan penempatan tenaga kerja, membantu pencari kerja untuk mendapatkan pekerjaan yang tepat, dan membantu pengusaha untuk mendapatkan tenaga kerja yang sesuai, Direktorat PTKDN berkewajiban melakukan hal-hal berikut.
1. menerima pendaftaran pencari kerja;
2. meminta pengusaha memberikan informasi tentang lowongan kerja yang ada dan syarat-syarat kerja yang harus dipenuhi oleh pencari kerja;
3. menempatkan pencari kerja berdasarkan keterampilan dan kemampuan fisik sesuai dengan lapangan kerja yang tersedia. 4. menghubungkan pencari kerja dan lowongan kerja yang ada
dari satu kantor penempatan tenaga kerja yang satu ke kantor penempatan tenaga kerja yang lain.
Adapun tugas kantor pelayanan penempatan tenaga kerja adalah sebagai berikut.
1. memberikan kemudahan dengan pemilahan jenis pekerjaan dan kegiatan;
2. memenuhi kebutuhan bagi pencari kerja yang termasuk kategori khusus (penyandang cacat);
3. khusus untuk pencari kerja/angkatan kerja muda harus diberikan bimbingan untuk pengembangan keterampilan dalam rangka penempatan;
(38)
4. menjamin bahwa kerja sama antara lembaga PPTK dan perusahaan jasa Penempatan TK swasta tidak bertujuan mencari keuntungan. Berikut ini fungsi dan tugas pelaksana pelayanan penempatan tenaga kerja di tiap tingkat pemerintahan.
1. Pemerintah pusat: merumuskan kebijakan pelayanan penempatan tenaga kerja (PTK), izin lembaga, mencari lowongan di dalam dan luar negeri, dan penyebarluasan informasi pasar kerja (IPK) skala nasional; menyusun proyeksi S & D TK (supply & demand tenaga kerja) skala nasional dan internasional, pembinaan jabatan fungsional PK (pengantar kerja).
2. Pemerintah provinsi: menyusun pelaksanaan kebijakan tingkat provinsi dan pembinaan kegiatan pelayanan PTK tingkat provinsi. 3. Pemerintah kabupaten/kota: pelaksana pelayanan PTK dan
pembinaan tingkat kabupaten/kota, pengendalian penggunaan TKA.
Direktorat Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri telah menetapkan standar pelayanan publik dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Direktur Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri Nomor 302 Tahun 2013 tentang Penetapan Standar Pelayanan Penerbitan Izin Lembaga Penempatan Tenaga Kerja Swasta (SIU LPTKS) - AKAD dan Surat Persetujuan Penempatan Tenaga Kerja Antar Kerja Antar Daerah (SPP - AKAD).
Mengenai alur pelayanan penerbitan Surat Izin Usaha Penempatan (SIUP) LPTKS - AKAD dan alur pelayanan penerbitan Surat Persetujuan Penempatan Tenaga Kerja Antar Kerja Antar Daerah (SPP - AKAD) dapat dilihat pada lampiran buku ini.
(39)
1. Pelayanan Antar Kerja
Pelayanan antar kerja meliputi lokasi kerja, target grup, pemberi kerja, serta status pekerjaan dalam hubungan kerja dan di luar hubungan kerja.
Lokasi kerja terdiri atas Antar Kerja Lokal (AKL), Antar Kerja Antar Daerah (AKAD), dan Antar Kerja Antar Negara (AKAN).
AKL adalah penempatan tenaga kerja antarkabupaten atau antarkota dalam satu provinsi. AKAD adalah penempatan tenaga kerja antarprovinsi dalam wilayah Republik Indonesia.
Yang menjadi target grup adalah tenaga kerja umum dan tenaga kerja khusus.
Adapun pemberi kerja adalah pemerintah dan swasta.
Status pekerjaan dalam hubungan kerja dan di luar hubungan kerja meliputi formal dan informal. Formal terdiri atas perusahaan, instansi pemerintah, BUMN/BUMD/koperasi, dan sebagainya. Adapun informal pola penempatannya meliputi: pendayagunaan TKS, pemberdayaan TKMSI, Terapan Teknologi Tepat Guna (TTG), Pengembangan Padat Karya, Inkubator Bisnis, dan sebagainya.
2. Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja
Yang menjadi pelaksana penempatan tenaga kerja adalah instansi pemerintah dan lembaga swasta yang berbadan hukum.
Instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan terdiri atas
a. Instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan di tingkat pusat;
b. Instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan di tingkat provinsi;
(40)
c. Instansi Pemerintah yang bertanggung jawab di bidang Ketenagakerjaan di kabupaten atau kota.
Adapun lembaga swasta berbadan hukum terdiri atas a. Lembaga Penempatan Tenaga Kerja Swasta (LPTKS);
b. Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS); c. Perusahaan (Pengguna Jasa Tenaga Kerja);
d. Bursa Kerja Khusus (BKK) di Satuan Pendidikan Tinggi, Pendidikan Menengah (Kejuruan), dan di Lembaga Pelatihan Keterampilan (LPK);
e. Penyelenggara Pameran Kesempatan Kerja (Job Fair).
3. Lokasi Penempatan
Lokasi penempatan tenaga kerja terdiri atas
a. Penempatan Tenaga Kerja Lintas Kabupaten/Kota dalam satu provinsi (Antar Kerja Lokal [AKL]);
b. Penempatan Tenaga Kerja Lintas Provinsi Dalam Wilayah NKRI (Antar Kerja Antar Daerah [AKAD]).
4. Tujuan Penempatan Tenaga Kerja AKAD
Tujuan penempatan tenaga kerja AKAD adalah sebagai berikut:
a. Menfasilitasi pencari kerja yang tidak mendapatkan kesempatan kerja di daerahnya untuk mendapatkan pekerjaan di daerah lain; b. Memenuhi kebutuhan tenaga kerja kepada pemberi kerja atau
pengguna jasa tenaga kerja yang tidak mendapatkan tenaga kerja sesuai persyaratan dan keahlian di daerahnya untuk mendapatkan tenaga kerja di daerah lain;
c. Penyebaran tenaga kerja dan pembangunan daerah di seluruh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI);
(41)
d. Meningkatkan taraf hidup tenaga kerja dan kesejahteraan keluarganya yang pada gilirannya dapat meningkatkan produktivitas dan perekonomian masyarakat;
5. Pelayanan Publik (Perizinan) Bidang Penempatan Tenaga Kerja
Dalam Negeri
Pelayanan publik (perizinan) bidang penempatan tenaga kerja dalam negeri meliputi:
a. Penerbitan Surat Persetujuan Penempatan (SPP) - AKAD;
b. Penerbitan Surat Izin Usaha Lembaga Penempatan Tenaga Kerja Swasta (SIU LPTKS) - AKAD.
C. Pelayanan Tenaga Kerja Luar Negeri
Pelayanan terhadap tenaga kerja luar negeri dikoordinasikan oleh Direktorat Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri (PTKLN).
1. Mekanisme Penempatan Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri
Berikut ini mekanisme penempatan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri sesuai Permenakertrans Nomor PER-14/MEN/X/2010.Atnaker/Konsuler Perwakilan RI sesuai UU 39/2004 Pasal 32 memberikan persetujuan hal berikut.
1. perjanjian kerja sama penempatan; 2. surat permintaan TKI dari Pengguna; 3. rancangan perjanjian kerja.
Menakertrans sesuai UU 39/2004 Pasal 32 mengeluarkan Surat Izin Pengerahan yang ditembuskan ke Dinas Provinsi.
Kemudian, Disnaker Provinsi sesuai Permenakertrans 14/2010 Pasal 4 mengeluarkan Surat Pengantar Rekrut.
(42)
Disnaker Kabupaten/Kota sesuai UU 39/2004 Pasal 36 melaksanakan Pendaftaran Pencari Kerja.
Dinas Kabupaten/Kota-PPTKIS (Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta) sesuai UU 39/2004 Pasal 34 dan Permenakertrans 14/2010 melaksanakan hal berikut:
a. penyuluhan dan bimbingan jabatan;
b. pendaftaran CTKI/perekrutan (KTP/Akta lahir: Kemendagri), (Ijazah terakhir: Kemendiknas), (Izin Suami/istri/orangtua/wali: Aparat desa), (Sertifikat kompetensi: BNSP), (Keterangan Sehat: Kemenkes);
c. seleksi;
d. daftar nominasi; e. asuransi pra;
f. pengesahan perjanjian penempatan.
Sementara itu, Dinas Kabupaten/Kota sesuai Permenakertrans 14/2010 Pasal 14 melaksanakan:
a. Berita Acara Hasil Seleksi yang disampaikan kepada PPTKIS; b. Rekomendasi paspor.
PPTKIS-BP3TKI sesuai Permenakertrans 14/2010 melakukan hal berikut:
a. Pre Medical Check Up: Kemenkes; b. Penampungan: Dinas Provinsi; c. Paspor: Kemenkumham; d. Diklat: Kemenakertrans; e. Uji Kompetensi LSP-BNSP;
(43)
Selanjutnya, Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI/BP3TKI) difasilitasi oleh Dinas Provinsi sesuai Permenakertrans 14/2010 Pasal 32 melakukan pembekalan akhir pemberangkatan.
Disnaker provinsi/kabupaten/kota sesuai Permenakertrans 14/2010 menerbitkan perjanjian kerja.
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI/ BP3TKI) sesuai dengan Permenakertrans 14/2010 Pasal 38 menerbitkan KTKLN.
PPTKIS, agensi luar negeri dan perwakilan (sesuai dengan UU 39/2004) kemudian mengatur keberangkatan ke luar negeri.
Sesuai dengan Permenakertrans 14/2010 Pasal 56 dan 57, Kepulangan TKI dari negara penempatan sampai tiba di daerah asal menjadi tanggung jawab PPTKIS. Selanjutnya, Pelayanan kepulangan TKI tersebut dilakukan melalui Pos Pelayanan TKI di pelabuhan embarkasi/debarkasi.
(44)
2. Prosedur Penerbitan SIP
Berikut ini bagan prosedur penerbitan Surat Izin Pengerahan (SIP).
(45)
Adapun tata cara penerbitan SIP adalah sebagai berikut.
a. PPTKIS mengajukan permohonan penerbitan SIP kepada Dirjen Binapenta u.p. Direktur Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri dengan melampirkan:
1) Kopi dan asli dokumen Perjanjian Kerjasama Penempatan TKI antara PPTKIS dengan Pengguna/Mitra Usaha.
2) Kopi dan asli dokumen Surat Permintaan TKI (Job Order/
Employment Order/Demand Letter/wakalah) atas nama PPTKIS yang bersangkutan.
3) Rancangan Perjanjian Kerja, dibuat dalam bahasa Indonesia dan bahasa negara penempatan yang mendapat persetujuan dari perwakilan RI.
4) Rancangan Perjanjian Penempatan.
b. Petugas melakukan registrasi pendaftaran permohonan penerbitan SIP yang diajukan oleh PPTKIS.
c. Petugas melakukan verifikasi terhadap kelengkapan dan keabsahan dokumen:
1) Jika dokumen dinyatakan tidak lengkap, maka petugas menolak/mengembalikan berkas permohonan dan meminta PPTKIS untuk melengkapi kekurangan persyaratan dokumen. 2) Jika Dokumen dinyatakan lengkap dan sah, maka petugas
memproses penerbitan SIP dan mengembalikan dokumen asli ke PPTKIS.
d. Sebelum SIP diterbitkan petugas memastikan bahwa: 1) SIPPTKI masih berlaku.
2) Pengajuan SIP sesuai dengan Rencana Kerja Penempatan (RKP) PPTKIS dan untuk rekrut CTKI yang akan bekerja pada pengguna perseorangan sesuai dengan pilihan kawasan (Kawasan Asia Pasifik atau Kawasan Timur Tengah).
(46)
3) SIP perpanjangan dapat diberikan 1 (satu) kali untuk jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan dengan ketentuan jangka waktu surat permintaan belum berakhir dan jumlah tenaga kerja belum terpenuhi.
4) Jangka waktu permintaan (Job Order/Employment Order/
Demand Letter/wakalah) masih berlaku dan jumlah TKI yang diminta belum terpenuhi.
5) PPTKIS tidak memiliki TKI bermasalah.
6) PPTKIS tidak sedang menjalani sanksi administratif.
e. Direktur Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri atas nama Dirjen Binapenta menerbitkan SIP kepada PPTKIS yang bersangkutan dengan tembusan instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan Provinsi daerah rekrut CTKI.
(47)
B
AB
4 S
ARAN
DAN
P
ENGADUAN
S
aran dan pengaduan yang berkaitan dengan ketenagakerjaan dapat disampaikan langsung oleh masyarakat kepada Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja (Ditjen Binapenta) melalui berbagai cara. Anda dapat datang langsung ke alamat Sekretariat Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja (Setditjen Binapenta) atau mengajukannya secara tertulis melalui surat dan faksimile. Anda juga dapat menghubungi kami lewat telepon dan melalui jaringan online kami.Semua saran dan pengaduan yang disampaikan masyarakat ke Ditjen Binapenta akan diverifikasi terlebih dahulu oleh tim, apakah pengaduan tersebut dapat ditangani oleh Binapenta dan bagaimana penanganannya. Hasil verifikasi adalah berupa rekomendasi tindak lanjut penanganan saran dan pengaduan.
A. Alamat Saran dan Pengaduan
Pesan Anda berupa saran dan pengaduan melalui surat reguler dapat dikirimkan ke alamat Setditjen Binapenta. Sertakan nama dan alamat lengkap Anda agar kami mudah menghubungi Anda kembali.
Anda juga dapat menghubungi kami melalui jaringan telepon atau mengirimkan berkas saran dan pengaduan melalui faksimile.
(48)
SETDITJEN BINAPENTA KEMNAKERTRANS RI Gedung Kemnakertrans RI
Jl. Jend Gatot Subroto Kav.51 Lt.IV-A Jakarta 12950
Telepon: +6221-5250991 Faksimile: +6221-5227588
B. Saran dan Pengaduan Secara Online
Saran dan pengaduan dapat dikirimkan juga melalui surat elektronik (email) ke alamat Setditjen Binapenta di [email protected].
Selain melalui email, saran dan pengaduan juga dapat disampaikan langsung melalui situs resmi Ditjen Binapenta. Caranya, buka website http://binapenta.depnakertrans.go.id.
(49)
Kemudian, klik menu “HUBUNGI KAMI” dan akan muncul tampilan berikut.
Isilah kolom Name dengan nama jelas Anda. Lalu, isi kolom
Email dengan alamat email Anda yang aktif agar sekretariat mudah menghubungi Anda. Kemudian, isi kolom Message dengan pesan, baik saran maupun pengaduan yang akan Anda sampaikan. Terakhir, klik Send. Dengan demikian, saran dan pengaduan Anda telah ada di
database situs untuk segera kami tindaklanjuti.
Anda juga dapat selalu terhubung dengan Ditjen Binapenta melalui beberapa akun media sosial yang telah dipersiapkan. Anda dapat mengikuti kami di akun Facebook, Twitter, maupun di channel Youtube.
(50)
Facebook: https://www.facebook.com/binapenta
(51)
Youtube: https://www.youtube.com/channel/UC1xxIhhz4WXeuoyrBNeqv5A/videos
C. Penanganan Pengaduan, Saran, dan Masukan
Direktorat PTKDN
Penanganan pengaduan, saran, dan masukan dalam pelaksanaan pelayanan publik kepada Direktorat Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri yaitu pelayanan penerbitan izin Lembaga Penempatan Tenaga Kerja Swasta (SIU LPTKS) - AKAD dan Surat Persetujuan Penempatan Tenaga Kerja Antar Kerja Antar Daerah (SPP - AKAD), dapat disampaikan masyarakat kepada unit pelayanan publik Direktorat Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri, dengan cara berikut ini.
(52)
1. Secara Lisan
a. Melalui telepon: 021-5250390
b. Datang langsung: Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav. 51 Jakarta Selatan, Direktorat Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri, Lantai 4 Blok A.
2. Secara Tertulis
a. Melalui surat ditujukan kepada Dirjen Binapenta, c.q. Direktur PTKDN, Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav. 51 Jakarta Selatan, Direktorat Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri, Lantai 4 Blok A;
b. Mengisi formulir pengaduan yang didapatkan di unit pelayanan publik di Direktorat Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri; c. Melalui email ke alamat: [email protected].
Sehubungan hal tersebut, Direktorat Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri menetapkan petugas penanganan pengaduan dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Direktur Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri.
(53)
B
AB
5 P
ENUTUP
D
emikianlah sekelumit perjalanan Ditjen Binapenta yang dapat kami persembahkan dengan tujuan agar Anda benar-benar mengenal kami. Dengan mengenal aktivitas Ditjen Binapenta, Anda yang bergelut dalam bidang ketenagakerjaan atau sebagai pencari kerja dapat memanfaatkan informasi serta program-program yang ada di Ditjen Binapenta.Ditjen Binapenta mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pembinaan penempatan tenaga kerja. Dengan kata lain, segala sesuatu yang memperluas kemungkinan terjadinya penempatan tenaga kerja diurus oleh Ditjen Binapenta.
Penempatan tenaga kerja dapat dibedakan berdasarkan lokasi penempatan, sifat hubungan kerja, dan target grup penempatan. Menurut lokasi, penempatan tenaga kerja dapat terjadi di dalam negeri dan di luar negeri. Adapun menurut sifat hubungan kerja, penempatan dapat dibedakan menjadi di dalam hubungan kerja (formal) dan di luar hubungan kerja (informal). Berdasarkan target grup, penempatan tenaga kerja melayani tenaga kerja umum, tenaga kerja khusus (muda, wanita, lansia, dan penyandang cacat), dan tenaga kerja asing (TKA).
Dengan karakteristik-karakteristik tersebut, Ditjen Binapenta menyusun kebijakan dan program kerjanya untuk memfasilitasi terjadinya sebanyak mungkin penempatan tenaga kerja. Untuk mendukung penempatan di dalam negeri, Ditjen Binapenta mengembangkan bursa kerja online yang berfungsi mempertemukan permintaan (lowongan kerja di perusahaan) dan penawaran (pencari
(54)
kerja). Penempatan luar negeri diatur dengan melakukan seleksi yang ketat terhadap pendirian dan operasional perusahaan penempatan tenaga kerja Indonesia swasta (PPTKIS) dan mendesain alur mekanisme pelayanan penempatan yang aman, mudah, dan murah.
Adapun mengenai sifat hubungan kerja, penempatan tenaga kerja formal pada dasarnya telah diakomodasi melalui bursa kerja online. Bagi tenaga kerja yang tidak terserap di sektor formal, beberapa program Ditjen Binapenta yang bertujuan memperluas kesempatan kerja, antara lain padat karya, terapan teknologi tepat guna, tenaga kerja sarjana, dan pembentukan wirausaha baru. Semua program tersebut atas dapat dilaksanakan bagi tenaga kerja umum dan khusus.
Terkait TKA, kebijakan Ditjen Binapenta diarahkan untuk mengendalikan jumlah TKA yang bekerja di Indonesia berdasarkan jabatan yang boleh diduduki TKA dan mengoptimalkan alih teknologi dari TKA ke tenaga pendamping asli Indonesia. Dengan kebijakan ini, Ditjen Binapenta mengharapkan tenaga kerja Indonesia mampu menduduki jabatan yang awalnya dijabat oleh TKA.
Dengan demikian, melalui Ditjen Binapenta Anda dapat memperoleh informasi dan memanfaatkan program-program Ditjen Binapenta bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, atau masyarakat di sekitar Anda. Bahkan, apabila Anda mempunyai ide atau sumbang saran untuk perbaikan sistem penempatan tenaga kerja, Anda pun akan tahu ke mana harus menyalurkan ide tersebut. Salam Binapenta.
(55)
Lampir
L
A
M
P
IR
A
N
Lampiran 1. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja, Kementerian Ketenagakerjaan Sesuai Permenakertrans Nomor Per.12/Men/VIII/2010
(56)
4848
Serba-serbi Inf
ormasi P
ela
yanan B
inapen
ta
Lampiran 2. Sebaran TKA Berdasarkan Sektor
No. Sektor Kategori 2009 2010 2011 2012 2013 2014
1 Pertanian (Agriculture) 8.202 8.537 10.537 2.200 8.015 2.582 2 Industri (Manifacture) 23.997 27.096 23.354 34.051 24.029 23.482 3 Jasa (Services): Perdagangan,
Pendidikan, Konstruksi, Keuangan, Kesehatan, dan Konsultan
25.892 29.523 43.416 36.176 36.913 38.540
(57)
Lampir
Lampiran 3. Sebaran TKA Berdasarkan Negara
No. Negara 2009 2010 2011 2012 2013 2014
1 Republik Rakyat Cina 10.826 12.075 16.153 16.731 14.371 15.341
2 Jepang 6.922 8.553 10.935 12.803 11.081 10.183
3 Korea Selatan 4.379 5.156 6.505 8.190 9.075 7.678
4 India 3.631 4.130 4.974 5.923 6.047 4.680
5 Malaysia 4.372 4.700 4.938 5.330 4.962 3.779
6 Amerika Serikat 3.235 3.752 4.483 4.644 2.197 2.497
7 Thailand 3.595 3.936 3.863 4.146 1.841 941
8 Australia 3.412 3.424 3.834 3.644 3.376 2.503
9 Philippina 2.628 3.353 3.816 3.588 2.601 2.509
10 Inggris 2.796 3.065 3.144 3.292 2.631 2.092
11 Negara Lainnya 12.295 13.012 14.662 4.136 10.775 12.401 Total 58.091 65.156 77.307 72.427 68.957 64.604
(58)
5050
Serba-serbi Inf
ormasi P
ela
yanan B
inapen
ta
Lampiran 4. Sebaran TKA Berdasarkan Jabatan
No. Level Jabatan 2009 2010 2011 2012 2013 2014
1 Profesional 20.771 25.938 34.811 32.285 23.650 19,522 2 Advisor/Konsultan 3.499 7.234 12.746 13.131 14.125 13,617
3 Manajer 8.966 10.503 12.485 11.707 13.924 12,557
4 Direksi 4.202 4.940 6.508 6.448 9.066 8,867
5 Supervisor 3.555 6.393 4.753 4.311 3.798 6,163
6 Teknisi 16.705 9.651 5.271 3.750 3.557 2,889
7 Komisaris 393 497 733 795 837 989
(59)
Lampir
(60)
5252
Serba-serbi Inf
ormasi P
ela
yanan B
inapen
ta
(61)
Lampir
(62)
5454
Serba-serbi Inf
ormasi P
ela
yanan B
inapen
ta
(63)
D
AFTAR
P
USTAKA
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Per.12/Men/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
http://binapenta.naker.go.id http://tka-online.naker.go.id http://www.naker.go.id
(64)
(1)
(2)
5252 Serba-serbi Inf ormasi P ela yanan B inapen ta
(3)
(4)
5454 Serba-serbi Inf ormasi P ela yanan B inapen ta
(5)
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Per.12/Men/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
http://binapenta.naker.go.id http://tka-online.naker.go.id http://www.naker.go.id
(6)