Persepsi mahasiswa pendidikan akuntansi terhadap profesi guru ditinjau dari minat mahasiswa masuk keguruan, prestasi mata kuliah PPL II dan latar belakang orang tua : studi kasus mahasiswa FKIP Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma

(1)

ABSTRAK

PERSEPSI MAHASISWA PENDIDIKAN AKUNTANSI TERHADAP

PROFESI GURU DITINJAU DARI MINAT MAHASISWA MASUK

KEGURUAN, PRESTASI MATA KULIAH PPL II DAN LATAR BELAKANG

ORANG TUA.

Studi Kasus : Mahasiswa FKIP Program Studi Pendidikan Akuntansi angkatan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Agil Waskitaningrum

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2011

Penelitian

ini

bertujuan

untuk mengetahui: (1) perbedaan persepsi mahasiswa

pendidikan akuntansi terhadap profesi guru ditinjau dari minat mahasiswa masuk

keguruan; (2) perbedaan persepsi mahasiswa pendidikan akuntansi terhadap profesi

guru ditinjau dari prestasi mata kuliah PPL II; (3) perbedaan persepsi mahasiswa

pendidikan akuntansi terhadap profesi guru ditinjau dari latar belakang orang tua.

Penelitian ini merupakan studi kasus. Populasi penelitian ini adalah

mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma

angkatan 2006-2007 yang telah mengambil mata kuliah PPL II yang berjumlah 80

mahasiswa. Dengan teknik purposive sampling. Mengambil sampel sebanyak 50

mahasiswa.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Data

dianalisis menggunakan Chi square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan persepsi mahasiswa

pendidikan akuntansi terhadap profesi guru ditinjau dari minat mahasiswa masuk

keguruan yang dibuktikan dengan koefisien

χ

2hitung

= 7,782 dengan tingkat

signifikansi 0,005; (2) ada perbedaan persepsi mahasiswa pendidikan akuntansi

terhadap profesi guru ditinjau dari prestasi mata kuliah PPL II yang dibuktikan

dengan koefisien

χ

2hitung

= 6,332 dengan tingkat signifikansi 0,012; (3) Tidak ada

perbedaan persepsi mahasiswa pendidikan akuntansi terhadap profesi guru ditinjau

dari latar belakang orang tua yang dibuktikan dengan koefisien

χ

2hitung (ayah)

= 0,654

dan

χ

2hitung (ibu)

= 0,081 dengan tingkat signifikansi 0,419 sdan 0,777.


(2)

ABSTRACT

THE PERCEPTION OF THE STUDENTS OF ACCOUNTING

EDUCATION ON THE PROFESSION OF TEACHER PERCEIVED FROM

THE STUDENTS’ INTEREST IN CONTINUING THEIR STUDIES TO

TEACHER TRAINING COLLEGE, STUDENTS’ ACHIEVEMENT ON THE

SECOND FIELD STUDY PROGRAM AND PARENTS’ EDUCATIONAL

BACKGROUND.

A Case Study: The Students of Faculty Education, Accounting Education

Students Program, Sanata Dharma University

Agil Waskitaningrum

Sanata Dharma University

Yogyakarta

2011

This study aims to know the different perception of the students of accounting

education program towards teacher’s profession perceived from: (1) students’

interest to continue their studies to Teacher Training College; (2) students’

achievement on the second field study program; (3) parents’ educational background.

This is a case study research. The population of this research is 80 students of

Accounting Education Students Program 2006-2007 batch who have taken the second

Field Study Program. The sampling technique is proposive sampling. The technique

of analyzing the data is Chi-Square (

χ

2

). The samples are 50 students.

The result indicates that: (1) there is different perception of the accounting

education students program towards the profession of teacher percieved from students

interest to continue their studies to Teacher Training College; correlation coefficient

is

χ

2value

=

7,782;

significance level is

0.005;

(2) there is different perception of the

accounting education students program towards the profession of teacher perceived

from achievement on the second field study program; correlation coefficient is

χ

2

value

=

6,332;

significance level is

0.012;

(3) there is not any different perception of the

accounting education students program towards the profession of teacher perceived

from the parents’ educational background; the correlation coefficient is

χ

2value(father)

=

0,654

and

χ

2value (mother)

=

0,081;

significance level is 0,419 and 0,777.


(3)

PERSEPSI MAHASISWA PENDIDIKAN AKUNTANSI

TERHADAP PROFESI GURU DITINJAU DARI MINAT

MAHASISWA MASUK KEGURUAN, PRESTASI MATA KULIAH

PPL II DAN LATAR BELAKANG ORANG TUA

Studi Kasus Mahasiswa FKIP Program Studi Pendidikan Akuntansi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

AGIL WASKITANINGRUM

NIM: 061334011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2011


(4)

(5)

(6)

PERSEMBAHAN

Karya kecil ini ku persembahkan untuk ayah dan ibuku serta adikku

tercinta yang selalu memberi dukungan baik moral dan material. Dan tak

lupa ku ucapkan terimakasih kepada ALLAH SWT yang selalu

memberikan petunjuk serta kemudahan jalan dalam segala hal.


(7)

Motto

“Senyum Ayah dan Ibu adalah semangat dan tujuan hidupku... ”

“Dengan iklas dan sabar, dibalik kesukaran pasti ada kemudahan …”

 


(8)

(9)

(10)

ABSTRAK

PERSEPSI MAHASISWA PENDIDIKAN AKUNTANSI TERHADAP

PROFESI GURU DITINJAU DARI MINAT MAHASISWA MASUK

KEGURUAN, PRESTASI MATA KULIAH PPL II DAN LATAR BELAKANG

ORANG TUA.

Studi Kasus : Mahasiswa FKIP Program Studi Pendidikan Akuntansi angkatan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Agil Waskitaningrum

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2011

Penelitian

ini

bertujuan

untuk mengetahui: (1) perbedaan persepsi mahasiswa

pendidikan akuntansi terhadap profesi guru ditinjau dari minat mahasiswa masuk

keguruan; (2) perbedaan persepsi mahasiswa pendidikan akuntansi terhadap profesi

guru ditinjau dari prestasi mata kuliah PPL II; (3) perbedaan persepsi mahasiswa

pendidikan akuntansi terhadap profesi guru ditinjau dari latar belakang orang tua.

Penelitian ini merupakan studi kasus. Populasi penelitian ini adalah

mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma

angkatan 2006-2007 yang telah mengambil mata kuliah PPL II yang berjumlah 80

mahasiswa. Dengan teknik purposive sampling. Mengambil sampel sebanyak 50

mahasiswa.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Data

dianalisis menggunakan Chi square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan persepsi mahasiswa

pendidikan akuntansi terhadap profesi guru ditinjau dari minat mahasiswa masuk

keguruan yang dibuktikan dengan koefisien

χ

2hitung

= 7,782 dengan tingkat

signifikansi 0,005; (2) ada perbedaan persepsi mahasiswa pendidikan akuntansi

terhadap profesi guru ditinjau dari prestasi mata kuliah PPL II yang dibuktikan

dengan koefisien

χ

2hitung

= 6,332 dengan tingkat signifikansi 0,012; (3) Tidak ada

perbedaan persepsi mahasiswa pendidikan akuntansi terhadap profesi guru ditinjau

dari latar belakang orang tua yang dibuktikan dengan koefisien

χ

2hitung (ayah)

= 0,654

dan

χ

2hitung (ibu)

= 0,081 dengan tingkat signifikansi 0,419 sdan 0,777.


(11)

ABSTRACT

THE PERCEPTION OF THE STUDENTS OF ACCOUNTING

EDUCATION ON THE PROFESSION OF TEACHER PERCEIVED FROM

THE STUDENTS’ INTEREST IN CONTINUING THEIR STUDIES TO

TEACHER TRAINING COLLEGE, STUDENTS’ ACHIEVEMENT ON THE

SECOND FIELD STUDY PROGRAM AND PARENTS’ EDUCATIONAL

BACKGROUND.

A Case Study: The Students of Faculty Education, Accounting Education

Students Program, Sanata Dharma University

Agil Waskitaningrum

Sanata Dharma University

Yogyakarta

2011

This study aims to know the different perception of the students of accounting

education program towards teacher’s profession perceived from: (1) students’

interest to continue their studies to Teacher Training College; (2) students’

achievement on the second field study program; (3) parents’ educational background.

This is a case study research. The population of this research is 80 students of

Accounting Education Students Program 2006-2007 batch who have taken the second

Field Study Program. The sampling technique is proposive sampling. The technique

of analyzing the data is Chi-Square (

χ

2

). The samples are 50 students.

The result indicates that: (1) there is different perception of the accounting

education students program towards the profession of teacher percieved from students

interest to continue their studies to Teacher Training College; correlation coefficient

is

χ

2value

=

7,782;

significance level is

0.005;

(2) there is different perception of the

accounting education students program towards the profession of teacher perceived

from achievement on the second field study program; correlation coefficient is

χ

2

value

=

6,332;

significance level is

0.012;

(3) there is not any different perception of the

accounting education students program towards the profession of teacher perceived

from the parents’ educational background; the correlation coefficient is

χ

2value(father)

=

0,654

and

χ

2value (mother)

=

0,081;

significance level is 0,419 and 0,777.

 

 


(12)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atats kasih dan rahmat-Nya,

sehingga skripsi ini dapat selesai tepat waktu. Skripsi ini, yang ditulis dan diajukan

untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program

Studi Pendidikan Akuntansi, berisi tentang proses pengembangan buku praktik

manual siklus akuntansi perusahaan dagang tingkat SMK.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini telah banya

mendapatkan saran dan kritik dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan

terima kasih sedalam-dalamnya kepada:

1.

Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2.

Bapak Y. Harsoyo S.Pd., M.Si. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

3.

Bapak L. Saptono. S.Pd., M.si. Selaku Kepala Program Studi Pendidikan

Akuntansi.

4.

Bapak Ig. Bondan Suratno. S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing, yang

dengan sabar membimbing penulis dalam menyususn skripsi, membrikan

saran, masukan, semangat, dorongan serta pelajaran hidup yang berharga.

Terimakasih untuk semuanya.


(13)

5.

Bapak Ag. Heri Nugraha, S. Pd., M. Pd dan Ibu Natalina Premastuti

Brataningrum. S. Pd., M. Pd. selaku dosen penguji yang telah meluangkan

waktu dalam memberikan bimbingan, memberi kritik dan saran untuk

kesempurnaan skripsi ini.

6.

Para Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta, Yang telah banyak memberikan bekal ilmu kepada

penulis selama kuliah.

7.

Pak wawi dan mbak Aris dan semua karyawan di sekretariat Pendidikan

Akuntansi terimakasiah atas segala keramahannya dalam membantu penulis

selama kuliah di USD.

8.

Kedua Orang Tua dan Adikku tercinta yang tidak pernah lelah memberikan

dukungan, doa dan semangat baik moril maupun matrerial, serta semangat

kepada penulis.

9.

My Guardian Angel yang selalu menjadi sahabat di saat suka dan duka,

terima kasih atas motivasi dan semangat yang diberikan kepada penulis.

10.

Romo Kun, Mas Agus, Mas Adek, Tia serta teman-teman Grisadha yang

selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis. Terimakasih.

11.

Sahabat seperjuangan: Vivin yang selalu membantu penulis dalam

penyusunan skripsi, terimakasih.

12.

Cinot, Arcil, Galih, Dwi Setya dan Retno yang selalu menemani penulis saat

menyebar kuesioner. Terimakasih.


(14)

(15)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang ... 1

B.

Batasan Masalah ... 3

C.

Masalah Penelitian ... 4

D.

Tujuan Penelitian ... 5

E.

Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.

Tinjauan Teoritik ... 6

B.

Kerangka Berfikir ... 37

C.

Model Penelitian ... 39


(16)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A.

Jenis Penelitian ... 41

B.

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41

C.

Subjek dan Objek Penelitian ... 41

D.

Populasi, Sampel dan Penarikan Sampel ... 42

E.

Variabel Penelitian dan Pengukuran ... 43

F.

Teknik Pengumpulan Data ... 47

G.

Teknik Pengujian Instrumen ... 48

H.

Teknik Analisis Deskriptif ... 53

I.

Teknik Analisis Data ... 53

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A.

Deskripsi Data

...

55

B.

Analisis Data ... 59

C.

Pembahasan Hasil Penelitian ... 65

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

A.

Kesimpulan ... 75

B.

Keterbatasan ... 76

C.

Saran - saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 78

LAMPIRAN


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Variabel Persepsi Mahasiswa Terhadsap Profesi Guru .... 43

Tabel 3.2 Variabel Minat Mahasiswa Masuk Keguruan ... 44

Tabel 3.3 Variabel Prestasi Mata Kuliah PPL II ... 45

Tabel 3.4 Variabel Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 46

Tabel 3.5 Hasil Pengukuran Uji Validitas Persepsi ... 49

Tabel 3.6 Hasil Pengukuran Uji Validitas Minat ... 50

Tabel 3.7 Hasil Pengukuran Uji Validitas Prestasi ... 50

Tabel 3.8 Tingkat Keterandalan variabel penelitian ... 52

Tabel 3.9 Rangkuman Hasil Uji Reabilitas Instrumen Penelitian ... 53

Tabel 4.1 Deskripsi Minat Mahasiswa ... 55

Tabel 4.2 Deskripsi Prestasi Mata Kuliah PPL II ... 56

Tabel 4.3 Deskripsi Latar Belakang Orang Tua (ayah) ... 57

Tabel 4.4 Deskripsi Latar Belakang Orang Tua (Ibu) ... 57


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Kuesioner Penelitian ... 82

Lampiran 2 Data Induk Penelitian ... 93

Lampiran 3 Uji Validitas dan Reabilitas ... 103

Lampiran 4 Penilaian Acuan Patokan (PAP II) ... 110

Lampiran 5 Uji Chi Square ... 114

Lampiran 6 Daftar Tabel Chi Square & Normalitas ... 121

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian ... 122

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kualitas suatu negara akan ditentukan oleh kualitas pendidikan negara tersebut. Pendidikan merupakan fasilitator dan dinamisator kehidupan bagi individu, sosial dalam keluarga, sekolah dan lingkungan yang lebih luas yaitu masyarakat. Pendidikan sebagai fasilitator maksudnya menyediakan situasi kondisi yang dibutuhkan oleh individu yang belajar, sedangkan pendidikan sebagai dinamisator maksudnya pendidikan menghantar pembelajaran untuk mencapai kesejahteraan.

Dalam belajar terdapat unsur-unsur dinamis. Unsur-unsur dinamis dalam belajar tersebut merupakan unsur-unsur yang dapat berubah dalam proses belajar. Perubahan unsur-unsur tersebut ditunjukkan dari tidak ada menjadi ada, atau dari lemah menjadi kuat, dari sedikit menjadi banyak dan sebaliknya. Salah satu unsur dinamis dalam belajar tersebut adalah persepsi. Persepsi dalam penelitian ini adalah proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya kemudian mengorganisasikan dan menginterprestasikan sehingga individu mengerti tentang apa yang diinderakan (Walgito, 1994:53).

Belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun suatu pemahaman (Suryabrata, 1984:253), sedangkan belajar sendiri menghasilkan perubahan berupa pengetahuan-pengetahuan, ketrampilan dan nilai sikap.


(20)

Salah satu faktor untuk mencapai tujuan belajar yang diharapkan adalah minat siswa yang belajar. Minat seseorang dapat berbeda-beda, hal ini dipengaruhi banyak faktor (Slamet, 1988: 52). Minat selain memungkinkan untuk konsentrasi atau memusatkan pikiran, juga menimbulkan semangat dalam belajar. Apabila semangat dalam belajar sudah didapatkan, maka seseorang akan memiliki rasa untuk mengembangkan ilmu yang telah didapat dengan membagikannya kepada orang lain. Dari situlah seseorang mulai berpandangan tentang profesi pengajar yang secara formil disebut guru/ dosen. Contohnya, apabila seseorang berminat untuk masuk dalam program studi tertentu/ khususnya keguruan, maka besar kemungkinan akan mempengaruhi persepsi positif mengenai profesi guru.

Dalam mata kuliah PPL II mahasiswa dikenalkan dengan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan profesi guru, mulai dari mata kuliah teori hingga mata kuliah praktik. Mahasiswa juga telah mendapat mata kuliah praktik yang berhubungan langsung dengan aktivitas keguruan di sekolah yaitu mata kuliah PPL II, maka ia akan merasa lebih mantap terlebih ketika mahasiswa memperoleh nilai yang memuaskan. Kegiatan ini akan berpengaruruh juga pada presepsi mahasiswa terhadap profesi guru karena mereka telah merasakan menjadi bagian dari dunia pendidikan.

Latar belakang pendidikan orang tua akan sangat mempengaruhi persepsi mahasiswa terhadap profesi guru, terlebih apabila orang tua mahasiswa memiliki latar belakang pendidikan keguruan serta berkecimpung


(21)

belakang pendidikan orang tua yang familiar dengan dunia pendidikan itulah, pola pikir, pandangan serta penilaian seseorang terhadap profesi guru akan mulai dibentuk dan diarahkan orang tua sehingga persepsi terhadap profesi guru akan bertambah positif.

Fenomena mengenai profesi guru muncul seiring dengan tuntutan kualitas pendidikan di Indonesia. Pengajar di lembaga pendidikan semestinya berasal dari jurusan keguruan, namun mahasiswa yang berasal dari jurusan keguruan (FKIP) sedikit yang berkeinginan untuk menjadi guru. Ini mengakibatkan jabatan guru beberapa diisi oleh orang-orang dari jurusan non keguruan. Guru yang berasal dari lulusan non keguruan tidak memahami psikologi pendidikan atau materi-materi yang berhubungan dengan pendidikan karena materi tersebut tidak diperolehnya sewaktu kuliah.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai “Persepsi Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Terhadap Profesi Guru Ditinjau Dari Minat Mahasiswa Masuk Keguruan, Prestasi Mata Kuliah PPL II dan Latar Belakang Orang Tua”. Studi kasus pada mahasiswa FKIP program studi Pendidikan Akuntansi angkatan 2006-2007 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

B. Batasan Masalah

Adanya minat mahasiswa untuk masuk keguruan (FKIP) dan peniliaian baik dalam mata pelajaran praktik (PPL II) di sekolah serta latar belakang orang tua akan merubah persepsi mahasiswa terhadap profesi


(22)

guru serta memotivasi mahasiswa untuk menjadi guru yang trampil. Dalam penelitian ini, peneliti memilih mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi sebagai subyek penelitian dengan alasan munculnya berbagai macam persepsi mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi terhadap profesi guru khususnya guru akuntansi.

Berdasarkan pada identifikasi masalah, peneliti membatasi masalah yaitu minat mahasiswa masuk keguruan, prestasi mata kuliah PPL II dimana mahasiswa memperoleh pengalaman menjadi calon guru didukung dengan latar belakang orang tua.

C. Masalah Penelitian

Masalah Penelitian adalah:

1. Apakah ada perbedaan persepsi mahasiswa Pendidikan Akuntansi

terhadap profesi guru ditinjau dari minat mahasiswa masuk keguruan?

2.Apakah ada perbedaan persepsi mahasiswa Pendidikan Akuntansi

terhadap profesi guru ditinjau dari prestasi mata kuliah PPL II?

3.Apakah ada perbedaan persepsi mahasiswa Pendidikan Akuntansi


(23)

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui perbedaan persepsi mahasiswa Pendidikan Akuntansi terhadap profesi guru ditinjau dari minat mahasiswa masuk keguruan. 2.Untuk mengetahui perbedaan persepsi mahasiswa Pendidikan Akuntansi

terhadap profesi guru ditinjau dari prestasi mata kuliah PPL II.

3.Untuk mengetahui perbedaan persepsi mahasiswa Pendidikan Akuntansi terhadap profesi guru ditinjau dari latar belakang orang tua.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Program Studi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi program studi keguruan (FKIP) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta untuk semakin mengembangkan visi dan misinya sehingga minat mahasiswa atau masyarakat luas terhadap profesi guru semakin meningkat.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai saran untuk menciptakan suasana kompetitif yang sehat antara (FKIP) dan non FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bagi Peneliti

Dengan penelitian ini penulis memperoleh tambahan wawasan, pengalaman dan pengetahuan dalam mempraktekkan ilmu dan teori yang diperoleh di bangku kuliah.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Teoritik 1. Persepsi Mahasiswa

a. Pengertian Persepsi

Persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman (Thoha, 1988: 138). Menurut Rahmanto (1985:64) persepsi adalah pengalaman tentang proyek, peristiwa atau hasil hubungan-hubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi dan menafsirkan perasaan

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh pengindraan yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya (Walgito,1994:53). Menurut Davidof (1981) melalui stimulus yang diterimanya, individu akan mengalami persepsi. Persepsi adalah proses mengorganisasikan, menginterpretasikan sehingga individu mengerti tentang apa yang diinderakan.

Sejak manusia dilahirkan di dunia ini sejak itu secara langsung ia berhubungan dengan dunia luarnya. Mulai saat itu pula ia menerima


(25)

sendiri. Ia merasa kedinginan, sakit, dan sebagainya, kesan tersebut diperoleh dari lingkungannya, merupakan hasil dari proses persepsi. Setelah manusia menginderakan obyek di lingkungannya, ia memperoleh hasil penginderaannya itu, dan timbullah makna tentang obyek itu pada diri manusia yang bersangkutan (Sarwono, 1992: 47)

Dari pengertian persepsi diatas dapat disimpulkan bahwa, persepsi mahasiswa adalah pandangan mahasiswa tentang suatu obyek (dalam hal ini dalah profesi guru) yang diperoleh dengan mengumpulkan dan menginterpretasikan informasi, sehingga mahasiswa tersebut dapat mengerti tentang apa yang diinderakan.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi

Persepsi terhadap satu stimulus mungkin berbeda antara satu individu dengan individu lainnya, walaupun stimulus itu sama dan disampaikan oleh orang yang sama. Hal ini dapat terjadi karena tergantung dari individu, apa yang hendak dipersepsi/bagaimana sesuatu yang akan dipersepsi tersebut diorganisasikan dan diinterpretasikan, tetapi hal ini tidak berarti persepsi orang satu dengan lainnya tidak mungkin terjadi kesamaan. Hal ini lebih banyak tergantung proses di dalam otak (Sarwono, 1992: 67)

Persepsi yang terbentuk sekurang-kurangnya dipengaruhi oleh tiga faktor (Mulyadi, 1989: 234-235).


(26)

a. orang yang membentuk persepsi itu sendiri

Kondisi intern atau karakteristik pribadi, sangat menentukan persepsi yang dibentuk. Termasuk dalam kategori kondisi intern ini antara lain: kebutuhan, kelelahan, kecemasan, sikap, motivasi, harapan, pengalaman masa lalu, dan kepribadian.

b. stimulus yang berupa obyek maupun peristiwa tertentu

Obyek yang diamati (benda, orang, peristiwa, proses, dan lain-lain) ikut juga menentukan persepsi yang dibentuk oleh seseorang. Masing-masing obyek tersebut memiliki karaktristik yang berbeda satu sama lain. Setiap obyek juga memiliki sejumlah karakteristik jumlah tertentu. Karakteristik yang dianggap paling menonjol oleh seseorang biasanya paling menentukan persepsi yang dibentuk. Sebagai contoh, dalam sebuah organisasi terdapat seorang anggota yang penampilannya sangat mengesankan. Cara berpakaiannya sangat rapi, sopan, rajin, ramah dan mudah bergaul terhadap anggota yang memiliki karakteristik seperti itu, anggota lain umumnya segera membentuk persepsi positif terhadapnya.

c. situasi dimana pembentukan persepsi itu terjadi.

Situasi saat terjadinya pembentukan persepsi juga berpengaruh terhadap persepsi yang dibentuk. Termasuk dalam pengertian situasi ini antara lain: tempat, waktu, suasana (sedih, gembira), dan lain-lain.


(27)

2. Profesi Guru

1. Pengertian Profesi

Kata “profesional” (KBBI) berasal dari kata sifat yang berarti “pencaharian” dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim dan sebagainya. Menurut Sudjana (Usman 1995) dengan kata lain pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain. Menurut Sikun Pribadi, (Hamalik, 2003:2) profesi itu pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka, bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa, karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu. Sedangkan menurut Nugroho (Indris dan Jamal, 1992:43) profesi bukan sekedar pekerjaan atau vocation melainkan suatu vokasi khusus yang mempunyai ciri-ciri keahlian (expenrtise),

tanggung jawab (responsibility), dan rasa kesejawatan

(corporateness) .

Ciri-ciri profesi menurut Supriadi (1998: 96-97) sebagai berikut:

a. pekerjaan itu mempunyai fungsi signifikan sosial karena

diperlukan mengabdi pada masyarakat;

b. profesi menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh lewat


(28)

dilakukan dalam lembaga tertentu yang secara sosial dapat dipertanggungjawabkan (Accountable);

c. profesi didukung oleh suatu disiplin ilmu (A sysmatic body of knowledge) bukan sekedar serpihan atau hanya commonsen;, d. ada kode etik yang menjadi pedoman perilaku anggotanya beserta

sanksi yang jelas dan tegas terhadap pelanggar kode etik; e. konsekuensi dari layanan yang diberikan pada masyarakat. Sedangkan ciri-ciri profesi menurut Gibson (1965, Arikunto 1980:

236) adalah sebagai berikut:

a. pengakuan oleh masyarakat terhadap layanan tertentu yang hanya dapat dilakukan oleh kelompok pekerja yang dikategorikan sebagai suatu profesi;

b. dimilikinya sekumpulan bidang ilmu yang menjadi landasan

sejumlah teknik dan prosedur yang unik;

c. diperlukannya persiapan yang sengaja dan sistematik sebelum

orang mampu melaksanakan suatu pekerjaan profesional;

d. dimilikinya organisasi profesional yang di samping melindungi kepentingan anggotanya dari saingan kelompok luar, juga berfungsi tidak saja menjaga, akan tetapi sekaligus selalu berusaha meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat, termasuk tindak-tindak etis profesional kepada anggotanya.


(29)

Berdasarkan ciri-ciri profesi yang ke empat yaitu adanya organisasi profesi yang merupakan suatu wadah tempat para anggota profesional tersebut menggabungkan diri dan mendapat perlindungan. Maka di Indonesia organisasi profesional bidang pendidikan bidang yang sudah ada antara lain, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Ikatan Sarjana Administrasi Pendidikan Indonesia (ISAPI), dan ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) (Idris,1992:43). Menurut Depdikbud, (Idris dan Jamal. 1992:43), PGRI berfungsi sebagai berikut:

a. menyatukan seluruh kekuatan guru dalam satu wadah; b. mengusahakan adanya kesatuan langkah dan tindakan; c. melindungi kepentingan anggota-anggotanya;

d. mengawasi kemampuan anggota-anggotanya dengan selalu

meningkatkan kemampuannya;

e. menyiapkan program-program peningkatan kemampuan anggota; f. menyiapkan fasilitas penerbitan dan bacaan lainnya dalam rangka

peningkatan kemampuan profesional, dan

g. mengambil tindakan anggota yang melakukan pelanggaran. Dan

kemungkinan melakukan pembinaan.

Untuk mengatur keseluruhan tingkah laku dan sikap anggota, organisasi profesional harus mempunyai kode etik profesional. Dengan kata lain, kode etik itu merupakan ukuran nilai bagi para anggotanya untuk bertingkah laku dan bersikap dalam melaksanakan


(30)

kegiatan pelayanan kepada masyarakat. Berikut ini kode etik yang dikutip dari Landasan dan Pedoman Organisasi PGRI Penerbitan Khusus PGRI No. 15/1079:

Persatuan Guru Republik Indonesia menyadari pendidikan merupakan suatu bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa dan Tanah Air, kemanusiaan pada umumnya; dan guru Indonesia yang berjiwa Pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945 merasa turut bertanggung jawab pada terwujudnya citi-cita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945. Atas dasar itu, menurut (Idris dan Jamal, 1992:44) guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya sebagai guru dengan mempedoman isi pernyataan berikut ini:

a. guru berbakti membimbing peserta didik seutuhnya untuk

membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila;

b. guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan peserta didik masing-masing;

c. guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh

informasi tentang peserta didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan;

d. guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara

hubungan dengan orang tua murid sebaik-baiknya bagi kepentingan peserta didik;


(31)

e. guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan;

f. guru secara sendiri-sendiri dan/atau bersama-sama berusaha

mengembangkan dan meningkatkan mutu profesionalnya;

g. guru menciptakan dan memelihara hubungan antar sesama guru,

baik berdasarkan lingkungan kerja maupun di dalam hubungan keseluruhan;

h. guru secara bersama-sama memelihara, membina dan

meningkatkan mutu organisasi guru profesional sebagai sarana pengabdian.

2. Pengertian Guru

Dalam Kamus Bahasa Indonesia (1976) guru diartikan sebagai seorang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Guru merupakan profesi atau jabatan/pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru (Usman,1995: 6). Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sabagai guru. Orang yang pandai berbicara dalam bidang-bidang tertentu, belum dapat disebut sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus yang dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu. Sedangkan menurut Masidjo (1992: 10), guru adalah seorang pekerja profesional yang diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab oleh atasan yang


(32)

berwenang untuk melaksanakan pendidikan disekolah khususnya dalam kegaiatan PBM dan kegiatan instruksional dari mata pelajaran yang diampunya. Dari ketiga pengertian di atas tampak bahwa ketiganya sama-sama menunjuk bahwa guru merupakan pekerjaan.

Menurut Samana (1994:11), guru atau tenaga pendidik yang dikutipnya dari PP No. 38/ 1992, Bab I, Pasal I, ayat I adalah warga masyarakat yang mengabdikan diri secara langsung dalam penyelenggaraan lembaga pendidikan tertentu. Dengan demikian guru merupakan tenaga pendidik yang bekerja dilembaga pendidikan. Sedangkan pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal (Usman, 1995:15)

Adapun persyaratan khusus profesi (guru) yang dikemukakan oleh Moh Ali (Usman 1955: 15) antara lain sebagai berikut:

a. menuntut adanya ketrampilan yang berdasarkan konsep dari ilmu pengetahuan yang mendalam;

b. menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai

dengan bidang profesinya;

c. menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai;

d. adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari dampak


(33)

Selain persyaratan tersebut, masih ada persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap pekerjaan yang tergolong kedalam suatu profesi (Usman, 1995: 15) antara lain:

a. memiliki kode etik, sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya;

b. memiliki klien/obyek layanan yang tetap, seperti dokter dengan pasiennya, guru dengan muridnya;

c. diakui oleh masyarakat karena memang diperlukan jasanya

dimasyarakat.

Untuk melaksanakan tugas secara bertanggung jawab, seorang guru wajib memiliki berbagai kemampuan dasar keguruan. Kemampuan dasar keguruan yang dimaksud meliputi kemampuan dasar personal-sosial dan kemampuan dasar profesional (Masidjo, 1992: 10), sebagai berikut.

a. Kemampuan Dasar Personal-Sosial

Kurikulum Pendidikan Tenaga kependidikan Program Studi Strata Satu (Depdikbud, Dikti: 1991/1992) menyebutkan beberapa kemampuan dasar personal sosial yang harus dimiliki seorang guru yang meliputi:

1)kemampuan beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa;

2)kemampuan berpikir mandiri dan mampu mengungkapkan dalam


(34)

3)kemampuan mengembangkan sifat-sifat pribadi yang terpuji yang disyaratkan bagi jabatan guru-pendidik;

4)kemampuan untuk memahami kemampuan dan keterbatasan

dirinya didalam pelaksanaan tugas-tugas profesionalnya;

5)kemampuan berkomunikasi dengan teman sejawat untuk

meningkatkan kemampuan profesionalnya;

6)kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat untuk penunaian

misi pendidikan dengan mengamalkan bidang studi dan ketrampilannya.

b. Kemampuan Dasar Profesional

Menurut (Darmodiharjo, 1980) kemampuan dasar profesional yang harus dimiliki seorang guru meliputi 10 hal yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut.

1) Penguasaan bahan pelajaran sehingga dapat menjadi informator yang merupakan sumber informasi kegiatan pengajaran.

2) Pengelolaan program belajar mengajar dari setiap mata pelajaran yang diampunya.

3) Pengelolaan kelas sehingga memungkinkan dilaksanakan

kegiatan proses belajar mengajar sesuai dengan kemampuan siswa.

4) Pemakai media dan sumber belajar. 5) Pengelolaan interaksi belajar mengajar.


(35)

6) Penguasaan landasan-landasan kependidikan yang tampak dalam perannya sebagai pribadi dan pendidik dalam melaksanakan interaksi belajar mengajar.

7) Pengenalan fungsi dan program bimbingan dan konseling di

sekolah.

8) Pengenalan dan penyelenggaraan administrasi sekolah baik

sebagai proses maupun sebagai bidang garapan.

9) Pemahaman prinsip-prinsip dan penafsiran hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.

10)Penilaian prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.

11)Agar hasil belajar benar-benar mencerminkan prestasi belajar yang sesungguhnya, seorang guru harus mampu melaksanakan kegiatan pengukuran dan penilaian prestasi belajar siswa secara bertanggung jawab. Dengan demikian seorang guru memperoleh umpan balik yang berharga untuk pengembangan pengajarannya. Guru sebagai pendidik memiliki tugas-tugas tertentu yang berbeda dengan profesi yang lain. Menurut Samana (1994: 12) tugas pendidik sebagai berikut.

a. Tenaga pembimbing (petugas bimbingan konseling) adalah

tenaga kependidikan yang dengan keahliannya membimbing peserta didik (klien) agar mengenali dirinya termasuk kemampuan potensinya dan mengetahui perkembangan dirinya.


(36)

b. Tenaga pengajar adalah tenaga kependidikan yang tugas utamanya menyampaikan bahan pelajaran kepada peserta didik baik yang bersikap akademis, maupun yang bersifat ketrampilan.

c. Tenaga pelatih/instruktur latihan ketrampilan adalah tenaga kependidikan yang secara bertahap serta sistematis melatih peserta didik untuk menguasi ketrampilan tertentu yang menjadi sasaran pelajaran.

Sedangkan tugas guru menurut Usman (1995:6) dibagi menjadi tiga.

a. Tugas dalam bidang profesi

Guru merupakan profesi/jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Tugas ini tidak dapat dilakukan oleh sembarangan orang di luar kependidikan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih merupakan kegiatan mengembangkan ketrampilan-ketrampilan pada siswa.


(37)

b. Tugas dalam bidang kemanusiaan

Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua.

c. Tugas dalam bidang kemasyarakatan

Tugas di dalam masyarakat, tugas guru memberi teladan atau contoh. Dimana dalam lingkungan masyarakat, guru diharapkan membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi masyarakat sekitarnya.

Sedangkan peranan guru yang dikemukakan oleh Adams dan Dickey, (Hamalik, 2003: 123) adalah sebagai berikut. a. Guru sebagai pengajar

Guru bertugas memberikan pengajaran di dalam sekolah (kelas). Guru menyampaikan pelajaran agar murid memahami dengan baik semua pengetahuan yang telah disampaikan itu. Selain itu guru juga berusaha agar terjadi perubahan sikap, ketrampilan, kebiasaan, hubungan sosial, apresiasi dan sebagainya melalui pengajaran yang diberikannya.

Untuk mencapai tujuan-tujuan itu maka guru perlu memahami sedalam-dalamnya pengetahuan yang akan menjadi tanggungjawabnya dan menguasai dengan baik metode dan teknik mengajar.


(38)

b. Guru sebagai pembimbing

Guru berkewajiban memberikan bantuan kepada murid agar mereka mampu menemukan masalahnya sendiri, memecahkan masalahnya sendiri dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Murid-murid membutuhkan bantuan guru dalam hal mengatasi kesulitan-kesulitan pribadi, kesulitan pendidikan dan kesulitan lainnya.

c. Guru sebagai pemimpin

Guru berkewajiban mengadakan supervisi atas

kegiatan belajar murid, membuat rencana pengajaran bagi kelasnya, mengadakan manajemen belajar sebaik-baiknya, melakukan manajemen kelas, mengatur disiplin kelas secara demokratis. Dengan manajemen ini guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang serasi, menyenangkan dan merangsang dorongan belajar para anggota kelas.

d. Guru sebagai ilmuan

Guru dipandang sebagai orang yang berpengetahuan. Berkewajiban menyampaikan pengetahuan yang dimilikinya kepada murid, guru berkewajiban mengembangkan pengetahuan itu dan


(39)

terus-e. Guru sebagai pribadi

Sebagai pribadi setiap guru harus memiliki sifat-sifat yang disenangi oleh murid-muridnya, oleh orang tua dan oleh masyarakat. Sifat-sifat ini sangat diperlukan agar dia dapat melaksanakan pengajaran secara efektif. f. Guru sebagai penghubung

Sekolah berdiri diantara dua lapangan, di satu pihak mengemban tugas menyampaikan dan mewariskan ilmu, teknologi dan kebudayaan yang terus-menerus berkembang, di lain pihak ia bertugas menampung aspirasi, masalah kebutuhan minat dan tuntutan masyarakat. Diantara kedua lapangan inilah sekolah memegang peranannya sebagai penghubung dimana guru berfungsi sebagai pelaksana.

g. Guru sebagai pembaharu

Pembaharu dalam masyarakat terjadi berkat

masuknya pengaruh ilmu dan teknologi modern, yang datang dari negara-negara berkembang. Masuknya pengaruh-pengaruh itu ada yang secara langsung ke dalam masyarakat dan ada yang melalui lembaga pendidikan (sekolah). Guru memegang peranan sebagai pembaharu, karena melalui kegiatan guru menyampaikan ilmu dan teknologi.


(40)

h. Guru sebagai pembangunan

Sekolah turut memperbaiki masyarakat dengan cara memecahkan masalah-masalah yang ada dalam masyarakat dan turut melakukan kegiatan-kegiatan pembangunan yang sedang dilaksanakan oleh masyarakat. Guru baik sebagai pribadi maupun sebagai guru profesional dapat menggunakan setiap kesempatan yang ada untuk membantu berhasilnya rencana pembangunan masyarakat, saperti: kegiatan keluarga berencana, koperasi dan sebagainya.

Disamping tugas-tugas dan peranan guru tersebut, karakteristik kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang guru (Syah, 1995: 227-230) antara lain:

a. fleksibilitas kognitif (keluwesan ranah cipta)

merupakan kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan secara simultan dan memadai dalam situasi tertentu;

b. keterbukaan psikologis kepribadian merupakan dasar kompetensi profesional (kemampuan dan wewenang melaksanakan tugas) keguruan yang harus dipilih setiap guru.


(41)

pendidikan yang khusus mempersiapkan jabatan itu. Demikian pula dengan profesi guru, harus ditempuh melalui jenjang pendidikan pre service education seperti Pedidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), IKIP dan Fakultas Keguruan di luar lembaga IKIP (Usman, 1995: 15)

3. Pengertian Minat

1. Minat

Minat merupakan faktor psikologis yang dapat menentukan pilihan seseorang. Selain itu, minat juga merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk kemajuan dan keberhasilan seseorang. Seorang yang mengerjakan suatu pekerjaan yang disertai dengan minat, pada umumnya akan memperoleh hasil yang lebih baik daripada mereka yang tidak berminat. Pekerjaan yang disertai minat itu akan membuahkan hasil (Winkel, 1994:30)

Minat adalah kecenderungan yang menetap pada subyek untuk merasa tertarik pada hal-hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang tersebut. Dengan kata lain, dapat berarti bahwa tanpa adanya minat yang menentap pada subyek, dalam mengerjakan sesuatu subyek akan merasa bosan dan hasil yang dicapai tidak memuaskan, sehingga minat dikatakan sebagai penentu pilihan (Winkel, 1994:30).


(42)

Selanjutnya, Whitherington (Buchori, 1999:135) mengemukakan bahwa minat adalah kesadaran seseorang bahwa, obyek seseorang suatu soal atau suatu situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya. Minat adalah suatu pemusatan perhatian yang tidak sengaja terlahir dengan penuh kemauan. Minat termasuk dalam aspek afektif, yaitu suatu aspek yang didalamnya mengandung unsur perasaan.

Antara minat dan perasaan terdapat hubungan timbal balik, sehingga tidak mengherankan jika mahasiswa yang berperasaan tidak senang juga akan kurang berminat. Munculnya minat tidak terbentuk secara tiba-tiba, melainkan terbentuk dan proses interaksi di kampus, di masyarakat dan di keluarga.

Menurut Winkel (1984:45), faktor-faktor non intelektual seperti motivasi untuk belajar yang mulai berkurang disebabkan karena tidak ada minat untuk menjadi guru sehingga timbul keraguan terhadap profesi guru. Pendapat lain mengatakan bahwa minat merupakan suatu keadaan kecenderungan untuk berhubungan lebih aktif dengan obyek itu.

Menurut Bimo Walgito (1977:38), minat merupakan suatu keadaan dimana seseorang menaruh perhatian terhadap suatu obyek disertai dengan adanya kecenderungan untuk berhubungan secara aktif dengan subyek tersebut.


(43)

Suryobroto (1988:109), mengidentifikasi minat sebagai kecenderungan dalam diri individu untuk tertarik terhadap suatu subyek atau menyenangi suatu subyek. Tidak adanya minat seorang mahasiswa untuk menjadi guru biasanya disebabkan karena tidak termotivasi untuk menjadi guru. Hal ini disebabkan karena tidak sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhannya dan tidak sesuai dengan keinginannya.

Menurut Winarno Surachmad (1978:4), minat dipengaruhi oleh jenis kelamin, intelegensi, kesempatan, lingkungan dan apa saja yang menjadi minat teman sebayanya. Menurut Andi Mappiane (1980:64), minat dipengaruri oleh latar belakang lingkungan, tingkat ekonomi, status sosial dan pengalaman. Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa hampir seluruh unsur lingkungan yang ada disekitar anak akan menjadi faktor yang mempengaruhi minat anak untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi (Supraptiningsih, 2006:9).

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa minat adalah rasa ketertarikan dan keinginan yang mendalam dan menimbulkan suatu gairah pada individu untuk mengerjakan dan berkecimpung dalam sesuatu bidang tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat adalah faktor intrinsik (sumber dari diri) dan faktor ekstrinsik (bersumber dari lingkungan sosial).


(44)

2. Minat Mahasiswa masuk Jurusan Keguruan

Minat adalah kecenderungan yang menetap pada subyek untuk merasa tertarik pada hal-hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang bersangkutan, dengan kata lain dapat berarti bahwa tanpa adanya minat yang menetap pada subyek, dalam mengerjakan sesuatu. Subyek akan merasa bosan dan hasil yang dicapai tidak memuaskan sehingga minat dikatakan sebagai penentu pilihan (Winkel,1994:30).

Minat merupakan faktor psikologis yang dapat menentukan pilihan seseorang, selain itu minat juga merupakan salah satu faktor yang penting untuk kemajuan dan keberhasilan seseorang, seseorang yang mengerjakan suatu pekerjaan yang disertai dengan minat pada umumnya akan memperoleh hasil yang lebih baik dari pada mereka yang tidak berdasarkan minat, sehingga pekerjaan yang disertai minat akan memberikan hasil yang lebih baik.(Winkel,1994:30)

Selanjutnya Whitherington (Buchori,1999:135)

mengemukakan bahwa minat adalah kesadaran seseorang bahwa obyek seseorang suatu soal atau suatu situasi bersangkut paut dengan dirinya. Minat adalah suatu pemusatan perhatian yang tidak sengaja terlahir dengan penuh kemauan. Minat termasuk dalam aspek efektif yaitu suatu aspek yang didalamnya mengandung unsur perasaan.


(45)

senang pasti juga akan kurang berminat. Mahasiswa yang berperasaan senang pasti akan menyenanginya dan berminat. Munculnya minat tidak terbentuk secara tiba-tiba melainkan terbentuk dan berkembang melalui proses pendidikan, proses sosialisasi dan juga proses interaksi di kampus, di dalam keluarga serta masyarakat.

Menurut Bimo Walgito (1977:38) minat adalah suatu keadaan dimana seseorang menaruh perhatian terhadap suatu subyek disertai dengan adanya kecenderungan untuk berhubungan secara aktif dengan subyek tersebut, sedangkan menurut Winkel (1984:45) Faktor-faktor non intelektual seperti motivasi untuk belajar yang mulai berkurang disebabkan karena tidak ada minat untuk menjadi guru sehingga akan timbul keraguan terhadap profesi guru. Pendapat lain mengutarakan bahwa minat merupakan suatu keadaan kecenderungan untuk berhubungan lebih aktif dengan obyek tersebut.

Menurut Giatarma (1990:6), bahwa minat digolongkan menjadi dua yaitu:

a. Secara Intrinsik

Minat secara intrinsik merupakan rasa yang timbul dari dalam individu tanpa adanya pengaruh dari luar. Minat intrinsik dapat timbul karena pengaruh sikap, persepsi,prestasi belajar, bakat, jenis kelamin dan intelegensia.


(46)

b. Secara Ekstrinsik

Minat secara ekstrinsik merupakan minat yang timbul akibat pengaruh dari luar individu. Minat ekstrinsik timbul antara lain karena latar belakang ekonomi, minat orang tua serta teman sebaya. Berdasarkan pendapat terdahulu dapatlah disimpulkan bahwa minat adalah dorongan psikis yang ditunjukkkan oleh adanya kesadaran yang mendorong perhatian pada suatu obyek yang disertai dengan keinginan untuk memenuhi harapan-harapan yang sebelumnya telah ada dalam dirinya, maka di dalam minat terdapat adanya unsur-unsur kesadaran perhatian, keinginan dan juga harapan untuk terlibat langsung pada suatu obyek tertentu yang diminati, sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi minat adalah faktor intrinsik (bersumber dari dalam diri sendiri) sedangkan faktor ekstrinsik (bersumber dari lingkungannya).

Jurusan atau lebih khususnya Program Studi adalah bagian dari suatu fakultas atau sekolah tinggi yang bertanggung jawab untuk mengelola dan mengembangkan suatu bidang studi.

Program studi adalah kesatuan rencana belajar sebagai pedoman penyelenggara pendidikan akademik dan atau pendidikan profesional yang diselenggarakan atas dasar suatu kurikulum serta ditujukan untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap subyek yang mempelajarinya. (FKIP USD, 2001:35)


(47)

Menurut Poerwadarminta (1982:619), mahasiswa adalah pelajar perguruan tinggi, sedangkan menurut Daryanto (1998), mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi.

Minat mahasiswa masuk jurusan keguruan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kecenderungan dalam diri individu/ mahasiswa untuk tertarik masuk ke dalam prodi Pendidikan Akuntansi.

4. Prestasi Program Pengalaman Lapangan II (PPL II) a. Pengertian Prestasi

Prestasi merupakan penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran/kuliah/praktek yang lainnya ditunjukkan dengan hasil nilai atau angka nilai yang ditentukan oleh guru/dosen. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1990:289) prestasi merupakan hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan).

Prestasi yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam diri (faktor Internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi, sangat penting artinya dalam rangka membantu mahasiswa dalam mencapai prestasi terbaik. Ada faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi.


(48)

1. Faktor internal

Faktor jasmani (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, yang termasuk faktor jasmani misalnya adalah penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan lain sebagainya. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh terdirir atas:

a) faktor intelektual, meliputi faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat dan faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang dimiliki b) faktor non intelektual yaitu unsur kepribadian tertentu seperti

sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi dan penyesuaian diri.

2. Faktor eksternal terdiri dari faktor kematangan fisik maupun psikis a) Faktor social yang terdiri dari Lingkungan keluarga, lingkungan

sekolah, lingkungan masyarakat dan lingkungan kelompok b) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi

dan kesenian

c) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim

Faktor-faktor tersebut saling berinterksi secara langsung ataupun tidak langsung dalam mencapai prestasi.


(49)

b. Pengertian Pengalaman Lapangan

1. Pengalaman lapangan merupakan salah satu kegiatan intra kurikuler yang dilaksnakan oleh mahasiswa yang mencakup latihan mengajar maupun tugas-tugas kependidikan di luar secara terpadu dan terbimbing untuk memenuhi persyaratan pembentukan profesi kependidikan (Entang,1980)

2. Pengalaman lapangan adalah praktek kependidikan bagi calon guru yang merupakan kegiatan intra kurikuler yang harus dilaksanakan oleh setiap mahasiswa calon guru (IKIP Sanata Dharma.1982:1) Menurut Sunaryo, Program Pengalaman Lapangan atau pengalaman lapangan yang dilaksanakan oleh mahasiswa yang mencakup latihan mengajar dan tugas kependidikan secara terbimbing dan terpadu untuk memenuhi syarat pembentukan profesi kependidikan. Kegiatan praktek pengalaman lapangan meliputi latihan mengajar mengenal siswa, pengelolaan sekolah sebagai mana yang ditetapkan dalam pedoman yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Menurut buku pedoman pelaksanaan PPL-FKIP. Program Pengalaman Lapangan dirancang untuk melatih para calonguru agar dapat menguasai kecakapan keguruan secara lengkap dan terintegrasi.

Program Pengalaman Lapangan dalam Kurikulum Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi (PGBK) termasuk Komponen Proses


(50)

Belajar Mengajar (PBM). Pelaksanaan kegiatannya digolongkan atas tingkatan-tingkatan yang berbeda walaupun secara keseluruhan diarahkan kepada satu tujuan yaitu pembentukan professional keguruan. Dalam PPL II dilaksanakan latihan-latihan mengajar sepenuhnya dalam pengawasan maupun sebagian diawasi sampai pada latihan yang sepenuhnya berdiri sendiri, disamping latihan pelaksanaan tugas-tugas non teaching. Latihan-latihan ketrampilan yang lebih terbatas dilakukan dalam bentuk kegiatan praktek mata kuliah kelompok proses belajar mengajar lainnya.

c. Tujuan Program Pengalaman Lapangan II

Ada beberapa tujuan dari diadakannya mata kuliah praktik PPL II, antara lain sebagai berikut:.

1. Untuk pembentukan profesionalitas guru atau tenaga kependidikan

2. Untuk menghasilkan pribadi calon guru yang mempunyai

seperangkat pengetahuan, ketrampilan nilai serta sikap dan pola tingkah laku yang diperlukan bagi profesinya.

Menurut M.Entang (1980:4), tingkat kegiatan dalam pengalaman lapangan seperti yang dituntut program pendidikan guru berdasarkan kompetensi, hendaknya meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Observasi orientasi Field familiarization


(51)

2. Latihan Terbatas isolated skill development

Pada fase ini para mahasiswa dilatih secara elementer mengenal dan mempergunakan berbagai metode belajar, cara analitis situasi kelas dan melaksanakan evaluasi hasil belajar

3. Latihan Lengkap real teaching

Pada fase ini mahasiswa secara berangsur-angsur diberi tanggung jawab melaksanakan tugas guru dengan bimbingan sampai dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab penuh.

Adapun syarat yang harus dipenuhi mahasiswa agar dapat melaksanakan PPL II adalah sebagai berikut.

1. Telah mengikuti mata kuliah di koordinasi MKDK berikut ini dengan nilai minimal C, yaitu:

a. Pengantar Pendidikan

b. Psikologi Belajar dan Pembelajaran c. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling d. Manajemen Sekolah

2. Telah mengikuti mata kuliah PBM berikut ini dengan nilai minimal C, yaitu:

a. Perencanaan Pengajaran b. Metodologi Pengajaran c. Evaluasi Pengajaran d. Pengajaran Mikro


(52)

3. Telah mengikuti mata kuliah bidang studi yang ditentukan oleh Program studi dengan nilai minimal C, yaitu:

a. Perencanaan Pengajaran

b. Strategi Belajar Mengajar dan Media c. Evaluasi Pengajaran

d. PPL I

e. Pengantar Pendidikan

f. Psikologi Belajar dan Pembelajaran g. Dasar-dasar Bimbingan Konseling h. Manajemen Sekolah

i. Akuntansi Keuangan Dasar I j. Akuntansi Keungan Dasar II k. Akuntansi Keuangan Menengah I l. Akuntansi Keuangan Menengah II m.Pengantar Bisnis dan Koperasi

n. Manajemen Pemasaran

o. Hukum Dagang/Perdata

p. Hukum Pajak

q. Pengantar Manajemen r. Pengantar Ekonomi Mikro s. Pengantar Ekonomi Makro t. Statistika


(53)

d. Prestasi PPL II

Prestasi PPL II merupakan hasil yang dicapai dari praktik pengalaman mengajar di sekolah yang dilaksanakan oleh mahasiswa calon guru yang mencakup kegiatan-kegiatan praktik pengalaman mengajar dan kegiatan non mengajar, yang diwujudkan dalam penguasaan materi, penampilan diri waktu latihan mengajar, pengelolaan kelas, penggunaan bahasa dan tata tulis baku.

5. Latar Belakang Orang Tua

Latar belakang orang tua akan mempengaruhi orang tua terhadap sikap, persepsi, minat dan ketertarikan anak terhadap profesi guru. Latar belakang pendidikan serta lingkungan keluarga disekitar anak akan memberikan pengaruh yang sangat kuat dalam membentuk persepsi anak terhadap sesuatu.

Pendidikan merupakan sarana yang tepat untuk mengembangkan sumber daya manusia. Antara mendidik dan pendidikan keduanya saling berkaitan dimana mendidik merupakan suatu kegiatan atau tindakan yang melibatkan pendidik dengan pihak lain yang dididik atau adanya komunikasi antara dua orang atau lebih. Menurut Driyarkara (1980:78) pendidikan atau perbuatan mendidik manusia muda. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa melalui pendidikan seseorang akan memperoleh pengalaman, mampu mengembangkan kepribadian dan lebih terbuka dalam menerima hal-hal baru. Selain itu dengan pendidikan yang cukup seseorang


(54)

akan lebih mudah memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan yang dikuasainya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996), pendidikan adalah suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan peralatan. Pendidikan adalah bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada orang yang belum dewasa agar mencapai kedewasaan. Tingkat pendidikan ini dapat diklasifikasikan menjadi: tidak tamat SD, SD/ sederajat, SMP/ sederajat, SMA/ sederajat, D1, D2, D3, D4, S1, S2 dan S3.

1) Latar Belakang Ekonomi

Apabila status ekonomi baik, orang cenderung memperluas minat mereka untuk mencakup hal-hal yang semula belum mampu mereka laksanakan. Sebaliknya, jika status ekonomi buruk atau kurang baik karena tanggungjawab keluarga atau usaha yang kurang maju, maka orang cenderung untuk mempersempit minat mereka.

2) Minat Orang tua

Sikap orang tua mempengaruhi sikap anak terhadap pekerjaan dalam dua hal. Pertama, orang tua mendesak anak untuk tertarik pada pekerjaan yang mereka anggap bagus dan bergengsi, tanpa mempedulikan sikap dan minat anak. Dan kedua, orang tua akan menganjurkan anaknya untuk menghindari pekerjaan tertentu karena


(55)

B. Kerangka Berfikir

a. Persepsi mahasiswa terhadap profesi guru ditinjau dari minat mahasiswa masuk keguruan.

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh pengindraan yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya (Walgito,1994:53). Menurut Davidof melalui stimulus yang diterimanya, individu akan mengalami persepsi.

Minat merupakan faktor psikologis yang dapat menentukan pilihan seseorang, selain itu minat juga merupakan salah satu faktor yang penting untuk kemajuan dan keberhasilan seseorang. Dalam mengerjakan suatu pekerjaan yang disertai dengan minat pada umumnya akan memperoleh hasil yang lebih baik dari pada mereka yang tidak berdasarkan minat, sehingga pekerjaan yang disertai minat akan memberikan hasil yang lebih baik.(Winkel,1994:30)

Dengan menumbuhkan minat seseorang terhadap profesi guru besar kemungkinan orang tersebut tertarik untuk menggeluti bidang keguruan, sehingga pandangan/persepsi orang mengenai profesi guru akan berbeda.

b. Persepsi mahasiswa terhadap profesi guru ditinjau dari prestasi mata kuliah PPL II.

Persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman (Thoha,


(56)

1988: 138). Menurut Rahmanto(1985:64) persepsi adalah pengalaman tentang proyek, peristiwa atau hasil hubungan-hubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi dan menafsirkan perasaan.

PPL dirancang untuk melatih para calon guru agar memiliki kecakapan keguruan secara lengkap dan terintegrasi. Program ini meliputi latihan pembelajaran dan latihan melaksanakan tugas-tugas kependidikan selain pembelajaran. Keberhasilan seorang mahasiswa dalam melakukan PPL II dapat mendorong minat mahasiswa untuk menjadi guru, sehingga persepsi mahasiswa terhadap profesi guru juga akan berbeda.

c. Persepsi mahasiswa terhadap profesi guru ditinjau dari latar belakang orang tua.

Sejak manusia dilahirkan di dunia, sejak itu secara langsung ia berhubungan dengan dunia luarnya. Mulai saat itu pula ia menerima stimulus atau rangsangan dari luar di samping dari dalam dirinya sendiri. Ia merasa kedinginan, sakit, dan sebagaianya, kesan tersebut diperoleh dari lingkungannya, merupakan hasil dari proses persepsi. Persepsi merupakan proses memahami dunia dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari manusia menginderakan obyek di lingkungannya, ia memperoleh hasil penginderaannya itu, dan timbullah makna tentang obyek itu pada diri manusia yang bersangkutan (Sarwono, 1992: 47).

Latar belakang orang tua khususnya dalam hal pendidikan menjadikan perbedaan pula bagi anaknya untuk memilih suatu pekerjaan


(57)

orang tua dengan latar belakang pendidikan tinggi pasti akan memilih pekerjaan yang menuntut tingkat pendidikan yang tinggi sehingga mereka akan memilih pekerjaan seperti dokter, polisi, insinyur, tentara yang mampu untuk menghidupi keluarganya.

Sebaliknya mahasiswa yang mempunyai orang tua berlatar belakang pendidikan rendah mereka akan memilih pekerjaan sesuai dengan pendidikannya saja tidak menuntut jabatan yang tinggi. Ada dugaan bahwa mahasiswa dengan latar belakang pendidikan orang tua yang berbeda, maka minat mahasiswa menjadi seorang guru juga akan berbeda. Tentunya ketiga hal ini mempengaruhi persepsi mahasiswa terhadap profesi guru.

C.Model Penelitian

Berdasarkan kerangka berfikir diatas, dapat disusun sebuah model penelitian sebagai berikut:

Persepsi mahasiswa Profesi Guru 

Minat mahasiswa masuk keguruan

Prestasi mata kuliah PPL II  Latar belakang orang tua 


(58)

D.Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian (Sugiyono, 2005: 82). Berdasarkan kerangka berpikir diatas maka hipotesis yang dibuat sebagai berikut:

Ha1: Ada perbedaan persepsi mahasiswa Pendidikan Akuntansi terhadap profesi guru ditinjau dari minat mahasiswa memilih keguruan.

Ha2: Ada perbedaan persepsi mahasiswa Pendidikan Akuntansi terhadap profesi guru ditinjau dari prestasi mata kuliah PPL II.

Ha3: Ada perbedaan persepsi mahasiswa Pendidikan Akuntansi terhadap profesi guru ditinjau dari latar belakang orang tua.


(59)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian studi kasus, yaitu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu organisme, lembaga atau gejala tertentu (Arikunto, 1998:131) bertujuan untuk mengetahui persepsi mahasiswa pendidikan akuntansi terhadap profesi guru. Hasil penelitian ini tidak digeneralisasikan di luar subjek penelitian, karena penelitian hanya berlaku pada subjek yang diteliti.

B.Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2. Waktu penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Januari 2011 sampai selasai.

C.Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi angkatan 2006-2007

2. Objek Penelitian


(60)

1. persepsi mahasiswa terhadap profesi guru; 2. minat mahasiswa masuk keguruan; 3. prestasi mata kuliah PPL II dan 4. latar belakang orang tua

D. Populasi, Sample dan Penarikan Sampel

1. Populasi

Populasi ialah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajarai dan kemudian di tarik kesimpulan (Sugiyono: 1997). Populasi dalam setiap penelitian harus disebutkan secara jelas yaitu yang berkenaan dengan besarnya anggota populasi serta wilayah penelitian yang dicakup. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa FKIP Program Studi Pendidikan Akuntansi yang sudah menempuh mata kuliah PPL II.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang digunakan untuk memprediksi karakteristik populasi (Arikunto, 2006:131). Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian adalah 50 orang mahasiswa FKIP Program Studi Pendidikan Akuntnasi angkatan 2006-2007 yang telah mengambil mata kuliah PPL II


(61)

3. Teknik Penarikan Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel yang bersifat repreesentatif yang memiliki seluruh sifat populasi. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Insidental sampling. Teknik sampling tersebut menentukan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/ insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang ditemui itu cocok sebagai sumber data.

E.Variabel Penelitian dan Pengukurannya.

Sugiono (1999:2-3) menyatakan bahwa “variabel merupakan gejala yang fokus untuk diamati”.

a. Persepsi Mahasiswa Tentang Profesi Guru (Y).

Persepsi adalah suatu proses penginderaan terhadap rangsangan dari objek tertentu sehingga kita dapat menilai dan memberi tanggapan terhadap objek tersebut.

Profesi Guru bukan sekedar pekerjaan, melainkan suatu vokasi khusus yang mempunyai ciri-ciri keahlian, tanggung jawab dan rasa kesejawatan dalam bidang pendidikan (Indris dan Jamal, 1992:43).

Tabel 3.1

Variabel Persepsi Mahasiswa Terhadap Profesi Guru

Sub Variabel

Indikator Pertanyaan

Positif Negatif a. Kondisi

Internal

- Sikap - Motivasi - Kepribadian

1 4,5 6


(62)

b. Stimulus yang berupa objek c. Situasi pembentukan persepsi - Karakteristik - Peristiwa - Situasi 7,8 9 10

b. Minat Masuk Keguruan (X1).

Minat merupakan faktor psikis yang dapat menentukan pilihan seseorang. Selain itu, minat juga merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk kemajuan dan keberhasilan seseorang. Dengan kata lain, dapat berarti bahwa tanpa adanya minat yang menetap pada subjek, dalam mengerjakan sesuatu subyek akan merasa bosan dan hasil yang dicapai tidak memuaskan, sehingga minat dikatakan sebagai penentu pilihan (Winkel, 1994:30). Minat yang dimaksud dalam hal ini adalah minat mahasiswa masuk keguruan.

Tabel 3.2

Variabel Minat Mahasiswa Masuk Keguruan

Sub Variabel

Indikator Pertanyaan

Positif Negatif a. Intrinsik

b. Ekstrinsik

- Keinginan menjadi

guru.

- Kesenangan menjadi

guru.

- Bakat yang dimiliki

- Peluang kerja lebih

luas 1,3 2, 5,6 8,9,10 4 7

c. Prestasi Mata Kuliah PPL II (X2).


(63)

prestasi PPL bukan berdasarkan hasil nilai akhir melainkan dari proses pengalaman mengajar mahasiswa di sekolah. Indikator pengalaman PPL II yang terdiri dari kemampuan mengajar, mengelola kelas dan mengerjakan tugas administrasi.(FKIP: 2007). Indikator-indikator tersebut dituangkan dalam bentuk kuesioner.

Tabel 3.3

Variabel Prestasi Mata Kuliah PPL 2

Sub Variabel

Indikator Pertanyaan

Positif Negatif a. Proses Pembelajar an b. Penampilan Personal dan sosial - Kemampuan merumuskan tujuan pembelajaran - Kemampuan melakukan proses pembelajaran

- Kemampuan menutup

proses pembelajaran

- Menerapkan berbagai

kecakapan keguruan

- Mengenal lingkungan

sosial sekolah 1,2,3 5,6 9 8 7 10 4

Variabel persepsi mahasiswa terhadap profesi guru, minat mahasiswa masuk keguruan dan prestasi mata kuliah PPL 2, pengukuran dilakukan dengan kuesioner dan menggunakan skala likert, yang disajikan dalam empat alternatif jawaban yang diberi tanda (X) pada lembar yang telah disediakan yaitu sangat setuju (4), setuju (3), tidak setuju (2), dan sangat tidak setuju (1).

Modifikasi skala likert dimaksudkan untuk meniadakan kategori jawaban yang di tengah berdasarkan tiga alasan:


(64)

a. kategori yang mempunyai arti ganda, bisa diartikan belum dapat memutuskan atau memberi jawaban (ragu-ragu). Kategori jawaban yang arti ganda ini tentu saja tidak diharapkan dalam suatu instrumen;

b. tersedianya jawaban yang di tengah itu menimbulkan kecenderungan

menjawab ke tengah, terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas arah kecenderungan jawabannya, ke arah setuju ataukah arah tidak setuju;

c. kategorisasi jawaban SS-S-TS-STS adalah terutama untuk melihat

kecenderungan pendapat responden, ke arah setuju ataukah ke arah tidak setuju.

Bobot yang diberikan untuk alternatif jawaban adalah :

Kriteria Jawaban

Skor Pernyataan

Positif

Pernyataan Negatif

Sangat Setuju ( SS ) 4 1

Setuju ( S ) 3 2

Tidak Setuju ( TS ) 2 3

Sangat Tidak Setuju ( STS ) 1 4

d. Latar Belakang Orang Tua (X3).

Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal tertinggi yang berhasil dicapai/ diselesaikan oleh orang tua mahasiswa. Dalam hal ini latar belakang pendidikan orang tua di kelompokkan menjadi 2, yaitu tingkat pendidikan ayah dan tingkat pendidikan ibu yang kemudian diberi skor sebagai berikut.

Tabel 3.4


(65)

2. 3. 4.

Lulusan SLTP Lulusan SMA/ SMK

Lulusan PT/ Akademik (D1, D2, D3, D4, S1, S2, S3)

2 3 4

Variabel Latar belakang orang tua diukur berdasarkan tingkat pendidikan orang tua melalui sistem data skor dari tingkat paling rendah (SD) ke tingkat paling tinggi (S1/S2/S3).

F.Teknik pengumpulan Data

1. Kuesioner

Kuesioner merupakan sejumlah daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk diisi sesuai dengan keadaan responden untuk mengungkap data tentang persepsi mahasiswa terhadap profesi guru, minat mahasiswa masuk keguruan, prestasi mata kuliah PPL 2 dan latar belakang orang tua.

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pengumpulan data yang berdasarkan

pada pencatatan data tentang obyek yang dilakukan individu atau

lembaga. Metode pengumpulan data dengan cara menyalin data yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti, khususnya mengenai persepsi mahasiswa terhadap profesi guru, apabila sebelum penulis melakukan penelitian ternyata sudah ada yang melakukan penelitian sebelumnya, serta datanya akan berguna bagi penulis, juga data yang terkait tentang prestasi belajar mahasiswa.


(66)

G.Teknik Pengujian Instrumen

Data merupakan kedudukan yang paling tinggi karena data merupakan penggambaran variabel ini yang diteliti dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis. Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan yaitu valid dan reliabel.

1. Uji Validitas

Yang dimaksud dengan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan suatu instrumen. Pengujian validitas digunakan untuk mengetahui apakah kuesioner yang dipakai sebagai bahan penelitian yang layak atau tidak dipakai. Kuesioner sebagai alat ukur perlu di uji validitasnya untuk menunjukkan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.

Perhitungan validitas kuesioner menggunakan rumus korelasi

product moment :

r

xy

=

∑ ,

√ ∑

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara X dan Y ΣX = jumlah skor X

ΣY = jumlah skor Y


(67)

Koefisien korelasi (rxy) yang diperoleh dari hasil perhitungan

menunjukkan tinggi rendahnya tingkat validitas instrumen yang diukur. Selanjutnya nilai koefisien korelasi ini dibandingkan dengan nilai r korelasi Product Moment pada tabel dengan dk = n-2. Jika rhitung lebih

besar daripada rtabel maka butir soal tersebut dapat dikatakan valid,

begitu pula sebaliknya.

Dari hasil pengujian instrumen penelitian diketahui bahwa n = 30 dan taraf signifikansi (alpha) adalah 0,05 atau 5 % sehingga rtabel adalah 0,361.

Hasil pengukuran validitas untuk variabel persepsi mahasiswa terhadap profesi guru diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 3.5

Hasil Pengukuran Uji Validitas

Variabel Persespi Mahasiswa terhadap Profesi Guru

No. Soal r table r hitung Keterangan

Soal 1 0,361 0,731 Valid

Soal 2 0,361 0,061 Tidak Valid

Soal 3 0,361 -0,095 Tidak Valid

Soal 4 0,361 0,642 Valid

Soal 5 0,361 0,394 Valid

Soal 6 0,361 0,591 Valid

Soal 7 0,361 0,754 Valid

Soal 8 0,361 0,369 Valid

Soal 9 0,361 0,429 Valid

Soal 10 0,361 0,594 Valid

Dari hasil pengukuran 10 item soal, dapat diketahui bahwa ada 8 item soal valid karena r hitung lebih besar dari r tabel dan ada 2 item soal tidak valid. Item-item soal yang tidak valid dibuang, sehingga pada


(68)

variabel motivasi belajar yang digunakan untuk penelitian sesungguhnya ada 8 item soal.

Hasil pengukuran validitas untuk variabel minat mahasiswa masuk keguruandiperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 3.6

Hasil Pengukuran Uji Validitas Variabel Minat Mahasiswa masuk Keguruan

No. Soal r table r hitung Keterangan

Soal 1 0,361 0,539 Valid

Soal 2 0,361 0,736 Valid

Soal 3 0,361 0,613 Valid

Soal 4 0,361 0,494 Valid

Soal 5 0,361 0,391 Valid

Soal 6 0,361 0,560 Valid

Soal 7 0,361 0,525 Valid

Soal 8 0,361 0,425 Valid

Soal 9 0,361 0,121 Tidak Valid

Soal 10 0,361 0,193 Tidak Valid

Dari hasil pengukuran 10 item soal, dapat diketahui bahwa ada 8 item soal valid karena r hitung lebih besar dari r tabel dan ada 2 item soal tidak valid. Item-item soal yang tidak valid dibuang, sehingga pada variabel motivasi belajar yang digunakan untuk penelitian sesungguhnya ada 8 item soal.

Hasil pengukuran validitas untuk variabel prestasi mata kuliah PPL II diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 3.7

Hasil Pengukuran Uji Validitas Variabel Prestasi Mata Kuliah PPL II


(69)

Soal 2 0,361 0,510 Valid

Soal 3 0,361 0,620 Valid

Soal 4 0,361 0,315 Tidak Valid

Soal 5 0,361 0,509 Valid

Soal 6 0,361 0,540 Valid

Soal 7 0,361 0,518 Valid

Soal 8 0,361 0,785 Valid

Soal 9 0,361 0,758 Valid

Soal 10 0,361 0,563 Valid

Dari hasil pengukuran 10 item soal, dapat diketahui bahwa ada 9 item soal valid karena r hitung lebih besar dari r tabel dan ada 1 item soal tidak valid. Item-item soal yang tidak valid dibuang, sehingga pada variabel motivasi belajar yang digunakan untuk penelitian sesungguhnya ada 9 item soal.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Suatu kuesioner dikatakan reliabel/handal bila jawaban atas pernyataan adalah konsisten/stabil dari waktu ke waktu. Untuk mengetahui koefisien reliabilitas digunakan rumus koefisien Alpha Cronbach dengan taraf signifikansi 5% :

r

11

= [

][1-

]

Keterangan :


(70)

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal = jumlah varians butir

= varians total

Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai koefisien Cronbach Alpha > 0, 60 (Nunnaly, 1967 dalam Imam Ghozali, 2002:42). Jadi jika nilai koefisien Cronbach Alpha lebih besar dari pada 0, 60,maka butir pernyataan tersebut dapat dikatakan valid, dan begitu pula sebaliknya.

Sebagai pedoman untuk menentukan keterhandalan variabel penelitian, digunakan interpretasi nilai r sebagai berikut (Suharsimi Arikunto, 1989:167).

Tabel 3.8

Tingkat keterhandalan variabel penelitian

No Koefisien Alpha Tingkat Keterhandalan

1. 0,800-1,00 Sangat Tinggi

2. 0,600-0,799 Tinggi

3. 0,400-0,599 Cukup

4. 0,200-0,399 Rendah

5. <0,200 Sangat Rendah

Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus

Cronbach-Alpha dan dikerjakan dengan program SPSS for Windows versi 19.0 dengan koefisien r tabel pada n = 30. Hasil pengujian reliabilitas diperoleh hasil sebagai berikut:

σ

2

b

σ

2


(71)

Tabel 3.9

Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian Variabel Nilai r

hitung

Nilai r tabel

Status Keterangan

Minat Mahasiswa 0,782 0,60 Andal Tinggi

Prestasi PPL II 0,840 0,60 Andal Sangat Tinggi

Persepsi Mahasiswa 0,758 0,60 Andal Tinggi

H.Teknik Analisis Deskriptif

Pengujian statistik deskripsi ini untuk mendeskripsikan variabel penelitian yaitu minat mahasiswa pendidikan akuntansi memilih keguruan, prestasi mata kuliah PPL 2 dan latar belakang orang tua.

I. Teknik Analisis Data

1. Pengujian Hipotesis Penelitian

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan statistika non parametrik karena salah satu variabel dalam penelitian merupakan data nominal. Uji Chi Kuadrat yang digunakan untuk menguji hipotesis komparatif k sampel independen.

Harga Chi Kuadrat menggunakan rumus :

Keterangan :

X2 = Koefisien Chi Square

Oij = Frekuensi hasil Observasi Eij = Frekuensi yang diharapkan


(72)

Kriteria pengujian hipotesis, Ho diterima bila harga Chi Kuadrat hitung lebih kecil dari tabel, dan ditolak bila harga Chi Kuadrat hitung lebih besar atau sama dengan harga tabel. Jadi hubungan dinyatakan signifikan bila harga Chi Kuadrat hitung lebih besar atau sama dengan Harga Chi Kuadrat tabel.

Untuk menghitung tingkat hubungan antar variabel yang diteliti, perlu dihitung koefisien kontigensi. Rumus yang digunakan untuk uji kontigensi adalah :

C

Keterangan:

C = Koefisien kontigensi

X2 = harga Chi- kuadrat yang diperoleh N = Jumlah total

Yang disebut koefisien kemungkinan, semakin besar nilai C semakin tinggi taraf hubungannya. Untuk mengetahui seberapa besar

pengaruhnya maka perlu membandingkan hasil C dengan Cmak. Rumus

pembanding tersebut adalah:

C

mak

=

/

Keterangan:

Cmak = Harga C paling besar


(73)

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Pada bab ini akan disajikan deskripsi data tentang persepsi mahasiswa Pendidikan Akuntansi terhadap profesi guru ditinjau dari minat mahasiswa masuk keguruan, prestasi mata kuliah PPL II, dan latar belakang orang tua. Deskripsi data ini dinyatakan dalam bentuk daftar tabulasi distribusi frekuensi untuk masing-masing variabel dengan berdasar pada Penilaian Acuan Patokan (PAP II) sebagai berikut.

1. Minat Mahasiswa

Data yang diperoleh untuk variabel minat mahasiswa diketahui jumlah skor tertinggi dalam kuesioner adalah 40 dan total skor terendah dalam kuesioner adalah 24, nilai mean sebesar 31,66; median 31,00;

modus 40,00; dan standard deviation sebesar 4,779. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5.

Tabel 4.1 Deskripsi Minat Mahasiswa

No Skor Frekuensi Persentase Kategori

1 34 – 40 13 26% Sangat Tinggi

2 30 – 33 20 40% Tinggi

3 27 – 29 9 18% Cukup Tinggi

4 24 – 26 8 16% Rendah

5 < 24 0 0% Sangat Rendah

Jumlah 50 100%


(74)

kategori kedua adalah sangat tinggi sebanyak 13 orang atau 26%, kategori ketiga adalah cukup tinggi ada sebanyak 9 orang atau 18%, dan kategori

keempat adalah rendah ada sebanyak 8 atau 16%. Hal ini menunjukan

bahwa minat mahasiswa masuk keguruan sebagian besar dalam kategori tinggi.

2. Prestasi Mata Kuliah PPL II

Data penelitian variabel prestasi mata kuliah PPL II diketahui jumah skor tertinggi dalam kuesioner adalah 40 dan total skor terendah dalam kuesioner adalah 25, nilai perhitungan mean sebesar 32,76; median

sebesar 32,00; modus 30,00; dan standar deviasi sebesar 4,104. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5.

Tabel 4.2

Deskripsi prestasi mata kuliah PPL II

No Skor Frekuensi Persentase Kategori

1 34 – 40 17 34% Sangat Baik

2 30 – 33 22 44% Baik

3 27 – 29 10 20% Cukup Baik

4 24 – 26 1 2% Tidak Baik

5 < 24 0 0% Sangat Tidak Baik

Jumlah 50 100%

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa variabel prestasi mata kuliah PPL II

kategori pertama adalah baik dengan jumlah sebanyak 22 orang atau 44%, kategori kedua adalah sangat baik sebanyak 17 orang atau 34%, kategori ketiga adalah cukup baik ada sebanyak 10 orang atau 20%, yang keempat yaitu kategori tidak baik ada sebanyak 1 atau 2%. Hal ini menunjukan bahwa prestasi mata kuliah PPL II sebagian besar dalam kategori baik.


(75)

3. Latar Belakang Orang Tua

Hasil tabulasi data latar belakang pendidikan ayah tampak dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.3

Deskripsi latar belakang orang tua

No Tingkat

Pendidikan

Ayah

Kategori Frek %

1 SD 1 2% Rendah

2 SMP 2 4% Cukup tinggi

3 SMA/SMK 15 30% Tinggi

4 PT 32 64% Sangat Tinggi

Jumlah 50 100%

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa orang tua (Ayah) yang lulus

Perguruan Tinggi (PT) merupakan jumlah terbanyak dengan kategori dalam tingkatan pendidikan sangat tinggi yaitu sebanyak 32 orang atau 64%, dilanjutkan jumlah terbanyak kedua sebanyak 15 orang atau 30% dengan kategori tinggi dalam tingkatan pendidikan, kategori tingkatan pendidikan cukup tinggi sebanyak 2 orang atau 4%, dan terakhir yaitu kategori tingkatan pendidikan rendah sebanyak 1 orang atau 2%. Hal ini menunjukan bahwa latar belakang dari tingkat pendidikan orang tua (ayah) dalam kategori sangat tinggi.

Hasil tabulasi data latar belakang pendidikan ibu tampak dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.4

Deskripsi latar belakang orang tua

No Tingkat

Pendidikan

Ibu

Kategori

Frek %

1 SD 1 2% Rendah


(1)

Crosstabs

Case Processing Summary

50 100.0% 0 .0% 50 100.0%

Pendidikan Ayah * Persepsi

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

Pendidikan Ayah * Persepsi Crosstabulation

12 11 23

24.0% 22.0% 46.0%

11 16 27

22.0% 32.0% 54.0%

23 27 50

46.0% 54.0% 100.0%

Count % of Total Count % of Total Count % of Total Tinggi Rendah Pendidikan Ayah Total Tinggi Rendah Persepsi Total Chi-Square Tests

.654b 1 .419

.274 1 .600

.654 1 .419

.641 1 .424

50 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.58.

b.

Symmetric Measures

.114 .419

50 Contingency Coefficient

Nominal by Nominal N of Valid Cases

Value Approx. Sig.

Not assuming the null hypothesis. a.

Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. b.


(2)

Pendidikan Ibu * Persepsi Crosstabulation

21 24 45

42.0% 48.0% 90.0%

2 3 5

4.0% 6.0% 10.0%

23 27 50

46.0% 54.0% 100.0%

Count % of Total Count % of Total Count % of Total Tinggi Rendah Pendidikan Ibu Total Tinggi Rendah Persepsi Total Chi-Square Tests

.081b 1 .777

.000 1 1.000

.081 1 .776

.079 1 .779

50 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.30.

b.

Symmetric Measures

.040 .777

50 Contingency Coefficient

Nominal by Nominal N of Valid Cases

Value Approx. Sig.

Not assuming the null hypothesis. a.


(3)

LAMPIRAN

Vi

Daftar Tabel

Chi Square &


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENDAHULUAN Minat Maha Persepsi Mah Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta Mahasiswa Untuk Menjadi Guru Ditinjau Dari Mahasiswa Tentang Profesi Guru Dan Prestasi Belajar Mahasiswa FKIP

0 0 12

Hubungan prestasi belajar, pengalaman PPL 2 dan latar belakang pekerjaan orang tua terhadap minat menjadi guru akuntansi : studi kasus pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyak

0 0 161

Persepsi mahasiswa terhadap program pendidikan profesi guru ditinjau dari jenis kelamin, program studi dan prestasi belajar akademik : studi kasus mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 5 189

Hubungan jenis kelamin, prestasi mahasiswa tentang profesi guru, dan status sosial ekonomi orang tua dengan minat mahasiswa menjadi guru : studi kasus pada mahasiswa Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

0 3 109

Minat mahasiswa FKIP untuk menjadi guru ditinjau dari pilihan program studi, prestasi belajar dan latar belakang pendidikan orang tua : studi kasus mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta TA 2005.

0 1 137

Evaluasi pelaksanaan mata kuliah program pengalaman lapangan fakultas keguruan dan ilmu pendidikan : studi kasus mahasiswa program studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 0 2

Minat mahasiswa FKIP untuk menjadi guru ditinjau dari pilihan program studi, prestasi belajar dan latar belakang pendidikan orang tua : studi kasus mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta TA 2005 - USD Repository

0 0 135

PERSEPSI MAHASISWA PENDIDIKAN AKUNTANSI TERHADAP PROFESI GURU DITINJAU DARI MINAT MAHASISWA MASUK KEGURUAN, PRESTASI MATA KULIAH PPL II DAN LATAR BELAKANG ORANG TUA

0 0 140

Persepsi mahasiswa terhadap program pendidikan profesi guru ditinjau dari jenis kelamin, program studi dan prestasi belajar akademik : studi kasus mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository

0 0 187

Hubungan prestasi belajar, pengalaman PPL 2 dan latar belakang pekerjaan orang tua terhadap minat menjadi guru akuntansi : studi kasus pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyak

0 0 159