Faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli ulang konsumen terhadap produk fashion : studi kasus pada konsumen Post Mode, Gejayan, Sleman, Yogyakarta.
ABSTRAK
FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT BELI ULANG KONSUMEN TERHADAP PRODUK FASHION
Studi Kasus pada KonsumenPost Mode, Gejayan, Sleman, Yogyakarta
Liendah F. Oktavia Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, 2013
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh 1) faktor sosial-budaya, 2) faktor pribadi, 3) faktor psikologis secara parsial dan simultan mempengaruhi minat beli ulang konsumen terhadap produk fashion. Penelitian ini merupakan studi kasus pada konsumen Post Mode, Gejayan, Sleman, Yogyakarta dengan jumlah sampel 100 responden. Teknik sampel yang digunakan adalah purposive sampling dan data dikumpulkan dengan menyebarkan kuesioner kepada responden. Uji validitas menggunakan rumus Korelasi Pearson’s Product Moment dan uji reliabilitas menggunakan rumus Cronbach’s Alpha. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis regresi linear berganda, dan t dan uji-F. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) faktor sosial-budaya tidak berpengaruh terhadap minat beli ulang produk fashion, 2) faktor pribadi berpengaruh terhadap minat beli ulang konsumen produk fashion, 3) faktor psikologis tidak berpengaruh terhadap minat beli ulang konsumen produk fashion dan 4) faktor sosial-budaya, faktor pribadi, dan faktor psikologis secara bersama-sama berpengaruh terhadap minat beli ulang konsumen produk fashion.
Kata kunci: faktor sosial-budaya, faktor pribadi, faktor psikologis, minat beli ulang, produk fashion
(2)
ABSTRACT
FACTORS AFFECTING THE INTERESTS OF CONSUMERS TO RE-BUY FASHION PRODUCTS
“Case Study on Post Mode’s Consumer, Gejayan, Sleman, Yogyakarta”
Liendah F. Oktavia 092214005
Sanata Dharma University Yogyakarta, 2013
This study aims to examine the influence of 1) socio-cultural factor, 2) personal factor, 3) psychological factor either partially and simultaneously on consumers' re-buying interest of fashion products. This research is a case study on consumer Post Mode, Gejayan, Sleman, Yogyakarta with a sample of 100 respondents. The sampling technique is purposive sampling and data are collected by distributing questionnaires to the respondents. The validity test is Pearson's Product Moment Correlation and the reliability test is Cronbach's Alpha formula. The data analysis techniques used in the study are multiple linear regression analysis, t-test, and F-test. The results show that 1) socio-cultural factor does not influence the consumer re-buying interest of fashion products. 2) personal factor influence the consumer re-buying interest of fashion product, 3) psychological factor does not influence the consumer re-buying interest of fashion product, and 4) socio-cultural factor, personal factor, and psychological factor simultaneously influence the consumer re-buying interest of fashion products.
Key words: socio-cultural factors, personal factors, psychological factors, re-buying interest, fashion products
(3)
FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT BELI
ULANG KONSUMEN TERHADAP PRODUK FASHION
Studi Kasus pada Konsumen Post Mode, Gejayan, Sleman, Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Manajemen
Oleh: Liendah F. Oktavia
092214005
PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(4)
i
FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT BELI
ULANG KONSUMEN TERHADAP PRODUK FASHION
Studi Kasus pada Konsumen Post Mode, Gejayan, Sleman, Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Manajemen
Oleh: Liendah F. Oktavia
092214005
PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(5)
(6)
(7)
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Apa saja yang
kamu minta dalam doa dengan penuh
kepercayaan, kamu
akan menerimanya”
Matius 21:22
‘LIFE MUST GO ON
!
”
(Penulis)
Skripsi ini kupersembahkan pertama-tama,
Kepada Juruselamat ku Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu melindungi, dan memberi terang dalam hidupku,,,,
Dan Santa Pelindungku “Santa Fransiska” yang selalu menyertaiku dalam kehidupanku...
Kepada Papa dan Mamaku tercinta yang selalu mendoakan, memberi nasihat, dan memberi semangat kepadaku,,,, Keluargaku yang sudah memberi dukungan,,,, Sahabat-sahabatku tersayang,,,, Fakultas Ekonomi, Prodi Manajemen, Sanata Dharma....
“Tiada banyak kata yang bisa diucapkan, selaian ungkapan terima kasih atas segala doa, dukungan, semangat, dan cinta kasih yang
(8)
(9)
(10)
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kepada allah atas karunia dan rahmat-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Beli Ulang Konsumen Terhadap Produk Fashion: Studi Kasus pada Konsumen Post Mode, Gejayan, Sleman, Yogyakarta”. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen, jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis skripsi ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Herry Maridjo, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Dr. Lukas Purwoto, M.Si., selaku Ketua Program Studi Manajemen Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Drs. Alex Kahu Lantum, M.S., selaku dosen pembimbing I, yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dengan kesungguhan hati. 4. Bapak Drs. Hg. Suseno TW, M.Si., selaku dosen pembimbing II, yang
juga telah mengarahkan dan membimbing penulis sehingga skripsi ini menjadi lebih sempurna
5. Bapak dan ibu Dosen Fakultas Ekonomi khususnya Program Studi Manajemen, Universitas Sanata Dhrama yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan, dan ilmu humanisme yang sudah diberikan.
6. Papa dan mamaku tercinta Sutikno dan Indah Yani, yang selalu mendoakan Linda, memberikan semangat, dukungan, motivasi, nasihat agar cepat menyelesaikan skripsi, kasih sayang dan cinta kasih yang sangat besar.
7. Cece Ida dan Cece Elly, yang sudah memberikan dukungan, dan nasihat, dan ceramah- ceramah selama Linda kuliah di Yogyakarta.
(11)
(12)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMA PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR... vii
HALAMAN DAFTAR ISI... ix
HALAMAN DAFTAR GAMBAR... xii
HALAMAN DAFTAR TABEL... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
ABSTRAK... xv
ABSTRACT... xvi
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 6
F. Sistematika Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA... 9
A. Landasan Teori... 9
1. Pengertian Pemasaran ... 9
2. Pengertiaan Konsep Pemasaran ... 10
3. Pengertiaan Manajemen Pemasaran ... 11
4. Produk... 12
5. Pengertiaan Perilaku Konsumen... 15
6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen .... 16
7. Pengambilan Keputusan Kosumen ... 23
(13)
x
8. Tingkatan Pengambilan Keputusan Konsumen... 24
9. Komponen dan proses Keputusan ... 25
10. Pembelian dan Pemilihan ... 27
11. Pembelian Produk ... 28
12. Proses Pembelian ... 29
13. Minat Pembelian Ulang ... 31
14. Penggunaan Pasca Pembelian dan Evaluasi Ulang Alternatif Yang Dipilih ... 33
15. Pengertiaan Produk Fashion ... 34
B. Penelitian-Penelitian Sebelumnya ... 35
C. Kerangka Konseptual Penelitian... 38
D. Hipotesis ... 41
BAB III METODE PENELITIAN... 44
A. Jenis Penelitian ... 44
B. Subjek dan Objek Penelitian ... 44
C. Waktu dan Lokasi Penelitian... 45
D. Variabel Penelitiaan... 45
E. Definisi Operasional ... 47
F. Populasi dan Sampel... 50
G. Teknik Pengambilan Sampling ... 52
H. Sumber Data ... 52
I. Teknik Pengumpulan Data ... 53
J. Teknik Pengujian Istrumen... 54
K. Teknik Analisis Data ... 56
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN... 62
A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ... 61
B. Visi-Misi dan Nilai-Nilai Perusahaan ... 64
C. Struktur Organisasi ... 65
D. Personalia ... 65
E. Pemasaran... 67
(14)
xi
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN... 70
A. Analisis Data Deskripsi dan Kuantitatif ... 70
1. Identitas Responden ... 71
2. Pengujian Instrumen... 74
3. Uji Asumsi Klasik ... 76
4. Uji Regresi Linear Berganda... 79
5. Analisis Koefisien Determinasi ... 81
6. Pengujian Hipotesis (uji t)... 82
7. Pengujian Hipotesis (uji F) ... 86
B. Pembahasan ... 87
BAB VI PENUTUP... 91
A. Kesimpulan... 91
B. Saran ... 93
C. Keterbatasan Penelitian ... 93
DAFTAR PUSTAKA... 95
(15)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
Gambar II. 1 Kerangka Konseptual Penelitian ... 40 Gambar IV. 1 Logo Butik “Post Mode”... 64
(16)
DAFTAR TABEL
Tabel Keterangan Halaman
Tabel III. 1 Skala Penilaian ... 47
Tabel V. 1 Karakteristik Responden ... 71
Tabel V. 2 Uji Validitas ... 74
Tabel V. 3 Uji Reliabilitas ... 76
Tabel V. 4 Hasil Uji Normalitas ... 77
Tabel V. 5 Hasil Uji Multikolinearitas... 78
Tabel V. 6 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 79
Tabel V. 7 Hasil Uji Regresi Linear Berganda ... 80
(17)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ... 99
Lampiran 2 Kuesioner... 101
Lampiran 3 Analisis Persentase ... 105
Lampiran 4 Validitas dan Reliabilitas... 108
Lampiran 5 Uji Asumsi Klasik ... 116
Lampiran 6 Analisis Korelasi Regresi Linear Berganda... 121
Lampiran 7 Hasil Output Jawaban Responden ... 123
Lampiran 8 Hasil Output Karakteristik Responden ... 135
Lampiran 9 Daftar Tabel t... 139
Lampiran 10 Daftar tabel F ... 140
Lampiran 11 Tabel Distribusi R... 143
(18)
ABSTRAK
FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT BELI ULANG KONSUMEN TERHADAP PRODUK FASHION
Studi Kasus pada KonsumenPost Mode, Gejayan, Sleman, Yogyakarta
Liendah F. Oktavia Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, 2013
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh 1) faktor sosial-budaya, 2) faktor pribadi, 3) faktor psikologis secara parsial dan simultan mempengaruhi minat beli ulang konsumen terhadap produk fashion. Penelitian ini merupakan studi kasus pada konsumen Post Mode, Gejayan, Sleman, Yogyakarta dengan jumlah sampel 100 responden. Teknik sampel yang digunakan adalah purposive sampling
dan data dikumpulkan dengan menyebarkan kuesioner kepada responden. Uji validitas menggunakan rumus Korelasi Pearson’s Product Moment dan uji reliabilitas menggunakan rumus Cronbach’s Alpha. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis regresi linear berganda, dan t dan uji-F. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) faktor sosial-budaya tidak berpengaruh terhadap minat beli ulang produk fashion, 2) faktor pribadi berpengaruh terhadap minat beli ulang konsumen produk fashion, 3) faktor psikologis tidak berpengaruh terhadap minat beli ulang konsumen produk fashion dan 4) faktor sosial-budaya, faktor pribadi, dan faktor psikologis secara bersama-sama berpengaruh terhadap minat beli ulang konsumen produk fashion.
Kata kunci: faktor sosial-budaya, faktor pribadi, faktor psikologis, minat beli ulang, produk fashion
(19)
ABSTRACT
FACTORS AFFECTING THE INTERESTS OF CONSUMERS TO RE-BUY FASHION PRODUCTS
“Case Study on Post Mode’s Consumer, Gejayan, Sleman, Yogyakarta”
Liendah F. Oktavia 092214005
Sanata Dharma University Yogyakarta, 2013
This study aims to examine the influence of 1) socio-cultural factor, 2) personal factor, 3) psychological factor either partially and simultaneously on consumers' re-buying interest of fashion products. This research is a case study on consumer Post Mode, Gejayan, Sleman, Yogyakarta with a sample of 100 respondents. The sampling technique is purposive sampling and data are collected by distributing questionnaires to the respondents. The validity test is Pearson's Product Moment Correlation and the reliability test is Cronbach's Alpha formula. The data analysis techniques used in the study are multiple linear regression analysis, t-test, and F-test. The results show that 1) socio-cultural factor does not influence the consumer re-buying interest of fashion products. 2) personal factor influence the consumer re-buying interest of fashion product, 3) psychological factor does not influence the consumer re-buying interest of fashion product, and 4) socio-cultural factor, personal factor, and psychological factor simultaneously influence the consumer re-buying interest of fashion products.
Key words: socio-cultural factors, personal factors, psychological factors, re-buying interest, fashion products
(20)
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kota Yogyakarta yang dikenal sebagai “Kota Pelajar” dapat membawa dampak yang besar dalam berbagai segi selaian dari segi pendidikan, dan pariwisata, diantaranya dari segi seni bahkan tidak kalah ramai dan menariknya adalah segi bisnis. Peluang bisnis yang didirikan di kota Yogyakarta sangat berpotensi tinggi karena banyak pendatang dari luar kota Yogyakarta maupun wisatawan asing yang berkunjung. Di kota Yogyakarta terdapat berbagai bisnis yang didirikan oleh usahawan, bisnis yang berkembang tentunya juga sangat luas dan sangat beragam dan salah satu dari sekian banyak bisnis yang terlihat tak pernah sepi dari pencarian, yaitu kebutuhan gaya hidup konsumen adalah bisnis dalam bidang fashion
(dalam hal ini adalah pakaian ,atasan, dress, rok, celana, tas, sandal, dan asesorisnya lainya).
Fashion tentu tidak lepas dari seorang wanita, karena fashion
sendiri sangat identik dengan kehidupan para wanita, apalagi di kota besar seperti Yogyakarta. Dibandingkan dengan kaum pria, kaum wanita cenderung lebih memperhatikan penampilanya diri mereka dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berpenampilan yang menarik, dan anggun dapat meningkatkan rasa percaya diri dalam bersosialiasi maupun dalam aktifitas mereka.
(21)
Kegiatan membeli produk fashion biasanya dilakukan di toko
fashion”Fashion Shop” ( dalam hal ini pertokoan, mall, factory outlet,dan
boutique). Konsep menjual pakaian yang terdapat di toko fashion selalu menawarkan produk-produk yang up-to-date dan eksklusif, sehingga dapat menarik perhatian kaum wanita dalam membeli produkfashion
Mereka juga memiliki kebutuhan untuk memuaskan dirinya, seperti kebutuhan produk fashion karena mereka ingin tampail up-to-date dan
fashionable, akibatnya banyak butik-butik bermunculan dan letaknya sangat startegis, misalnya di sekitaran Malioboro dan sekitaran Universitas di Yogyakarta, yang menawarkan produk fashion yang berbeda, yang up-to-date dan juga dengan layout yang menarik, sehingga dapat menarik minat konsumen khususnya wanita untuk membeli produkfashion.
Pertumbuhan butik yang semakin banyak dan juga permintaan produk fashion yang semakin meningkat, para pengusaha butik harus mengetahui apa yang menjadi keinginan, kebutuhan konsumen dan mengetahui produk fashion yang up to date setiap bulannya. Hal ini dapat diketahui dengan melakukan studi dan penelitian mengenai perilaku konsumen. Perilaku konsumen dapat timbul dari individu konsumennya maupun dari pengaruh lingkungannya. Menurut Swasta dan Handoko (1997:56-74), pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi, dan fakor psikologis.
Minat beli ulang suatu produk juga dipengaruhi oleh berbagai faktor-faktor antara lain faktor yang pertama, faktor budaya yang
(22)
mempunyai pengaruh yang luas dan mendalam pada perilaku konsumen. Faktor yang kedua adalah faktor sosial mengenai hubungan seseorang dengan lingkunganya, faktor ketiga adalah faktor pribadi, faktor ini lebih mengarah pada karakteristik seseorang yang berbeda dengan orang lain dan faktor yang terakhir adalah faktor psikologis yang merupakan pendapat dan pandangan tersendiri terhadap sesuatu. Semakin banyak produk-produk yang ditawarkan oleh butik fashion, maka semakin tinggi minat beli ulang konsumen, sehingga mendorong konsumen untuk mengkonsumsi produk-produkfashionsecara rutin.
Post Mode merupakan salah satu dari sekian banyak butik-butik ataupun rumah Fashion yang terdapat di jalan Gejayan, yang menjual berbagai jenis produk fashion seperti menjual baju atasan, gaun pesta, rok, celana panjang/pendek, dan aksesoris khusus buat wanita. Salah satu butik yang terdapat di jalan Gejayan yaitu “Post Mode”. Post Mode menjual berbagai jenis produkfashion yang menarik,glanmoredan selaluup-to-date
setiap bulannya, produkfashion yang dijual hanya terbatas sehingga model-model yang dijual jarang yang menyerupai, dan juga letak strategis turut mempengaruhi konsumen khususnya kaum wanita terhadap minat beli ulang produkfashion.
Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin melakukan penelitian dengan judul “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT BELI ULANG KONSUMEN TERHADAP PRODUK
(23)
FASHION”. Studi Kasus pada Konsumen Post Mode, Gejayan, Sleman, Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat diambil suatu rumusan masalah, yaitu:
1. Apakah faktor sosial-budaya secara parsial mempengaruhi minat beli ulang konsumen terhadap produkfashion?
2. Apakah faktor pribadi secara parsial mempengaruhi minat beli ulang konsumen terhadap produkfashion?
3. Apakah faktor psikologis secara parsial mempengaruhi minat beli ulang konsumen terhadap produkfashion?
4. Apakah faktor sosial-budaya, faktor pribadi, dan faktor psikologis secara bersama-sama (simultan) mempengaruhi minat beli ulang konsumen terhadap produkfashion?
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan ruang lingkup permasalahan, penulis memberi batasan agar pembahasan lebih realistis dan sesuai dengan permasalahan yang diutarakan, maka penulis membuat batasan sebagai berikut:
1. Responden
Responden yang dipilih oleh peneliti adalah konsumen wanita yang pernah membeli produk fashiondi “Post Mode”, dan memiliki perhatian tinggi terhadap penampilannya.
(24)
2. Frekuensi Membeli ProdukFashion
Frekuensi dalam membeli produk fashion dapat mengambarkan intensitas mereka untuk membeli produk fashion. Frekuensi membeli dibagi menjadi empat, yaitu 1-2 kali, 3-4 kali, 5-6 kali, sampai lebih dari 7 kali dalam waktu 3 bulan terakhir.
3. Peneliti membatasi tempat fashion shop dalam membeli produk fashion, yaitu butik (Post Mode ).
4. Pendapatan/ Uang saku
Pendapatan/uang saku konsumen dalam sebulan dibagi menjadi empat golongan, yaitu kurang dari Rp. 999.000, Rp. 1.000.000 - Rp. 1.999.000 , Rp. 2.000.000 - Rp. 2.999.000, dan lebih dari Rp. 3.000.000.
5. Peneliti membatasi indikator-indikator disetiap faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli ulang konsumen terhadap produk fashion, sebagai berikut:
a. Faktor Sosial-Budaya: 1) Budaya
2) Kepercayaan 3) Kelompok 4) Peran dan Status b. Faktor Pribadi:
1) Situasi Ekonomi 2) Gaya hidup
(25)
c. Faktor Psikologis: 1) Motivasi 2) Persepsi
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah faktor sosial-budaya mempengaruhi minat beli ulang konsumen terhadap produkfashion.
2. Untuk mengetahui apakah faktor pribadi mempengaruhi minat beli ulang konsumen terhadap produkfashion.
3. Untuk mengetahui apakah faktor psikologis mempengaruhi minat beli ulang konsumen terhadap produkfashion.
4. Untuk mengetahui apakah faktor sosial-budaya, faktor pribadi, dan faktor psikologis secara bersama-sama (simultan) mempengaruhi minat beli ulang konsumen terhadap produkfashion.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat: 1. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan, bahan pertimbangan atau materi bagi mahasiswi yang mengadakan penelitian sejenis.
2. Bagi Penulis
(26)
dalam mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli ulang konsumen terhadap produkfashion.
F. Sistematika Penelitian
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini akan memguraikan latar belakang masalah penelitian, rumusan msalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penelitian.
BABI II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini akan dikemukakan secara rinci tentang landasan teori yang mendukung analisis masalah seperti pemasaran, konsep pemasaran, manajemen pemasaran, produk, perilaku konsumen, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen, pengambilan keputusan konsumen, tingkat pengambilan keputusan konsumen, komponen dan proses keputusan, pembelian dan pemilihan, pembelian produk, proses pembelian, minat pembelian ulang, penggunaan pasca pembelian dan evaluasi ulang alternatif yang dipilih, produk fashion, penelitian sebelumnya, kerangka konseptual, dan hipotesis.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menguraikan jenis penelitian, subjek dan objek penelitian, waktu dan lokasi penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, populasi dan sampel, teknik
(27)
pengambilan sampel, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengujian instrumen, dan teknik analisis data.
BAB IV GAMBARAN PERUSAHAAN
Bab ini berisi tentang gambaran umum perusahaan yaitu sejarah singkat perusahaan, visi-misi perusahaan dan nilai-nilai, struktur organisasi, personalia, pemasaran, dan jenis produk.
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan analisis data dan pembahasan hasil penelitian.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran dari apa yang telah diteliti serta keterbatasan dalam melaksanakan penelitian.
(28)
9 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Pemasaran
Pemasaran merupakan faktor yang paling penting bagi perusahaan dalam era persaingan saat ini. Kegiatan pemasaran yang baik dan tepat sasaran akan membantu perusahaan untuk menghadapi persaingan. Sehingga perusahaan mampu berkembang dan produk yang dihasilkan dapat diterima oleh konsumen. Untuk mencapai semua itu perlu adanya interaksi antara penjual dan pembeli sehingga menimbulkan transaksi yang mungkin terjadi. Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan usaha yang ditunjukkan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial, menurut (Swastha dan Handoko, 1997:4).
Menurut Kotler dan Amstrong (2008; 5-6) pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pemangku kepentingan. Pemasaran adalah proses di mana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan dengan tujuan untuk menangkap nilai dari
(29)
pelanggan sebagai imbalannya,
Dari pengertian tersebut pemasaran bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen melalui proses sosial dan manajerial dengan kegiatan menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk yang nilainya sama. Pemasaran juga mengandung pengertian yang lebih luas dari penjualan, dimana konsumen perlu dipuaskan melalui kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan sebagai suatu sistem sehingga harus dikoordinasikan dan dikelola dengan cara yang baik. 2. Pengertian Konsep Pemasaran
Menurut Swastha dan Handoko (1997:6-7), konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan.
Dalam konsep pemasaran, ada tiga unsur yang mendasar, yaitu a. Orientasi pada konsumen
Perusahaan yang ingin memenuhi kepuasan konsumen harus memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menentukan kebutuhan pokok (basic need) dari pembeli yang akan dilayani dan dipenuhi
2) Menentukan kelompok pembeli sebagai sasaran dalam penjualan 3) Menentukan produk dan program sasarannya
4) Mengadakan penelitian terhadap konsumen untuk mengukur, menilai, dan menafsirkan keinginan, sifat dan perilaku konsumen
(30)
5) Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik apakah menitik beratkan pada mutu yang tinggi, harga yang rendah atau model yang menarik.
b. Penyusunan Kegiatan Pemasaran Secara Integral
Pengintegrasian kegiatan pemasaran berarti bahwa setiap orang dan setiap bagian dalam perusahaan turut berkecimpung dalam suatu usaha yang terkoordinasi untuk memberikan kepuasan konsumen, sehingga tujuan perusahaan dapat direalisir. Selain itu harus terdapat juga penyesuaian dan koordinasi antara produk, harga, saluran distribusi, dan promosiuntuk menciptakan hubungan pertukaran yang kuat dengan konsumen.
c. Mendapatkan laba melalui kepuasan konsumen
Tujuan menggunakan konsep pemasaran ini adalah untuk memperbaiki hubungan konsumen karena hubungan yang lebih baik sangat menguntungkan bagi perusahaan, dan dapat meningkatkan laba. Salah satu tujuan semua perusahaan pada umumnya adalah mengoptimalkan laba. Dengan laba ini, perusahaan dapat tumbuh dan berkembang, dapat menggunakan kemampuan yang lebih besar, dapat memberikan tingkat kepuasan yang lebih besar pada konsumen serta dapat memperkuat kondisi perekonomian secara keseluruhan. 3. Pengertian Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran adalah penganalisiaan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program yang bertujuan menimbulkan
(31)
pertukaran dengan pasar yang dituju dengan maksud untuk mencapai tujuan perusahaan, menurut (Swasta dan Handoko,1997:4). Titik berat diletakan pada penawaran perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar tersebut serta menentukan harga, mengadakan komunikasi dan distribusi yang efektif untuk member tahu, mendorong, serta melayani pasar.
Dari pengertian tersebut dapat diartikan bahwa manajemen pemasaran dirumuskan sebagai suatu proses manajemen, yang meliputi penganalisaan, perancanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan. Kegiataan ini bertujuan menimbulkan pertukaraan yang diinginkan, baik yang menyangkut barang dan jasa, atau benda-benda lain yang dapat memenuhi kebutuhan psikologis, sosial, dan kebudayaan. Proses pertukaran dapat ditimbulkan baik oleh penjual, maupun pembeli yan menguntungkan kedua belah pihak.
Penentuan produk, harga, promosi dan tempat untuk mencapai tanggapan yang efektif disesuaikan dengan sikap dari perilaku konsumen, dan sebaliknya sikap dan perilaku konsumen dipengaruhi sedemikian rupa sehingga menjadi sesuai dengan produk-produk perusahaan.
4. Produk
Menurut Tjiptono (2002;93-97) produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, untuk
(32)
dimiliki, digunakan atau dikonsumsikan guna memenuhi kebutuhan dan keinginan. Produk terdiri dari objek fisik, jasa, acara, orang, organisasi, tempat, ide/gagasan, pengalaman dan bauran dari beberapa atau semuanya. Jasa adalah aktifitas atau manfaat yang dapat ditukarkan oleh suatu pihak ke pihak lain dan tanpa diikuti kepemilikan.
a. Ada 5 level produk, yaitu:
1) Inti produk (core product/generie product), yaitu manfaat atau jasa inti yang diberikan produk tersebut. Contoh, dalam bisnis perhotelan, manfaat utama yang dibeli para tamu adalah istirahat/tidur
2) Wujud produk (tangible product/formal product), yaitu karakteristik yang dimiliki produk tersebut, berupa mutunya, corak atau ciri-ciri khasnya, mereknya, dan kemasannya. Contoh, hotel merupakan suatu bangunan yang memiliki banyak ruangan untuk disewakan
3) Produk harapan (expected product), yaitu produk formal yang ditawarkan dengan berbagai atribut dan kondisinya secara normal diharapkan dan disepakati untuk dibeli. Contoh, tamu hotel mengharapkan tempat tidur yang bersih, sabun dan handuk
4) Produk tambahan yang disempurnakan (augmented/extend product),yaitu menggambarkan kelengkapan atau penyempurnaan dari produk inti, sehingga dapat memberikan tambahan kepuasan
(33)
dan bisa dibedakan dengan produk pesaing. Contoh, hotel bisa menambahkan fasilitas tv, lemari pendingin, dan lain-lain
5) Produk potensial, yaitu segala macam tambahan dan perubahan yang mungkin dikembangkan untuk suatu produk di masa mendatang. Contoh, hotel menambahkan fasilitas layanan internet, sepiring buah-buahan, dan lain-lain.
b. Klasifikasi barang konsumen
Menurut Tjiptono (2002:99-100) barang konsumen adalah barang yang dikonsumsi untuk kepentingan konsumen akhir sendiri, bukan untuk tujuan bisnis.
1) Convenience goods, yaitu barang yang pada umumnya memiliki frekuensi pembelian tinggi, dibutuhkan dalam waktu segera, dan hanya memerlukan usaha yang minimum dalam pembandingan dan pembeliannya. Contoh, surat kabar, permen, dan lain-lain 2) Shopping goods, yaitu barang-barang yang dalam proses
pemilihan dan pembeliannya dibandingkan oleh konsumen di antara berbagai alternatif yang tersedia. Contoh, alat-alat rumah tangga, pakaian, dan lain-lain
3) Specialty goods, yaitu barang-barang yang memiliki karakteristik dan/atau identifikasi merek yang unik dimana sekelompok konsumen bersedia melakukan usaha khusus untuk membelinya. Contoh, kamera Nikon, dan lain-lain
(34)
4) Unsought goods, yaitu barang-barang yang tidak diketahui konsumen atau kalaupun sudah diketahui, tetap pada umumnya belum terpikirkan untuk membelinya.
5. Pengertian Perilaku Konsumen
Menurut Swastha dan Handoko (1997:10) perilaku konsumen adalah kegiatan kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan tersebut. Menurut American Marketing Association (dalam Amirullah (2002:2), perilaku konsumen sebagai interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian di sekitar kita dimana manusia melakukan aspek pertukaran hidup meraka. Pengertian perilaku konsumen menurut beberapa ahli, disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah sejumlah tindakan-tindakan nyata individu (konsumen) yang dipengaruhi oleh faktor-kejiwaan (psikologis) dan faktor luar lainnya (eksternal) yang mengarahkan mereka untuk memilih dan mempergunakan barang-barag yang diinginkan.
Proses pertukaran melibatkan serangkaian langkah-langkah, dimulai dengan tahap perolehan, tahap konsumsi, dan berakhir dengan tahap disposisi produk atau jasa. Pada saat menginvestigasi tahap perolehan, para peneliti menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan produk atau jasa. Salah satu faktor yang berkaitan dengan
(35)
pencarian dan penyeleksi barang serta jasa adalah simbolisme produk yaitu, orang biasanya ingin mencari sebuah produk untuk mengekspresikan diri mereka kepada orang lain tentang ide-ide tertentu dan arti diri mereka, menurut (Moven dan Minor, 2002:7).
Menurut Simamora (2004:2) perilaku pembelian konsumen akhir, baik individu maupun rumah tangga, yang membeli produk untuk konsumsi personal. Perilaku konsumen disimpulkan dalam beberapa bagian yaitu :
a. Perilaku konsumen menyoroti perilaku individu dan rumah tangga. b. Perilaku konsumen menyangkut suatu proses keputusan sebelum
pembeli serta tindakan dalam memperoleh, memakai, mengkonsumsi dan menghabiskan produk.
c. Mengetahui perilaku konsumen meliputi perilaku yang dapat diamati seperti jumlah yang dapat dibelanjakan, kapan, dengan siapa, oleh siapa dan bagaimana barang yang sudah dibeli dikonsumsi. Juga termasuk variable-variabel yang tidak dapat diamati seperti nilai-nilai yang dimiliki konsumen, kebutuhan pribadi, persepsi, bagaimana mereka mengevaluasi alternatif dan apa yang mereka rasakan tentang kepemilikan dan penggunaan produk yang bermacam-macam.
6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada di luar manusia (eksternal) dan faktor-faktor yang ada di dalam diri manusia (internal). Faktor eksternal yang utama adalah faktor
(36)
kebudayaan dan sosial, sedangkan faktor-faktor internal yang utama adalah faktor pribadi dan psikologis.
a. Faktor budaya
Nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan perilaku yang dipelajari seseorang melalui keluarga dan lembaga penting lainnya. Menurut Kotler dan Gary (2002:144) faktor-faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada tingkah laku konsumen. Faktor budaya terdiri dari budaya, sub budaya, dan kelas soial.
Indikator: 1) Budaya
Budaya (culture) adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang karena budaya merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, kepercayaan, kebiasaan, persepsi, keinginan, dan tingkah laku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga atau lembaga penting lainnya. Budaya dimiliki oleh setiap kelompok dan budaya ini memberikan pengaruh yang beragam pada perilaku pembelian di setiap wilayah.
Berikut ini adalah beberapa karakteristik dari budaya yang juga bisa disebut sebagai elemen dasar dari konsep budaya, menurut (Amirullah, 2002:46-47).
a) Budaya dipelajari untuk mengetahui bagaimana budaya suatu kelompok atau individu, maka kita dapat mengamatinya dari
(37)
perilaku keseharian dalam kehidupannya
b) Budaya secara sosial dapat diturunkan. Budaya merupakan kelompok perwujudan yang diturunkan secara manusiawi. Nilai-nilai dan kebiasaan yang dianut oleh orang jaman dahulu secara terus menerus dan dianut oleh generasi berikutnya
c) Budaya bersifat adaptif, bahwa budaya yang tidak memberikan manfaat cenderung akan ditinggalkan dan masyarakatnya mencoba menyusaikan budaya yang baru untuk memberikan kepuasan.
2) Sub budaya
Setiap kebudayaan mengandung sub-budaya yang lebih kecil atau sekelompok orang yang memiliki sistem nilai yang sama. Sub-budaya meliputi kewarganegaraan, agama, kelompok ras dan daerah geografis. Banyak subbudaya membentuk segmen pasar penting, dan pemasar sering kali merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan, menurut (Kotler dan Gary, 2002:145). 3) Kelas sosial
Kelas sosial adalah bagian masyarakat yang relatif permanenen dan tersusun rapi dengan para anggota menganut nilai-nilai, minat, dan tingkah laku yang serupa. Kelas sosial bukan ditentukan oleh pendapatan saja tetapi seperti pendidikan, kekayaan dan pekerjaan, sehingga menunjukkan preferensi produk dan merek yang berbeda, menurut (Kotler dan Gary, 2002:147).
(38)
b. Faktor sosial
Merupakan pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen yang tersusun secara hierarkis yang anggotanya menganut perilaku yang serupa. Kelas sosial ditentukan oleh pendapatan, pendidikan, kekayaan dan pekerjaan. Menurut (Philip dan Gary, 2002:147-150) tingkah laku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti kelompok, keluarga serta peran dan status sosial.
Indikator : 1) Kelompok
Kelompok adalah dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai sasaran individu atau bersama, menurut (Kotler dan Gary, 2002;147-148). Kelompok ini terbagi menjadi dua yaitu: kelompok primer yang memiliki interaksi regular tetapi informal seperti keluarga, teman, dan rekan sekerja. Dan kelompok sekunder yaitu kelompok yang lebih formal dan memiliki lebih sedikit interaksi regular, kelompok ini mencakup organisasi-organisasi seperti kelompok keagamaan, serikat buruh, dan asosiasi profesional.
2) Keluarga
Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting, anggota keluarga merupakan kelompok acuan primer yang paling berpengaruh. Dewasa ini peran keluarga adalah mempengaruhi individu dalam pembelian atau konsumsi.
(39)
Keputusan pembelian keluarga tergantung pada produk dan situasi, anggota keluarga individual menggunakan jumlah pengaruh yang berbeda.
3) Peran dan status
Setiap orang merupakan anggota dari berbagai kelompok keluarga, klub dan organisasi. Posisi setiap kelompok dapat ditentukan dalam bentuk peran dan status. Peran terdiri dari aktivitas yang diharapkan dilakukan seseorang menurut orang-orang yang ada di sekitarnya. Setiap peran membawa status yang mencerminkan penghargaan yang diberikan oleh masyarakat. c. Faktor Pribadi
Keputusan sesorang membeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, seperti; umur pembeli dan tahap siklus hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri, menurut (Kotler dan Gery, 2002;150-153).
Indikator :
1) Umur pembelian dan tahap siklus hidup
Orang-orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli selama masa hidupnya. Selera akan makanan, pakaian, perabot, dan rekreasi sering kali berhubungan dengan umur. Membeli juga dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga, tahap-tahap yang mungkin dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya. Pemasar sering kali menentukan sasaran pasar dalam bentuk tahap
(40)
daur hidup dan mengembangkan produk yang sesuai serta rencana pemasar untuk setiap tahap, menurut (Kotler dan Gary, 2002:150). 2) Pekerjaan
Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Konsumen mempunya pola konsumsi yang dipengaruhi oleh pekerjaannya, para pemasar berusaha untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok pekerja yang memiliki minat diatas rata-rata terhadap produk atau jasa tertentu.
3) Situasi ekonomi
Keadaan ekonomi seseorang akan sangat besar pengaruhnya terhadap pilihan produk, maupun toko yang menjualnya. Keadaan atau situasi ekonomi seseorang terdiri dari:pendapatan, uang saku, uang tabungan, dan kekayaan yang dimilikinya.
4) Gaya hidup
Orang yang berasal dari subbudaya, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama mungkin mempunyai gaya hidup yang jauh berbeda. Gaya hidup adalah pola kehidupan seseorang yang yang diwujudkan dalam aktivitas, interns, dan oponiya. Gaya hidup mencakup sesuatu yanglebih dari sekedar kelas sosial atau kepribadian seseorang; gaya hidup menampilkan pola beraksi dan berinteraksi seseorang secara keseluruhan di dunia.
5) Kepribadian dan konsep diri
(41)
membeliannya. Kepribadian mengacu pada karakteristik psikologi unik yang menyebabkan respon yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan dirinya sendiri.kepribadian biasanya diuraikan dalam arti sifat-sifat seperti rasa percaya, dominasi, kemudahan bergaul, otonomi, mempertahankan diri, kemampuan menyusaikan diri, dan keagresifan. Kepribadian dapat bermanfaat untuk menganalisis tingkah laku konsumen untuk pemilihan produk atau merek tertentu.
d. Faktor Psikologis
Sebagai bagian dari pengaruh lingkungan dimana konsumen tinggal dan hidup pada waktu sekarang tanpa mengabaikan pengaruh dimasa lampau pada waktu yang akan datang.
Indikator: 1) Motivasi
Motivasi adalah suatu dorongan keinginan individu yang diarahkan pada tujuan memperoleh kepuasan suatu kebutuhan dapat berubah menjadi motif apabila mampu merangsang sampai tingkat intensitas yang mencukupi. Motif atau dorongan adalah kebutuhan yang cukup menekan untuk mengarahkan seseorang mencari kepuasan, menurut (Swasta dan Handoko, 2002:77). 2) Persepsi
Persepsi adalah proses yang dilalui orang dalam memilih, mengorganisasikan dan menginterprestasikan informasi guna
(42)
membentuk gambaran yang berarti bagi dunia. 3) Pengetahuan/ Pembelajaran
Pembelajaran (learning) menggambarkan perubahan perilaku seorang individu yang muncul karena pengalaman yang diperoleh dari perbuatannya dimasa lalu dapat dipelajari. Pembelajaran berlangsung melalui pengaruh dari dorongan, rangsangan, petunjuk, respon, dan pembenaran.
4) Keyakinan dan sikap
Keyakinan adalah pemikiran dekskrptif yang di pegang seseorang tentang sesuatu. Sikap adalah evaluasi dalam waktu lama tentang yang disukai atau tidak disukai seseorang, perasaan emosional, dan kecendrungan tindakan terhadap beberapa ide atau objek, menurut (Kotler, 2008;186-187).
7. Pengambilan Keputusan Konsumen
Pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai suatu proses penilaian dan pemilihan dari berbagai alternatif sesuai dengan kepentingan-kepentingan tertentu dengan menetapkan suatu pilihan yang dianggapnya paling menguntungkan. Proses pemilihan dan penilaian itu biasanya diawali dengan mengidentifikasi masalah utama yang mempengaruhi tujuan, menyusun, menganalisis, dan memilih berbagai alternatif tersebut dan mengambil keputusan yang dianggap paling baik, menurut (Amirullah, 2002:61).
(43)
Pengambilan keputusan menekankan pendekatan pemrosesan informasi yang rasional terhadap perilaku pembelian konsumen, menurut (Moven dan Minor, 2002:6). Hal ini sangat erat hubungannya dengan pendekatan hirarki pengaruh keterlibatan tinggi pada pembentukan sikap. 8. Tingkatan Pengambilan Keputusan Konsumen
Menurut Sumarwan (2003;360-361), tidak semua situasi pengambilan keputusan konsumen berada dalam tingkatan yang sama. Jika semua keputusan pembelian memerlukan usaha yang lebih luas, kemudian konsumen mengambil keputusan itu walaupun dengan proses yang cukup melelahkan, maka keputusan harus tetap diambil. Sebaliknya, ada sebagian konsumen yang begitu mudah untuk mengambil keputusan. Kondisi ini terjadi karena konsumen sudah menganggap bahwa proses itu merupakan proses yang biasa atau berulang-ulang.
Berdasarkan pola hubunga antara jenis usaha yang paling tinggi dan usaha yang paling rendah, maka dapat dibedakan tiga tingkatan pengambilan keputusan konsumen, sebagai berikut:
a. Extansive problem solving
Pada tingkat ini konsumen sangat membutuhkan banyak informasi untuk lebih meyakinkan dengan keputusan yang akan diambilnya. Konsumen memiliki kriteria-kriteria khusus terhadap barang yang akan dipilihnya. Pengambilan keputusan ektensive juga melibatkan keputusan multi pilihan dan upaya kognitif serta perilaku
(44)
yang cukup besar, akhirnya pengambilan keputusan ini cenderung membutuhkan waktu yang cukup lama.
b. Limited problem solving
Pada tingkat ini konsumen tidak begitu banyak memerlukan informasi, akan tetapi konsumen tidak perlu mencari-cari informasi untuk lebih memberikan keyakinannya. Biasanya konsumen yang berada di tingkat ini selalu membandingkan merek atau barang dengan terus menggali informasi-informasi. Pilihan yang melibatkan pengambilan keputusan terbatas biasanya cukup cepat, dengan tingkat upaya kognitif dan perilaku yang sedang.
c. Rountinized respons behavior
Konsumen telah memiliki banyak pengalaman membeli, maka informasi biasanya membandingkan saja, walaupun keputusan itu sudah terpikirkan oleh mereka. Dibandingkan dengan tingkat yang lain, perilaku pilihan rutin membutuhkan sangat sedikit kepastian kognitif atau kontrol sadar.
Semakin masalah yang diputuskan itu dirasa berada dalam tingkat yang sulit, maka pencarian informasi akan menjadi sangat menentukan efektifitas keputusan. Juga sebaliknya, jika masalah itu sifatnya rutin atau terjadi berilang-ulang, maka informasi itu hanya berperan sebagai pembanding karena pengetahuan tentang masalah tersebut sudah dimiliki. Dengan kata lain, jumlah upaya yang digunakan dalam pemecahan masalah cenderung menurun sejalan
(45)
dengan semakin dikenalnya suatu produk dan semakin berpengalamannya seseorang dalam pengambilan keputusan. Komponen dan Proses Keputusan
Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen. Faktor-faktor itu dapat berasal dari luar diri konsumen dan juga berasal dari dalam diri konsumen. Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, maka komponen utama yang mempengaruhi keputusan membeli konsumen dapat digolongkan menjadi tiga macam, menurut (Amirullah, 2002;63-64):
a. Komponen input
Komponen ini dapat juga disebut sebagai pengaruh eksternal, yang dapat dikalsifikasikan dalam dua sumber, yaitu; usaha-usaha pemasar, dan lingkungan sosial-budaya.
b. Komponen proses
Komponen ini sudah mengarah pada pengambilan keputusan konsumen. Komponen ini juga melibatkan faktor-faktor seperti; motivasi, persepsi, belajar, kepribadiaan, dan sikap. Dalam proses pengambilan keputusan faktor-faktor itu mengarah pada upaya penemuan masalah, pencarian informasi, evaluasi, dan pemilihan. c. Komponen output
Bagian output dari pengambilan keputusan konsumen mengarah pada dua bentuk kegiatan dan sikap, yaitu perilaku membeli dan evaluasi pasca pembelian. Hasil akhir dari dua kegiatan itu adalah
(46)
menigkatkan kepuasaan lewat barang yang dibeli konsumen.
Menurut Herbert A. Simon (dalam Amirullah (2002:64), mengajukan model yang bermanfaat sebagai dasar dalam proses pengambilan keputusan. Model tersebut memuat tiga tahap pokok, yaitu sebagai berikut:
a. Riset, yaitu mempelajari lingkungan atas kondisi yang memerlukan keputusan
b. Perancangan, yaitu mendaftar, mengembangkan, dan menganalisis arah tindakan yang mungkin
c. Pemilihan, yaitu menetapkan arah tindakan tertentu dari totalitas yang ada.
Proses keputusan dapat dipandang sebagai arus dari riset sampai perancangan dan kemudian penentuan alternatif yang dipandang relevan. Pada setiap tahap hasilnya mungkin dikembalikan pada tahap sebelumnya untuk dimulai lagi. Oleh karena itu tahapan tersebut nerupakan elemen subuah proses yang kontinyu.
10. Pembelian dan Pemilihan
Keputusan untuk membeli pada hakekatnya terdiri dari sekumpulan keputusan. Pembelian adalah keputusan konsumen mengenai apa yang di beli, apakah membeli atau tidak, kapan membeli, dimana membeli, dan cara pembayaran, menurut (Sumarwan, 2003:310). Sedangkan kuputusan konsumen adalah suatu keputusan segala pemilikan suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif, menurut (Sumarwan, 2003:289). Ada
(47)
dua faktor yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian, yaitu sikap orang lain dan faktor tak terduga. Sikap orang lain akan mempengaruhi satu alternatif yang disukai tergatung pada:
a. Intesitas sikap negatif pihak lain terhadap pilihan altenatif konsumen b. Motivasi konsumen tunduk pada keinginan orang lain.
Pada saat keputusan membeli itu datang, maka faktor situasi yang tak terduga muncul untuk mengubah maksud pembeliaan. Faktor ini menggambarkan kekecewaan terhadap produk tertentu. Oleh karena itu, pilihan dan maksud pembelian bukan merupakan predictor sepenuhnya dapat diandalkan untuk mengatur tingkah laku pembeli.
11. Pembelian Produk
Pembelian produk atau jasa dilakukan oleh konsumsi bisa digolongkan tiga macam, menurut (Sumarwan, 2002;377-378) yaitu sebagai berikut:
a. Pembelian yang terencana sepenuhnya
Jika konsumen telah menentukan pilhan produk dan merek jauh sebelum pembelian dilakukan, maka ini termasuk pembelian yang direncanakan sepenuhnya. Pembelian yang terencana sepenuhnya biasanya adalah hasil dari proses keputusan yang diperlukan atau keterlibatan tinggi. Konsumen sering kali membuat daftar barang yang akan dibelinya jika konsumen tersebut pergi ke toko atau pergi ke tempat yang akan dijadikan tempat tujuan berbelanja sudah tahu produk atau merek yang akan dibelinya.
(48)
b. Pembelian yang separuh terencana
Konsumen sering kali membeli suatu produk tanpa direncanakan terlebih dahulu, namun mungkin belum mengetahui merek yang akan di belinya sampai konsumen bisa memperoleh informasi yang lengkap dari pegawai toko tersebut.
c. Pembelian yang tidak terencana
Konsumen sering kali membeli suatu produk tanpa di rencanakan terlebih dahulu. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut, misalnya pomotongan harga 50%, yang terlihat mencolok akan menarik perhatian konsumen.
12. Proses Pembelian
Ada tiga proses atau tahapan dalam pembelian, menurut (Sumarwan, 2002;378-380) yaitu sebagai berikut:
a. Tahap prapembelian
Pada tahapan ini, beberapa perilaku yang terjadi meliputi mencari informasi dan mengambil dana.
1) Mencari informasi
Konsumen akan mencari informasi mengenai produk, merek, atau toko dari berbagai sumber seperti koran, majalah, radio, dan televisi. Konsumen mungkin juga berkomunikasi dengan tenaga penjual, teman, dan kerabatnya bahkan saudaranya mengenai produk, merek, atau toko.
(49)
2) Mengambil dana
Konsumen juga perlu tahu dari mana dana yang akan dipakai untuk membeli produk tersebut. Pembelian produk umumnya menggunakan uang sebagai medium utama pertukaran. Konsumen juga mungkin akan mengguanakan cara pembayaran, seperti bayar tunai, cek, kartu kredit, kartu debit, kartu ATM, maupun lembaga keuangan yang lainnya.
b. Tahap pembelian
Pada tahap pembelian, perilaku meliputi berhubungan dengan toko, mencari produk, dan melakukan transaksi.
1) Berhubungan dengan toko(Store Contact)
Adanya keinginan membeli produk akan mendorong konsumen untuk mencari toko atau pusat perbelanjaan tempat konsumen membeli produk tersebut. Kontak dengan toko akan dilakukan oleh konsumen untuk menentukan toko mana yang akan dikunjungin. Toko akan mencari tempat strategis untuk mencari lokasinya agar mudah di lihat oleh konsumen.
2) Mencari produk
Konsumen mencari dan memperoleh produk yang akan di belinya. Konsumen harus mencari lokasi dimana produk di tempatkan di dalam toko tersebut. Jika konsumen telah menemukan produk yang dicarinya, konsumen akan mengambil produk
(50)
tersebut, dan kemudian membawanya ke tempat pembayaran atau kasir.
3) Transaksi
Proses pembelian adalah melakukan tranksaksi, yaitu melakukan pertukaran barang dengan uang, memindahkan pemilikan barang dari toko ke konsumen. Kenyamanan seorang kosumen berbelanja di sebuah toko bukan saja ditentukan oleh banyaknya barang yang tersedia, kemudahan memperoleh barang di dalam toko, dan daya tarik promosi dari produk tersebut, juga ditentukan oleh kenyamanan proses akhir atau transaksi yang dilakukan oleh konsumen, menurut (Sciffman dan Kanuk, 2000;377-380).
c. Pengetahuan pemakaian
Suatu produk akan memberikan manfaat kepada konsumen jika produk tersebut telah digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen. Agar produk tersebut bisa memberikan manfaat yang maksimal dan kepuasan yang tinggi kepada konsumen maka konsumen harus bisa menggunakan atau mengkonsumsi produk tersebut dengan baik
13. Minat Pembelian Ulang
Menurut Setyawan dan Ihwan (2004:25) minat beli ulang merupakan perilaku yang muncul sebagai respon terhadap objek yang menunjukkan keinginan pelanggan untuk melakukan pembelian ulang. Beberapa pengertian dari minat adalah sebagai berikut:
(51)
a. Minat dianggap perangkap atau perantara antara faktor-faktor motivasional yang mempengaruhi perilaku
b. Minat juga mengindikasikan seberapa jauh seorang mempunyai kemauan untuk mencoba
c. Minat menunjukkan pengukuran kehendak seseorang d. Minat berhubungan dengan perilaku yang terus menerus.
Menurut Peter dan Olson (2000:110) konsumen melakukan pembelian ulang karena adanya suatu dorongan dan perilaku membeli secara berulang-ulang yang dapat menumbuhkan suatu loyalitas terhadap apa yang dirasakan sesuai untuk dirinya. Jadi, minat beli ulang dapat disimpulkan sebagai suatu kecendrungan untuk melakukan pembelian ulang, serta memperoleh respon positif atas tindakan masa lalu.
Terdapat perbedaan antara pembelian aktual yang benar-benar dilakukan oleh konsumen dengan minat beli ulang. Minat beli ulang adalah kecendrungan pembelian dimasa yang akan datang. Meskipun pembelian tersebut belum tentu dilakukan dimasa mendatang, namun pengukuran terhadap kecendrungan pembelian umumnya dilakukan guna memaksimumkan prediksi terhadap pembelian itu sendiri.
Menurut Schffman dan Kanuk (2007:240) minat beli ulang adalah suatu keadaan dalam diri seseorang pada dimensi kemungkinan subyektif yang meliputi hubungan antar orang itu sendiri dengan beberapa tindakan. Minat mengacu pada hasil dari tindakan yang kelihatan dalam situasi, yaitu minat untuk melakukan respon nyata khusus yang akan
(52)
diramalkan. Minat beli ulang merupakan kegiatan pembelian yang dilakukan konsumen setelah mereka melakukan pembelian yang pertama kali.
Menurut Cronin, dkk dalam Oetomo dan Rahadian (2012:8) minat beli ulang adalah perilaku pelanggan di mana pelanggan merespon positif terhadap kualitas pelayanan suatu perusahaan dan berniat melakukan kunjungan kembali atau mengkonsumsi kembali produk perusahaan tersebut.
Menurut Zeithalm et al dalam Oetomo dan Rahadian (2012:8) menekankan bahwa pentingnya mengukur minat beli kembali pelanggan untuk mengetahui keinginan pelanggan yang tetap setia/meninggalkan suatu barang/jasa. Sementara itu fornell dalam Oetomo dan Rahadian (2012:8) menyatakan bahwa konsumen atau pelanggan yang puas akan melakukan kunjungan ulang pada waktu yang akan datang dan memberitahukan kepada orang lain atas jasa yang dirasakannya.
14. Penggunaan Pasca Pembelian dan Evaluasi Ulang Alternatif Yang Dipilih
Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuasan dan ketidakpuasan. Tugas pemasar tidak cukup sampai disini, tetapi akan terus berlangsung hingga periode waktu pasca pembeliaan. Artinya, jika produk memenuhi harapan, konsumen akan merasa puas dan jika produk melebihi dari apa yang diharapkan,
(53)
konsumen akan puas, dan jika produk berada di bawah apa yang diharapkan maka konsumen akan merasa tidak puas.
Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen dengan suatu produk akan mempengaruhi perilaku selanjutnya. Jika konsumen puas, konsumen akan menunjukkan probabilitas yang lebih tinggi untuk membeli produk itu lagi, dan kecenderungan mengatakan hal yang baik-baik tentang produk tersebut. Sedangkan konsumen yang merasa tidak puas akan mengatakan sebaliknya dan akan mengambil satu dari tindakan berikut; berusahaan mengurangi ketidakpuasan dengan membuang produk, dan kedua berusaha mengurangi ketidakpuasaan dengan mencari informasi yang mungkin memperkuat nilai tinggi produk tersebut, menurut (Amirullah, 2002:69)
15. Pengertian Produk Fashion
Suatu produk akan disukai oleh konsumen apabila produk tersebut menawarkan keunggulan dan pelengkap yang inovatif. Perusahaan dituntut untuk menghasilkan produk-produk yang berkualitas unggul, karena di dalam ketatnya persaingan ini konsumen makin leluasa untuk memilih dan menentukan produk yang diinginkan dan yang dianggap paling menguntungkan.
Produk fashion didesain mulai dari kalangan bawah, kalangan menengah dan kalangan atas dengan berbagai bentuk, warna, model yang menambah nilai dari produk fashion tersebut. Beragam model fashion
(54)
maupun tabloid yang khusus menyajikan tentang berbagai macam
fashion dari perancang-perancang busana. Tidak jarang pula model
fashion diperkenalkan ke masyarakat melalui peragaan-peragaan busana yang sengaja digelar untuk menampilkan modelfashionterbaru.
Menurut sumber internet (www.blogspot.com), pengertian fashion
adalah sebuah produk yang mempunyai ciri-ciri khusus yang tepat dan memiliki style yang sedang populer (trend) dalam suatu kurun waktu.
Fashion mengembangkan kebudayaan, perasaan, pemikiran, dan gaya hidup orang-orang dalam suatu kurun waktu tertentu. Sebuah produk di katakanfashionablejika memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Konsumen bersedia untuk meluangkan waktu, uang dan tenaganya untuk memperoleh produk ini
b. Merupakan produk yang dapat mempertinggiimage retailerdantrafic
konsumen
c. Merupakan produk berbeda dengan produk sejenis (dalam hal style) yang dikeluarkan oleh komputer.
Sementara itu seorang pemerhati model akan melihat produk
fashionableberdasarkan hal-hal sebagai berikut:
a. Produk yang berorientasi pada kehidupan masyarakat di sekitarnya b. Produk yang dapat memberikan kesenangan pada dirinya.
B. Penelitian-Penelitian Sebelumnya
1. Johanes Sulaksana Noegraha, (2006). ”ANALISIS PERSEPSI PERSEPSI KUALITAS PELAYANAN DAN KEPUASAN
(55)
PELANGGAN TERHADAP MINAT PEMBELIAN ULANG PADA PT. ADAM SKYCONNECTION AIRLINE KANTOR CABANG YOGYAKARTA”. Kepuasan pelanggan dapat menciptakan atas loyalitas pelanggan kepada perusahaan yang memberikan kualitas pelayanan yang memuaskan. Konsumen yang terpuaskan sebagai pelanggan akan melakukan pembelian ulang pada perusahaan yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikan pengaruh persepsi kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan terhadap minat pembelian ulang pada PT. ADAM SKYCONNECTION AIRLINE KANTOR CABANG YOGYAKARTA. Metode analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis regresi berganda. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data primer yang berasal dari responden dengan cara menyebarkan kuesioner. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode
purposive sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 100 responden. Analisis yang diperoleh dapat membuktikan hipotesis yang menyatakan variabel persepsi kualitas pelayanan dan variabel kepuasan pelanggan berpengaruh signifikan terhadap minat pembelian ulang PT. ADAM AIRLINE KANTOR CABANG YOGYAKARTA, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama.
2. Fitri Yeni (2013). “PENGARUH KEUNGGULAN BERSAING DIFERENSIASI TERHADAP MINAT BELI ULANG KONSUMEN PADA KFC DI KOTA PADANG”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis Pengaruh Keunggulan Bersaing Diferensiasi Produk,
(56)
Pelayanan dan Citra Terhadap Minat Beli UlangKentucky Fried Chicken
(KFC) Di kota Padang. Jenis penelitian ini adalah kausatif, di mana penelitian ini menggambarkan dan menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagiamana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat kota Padang yang telah pernah membeli KFC. Penentuan ukuran sampel menggunakan pendapat Cochran dengan sampel 100 orang, teknik pengambilan sampel dilakukan berdasarkan
Accidental Sampling.Jenis data penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner yang telah diberikan beberapa item pertanyaan. Teknik analisisi data menggunakan analisis deskriptif melalui regresi berganda. Hipoesis diuji dengan uji F dan uji t pada siginifikan 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) keunggulan bersaing diferensiasi produk berpengaruh signifikan terhadap minat beli ulang, 2) keunggulan bersaing diferensiasi pelayanan berpengaruh signifikan terhadap minat beli ulang, 3) keunggulan bersaing diferensiasi citra berpengaruh signifikan terhadap minat beli ulang KFC. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka disarankan kepada pihak KFC untuk dapat lebih meningkatkan keunggulan bersaing diferensiasi produk, keunggulan bersaing diferensiasi pelayanan dan keunggulan bersaing diferensiasi citra.
(57)
C. Kerangka Konseptual Penelitian
Penelitian ini terdapat variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen terdiri dari tiga variabel, sebagai berikut:
1. Faktor Sosial-Budaya X1
Indikator: a. Kebiasaan b. Kepercayaan c. Kelompok d. Peran dan Status
2. Faktor Pribadi X2
Indikator:
a. Pendatan/Uang saku b. Gaya hidup
3. Faktor Psikologis X3
Indikator: a. Motivasi b. Persepsi
Sedangkan, variabel dependen, sebagai berikut: Y :Minat beli ulang konsumen produkfashion
Indikator:
1) Merekomendasikan secara positif terhadap produk tersebut 2) Melakukan pembelian ulang
(58)
3) Pembelian secara rutin terhadap produk tersebut untuk masa mendatang.
(59)
Gambar II. 1
Kerangka Konseptual Penelitian
Variabel Independent (X)
Faktor Sosial-budaya(X1)
- Kebiasaan - Kepercayaan - Kelompok - Peran dan Status
Faktor Pribadi (X2)
- Pendapatan/Uang Saku - Gaya Hidup
Faktor Psikologis (X3)
- Motivasi - Persepsi
-- Persepsi
Variabel Dependent Y : Minat beli ulang
(60)
Keterangan Gambar:
:Pengaruh Secara Parsial :Pengaruh Secara Simultan
D. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah yang diajukan dan jawaban masih akan diuji kebenarannya. Dari kerangka penelitian yang dilakukan, maka dapatlah dikemukakan hipotesis dalam penelitian ini, yaitu:
Budaya didifinisikan sebagai kebiasaan dan kepercayaan yang digunakan untuk menunjukkan perilaku konsumen langsung. Kebiasaan dalam meminta pertimbangan kepada keluarga berdasarkan apa yang diinginkan dan dilakukan sangatlah penting dan terus menerus akan dilakukan dan diikuti sepanjang konsumen merasakan kepuasaan akan suatu yang diinginkan. Sementara kepercayaan lebih mengacu pada sikap mental seseorang yang dinyatakan secara verbal tentang sesuatu hal. Dalam hal ini, konsumen percaya akan kualitas produk fashion, dan dinyatakan dalam minat beli ulang terhadap produkfashion.
Setiap orang tidak lepas dari dari kehidupan sosial yang menyangkut kelompok, teman serta peran dan statusnya. Pengaruh dari kelompok, atau teman dapat mempengaruhi minat beli ulang terhadap pembelian produk fashion, serta peran dan status dalam lingkungan sosial-pun akan menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih produk dan tempat untuk berbelanja. Maka dapat dirumuskan hipotesis pertama sebagai
(61)
berikut:
H1 :Faktor sosial-budaya secara parsial mempengaruhi minat beli ulang konsumen terhadap produk fashion.
Faktor pribadi berkaitan dengan umur pembelian dan tahap siklus hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, dan kepribadian dan konsep diri. Dalam melakukan kegiatan pembelian, konsumen cenderung memilih berbelanja produk fashion dengan harga yang sesuai dengan pendapatan/uang saku dan gaya hidup konsumen. Maka dapat dirumuskan hipotesis kedua sebagai berikut:
H2 :Faktor pribadi secara parsial mempengaruhi minat beli ulang konsumen terhadap produk fashion.
Faktor psikologis seseorang terdiri dari motivasi, persepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan sikap. Motivasi merupakan dorongan dalam diri seseorang untuk memenuhi kebutuhannya. Jika konsumen memiliki persepsi yang baik tentang produk fashion, maka konsumen cenderung akan mememlih untuk berbelanja produkfashion tersebut. Maka dapat dirumuskan hipotesis yang ketiga sebagai berikut:
H3 :Faktor psikologis secara parsial mempengaruhi minat beli ulang konsumen terhadap produk fashion.
Faktor sosial-budaya, faktor pribadi, dan faktor psikoligis secara bersama-sama dapat mempengaruhi dalam minat beli ulang konsumen terhadap produk fashion. Maka dapat dirumuskan hipotesis ke empat sebagai berikut:
(62)
H4 :Faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi dan faktor psikologis secara bersama-sama (simultan) mempengaruhi minat beli ulang konsumen terhadap produk fashion.
(63)
44 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupkan penelitian kuantitatif dan studi yang diangkat dalam penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus merupakan penelitian yang rinci mengenai suatu objek tertentu dalam kurun waktu tertentu dengan cukup mendalam dan menyeluruh termasuk lingkungan dan kondisi masa lalunya, menurut Umar (2003;87-88).
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah semua konsumen wanita yang sudah pernah membeli ulang produk fashion, sedangkan objek penelitiannya adalah :
1. Faktor Sosial-Budaya a. Kebiasaan
b. Kepercayaan c. Kelompok d. Peran dan Status 2. Faktor Pribadi
a. Pendapatan/Uang Saku b. Gaya hidup
3. Faktor Psikologis a. Motivasi
(64)
b. Persepsi
4. Minat beli ulang terhadap produkfashion
a. Merekomendasikan secara positif terhadap produk tersebut b. Melakukan pembelian ulang
c. Pembelian secara rutin terhadap produk tersebut untuk masa mendatang.
C. Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu penelitian :Dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan Februari 2013.
Lokasi Penelitian :Post Mode Jl. Gajayan, Sleman, Yogyakarta.
D. Variabel Penelitian 1. Identifikasi Variabel
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya, menurut (Sugiyono, 2009:2). Ada dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu variabel independen atau variabel bebas yang selanjutnya dinyatakan dengan simbol X dan variabel dependen atau variabel terikat yang selanjutnya dinyatakan dengan simbol Y.
2. Definisi Variabel
a. Variabel Independen (X)
(65)
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1) Faktor Sosial-Budaya X1
2) Faktor Pribadi X2
3) Faktor Psikologis X3
b. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adannya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah minat beli ulang konsumen terhadap produkfashion.
3. Pengukuran Variabel
Pengukuran data dalam penelitian ini menggunakan skalaLikert. SkalaLikertdigunakan untuk mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau tidak setujunya terhadap subjek, objek atau kejadian tertentu, menurut (Indriantoro dan Supomo, 2009:104). Skala Likert digunakan untuk menjawab pertanyaan atau pernyataan yang ada dalam kuesioner. Setiap responden diberi pilihan jawaban untuk menunjukkan tingkat kesetujuan dalam memberikan penilian setiap pertanyaan atau pernyataan kuesioner. Setiap pilihan jawaban memiliki skor masing-masing, yaitu:
(66)
Tabel III. 1 Skala Penilaian
Pernyataan Skor
Sangat Setuju 5
Setuju 4
Netral 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
E. Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini mencakup: 1. Minat Beli
Seseorang yang menginginkan untuk membeli produk, merek, dan jasa untuk memuaskan kebutuhan.
2. Konsumen
Setiap orang pemakai barang dan/atau jasa. Dalam penelitian ini yaitu konsumen yang penah melakukan pembelian ulang terhadap produk
fashion.
3. Produk Fashion
Produk-produk (terutama untuk wanita) yang mempunyai ciri-ciri khusus yang tepat dan mewakilistyleyang sedangtrenddalam kurun waktu tertentu.
4. Pengertian Butik
Butik adalah toko pakaian eksklusif yang menjual pakaian modern, yang sesuai dengan mode mutakhir, dengan segala kelengkapannya (terutama untuk wanita). Dalam penelitiaan ini, lokasi penelitian adalah butik “Post Mode”.
(67)
5. Faktor Sosial-Budaya
Faktor sosial budaya adalah kebiasaan dan kepercayaan yang merupakan karakter yang penting dari status sosial yang membedakan dari kultur lainnya dan juga kelompok dan peran status dapat mempengaruhi tingkah-laku konsumen dalam melakukan sesuatu.
Indikator dalam penelitian ini:
a. Kebiasaan, dalam penelitian ini kebiasaan konsumen yaitu konsumen meminta pertimbangan kepada keluarga sebelum melakukan minat pembelian ulang produkfashion
b. Kepercayaan, dalam penelitian ini konsumen memiliki tingkat kepercayaan terhadap produkfashionyang beraneka ragam.
c. Kelompok, dalam penelitian ini kelompok secara langsung mempengaruhi konsumen dalam minat beli ulang produk fashion, kelompok terdiri dari teman ataupun rekan sekerja
d. Peran dan status, dalam peran membawa status yang mencerminkan penghargaan yang diberikan oleh masyarakat. Dalam penelitian ini, konsumen yang sering memiliki minat beli ulang produkfashiondapat menunjukkan peran dan status dalam kelas sosialnya.
6. Faktor Pribadi
Faktor pribadi adalah keputusan konsumen yang paling kuat untuk mempengaruhi minat beli ulang maupun pembelian ulang, seperti situasi ekonomi dan gaya hidup.
(68)
Indikator dalam penelitian ini:
a. Situasi ekonomi, dalam penelitian ini situasi ekonomi yang dimaksud adalah pendapatan atau uang saku konsumen
b. Gaya hidup, dalam penelitian ini gaya hidup yang dimaksud adalah konsumen yang selalu mengikuti perkembangan model produk
fashion atauup to date yang akan membuat konsumen terlihat tampil beda atau fashionable.
7. Faktor Psikologis
Faktor psikologis adalah bagian dari pengaruh lingkungan dimana konsumen tinggal dan hidup pada waktu sekarang.
Indikator dalam penelitian ini:
a. Motivasi, dalam penelitian ini motivasi adalah keinginan konsumen terhadap minat beli ulang produk fashion dengan tujuan akhirnya memperoleh kepuasaan terhadap produk tersebut
b. Persepsi, dalam penelitian ini persepsi adalah konsumen memiliki pandangan baik terhadap produkfashion.
8. Minat Beli Ulang
Keinginan konsumen akan membeli ulang produk fashon.
Indikator dalam penelitian ini:
a. Merekomendasikan secara positif terhadap produk tersebut.
Kesediaan konsumen atau pelanggan dalam memberikan referensi/rekomendasi secara positif kepada pihak lain untuk mengkonsumsi produkfashion.
(69)
b. Melakukan pembelian ulang.
Konsumen melakukan pembelian produk fashion secara berulang-ulang.
c. Pembelian secara rutin terhadap produk tersebut untuk masa mendatang.
Konsumen memiliki waktu khusus secara rutin dalam pembelian produk fashion dan direncanakan dari sekarang untuk pembelian produk yang sama dimasa mendatang.
F. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek /subjek yang mempengaruhi kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk mempelajari dan kemudian di tarik kesimpulan, menurut (Sugiyono, 2012:61). Populasi dalam penelitian ini adalah semua konsumen wanita yang sudah pernah melakukan pembelian produk fashion. Populasi dalam penelitian ini adalah populasi yang bersifat infinite, yaitu populasi yang tidak diketahui berapa jumlah pastinya.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, menurut (Sugiyono, 2012:62). Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah sebagian konsumen wanita yang sudah pernah melakukan pembelian produk fashion dengan
(70)
frekuensi pembelian produk fashion dalam waktu 3 bulan terakhir. Pengambilan sampel didasarkan pula pada pertimbangan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 responden. Angka 100 tersebut di dapat berdasarkan jumlah sampel untuk mewakili populasi yang bersifat infinite, menurut (Umar, 2003:103-109) adalah sebagai berikut:
Rumus:
n = Z ∙ p ∙ q d
n = ( 1.96) ∙ ( 0.5) ∙ ( 0.5) ( 0.1)
n = 96.04dibulatkan menjadi 100 di mana:
n : jumlah sampel
p : estimator proporsi populasi
q : 1 - p = proporsi yang diinginkan mempunyai karakteristik tertentu
: harga standar normal dengan signifikan 5 % d : penyimpangan yang ditolerir
p.q :jika p dan q tidak diketahui maka dapat diganti dengan 0,25.
Maka sampel dalam penelitian ini adalah 96,04 responden atau dapat dibulatkan menjadi 100 orang responden.
(71)
G. Teknik Pengambilan Sampling
Teknik pengambilan sampel adalah cara untuk menentukan sampel, menurut (Sugiyono, 2012:62). Teknik pengambilan sampling adalah
Nonprobability Sampling. Nonprobability Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling.
Purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dimana sampel yang dipilih harus memenuhi kriteria tertentu, kriteria yang di maksud adalah konsumen wanita yang sudah melakukan pembelian produkfashion.
H. Sumber data 1. Data primer
Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer secara khusus di kumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pernyataan atau pertanyaan penelitian, menurut (Indriantoro dan Supomo, 1999;146-147).
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secata tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang di publikasikan dan yang tidak di publikasikan.
(72)
I. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan metode survey, yang tujuannya untuk mengambil suatu generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam lewat sampel yang digunakan.
Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui: 1. Kuesioner
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi yaitu pelaporan tentang pribadi atau hal-hal yang diketahuinya. Skala pengukuran menggunakan skala Likert, dimana sangat setuju (SS) diberi nilai 5; setuju (S) diberi nilai 4; netral (N) 3; tidak setuju (TS) diberi nilai 2; sangat tidak setuju (STS) diberi nilai 1. Kuesioner terdiri dari dua bagian, yaitu:
a. Kuesioner I berisi tentang pernyataan mengenai data pribadi responden
b. Kuesioner II berisi pernyataan-pernyataan yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli ulang konsumen terhadap produkfashion.
2. Studi Pustaka
Dalam studi pustaka, data yang diperoleh melalui hasil publikasi yang berupa jurnal penelitian, berita surat kabar, dan informasi-informasi dari internet yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
(73)
J. Teknik Pengujian Instrumen
Dalam setiap penelitian, masalah penggunaan alat ukur perlu mendapat perhatian agar hasil yang diperoleh benar dan mencerminkan keadaan yang sesungguhnya dari masalah yang diteliti. Alat pengukuran yang ilmiah haruslah memenuhi kriteria valid dan reliable (andal). Validitas dan reabilitas akan menentukan hasil riset. Artinya, riset yang menggunakan alat ukur validitas dan reabilitas yang telah teruji akan memberikan riset yang valid dan reliabel.
Sebelum menganalisa mengenai konsumen, perlu terlebih dahulu diadakan pengujian validitas dan reliabilitas dari kuesioner sebagai alat mengukur perilaku konsumen, untuk mengetahui apakah pernyataan-pernyataan yang disebarkan tersebut sudah layak di pakai atau tidak.
1. Pengujian Validitas
Pengujian validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan dan keabsahan suatu instrumen. Kuesioner riset dikatakan valid apabila istrumen tersebut benar-benar mampu mengukur besarnya nilai variabel yang diteliti, menurut (Suliyanto, 2007;146-149).
Untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita buat untuk responden mampu mengukur variabel X (faktor-faktor) mempengaruhi variabel Y (minat beli ulang terhadap produk fashion). Maka menggunakan rumus Product Moment, menurut (Sugiyono, 2012:356), sebagai berikut:
(74)
Rumus:
r = n∑X ∙ Y − (∑X ) ∙ (∑Y )
( n( ∑X ) − ( ∑X ) ) ⋅ ( n( ∑Y ) − ( ∑Y ) )
di mana:
:koefisien korelasi antara X dan Y (product moment)
X : skor item bernomer ganjil Y : skor item bernomer genap n : banyaknya sampel uji coba
Untuk menentukan instrumen itu valid atau tidak maka ketentuannya adalah sebagai berikut :
a. Jika ≥ dengan taraf keyakinan 95%, maka instrumen tersebut dikatakan valid.
b. Jika ≤ dengan taraf keyakinan 95%, maka instrumen tersebut dikatakan tidak valid.
2. Pengujian Reliabilitas
Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Suliyanto, 2007:149). Kuesioner yang reliabel apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok objek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama meskipun tetap ada toleransi bila terjadi perbedaan. Untuk menghitung reliabilitas instrumen menggunakan rumusCronbach’s Alpha.
Rumus:
r = k
( k − 1) ∙ 1 − ∑σ
(75)
di mana:
r : koefisien reabilitas instrumen (croncbach’s alpha) : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑ : total varians butir : total varian.
Kriteria pengujian reliabilitas adalah sebagai berikut:
a. Jika ≥ dengan taraf keyakinan 95%, maka instrumen tersebut dikatakan valid
b. Jika ≤ dengan taraf keyakinan 95%, maka instrumen tersebut dikatakan tidak valid.
K. Teknik Analisis Data 1. Karakteristik responden
Untuk mengetahui karakteristik responden seperti: umur, pekerjaan, pendapatan, dan frekuensi pembelian, maka digunakan analisis persentase dan responden yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 100 orang.
Rumus:
Frekuensi = Frekuensi × 100 n
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan sebelum analisis regresi linear. Uji-uji asumsi ini meliputi:
(76)
a. Uji Normalitas
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak, dimana akan menguji data variabel bebas (X) dan data variabel terikat (Y) pada persamaan regresi yang dihasilkan. Menurut Sekaran (dalam Priyatno, 2011:282), suatu data dikatakan terdistribusi secara normal jika nilai probabilitas uji One-Sample-Kolmogrov Smirnov-Z > 0,05, dan apabila nilai probabilitas uji One-Sample-Kolmogrov Smirnov-Z < 0,05, maka data tidak terdistribusi secara normal.
b. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas menunjukkan adanya korelasi linier yang sempurna diantara beberapa atau semua variabel independennya. Idealnya variabel-variabel independen dari persamaan regresi tidak memiliki korelasi satu dengan lainnya. Kalaupun terdapat korelasi antar variabel independen maka tingkat korelasi tersebut haruslah rendah agar supaya tidak terjadi masalah akibat multikolinieritas. Uji multikolinieritas juga dapat dilakukan dengan melihat tolerance value
danvariance inflation factor(VIF). Menurut Sekaran (dalam Priyatno, 2011:288), Multikolinieritas terjadi jika nilai VIF kurang dari 10 dan
Tolerance lebih dari 0,1, maka model regresi bebas dari multikolinearitas.
(77)
c. Uji Heterokedastitas
Menurut Sekaran (dalam Priyatno, 2011;296-297), Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskesdastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskesdastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas.
Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dengan melakukan analisis korelasi spearman antara residual dengan masing-masing variabel independen, dengan residual lebih dari 0,05, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3. Uji Regresi Linear Berganda
Alat bantu analisis ini menggunakan analisis regresi linear berganda. Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi minat beli ulang konsumen terhadap produkfashion.
Rumus regresi linear berganda
Y = a + b X + b X + b X + e
di mana:
Y : perilaku pembelian a : konstanta a
b : koefisien regresi : faktor sosial - budaya
(78)
: faktor pribadi
:faktor psikologis
e : simpangan Baku Estimasi (error).
4. Analisis Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Analisisi koefisien determinasi (adjusted R²) dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar persentase sumbangan pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen, dengan koefisiensi determinasi (R²) antara 0 (nol) dan 1 (satu). Apabila koefisien determinasi semakin mendekati satu, maka dapat dikatakan bahwa variabel independen berpengaruh terhadap varibel dependen, menurut (Priyatno, 2011:83).
5. Menguji Hipotesis a. Uji t
Uji t dilakukan untuk menguji regresi secara parsial dan digunakan untuk mengetahui pengaruh yang signifikansi antara variabel independen terhadap variabel dependen dengan membandingkan antarat dant .
Untuk menentukan nilai t-statistik tabel, ditentukan dengan tingkat signifikansi 5% dengan derajat kebebasan d = n − k − 1, dimana n adalah jumlah observasi dan k adalah jumlah variabel. Jika
t > t (n − k − 1), maka ditolak, dan jika t < t ( n − k − 1), makaH diterima.
(79)
Dengan menggunakan uji t, maka kriteria dan penolakan hipotesis sebagai berikut:
H : b ; b ; b ≠ 0, artinya faktor sosial-budaya, faktor pribadi, dan faktor psikolgis secara parsial dan signifikan tidak mempengaruhi minat beli ulang konsumen terhadap produkfashion.
H : b ; b ; b ≠ 0, artinya faktor sosial-budaya, faktor pribadi, dan faktor psikolgis secara parsial dan signifikan mempengaruhi minat beli ulang konsumen terhadap produkfashion.
b. UjiF
Uji F-statistik digunakan untuk menguji besarnya pengaruh dari seluruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Pembuktian dilakukan dengan cara membandingkan nilai
F ( F ) dengan F yang terdapat pada tabel analysis of variance.
Untuk menentukan nilai F , tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 5% dengan derajat kebebasan (degree of freedom)
d = n − k dan k − 1 dimana n adalah jumlah observasi, kriteria uji yang digunakan adalah Jika F > F , maka ditolak, dan apabilaF ≤ F , maka diterima.
Dengan menggunakan uji F, maka kriteria dan penolakan hipotesis sebagai berikut:
H : b ; b ; b ≠ 0, artinya faktor sosial-budaya, faktor pribadi, dan faktor psikolgis secara bersama-sama dan signifikan tidak
(80)
berpengaruh terhadap minat beli ulang konsumen produkfashion.
H : b ; b ; b ≠ 0, artinya faktor sosial-budaya, faktor pribadi, dan faktor psikolgis secara bersama-sama dan signifikan berpengaruh terhadap terhadap minat beli ulang konsumen produk
(1)
Lampiran
10
Daftar Tabel F
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(3)
142
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
143
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
11
Tabel Distribusi R
Lampiran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI