Hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi : studi kasus pada SMU I Wates, SMU II Wates dan SMU I Pengasih di Kabupaten Kulon Progo.
vii ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DENGAN MINAT SISWA UNTUK MELANJUTKAN STUDI
KE PERGURUAN TINGGI
Studi Kasus pada Siswa Kelas III SMA I Wates, SMA II Wates, dan SMA I Pengasih di Kabupaten Kulon Progo.
Caecilia Dyah Retna Harimurti Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2007
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: (1) ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi; (2) ada hubungan antara tingkat pendapatan orang tua dengan minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi; (3) ada hubungan antara fasilitas yang dimiliki dengan minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
Penelitian ini merupakan studi kasus di SMA I Wates, SMA II Wates, dan SMA I Pengasih Kulon Progo pada bulan Agustus 2006. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III dari ketiga SMA tersebut yang berjumlah 470 siswa. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 235 siswa. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik proportional random sampling. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, dokumentasi, dan wawancara. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan Chi Kuadrat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi (χhitung2 =186,33>χtabel2 =3,841); (2) ada hubungan antara tingkat pendapatan orang tua dengan minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi (χhitung2 =97,34>χtabel2 =3,841); (3) tidak ada hubungan antara fasilitas yang dimiliki dengan minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi(χhitung2 =3,421<χtabel2 =3,841).
(2)
viii ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN PARENTS’ SOCIAL-ECONOMIC STATUS AND STUDENTS’ ENTHUSIASMS TO CONTINUE THEIR
STUDIES TO THE COLLEGE
A Case Study in the 3rd of “SMA I” Wates, “SMA II” Wates, and “SMA I” Pengasih in Kulon Progo
Caecilia Dyah Retna Harimurti Sanata Dharma University
Yogyakarta 2007
This research was aimed to know whether or not: (1) there was a relationship between parents’ educational level and students’ enthusiasms to continue their studies to the college; (2) there was a relationship between parents’ income levels and students’ enthusiasms to continue their studies to the college; (3) there was a relationship between facilities owned by the students and students’ enthusiasms to continue their studies to the college.
This research was a case study. It was conducted in “SMA I” Wates, “SMA II” Wates, and “SMA I” Pengasih Kulon Progo in August 2006. The population of this research was 470 students of 3rd grade of above high scholls. The samples of this research were 235 student. The sample collecting technique used was proportional random sampling technique. To collect the data, the researcher employed questionnaires, documentation, and depth interviews. The data analysis was done by the Chi Square.
The results of the research showed that: (1) there was a relationship between parents’ educational level and students’ enthusiasms to continue their studies to the college (χhitung2 =186,33>χtabel2 =3,841); (2) there was a relationship between parents’ income levels and students’ enthusiasms to continue their studies to the college (χhitung2 =97,34>χtabel2 =3,841); (3) there was no relationship between facilities owned by the students and students’ enthusiasms to continue their studies to the college (χhitung2 =3,421<χtabel2 =3,841).
(3)
i
HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA
DENGAN MINAT SISWA UNTUK MELANJUTKAN STUDI
KE PERGURUAN TINGGI
Studi kasus pada SMU I WATES, SMU II WATES dan SMU I PENGASIH di Kabupaten Kulon Progo
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh :
Caecilia Dyah Retna Harimurti NIM : 011334050
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2007
(4)
(5)
(6)
(7)
v MOTTO
Jangan takut akan kegagalan, orang sukses melakukan lebih banyak kegagalan, inilah sebabnya mengapa mereka sukses. Kegagalan bukanlah benar -benar kegagalan, marilah kita menerimanya sebagai bagian dari proses belajar. Yang memalukan bukan melakukan kegagalan, melainkan tidak pernah mencoba.
(Andrew Matthews, “Being Happy”)
K esulitan-kesulitan akan membuat kita menjadi lebih kuat, dan mengantarkan kita pada kemenangan-kemenangan yang lebih besar lagi.
(8)
vi
Skripsi ini aku persembahkan untuk :
v
Tuhan Yesus K ristus
v
Bunda M aria
v
Bapak dan I bu
v
K akak-kakak dan adikv
K eponakanku(9)
vii ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DENGAN MINAT SISWA UNTUK MELANJUTKAN STUDI
KE PERGURUAN TINGGI
Studi Kasus pada Siswa Kelas III SMA I Wates, SMA II Wates, dan SMA I Pengasih di Kabupaten Kulon Progo.
Caecilia Dyah Retna Harimurti Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2007
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: (1) ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi; (2) ada hubungan antara tingkat pendapatan orang tua dengan minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi; (3) ada hubungan antara fasilitas yang dimiliki dengan minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
Penelitian ini merupakan studi kasus di SMA I Wates, SMA II Wates, dan SMA I Pengasih Kulon Progo pada bulan Agustus 2006. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III dari ketiga SMA tersebut yang berjumlah 470 siswa. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 235 siswa. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik proportional random sampling. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, dokumentasi, dan wawancara. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan Chi Kuadrat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi (χhitung2 =186,33>χtabel2 =3,841); (2) ada hubungan antara tingkat pendapatan orang tua dengan minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi (χhitung2 =97,34>χtabel2 =3,841); (3) tidak ada hubungan antara fasilitas yang dimiliki dengan minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi(χhitung2 =3,421<χtabel2 =3,841).
(10)
viii ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN PARENTS’ SOCIAL-ECONOMIC STATUS AND STUDENTS’ ENTHUSIASMS TO CONTINUE THEIR
STUDIES TO THE COLLEGE
A Case Study in the 3rd of “SMA I” Wates, “SMA II” Wates, and “SMA I” Pengasih in Kulon Progo
Caecilia Dyah Retna Harimurti Sanata Dharma University
Yogyakarta 2007
This research was aimed to know whether or not: (1) there was a relationship between parents’ educational level and students’ enthusiasms to continue their studies to the college; (2) there was a relationship between parents’ income levels and students’ enthusiasms to continue their studies to the college; (3) there was a relationship between facilities owned by the students and students’ enthusiasms to continue their studies to the college.
This research was a case study. It was conducted in “SMA I” Wates, “SMA II” Wates, and “SMA I” Pengasih Kulon Progo in August 2006. The population of this research was 470 students of 3rd grade of above high scholls. The samples of this research were 235 student. The sample collecting technique used was proportional random sampling technique. To collect the data, the researcher employed questionnaires, documentation, and depth interviews. The data analysis was done by the Chi Square.
The results of the research showed that: (1) there was a relationship between parents’ educational level and students’ enthusiasms to continue their studies to the college (χhitung2 =186,33>χtabel2 =3,841); (2) there was a relationship between parents’ income levels and students’ enthusiasms to continue their studies to the college (χhitung2 =97,34>χtabel2 =3,841); (3) there was no relationship between facilities owned by the students and students’ enthusiasms to continue their studies to the college (χhitung2 =3,421<χtabel2 =3,841).
(11)
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Bapa Yang Mahakuasa, Pencipta langit dan bumi, kepadaMu kami menyembah, memuji dan berserah. Atas penyelenggaraan-Mulah yang menopang hidup ini, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi sebagai tugas dan tanggung jawab ini dengan baik.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis haturkan kepada pihak-pihak yang telah memberi bantuan, dorongan baik secara moril maupun materiil sehingga penulis merasa sangat terbantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu dengan segala kerendahan hati saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs.T.Sarkim, M.Ed.,D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Drs.Sutarjo Adisusilo J.R. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak S. Widanarto P, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.
4. Bapak Laurentius Saptono, S. Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 5. Bapak Drs. Bambang Purnomo S.E., M.Si. selaku Dosen Pembimbing II yang
telah membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 6. Ibu Cornelio Purwantini S.Pd., M.SA.selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan saran dan ilmu kepada penulis, sehingga kualitas dari penelitian ini bisa meningkat.
7. Kepada Bapak Yohanes Suwignya Handoyo dan Ibu Christina Sriyati, terima kasih atas segala doa, kasih sayang dan pengorbanan yang diberikan kepadaku. “Bu, kabar kelulusanku kupersembahkan sebagai kado di hari ulang tahunmu”
8. Kakak-kakak dan adik : Mba’ Febri, Mas Aris dan Blasius 9. Keponakanku : GitaAyu yang lucu…
(12)
x
10.Lelakiku Aditya Yoshie, terima kasih atas cinta, kasih sayang dan segala pengorbananmu.
11.Anak-anak Stembayo 15: Tutut, Deny “Dhenox”, Bety “Zelphie”, Ana, Nita, Tyak, Yoan Yosi.
12.Alumni SMA 212 : Si May, Andre.
13.Teman-teman seperjuangan : Arum “ Jeng Woro”, Sinta “Jeng Nova” dan Kistik “Jeng Tik”. Terima kasih atas persahabatan dan bantuan kalian.
14.Tomas, makasih saran dan infonya. Dewi, Ndhindhik dan Yeni sebagai teman kerja kelompok.
15.Keluarga Pengasih : Pak Kisno, Mba’ Tien dan Ririh. 16.Sedayu Family D 92 : Bulik Ning, Gemboer dan Febby.
17.Pempy, yang setia mengantarku kemanapun aku pergi AB 4766 LS.
18.Semua Dosen Fakultas Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
19.Badan Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo.
20.Keluarga Besar SMA I Wates : Bapak dan Ibu Guru, Karyawan serta Siswa-siswi Kelas III.
21.Keluarga Besar SMA II Wates : Bapak dan Ibu Guru, Karyawan serta Siswa-siswi Kelas III.
22.Keluarga Besar SMA I Pengasih : Bapak dan Ibu Guru, Karyawan serta Siswa-siswi Kelas III.
23.Semua Karyawan Sekretariat Program Studi Pendidikan Akuntansi. 24.Teman-teman PAK dan PDU ‘2001.
Ucapan terima kasih ini tentu saja tidak akan mampu membalas kebaikan bapak, ibu, saudara berikan kepada penulis. Semoga Bapa Yang Maha Kuasa memberikan rahmat-Nya yang sebesar-besarnya atas kebaikan yang telah saudara berikan.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh sekali dari sempurna, masih banyak kekurangan yang ada mengingat keterbatasan waktu, pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis sangat
(13)
xi
berterima kasih atas kritik dan saran yang bisa meningkatkan kualitas dari penelitian ini.
Yogyakarta, 6 Juni 2007 Penulis
(14)
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 5
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Sosial Ekonomi ... 7
B. Tingkat Pendidikan ... 11
C. Tingkat Pendapatan ... 12
(15)
xiii E. Perguruan Tinggi
1. Pengertian Perguruan Tinggi ... 16
2. Penggolongan Perguruan Tinggi ... 17
F. Minat Melanjutkan Studi 1. Pengertian Minat ... 18
2. Jenis – jenis Minat ... 19
3. Indikator – indikator yang Mempengaruhi Minat... 19
4. Faktor – faktor yang dipertimbangkan untuk Menentukan Kelanjutan Studi... 20
G. Kerangka Berpikir ... 21
H. Hipotesis Penelitian ... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 24
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 24
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 24
D. Subjek dan Objek Penelitian ... 26
E. Variabel Penelitian... 26
F. Teknik Pengumpulan Data ... 31
G. Teknik Pengujian Instrumen ... 31
H. Teknik Analisis Data ... 34
BAB IV HASIL TEMUAN LAPANGAN A. SMA I Wates ... 39
B. SMA II Wates ... 47
C. SMA I Pengasih ... 51
(16)
xiv
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ... 63
B. Uji Normalitas dan Uji Linieritas ... 66
C. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 68
D. Pembahasan ... 76
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 84
B. Keterbatasan Penelitian ... 85
C. Saran ... 85
DAFTAR PUSTAKA ... 87
(17)
xv
DAFTAR TABEL
Hal
1. Tabel III.1 : Data Tentang Populasi dan Sampel Penelitian ... 25
2. Tabel III.2 : Variabel Tingkat Pendidikan ... 26
3. Tabel III.3 : Variabel Tingkat Pendapatan... 27
4. Tabel III.4 : Variabel Jenis Fasilitas... 27
5. Tabel III.5 : Tabel Kisi-kisi Kuesioner Variabel Minat Melanjutkan Studi... 30
6. Tabel III.6 : Tabel Analisis Hasil Pengujian Validitas Butir Pertanyaan Minat ... 32
7. Tabel III.7 : Tabel Nilai Koefisien Kontingensi ... 38
8. Tabel IV.1 : Tabel Keadaan Tanah dan Bangunan SMA 1 Wates ... 42
9. Tabel IV.2 : Tabel Data Kepala Sekolah... 43
10. Tabel IV.3 : Tabel Guru Tetap dan Tidak Tetap ... 43
11. Tabel IV.4 : Tabel Karyawan Tetap dan Tidak Tetap... 44
12. Tabel IV.5 : Tabel Jumlah Siswa ... 45
13. Tabel IV.6 : Tabel Keadaan Tanah dan Bangunan SMA 2 Wates ... 47
14. Tabel IV.7 : Tabel Data Kepala Sekolah... 48
15. Tabel IV.8 : Tabel Guru Tetap dan Tidak Tetap ... 48
16. Tabel IV.9 : Tabel Jumlah Pegawai/Karyawan... 49
17. Tabel IV.10: Tabel Jumlah Siswa ... 49
18. Tabel IV.11: Tabel Keadaan Tanah dan Bangunan SMA 1 Pengasih ... 52
(18)
xvi
20. Tabel IV.13: Tabel Guru Tetap dan Tidak Tetap ... 54
21. Tabel IV.14: Tabel Jumlah Pegawai/Karyawan... 55
22. Tabel IV.15: Tabel Jumlah Siswa ... 55
23. Tabel V.1 : Tabel Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 63
24. Tabel V.2 : Tabel Tingkat Pendapatan Orang Tua ... 64
25. Tabel V.3 : Tabel Fasilitas yang dimiliki... 64
26. Tabel V.4 : Tabel Distribusi Frekuensi tentang Minat Studi ... 65
27. Tabel V.5 : Tabel Hasil Uji Linieritas... 66
28. Tabel V.6 : Tabel Data Minat Siswa Melanjutkan Studi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 67
29. Tabel V.7 : Tabel Kontingensi Minat Melanjutkan Studi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 68
30. Tabel V.8 : Tabel Daftar Interpretasi Nilai C Variabel Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 70
31. Tabel V.9 : Tabel Data Minat Siswa Melanjutkan Studi Berdasarkan Tingkat Pendapatan Orang Tua ... 71
32. Tabel V.10 : Tabel Kontingensi Minat Melanjutkan Studi Berdasarkan Tingkat Pendapatan Orang Tua ... 71
33. Tabel V.11 : Tabel Daftar Interpretasi Nilai C Variabel Tingkat Pendapatan Orang Tua ... 73
34. Tabel V.12 : Tabel Data Minat Siswa Melanjutkan Studi Berdasarkan Fasilitas yang dimiliki... 74
(19)
xvii
35. Tabel V.13 : Tabel Kontingensi Minat Siswa Melanjutkan Studi Berdasarkan Fasilitas ... 73
(20)
xviii DAFTAR GAMBAR
Hal 1. Gambar IV.1 : Struktur Dasar Organisasi SMA I Wates ... 45 2. Gambar IV.2 : Struktur Dasar Organisasi SMA II Wates ... 49 3. Gambar IV.3 : Struktur Dasar Organisasi SMA I Pengasih ... 55
(21)
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini penyelenggaraan pendidikan telah meluas dan pendidikan formal menjadi kebutuhan masyarakat, terutama bagi anak-anak sekolah. Masyarakat memahami bahwa pendidikan penting bukan saja untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, tetapi juga meningkatkan kehidupan sosial ekonomi di masa mendatang. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa dunia kerja membutuhkan tenaga kerja yang profesional dalam bidangnya. Hal tersebut sejalan dengan jumlah penawaran tenaga kerja semakin banyak, sementara permintaan tenaga kerja terbatas. Hal tersebut menjadi pertimbangan seseorang untuk melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi.
Bagi siswa lulusan sekolah menengah ini menjadi alasan mengapa mereka perlu melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi yaitu perguruan tinggi. Untuk menentukan program studi dan perguruan tinggi yang akan dipilih, siswa harus lebih selektif untuk memilih program studi dan perguruan tinggi mana yang sesuai dengan kemampuan diri dan keadaan ekonomi orang tua. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa biaya pendidikan khususnya di perguruan tinggi baik berstatus negeri atau swasta sangat besar jumlahnya. Hal ini disebabkan diberlakukannya otonomi kampus di mana subsidi pemerintah terhadap biaya operasional pendidikan di perguruan tinggi dikurangi
(22)
jumlahnya. Biaya perkuliahan selanjutnya dibebankan kepada mahasiswa. Menaiknya biaya studi menyebabkan beban pada sebagian besar keluarga yang kurang mampu tidak sanggup untuk membiayai pendidikan.
Kemampuan orang tua dalam membiayai kelanjutan studi mempengaruhi minat anak untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Fakta menunjukkan bahwa banyak anak yang putus sekolah atau terpaksa putus sekolah dikarenakan keterbatasan biaya. Meskipun minat yang dimiliki anak untuk melanjutkan studi tinggi, namun pada kenyataannya keadaan ekonomi orang tua tidak sanggup untuk membiayai studi, maka anak akan memutuskan berhenti sekolah dan memilih mencari pekerjaan untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Berbeda dengan anak yang berasal dari keluarga yang keadaan ekonominya baik, mereka tidak akan menemui kesulitan-kesulitan terutama dengan masalah biaya. Anak yang berasal dari keluarga yang ekonominya baik mempunyai kesempatan dan diduga menjadi lebih berminat untuk melanjutkan studinya.
Selain keadaan ekonomi orang tua, tingkat pendidikan formal orang tua, tingkat pendapatan orang tua dan fasilitas yang dimiliki orang tua diduga juga berpengaruh terhadap minat anak untuk melanjutkan studinya ke perguruan tinggi. Tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh orang tua berpengaruh terhadap minat anak untuk melanjutkan studinya. Anak yang berasal dari orang tua yang berpendidikan formal tinggi cenderung mempunyai minat lebih besar untuk terus bersekolah karena dorongan dari orang tua yang berpandangan bahwa sekolah itu penting bagi kehidupannya.
(23)
3
Sedangkan anak yang berasal dari orang tua berpendidikan formal rendah yang menganggap bahwa pendidikan merupakan salah satu jalan yang bisa mengangkat status sosial ekonomi, anak cenderung memiliki minat lebih rendah untuk melanjutkan studinya.
Perbedaan sumber pendapatan juga mempengaruhi harapan orang tua tentang pendidikan anaknya. Sudah selayaknya orang tua yang berada mengharapkan agar anaknya kelak memasuki perguruan tinggi. Sebaliknya orang tua yang tidak mampu tidak akan mengharapkan pendidikan yang demikian tinggi. Adakalanya anak itu sendiri mempunyai kemauan keras untuk melepaskan diri dari pendirian lingkungan dan berusaha sendiri dengan segenap tenaga untuk melanjutkan pelajarannya ke perguruan tinggi. Syukur bila ia berbakat, sanggup kerja sambil belajar dan dapat memperoleh beasiswa (Nasution, 1983:34). Dengan pendapatan orang tua yang tinggi anak akan lebih berminat untuk melanjutkan studinya. Sebaliknya dengan pendapatan orang tua yang rendah, orang tua akan mengalami kesulitan dalam membiayai sekolah anaknya. Hal ini akan menyebabkan minat anak untuk melanjutkan studinya menjadi rendah.
Keadaan ekonomi sosial menunjuk pada taraf kemampuan finansial keluarga yang bertaraf baik, cukup atau kurang. Dari keadaan inilah tergantung seberapa jauh keluarga dapat membekali siswa dengan perlengkapan material untuk belajar (Winkel, 1996:192). Ketersediaan perlengkapan material belajar atau fasilitas lain yang diberikan orang tua dapat menguntungkan belajar siswa namun dapat juga menghambat belajar siswa.
(24)
Dengan adanya fasilitas yang lengkap diduga anak lebih berminat untuk belajar, karena terpenuhinya segala kebutuhan yang diinginkan termasuk kebutuhan untuk bersekolah. Meskipun ada juga anak yang terpenuhi segala kebutuhannya namun memiliki minat untuk belajar lebih rendah, karena anak merasa tidak perlu bersekolah yang lebih tinggi hanya untuk memenuhi kebutuhannya. Sedangkan anak yang memiliki fasilitas atau sarana yang serba terbatas mereka akan mengalami kekurangan dalam perlengkapan alat-alat belajar sehingga menyebabkan rendahnya minat anak untuk melanjutkan studinya.
Tinggi rendahnya minat untuk melanjutkan ke perguruan tinggi dapat diduga faktor sosial ekonomi orang tua yang mempengaruhinya. Anak yang orang tuanya memiliki status sosial ekonomi rendah cenderung untuk memilih bekerja setelah lulus sekolah, meskipun ada juga yang dapat melanjutkan sekolah karena memiliki minat yang tinggi untuk melanjutkan sekolah dan memiliki prestasi yang baik serta mendapat beasiswa. Sedang orang tua yang status sosial ekonominya menengah ke atas yang dapat menyekolahkan anaknya sampai ke perguruan tinggi. Meskipun ada juga anak yang berasal dari golongan ini yang tidak melanjutkan sekolah karena anak (orang tua) merasa sekolah tidak perlu sampai tingkat yang tinggi yang penting adalah bagaimana mencari uang sebagai bekal hidupnya sehingga tidak menganggap penting tentang pendidikan.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa dalam menentukan pendidikan lanjut faktor status sosial ekonomi orang tua diduga berpengaruh
(25)
5
terhadap pembentukan minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai “HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DENGAN MIN AT SISWA UNTUK MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI”. Penelitian ini merupakan studi kasus pada SMU I Wates, SMU II Wates dan SMU I Pengasih di Kabupaten Kulon Progo.
B. Batasan Masalah
Ada berbagai faktor yang mempengaruhi minat siswa melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Faktor penelitian ini adalah status sosial ekonomi yang terdiri dari aspek tingkat pendidikan orang tua, tingkat pendapatan orang tua dan fasilitas yang dimiliki.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi?
2. Apakah ada hubungan antara tingkat pendapatan orang tua dengan minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi?
3. Apakah ada hubungan antara fasilitas yang dimiliki dengan minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi?
(26)
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
2. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan tingkat pendapatan orang tua dengan minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan fasilitas yang dimiliki dengan minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Sekolah
Hasil penelitian dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk menentukan kebijakan sekolah dalam memberikan bimbingan terhadap siswa mengenai perguruan tinggi yang menjadi minat siswa.
2. Bagi Penulis
Untuk dapat mengetahui secara nyata tentang hubungan antara: tingkat pendidikan orang tua dengan minat siswa untuk melanj utkan studi ke perguruan tinggi, tingkat pendapatan orang tua dengan minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi, fasilitas yang dimiliki dengan minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
3. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini akan menambah perbendaharaan bacaan ilmiah dan sebagai masukan bagi penelitian lebih lanjut.
(27)
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Status Sosial Ekonomi
Status didefinisikan sebagai posisi yang diduduki oleh individu-individu tertentu dalam suatu sistem sosial (Linton dalam Veeger, 1992:59). Dalam hal ini dapat dibedakan antara pelbagai status, seperti status kewarganegaraan. Misal warga negara Indonesia, status kawin atau tidak kawin, status pegawai negeri atau swasta dan sebagainya.
Secara abstrak, kedudukan atau status berarti tempat seseorang dalam suatu pola tertentu (Linton dalam Soerjono Soekanto, 1990:265). Dengan demikian, seseorang dikatakan mempunyai beberapa kedudukan oleh karena seseorang biasanya ikut serta dalam berbagai pola kehidupan. Misalnya kedudukan Tuan A sebagai warga masyarakat, merupakan kombinasi dari segenap kedudukannya sebagai guru, kepala sekolah, ketua rukun tetangga, suami nyo nya B, ayah anak-anak dan seterusnya.
Status adalah kebutuhan akan kedudukan atau posisi tertentu dalam masyarakat, sesuai peranan atau tugas seseorang dalam masyarakat. Sedangkan status sosial adalah tinggi/rendahnya prestise yang dimiliki seseorang berdasarkan kedudukan yang dipegangnya dalam suatu sistem sosial (Winkel, 1983:165).
Menurut Pitirim Sorokin dalam Dwi Narwoko (2006:156-157), untuk mengukur status seseorang secara rinci dapat dilihat dari :
(28)
1.Jabatan atau pekerjaan
2.Pendidikan dan luasnya ilmu pengetahuan 3.Kekayaan
4.Politis 5.Keturunan
Status sosial ialah tempat yang diambil seseorang dalam masyarakat (Hendropuspito, 1989:103). Kedudukan atau status sosial tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Kedudukan resmi (formal status) ialah kedudukan yang diambil seseorang dalam satuan sosio budaya yang resmi. Dengan kata lain kedudukan itu diakui oleh lingkungan masyarakat. Misalnya kedudukan sebagai presiden suatu negara, kedudukan sebagai gubernur.
2. Kedudukan tak resmi (informal status) ialah kedudukan yang diambil seseorang dalam lingkungan sosial budaya yang tak resmi. Misalnya kedudukan seseorang sebagai dukun di suatu daerah, sebagai tukang kayu dan lain- lain.
Adanya perbedaan-perbedaan kedudukan ini menyebabkan timbulnya sistem pelapisan atau social stratification yaitu perbedaan masyarakat ke dalam kelas secara bertingkat (Sorokin dalam Soerjono Soekanto, 1982:220). Sebab mengapa ada pelapisan sosial dalam masyarakat bukan saja karena ada perbedaan, tetapi karena kemampuan manusia menilai perbedaan itu dengan menerapkan dengan berbagai kriteria. Artinya menganggap ada sesuatu yang dihargai maka sesuatu itu (dihargai) menjadi bibit yang menumbuhkan
(29)
9
adanya sistem berlapis-lapis dalam masyarakat. Sesuatu yang dihargai dapat berupa uang atau benda-benda bernilai ekonomis, kekuasaan, ilmu pengetahuan, kesolehan dalam agama, atau keturunan keluarga yang terhormat (Munandar Soelaeman, 1986:53).
Menurut Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto (2006;157-158), dalam masyarakat seringkali kedudukan dibedakan menjadi dua macam yaitu:
1.Ascribed-status. Status ini diartikan sebagai kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memerhatikan perbedaan seseorang. Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran.
2.Achieved-status, yaitu kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha- usaha yang sengaja dilakukan, bukan diperoleh karena kelahiran. Kedudukan ini bersifat terbuka bagi siapa saja tergantung dari kemampuan dari masing- masing orang dalam mengejar dan mencapai tujuan-tujuannya.
Ukuran atau kriteria yang biasanya dipakai untuk menggolong-golongkan anggota-anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan adalah sebagai berikut (Soerjono Soekanto, 1982:231-232) :
a. Ukuran kekayaan.
Barang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak, termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut misalnya, mobil pribadi, bentuk rumah yang bersangkutan, kebiasaan berbelanja, cara mempergunakan pakaian dan bahan pakaian yang dipakai.
(30)
b. Ukuran kekuasaan
Barang siapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar, menempati lapisan yang tertinggi.
c. Ukuran kehormatan
Orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat yang teratas. Ukuran ini banyak dijumpai pada masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka yang pernah berjasa kepada masyarakat. d. Ukuran ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan sebagai ukuran dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Ukuran ini kadang menyebabkan terjadinya akibat-akibat yang negatif, karena ternyata bahwa mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, akan tetapi gelar kesarjanaannya.
Seperti yang telah diuraikan di muka, maka seseorang dalam masyarakat biasanya memiliki beberapa kedudukan sekaligus. Dalam hubungan macam- macam kedudukan itu biasanya yang selalu menonjol hanya satu kedudukan yang utama. Masyarakat hanya melihat pada kedudukan utama yang menonjol tersebut. Kedudukan seseorang dalam masyarakat berdasarkan pekerjaan, pendapatan, tingkat pendidikan dan pemilikan barang – barang dari orang tersebut. Sedangkan status sosial ekonomi dimaksudkan sebagai kedudukan sosial ekonomi seseorang yang mencakup unsur – unsur yaitu pendidikan, pekerjaan, jabatan, penghasilan dan pemilikan barang berharga yang dimiliki seseorang di dalam suatu masyarakat (Mayor Polak,1996:307).
(31)
11
B. Tingkat Pendidikan
Menurut Henderson dalam Uyoh Sadulloh (2003:55-56) pengertian pendidikan adalah suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir. Menurut Undang-undang RI nomor 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang (Henderson dalam Uyoh Sadulloh, 2003:55-56).
Coombs dalam Idris (1984:58) mengklasifikasikan pendidikan ke dalam tiga bagian yaitu :
a. Pendidikan Informal
Adalah proses pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari- hari dengan sadar atau tidak sadar, pada umumnya tidak teratur dan tidak sistematis, sejak seorang lahir sampai mati, seperti di dalam keluarga, tetangga, pekerjaan, hiburan, pasar atau di dalam pergaulan sehari- hari.
b. Pendidikan Formal
Adalah pendidikan di sekolah, yang teratur, sistematis, mempunyai jenjang dan yang dibagi dalam waktu-waktu tertentu yang berlangsung dari Taman kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi.
(32)
c. Pendidikan Non Formal (Pendidikan Luar Sekolah)
Adalah semua bentuk pendidikan yang diselenggarakan dengan sengaja, tertib, terarah dan berencana di luar kegiatan persekolahan.
Yang dimaksud dengan pendidikan orang tua dalam penelitian ini adalah pendidikan formal terakhir yang ditempuh orang tua mencakup SD, SMP, SMA atau SMK dan Perguruan tinggi. Orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan formal tinggi pada umumnya lebih mengerti akan pentingnya sekolah bagi anak-anaknya. Orang tua mengharapkan agar anaknya mempunya i nasib yang lebih baik dan karena itu berusaha untuk menyekolahkan anaknya jika mungkin sampai memperoleh gelar dari suatu perguruan tinggi (Nasution, 1983:17). Orang tua yang mempunyai kondisi akademik yang baik akan mendorong anaknya untuk mendapat yang lebih baik, lebih tinggi tingkat akademiknya. Dorongan dari orang tua tersebut pada gilirannya akan memacu anak-anaknya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
C. Tingkat Pendapatan
Pendapatan adalah segala bentuk balas karya yang diperoleh sebagai imbalan atau balas jasa atas sumbangan seseorang terhadap proses produksi. Pendapatan keluarga bersumber pada (Gilarso, 1991:63):
1. Usaha sendiri, misalnya berdagang, mengerjakan sawah
2. Bekerja pada orang lain, misalnya bekerja di kantor atau perusahaan sebagai pegawai atau karyawan (baik swasta maupun pemerintah).
(33)
13
3. Hasil dari milik, misalnya mempunyai sawah disewakan, punya rumah disewakan, punya uang dipinjamkan dengan bunga.
Pendapatan keluarga dapat diterima dalam bentuk uang, dapat juga dalam bentuk barang (misal: tunjangan beras, hasil dari sawah atau pekarangan sendiri).
Selain penghasilan (balas karya dan hasil milik tersebut) masih ada penerimaan atau uang masuk lain, misalnya berupa :
1. Uang pensiun
2. Sumbangan atau hadiah
3. Pinjaman atas hutang dan lain- lain.
Menurut Biro Pusat Statistik pendapatan dapat dibedakan menjadi tiga bentuk (Mulyanto S dan Hans Dieter Ever,1982:92):
1. Pendapatan berbentuk uang
Adalah segala penghasilan berupa uang yang sifatnya regular dan diterima biasanya sebagai balas jasa. Sumber-sumber yang utama adalah gaji dan upah serta lain- lain balas jasa serupa dari majikan, pendapatan bersih dari usaha sendiri dan pekerjaan bebas, pendapatan dari penjualan barang yang dipelihara di halaman rumah, hasil investasi seperti bunga modal, tanah, uang pensiun, jaminan soial dll.
2. Pendapatan berbentuk barang
Adalah segala penghasilan yang sifatnya regular dan biasa, akan tetapi tidak selalu berbentuk balas jasa dan diterima dalam bentuk barang dan jasa. Barang-barang dan jasa yang diperoleh dinilai dengan
(34)
harga pasar sekalipun tidak diimbangi atau disertai transaksi uang oleh yang menikmati barang dan jasa tersebut, demikian pula penerimaan barang secara cuma-cuma, pemberian barang dan jasa dengan harga subsidi atau reduksi dari majikan merupakan pendapatan berupa barang. 3. Lain- lain penerimaan uang dan barang
Adalah segala penerimaan yang bersifat transfer redistributif dan biasanya membawa perubahan dalam keuangan rumah tanggga, misalnya penjualan barang-barang yang dipakai, pinjaman uang, hasil undian, warisan, penagihan piutang, kiriman uang, menang judi.
Pendapatan yang diterima oleh suatu keluarga digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Keluarga yang mempunyai banyak kebutuhan yang harus dipenuhi atau dicukupi, terutama kebutuhan sehari- hari untuk dikonsumsi, sehingga diperlukan keahlian tersendiri untuk mengelompokkan kebutuhan mana yang harus diprioritaskan. Pendapatan dalam jumlah yang besar tentu saja akan memudahkan bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan yang diinginkan, termasuk kebutuhan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Sebaliknya pendapatan dalam jumlah kecil akan mengakibatkan keluarga hidup dalam kekurangan. Pemenuhan kebutuhan sering dirasa sukar dengan pendapatan kecil, karena harus memenuhi berbagai jenis kebutuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Menurut Nasution (1983:34) perbedaan sumber pendapatan akan mempengaruhi harapan orang tua tentang pendidikan
(35)
15
anaknya. Sudah selayaknya orang tua yang berada mengharapkan agar anaknya kelak memasuki perguruan tinggi.
D. Fasilitas yang dimiliki
Fasilitas adalah sarana untuk melancarkan pelaksanaan fungsi atau kemudahan. Yang dimaksud dengan fasilitas yang dimiliki orang tua di sini yaitu kemudahan yang diberikan oleh orang tua dengan maksud ditentukan oleh ada tidaknya atau banyak sedikitnya fasilitas benda dan barang berharga lainnya yang dimiliki oleh orang tua.
Pada umumnya berlaku bahwa taraf kemampuan ekonomi keluarga yang tinggi akan menguntungkan bagi belajar anak, karena kebutuhan anak dalam menjaga kesehatan jasmani dan perlengkapan alat-alat belajar, dapat terpenuhi. Tetapi mungkin juga, anak yang dibesarkan dalam lingkungan demikian, mengambil sikap: “Mengapa belajar rajin? Semua kebutuhan sudah terpenuhi. Jaminan ekonomi sudah ada”. Sebaliknya siswa yang berasal dari keluarga berstatus ekonomi rendah dan karena itu, mengalami kekurangan dalam perlengkapan alat-alat belajar, kerap lebih rajin dalam belajar di sekolah, karena keinginannya untuk maju (Winkel, 1996:192). Slameto (1988:66) menyatakan bahwa ada kemungkinan anak yang serba kekurangan dan selalu menderita akibat ekonomi keluarga yang lemah, justru yang begitu menjadi cambuk baginya untuk lebih belajar giat dan akhirnya sukses besar.
(36)
Dalam pendidikan seringkali pula dibutuhkan fasilitas atau sarana-sarana yang kadang-kadang mahal. Bila keadaan ekonomi orang tua tidak memungkinkan, kadang menjadi penghambat dalam belajar. Tetapi apabila keadaan ekonomi orang tua memungkinkan maka fasilitas atau sarana yang diperlukan dapat tercukupi. Sehingga dengan fasilitas yang memadai dapat menunjang kelancaran belajar.
E. Perguruan Tinggi
1.Pengertian Perguruan Tinggi
Menurut Fisher dalam Ndraha (1988:42), perguruan tinggi adalah pola interaksi belajar mengajar sehari-hari yang terorganisasikan secara khusus sebagai bagian atau komponen sistem belajar mengajar secara keseluruhan di dalam masyarakat. Menurut kamus, Universitas adalah :
An institution of learning of the highest level, comprising a college of liberal arts, a program of graduate studies, and several professional schools, and authorised to confer, both undergraduate and graduate degrees.
Menurut Oxford Advanced Learners Dictionary (1995:1304) universitas adalah:
The highest level of educational institution, in which student study for degrees and academic research is done.
(37)
17
2.Penggolongan Perguruan Tinggi
Dilihat dari bentuknya perguruan tinggi dapat dibedakan menjadi (Taliziduhu Ndraha, 1988:231-233):
a. Akademi adalah suatu lembaga ilmu pengetahuan, himpunan para ilmuwan (academicians), di bawah nama Akademi Ilmu Pengetahuan. Sebagai lembaga perguruan tinggi, akademi adalah sekolah tinggi berderajat keilmuan yang lebih rendah.
b. Universitas yaitu perguruan tinggi, yang sesuai dengan namanya mempelajari dan mengajarkan semua ilmu pengetahuan, seni, dan teknologi sampai derajat tertinggi.
c. Institut adalah sebutan bagi perguruan tinggi yang mengkhususkan diri pada a particular work, field, seperti pertanian (Institut Pertanian), keagamaan (Institut Keagamaan), keguruan (Institut Keguruan), teknologi (Institut Teknologi), pemerintahan (Institut Pemerintahan), dan politik (Institut Politik), namun dengan mempelajari dan mengajarkannya dari berbagai segi, sehingga particular field yang bersangkutan dapat dipelajari dan diajarkan secara objektif dan komprehensif.
d. Sekolah tinggi adalah lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan akademik dalam suatu ilmu disiplin tertentu.
(38)
F. Minat Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi 1. Pengertian Minat
Ada beberapa pengertian tentang minat. Pengertian-pengertian minat tersebut sebagai berikut:
a. Minat adalah kecenderungan subyek yang menetap untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu (Winkel, 1996:188).
b. Minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, gairah, keinginan (Kamus Besar Ba hasa Indonesia, 1997).
c. Minat diartikan sebagai kesadaran seseorang bahwa obyek, seseorang, sesuatu soal atau suatu situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya (Whiterington, 1988:124).
d. Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu ( Muhhibin Syah, 1990:151). e. Menurut Abu Ahmadi (1991:286) minat sering timbul bila ada
perhatian, karena itu untuk menimbulkan minat kita sebaiknya juga harus menimbulkan perhatiannya.
Berdasarkan pendapat di atas maka bagi siswa tamatan SMU, minat untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi dapat diartikan sebagai kecenderungan pada diri siswa untuk memilih perguruan tinggi sebagai kelanjutan pendidikan setelah tamat SMU, yang ditandai dengan adanya perhatian dan keinginan yang besar untuk melanjutkan pendidikan
(39)
19
ke perguruan tinggi, kesadaran, perasaan tertarik dan perasaan bahwa perguruan tinggi mengandung sangkut paut dengan dirinya.
2. Jenis-jenis Minat
Minat dibedakan menjadi dua (Witherington, 1963:90) : a. Minat Primitif (Biologis)
Yaitu minat yang timbul dari kebutuhan jaringan-jaringan tubuh. Minat ini berkisar pada masalah makanan, kebebasan aktivitas.
b. Minat kulturil (Sosial)
Yaitu minat yang berasal dari perbuatan belajar yang lebih tinggi tarafnya.
3. Indikator-indikator yang Mempengaruhi Minat Belajar
Menurut Asrini dalam Irawati (2002:17), untuk mengetahui minat siswa melanjutkan studi ke perguruan tinggi dapat ditinjau dari indikator-indikator sebagai berikut :
a. Rasa senang
Meliputi ketertarikan siswa terhadap informasi studi di perguruan tinggi dan mempunyai rasa senang untuk mendapat penghargaan.
b. Perhatian
Bentuk perhatian siswa terhadap minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi dapat dilihat dalam perhatiannya untuk mempersiapkan diri untuk menentukan jurusan yang sesuai dengan potensi yang dimilikinya, disamping itu siswa mencari informasi
(40)
mengenai perguruan tinggi yang sesuai dengan bidang yang diminatinya. Dengan demikian siswa dapat dan mampu merencanakan masa depannya dengan mengetahui prospek kerja jurusan yang diminati setelah ia lulus dari perguruan tinggi.
c. Keinginan
Keinginan merupakan dorongan dari setiap manusia untuk membentuk dan merealisasikan diri dalam mengembangkan segenap bakat dan kemampuannya serta meningkatkan taraf kehidupannya. Disamping prestasi belajar yang telah diperoleh di sekolah, usaha siswa untuk meningkatkan minat belajar ke perguruan tinggi dapat dilihat dengan kegiatan yang mendukung pencapaian tujuannya. Kegiatan tersebut dapat berupa belajar sendiri atau dengan mengikuti pelajaran tambahan. Selain itu tujuan siswa melanjutkan studi ke perguruan tinggi adalah untuk mendapat posisi pekerjaan yang lebih layak daripada hanya sekedar lulusan sekolah menengah.
4. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan untuk menentukan keputusan terhadap kelanjutan studi (Winkel, 1987:31):
a. Kemampuan intelektual, bakat khusus, arah minat, cita-cita, kemampuan finansial
(41)
21
G. Kerangka Berpikir
1. Hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
Tingkat pendidikan yang dicapai orang tua menunjukkan kemampuan, ketrampilan dan pengetahuan yang dimiliki orang tua. Tingkat pendidikan formal yang dicapai orang tua akan mencerminkan cakrawala pengetahuan pendidikan yang diperolehnya, yang pada gilirannya akan menentukan kemampuannya dalam mendidik anak. Tingkat pendidikan formal orang tua turut memberikan pengaruh terhadap munculnya minat anak untuk melanjutkan studinya.
Orang tua yang berpendidikan formalnya tinggi umumnya selalu berusaha menambah ilmu dan pengetahuannya. Orang tua yang demikian akan menjadikan cambuk bagi anak untuk lebih giat belajarnya. Pendidikan formal orang tua yang tinggi akan memberi pengaruh yang besar bagi anak karena pengetahuan orang tua yang luas membuat anak meneladani orang tuanya sehingga anak lebih berminat untuk melanjutkan studinya. Sebaliknya anak yang meiliki orang tua berpendidikan formal rendah cenderung tidak melanjutkan belajarnya sampai perguruan tinggi. 2. Hubungan antara tingkat pendapatan orang tua dengan minat siswa untuk
melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
Pendapatan orang tua yang tinggi akan memudahkan bagi anak untuk memenuhi kebutuhan yang diinginkannya, termasuk kebutuhan untuk bersekolah. Orang tua dengan pendapatan yang tinggi memungkinkan untuk memfasilitasi dan membiayai pendidikan anak.
(42)
Dengan didukung kemampuan ekonomi orang tua, anak akan lebih berminat untuk melanjutkan studinya ke perguruan tinggi.
Sebaliknya dengan pendapatan yang rendah, orang tua akan membatasi pengeluaran-pengeluaran dalam memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk kebutuhan untuk bersekolah. Keterbatasan orang tua dalam membiayai pendidikan anaknya akan menyebabkan minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi menjadi rendah.
3. Hubungan antara fasilitas yang dimiliki dengan minat siswa untuk melanjutkan studi ke pergur uan tinggi.
Fasilitas yang dimiliki orang tua mencerminkan jumlah pendapatan orang tua yang pada akhirnya berpengaruh terhadap seberapa jauh orang tua mampu menyediakan fasilitas atau sarana bagi anaknya. Tersedia tidaknya fasilitas yang diperlukan dalam belajar ikut berperan dalam minat anak untuk melanjutkan studinya. Misalnya anak dari keluarga mampu dapat membeli alat-alat sekolah dengan lengkap, sebaliknya anak dari keluarga miskin tidak dapat membeli alat-alat itu. Dengan alat yang serba tidak lengkap inilah maka hati anak menjadi kecewa, mundur, putus asa sehingga dorongan belajar mereka kurang sekali (Abu Ahmadi, 1991:290). Dengan adanya fasilitas yang lengkap diduga anak lebih berminat untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Sebaliknya anak yang fasilitasnya serba terbatas cenderung memiliki minat yang rendah.
(43)
23
H. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan permasalahan dan deskripsi teoritik yang disajikan dalam penelitian ini, maka perumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut :
1. Ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
2. Ada hubungan antara tingkat pendapatan orang tua dengan minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
3. Ada hubungan antara fasilitas yang dimiliki dengan minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
(44)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini berjenis studi kasus. Yang dimaksud studi kasus yaitu jenis penelitian dimana kesimpulan yang dihasilkan hanya berlaku untuk obyek yang diteliti saja dan berlaku untuk jangka waktu tertentu.
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA I WATES, SMA II WATES dan SMA I PENGASIH.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada Bulan Agustus Tahun 2006.
C. Populasi dan Sampel Penelitian a. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi (Suharsimi Arikunto, 1989:102). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa dari tiga SMA di Kabupaten Kulon Progo.
(45)
25
b. Sampel Penelitian dan Teknik Pengambilan Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti. Tujuan utama teknik mengambil sample adalah untuk mendapat sampel yang semaksimal mungkin dapat menggambarkan populasi penelitian. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel menggunakan metode proportional random sampling yaitu pengambilan sampel dari setiap strata atau setiap wilayah ditentukan secara seimbang dengan banyaknya subyek dalam masing- masing strata atau wilayah (Suharsimi Arikunto,2002:116).
Jumlah populasi yang ada 470. dari jumlah tertsebut peneliti menetapkan jumlah sampel penelitian sebanyak 235. dengan demikian proporsi sampel adalah (235/470)x100% = 50%. Sampel yang diambil dari SMA I Wates yaitu 218 siswa x 50%=109 siswa. SMA II Wates yaitu 144 siswa x 50%= 72 siswa. SMA I Pengasih yaitu 108 siswa x 50% = 54 siswa.
Tabel III.1
Data Tentang Populasi dan Sampel Penelitian Sekolah Populasi Sampel
SMA I Wates 218 109
SMA II Wates 144 72
SMA I Pengasih 108 54
(46)
D. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah orang-orang yang terlibat penelitian, dalam hal ini yang menjadi subjek penelitian adalah para siswa dari tiga SMA di Kabupaten Kulon Progo.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian meliputi tingkat pendidikan orang tua, tingkat pendapatan orang tua, fasilitas yang dimiliki oleh orang tua dan minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
E. Variabel Penelitian
1. Status sosial ekonomi orang tua : a. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang diselesaikan oleh orang tua (ayah atau ibu). Variabel tingkat pendidikan dinyatakan dalam skala tingkat pendidikan. Pemberian bobot skor adalah sebagai berikut:
Tabel III.2
Variabel Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Skor
SD SMP SMA/SMK DII/DIII/S1 S2 ke atas
1 2 3 4 5
(47)
27
b. Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan adalah jumlah rupiah pendapatan yang diperoleh ayah dan ibu dari pekerjaan pokok dan sampingan. Variabel tingkat pendapatan dikategorikan berdasarkan skala pendapatan dan pembobotan skor sebagai berikut:
Tabel III.3
Variabel Tingkat Pendapatan
Tingkat Pendapatan Skor
< Rp 400.000,00
Rp. 400.000,00 - Rp. 999.000,00 Rp 1.000.000,00 - Rp. 1.999.000,00 > Rp. 2.000.000,00
1 2 3 4
c. Fasilitas yang dimiliki
Fasilitas yang dimiliki dikategorikan berdasarkan skala fasilitas dan pembobotan skor sebagai berikut :
Tabel III.4
Variabel Jenis Fasilitas
Jenis Fasilitas Skor
1.Tape recorder / Radio a. Tidak punya
b. <Rp. Rp.500.000,00
c. Rp. 500.000,00 – Rp. 1.000.000,00 d. >Rp. 1.000.000,00
1 2 3 4 2. VCD Player
a. Tidak punya b. <Rp. 250.000,00
c. Rp. 250.000,00 –Rp. 750.000,00 d. > Rp. 750.000,00
1 2 3 4
(48)
3. Televisi
a. Tidak punya b. 14 inch c. 20 – 21 inch d. > 21 inch
1 2 3 4 4. Ponsel
a. Tidak punya b. <Rp. 500.000,00
c. Rp. 500.000,00 – Rp. 1.000.000,00 d. > Rp. 1.000.000,00
1 2 3 4 5.Lemari es
a. Tidak punya b. <Rp. 500.000,00
c. Rp. 500.000,00 – Rp. 1.000.000,00 d. > Rp. 1.000.000,00
1 2 3 4 6. Kompor gas
a. Tidak punya b. <Rp. 500.000,00
c. Rp. 500.000,00 – Rp. 1.000.000,00 d. >Rp. 1.000.000,00
1 2 3 4 7. Sepeda motor
a. Tidak punya b. <Rp. 3.000.000,00
c. Rp. 3.000.000,00 – Rp. 9.000.000,00 d. > Rp. 9.000.000,00
1 2 3 4 8. Mobil
a. Tidak punya
b. <Rp. 100.000.000,00
c. Rp. 100.000.000,00 – Rp.200.000.000,00 d. > Rp.200.000.000,00
1 2 3 4
(49)
29
Keadaan tempat tinggal : 1. Dinding rumah :
a. Bambu
b. Setengah tembok c. Tembok
d. Kayu jati 2. Lantai rumah :
a. Plester b. Tegel ubin c. Keramik d. Marmer 3. Sumber air minum:
a. Sumur umum b. Sumur pribadi c. PDAM
d. Air kemasan 4. Kamar mandi dan WC:
a. Tidak punya
b. 1 kamar mandi dan WC c. 2 kamar mandi dan WC d. >2 kamar mandi dan WC
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Fasilitas Belajar:
1. Kamar atau ruang belajar a. Tidak tersedia
b. Tersedia
2. Buku-buku Pelajaran a. Tidak Lengkap b. Lengkap 3. Komputer
a. Tidak tersedia b. Tersedia 1 2 1 2 1 2
(50)
2. Tabel Kisi – kisi Kuesioner Variabel Minat Siswa Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi
Tabel III.5
Tabel Kisi – kisi Kuesioner Variabel Minat Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi
Variabel Dimensi Indikator Pertanyaan
kuesioner 1. Rasa
senang
• Masalah studi di perguruan tinggi
1,2,3,4,5,6, 20
2. Perhatian • Mencari
informasi tentang perguruan tinggi
• Masa depan
lulusan perguruan tinggi
7,8,9,10,11
12,21,22,23,24, 25
Minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi
3. Keinginan • Belajar sendiri • Mengikuti
pelajaran tambahan • Prestasi belajar
13,17,18,19 15
14,16
Tingkat minat diketahui dari skor jawaban responden terhadap instrumen yang diberikan dengan menggunakan skala sebagai berikut:
1. Sangat setuju diberi skor 4 2. Setuju diberi skor 3
(51)
31
3. Tidak setuju diberi skor 2 4. Sangat tidak setuju diberi skor 1
F. Teknik Pengumpulan Data 1. Kuesioner
Yaitu teknik pengumpulan data dengan membuat daftar pertanyaan tertulis yang dibagikan kepada responden untuk memperoleh data tentang identitas dan penilaian responden tentang pendidikan orang tua, pendapatan orang tua dan fasilitas yang dimiliki oleh orang tua dengan minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
2. Dokumentasi
Yaitu pengumpulan data dengan menggunakan catatan/dokumen yang ada di SMA. Cara ini untuk memperoleh data tentang gambaran umum data siswa mengenai orang tuanya.
3. Wawancara
Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung atau lisan kepada kepala sekolah dan guru yang dapat melengkapi data tentang gambaran umum sekolah.
G. Teknik Pengujian Instrumen
Untuk mengetahui apakah instrumen sudah valid atau belum digunakan rumus sebagai berikut:
(52)
1. Analisis Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. (Suharsimi Arikunto, 2002:144-145). Pengujian validitas penelitian ini didasarkan pada rumus korelasi product moment seperti tampak berikut ini:
rxy=
(
( )
)
(
)
{
∑
∑
−∑
∑ ∑
}
{
∑
−( )
∑
}
− 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N Dimana :rxy = koefisien korelasi product moment
X = skor total tiap item Y = skor total dari total item N = jumlah sampel
Besar r diperhitungkan pada taraf signifikansi 5%. Apabila hasil pengukuran r menunjukkan hasil lebih besar atau sama dengan taraf signifikansi 5%, maka item tersebut dinyatakan valid.
Berikut disajikan ringkasan hasil pengujian validitas minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
Tabel III.6
Tabel Analisis Hasil Pengujian Validitas Butir Pertanyaan Minat Studi ke PerguruanTinggi
No item r hitung Keterangan
1 0,4969 Valid
2 0,2985 Valid
(53)
33
4 0,3949 Valid
5 0,6884 Valid
6 0,3168 Valid
7 0,4400 Valid
8 0,4979 Valid
9 0,2888 Valid
10 0,5415 Valid
11 0,6069 Valid
12 0,6215 Valid
13 0,5561 Valid
14 0,6211 Valid
15 0,4672 Valid
16 0,6283 Valid
17 0,6105 Valid
18 0,3918 Valid
19 0,4208 Valid
20 0,2776 Valid
21 0,5767 Valid
2. Analisis Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang reliabel mengandung arti bahwa instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu mengungkapkan data yang bisa dipercaya (Suharsimi Arikunto, 2002:154). Tingkat reliabilitas kuesioner diuji dengan menggunakan koefisien Alpha. Rumus Alpha :
(54)
r11 = −
−
∑
21 2 1 1 α αb k k Keterangan :
r11 = reliabilitas instrumen
k = jumlah butir pertanyan
∑
2b
α = jumlah varians butir 2
1
α = varians total
Tingkat reliabilitas kuesioner diuji pada taraf signifikansi 5%. Untuk menentukan apakah instrumen penelitian itu reliabel atau tidak reliabel, maka ketentuannya sebagai berikut :
a. Jika r hitung > r tabel dengan taraf keyakinan 5%, maka instrumen penelitian dikatakan reliabel.
b. Jika r hitung > r tabel dengan taraf keyakinan 5%, maka instrumen penelitian dikatakan tidak reliabel.
Dari hasil analisis item- item pertanyaan yang telah dilakukan diperoleh hasil r alpha sebesar 0,8763. Karena r alpha (0,8763) > r table (0,239), dengan demikian item- item pertanyaan dinyatakan reliabel.
H. Teknik Analisis Data 1.Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sebaran data yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Teknik yang digunakan untuk uji normalitas dengan menggunakan analisis One-Sample Kolmogorov Smirnov. Uji K-S menentukan apakah skor
(55)
35
dalam sampel berasal dari populasi yang memiliki distribusi teoritis (Imam Ghozali, 2002:35).
D = Maksimum [Fo (Xi) – SN (Xi)] Keterangan:
D = Deviasi atau penyimpangan maksimum
Fo (Xi) = Proporsi yang diharapkan dari observasi yang nilainya sama atau lebih kecil dari Xi.
Sn (Xi) = Distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi dari satu sampel random dengan N observasi
Selanjutnya untuk mengetahui apakah distribusi ferkuensi masing – masing variabel normal atau tidak dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: Jika nilai probabilitas lebih besar dari α =0,05berarti sebaran data normal dan jika nilai probabilitas lebih kecil dari α =0,05 berarti sebaran dat tidak normal.
2. Uji Linearitas
Uji linieritas ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel bebas dan terikat mempunyai hubungan linear atau tidak. Antara variabel bebas dan terikat dikatakan mempunyai hubungan linear, jika kenaikan skor variabel bebas diikuti oleh kenaikan skor variabel terikat. Untuk uji linearitas digunakan uji tuna cocok model linear (Sudjana, 1996:332) yaitu:
2 2
e TC
S S F =
(56)
2 ) ( 2 ) ( 2 2 − = − = k E JK S k TC JK S e TC Dimana: =
F Harga bilangan Funtuk garis regresi.
=
2
TC
S Varian tuna cocok.
=
2
e
S Varian kekeliruan.
JK (TC) = Jumlah kuadrat tuna cocok. JK (E) = Jumlah kuadrat kekeliruan.
Kriteria pengujian linearitas yaitu kita tolak hipotesis model regresi linear jika F > F(1−σ)(k−2,n−k). Untuk distribusi Fyang digunakan dk pembilang = (k-2) dan dk penyebut = (n-k).
3. .Pengujian Hipotesis a. Rumusan hipotesis
Ho = Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi
Ha = Ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi
Ho = Tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan orang tua dengan minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi
Ha = Ada hubungan antara tingkat pendapatan orang tua dengan minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi
Ho = Tidak ada hubungan antara fasilitas yang dimiliki dengan minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi
(57)
37
Ha = Ada hubungan antara fasilitas yang dimiliki dengan minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi
b. Pengujian hipotesis dan penarikan kesimpulan
Untuk menjawab permasalahan tentang ada tidaknya hubungan, penulis menggunakan analisis Chi Square dengan rumus (Suharsimi Arikunto, 2002:259):
2
χ =
∑
(
−)
fhfh fo 2
Keterangan :
χ2 = nilai chi kuadrat yang dicari fo = jumlah yang diperoleh fh = jumlah yang diharapkan
Selanjutnya dilakukan langkah- langkah :
1. menentukan statistik uji Chi Kuadrat dengan derajat kebebasan df= (baris 1) (kolom1).
2. berdasarkan tabel χ2 pada taraf signifikansi 5% serta db = 1 akan disimpulkan sebagai berikut :
Jika harga χ2 < harga kritisχ2, maka H0 diterima.
Jika harga χ2> harga kritisχ2, maka H0 ditolak
Selanjutnya nilai-nilai tersebut diuji dengan koefisien kontingensi digunakan rumus sebagai berikut (Suharsimi Arikunto. 1989:232) :
kk =
n + 2
2 χ
(58)
Keterangan :
kk = Koefisien kontingensi 2
χ = Harga Chi Kuadrat yang diperoleh n = Jumlah item
Kemudian nilai kk dibandingkan dengan Cmax. Dengan
rumus sebagai berikut (Sudjana, 1989:190):
Cmax =
m m−1
Keterangan :
m = banyak kategori yang paling kecil diantara kedua variabel yang diketahui.
Untuk mencari derajat hubungan antara variabel digunakan langkah-langkah mengkategorikan rasio kk/Cmax ke dalam kategori
sebagai berikut:
Tabel III.7 Nilai Koefisien Kontingensi
Nilai C Interpretasi
> 80% dari C max Sangat tinggi Antara 60% - 80% dari C max Tinggi Antara 40% – 60% dari C max Cukup Antara 20% – 40% dari C max Rendah
(59)
BAB IV
HASIL TEMUAN LAPANGAN
A. Sekolah Menengah Atas I Wates 1. Gambaran umum sekolah
Data kelembagaan sekolah:
a. Nama sekolah : SMA Negeri I Wates
b. Alamat : Terbahsari No. 1 Wates Kulon Progo Yogyakarta c. Berdiri tahun : 1 Agustus 1962
d. Status sekolah : Negeri
e. No data sekolah : SK Mendikbud No 21/SK/B/III 2. Sejarah Singkat Berdirinya Sekolah
Pada awal tahun 1959, di daerah Swatantra Tingkat II Kulon Progo dirasa penting untuk berdirinya Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri, khususnya Sekolah Menengah Atas mengingat satu-satunya Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri di Kulon Progo hanyalah Sekolah Guru A (SGA), yang tentu saja belum mencukupi kebutuhan masyarakat untuk pendidikan lanjutan.
Sehubungan dengan itu Dewan Pemerintah Daerah, Daerah Swantara Tingkat II Kulon Progo, pada tanggal 9 Maret 1959 membentuk panitia yang bertugas untuk mendirikan Sekolah Menengah Atas di Kulon Progo. Panitia tersebut ditangani oleh Dewan Pemerintah Daerah, Daerah Swantara Tingkat II Kulon Progo. Panitia tersebut bekerja dengan gigih
(60)
membuahkan hasil yang cukup membanggakan yaitu pada tanggal 1 September 1961, terbentuklah SMA Persiapan Negeri Wates. Karena baru terbentuk sekolah tersebut belum memiliki gedung untuk tempat kegiatan belajar mengajar. Pada awal berdirinya, sekolah menerima pendaftaran murid baru sebanyak tiga kelas, dengan tempat belajar menye wa rumah Bapak Adnan. Untuk tahun-tahun berikutnya tempat belajar bagi murid kelas 1 dan kelas 2 menumpang di SD IV Wates dan SD Kanisius Wates, dengan waktu belajar masuk siang.
Kepala sekolah pada saaat itu masih dirangkap oleh Bapak R. Maryono Martosusanto yang juga Kepala SGA Negeri Wates. Pada awal pembukaannya SMA Persiapan Negeri Wates membuka 3 kelas untuk kelas 1, yaitu 1 kelas jurusan Bahasa (A), 1 kelas jurusan I. Pasti Alam (B) dan 1 kelas untuk jurusan Ilmu Sosial (C). sebagian besar guru-gurunya adalah guru-guru SGA Negeri Wates dan hanya ada 3 orang guru tidak tetap yang bukan dari SGA Negeri.
Dengan adanya Surat Keputusan Menteri PP dan K Republik Indonesia tanggal 10 September 1962, Nomor 21/SK/B/III tentang pengambilalihan SMA Swasta, menjadi SMA Negeri Gaya Baru, terhitung tanggal 1 Agustus 1962 SMA Persiapan Negeri Wates, secara resmi berubah status menjadi SMA Negeri Wates. berdasarkan cap sekolah pada saat itu, SMA Negeri Wates merupakan SMA Negeri ke 212 untuk seluruh Indonesia, sehingga dikenal SMA Negeri 212. Pada awal diresmikan,
(61)
jumlah kelasnya adalah : 4 buah kelas I gaya baru dan 3 kelas II (gaya lama) yaitu II A (Bahasa), II B (Pasti Alam) dan II C (Sosial).
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri P dan K RI tanggal 28 November 1968, Nomor : E-6818-II Sp/Set/68, diangkatlah Kepala SMA Negeri Wates yang kedua yaitu Bapak R. Hartono Hadiwinoto.
Mengingat besarnya minat masyarakat yang ingin masuk ke SMA Negeri Wates maka Persatuan Orang Tua Murid dan Guru (POMG) berusaha keras untuk mendapatkan tanah guna membangun gedung sekolah di tanah sendiri. Pada saat Bupati Kulon Progo dijabat Bapak KRT.Suryoningrat, beliau merelakan tanahnya seluas 7400m2yang berlokasi di Terbah, dibeli oleh POMG SMA Negeri Wates untuk didirikan gedung sekolah yang ditempati saat ini.
Pada bulan Maret 2001 yang lalau BP 3 SMA Negeri Wates (sekarang Komite Sekolah) beretekad untuk membangun gedung dua lantai dengan ukuran 24 x 8 m yang direncanakan lanatai 1 utnuk tempat parkir kendaraan siswa sedang lantai 2 untuk ruang pertemuan.
Di bawah kepemimpinan Bapak Drs. H. Sugiharto, SMA Negeri 1 Wates pada tahun pelajaran 2003/2004 berdasarkan hasil Ujian Akhir Nasional SMA se Propinsi DIY telah berhasil menduduki peringkat ke 6 se DIY untuk jurusan IPA dan peringkat ke 9 untuk jurusan IPS.
(62)
3. Fasilitas Sekolah
Tabel IV.1
Tabel Keadaan Tanah dan Bangunan Bersertifikat: 9099 m2 terdiri dari :
No. Nama Fasilitas Jumlah Kondisi
1 R. Teori/ Kelas 18 Baik
2 Lab Biologi 1 Baik
3 Lab. Kimia 1 Baik
4 Lab. Fisika 1 Baik
5 Lab. Bahasa 1 Baik
6 Lab. Komputer 1 Baik
7 R. Perpustakaan 1 Baik
8 R. Serba guna 1 Baik
9 R. UKS 2 Baik
10 Koperasi/ Toko 1 Baik
11 R. BP/BK 1 Baik
12 R. Kep sekolah 1 Baik
13 R.Guru 1 Baik
14 R.TU 1 Baik
15 R. OSIS 1 Baik
16 K.M/WC Guru 3 Baik
17 K.M/WC Murid 14 Baik
18 Gudang 1 Baik
19 R. Ibadah 1 Baik
20 Rumah Dinas Ka. Sek 1 Baik 21 Rumah Penjaga Sekolah 1 Baik
(63)
4. Personalia
Tabel IV.2
Tabel Data Kepala Sekolah
No. Nama Lama bertugas Keterangan
1 R. Maryono Martosusanto 1961-1968 Almarhum 2 R. Hartono Hadiwinoto 1968-1974 Almarhum 3 Drs. Al. Sulistyo 1974-1979 Pensiun
4 Drs. Marsono 1979-1981 Almarhum
5 Drs. Budiharjo 1981-1984 Almarhum
6 J.Supardjono 1985-1989 Almarhum
7 Sukardi 1989-1991 Almarhum
8 Drs. Giyo Hadipranoto 1992-1994 Pensiun 9 Sri Hartini S.Pd 1994-1999 Pensiun 10 Drs. Sj. Subakir 1999-2003 Korwas Dikum 11 Drs. H. Sugiharto April 2003
Tabel IV.3
Tabel Guru Tetap dan Tidak Tetap
Mata pelajaran Guru tetap Guru tidak tetap
Matematika 5 -
Geografi 2 -
Biologi 4 -
Fisika 4 -
Kimia 4 1
Bahasa Indonesia 3 1
Bahasa Inggris 3 1
PPKN/Tata Negara 1 1
Ekonomi/Akuntansi 2 2
(64)
Seni Rupa 1 -
Sosiologi/Antropologi - 2
OR/Penjaskes 2 -
BP/BK 3 -
Agama Islam 3 -
Agama Katolik - 1
Agama Kristen 1 -
Agama Budha - 1
Jumlah 40 10
Tabel IV.4
Tabel Karyawan Tetap dan Tidak Tetap Tenaga administrasi Tetap Tidak tetap
Koord. TU 1 -
Urs. Peg 1 -
Koor. Perpust 1 -
Laboran 1 1
Bendahara 3 -
Peng. Barang 1 -
Urusan siswa 1 -
Pengetikan - 1
Persuratan 1 -
Perpustakaan - 1
Pemb. Perpust - 1
Satpam - 1
Pemb. Pesuruh - 1
Jaga malam - 1
Penjaga sekolah - 1
(65)
Pemb. Pesuruh - 1
Jumlah pegawai 10 10
Tabel IV.5 Tabel Jumlah Siswa
Kelas Putra Putri Jumlah
X-A 12 24 36
X-B 12 24 36
X-C 12 24 36
X-D 13 23 36
X-E 12 24 36
X-F 12 24 36
XI-1A.1 16 24 40
XI-1A.2 16 23 39
XI-1A.3 15 24 39
XI-1A.4 15 21 36
XI-1AS.1 12 23 35
XI-1AS.2 9 24 33
XII-1A.1 13 24 37
XII-1A.2 13 24 37
XII-1A.3 13 24 37
XII-1A.4 12 25 37
XII-1A.5 17 19 36
XI-1AS. 19 16 35
(66)
5. Struktur Dasar Organisasi Sekolah Menengah Umum I Wates Gambar IV.1
STRUKTUR ORGANISASI
SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) 1 WATES
Komite Sekolah
Kepala Sekolah
Koord. TU
Wks. Kurikulum
Wks. Kesiswaan
Wks. Sar pras
Wks. Humas
Koord. BK
Guru
(67)
B. Sekolah Menengah Atas II Wates 1. Gambaran Umum Sekolah
a. Nama sekolah : SMA Negeri II Wates
b. Alamat : Bendungan Wates Kulon Progo Yogyakarta c. Berdiri tahun : 1982
d. Status sekolah : Negeri
e. No data sekolah : SK Mendikbud No.0298/1982 2. Fasilitas Sekolah
Tabel IV.6
Keadaan Tanah dan Bangunan Bersertifikat: 9.965 m2 terdiri dari :
No. Nama Fasilitas Jumlah Kondisi
1 R. Teori/ Kelas 12 Baik
2 Lab Biologi 1 Baik
3 Lab. Kimia 1 Baik
4 Lab. Fisika 1 Rusak
5 Lab. Bahasa 1 Baik
6 Lab. Komputer 2 Baik
7 R. Perpustakaan 1 Baik
8 R. Ketrampilan 1 Baik
9 R. Serba guna 1 Baik
10 R. UKS 1 Baik
11 R. BP/BK 1 Baik
12 R. Kep sekolah 1 Baik
13 R.Guru 1 Baik
14 R.TU 1 Baik
(68)
16 K.M/WC Guru 3 Baik
17 K.M/WC Murid 2 Rusak 1
18 Gudang 1 Baik
19 R. Ibadah 1 Baik
20 Rumah Penjaga Sekolah 1 Baik
3. Personalia
Tabel IV.7
Tabel Data Kepala Sekolah
No. Nama Masa tugas
1 Drs. Budihardjo 1982-1984
2 Drs. Prasetyo 1984-1991
3 Sri Hartini S. Pd 1991-1994 4 Drs. S. J. Subakir 1994-1999
5 Tugiran S. Pd 1999-2005
6 Drs. H. Mudjijono 2005 sampai sekarang
Tabel IV.8
Guru Tetap dan Tidak Tetap
Mata pelajaran Guru tetap Guru tidak tetap
Matematika 4 -
Geografi 1 -
Biologi 3 1
Fisika 3 -
Kimia 2 -
Bahasa Indonesia 2 1
Bahasa Inggris 2 1
PPKN/Tata Negara 1 1
(69)
Sejarah 2 -
Seni Rupa - 1
Sosiologi/Antropologi 2 -
OR/Penjaskes 2 -
BP/BK 3 -
Agama Islam 3 -
Agama Katolik 1 -
Agama Kristen 1 -
Informatika - 1
Jumlah 37 8
Tabel IV.9
Tabel Jumlah Pegawai/Karyawan Tenaga administrasi L P
Koordinator TU 2 -
Bendahara 2 1
Petugas instalasi 1 -
Laboran 1 1
Petugas Perpustakaan 2 -
Juru ketik 2 2
Pesuruh 1 -
Jumlah 16 4
Tabel IV.10 Tabel Jumlah Siswa
Kelas Jumlah
X 143
XI 159
(70)
XII IPS 2 32
XII IPA 1 38
XII IPA 2 37
4. Struktur Dasar Organisasi SMA II Wates Gambar IV.2
STRUKTUR ORGANISASI
SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) 2 WATES
Komite Sekolah
Kepala Sekolah
Kepala Urs. TU
Wks.Urs. Kurikulum
Wks. Urs. Kesiswaan
Wks.Urs. Sar pras
Wks.Urs. Humas
Perpus-takaan
Siswa Guru
Wali Kelas Koord.
(71)
C. Sekolah Menengah Atas I Pengasih 1. Gambaran Umum Sekolah
a. Nama sekolah : SMA Negeri I Pengasih b. Alamat : Kulon Progo Yogyakarta c. Berdiri tahun : 1991
d. Status sekolah : Negeri
e. No data sekolah : SK Mendikbud No. 0519/O/1991 2. Sejarah Singkat Berdirinya Sekolah
Sejak tahun 1988 Mendikbud Republik Indonesia menilai bahwa lulusan SPG se-Indonesia jumlahnya cukup besar, artinya kebutuhan guru SD tidak sebanding dengan jumlah lulusan SPG setiap tahunnya, sehingga pemerintah (Mendiknas) mengeluarkan kebijakan SPG dialih fungsikan. Dengan kebijakan tersebut, untuk SPG Negeri Wates dalih fungsikan menjadi SMA Negeri 1 Pengasih dengan SK Mendibud Nomor: 0519/O/1991 tertanggal 5 September 1991, namun masyarakat Kulon Progo umumnya lebih mengenal denga n nama SMA Negeri 3 Wates.
Pada tahun pelajaran I (1991/1992) SMA Negeri 1 Pengasih menerima siswa sebanyak 3 kelas, dengan menggunakan kurikulum 1984 dan Program Pilihan A, yang meliputi 5 jurusan yaitu : Program A.1 mempelajari ilmu- ilmu fisika, Program A.2 mempelajari ilmu- ilmu biologi, Program A.3 mempelajari ilmu- ilmu sosial, Program A.4 mempelajari ilmu- ilmu budaya, Program A.5 mempelajari ilmu- ilmu agama. Pada waktu itu SMA Negeri 1 Pengasih menyelenggarakan
(72)
Program A.1, A.2, A.3 dengan sistem kredit. Program umum dilaksanakan 2 semester di kelas 1, sedang program khusus pilihan dilaksanakan 4 semester di kelas 2 dan kelas 3. pada saat itu Pejabat Kepala Sekolah yaitu Bapak Drs. Giyo.
Pada tahun pelajaran 1993/1994 SMA Negeri 1 Pengasih tetap menerima siswa baru sebanyak 3 kelas dan memiliki Kepala Sekolah yaitu Bapak Drs. Suhitman sejak tanggal 29 Desenber 1993, dan tambahan tenaga pendidik.
Tahun pelajaran 1994/1995, SMA Negeri 1 Pengasih dipercaya menerima siswa baru sebanyak 5 kelas, dan terjadi program pendidikan yang berdasarkan Kurikulum 1984 menjadi program Caturwulan sesuai dengan kurikulum 1994, dengan program pilihan yaitu : jurusan IPA, jurusan IPS, Jurusan Bahasa. Seajk itu SMA Negeri 1 Pengasih memiliki program jurusan IPA dan IPS dengan sistem caturwulan. Program umum dilaksanakan 6 caturwulan yaitu di kelas 1 dan 2, sedangkan program pilihan jurusan dilaksanakan 3 caturwulan di kelas 3.
3. Fasilitas Sekolah
Tabel IV.11
Tabel Keadaan Tanah dan Bangunan Bersertifikat: 20.205 m2 terdiri dari :
No. Nama Fasilitas Jumlah Kondisi
1 R. Teori/ Kelas 16 Baik
2 Lab Biologi 1 Rusak
3 Lab. Kimia 1 Rusak
(73)
5 Lab. Bahasa 1 Rusak
6 Lab. Komputer 1 Rusak
7 R. Perpustakaan 1 Rusak
8 R. Ketrampilan 1 Rusak
9 R. Serba guna 1 Rusak
10 R. UKS 1 Rusak
11 R. BP/BK 1 Rusak
12 R. Kep sekolah 1 Rusak
13 R.Guru 1 Rusak
14 R.TU 1 Rusak
15 R. OSIS 1 Rusak
16 K.M/WC Guru 2 Rusak
17 K.M/WC Murid 15 Rusak
18 Gudang 2 Rusak
19 R. Ibadah 1 Baik
20 Rumah Penjaga Sekolah 1 Rusak
4. Personalia
Tabel IV.12 Tabel Kepala Sekolah
No. Nama Masa tugas
1 Drs. Giyo 1991-1993 2 Drs. Suhitman 1993-1999 3 Drs. Mudjijono 1999-2005
(74)
Tabel IV.13
Tabel Jumlah Guru Tetap dan Tidak Tetap Mata pelajaran Guru tetap Guru tidak tetap
Matematika 4 1
Geografi 1 1
Biologi 3 -
Fisika 3 -
Kimia 2 -
Bahasa Indonesia 3 -
Bahasa Inggris 2 -
PPKN/Tata Negara 2 -
Ekonomi/Akuntansi 3 -
Sejarah 2 -
Seni Rupa 1 2
Sosiologi/Antropologi 2 -
OR/Penjaskes 1 1
BP/BK 3 -
Agama Islam 2 1
Agama Kristen 1 -
Agama Budha 1 -
Agama Katolik 1 -
TIK - 2
Bahasa Jawa - 2
Bahasa Jerman - 1
(75)
Tabel IV. 14
Tabel Jumlah Pegawai / Karyawan Tenaga administrasi Jumlah
Kepala TU 1
Urusan kesiswaan 2
Bendahara 2
Petugas laborat 2
Petugas perpustakaan 2
Juru ketik 2
Pesuruh 2
Penjaga sekolah 1
Jumlah 16
Tabel IV. 15 Tabel Jumlah Siswa
Kelas Putra Putri Jumlah
X1 14 22 36
X2 11 25 36
X3 12 24 36
X4 12 24 36
X5 10 26 36
XI. A1 15 22 37
XI. A2 15 21 36
XI. S1 14 22 36
XI. S2 8 26 34
XI. S3 18 18 36
XII. A1 13 26 39
XII. A2 13 25 38
XII. S1 13 20 33
(76)
XII. S3 16 21 37
Jumlah 196 196 392
5. Struktur Organisasi SMA I Pengasih Gambar IV.3
STRUKTUR ORGANISASI
SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) 1 PENGASIH
Komite Sekolah
Kepala Sekolah
Koord. TU
Wks. Kurikulum
Wks. Kesiswaan
Wks. Sar pras
Wks. Humas
Guru Guru
(77)
D. Fungsi Personalia 1. Kepala Sekolah
Kepala Sekolah berfungsi dan bertugas sebagai :
a. Educator, bertugas melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien
b. Selaku manajer mempunyai tugas menyusun perencanaan, mengorganisasi, mengarahkan dan mengkoordinasi kegiatan, melaksanakan pengawasan dan evaluasi terhadap kegiatan, dan lain-lain.
c. Selaku administrator mempunyai tugas menyelenggarakan administrasi
d. Selaku supervisor bertugas menyelenggarakan supervisi mengenai proses belajar mengajar, kegiatan bimbingan dan konseling, ekstrakurikuler, ketata usahaan, kegiatan kerjasama dengan masyarakat dan instansi terkait.
2. Wakil Kepala Sekolah
a. Wakil Kepala Sekolah urusan kurikulum
Bertugas menyusun program pengajaran, pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran, jadwal pelaksanaan ulangan umum dan ujian akhir, mengatur jadwal penerimaan buku laporan penilaian hasil belajar dan STTB, dll
(78)
b. Wakil Kepala Sekolah urusan kesiswaan
Bertugas menyusun program kesiswaan, ekstrakurikuler, program dan jadwal pembinaan siswa, laporan pelaksanaan kegiatan kesiswaan, melaksanakan program bimbingan, pengarahan dan pengendalian kegiatan siswa dalam menegakkan disiplin dan tertib sekolah, membina pengurus OSIS, mengatur mutasi siswa, dll
c. Wakil Kepala Sekolah urusan sarana prasarana
Bertugas menyususn rencana kebutuhan sarana dan prasarana, mengkoordinasikan penggunaan sarana dan pra sarana, pengelolaan pembiayaan alat-alat pelajaran dan keuangan sekolah.
d. Wakil Kepala Sekolah urusan humas
Mengatur dan menyelenggarakan hubungan sekolah dengan orang tua atau siswa atau komite sekolah, membina pengembangan antara sekolah dengan lembaga pemerintah, dunia usaha dan lembaga sosial lainnya, menyusun laporan pelaksanaan hubungan masyarakat, dll e. Guru
Guru bertanggung jawab kepada kepala sekolah dan mempunyai tugas melaksanakan KBM dan bimbingan secara efektif dan efisien. Tugas dan tanggung jawabnya meliputi: membuat Program Penga jaran, melaksanakan KBM, melaksanakan kegiatan evaluasi belajar, melaksanakan analisis hasil ulangan harian, dll.
(79)
f. Wali kelas
Membantu kepala sekolah dalam hal pengelolaan kelas, penyelenggaraan administrasi kelas, melakukan pencatatan prestasi siswa, dll
g. Koordinator bimbingan dan konseling
Bertugas menyusun dan melaksanakan program BK, berkoordinasi dengan wali kelas dalam rangka mengatasi masalah yang dihadapi siswa, menyusun laporan pelaksanaan BK, dll
h. Guru piket
Bertanggung jawab atas pelaksanaan KBM pada hari piket, bertanggung jawab atas sekolah selama jam kerja, mencatat kehadiran, keterlambatan dan ketidakhadiran guru dan siswa, melaporkan keadan sekolah secara rutin kepada kepala sekolah.
i. Koordinator tata usaha
Bertanggung jawab langsung kepada kepala sekolah, mengenai atas semua terlaksananya administrasi tata usaha sekolah, menyusun dan melaksanakan program dan membuat laporan pelaksanaan,dll.
j. Kepegawaian
Bertugas menyusun formasi kebutuhan guru dan tata usaha, mengerjakan buku induk guru dan tata usaha, mengusulkan kartu pegawai, pengangkatan sebagai Pegawai Negeri, mengususlkan cuti guru dan Tata usaha, dll
(80)
k. Perpustakaan
Bertugas mengerjakan administrasi perpustakaan, inventarisasi buku, klasifikasi buku, katalogisasi, pelayanan peminjaman buku kepada siswa, guru, pegawai,dll.
l. Laboran
Bertugas mengerjakan administrasi laboran, seperti program kerja, buku induk inventaris laboratotium, catatan barang rusak dan hilang, inventaris ruangan, perabot, struktur organisasi pengelola laboratorium, dll.
m. Sub pemegang kas
Bertugas mengerjakan buku kas, buku penerbitan cek, menandatangani cek gaji,dll.
n. Inventaris/adm. Perlengkapan dan penerimaan sumbangan komite sekolah
Bertugas membuat buku pembantu, pencatatan buku non inventaris, laporan inventaris, penerima uang sumbangan komite sekolah, dll. o. Penerima uang kegiatan sekolah
Bertugas membuat kartu induk, kartu pembayaran iuran kegiatan sekolah, menerima uang pembayaran iuran rutin sekolah, dll.
p. Urusan rumah tangga sekolah
Bertugas mengkonsep barang habis pakai inventaris rumah tangga, menyediakan minuman/snack kalau ada tamu dinas.
(81)
q. Pembuat daftar gaji, juru bayar
Bertugas mengkonsep, mengetik, menyampaikan gaji guru dan tata usaha setiap bulannya, mengambil uang gaji dan membayarkan gaji guru dan tata usaha setiap bulan, dll.
r. Penjaga sekolah
Bertanggung jawab atas keamanan sekolah, jaga malam, membersihkan dan memperbaiki ruangan, dll.
s. Kebersihan
Bertugas membersihkan ruangan, bertanggung jawab atas keutuhan barang milik sekolah, dll
t. Administrasi kesiswaan
Bertugas mengerjakan administrasi siswa, buku induk siswa, membantu pengetikan surat keterangan, surat pengganti ijazah yang hilang/ siswa pindah,dll.
u. Persuratan
Membuat agenda surat masuk/ keluar, mengarsipkan surat masuk/ keluar, mengantar surat Dinas, pengetikan surat-surat, all.
v. Petugas perpustakaan
Membantu sirkulasi, membantu referensi, melayani peminjaman buku siswa, guru, karyawan, dll.
(82)
w. Penjaga malam
Bertanggung jawab atas keamanan sekolah, keutuhan barang milik sekolah, melaporkan apabila terjadi kejadian yang mengkhawatirkan kepada pimpinan/ polisi, dll.
x. Pesuruh
Bertanggung jawab atas pembuatan minuman, kebersihan sekolah, dan memperbaiki sarana prasarana yang rusak, dll.
y. Petugas satpam
Mengawasi, menjaga rasa aman sekolah, menjaga keamanan/ merapikan kendaraan guru, karyawan dan siswa, membuat aman damai dan tenteram,dll
(83)
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Berikut ini disajikan data tentang kondisi sosial ekonomi orang tua siswa meliputi tingkat pendidikan orang tua, tingkat pendapatan orang tua, fasilitas yang dimiliki dan minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
1. Deskripsi Tingkat Pendidikan Orang Tua Tabel V.1
Tingkat Pendidikan Orang Tua Tingkat
pendidikan
Frekuensi Frekuensi relatif (%)
SD 28 11,92
SMP 24 10,21
SMA/K 101 42,98
DII/DIII/S1 75 31,92
S2 ke atas 7 2,98
Jumlah 235 100
Berdasarkan tabel tersebut di atas tampak bahwa 28 orang tua siswa (11,92%) menyelesaikan pendidikan di tingkat SD, 24 orang tua siswa (10,21%) menyelesaikan pendidikan di tingkat SMP, 101 orang tua siswa (42,98%) menyelesaikan pendidikan di tingkat SMA/K, 75 orang tua siswa (31,92%) menyelesaikan pendidikan DII/DIII/S1, 7 orang tua siswa (2,98%) menyelesaikan pendidikan S2 ke atas. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar pendidikan orang tua siswa adalah tamatan SMA/SMK yaitu sebesar 42,98% dan terkategorikan sedang.
(84)
2. Deskripsi Tingkat Pendapatan Orang Tua Tabel V.2
Tingkat Pendapatan Orang Tua
Tingkat pendapatan Frekuensi Frekuensi relatif (%)
Kriteria <Rp.400.000,00 47 20 Sangat rendah Rp .400.000,00 – Rp. 999.000,00 62 26,38 Rendah Rp . 1.000.000,00 – Rp. 2.000.000,00 106 45,11 Tinggi
>Rp. 2.000.000,00 20 8,51 Sangat tinggi Jumlah 235 100
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa 47 orang tua siswa (20%) memiliki tingkat pendidikan <Rp.400.000,00,62 orang tua siswa (26,38%) memiliki tingkat pendapatan Rp.400.000,00 – Rp999.000,00, 106 orang tua siswa (45,11%) memiliki tingkat pendapatan Rp.1.000.000,00– Rp.2.000.000,00, 20 orang tua siswa (8,51%) memiliki tingkat pendapatan lebih dari Rp.2.000.000,00. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pendapatan orang tua siswa terkategorikan tinggi.
3. Deskripsi Fasilitas yang dimiliki
Tabel V.3 Fasilitas yang dimiliki Interval skor Frekuensi Frekuensi relatif
(%)
Kriteria
49 – 54 2 0,85 Sangat lengkap
43 – 48 7 2,98 Lengkap
35 – 42 68 28,94 Cukup
30 – 34 82 34,89 Kurang lengkap
<30 76 32,34 Tidak lengkap
Jumlah 235 100
Berdasarkan tabel tersebut di atas tampak bahwa ada 2 responden (0,85%) memiliki fasilitas sangat lengkap, ada 7 responden (2,98%) memiliki
(1)
138 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
139 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(3)
140 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
141 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
142 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
143 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI