Analisis Pengaruh Return on investment (ROI), Earning Per Share (EPS), Current Ratio, dan Debt to Total Asset (DTA) Terhadap Cash Dividend Pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Bursa Efek Indonesia.

(1)

SKRIPSI

Diajukan oleh :

Kussuwantoro

0613010184/FE/EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

Perusahaan Manufaktur yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia

Yang Diajukan KUSSUWANTORO

0613010184/FE/EA

Disetujui untuk Ujian Lisan oleh

Pembimbing Utama

DRS. EC. MUSLIMIN, MSI Tanggal : …….……….……

Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi

DRS. EC. SAIFUL ANWAR. MSI NIP. 30194437


(3)

menimba ilmu hingga jenjang Perguruan Tinggi. Berkat rahmatNya pula memungkinkan penulis untuk menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Return On Investment (ROI), Earning Per Share (EPS), Current

Ratio, Dan Debt to Total Asset (DTA) terhadap Cash Devidend Pada

Perusahaan Manufaktur yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia”

Sebagaimana diketahui bahwa penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE). Walaupun dalam penulisan skripsi ini penulis telah mencurahkan segenap kemampuan yang dimiliki, tetapi penulis yakin tanpa adanya saran dan bantuan maupun dorongan dari beberapa pihak maka skripsi ini tidak akan mungkin dapat tersusun sebagaimana mestinya.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:

1. Kedua orang tua yang telah memberikan doa, kasih sayang, dukungan dan bantuannya secara moril maupun materiil yang telah diberikan selama ini sehingga mampu menghantarkan penulis menyelesaikan studinya

2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak. Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Surabaya.


(4)

5. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, MSi selaku Ketua Progdi Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

6. Bapak Drs. Ec. Muslimin, MSi selaku Dosen Pembimbing yang dengan kesabaran dan kerelaan telah membimbing dan memberi petunjuk yang sangat berguna sehingga terselesaikannya skripsi ini.

7. Para Dosen yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

8. Teman-teman Ambarowo yang selalu menemani hari-hari penulis dari awal masuk UPN sampai selesainya.

9. Teman-teman kos yang selalu mengganggu dan membantu penulis.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam penulisan skripsi ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran bagi perbaikan di masa mendatang. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca.

Surabaya, November 2010


(5)

DAFTAR TABEL………. vi

DAFTAR GAMBAR……… vii

DAFTAR LAMPIRAN………. viii

ABSTRAK……….. ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah……….... 8

1.3 Tujuan Penelitian ..………..………..………. 8

1.4 Manfaat Penelitian ………. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ……… 10

2.2 Landasan Teori ………..………..….. 13

2.2.1. Dividen ….……….……….………… 13

2.2.1.1 Pengertian Dividen ………...…...…… 13

2.2.1.2 Bentuk-bentuk Pembayaran Dividen ……. 14

2.2.1.3 Kebijakan Dividen ………... 17

2.2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kebijakan Dividen ………... 18

2.2.1.5 Teori Kebijaka Dividen ………... 23

2.2.2 Analisis Rasio ……….. 26

2.2.2.1 Pengertian Analisis Rasio ……….. 26

2.2.2.2 Pembagian Analisis Rasio ……….. 28

2.2.2.3 Return On Investment (ROI) ……….. 29

2.2.2.4 Earning Per Share (EPS)………. 31


(6)

Cash Dividend ……… 35

2.5 Pengaruh Current Ratio (CR) Terhadap Cash Dividend ………. 36

2.6 Pengaruh Debt to Total Asset (DTA) Terhadap Cash Dividend ……… 37

2.7 Pengaruh Retur On Invesment (ROI), Earning Per Share (EPS), Current Ratio, dan Debt to Total Asset (DTA) Terhadap Cash Dividend ………. 38

2.8 Kerangka Pikir ………..………..… 38

2.9 Hipotesis ………. 40

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan pengukuran Variabel... 41

3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 44

3.2.1 Populasi ………...… 44

3.2.2 Sampel ………....……. 44

3.3 Teknik Pengumpulan Data …...…………...…… 46

3.3.1 Jenis Data ……… 46

3.3.2 Sumber Data ………... 46

3.3.3 Pengumpulan Data ……….. 46

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis………. 47

3.4.1 Uji Normalitas ……… 47

3.4.2 Uji Asumsi Klasik ……….. 47

3.4.3 Teknik Analisis ……….. 50

3.4.4 Uji Hipotesis ……….. 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian………... 53


(7)

4.4.1. Uji Multikolinearitas.……….……… 75

4.4.2. Uji Heteroskedastisitas ……… 76

4.4.3. Uji Autokorelasi ……….….………. 77

4.5. Analisis dan Pengujian Hipotesis ……… 78

4.5.1 Persamaan Regresi….……….. 79

4.5.2 Koefisien Determinasi (R Square) ……….. 81

4.5.3 Hasil Pengujian Hipotesis ……….……….. 82

4.5.3.1. Uji Kecocokan Model ..………...……….….. 82

4.5.3.2. Uji Parsial …...……….…...……….….. 83

4.6. Pembahasan…………...………..……….. 85

4.6.1. Implikasi ………. 85

4.10.Perbedaan Hasil Penelitian Terdahulu……….. 90

4.11.Keterbatasan Penelitian……… 92

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ……….…….……….…… 93

5.2. Saran……….…….……… 94

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

2.1. Perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu …………. 12

3.1. keputusan autokorelasi ……….. 50

4.2.1. Rekapitulasi Data : “Return On Invesment (ROI) (X1)” Periode 2005 – 2008 ……….………..…………... 63

4.2.2. Rekapitulasi Data : “Earning Per Share (EPS) (X2)” Periode 2005 – 2008 ……….. 65

4.2.3. Rekapitulasi Data : “Current Ratio (X3)” Periode 2005 – 2008 ………. 66

4.2.4. Rekapitulasi Data : “Debt to Total Asset (DTA) (X4)” Periode 2005 – 2008 ……….. 68

4.2.5. Rekapitulasi Data : “Cash Dividend (Y)” Periode 2005 – 2008 ………... 70

4.3.1. Hasil Uji Normalitas ….……….……….... 71

4.3.2. Hasil Uji Outlier Ke-1 ………... 72

4.3.3. Hasil Uji Outlier Ke-2 ……… 73

4.3.4. Hasil Uji Outlier Ke-3 ……… 74

4.3.5. Hasil Uji Normalitas ……….. 75

4.4.1. Hasil Uji Multikolinearitas ……….………... 76

4.4.2. Hasil Uji Heteroskedastisitas ……….……….... 77

4.4.3. Hasil Uji Autokorelasi ………..……….….... 78

4.5.1. Coefficients Regresi ………..………..…….….… 79

4.5.2.Koefisien Determinasi……….…...…. 81

4.5.1.1. Uji Kecocokan Model (Uji F) .………..……….…… 82

4.5.1.2. Hasil Uji Parsial (Uji t) ……….………..………...……. 83

4.7. Perbedaan Hasil Penelitian Sekarang Dengan Penelitian Terdahulu ………...……… 91


(9)

(10)

Lampiran 3. Current Ratio

Lampiran 4. Debt to Total Asset (DTA)

Lampiran 5. Uji Normalitas (sebelum uji outlier) Lampiran 6. Uji Outlier Ke-1

Lampiran 7. Observasi Hasil Uji Outlier Ke-1 Lampiran 8. Uji Normalitas (Setelah Outlier Ke-1) Lampiran 9. Uji Outlier Ke-2

Lampiran 10. Observasi Hasil Uji Outlier Ke-2 Lampiran 11. Uji Normalitas (Setelah Outlier Ke-2) Lampiran 12. Uji Outlier Ke-3

Lampiran 13. Observasi Hasil Uji Outlier Ke-3 Lampiran 14. Uji Normalitas (Setelah Outlier Ke-3) Lampiran 15A. Uji Asumsi Klasik

Lampiran 15B. Uji Asumsi Klasik Lampiran 16. Uji Persamaan Regresi Lampiran 17. Uji Hipotesis


(11)

Kussuwantoro ABSTRAK

Pasar modal merupakan pertemuan pihak yang memerlukan dana (borrower) dengan pihak yang bisa menyediakan dana atau yang mempunyai kelebihan dana (lender). Keputusan investasi jika diambil adalah go public dengan menjual sebagian saham perusahaan berarti perusahaan tersebut harus memiliki reputasi, performance atau prestasi yang baik sehingga saham yang diterbitkan laku terjual dan perusahaan bisa memperoleh dana yang tidak terikat dengan bunga daripada harus meminjam, konsekuensinya yaitu perusahaan harus membagi kepemilikan sahamnya kepada pihak ekstern, dalam hal ini masyarakat. Bagi seorang investor, ada dua kemungkinan yang diharapkan dari dana yang ditanamkannya dalam bentuk saham. Yang pertama adalah capital gain, yaitu selisih keuntungan harga jual yang terjadi akibat perbedaan harga saham pada saat membeli dengan saat menjual dan yang kedua adalah dividen, yaitu hasil pembagian dari laba perusahaan yang sahamnya dimiliki. Jumlah dividen yang diterima pemegang saham (stock holder) sangat bergantung pada keuntungan dan kebijakan dividen perusahaan.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data laporan keuangan perusahaan manufaktur yang Go public di Bursa Efek Indonesia tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 dengan cara mendownload dari situs resmi Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id. Teknik penarikan sampel menggunakan purposive sampling. Teknik analisis menggunakan linear berganda.

Berdasarkan hasil uji F dapat disimpulkan bahwa secara simultan variabel Return on investment (ROI), Earning Per Share (EPS), Current Ratio, dan Debt to Total Asset (DTA) berpengaruh signifikan terhadap Cash Dividend pada perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia.

Sedangkan pada uji t secara parsial variabel Return on investment (ROI), dan Debt to Total Asset (DTA) berpengaruh signifikan terhadap Cash Dividend. Earning Per Share (EPS), dan Current Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap Cash Dividend pada perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia.

Keywords : Return on investment (ROI), Earning Per Share (EPS), Current Ratio,


(12)

Ditengah perkembangan ekonomi dan persaingan di dunia usaha, peranan pasar modal makin lama makin penting. Pasar modal merupakan pertemuan pihak yang memerlukan dana (borrower) dengan pihak yang bisa menyediakan dana atau yang mempunyai kelebihan dana (lender). Kehadiran pasar modal memperbanyak pilihan sumber dana bagi perusahaan. Manfaat lebih lanjut dari adanya pasar modal adalah meningkatkan kemampuan perusahan untuk menentukan struktur pasar modal yang optimal. Sementara itu, bagi para investor, pasar modal merupakan wahana yang dapat dimanfaatkan untuk menginvestasikan dananya sebagai sumber pendapatan. (Husnan, 1998: 4)

Suatu perusahaan pada fungsi keuangan menduduki posisi yang paling penting yang akan berpengaruh terhadap perkembangan perusahaan. Pada saat pertama kali perusahaan didirikan, sudah terlihat fungsi keuangan berperan, yaitu mencari dana, mendapatkan dan mengalokasikan dana agar dana tersebut efisien dalam penggunaannya.

Perusahaan memerlukan dana untuk membiayai kegiatan investasi dan kelangsungan hidupnya. Dana itu diperoleh melalui sumber-sumber pembiayaan baik yang berasal dari dalam (internal), maupun yang berasal dari luar perusahaan (eksternal). Sumber pembiayaan internal dapat berupa pemanfaatan laba ditahan (retained earnings) yang tidak dibagikan sebagai dividen dan sumber lainnya


(13)

yang sifatnya relatif terbatas, sumber pembiayaan eksternal perusahaan bisa berupa pinjaman (debt) kepada pihak lain atau menjual sahamnya kepada masyarakat (go public) di pasar modal.

Keputusan investasi jika diambil adalah go public dengan menjual sebagian saham perusahaan berarti perusahaan tersebut harus memiliki reputasi, performance atau prestasi yang baik sehingga saham yang diterbitkan laku terjual dan perusahaan bisa memperoleh dana yang tidak terikat dengan bunga daripada harus meminjam, konsekuensinya yaitu perusahaan harus membagi kepemilikan sahamnya kepada pihak ekstern, dalam hal ini masyarakat. Bagi seorang investor, ada dua kemungkinan yang diharapkan dari dana yang ditanamkannya dalam bentuk saham. Yang pertama adalah capital gain, yaitu selisih keuntungan harga jual yang terjadi akibat perbedaan harga saham pada saat membeli dengan saat menjual dan yang kedua adalah dividen, yaitu hasil pembagian dari laba perusahaan yang sahamnya dimiliki. Jumlah dividen yang diterima pemegang saham (stock holder) sangat bergantung pada keuntungan dan kebijakan dividen perusahaan, sehingga sebagian calon investor (calon pemegang saham perusahaan) diduga akan sangat memperhatikan kebijakan dividen perusahaan, yang kemudian akan mempengaruhi harga saham perusahaan dan akan mempengaruhi juga nilai perusahaan tersebut di pasar (stock exchange market). (sumber : www.repository.usu.ac.id tanggal 14-08-2010)

Pada umumnya para investor mengharapkan dua bentuk pengembalian dari pembelian saham yaitu yang pertama dalam bentuk Capital Gain yang merupakan


(14)

keuntungan yang diperoleh dari selisih harga saham pada saat dibeli dengan harga pasar saham pada saat dia menjual, dan yang kedua dalam bentuk dividen. Sesuai dengan pendapat sutrisno (2003 : 351) investor dalam menanamkan dananya untuk mendapatkan dividen dan capital gain.

Para investor sekarang ini lebih banyak menginginkan pendapatan deviden dalam bentuk tunai (cash deviden), karena dapat mengurangi resiko Dalam berinvestasi. Namun di satu sisi pembagian cash deviden mengidentivikasikan bahwa perusahaan sedang mengekspresikan kepercayaan diri terhadap pemegang saham. Dan disisi lain perusahaan tidak membagikan cash deviden karena perusahaan mengalami kepentingan kas atau perusahaan memperbesar laba ditahan untuk melakukan re-investasi atau perusahaan mengalami kerugian.

Penggunaan laba ditahan jelas mempengaruhi kebijakan pembagian deviden perusahaan. Pihak manajemen harus memutuskan berapa bagian pendapatan yang akan di investasikan kembali dan berapa bagian pendapatan perusahaan yang harus dibagikkan kepada para pemegang saham dalam bentuk cash devidend. Sesuai dengan pendapat Sutrisno (2003 : 303) apabila perusahaan memutuskan untuk membagi laba yang diperoleh sebagai dividen berarti akan mengurangi jumlah laba yang ditahan yang akhirnya juga mengurangi sumber dana intern yang akan digunakan untuk mengembangkan perusahaan, begitu pula sebaliknya.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penentuan dividen menurut Parthington (1989) dalam Sunarto dan Kartika (2003: 68) yaitu profitabilitas, stabilitas dividend dan earning, likuiditas dan cash flows, investasi dan


(15)

pembiayaan. Selanjutnya menurut Sunarto dan Kartika (2003), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi Cash Dividend, yaitu Return On Investment (ROI), Cash Ratio, Current Ratio, dan Debt to Total Asset (DTA), dan Sri Sudarsih (2002) berpendapat bahwa Cash Potition (CP), Profitability (PR), Growth Potensial (GP), Debt to Equity Ratio (DER) dan Firm Size (SIZE) merupakan faktor dalam penetuan dividen, sedangkan dalam penelitian ini yang digunakan sebagai alat ukur dalam penentuan Cash Dividend adalah Return On Investment (ROI), Earning Per Share (EPS), Current Ratio (CR), dan Debt to Total Asset (DTA).

Dipilihnya perusahaan manufaktur sebagai sampel dalam penelitian ini dikarenakan industri manufaktur merupakan sektor ekonomi yang paling banyak menyerap dana dari masyarakat, memegang peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi, dan dianggap sebagai sektor pemimpin (leading sector) bagi sektor lainnya. (sumber, WWW.jurnalskripsitesis.wordpress.com tanggal 14-08-2010). Selain itu perusahaan manufaktur juga dikenal sebagai perusahaan ytang paling rutin membagikan dividen kepada para pemegang saham meskipun mengalami perubahan berfluktuasi setiap tahunnya.

Dilansir dari Reuters, Rabu (2/6/2010) WASHINGTON - Manufaktur Amerika Serikat (AS) dinilai telah memberikan kontribusi besar terhadap pemulihan ekonomi AS dari resesi terburuk dan terlama sejak 1930-an. (www.okezone.com) .


(16)

Berikut ini merupakan data tingkat cash dividend perusahaan manufaktur yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini.

Tabel.1 Data Tingkat Pertumbuhan Cash Dividend

No Nama Perusahaan Tahun EAT Cash Dividend

2005 36,066,628,399 78.00 2006 55,565,251,184 25.00 2007 72,074,000,366 40.00 1 PT. Astra Graphia Tbk.

2008 62,486,606,234 40.00 2005 41,291,475,000 18.00 2006 68,928,803,000 20.00 2007 102,537,329,000 30.00 2 PT. Fast Food Indonesia

2008 125,267,988,000 45.00 2005 52,425,000,000 17.00 2006 29,677,000,000 17.00 2007 71,670,000,000 8.00 3 PT. Lautan Luas Tbk.

2008 145,846,000,000 28.00 2005 19,022,953,658 100.00 2006 20,642,386,061 100.00 2007 25,298,384,327 100.00 4 PT. Lion Metal Works Tbk

2008 37,840,393,046 125.00 2005 4,107,336,724 40.00 2006 2,667,461,566 40.00 2007 5,942,206,112 30.00 5 PT. Lionmesh Prima Tbk.

2008 923,718,078 50.00 2005 45,730,497,043 2.50 2006 93,575,798,388 25.00 2007 141,589,137,703 35.00 6 PT. Mayora Indah Tbk.

2008 196,230,049,693 40.00 2005 87,014,000,000 5,156.00 2006 73,581,000,000 4,889.99 2007 84,385,000,000 4,040.01 7 PT. Multi bintang Indonesia Tbk.

2008 222,307,000,000 15,000.00 2005 16,429,273,408 5.00 2006 25,942,389,458 3.00 2007 17,747,291,109 5.00 8 PT. Trias Sentosa Tbk

2008 58,025,393,373 5.00 2005 142,732,000,000 26.50 2006 22,211,000,000 34.00 2007 189,816,000,000 5.30 9 PT. Tunas Ridean Tbk.

2008 245,079,000,000 55.00 2005 1,050,729,000,000 110.01 2006 1,493,037,000,000 130.00 2007 930,377,000,000 60.00 10 PT. United Tractors Tbk.

2008 2,660,742,000,000 320.00


(17)

Berdasarkan tabel.1. Dapat diketahui bahwa tingkat pertumbuhan laba yang selalu diimbangi dengan tingkat pertumbuhan Cash Dividend, yang artinya apabila laba meningkat maka jumlah Cash Dividend yang dibagikan juga meningkat,tetapi ada beberapa perusahaan yang tingkat pertumbuhan labanya meningkat, akan tetapi Cash Dividend yang dibagikan menurun, misalnya untuk PT. Tunas Ridean Tbk. pada tahun 2007 besarnya nilai laba yaitu sebesar Rp.189.816.000.000atau naik sebesar Rp.167.605.000.000 dari tahun 2006, akan tetapi jumlah cash dividend yang dibagikan pada tahun 2007 sebesar Rp.5,3 per lembar saham atau turun Rp. 28,7 per lembar saham.

Rasio profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Dengan demikian bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis profitabilitas ini misalnya bagi pemegang saham akan melihat keuntungan yang benar-benar akan diterima dalam bentuk dividen. (Sartono, 2001: 122).dalam penelitian ini peneliti menggunakan variabel Return On Invesment (ROI), dan Earning Per Share (EPS) untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan.

Menurut Sartono (2001:293) Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak kebijakan dividen. Karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan dan


(18)

profitable akan memerlukan dana yang cukup besar guna membiayai investasinya, oleh karena itu mungkin akan kurang likuid karena dana yang diperoleh lebih banyak diinvestasikan pada aktiva tetap dan aktiva lancar yang permanen. Dalam hal ini peneliti menggunakan Current Ratio (CR) sebagai variabel untuk mengukur rasio likuiditas perusahaan.

Analisis rasio solvabilitas, perusahaan akan mengetahui beberapa hal berkaitan dengan penggunaan modal sendiri dan modal pinjaman serta mengetahui rasio kemampuan perusahaan untuk mengetahui kewajibannya. (Kasmir, 2008: 155). Dalam penilitian ini peneliti menggunakan variabel Debt to Total Asset (DTA) untuk mengukur rasio solvabilitas perusahaan.

Jika investor lebih melihat dari kinerja keuangan perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan. Investor dapat menganalisis dari segi (1) profitabilitasnya, diukur dengan laba bersih setelah pajak atau dengan return on investment (ROI), bila ROI semakin besar pendapatan deviden (terutama cash devidend) juga meningkat, (2) likuiditas (diukur dari current ratio). Bila current ratio semakin besar maka menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya (membayar cash deviden yang terhutang), (3) earning yang dapat dilihat dari Earning Per Share (EPS), bila EPS meningkat maka akan semakin meningkat pendapatan cash deviden per lembar saham, kemudian (4) pembiayaan (terutama dana yang diperoleh dari utang jangka panjang plus utang jangka pendek) yang diukur dengan ratio leverage atau dengan Debt to Total Asset (DTA), jika semakin tinggi DTA maka semakin


(19)

semakin besar pula biaya utang yang harus dibayar oleh perusahaan, sehingga cash devidend yang dibagikan akan menurun.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Return On Investment (ROI),

Earning Per Share (EPS), Current Ratio, Dan Debt to Total Asset (DTA)

terhadap Cash Devidend Pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah apakah Return On Investment (ROI), Earning Per Share (EPS), Current Ratio, dan Debt to Total Asset (DTA) berpengaruh terhadap Cash Devidend pada perusahaan manufaktur yang go public di BEI?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menguji secara empiris apakah Return On Investment(ROI), Earning Per Share (EPS), Current Ratio, dan Debt to Total Asset (DTA) berpengaruh terhadap Cash Devidend pada perusahaan manufaktur yang go public di BEI


(20)

1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti

Hasil penelitian dapat digunakan untuk memperdalam ilmu pengetahuan mengenai praktek pasar modal khususnya mengenai Pengaruh Return On Investment (ROI), Earning Per Share (EPS), Current Ratio, Dan Debt to Total Asset (DTA)terhadap Casah Deviden Perusahaan.

2. Bagi akademisi

Hasil penelitian dapat digunakan untuk memperkaya kajian ilmiah dalam praktek pasar modal. Dan juga dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.

3. Bagi praktisi

Dapat dijadikan pertimbangan dalam penentuan kebijakan deviden, dan dengan faktor-faktor tersebut diharapkan dapat membantu manajer keuangan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan besarnya dividen yang dibayarkan terutama cash dividen, dan juga Dapat digunakan sebagai pemasukan dalam penentuan pilihan investasi bagi para investor.


(21)

2.1. Penelitian Terdahulu a.Sudarsih (2002)

1) Judul :

Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Dividen Payout Ratio Pada Industri Perbankan Yang Listed Di Bursa Efek Jakarta

2) Rumusan Masalah :

1. Bagaimana pengaruh Cash position, Profitability, Growth Potensial, Debt to Equity Ratio, SIZE secara simultan terhadap Dividen Payout Ratio?

2. Bagaimana pengaruh Cash position, Profitability, Growth Potensial, Debt to Equity Ratio, SIZE secara parsial terhadap Dividen Payout Ratio?

3) Kesimpulan :

1. variabel Debt to Equity Ratio dan SIZE tidak dimasukkan dalam analisis, karena kedua variabel tersebut tidak memenuhi asumsi klasik multikolinieritas dan harus dikeluarkan dari model analisis. 2. Variabel Cash position, Profitability, Growth Potensial tidak


(22)

3. Variabel Cash position, Profitability, Growth Potensial berpengaruh secara parsial terhadap Dividen Payout Ratio.

b. Kartika (2003) 1) Judul :

Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Dividen Kas Di Bursa Efek Jakarta.

2) Rumusan masalah :

1. Bagaimana pengaruh ROI, Cash Ratio, Current Ratio, DTA, dan EPS secara parsial terhadap pendapatan dividen (cash dividend) di Bursa Efek Jakarta?

2. Bagaimana pengaruh ROI, Cash Ratio, Current Ratio, DTA, dan EPS secara simultan terhadap pendapatan dividen (cash dividend) di Bursa Efek Jakarta?

3) Kesimpulan :

1.Variabel EPS signifikan berpengaruh positif terhadap cash dividend, terbukti dapat diterima.

2.Sedangkan variabel ROI, Cash Ratio, Current Ratio, DTA tidak dapat diterima.

c. Yulianita (2010) 1) Judul:


(23)

Pengaruh Cash Position, Debt to Total Asset, dan Return On Asset Terhadap Cash Dividend Pada Perusahaan LQ-45 yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia

2) Perumusan masalah:

Apakah Cash Position, Debt to Total Asset, dan Return On Asset berpengaruh terhadap Cash Dividend pada perusahaan LQ-45 yang go public di Bursa Efek Indonesia.

3) Kesimpulan:

a. Tidak ada pengaruh Cash Position terhadap Cash Dividend b. Tidak ada pengaruh Debt to Total Asset terhadap Cash Dividend c. Ada pengaruh Return On Assset terhadap Cash Dividend

Tabel.2.1. : Perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu

Nama Peneliti Variabel

Sudarsih (2002) • Cash position

• Profitability

• Growth Potensial

• Dividen Payout Ratio

Kartika (2003) • ROI

Cash Ratio

Current Ratio

• DTA • EPS • cash dividend

Yulianita (2010) Cash Position

Debt to Total Asset

Return On Asset

cash dividend

Kussuwantoro (2010) • ROI

Current Ratio

• DTA

• EPS • cash dividend


(24)

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Dividen

2.2.1.1. Pengertian Dividen

Menurut Sawidji Widoatmojo dalam Sunarto dan Kartika 2003 mengatakan bahwa dividen adalah bagian laba yang diberikan emiten kepada para pemegang saham, baik dalam bentuk dividen tunai ( cash dividend ) dan dividen saham ( stock dividend ).

Menurut Darmadji & Fakhrudin (2001:9) Dividen yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebutberada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen.

Menuru Jogiyanto HM (2001: 91-95) menyatakan bahwa pembayaran dividen dapat dikelompokkan kedalam tiga kemungkinan yaitu :

1. Pembayaran Dividen Tidak Teratur

Merupakan dividen dimana tiap-tiap periode tidak mempunyai pola yang jelas bahkan untuk periode-periode tertentu tidakmembayar dividen sama sekali, karena menderita rugi atau kesulitan likuiditas. 2. Dividen Konstan Tidak Tumbuh


(25)

Merupakan pembayaran dividen dari periode ke periode relatif konstan. Perusahaan umumnya tidak melakukan pemotongan atau pengurangan dividen, sekalipun perusahaan mengalami sedikit kesulitan likuiditas. Hal ini dilakukan oleh perusahan untuk menjaga kesan para pemegang saham atas stabilitas likuiditas perusahaan.

3. Pertumbuhan Dividen Yang Konstan

Merupakan dividen yang tumbuh secara konstanta yang umumnya ditunjukkan dengan pertumbuhan sebesar “g”.

2.2.1.2. Bentuk-bentuk Pembayaran Dividen

Menurut Baridwan (1997:434), dividen yang dibagi oleh perusahaan bisa mempunyai beberapa bentuk sebagai berikut :

1. Dividen tunai ( Cash dividends)

Dividen yang paling umum dibagikan oleh PT adalh dalam bentuk kas. Yang perlu diperhatikan oleh pimpinan perusahaan sebelum membuat epngumuman adanya dividen kas ialah apakah jumlah uang kas yang ada mencukupi untuk pembagian divide tersebut.

Dividen tunai ( cash dividend ) merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan dalam bentuk uang tunai.(Sopian, Fakhrudin 2001: 7)

Menurut Sawidji Widoatmodjo dalam Sunarto dan Kartika (2003: 72) dividen tunai (cash dividend) merupakan dividen yang dibayar oleh


(26)

emiten kepada para pemegang saham secara tunai untuk setiap lembarnya (dividend per share).

Pemegang saham biasanya diberikan hak atas laba perusahaan yang akan dibayarkan periodik. Manajemen perusahaan mempersiapkan laporan keuangan dan mengumumkannya untuk mempertanggung jawabkan kepada para pemegang saham atau dewa komisaris, terhadap mandat yang diberikan untuk masa jabatan manajerial tersebut. Selain itu manajemen harus mempertimbangkan hal-hal yang dianggap penting dalam perusahaan misalnya, pelunasan kredit, ekspansi modal dan kewajiban lainnya. Lebih lanjut, dewan komisaris mengumumkan jumlah prosentase laba yang akan dibagikan sebagai dividen kepada pemegang saham. Pembayaran tersebut biasanya berbentuk dividen tunai / cash dividend. (Sunariyah, 2003: 114)

Dewan direksi melakukan pemungutan suara untuk mengumumkan dividen tunai (cash dividend), dan jika hasilnya disetujui, maka dividen segera diumumkan. Sebelum dividen dibayarka, daftar pemegang saham terakhir harus disiapkan. Karena itu, biasanya terdapat tenggang waktu antar saat pengumuman dan pembayaran. (Kieso et,al 2001: 359)

2. Dividen aktiva selain kas ( Property Dividends )

Kadang-kadang dividen dibagikan dalam bentuk aktiva selain kas, dividen dalam bentuk ini disebut property dividends. Aktiva yag


(27)

dibagikan bisa berbentuk surat-surat berharga perusahaan lain yang dimiliki oleh PT, barang dagangan atau aktiva-aktiva lain. Pemegang saham akan membuat dividen yang diterimanya sebesar harga pasar aktiva tersebut. Akan tetapi, PT yang membagi property dividends akan mencatat dividen ini sebesar nilai buku aktiva yang dibagikan.

3. Dividen utang ( scrip dividends )

Dividen utang (scrip dividends) timbul apabila laba tidak dibagi itu saldonya mencukupi untuk pembagian dividen, tetapi saldo kas yang ada tidak cukup. Sehingga pimpinan PT akan mengeluarkan scrip dividends yaitu janji tertulis untuk membayar jumlah tertentu diwaktu tertentu yang akan datang.

Menurut Kieso et,al (2001: 362) dividen utang (scrip dividends) adalah perusahaan tidak membayar dividensekarang tetapi memilih membayarnya pada suatu saat dimasa depan. Skrip yang diterbitkan kepada pemegang saham sebagai dividen hanya merupakan bentuk khusus dari wesel bayar.

4. Dividen likuidasi

Dividen likuidasi adalah dividen yang sebagian merupakan pengembalian modal. Dividen likuidasi ini dicatat dengan mendebit rekening pengembalian modal yang dalam neraca dilaporkan sebagai pengurangan modal saham.


(28)

5. Dividen saham

Dividen saham adalah pembagian tambahan saham, tanpa dipungut pembayaran kepada para pemegang saham, dibanding dengan saham-saham yang dimilikinya.

2.2.1.3. Kebijakan Dividen

Kebijakan dividen merupakan keputusan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa datang. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi total sumber sumber dana intern atau internal financing. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar. (Sartono, 2001:281)

Penentuan jumlah dividen yang tepat untuk dibayarkan merupakan keputusan manajemen keuangan yang sulit. Perusahaan yang membayar dividen secara ekstrim enggan untuk mengurangi atau mengeliminasi dividennya, karena mereka percaya bahwa tindakan ini akan dipandang negatif oleh pasar sekuritas. Sebagai konsekuensinya, perusahaan yang telah membayar dividen tunai akan melakukan setiap upaya untuk melanjutkan pembayaran tersebut dimasa depan. (Kieso, et, al 2001:355)


(29)

Menurut Drs. Lukas. SA (2003: 285), dalam kebijikan dividen manajemen mempunyai dua alternatif perlakuan terhadap penghasilan bersih sesudah pajak (EAT) perusahaan:

a. Dibagi kepada para pemegang saham perusahaan dalam bentuk dividen.

b. Diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai laba ditahan (retained earning).

2.2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen

Menurut Sartono (2001: 293) faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan antara lain:

1. Kebutuhan dana perusahaan

Kebutuhan dana bagi perusahaan dalam kenyataannya merupakan faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan dividen yang diambil. Aliran kas perusahaan yang diharapkan, pengeluaran modal dimasa datang yang diharapkan, kebutuhan tambahan piutang dan persediaan, pola (skedul) pengurangan utang dan masih banyak faktor lain yang mempengaruhi posisi kas perusahaan harus dipertimbangkan dalam analisis kebijakan dividen.

Kebijakan dividen yang diambil telah memperhatikan kebutuhan dana termasuk investasi yang profitable. Dengan anggapan


(30)

semacam ini, kebijakan dividen yang ditempuh hanya mempertimbangkan kelebihan dana dimasa datang.

2. Likuiditas

Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak kebijakan dividen. Karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan dan profitable akan memerlukan dana yang cukup besar guna membiayai investasinya, oleh karena itu mungkin akan kurang likuid karena dana yang diperoleh lebih banyak diinvestasikan pada aktiva tetap dan aktiva lancar yang permanen.

Likuiditas perusahaan sangat besar pengaruhnya terhadap investasi perusahaan dan kebijakan pemenuhan kebutuhan dana. Keputusan investasi akan menentukan tingkat ekspansi dan kebutuhan dana perusahaan, sementara itu keputusan pembelanjaan (keputusan pemenuhan kebutuhan dana) akan menentukan pemilihan sumber dana untuk membiayai investasi tersebut.

3. Kemampuan meminjam

Posisi likuiditas perusahaan dapat diatasi dengan kemampuan perusahaan untuk meminjam dalam jangka pendek. Kemampuan meminjam dalam jangka pendek tersebut akan meningkatkan


(31)

fleksibilitas likuiditas perusahaan. Selain itu fleksibilitas perusahaan juga dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk bergerak dipasar modal dengan mengeluarkan obligasi. Perusahaan yang semakin besar dan sudah establish akan memiliki akses yang lebih baik dipasar modal. Kemampuan meminjam yang lebih besar, fleksibilitas yang lebih besar akan memperbesar kemampuan membayar dividen.

4. Keadaan pemegang saham

Jika perusahaan itu kepemilikan sahamnya relatif tertutup, manajemen biasanya mengetahui dividen yang diharapkan oleh pemegang saham dan dapat bertindak secara tepat. Jika hampir semua pemegang saham berada dalam golongan high tax dan lebih suka memperoleh capital gains, maka perusahaan dapat mempertahankan dividen payout yang rendah. Dengan dividen payout yang rendah tentunya dapat diperkirakan apakah perusahaan akan menahan laba untuk kesempatan investasi yang profitable. Untuk perusahaan yang jumlah pemegang sahamnya besar hanya dapat menilai dividen yang diharapkan pemegang saham dalam konteks pasar.

5. Stabilitas dividen

Bagi para investor faktor stabilitas dividen akan lebih menarik dari pada dividen payout ratio yang tinggi. Stabilitas disini dalam arti tetap memperhatikan tingkat pertumbuhan perusahaan, yang ditunjukkan oleh koefisien arah yang positif.


(32)

Sedangkan menurut Sutrisno (2003: 304) faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham antara lain adalah :

a. Posisi solvabilitas perusahaan

Apabila perusahaan dalam kondisi insolvensi atau solvabilitasnya kurang menguntungkan, biasanya perusahaan tidak membagikan laba. Hal ini laba yang diperoleh lebih banyak digunakan untuk memperbaiki posisi struktur modalnya.

b. Posisi likuiditas perusahaan

Cash dividend merupakan arus kas keluar bagi perusahan, oleh karena itu bila perusahan membayarkan dividen berarti harus bisa menyediakan uang kas yang cukup banyak dan ini akan menurunkan tingkat likuiditas perusahaan. Bagi perusahaan yang kondisi likuiditasnya kurang baik, biasanya dividend payout rationya kecil, sebab sebagian laba besar digunakan untuk menambah likuiditas. Namun perusahaan yang sudah mapan dengan likuiditas yang baik cenderung memberikan dividen lebih besar.

c. Kebutuhan untuk melunasi hutang

Salah satu sumber dana perusahaan adalah dari kreditur berupa hutang baik jangka pendek maupun jangka panjang. Hutang-hutang ini harus dibayar pasa waktu jatuh tempo, dan untuk membayar


(33)

hutang-hutang tersebut harus diseiakan dana. Semakin banyak hutang-hutang yang harus dibayar semakin besar dana yang harus disediakan sehingga akan mengurangi jumlah dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham. Disamping itu dengan jatuh temponya hutang, berarti dana hutang tersebut harus diganti. Alternatif mengganti dana hutang bisa dengan mencari hutang baru atau merrol-over hutang, dan juga bisa dengan sumber dana intern dengan cara memperbesar laba ditahan. Hal ini tentunya akan memperkecil dividend payout ratio.

d. Rencana peluasan

Perusahaan yang berkembang ditandai dengan semakin pesatnya pertumbuhan perusahaan, dan hal ini bisa dilihat dari perluasan yang dilakukan oleh perusahaan. Semakin pesat pertumbuhan perusahaan, juga semakin pesat perluasan yang dilakukan. Konsekuensinya semakin besar kebutuhan dana untuk membiayai perluasan tersebut, kebutuhan dana dalam rangka ekspansi tersebut bisa dipenuhi baik dari hutang, menambah modal sendiri yang berasal dari pemilik, dan salah satunya juga bisa diperoleh dari internal resources berupa memperbesar laba ditahan. Dengan demikian semakin pesat perluasan yang dilakukan perusahaan semakin kecil dividend payout rationya.

e. Kesempatan investasi

Kesempatan investasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi besarnya dividen yang akan dibagi. Semakin terbuka kesempatan


(34)

investasi semakin kecil dividen yang dibayarkan sebab dananya digunakan untuk memperoleh kesempatan investasi. Namun bila kesempatan investasi kurang baik, maka dananya lebih banyak akan digunakan untuk membayar dividen.

f. Stabilitas pendapatan

Bagi perusahaan yang pendapatannya stabil, dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham lebih besar dibanding dengan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil. Perusahaan yang pendapatannya stabil tidak perlu menyediakan kas yang banyak untuk berjaga-jaga, sedangkan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil harus menyediakan uang kas yang cukup besar untuk berjaga-jaga. g. Pengawasan terhadap perusahan

Kadang-kadang pemilik tidak mau kehilanga kendali terhadap perusahaan. Apabila perusahaaan mencari sumber dana dari modal sendiri, kemungkinan akan masuk investor baru dan ini tentunya akan mengurangi kekuasaan pemilik lama dalam mengendalikan perusahaan. Jika dibelanjai dari hutang resikonya cukup besar. Oleh karena itu peusahaan cenderung tidak membagi dividennya agar pengendalian tetap berada ditangannya.

2.2.1.5. Teori Kebijakan Dividen

Menurut Sartono (2001: 282-287) teori kebijakan dividen adalah sebagai berikut :


(35)

a. Dividen adalah tidak relevan

Menurut Modiglani-Miller bahwa pengaruh pembayaran dividen terhadap kemakmuran pemegang saham akan diimbangi dengan jumlah yang sama dengan cara pembelanjaan atau pemenuhan dana yang lain.dalam kondisi keputusan yang given, maka apabila perusahaan membagikan dividen kepada pemegang saham, perusahaan harus mengeluarkan saham baru sebagai pengganti sejumlah pembayaran dividen tersebut.

b. Bird-in-the Hand Theory

Salah satu asumsi dalam pendekatan Modigliani-Miller ini adalah bahwa kebijakan dividen tidak mempengaruhi tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor. Sementara itu Myron Gordon dan John Lintner berpendapat bahwa investor akan meningkat sebagai akibat penurunan pembayaran dividen. Investor lebih merasa aman untuk memperoleh pendapatan berupa pembayaran dividen daripada menunggu capital again.

Sementara itu Modiglani-Miller berpendapat bahwa investor merasa sama saja apakah menerima dividen saat ini atau menerima capital again dimasa datang. Sehingga keuntungan yang diisyaratkan investor tidak dipengaruhi oleh kebijakan dividen.

Gordon-litner beranggapan bahwa investor memandang satu burung ditangan lebih berharga daripada seribu burung di udara.


(36)

c. Tax Differential Theory

Jika capital gain dikenakan pajak dengan tarif lebih rendah daripada pajak atas dividen, maka saham yang memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi menjadi lebih menarIk. Tetapi sebaliknya jika capital gain dikenai pajak yang sama dengan pendapatan atas dividen, maka keuntungan capital gain berkurang. Namun demikian pajak atas capital gain masih lebih baik dibandingkan dengan pajak atas dividen, karena pajak atas capital gain baru dibayar setelah saham dijual sementara pajak atas dividen harus dibayar setiap tahun setelah pembayaran dividen. Selain itu periode investasi juga mempengaruhi pendapatan investor. Jika investor hanya membeli saham untuk jangka waktu satu tahun, maka tidak ada bedanya antara pajak atas capital gain dan pajak atas dividen.

Selain ketiga teori diatas menurut Brigham dan Gapenski (1996:437) teori tentang kebijakan dividen adalah:

a. Information Content Or Signaling

Teori merupakan konsekuensi dari information asymetri, yaitu perbedaan aksesibilitas informasi antara manajer dan investor mengenai keadaan perusahaan. Investor menggunakan kebijakan dividen sebagai signal tentang kondisi keuangan perusahaan dimasa datang. Jika dividen meningkat merupakan signal bahwa


(37)

manajemen memperkirakan terjadi peningkatan laba perusahaan dimasa datang, demikian pula sebaliknya.

b. Residual Theory

Teori ini menyatakan bahwa perusahaan membayar dividen jika laba perusahaan tidak seluruhnya digunakan untuk investasi, sehingga masih terdapat “sisa laba” (Residual Earning) setelah membiayai investasi baru. Teori ini mempunyai asumsi bahwa perusahaan terkena biaya transaksi bila mengeluarkan saham baru, jka ada investasi yang menguntungkan akan menggunakan dana internal (laba ditahan) dibandingkan dana eksternal (pengeluaran saham baru). Dalam residual theory, kebijakan dividen dipengaruhi oleh kesempatan investasi yang menguntungkan, proporsi struktur modal, dan ketersediaan dana internal.

2.2.2. Analisis Ratio

2.2.2.1.Pengertian Analisis Ratio

Analisis rasio keuangan perusahaan pada dasarnya merupakan perhitungan rasio-rasio yang pada dasarnya tidak hanya berguna bagi kepentingan intern perusahaan melainkan juga bagi pihak luar. Penganalisa harus mampu untuk menyesuaikan faktor-faktor yang ada pada periode atau waktu ini dengan faktor-faktor yang ada pada periode atau waktu ini dengan faktor-faktor dimasa yang akan datang yang mungkin akan mempengaruhi


(38)

posisi keuangan atau hasil operasi perusahaan yang bersangkutan (Munawir, 2000 : 64).

Menurut Thian Hin (2001:61) analisis rasio adalah salah satu alat untuk membantu kita dalam menganalisis laporan keuangan perusahaan. Analisis rasio menyediakan indicator bagi, antara lain tingkat profitabilitas, likuiditas, pendafatan, pemanfaatan asset, dan kewajiban suatu perusahaan.

Selanjutnya Sutrisno (2003:243) menyatakan bahwa analisis rasio keuangan merupakan alat untuk mengukur kinerja finansial perusahaan. Melali analisis rasio ini bisa diperoleh informasi dan gambaran perkembangan finansial perusahaan, dengan mengadakan interpretasi dari laporan keuangan, yaitu dengan menghubungkan pos-pos yang ada pada laporan keuangan.

Analisis rasio keuangan dapat digunakan untuk mengetahui serta kelemahan yang dimiliki oleh seorang business entreprise. Rasio ini dapat memberikan indikasi apakah perusahaan memiliki kas yang cukup untuk memenuhi kewajiban finansialnya, besarnya piutang yang cukup rasional, efisiensi manajemen persediaan, perencanaan pengeluaran investasi yang baik, dan struktur modal yang sehat. (Sartono, 2001:113)

Menurut Thian Hin (2001:61) analisis rasio memiliki sejumlah keterbatasan, antara lain :

1) Terdapat kemungkinan rasio diantara perusahaan yang sama bidang usahanya tidak menunjukkan hasil yang dapat dibandingkan karena perbedaan metode pembukuan yang digunakan.


(39)

2) Sulit atau hampir tidak mungkin untuk membandingkan rasio antara perusahaan yang berbeda bidang usahanya.

3) Analisis rasio akan menghasilkan hasil yang keliru jika informasi di laporan keuangan perusahaan lebih baik disbanding kondisi sebenarnya.

2.2.2.2.Pembagian Analisis Rasio

Menurut Sartono (2001:114) rasio keuangan dibagi menjadi 4, yaitu : 1) Rasio likuiditas

Adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang berjangka pendek tpat pada waktunya.

2) Rasio aktivitas

Adalah rasio yang menunjukkan sejauh mana efisiensi perusahaan dalam menggunakan asset untuk memperoleh penjualan.

3) Financial leverage ratio

Adalah rasio yang menunjukkan kapasitas perusahaan untuk memenuhi kewajiban baik itu jangka pendek maupun jangka panjang. 4) Rasio profitabilitas

Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba baik dalam hubungannya dengan penjualan, assets maupun laba bagi modal sendiri.


(40)

2.2.2.3.Return On Investment (ROI)

Menurut Syamsudin.L (1998: 70), yang dimaksud ROI merupakan salah satu bentuk dari ratio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan.

Return On Investment (ROI) merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan. Laba yang digunakan untuk mengukur rasio ini adalah laba bersih setelah pajak atau EAT. (Sutrisno, 2003:255)

Besarnya ROI dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut : Laba Setelah Pajak

ROI =

Total Aktiva

(sartono, 2001:123) Kegunaan dari analisis ROI dapat dikemukakan sebagai berikut (Munawir, 2002: 91):

1. Salah satu kegunaanya yang prinsipal ialah sifat ROI yang menyeluruh. Teknik analisis ROI dapat menguur efisiensi penggunaan modal yang bekerja, efisiensi produksi dan efisiensi bagian penjualan. 2. Apabila perusahaan dapat mempunyai dataindustri sehingga dapat


(41)

dibandingkan efisiensi penggunan modal pada perusahaannya dengan perusahaan yang sejenis, sehingga dapat diketahui perusahaannya berada dibawah, sama, atau di atas rata-ratanya.

3. Analisis ROI dapatdigunakan untuk mengukur efisiensi tindakan-tindakan yang dilakukan oleh divisi/bagian, yaitu dengan mengalokasikan semua biaya dan modal kedalam bagian yang bersangkutan.

4. Analisis ROI jugga dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas masing-masing produk yang dihasilkan perusahaan.

5. ROI selain berguna untuk keperluan control, juga berguna untuk keperluan perencanaan.

Kelemahan dari analisis ROI dapat dikemukakan sebagai berikut (Munawir 2002: 92) :

1. Salah satu kelemahan yang principal ialah kesukarannya dalam membandingkan rate of return suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis, mengingat bahwa kadang-kadang praktek akuntansi yang digunakan oleh masing-masing perusahaan tersebut adalah berbeda-beda.

2. Adanya fluktuasi nilai dari uang (daya belinya)

3. Dengan menggunakan analisis rate of return atau return on investment saja tidak akan dapat digunakan untuk mengadakan perbandingan


(42)

antara dua perusahaan atau lebih dengan mendapatkan kesimpulan yang memuaskan.

2.2.2.4.Earning Per Share (EPS)

Komponen penting pertama yang harus diperhatikan dalam analisis perusahaan adalah laba per lembar saham atau lebih dikenal dengan Earning Per Share (EPS). Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Besarnya EPS suatu perusahaan dapat diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan. Meskipun beberapa perusahaan tidak mencantumkan besarnya EPS perusahaan bersangkutan dalam laporan keuangannya, tetapi besarnya EPS suatu perusahaan dapat dihitung berdasarkan informasi laporan neraca dan laba rugi perusahaan.

EPS dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Laba bersih setelah bunga dan pajak EPS =

Jumlah saham beredar

(Tandelilin, 2010:373-374)

Menurut Baridwan (1997: 75) pendapatan per lembar saham adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar


(43)

saham yang beredar. Informasi mengenai EPS dapat digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk menentukan dividen yang akan dibagikan. Informasi ini juga berguna bagi investor untuk mengetahui perkembangan perusahaan.

2.2.2.5. Current Ratio

Likuiditas perusahaan merupakan salah satu pertimbangan utama dalam banyak keputusan dividen. Ada beberapa macam rasio likuiditas yang dapat digunakan tetapi rasio yang paling sering digunakan adalah rasio lancar (current ratio). Current ratio merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek, oleh karena rasio tersebut menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo utang. (Wetson & Copeland, 1996: 226)

Current Ratio (CR) merupakan salah satu bentuk ratio keuangan yang mencerminkan kemampuan perusahaan untuk membayar utang jangka pendek yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar, sehingga seseorang investor lebih berminat pada keampuan likuiditas perusahaan. (Riyanto, 1995: 332) Current Ratiodapat dihitung dengan rumus :


(44)

Aktiva Lancar Current Ratio =

Hutang Lancar

(Sutrisno, 2003:247) Semkin tinggi Current Ratio berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban financial jangka pendek. (Sartono 2001:116)

2.2.2.6. Debt to Total Asset (DTA)

Debt to Total Asset merupakan salah satu ukuran rasio leverage. Debt to Total Asset merupakan rasio yang mengukur prosentase total dana yang disediakan para kreditor. Yang termasuk hutang adalah kewajiban lancar dan semua obligasi (hutang jangka panjang). Para kreditor lebih menyukai rasio hutang yang modearat, oleh karena semakin rendah rasio ini, akan ada semacam perisai sehingga kerugian yang diderita kreditor semakin kecil jika terjadi likuidasi. Sebaliknya, pemilik lebih menyukai rasio hutang yang tinggi, oleh karena laverage yang tinggi akan memperbesar laba bagi pemegang saham atau oleh karena menerbitkan saham baru berarti melepaskan sejumlah kendali perusahaan. (Weston & Copeland, 1996: 228)

Rasio Debt to Total Asset mengukur jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh hutang yang berasal dari kreditur. Semakin besar rasio maka semakin besar pula resiko yang dihadapi. (Fakhrudin, Sopian 2000: 61).


(45)

Sedangkan menurut Parthington (1989) dalam Sunarto dan Kartika (2003) yaitu dengan semakin meningkatnya rasio Debt to Total Asset maka ketergantungan perusahaan terhadap pihak kreditur akan semakin besar dan juga berdampak pada profitabilitas yang diperoleh perusahaan berkurang maka hak para pemegang saham (dividen) juga semakin berkurang.

Debt to Total Asset dapat dihitung dengan rumus :

Total Hutang Debt to Total Asset =

Total Aktiva x 100%

(Sutrisno, 2003:249) Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar resiko yang dihadapi, dan investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Rasio yang tingi juga menunjukkan proporsi modal sendiri yang rendah untuk membiayai aktiva.(Sartono, 2001:121)

2.3. Pengaruh Return On Invesment (ROI) Terhadap Cash Dividend

Menurut Syamsudin.L (1998: 70), yang dimaksud ROI merupakan salah satu bentuk dari ratio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan.


(46)

Menurut Parthington (1989) dalam Sunarto dan Kartika (2003) menunjukkan bahwa variabel investasi yang diukur dari aktiva tetap bersih operasi dapat digunakan untuk memprediksi kebijakan dividen kas (Cash Dividend).

Berdasarkan penelitian Kartika (2003) menunjukkan bahwa ROI tidak dipertimbangkan oleh manajemen perusahaan dalam pembayaran besarnya dividen kas. Namun, Partington (1989) dalam Kartika (2003) menunjukkan bahwa variabel investasi yang diukur dari aktiva tetap (bersih) operasi dapat digunakan untuk memprediksi kebijakan dividen kas (cash dividend).

Berdasarkan teori dan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Return On Invesment (ROI) berpengaruh positif terhadap Cash Dividend.

2.4. Pengaruh Earning Per Share (EPS) Terhadap Cash Dividend

Earning Per Share ( EPS ) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang beredar. (Sutrisno, 2003 :255)

Semakin besar earning after tax maka pendapatan dividen kas per lembar saham(cash dividend per share) yang akan diterima oleh para pemegang saham biasa (common stock) juga semakin besar. Hal tersebut dengan asumsi jika dividen bagi para pemegang saham minoritas dan jumlah saham yang beredar (saham biasa) relatif tetap. (Kartika, 2003)


(47)

Teori ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Kartika (2003) earning per share (EPS) merupakan satu-satunya yang digunakan sebagai bahan pertimbangan oleh manajemen dalam pembayaran dividen kas dan terbukti secara signifikan berpengaruh positif terhadap dividen kas.

Berdasarkan teori dan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif terhadap Cash Dividend.

2.5. Pengaruh Current Ratio Terhadap Cash Dividend

Current ratio merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek, oleh karena rasio tersebut menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreeditor jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo utang. (Wetson & Copeland, 1996: 226)

Semakin tinggi current ratio berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek. (Sartono,2001:116). Termasuk juga kewajiban perusahaan untuk membayar kewajibannya kepada para investor berupa dividen khususnya dividen kas.

Teori ini didukung oleh Kartika (2003) current ratio tidak dipertimbangkan oleh manajemen dalam pembayaran dividen kas dan, current ratio tidak terbukti berpengaruh positif terhadap dividen kas.

Berdasarkan teori dan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa current ratio berpengaruh positif terhadap cash dividend.


(48)

2.6. Pengaruh Debt to Total Asset (DTA) terhadap Cash Dividend

Rasio Debt to Total Asset mengukur jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh hutang yang berasal dari kreditur. Semakin besar rasio maka semakin besar pula resiko yang dihadapi. (Fakhrudin, Sopian 2000: 61). Sedangkan menurut Parthington (1989) dalam Sunarto dan Kartika (2003) yaitu dengan semakin meningkatnya rasio Debt to Total Asset maka ketergantungan perusahaan terhadap pihak kreditur akan semakin besar dan juga berdampak pada profitabilitas yang diperoleh perusahaan berkurang maka hak para pemegang saham (dividen) juga semakin berkurang.

Menurut Sartono (2001:121) semakin tinggi rasio ini maka semakin besar resiko yang dihadapi, dan investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Dengan demikian meningkatnya ratio Debt to Total Asset , maka hal tersebut berdampak terhadap profitabilitas yang diperoleh perusahaan, karena sebagian laba digunakan untuk membayar bunga pinjaman.

Teori ini didukung oleh Parthington (1989) dalam Kartika (2003) yang menunjukkan bahwa tingkat hutang yang tinggi akan mempengaruhi pembayaran dividen yang semakin rendah. Namun, dalam penelitian Kartika (2003) bahwa DTA tidak dipertimbangkan oleh manajemen dalam pembayaran dividen kas.

Berdasarkan teori dan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa debt to Total Assset berpengaruh negatif terhadap cash dividend.


(49)

2.7. Pengaruh Return On Invesment (ROI), Earning Per Share (EPS), Current

Ratio, Debt to Total Asset (DTA) Terhadap Cash Dividend

Penelitian yang dilakukan oleh Kartika (2003) bahwa variabel earning Per Share (EPS) meningkat maka cash dividend juga meningkat. Sedangkan current ratio dan ROI menunjukkan adanya reaksi yang negatif dari para manajemen perusahaan terutama yang berhubungan dengan tingkat current ratio dan pencapaian laba bersih perusahaan terhadap total investasinya. Begitu juga DTA semakin tinggi DTA maka tingkat pencapaian laba menurun sehingga berdampak pada penurunan dividen yang dibagi terutama dividen kas. Dengan demikian secara bersama-sama (Return On Invesment (ROI), Earning Per Share (EPS), Current Ratio, Debt to Total Asset (DTA)) signifikan berpengaruh terhadap return saham.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Return On Invesment (ROI), Earning Per Share (EPS), Current Ratio, Debt to Total Asset (DTA) signifikan berpengaruh terhadap cash dividend.

2.8. Kerangka Pikir

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti, pada dasarnya merupakan pengembangan terhadap penelitian terdahulu yang dapat diikuti dari premis berikut ini :


(50)

1) Premis 1 :

EPS merupakan variabel yang penting untuk mempengaruhi referensi investor untuk memperoleh dividen di masa yang mendatang. (Parthington dalam Sunarto dan Kartika 2003: 68)

2) Premis 2 :

Meningkatnya EPS, ROI, Current Ratio juga akan meningkatkan pendapatan deviden. (Sunarto dan Kartika, 2003)

3) Premis 3 :

Semakin tinggi Debt to Total Asset ( DTA ) maka berdampak pada penurunan dividen yang dibagi terutama dividen kas. (Paarthington dalam Sunarto dan Kartika, 2003)

Berdasarkan latar belakang, permasalahan, dan landasan teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, maka dapat disusun suatu kerangka pikir sebagai berikut :

Gambar.1 : kerangka pikir

Cash Dividend (Y)  Current Ratio (X ) 

Debt to Total Asset / DTA (X )  Earning Per Share / EPS (X )  Return On Investment / ROI (X ) 


(51)

Keterangan :

X = Return On Investment (ROI ) X = Earning Per Share ( EPS ) X = Current Ratio

X = Debt to Total Asset ( DTA ) Y = Cash Dividend

2.9. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian dan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut :

H = Diduga bahwa ada pengaruh yang signifikan Return On Invesment, Earning Per Share, Current Ratio, dan Debt to Total Assets secara simultan dan parsial terhadap Cash Dividend pada perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia.

H = Diduga bahwa ada pengaruh positif Return On Invesment, Earning Per Share, Current Ratio, dan pengaruh negatif Debt to Total Asset terhadap Cash dividend pada perusahan manufaktur yang Go Public di Bursa Efek Indonesia.


(52)

3.1. Defiisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Berdasarkan permasalahan dan hipotesis yang telah dikemukakan, maka variabel-variabel yang akan dianalisis dapat dikelompokkan sebagai beikut :

a. Variabel terikat ( Y ) adalah Cash Dividend

Cash Dividend merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dalam bentuk uang tunai kepada setiap pemegang saham. Skala pengukuran data dalah rasio. Satuan pengukuran yang digunakan adalah Rupiah.

Cash dividend dapat diukur dengan rumus:

Total dividen kas

Cash Dividend =

jumlah lembar saham


(53)

b. Variabel bebas (X) terdiri dari :

1. Return On Investment / ROI (X )

Return On Investment merupakan ratio untuk mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan. Skala pengukuran data adalah rasio. Satuan pengukuran yang digunakan adalah persen (%). Rumus untuk menghitung ROI adalah :

Laba Setelah Pajak ROI =

Total Aktiva

(Tandelilin, 2010:386)

2. Earnig Per Share / EPS (X )

Earning Per Share ( EPS ) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang beredar. Skala pengukuran datanya adalah skala rasio. Satuan pengukuran yang digunakan rupiah. Rumus untuk menghitung EPS adalah :


(54)

Laba bersih setelah bunga dan pajak EPS =

Jumlah saham beredar

(Sutrisno, 2003:255)

3. Current Ratio (X )

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan untuk membayar utang jangka pendek yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar. Skala pengukuran data adalah ratio. Satuan pengukuran yang digunakan persen (%). Rumus untuk menghitung curent ratio adalah :

Aktiva Lancar

Current Ratio =

Utang Lancar

(Sartono, 2001:116)

4. Debt to Total Asset / DTA (X )

merupakan rasio yang mengukur jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh hutang yang berasal dari kreditur. Skala pengukuran datanya adalah rasio. Satuan pengukuran yang digunakan persen (%). Rumus untuk menghitung Debt to Total Asset adalah :


(55)

Total Hutang

Debt to Total Asset = X 100%

Total Aktiva

(Sutrisno, 2003:249)

3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi merupakan kelompok subyek atau obyek yang memiliki ciri

– ciri atau karakteristik – karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok subyek atau obyek yang lain,dan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari hasil penelitian ( Sumarsono. 2004 : 44 ) populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang go publik di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan masih tercatat sebagai anggota di bursa efek indonesia selama tahun 2005-2008 terdapat 154 perusahaan..

3.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari sebuah populasi, yang mempunyai ciri –

ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut, karena itu sebuah sampel harus merupakan representatif dari sebuah populasi ( Sumarsono. 2004 : 44 ). Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah


(56)

Berikut ini adalah kriteria-kriteria perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini :

1. Perusahaan manufaktur yang sahamnya selalu terdaftar dan go public di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2005-2008.

2. Perusahaan manufaktur yang masih aktif dalam melakukan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2005-2008.

3. Perusahaan manufaktur yang memiliki laporan keuangan yang lengkap, valid, dan telah diaudit oleh pihak yang berwenang dari tahun 2005-2008. 4. Perusahaan maufaktur yang selalu laba dari tahun 2005-2008.

5. Perusahaan manufaktur yang selalu membagikan dividen tunai (cash dividend) dari tahun 2005-2008.

6. Laporan keuangan dalam satuan rupiah dari tahun 2005-2008.

Berdasarkan kriteria diatas, maka jumlah sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah 10 perusahan manufaktur dari 154 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berikut ini adalah nama-nama perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini :

1. PT. Astra Graphia Tbk. 2. PT. Fast Food Indonesia Tbk. 3. PT. Lautan Luas Tbk.

4. PT. Lion Metal Works Tbk. 5. PT. Lionmesh Prima Tbk. 6. PT. Mayora Indah Tbk.


(57)

7. PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. 8. PT. Trias Sentosa Tbk.

9. PT. Tunas Ridean Tbk. 10.PT. United Tractors Tbk.

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis data

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data berupa dokumentasi perusahaan yang diserahkan ke Bursa Efek Indonesia dan download dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) yang di undo pada tanggal 19-08-2010. Data tersebut berupa laporan keuangan.

3.3.2. Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari download dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id tanggal 19-08-2010) yang berupa laporan keuangan perusahaan.

3.3.3. Pengumpulan data

Dalam rangka memperoleh data yang diinginkan dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan teknik dokumentasi


(58)

( Nazir. 1988 : 57 ) yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan mempelajari dan menggunakan laporan keuangan pihak emiten yang menjadi sample dalam penelitian ini. Kemudian diolah sesuai dengan kebutuhan penelitian.

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan metode

Kolmogorov Smirnov dengan menggunakan program SPSS (Sumarsono, 2004: 40).

Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data mengikuti distribusi normal adalah :

- Jika nilai signifikan (nilai profitabilitasnya) lebih kecil dari 5%, maka distribusi adalah tidak normal.

- Jika nilai signifikasi (nilai profitabilitasnya) lebih besar dari nilai 5%, maka distribusi adalah normal.

3.4.2. Uji Asumsi klasik

Persamaan regresi diatas tersebut harus bersifat BLUE (Best Linear Unbrased Estimator) artinya pengambilan keputusan uji F dan uji t tidak


(59)

boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE maka harus dipenuhi tiga asumsi klasik yaitu:

1. Non Multikolinearitas (tidak boleh ada multikolinearitas) 2. Homokedastisitas (tidak boleh ada heteroskedasitisitas) 3. Non Autokorelasi (tidak boleh ada autokorelasi)

Apabila salah satu dari ketiga asumsi tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE. Sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias. Di bawah ini asumsi dasar dari BLUE, yaitu:

1. Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2006:95) uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol.

Menurut Ghozali (2006 : 96) model regresi bebas dari multikolinieritas bila :

a. Variance inflation factor (VIF) lebih kecil atau sama dengan 10


(60)

b. Mempunyai angka tolerance mendekati 1.

2. Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2006:125) uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual suatu pengamat ke pengamat yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah model yang bersifat homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

Menurut Santoso (2002:301) deteksi adanya heteroskedastisitas adalah:

a. Nilai probabilitas > 0,05 berarti bebas dari heteroskedastisitas. b.Nilai probabilitas < 0,05 berarti terkena heteroskedastisitas.

3. Autokorelasi

Uji autokolerasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model linier ada korelasi antara korelasi pengganggu periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk menguji apakah terjadi autokorelasi atau tidak, digunakan uji Durbin-Watson (DW-Test). Suatu observasi dikatakan tidak terjadi


(61)

autokorelasi jika nilai Durbin Watson terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du) (Ghozali, 2006 : 99).

Menurut Ghozali (2006 : 100) pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi, yaitu digunakan uji Durbin-Watson (Dw-Test), dengan ketentuan sebagai berikut:

Tabel 3.1. keputusan autokorelasi

Hipotesis nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada korelasi negatif Tidak ada korelasi negaif Tidak ada autokorelasi, positif dan negatif

Tolak No desicison

Tolak No decision Tidak ditolak

0 < d < dl dl ≤ d ≤ du 4-dl < d < 4 4-du ≤ d ≤ 4-dl

du < d < 4-du

3.4.3. Teknik analisis

Teknik analisis dalam penelitian ini tergolong dalam analisis

kuantitatif yaitu suatu teknik analisis dimana data – data yang berbentuk angka – angka dengan membandingkan melalui perhitungan dan mengaplikasikannya dengan berbagai rumus statistik yang sesuai. Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan rumus sebagai berikut :

Y = β + βX + β X + β X + β Χ + e


(62)

Dimana :

Y = Cash Devidend

X = Return On Invesment

X = Earning Per Share

X = Current Ratio

X = Debt to Total Asset

β = konstanta / intersep

β,β ,β ,β = koefisien regresi

e = kesalahan baku

3.4.4. Uji Hipotesis 1. Uji F

Digunakan untuk menguji cocok atau tidaknya model regresi yang dihasilkan guna mengetahui pengaruh X , X , X , X terhadap Y.

Prosedur uji F dengan kriteria sebagai berikut:

a. H : β = β  = β   = 0 (model regresi yang dihasilkan tidak cocok) H : β = β  = β  ≠ 0 (model regresi yang dihasilkan cocok) b. Level signifikan (β ) = 0,05

c. Kriteria pengujian:

 Jika nilai probabilitas (P value) / signivikan > 0,05 maka H diterima dan H ditolak.


(63)

 Jika nilai probabilitas (P value) / signifikan < 0,05 maka H0

ditolak danH1 diterima.

2. Uji t

Uji t dapat digunakan untuk menguji signifikan atau tidaknya pengaruh antara variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen, digunakan uji t dengan prosedur sebagai berikut:

a. Hipotesis

H0 : βi = 0 (secara parsial tidak terdapat pengaruh variabel bebas

terhadap variabel terikat).

H1 : βi ≠ 0 (secara parsial terdapat pengaruh positif variabel bebas

terhadap variabel terikat) Dimana i = 1, 2, 3, 4

b. Level of signifikan (β ) = 0,05

c. Ketentuan pengujian:

1. Jika nilai probabilitas (P value) / signifikan > 0,05 maka H0

diterima dan H1 ditolak.

2. Jika nilai probabilitas (P value) / signifikan < 0,05 maka H0 ditolak


(64)

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

Berdasarkan pada teknik penentuan sampel yang digunakan, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 10 perusahaan Manufaktur dan untuk lebih jelasnya, berikut ini merupakan gambaran dari masing-masing perusahaan yang dijadikan sampel, yaitu :

1. PT. Astra Graphia Tbk.

PT Astra Graphia Tbk (“Perusahaan”) didirikan di Indonesia pada tanggal 31 Oktober 1975 berdasarkan akta Notaris Kartini Muljadi, S.H. No. 186. Akta pendirian ini dan akta-akta perubahannya telah disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. Y.A.5/33/14 tanggal 12 Pebruari 1976 dan diumumkan dalam Berita Negara No. 25 tanggal 26 Maret 1976 Tambahan No. 219. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, yang terakhir berdasarkan akta Notaris Pahala Sutrisno Amijoyo Tampubolon, S.H., M.Kn., No. 14 tanggal 14 April 2005 mengenai perubahan pasal 4 (2) tentang perubahan modal yang ditempatkan sehubungan dengan kompensasi karyawan berbasis saham. Perubahan Anggaran Dasar ini telah disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam surat No. C-10927 HT.01.04. TH 2005 tanggal 21 April 2005 dan


(65)

diumumkan dalam Berita Negara No. 49 tanggal 21 Juni 2005 Tambahan No. 570.

Perusahaan bergerak di bidang perdagangan, perindustrian, jasa konsultasi, jasa kontraktor peralatan dan perlengkapan kantor, teknologi informasi, telekomunikasi dan penyertaan modal pada perusahaan dan/atau badan hukum lain. Perusahaan berdomisili di Jakarta, kantor pusatnya berkedudukan di Jalan Kramat Raya 43, Jakarta, dan memiliki 75 titik layan yang tersebar di 21 kantor cabang dan lokasi lainnya di seluruh Indonesia.

Pada tahun 1989, atas persetujuan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), Perusahaan menawarkan 3.075.000 sahamnya dengan nilai nominal Rp 1.000 per saham kepada masyarakat dengan harga jual Rp 8.550 per saham melalui Bursa Efek Jakarta dan Surabaya (kini Bursa Efek Indonesia).

2. PT. Fast Food Indonesia Tbk.

PT Fast Food Indonesia (“Perusahaan“) didirikan berdasarkan Akta No.20 tanggal 19 Juni 1978 yang dibuat di hadapan Sri Rahayu, S.H., Notaris di Jakarta. Akta tersebut telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman melalui surat keputusan No.Y.A.5/245/12 tanggal 22 Mei 1979 dan telah didaftarkan di Kantor Pengadilan Negeri Jakarta No.4491 tanggal 1 Oktober 1979, dimuat dalam Tambahan No.682 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No.90 tanggal 9 November 1979.


(1)

Uji Asumsi Klasik

Uji Autokorelasi

Model Summary

b

.809

a

.654

.558

28.86782

1.839

Model

1

R

R Square

Adjusted

R Square

Std. Error of

the Es timate

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), Lag_Y, X4, X3, X1, X2

a.

Dependent Variable: Y

b.


(2)

Uji Persamaan Regresi

Coefficients

a

-146.451

59.295

-2.470

.023

5.088

2.076

.559

2.451

.024

.084

.049

.333

1.717

.101

.099

.196

.089

.503

.620

228.891

74.722

.630

3.063

.006

(Cons tant)

X1

X2

X3

X4

Model

1

B

Std. Error

Uns tandardized

Coefficients

Beta

Standardized

Coefficients

t

Sig.

Dependent Variable: Y

a.


(3)

Uji Hipotesis

Uji Koefisien Determinasi

Model Summary

b

.809

a

.654

.558

28.86782

1.839

Model

1

R

R Square

Adjusted

R Square

Std. Error of

the Es timate

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), Lag_Y, X4, X3, X1, X2

a.

Dependent Variable: Y

b.

Uji Kecocokan Model (Uji F)

ANOVAb

22708.116 4 5677.029 5.486 .004a 20696.862 20 1034.843

43404.978 24 Regress ion

Res idual Total Model 1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), X4, X2, X3, X1 a.

Dependent Variabl e: Y b.

Uji Prsial (Uji t)

Coefficients

a

-146.451

59.295

-2.470

.023

5.088

2.076

.559

2.451

.024

.348

.481

.378

.459

2.179

.084

.049

.333

1.717

.101

.537

.358

.265

.632

1.581

.099

.196

.089

.503

.620

.256

.112

.078

.764

1.309

228.891

74.722

.630

3.063

.006

.201

.565

.473

.563

1.776

(Constant)

X1

X2

X3

X4

Model

1

B

Std. Error

Unstandardized

Coefficients

Beta

Standardized

Coefficients

t

Sig.

Zero-order

Partial

Part

Correlations

Tolerance

VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: Y

a.


(4)

Observasi Hasil Uji Outlier Ke-1

No. Nama Perusahaan Tahun Dividend ZCash ZROI ZEPS ZCurrent Ratio ZDTA

1 2005 -0.26573 -0.31437 -0.39508 0.94845 -0.44684

2 2006 -0.27993 0.17601 -0.38737 0.32699 -0.18591

3 2007 -0.28292 0.56831 -0.38084 -0.42116 -0.12068

4

PT. Astra Graphia Tbk.

2008 -0.29114 -0.22206 -0.38463 -0.55795 0.53164

5 2005 -0.28366 0.451 -0.35999 -0.55816 -0.773

6 2006 -0.28665 1.08946 -0.32696 -0.603 -0.773

7 2007 -0.28105 1.48176 -0.28679 -0.45804 -0.773

8

PT. Fast Food Indonesia

2008 -0.27656 1.4183 -0.25963 -0.3915 -0.83824

9 2005 -0.28516 -1.02398 -0.3735 -0.49732 0.85781

10 2006 -0.29487 -1.33936 -0.38905 -0.5767 0.98827

11 2007 -0.2874 -1.00474 -0.36034 -0.76891 1.0535

12

PT. Lautan Luas Tbk.

2008 -0.27656 -0.84898 -0.30962 -0.56688 1.37967

13 2005 -0.26423 0.56639 -0.21429 2.9492 -2.14289

14 2006 -0.2605 0.46446 -0.19768 2.82477 -2.07765

15 2007 -0.2605 -0.14322 -0.23707 1.39246 -1.75149

16

PT. Lion Metal Works Tbk

2008 -0.2605 1.22407 -0.02134 2.56664 -2.01242

17 2005 -0.28292 0.22408 -0.18115 -0.1276 -0.12068

18 2006 -0.28665 -0.47398 -0.26115 -0.09375 -0.38161

19 2007 -0.27918 0.16831 -0.07921 -0.06477 0.14025

20

PT. Lionmesh Prima Tbk.

2008 -0.27544 1.21445 0.10385 0.55326 -0.83824

21 2005 -0.27918 -1.04897 -0.37753 1.09025 -0.90347

22 2006 -0.28478 -0.49321 -0.34424 1.34604 -1.03393

23 2007 -0.28292 -0.21245 -0.31083 0.67432 -0.64254

24

PT. Mayora Indah Tbk.

2008 -0.27918 -0.36052 -0.27282 0.16452 0.27071

25 2005 2.27667 1.25676 1.79328 -0.87115 0.53164

26 2006 0.68861 0.66638 1.45324 -0.9756 0.98827

27 2007 1.57045 0.95869 1.72672 -0.93248 1.0535

28

PT. Multi bintang Indonesia Tbk.

2008 5.30707 2.88943 5.218 -0.69618 0.72734

29 2005 -0.29487 -1.50089 -0.40622 -0.51414 0.14025

30 2006 -0.29599 -1.40474 -0.40442 -0.6109 0.00978

31 2007 -0.29599 -1.49128 -0.40597 -0.59964 0.14025

32

PT. Trias Sentosa Tbk

2008 -0.29413 -1.13359 -0.39832 -0.64242 0.00978

33 2005 -0.27526 -0.73936 -0.35477 -0.51414 1.51013

34 2006 -0.29588 -1.50089 -0.40085 -0.5515 1.57536

35 2007 -0.27731 -0.56052 -0.33677 -0.55088 1.4449

36

PT. Tunas Ridean Tbk.

2008 -0.23509 -0.33552 -0.31564 -0.3698 1.2492

37 2005 -0.24368 0.24908 -0.21282 -0.27126 0.59688

38 2006 -0.24929 -0.06053 -0.13009 -0.41752 0.46641

39 2007 -0.21939 0.55677 -0.23533 -0.41869 0.20548

40

PT. United Tractors Tbk.

2008 -0.17829 0.58946 0.01722 -0.21488 -0.05545


(5)

Observasi Hasil Uji Outlier Ke-2

No. Nama Perusahaan Tahun ZCash Dividend ZROI ZEPS ZCurrent Ratio ZDTA

1 2005 -0.20521 -0.15074 -0.44904 1.8341 -0.69348

2 2006 -0.24598 0.41147 -0.43232 0.83599 -0.38624

3 2007 -0.25456 0.86125 -0.41817 -0.36561 -0.30943

4

PT. Astra Graphia Tbk.

2008 -0.27816 -0.04491 -0.42639 -0.58531 0.45866

5 2005 -0.2567 0.72676 -0.37297 -0.58564 -1.07753

6 2006 -0.26528 1.45874 -0.30137 -0.65765 -1.07753

7 2007 -0.24919 1.90851 -0.21428 -0.42484 -1.07753

8

PT. Fast Food Indonesia

2008 -0.23632 1.83576 -0.1554 -0.31797 -1.15434

9 2005 -0.26099 -0.9643 -0.40225 -0.48792 0.84271

10 2006 -0.28888 -1.32589 -0.43596 -0.61541 0.99633

11 2007 -0.26743 -0.94226 -0.37373 -0.92411 1.07314

12

PT. Lautan Luas Tbk.

2008 -0.23632 -0.76367 -0.26377 -0.59964 1.45719

13 PT. Lion Metal Works Tbk 2007 -0.1902 0.04548 -0.1065 2.54723 -2.22968

14 2005 -0.25456 0.46659 0.01473 0.10587 -0.30943

15 2006 -0.26528 -0.33374 -0.15869 0.16025 -0.61667

16 2007 -0.24383 0.40265 0.23571 0.20679 -0.00219

17

PT. Lionmesh Prima Tbk.

2008 -0.2331 1.60205 0.63256 1.19939 -1.15434

18 2005 -0.24383 -0.99297 -0.41099 2.06184 -1.23115

19 2006 -0.25992 -0.35579 -0.33882 2.47267 -1.38477

20 2007 -0.25456 -0.03389 -0.26641 1.39383 -0.92391

21

PT. Mayora Indah Tbk.

2008 -0.24383 -0.20366 -0.18399 0.57504 0.15142

22 2006 2.53442 0.97369 3.55778 -1.25608 0.99633

23 PT. Multi bintang Indonesia Tbk. 2007 5.06595 1.30881 4.15064 -1.18682 1.07314

24 2005 -0.28888 -1.51109 -0.47319 -0.51494 -0.00219

25 2006 -0.2921 -1.40085 -0.46927 -0.67034 -0.15581

26 2007 -0.2921 -1.50006 -0.47265 -0.65225 -0.00219

27

PT. Trias Sentosa Tbk

2008 -0.28674 -1.08998 -0.45607 -0.72096 -0.15581

28 2005 -0.23257 -0.638 -0.36165 -0.51494 1.61081

29 2006 -0.29178 -1.51109 -0.46155 -0.57494 1.68762

30 2007 -0.23847 -0.43295 -0.32263 -0.57395 1.534

31

PT. Tunas Ridean Tbk.

2008 -0.11725 -0.175 -0.27683 -0.28311 1.30357

32 2005 -0.14193 0.49525 -0.05393 -0.12485 0.53547

33 2006 -0.15802 0.14029 0.12541 -0.35976 0.38185

34 2007 -0.0722 0.84802 -0.10273 -0.36164 0.07462

35

PT. United Tractors Tbk.

2008 0.04579 0.8855 0.44474 -0.0343 -0.23262


(6)

Observasi Hasil Uji Outlier Ke-3

No. Nama Perusahaan  Tahun   ZCash Dividend    ZROI    ZEPS    ZCurrent Ratio    ZDTA  

1 2005  0.33682  ‐0.11575  ‐0.79136  2.92099  ‐0.87891 

2 2006  ‐0.21234  0.43526  ‐0.7314  1.45499  ‐0.53536 

3 2007  ‐0.32795  0.87606  ‐0.68064  ‐0.30989  ‐0.44948 

4

PT. Astra Graphia Tbk.       

2008  ‐0.64589  ‐0.01203  ‐0.71012  ‐0.63257  0.40939 

5 2005  ‐0.35686  0.74425  ‐0.51853  ‐0.63305  ‐1.30834 

6 2006  ‐0.47247  1.46164  ‐0.26171  ‐0.73883  ‐1.30834 

7 2007  ‐0.2557  1.90244  0.05064  ‐0.39687  ‐1.30834 

8

PT. Fast Food Indonesia      

2008  ‐0.08228  1.83113  0.26185  ‐0.23991  ‐1.39423 

9 2005  ‐0.41466  ‐0.91308  ‐0.62353  ‐0.48953  0.83883 

10 2006  ‐0.7904  ‐1.26745  ‐0.74446  ‐0.67679  1.0106 

11 2007  ‐0.50137  ‐0.89147  ‐0.52123  ‐1.1302  1.09649 

12

PT. Lautan Luas Tbk.       

2008  ‐0.08228  ‐0.71645  ‐0.12685  ‐0.65363  1.52592 

13 2005  ‐0.32795  0.48928  0.87204  0.38262  ‐0.44948 

14 2006  ‐0.47247  ‐0.29509  0.25003  0.46248  ‐0.79302 

15 2007  ‐0.18344  0.42661  1.66465  0.53084  ‐0.10593 

16

PT. Lionmesh Prima Tbk.       

2008  ‐0.03892  1.60209  3.08803  1.98874  ‐1.39423 

17 2007  ‐0.32795  ‐0.00122  ‐0.1363  2.27433  ‐1.13657 

18 PT. Mayora Indah Tbk.       2008  ‐0.18344  ‐0.16761  0.1593  1.07172  0.06585 

19 2005  ‐0.7904  ‐1.44896  ‐0.87799  ‐0.52922  ‐0.10593 

20 2006  ‐0.83376  ‐1.34092  ‐0.86393  ‐0.75746  ‐0.2777 

21 2007  ‐0.83376  ‐1.43815  ‐0.87604  ‐0.73089  ‐0.10593 

22

PT. Trias Sentosa Tbk      

2008  ‐0.7615  ‐1.03625  ‐0.81657  ‐0.83181  ‐0.2777 

23 2005  ‐0.0317  ‐0.59328  ‐0.47793  ‐0.52922  1.6977 

24 2006  ‐0.82942  ‐1.44896  ‐0.83623  ‐0.61734  1.78359 

25 2007  ‐0.11118  ‐0.39233  ‐0.33797  ‐0.61588  1.61181 

26

PT. Tunas Ridean Tbk.      

2008  1.52184  ‐0.13952  ‐0.17371  ‐0.18872  1.35415 

27 2005  1.18946  0.51737  0.62579  0.04374  0.49528 

28 2006  0.97268  0.16948  1.26903  ‐0.3013  0.32351 

29 2007  2.12881  0.86309  0.45075  ‐0.30405  ‐0.02004 

30

PT. United Tractors Tbk.       

2008  3.71848  0.89983  2.41439  0.17673  ‐0.36359 

Sumber : Output SPSS


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Likuiditas (Current Ratio), Profitabilitas (Return On Equity, Return On Investment, Earning Per Share), dan Inventory Turnover Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Tekstil Dan Garmen Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2 110 99

Pengaruh Earning Per Share (Eps), Current Ratio (Cr), Debt To Equity Ratio (Der), Dan Total Asset Turn Over (Tato) Terhadap Harga Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013)

5 97 106

Pengaruh Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

7 135 69

Pengaruh Opini Audit, Debt To Total Asset Ratio, Earning Per Share, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Audit Report Lag Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 64 99

Analisis Pengaruh Return on Asset (ROA), Earning per Share (EPS), Financial Leverage, dan Proceed Terhadap Initial Return Pada Perusahaan Non Keuangan Yang Melakukan Initial Public Offering (IPO) yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 57 118

Analisis Pengaruh Financial Leverage Terhadap Earning Per Share Industri Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

9 66 110

Analisis Pengaruh Current Ratio, Debt To Total Assets, Return On Invesment Dan Earning Per Share Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan Terbuka Di Bursa Efek Indonesia

1 55 97

Analisis Pengaruh Debt To Total Asset Ratio Dan Debt To Equity Ratio Terhadap Earning Per Share Pada Perusahaan Sektor Properti Dan Sektor Manufaktur Yang Go Public Di Bei

2 49 90

Pengaruh faktor-faktor fundamental terhadap risiko saham pada perusahaan LQ 45 periode 2004-2009

0 7 116

ANALISIS PENGARUH RETURN ON INVESTMENT (ROI), EARNING PER SHARE (EPS), CURRENT RATIO dan DEBT TO TOTAL ASSET (DTA) TERHADAP CASH DEVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA

0 1 20