Persepsi karyawan atas pengaruh peran auditor internal terhadap efektivitas pengendalian internal : studi kasus pada Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

(1)

TERHADAP EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL Studi Kasus pada Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

Ignasius Dwi Cahyo Nugroho Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2015

Penelitian ini bertujuan untuk melihat persepsi karyawan atas pengaruh peran auditor internal terhadap efektivitas pengendalian internal di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Populasi yang digunakan adalah seluruh karyawan yang bekerja di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

Sampel dalam penelitian ini ditentukan sebanyak 46 responden dan pengambilannya dengan teknik Purposive Sampling. Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket kepada responden. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji instrumen, uji parametrik, dan uji regresi berganda.

Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa: (1) peran auditor internal sebagai pengawas tidak berpengaruh positif terhadap efektivitas pengendalian internal di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta, (2) peran auditor internal sebagai konsultan tidak berpengaruh positif terhadap efektivitas pengendalian internal di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta, (3) Peran Auditor Internal sebagai katalisator berpengaruh positif terhadap efektivitas pengendalian internal di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

Kata Kunci: Auditor Internal, Pengawas, Konsultan, Katalisator, Efektivitas Pengendalian Internal.


(2)

Employee’s Perception on The Influence of Internal Auditor’s Role to the Internal Control Effectiveness

a study case at Panti Rapih Hospital Yogyakarta

Ignasius Dwi Cahyo Nugroho Sanata Dharma University

Yogyakarta 2015

The aim of this research is to observe employee’s perception on the influence of internal auditor’s role to the internal control effectiveness at Panti Rapih Hospital Yogyakarta. Sample population is taken from the hospital’s employee.

Forty six employees emerge as the result of Purposive Sampling that being used. This sampling method uses certain techniques to determine sample population. Questionnaire then used as data collecting technique. Instrument test, parametric test, and double regression test are applied to analyze the data.

As the result, this research finds that (1) auditor internal’s role as supervisor has no positive influence to the the internal control effectiveness at Panti Rapih Hospital Yogyakarta, (2) auditor internal’s role as consultant has no positive influence to the the internal control effectiveness at Panti Rapih Hospital Yogyakarta, (3) auditor internal’s role as catalyst has positive influence to the the internal control effectiveness at Panti Rapih Hospital Yogyakarta.


(3)

i

PERSEPSI KARYAWAN ATAS PENGARUH PERAN AUDITOR INTERNAL TERHADAP EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL

Studi Kasus pada Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Ignasius Dwi Cahyo Nugroho NIM : 112114117

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

iv MOTTO

Duc in Altum

(Bertolaklah ke tempat yang dalam)

Vitae semper reformanda

(Hidup senantiasa memperbaharui diri)

Never give up (Tidak pernah menyerah)

Ab uno disce omnes


(7)

v

PERSEMBAHAN

Dengan bangga, skripsi ini penulis persembahkan kepada:

Almamater Universitas Sanata Dharma Keluarga

Bapak Stanislaus Yuwana, Ibu Fransiska Sunarti dan Kakak Nikolaus Firdaus Yuniarto


(8)

x

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Ignasius Dwi Cahyo Nugroho NIM : 112114117

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“Persepsi Karyawan atas Pengaruh Peran Auditor Internal Terhadap Efektivitas Pengendalian Internal” Studi Kasus pada Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 30 November 2015 Yang menyatakan,


(9)

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, rahmat, dan kasih-Nya sehingga penulisan skripsi dengan judul “Persepsi Karyawan Terhadap Pengaruh Peran Auditor Internal Terhadap Efektivitas Pengendalian Internal”Studi Kasus pada Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta dapat terselesaikan dengan baik.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Unversitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulisan skripsi ini tidak akan terlaksana dan terselesaikan dengan baik tanpa bantuan, dukungan serta kerjasama dari berbagai pihak yang dengan tulus dan rela mengorbankan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Drs. Johanes Eka Priyatma M.Sc., Ph.D. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian penulis.

2. Dr. Herry Maridjo M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

3. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Akt., selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

4. Dr. Fr. Ninik Yudianti, M. Acc., QIA., selaku dosen pembimbing, yang telah banyak memberikan bimbingan, koreksi, dan saran dalam penulisan skripsi ini.


(10)

vii

5. Josephine Wuri, S.E, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang telah mendukung penulis.

6. Bapak dan Ibu Dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup selama penulis menempuh kuliah.

7. Kedua orang tua penulis, Bapak Stanislaus Yuwana, Ibu Fransiska Sunarti dan Kakak Nikolaus Firdaus Yuniarto yang selalu memberikan dukungan doa, kasih sayang, nasehat, bagi penulis hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

8. Kekasihku Yosephin Erni Wahyudyaningsih yang selalu menyemangati penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

9. Keluarga besar alumni Seminari Berthinianum dan Novisiat MSF Salatiga yang selalu mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,

10. Para sahabat, Ronald Jo, Krisna, Sr. Lucia, Sr.Yuli, Sr.Erika, Melia, Eva, Katrine,yang telah memberikan doa dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

11. Teman-teman kos yang selalu setia mendukung dan menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.Terima kasih atas dukungan doa dan bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Untuk


(11)

viii

itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk menyempurnakan tulisan ini.

Yogyakarta, 30 November 2015

Ignasius Dwi Cahyo Nugroho NIM: 112114117


(12)

ix

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul: “Persepsi Karyawan atas Pengaruh Peran Auditor Internal Terhadap Efektivitas Pengendalian Internal”Studi Kasus pada Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakartaadalah hasil karya saya dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 27 Oktober 2015

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulisan aslinya.

Apabila saya melakukan hal tersebut diatas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Yogyakarta, 30 November 2015 Yang membuat pernyataan,


(13)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vi

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... ix

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... x

HALAMAN DAFTAR ISI ... xi

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xiii

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xiv

HALAMAN LAMPIRAN ... xv

HALAMAN ABSTRAK ... xvi

HALAMAN ABSTRACT ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II. LANDASAN TEORI A. Persepsi ... 7

B. Audit ... 7

C. Audit Internal ... 9

D. Tujuan Audit Internal ... 10

E. Tanggung Jawab Audit Internal ... 11

F. Peran Auditor Internal ... 12

G. Definisi Peran Pengawas, Konsultan, dan Katalisator ... 13

H. Efektivitas Pengendalian Internal ... 17


(14)

xii

J. Kerangka Konseptual ... 22

K. Hipotesis ... 22

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 24

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 24

C. Subjek Penelitian ... 24

D. Objek Penelitian ... 25

E. Teknik Pengumpulan Data ... 25

F. Populasai dan Sampel ... 29

G. Metode Pengambilan Sampel ... 30

H. Pengujian Instrumen Penelitian... 30

1. Uji Instrumen Penelitian ... 30

2. Analisis Regresi Berganda ... 32

BAB IV. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Rumah Sakit Panti Rapih ... 37

B. Visi dan Misi Rumah Sakit Panti Rapih ... 42

C. Nilai-nilai Rumah Sakit Panti Rapih ... 43

D. Logo dan Motto Rumah Sakit Panti Rapih ... 44

E. Pelayanan Rumah Sakit Panti Rapih ... 45

F. Struktur Organisasi Rumah Sakit Panti Rapih ... 49

BAB V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Uji Instrumen Penelitian ... 58

1. Validitas ... 58

2. Reliabilitas ... 59

B. Uji Statistik Parametrik ... 60

1. Uji Normalitas ... 60

2. Uji Heteroskedastisitas ... 61

3. Uji Multikolinearitas ... 62

C. Hasil Penelitian ... 64

1. Analisis Deskriptif Karakteristik Responden ... 64

2. Deskripsi Variabel Penelitian ... 66

3. Hasil Estimasi Analisis Regresi ... 70

D. Pembahasan ... 74

BAB VI. PENUTUP A. Kesimpulan ... 77

B. Keterbatasan Penelitian ... 77

C. Saran ... 78

DAFTARA PUSTAKA ... 79


(15)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1Skor Penilaian ... 27

Tabel 2Rangkuman tes validitas ... 58

Tabel 3Rangkuman hasil uji Reliabilitas ... 60

Tabel 4One-Sample Kolmogorov_Smirnov Test ... 61

Tabel 5Coefficients ... 63

Tabel6 Karakteristik responden berdasarkan usia ... 64

Tabel 7 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ... 65

Tabel 8 Karakteristik responden berdasarkan lama kerja... 65

Tabel 9Deskripsi Variabel peran auditor sebagai pengawas ... 66

Tabel 10 Deskripsi Variabel peran auditor sebagai konsultan ... 67

Tabel 11 Deskripsi Variabel peran auditor sebagai katalisator ... 68

Tabel 12 Deskripsi Variabel Efektivitas Pengendalian Internal... 69


(16)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar IKerangka KonseptualPenelitian ... 22

Gambar IILogo dan Motto Rumah Sakit Panti Rapih ... 44

Gambar IIIStruktur Organisasi Rumah Sakit Panti Rapih ... 49


(17)

TERHADAP EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL Studi Kasus pada Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

Ignasius Dwi Cahyo Nugroho Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2015

Penelitian ini bertujuan untuk melihat persepsi karyawan atas pengaruh peran auditor internal terhadap efektivitas pengendalian internal di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Populasi yang digunakan adalah seluruh karyawan yang bekerja di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

Sampel dalam penelitian ini ditentukan sebanyak 46 responden dan pengambilannya dengan teknik Purposive Sampling. Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket kepada responden. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji instrumen, uji parametrik, dan uji regresi berganda.

Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa: (1) peran auditor internal sebagai pengawas tidak berpengaruh positif terhadap efektivitas pengendalian internal di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta, (2) peran auditor internal sebagai konsultan tidak berpengaruh positif terhadap efektivitas pengendalian internal di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta, (3) Peran Auditor Internal sebagai katalisator berpengaruh positif terhadap efektivitas pengendalian internal di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

Kata Kunci: Auditor Internal, Pengawas, Konsultan, Katalisator, Efektivitas Pengendalian Internal.


(18)

Employee’s Perception on The Influence of Internal Auditor’s Role to the Internal Control Effectiveness

a study case at Panti Rapih Hospital Yogyakarta

Ignasius Dwi Cahyo Nugroho Sanata Dharma University

Yogyakarta 2015

The aim of this research is to observe employee’s perception on the influence of internal auditor’s role to the internal control effectiveness at Panti Rapih Hospital Yogyakarta. Sample population is taken from the hospital’s employee.

Forty six employees emerge as the result of Purposive Sampling that being used. This sampling method uses certain techniques to determine sample population. Questionnaire then used as data collecting technique. Instrument test, parametric test, and double regression test are applied to analyze the data.

As the result, this research finds that (1) auditor internal’s role as supervisor has no positive influence to the the internal control effectiveness at Panti Rapih Hospital Yogyakarta, (2) auditor internal’s role as consultant has no positive influence to the the internal control effectiveness at Panti Rapih Hospital Yogyakarta, (3) auditor internal’s role as catalyst has positive influence to the the internal control effectiveness at Panti Rapih Hospital Yogyakarta.


(19)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 81

Lampiran 2Data Responden ... 86

Lampiran 3Pengolahan Data SPSS ... 92

Lampiran 4 Tabel Korelasi Product Moment dan Tabel t ... 107


(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Rumah Sakit merupakan organisasi sektor publik yang bergerak dalam pelayanan kesehatan. Jasa pelayanan kesehatan yang disediakan rumah sakit berbentuk pemeriksaan, perawatan, pengobatan, tindakan medis maupun tindakan diagnostik lain yang dibutuhkan oleh pasien. Rumah Sakit yang mengelola sumber daya secara maksimal akan mampu memenuhi tuntutan kualitas kesehatan dan pada akhirnya mencapai tujuan organisasi. Pengelolaan sumber daya antara lain dilakukan dengan menciptakan divisi-divisi baru serta mendirikan anak perusahaan untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang lebih luas dan semakin beragam.

Kondisi tersebut menjadikan manajemen memiliki keterbatasan dalam melakukan evaluasi kinerja organisasi, untuk itu dibutuhkanlah sebuah fungsi yang dikenal dengan nama audit internal. Audit internal bertugas untuk melakukan penilaian independen guna menguji dan mengevaluasi kegiatan yang dilakukan dalam organisasi. Kegiatan ini ditujukan untuk memperbaiki kinerja agar unit organisasi memperoleh nilai tambah.

Menurut Tugiman (1997: 11) audit internal adalah suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan. Keberadaan audit internal dirasa banyak memberikan manfaat, karena itu banyak perusahaan-perusahaan besar


(21)

membentuk tim audit internalnya. Listiatik (2007) dalam penelitiannya mengenai peran auditor internal menjelaskan bahwa tanpa fungsi auditor internal, dewan direksi tidak memiliki sumber informasi internal yang bebas mengenai kinerja para manajer.

Menurut Tampubolon (2005: 1), pada awalnya audit internal dikenal sebagai pendekatan berbasis pada sistem yang dalam perkembangan selanjutnya beralih ke audit internal berbasis proses. Awalnya auditor internal lebih berperan sebagai pengawas atau mata dan telinga manajer karena manajer membutuhkan kepastian terkait dengan pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan untuk menghindari tindakan yang menyimpang. Peran dan fungsi auditor internal sebagai pengawas (watchdog) ini secara berangsur-angsur mulai ditinggalkan.

Lambat laun dalam perkembangannya auditor internal juga memiliki peran baru yang dapat membantu pihak manajemen dan karyawan mencapai tujuan organisasi. Peran tersebut adalah peran sebagai konsultan dan katalisator. Peran auditor internal sebagai konsultan bagi organisasi ditunjukkan oleh auditor internal dengan cara memberikan solusi dalam memecahkan permasalahaan yang dialami oleh organisasi. Peran auditor internal sebagai katalisator ditunjukkan auditor internal dengan cara ikut serta dalam menentukan tujuan organisasi yang akan dicapai. Kedua peran tersebut menggambarkan bahwa auditor internal mencoba menjalin kerja sama dengan karyawan dan pihak manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan.


(22)

Pengelolaan rumah sakit juga rawan terjadi penyimpangan, seperti penyimpangan dalam pemberian layanan, pengelolaan keuangan, pengelolaan persediaan obat dan aset. Apapun bentuk penyimpangannya, pasti akan menimbulkan kerugian terhadap rumah sakit itu sendiri, oleh karena itu rumah sakit harus melakukan audit agar dapat efektif dalam pengendalian internal.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan judul penelitian “Persepsi Karyawan atas Pengaruh Peran Auditor Internal Terhadap Efektivitas Pengendalian Internal: Studi Kasus pada Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang, maka masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah peran Auditor Internal sebagai pengawas berpengaruh positif terhadap efektivitas pengendalian internal di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta?

2. Apakah peran Auditor Internal sebagai konsultan berpengaruh positif terhadap efektivitas pengendalian internal di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta?

3. Apakah peran Auditor Internal sebagai katalisator berpengaruh positif terhadap efektivitas pengendalian internal di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta?


(23)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui peran auditor internal sebagai pengawas berpengaruh positif terhadap efektivitas pengendalian internal di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

2. Mengetahui peran auditor internal sebagai konsultan berpengaruh positif terhadap efektivitas pengendalian internal di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

3. Mengetahui peran auditor internal sebagai katalisator berpengaruh positif terhadap efektivitas pengendalian internal di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi auditor internal Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran terhadap peran auditor internal dalam organisasi, sehingga dapat menjadi pertimbangan bagi pihak auditor internal dalam meningkatkan efektivitas pengendalian internal di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat memberi informasi dan menambah referensi bagi mahasiswa yang ingin mendalami bidang auditor internal.


(24)

3. Bagi penulis

Penelitian ini bermanfaat sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang audit internal, serta dapat menerapkan teori-teori yang didapat selama perkuliahan sekaligus mengetahui gambaran auditor internal di dunia kerja yang sesungguhnya. 4. Bagi penulis selanjutnya

Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan referensi bagi penelitian selanjutnya dengan topik yang sama.

E. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan

Bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori

Bab ini berisi teori-teori yang mendukung penulisan, meliputi: pengertian persepsi, audit, tujuan audit internal, peran audit internal, tanggungjawab audit internal, pengertian pengawas, konsultan, katalisator, efektivitas, pengendalian internal, dan penelitian sebelumnya.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, subyek dan obyek penelitian, teknik


(25)

pengumpulan data, populasi dan sampel, pengujian instrumen penelitian, dan teknik analisis data.

BAB IV GAMBARAN UMUM

Bab ini berisi tentang gambaran umum dan penjelasan mengenai bagian-bagian dari penelitian.

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang pengujian instrumen, pengolahan data dan analisis data yang meliputi pengujian terhadap hipotesis penelitian.

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN

Bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan hasil penelitian dan saran kepada pihak-pihak yang memperoleh manfaat dari penelitian.


(26)

7 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Persepsi

Menurut Suharnan (2005: 23) persepsi adalah suatu proses penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki untuk mendeteksi atau memperoleh dan menginterpretasi stimulus yang diterima oleh alat indera seperti mata, telinga, dan hidung. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris (Walgito 2004: 87).

Pengertian persepsi dapat disimpulkan sebagai hasil proses penafsiran informasi yang diperoleh melalui alat indera manusia. Dengan demikian hasil persepsi tiap orang akan berbeda walaupun stimulus yang diterima sama. Pengalaman, kemampuan berpikir serta kerangka acuan juga menjadi faktor yang dapat mempengaruhi persepsi tiap orang berbeda.

B. Audit

Tugiman (1997: 113) menjelaskan audit sebagai suatu penilaian yang independen, terstruktur, dan didokumentasikan atas kecocokan dan implementasi suatu aktivitas terhadap persyaratan yang dispesifikasikan. Suatu audit dapat menguji setiap bagian dan spektrum pengendalian manajemen, termasuk keuangan, operasional, lingkungan, dan aspek mutu usaha. Munawir (1995: 1) juga menjelaskan bahwa auditing adalah


(27)

penyelidikan atau penilaian secara sistematis terhadap prosedur atau suatu operasi dengan tujuan menentukan kesesuaian dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Pengertian audit dapat disimpulkan sebagai suatu proses penyelidikan, pengumpulan dan penilaian bukti-bukti yang dilakukan oleh orang atau badan yang bebas tidak memihak untuk menilai proses yang diterapkan di dalam organisasi. Selanjutnya, hasil proses-proses tersebut akan diberikan kepada pihak yang berkepentingan untuk menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

1. Jenis- Jenis Pemeriksaan Audit

Ada tiga jenis pemeriksaan Audit menurut Jusup (2001: 15): a. Audit Laporan Keuangan

Dilakukan untuk menentukan apakah laporan keuangan sebagai keseluruhan, yaitu informasi kuantitatif yang akan diperiksa dan dinyatakan, sesuai dengan kriteria tertentu yang telah ditetapkan. Pada umumnya kriteria yang digunakan adalah prinsip akuntansi yang berlaku umum, meskipun audit lazim juga dilakukan atas laporan keuangan yang disusun berdasarkan dasar akuntansi lain yang cocok untuk organisasi yang diaudit.

b. Audit Kesesuaian

Tujuan audit kesesuaian adalah untuk menentukan apakah pihak yang diaudit telah mengikuti prosedur atau aturan tertentu yang diterapkan oleh pihak yang berwenang.


(28)

c. Audit Operasional

Audit operasional adalah pengkajian (review) atas setiap bagian dari prosedur dan metode yang diterapkan suatu organisasi dengan tujuan untuk mengevaluasi efisiensi dan efektifitas.

C. Audit Internal

Setianto (2004: 9) menjelaskan audit internal adalah kegiatan assurance dan konsultasi yang bersifat independen serta obyektif. Auditor internal dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Menurut Munawir (1995: 14) auditor internal juga bertugas menilai dan mengevaluasi tipe pengendalian dengan tujuan menemukan kelemahan-kelemahan atau penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaannya. Selanjutnya, auditor internal menyarankan kepada manajemen untuk melakukan perbaikan.

Audit internal merupakan fungsi penilaian yang independen yang dibuat dalam suatu organisasi dengan tujuan menguji dan mengevaluasi berbagai kegiatan yang dilaksanakan organisasi. Fungsi ini tidak sekedar memeriksa untuk menemukan ketidaksesuaian atau kekurangan yang terdapat pada organisasi yang diperiksanya, tetapi juga berusaha menemukan sebab ketidaksesuaian dan kekurangan yang ada serta mempertimbangkannya untuk melakukan perbaikan (Tugiman 1995: 95).

“Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan obyektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda


(29)

dalam organisasi untuk menentukan apakah (1) informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan; (2) risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi; (3) peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti; (4) kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi; (5) sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis; dan (6) tujuan organisasi telah dicapai dengan efektif-semua dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawab secara efektif” (Sawyer 2005: 10).

Audit internal dapat disimpulkan sebagai audit yang ditujukan untuk memperbaiki kinerja organisasi. Audit internal juga berfungsi sebagai penilai independen yang dibentuk dalam suatu organisasi dan mempunyai aktivitas untuk memberikan jaminan keyakinan terhadap pengendalian intern yang digunakan.

D. Tujuan Audit Internal

Tugiman (1997: 14) menjelaskan auditor internal dirancang untuk memastikan kehandalan sistem pengendalian yang dimiliki perusahaan. Akhirnya auditor internal memberi laporan kepada dewan komisaris secara periodik, sehubungan dengan baik tidaknya sistem pengendalian tersebut. Andayani (2008: 3) mengatakan tujuan audit internal meliputi penganalisaan, konsultasi, menilai anggota-anggota organisasi atas efektivitas dalam


(30)

melaksanakan tanggung jawab mereka, serta menginformasikan tindakan-tindakan yang telah di-review dan memberikan rekomendasi.

E. Tanggung Jawab Audit Internal

Akmal (2009: 19) menjelaskan tanggung jawab auditor internal adalah memberikan rekomendasi atau saran-saran kepada pimpinan berdasarkan pemeriksaan atau jasa konsultasi, mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan pemeriksaan, dan mencapai tujuan organisasi secara keseluruhan dengan hasil yang terbaik.

Andayani (2008: 95) menjelaskan auditor internal harus bertanggung jawab untuk merencanakan penugasan audit. Perencanaan harus didokumentasikan dan harus mencakup: penetapan tujuan audit dan lingkup pekerjaan; perolehan latar belakang informasi tentang aktivitas yang akan diaudit; penentuan sumber daya yang diperlukan untuk melakukan audit; komunikasi dengan orang-orang yang perlu mengetahui audit yang akan dilakukan; survei lapangan untuk mengenal lebih dekat aktivitas dan kontrol yang akan diaudit untuk mengindentifikasi hal-hal yang akan ditekankan dalam audit, dan untuk mengundang komentar dan saran dari klien; penulisan program audit; penentuan bagaimana, kapan, dan kepada siapa hasil audit akan dikomunikasikan; perolehan pengesahan rencana kerja audit.

Tanggung jawab auditor internal tidak hanya dalam bidang akuntansi atau pengendalian akuntansi internal saja, tetapi mencakup pula bidang yang luas dan fleksibel. Cakupan bidang-bidang yang menjadi tanggung jawab auditor


(31)

internal meluas seturut perkembangan organisasi, yakni seluruh bidang yang berkaitan dengan kegiatan operasi organisasi.

F. Peran Auditor Internal

Andayani (2008: 58) mengatakan auditor internal sangat membantu manajemen dengan mengevaluasi sistem pengendalian dan menunjukkan kelemahan-kelemahan dalam pengendalian internal. Dalam mengevaluasi pengendalian internal, auditor internal harus terus mengingat bahwa pengendalian dirancang untuk mencapai tujuan organisasi. Selain itu auditor internal juga berperan dalam beberapa hal:

1. Mengindentifikasi dan meminimalkan resiko. Semua organisasi menetapkan manajemen resiko dengan melakukan pendekatan yang holistik meliputi semua resiko pada perusahaan, yang berasal dari hukum, politik dan membuat peraturan, hubungan dengan pemegang saham, dan pengaruh persaingan.

2. Membantu membuat proses keputusan.

3. Me-review aktivitas perusahaan tidak hanya masa lalu, tetapi juga masa depan.

4. Membantu manajer membuat perencanaan, mengorganisasi, mengarahkan dan mengendalikan masalah.

5. Memberikan jasa konsultasi.

6. Menilai apakah pengunaan sumber daya sudah efektif, efisien dan ekonomis, serta apakah tujuan organisasi telah tercapai.


(32)

Tugiman (1995: 40) menjelaskan bahwa auditor internal haruslah menilai operasi atau program, apakah hasil-hasil yang dicapai telah sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, dan apakah pekerjaan/operasional tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan rencana. Auditor internal dapat merekomendasikan suatu rangkaian tindakan-tindakan yang tepat tergantung pada keadaan lapangan. Auditor internal berperan dalam memberikan bantuan kepada manajer yang bertanggungjawab untuk menentukan berbagai tujuan dan sasaran serta sistem, dengan menentukan apakah berbagai asumsi yang mendasari suatu hal telah sesuai, apakah telah menggunakan berbagai informasi yang akurat, terbaru dan relevan.

Auditor internal dapat disimpulkan berperan untuk memberikan nilai tambah dan melakukan perbaikan operasi, memeriksa dan mengevaluasi aktivitas organisasi sebagai jasa kepada organisasi. Peran tersebut dilakukan melalui pendekatan yang sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan melakukan perbaikan manajemen resiko, pengendalian dan proses yang jujur, bersih dan baik.

G. Definisi Peran Pengawas, Konsultan, dan Katalisator 1. Pengawas

Auditor internal sebagai pengawas berperan sebagai mata dan telinga manajemen. Pihak manajemen memerlukan kepastian bahwa semua kebijakan yang telah ditetapkan dapat berjalan sesuai apa yang telah digariskan atau dengan kata lain tidak menyimpang dari yang telah


(33)

direncanakan dan tidak akan dilaksanakan secara menyimpang juga oleh para pegawai. Orientasi audit internal banyak melakukan pemeriksaan terhadap tingkat ketentuan-ketentuan yang ada atau audit kepatuhan. Peran pengawas ini bersifat seperti seorang polisi yang selalu mengawasi karyawan untuk melalukan apa yang telah ditetapkan. Tidak heran bila karyawan merasa tertekan karena selalu diawasi dan auditor internal yang selaku pengawas berusaha untuk menemukan kesalahan-kesalahan. Akibatnya secara berangsur-angsur peran ini ditinggalkan (Tampubolon: 2005).

Peran pengawas adalah memastikan ketaatan atau kepatuhan terhadap ketentuan, peraturan atau kebijakan yang telah ditetapkan. Audit yang dilakukan adalah compliance audit dan apabila terdapat penyimpangan dapat dilakukan koreksi terhadap sistem pengendalian manajemen (Simbolon: 2011).

Kumaat (2010: 7) menjelaskan pandangan auditor internal sebagai pengawas, yaitu sebagai penangkal tindak kecurangan dengan mewaspadai kemungkinan adanya “musuh dalam selimut” di tengah perusahaan. Fungsi pengawas sebagai polisi perusahaan ini biasanya menjadi motivasi awal pembentukan auditor internal. Namun peran ini lambat laun akan menimbulkan kesan bahwa sepanjang tidak ada kasus penyelewengan, auditor praktis tidak banyak pekerjaan.


(34)

2. Konsultan

Ketika dunia usaha mulai menyadari bahwa semua usaha mengandung resiko, mulailah muncul kebutuhan untuk menerapkan internal audit berbasiskan resiko (risk based internal auditing). Sejalan dengan kebutuhan tersebut, auditor internal juga memberikan layanan kepada organisasi sebagai konsultan. Dengan dampak, auditor internal bukan hanya berperan sebagai pemeriksa, tetapi juga sekaligus berfungsi sebagai mitra manajemen. Tugas auditor internal sebagai konsultan adalah memberi masukan berbagai masalah yang berhubungan dengan pengelolaan berbagai sumber daya yang terdapat dalam sebuah organisasi. Fokus utama audit ini adalah membantu satuan kerja operasional mengelola resiko dengan mengindentifikasi masalah dan menyarankan perbaikan yang memberi nilai tambah untuk memperkuat organisasi (Tampubolon: 2005)

Peran sebagai konsultan dapat memberikan manfaat berupa nasihat (advice) dalam pengelolaan sumber daya sehingga dapat membantu tugas para manajer operasional. Audit yang dilakukan adalah operational audit, yaitu meyakinkan bahwa organisasi telah memanfaatkan sumber daya organisasi secara ekonomis, efisien dan efektif sehingga dapat dinilai apakah menajemen telah menjalankan aktivitas yang mengarah pada tujuan organisasi. Rekomendasi yang dibuat oleh auditor biasanya bersifat jangka menengah. Aplikasi nyata peran ini dalam perusahaan adalah


(35)

penerapan Control Self Assesment yang telah berjalan baik di beberapa perusahaan besar hingga saat ini (Simbolon: 2011).

3. Katalisator

Seiring dengan berkembangnya semua aspek dalam kehidupan, berkembang pula bermacam resiko yang berasal dari dalam maupun dari luar organisasi. Salah satu contoh resiko yang berasal dari luar organisasi (perusahaan) adalah banyaknya pesaing. Dalam menyikapi banyaknya pesaing, auditor internal dimungkinkan berperan sebagai katalisator yang ikut berperan serta menentukan tujuan dari perusahaan tersebut (Tampubolon 2005).

Peran sebagai katalisator berkaitan dengan quality assurance. auditor internal diharapkan dapat membimbing manajemen dalam mengenali risiko-risiko yang mengancam pencapaian tujuan organisasi. Quality assurance bertujuan meyakinkan bahwa proses bisnis yang dijalankan telah menghasilkan produk atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Dalam menjalankan perannya sebagai katalisator, auditor internal bertindak sebagai fasilitator dan agent of change. Pengaruh yang paling kuat dari peran katalisator bersifat jangka panjang, terutama berkaitan dengan tujuan organisasi yang dapat memenuhi kepuasan pelanggan dan pemegang saham (Simbolon 2011).


(36)

H. Efektivitas Pengendalian Internal

Menurut Jusup (2001: 252) pengendalian internal menurut COSO: Pengendalian internal ialah suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan komisaris, manajemen dan personil satuan usaha lainnya, yang dirancang untuk mendapat keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan dalam hal-hal berikut:

1. Keandalan pelaporan keuangan.

2. Kesesuaian dengan Undang-undang dan peraturan yang berlaku. 3. Efektivitas dan efisiensi operasi.

Ada sembilan indikator indikator efektivitas pengendalian internal (Tugiman 1997):

1. Kelayakan dan arti penting temuan pemeriksaan beserta rekomendasinya (reasonable and meaningful findings and recommendations). Tolak ukur ini untuk melihat apakah suatu temuan dan rekomendasi dari audit internal dapat memberikan nilai tambah bagi auditee dan apakah dapat dipergunakan oleh manajemen sebagai suatu informasi yang berharga.

2. Respon dari objek yang diperiksa (auditee’s response and feedback). Berkaitan dengan tolak ukur pertama sekaligus berkenaan pula dengan umpan balik dan respon dari auditee. Apakah temuan atau rekomendasi tersebut dapat diterima dan dioperasionalisasikan oleh auditee. Temuan pemeriksaan dan rekomendasi dari auditor yang tidak dapat dioperasionalisasikan dan tidak mendapat respon dari


(37)

auditee kemungkinan terjadi karena adanya kesalahan dalam proses pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor atau sebab-sebab lainnya. 3. Profesionalisme auditor (professionalism of the internal audit

department). Kriteria dari profesionalisme adalah: a. Independensi

b. Integritas seluruh personil pemeriksaan

c. Kejelian dan ketajaman review pimpinan tim pemeriksa d. Penampilan, sikap, dan perilaku pemeriksa

e. Kesanggupan dan kemampuan dalam memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan auditee atas permasalahan yang diajukan f. Kemampuan tim pemeriksa dalam melakukan komunikasi dan

didapatnya tanggapan yang baik dari auditee atau manajemen puncak

g. Pendidikan dan keahlian para pemeriksa

4. Peringatan dini (absence of surprise). Auditor dapat memberikan laporan peringatan dini baik dalam bentuk formal maupun informal mengenai kelemahan atau permasalahan operasi perusahaan serta kelemahan pengendalian manajemen.

5. Kehematan biaya pemeriksaan (cost effectiveness of the internal audit department). Output dari suatu biaya pemeriksaan tidak dapat diukur. Bila pemeriksaan yang dilakukan mampu meminimalisasi biaya tanpa mengurangi nilai tambah yang dihasilkan, maka pemeriksaan sudah efektif ditinjau dari tolak ukur ini.


(38)

6. Pengembangan personil (development of people). Jika pengembangan personil dianggap menjadi peran yang penting, maka pimpinan auditor akan menggunakan waktunya dalam pembinaan untuk penempatan dan pengembangan stafnya.

7. Umpan balik dari manajemen lainnya (operating management’s feedback). Umpan balik dari manajemen lainnya bersifat subjektif dan sangat dipengaruhi oleh profesi auditor itu sendiri, yakni sampai sejauh mana dukungan yang diberikan oleh para manajemen lainnya terhadap para auditor dalam melaksanakan kegiatan pemeriksaan. 8. Meningkatnya jumlah pemeriksaan (number of requests for audit

work). Semakin baik dan semakin meningkat kemampuan auditor maka manfaat dari audit ini akan semakin dirasakan. Dengan semakin dirasakannya manfaat tersebut, jumlah pemeriksaan pun akan semakin meningkat seiring dengan perkembangan.

9. Tercapainya program pemeriksaan. Meliputi tindakan evaluasi terhadap risiko objek yang diperiksa serta jaminan bahwa bidang-bidang yang berisiko tinggi telah ditempatkan sebagai prioritas utama dalam perencanaan pemeriksaan.

Lebih lanjut Tugiman menjelaskan lima faktor atau syarat yang harus dipertimbangkan untuk mencapai efektivitas pengendalian internal.

1. Akses, berkaitan dengan masalah ketersediaan informasi yang diperlukan oleh auditor internal untuk melaksanakan audit. Aksesnya dapat bersumber dari:


(39)

a. Fasilitas, meliputi seluruh realitas fisik yang mungkin dapat memberikan informasi bagi auditor yang melakukan observasi langsung.

b. Catatan, yang mewakili realitas walaupun bukan realitas itu sendiri. c. Orang, terutama bila fasilitas dan catatan kurang mendukung.

2. Objektivitas, merupakan keadaan jiwa yang memungkinkan seseorang untuk merasakan sesuatu realitas seperti apa adanya. Hal tersebut dapat dicapai melalui kesadaran, pengetahuan formal, pengetahuan berdasarkan pengalaman (ketekunan) dan tidak adanya kecondongan emosional. 3. Kebebasan berpendapat, merupakan suatu keadaan yang memungkinkan

auditor menyatakan sesuatu yang diketahuinya tanpa rasa takut adanya konsekuensi yang buruk bagi status. Pemisahan organisasional sangat membantu kebebasan berpendapat.

4. Ketekunan, pada umumnya ketekunan merupakan kualitas yang berasal dari dalam diri auditor sehingga dapat dipengaruhi untuk menjadi lebih baik atau lebih buruk. Ketekunan dapat diperkuat dengan pemberian isyarat menyangkut maksud atasan sesungguhnya serta status organisasional yang memadai.

5. Ketanggapan, merupakan perhatian auditor terhadap berbagai temuan dan pembuatan keputusan. Adanya tindakan korektif bila dipandang perlu. Ketanggapan sangat dipengaruhi oleh status organisasional auditor internal.


(40)

I. Penelitian Sebelumnya

1. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Priantinah dan Adhisty (2012). Kedua peneliti ini meneliti tentang peran auditor internal sebagai pengawas. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa pelaksanaan peran auditor internal dapat membuat karyawan merasa tidak nyaman. Karyawan merasa kurang menyukai kehadiran auditor internal sehingga kinerja yang mereka kurang maksimal. Peran auditor internal sebagai pengawas juga dianggap karyawan kurang memberikan kontribusi yang maksimal dalam membantu pencapaian tujuan perusahaan. Karyawan Hotel Inna Garuda Yogyakarta membutuhkan auditor internal yang tidak hanya berfokus pada penemuan kecurangan yang terjadi tetapi juga berperan sebagai konsultan yang memberikan masukan dan pemikiran dalam membantu pencapaian tujuan perusahaan serta dapat menunjang efektivitas pengendalian atas kegiatan-kegiatan yang dijalankan. Peran auditor internal sebagai katalisator merupakan peran yang paling sedikit diperankan oleh auditor Hotel Inna Garuda Yogyakarta.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Rawung (2007) menemukan perbedaan persepsi terhadap peranan auditor internal berdasarkan usia, lama kerja, dan jenis kelamin. Menurut karyawan yang berusia antara 30-40 tahun dan 40-50 tahun, auditor internal telah bekerja baik sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Tjahyo (2010) melihat peran auditor internal di Perguruan Tinggi Universitas Sanata Dharma Yogakarta


(41)

sebagai Consultant. Tjahyo menemukan bahwa total skor dan peringkat nilai rata-rata (mean rank) mengenai peran ini lebih tinggi dari kedua peran lainnya yaitu peran sebagai Watchdog dan Catalyst.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Listiatik (2007) hasil analisis data dari persepsi karyawan tentang peran auditor internal sebagai konsultan lebih tinggi dari kedua peran yang lain yaitu peran sebagai pengawas dan katalisator.

J. Kerangka Konseptual

Penelitian ini membuat suatu kerangka pemikiran yang menjadi landasan dalam penulisan agar pada akhirnya dapat diketahui peran auditor dalam mempengaruhi efektivitas pengendalian internal Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Kerangka konsep penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Gambar I Kerangka konseptual penelitian Keterangan:

= Pengaruh secara parsial (sendiri-sendiri) Peran auditor sebagai

pengawas

Peran auditor sebagai konsultan

Peran auditor sebagai katalisator

Efektivitas


(42)

K. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta–fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

H1: peran auditor internal sebagai pengawas berpengaruh positif terhadap efektivitas pengendalian internal di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

H2: peran auditor internal sebagai konsultan berpengaruh positif terhadap efektivitas pengendalian internal di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

H3: peran auditor internal sebagai katalisator berpengaruh positif terhadap efektivitas pengendalian internal di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.


(43)

24 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus dengan melakukan penelitian di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tentang persepsi karyawan terhadap peran auditor internal dalam meningkatkan efektivitas pengendalian internal. Kesimpulan yang diambil dalam penelitian ini hanya berlaku di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Mei 2015. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta yang berlokasi di Jalan Cik Di Tiro Nomor 30 Yogyakarta.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah karyawan Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta yang berada di bidang:

a. Seksi Pelayanan dan Penunjang Medik b. Seksi Pelayanan Keperawatan

c. Seksi Administrasi dan Logistik d. Seksi Pelayanan Infrastruktur


(44)

D. Objek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah persepsi karyawan tentang peran auditor internal apakah berperan sebagai pengawas, konsultan atau katalisator dalam meningkatkan efektivitas pengendalian internal.

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Kuesioner

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan selama penelitian adalah melalui kuesioner. Kuesioner disebarkan bertujuan untuk memperoleh jawaban mengenai tanggapan karyawan tentang peran auditor internal dalam meningkatkan efektivitas pengendalian internal di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

Kuesioner yang disebarkan terdiri dari empat variabel:

a. Variabel persepsi karyawan terhadap peran auditor internal sebagai pengawas, disebut X1. Variabel X1 dianalisis berdasarkan pernyataan nomor 1 sampai dengan 7. Sebagai pengawas, dimana auditor internal lebih dominan melakukan pemeriksaan dan pengawasan untuk memastikan prosedur telah sesuai dengan standar yang telah ditentukan organisasi. b. Variabel persepsi karyawan terhadap peran Auditor Internal


(45)

berdasarkan pernyataan 8 sampai dengan 14. Peran auditor internal sebagai konsultan adalah menjadi mitra manajemen, memberi masukan atau nasihat kepada karyawan, menyarankan perbaikan guna memperkuat organisasi, dan meyakinkan organisasi telah memanfaatkan sumber daya secara optimal untuk mencapai tujuan organisasi.

c. Variabel persepsi karyawan terhadap peran auditor internal sebagai katalisator, disebut X3. Variabel X3 dianalisis berdasarkan pernyataan 15 sampai dengan 21. Peran auditor internal sebagai katalisator adalah membimbing manajemen dalam mengenali risiko-risiko yang mengancam serta ikut serta dalam menentukan tujuan organisasi. Proses auditnya disebut quality assurance dan bersifat jangka panjang karena ikut menanamkan nilai-nilai yang sangat mendasar sesuai konsep quality management yang menjadi pegangan karyawan.

d. Variabel persepsi karyawan terhadap efektivitas pengendalian internal, disebut Y. Variabel Y dianalisis berdasarkan pernyataan 22 sampai dengan 28 dan digunakan untuk mengetahui seberapa besar efektivitas pengendalian internal dalam menentukan tujuan organisasi.

Skala pengukuran jawaban dari kuesioner yang disebar menggunakan Skala Likert. Skala ini digunakan untuk mengukur


(46)

sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono 2004: 86).

Kuesioner dikembangkan dari kuesioner penelitian yang dilakukan oleh Listiatik (2007) terdiri dari 28 (dua puluh delapan) pernyataan yang bersifat tertutup. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), atau Sangat Tidak Setuju (STS). Berikut ini adalah skor penilaian dengan menggunakan skala likert.

Tabel 1. Skor Penilaian

Alternatif Jawaban Skor Penilaian

Sangat Setuju (SS) 4

Setuju (S) 3

Tidak Setuju (TS) 2

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 Sumber : (Sugiyono 2004: 86-87)

Skala likert ini kemudian menskala individu yang bersangkutan dengan menjumlah skor penilaian dari jawaban yang dipilih. Nilai rata-rata dari masing-masing responden dapat dikelompokkan ke dalam kategori kelas interval.

2. Pengkategorian untuk persepsi

Pengkategorian menggunakan skala interval. Menurut Istijanto (2009: 83) Skala interval itu sendiri merupakan skala yang memiliki urutan dan memiliki interval atau jarak yang sama antara kategori atau titik-titik terdekatnya.


(47)

a. Jumlah Kategori

Kategori dalam skala interval umumnya dibagi menjadi empat, yaitu: sangat rendah, rendah, tinggi, dan sangat tinggi.

b. Menentukan interval setiap kategori

Kelas interval = Nilai maksimum - Nilai minimum Kelas interval

Interval = 4 - 1 = 0,75 4

c. Menyusun kategori berdasarkan penjelasan a dan b

Dengan rentang skala 0,75 maka numeriknya sebagai berikut: 1) Sangat Tidak Setuju (STS) apabila skor variabel 1,00 s/d 1,74

yang menunjukkan persepsi karyawan terhadap peran auditor internal dan efektivitas pengendalian internal masuk kategori sangat rendah.

2) Tidak Setuju (TS) apabila skor variabel 1,75 s/d 2,49 yang menunjukkan persepsi karyawan terhadap peran auditor internal dan efektivitas pengendalian internal masuk kategori rendah.

3) Setuju (S) apabila skor variabel 2,50 s/d 3,24 yang menunjukkan persepsi karyawan terhadap peran auditor internal dan efektivitas pengendalian internal masuk kategori tinggi.

4) Sangat Setuju (SS) apabila skor variabel 3,24 s/d 4,00 yang menunjukkan persepsi karyawan terhadap peran auditor


(48)

internal dan efektivitas pengendalian internal masuk kategori sangat tinggi.

F. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Sugiyono (2007: 115) mengatakan “Populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi yang digunakan adalah

seluruh karyawan yang bekerja di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta yang berhubungan dengan auditor internal.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono 2009: 116). Penulis akan menentukan sampel berdasarkan rumus dari Slovin, dengan rumus sebagai berikut :

n =

Keterangan :

n : Jumlah sampel N : Ukuran populasi e : Batas kesalahan

Bila populasinya berjumlah 52 orang dan besarnya taraf signifikansi α = 5%, maka perhitungan sampel yang diambil untuk penelitian adalah


(49)

52 n =

1+ 52 (0,05)2 n = 46,0177

Berdasarkan perhitungan di atas, maka jumlah sampelnya adalah 46,0177 orang dan dibulatkan menjadi 46 orang.

G. Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan non probability sampling, dimana teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Wiratna 2011: 15). Sedangkan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu yang dimaksud adalah pihak-pihak yang terlibat dengan kegiatan pengauditan internal di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Pertimbangan ini dilakukan untuk memperkuat kesimpulan terhadap hasil pengolahan data (Sugiyono 2011: 126).

H. Pengujian Instrumen Penelitian 1. Uji Instrumen Penelitian

a. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui seberapa tepat dan cermat suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila


(50)

alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar 1992: 4).

Uji validitas yang digunakan adalah teknik korelasi product moment oleh Karl Pearson, dengan tingkat kesalahan 5%. Jika r hitung lebih besar daripada r tabel maka data dinyatakan valid dan memenuhi pengujian berikutnya. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut:

Di mana:

n = jumlah sampel

x = skor butir seluruh pernyataan y = skor total

b. Uji Reliabilitas

Azwar (1992: 4) menjelaskan bahwa hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur belum berubah. Uji reliabilitas yang digunakan adalah koefisien alpha (cronbach alpha), yaitu melakukan pembelahan tes tidak hanya terbatas kedalam dua belahan saja melainkan beberapa belahan apabila diperlukan.


(51)

Rumusan formula umum koefisien alpha adalah sebagai berikut:

Di mana:

k = banyaknya belahan tes sj2 = Varians belahan j; j= 1,2,..k sx2 = Varians skor tes

2. Analisis Regresi Berganda a. Uji Statistik Parametik

Menurut Sugiyono (2007: 119) statistik parametrik digunakan untuk menguji parameter populasi melalui statistik. Pengertian statistik di sini adalah data yang diperoleh dari sampel.

1) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Jika variabel residual memiliki distribusi tidak normal, maka hasil uji akan bias. Uji normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan uji statistik non-parametrik Kolmogorof Smirnov.

Adapun prosedur pengujiannya dapat dijelaskan, sebagai berikut:

a) data masing-masing variabel diuji dengan uji Kolmogorof Smirnov.


(52)

b) nilai signifikansi korelasi yang dihasilkan dibandingkan dengan standar 0,05.

c) diambil kesimpulan dengan kriteria bahwa suatu kelompok data dikatakan memiliki distribusi normal jika memiliki nilai signifikansi > 0,05.

2) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas, jika berbeda disebut heterokedastisitas. Yang baik adalah jika yang terjadi homokedastisitas. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antar prediksi variabel dependen (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scaterplot antara SRESID dan ZPRED, dimana sumbu Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residualnya (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah distandardisasi. Analisisnya adalah:

a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola yang teratur (bergelombang melebar kemudian menyempit) maka terjadi heterokedastisitas.


(53)

b) Jika tidak ada pola yang jelas seperti titik-titik menyebar diatas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka hal ini mengindikasikan tidak terjadi heterokedastisitas.

3) Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi dapat dikatakan baik jika variabel-variabel independenya tidak saling berkorelasi. Pengujian multikolinearitas terhadap data yang akan diuji dilakukan dengan menggunakan alat analisa korelasi.

Cara mendeteksi keberadaan gejala multikolinearitas dengan cara ini dilakukan dengan melihat hasil uji korelasi yang dilakukan terhadap masing-masing data variabel independen. Adapun prosedur pengujiannya dapat dijelaskan, sebagai berikut:

a) data masing-masing variabel independen diuji korelasi.

b) nilai korelasi yang dihasilkan dibandingkan dengan standar 0,9.

c) diambil kesimpulan dengan kriteria jika nilai korelasi antar variabel independen < 0,9, maka data pada variabel tersebut dapat bebas dari gejala multikolinearitas. Sedangkan jika nilai korelasinya > 0,9, maka data pada variabel tersebut dapat dikatakan mengandung gejala multikolinearitas.


(54)

b. Koefisien determinasi

Koefisien ini menjelaskan seberapa besar variasi dari variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel independen. R2 yang digunakan adalah R2 yang telah memperhitungkan jumlah variabel bebas dalam suatu model regresi atau disebut adjusted R2 yang diperoleh dengan rumus (Gujarati dan Zein, 1995: 102):

adjusted R2 =

k N

1 N R 1

1 2

Keterangan :

N = Jumlah sampel.

k = Banyaknya parameter atau koefisien plus konstanta. Batas nilai adjusted R2 adalah antara 0 sampai dengan 1, semakin tinggi nilai adjusted R2 maka akan semakin baik hasil regresi. Nilai adjusted R2 sebagai ukuran ketepatan suatu garis regresi yang diterapkan terhadap suatu kelompok data hasil observasi. Semakin besar adjusted R2, semakin baik atau semakin cocok pula suatu garis regresi.

c. Uji t (Secara parsial)

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen secara parsial mampu mempengaruhi variabel dependen Sunyoto (2009: 152).


(55)

Langkah-langkah yang dilakukan dalam uji t yaitu: 1) Menentukan Ho dan Ha

Ho : β1, β 2, β3 ≤ 0, artinya variabel peran auditor sebagai pengawas (X1), konsultan (X2), dan katalisator (X3) secara parsial tidak berpengaruh positif terhadap efektivitas pengendalian internal (Y).

Ha : β 1, β 2, β 3 > 0, artinya variabel peran auditor sebagai pengawas (X1), konsultan (X2), dan katalisator (X3) secara parsial berpengaruh positif terhadap efektivitas pengendalian internal (Y).

2) Menentukan level of significance (α):

Dalam penelititan ini level of significance atau tingkat signifikannya sebesar 0,05 (5%) dengan derajat bebas (df) = n-1-k dan n merupakan jumlah sampel penelitian dan k merupakan jumlah variabel.

3) Menentukan nilai t hitung

4) Kriteria Penerimaan dan Penolakan Hipotesis t hitung t tabel atau – t hitung -t tabel jadi diterima. t hitung > t tabel atau – t hitung < -t tabel jadi ditolak.

Dalam pelaksanaan proses regresi, peneliti menggunakan alat bantu SPSS.


(56)

37 BAB IV

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Sejarah Berdirinya Rumah Sakit Panti Rapih

Sejarah berdirinya Rumah Sakit Panti Rapih, di Jalan Cik Di Tiro 30 Yogyakarta, tidak terlepas dari sejarah perkembangan Gereja Katolik di Yogyakarta. Pada tahun 1914 warta gembira Kerajaan Allah mulai dikenal oleh warga Yogyakarta dengan dimulainya pelajaran agama Katolik di rumah R.P. Himawidjaja (ayah Mgr. A. Djajasepoetro, SJ). Para misionaris bersama murid-murid dari kolose Xaverius Muntilan dengan semangat merasul yang tinggi mampu membuat Yogyakarta menjadi daerah baru untuk pewartaan Injil. Tahun 1917 berdirilah Standaart-School sebagai lembaga pendidikan Katolik pertama di Yogyakarta. Seiring perjalanan waktu, lembaga pendidikan Katolik di Yogyakarta semakin berkembang.

Dari perkembangan yang menggembirakan tersebut, para misionaris berkeinginan mengembangkan karyanya bagi masyarakat pribumi dengan membangun rumah sakit. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, maka pengurus Gereja Yogyakarta menjalin hubungan dengan para Suster Fransiskanes agar bersedia mengelola rumah sakit. Namun karena pilihan para Suster Fransiskanes untuk berkonsentrasi di bidang pendidikan maka tawaran tersebut terpaksa ditolak. Tahun 1921 pengurus Gereja Yogyakarta memutuskan untuk meminta bantuan kepada Suster-suster Carolus Borromeus (CB) yang berpusat di Maastricht, Belanda untuk mengelola


(57)

rumah sakit. Keputusan para suster CB menerima tawaran ini kemungkinan besar karena keberadaan Ir. Julius Robert Anton Marie Schmutzer -seorang tokoh awam dan administratur onderneming Gondang Lipoero di Ganjuran Bantul- yang memiliki hubungan erat dengan Kongregasi Suster CB. Istri beliau, Ny. C.T.M. Schmutzer adalah murid sekolah perawat yang dikelola Suster CB di Belanda.

Titik awal berdirinya Rumah Sakit Panti Rapih adalah dibentuknya yayasan Onder de Bogen atau dalam bahasa Belanda Onder de Bogen

Stichting oleh pengurus Gereja Yogyakarta pada tanggal 22 Februari 1927.

Tanda pembangunan fisik rumah sakit dimulai dengan peletakan batu pertama oleh Ny. C.T.M. Schmutzer van Rijckevorsel pada tanggal 14 September 1928.

Pada bulan Januari 1929, tibalah lima orang Suster Cinta Kasih St. Carolus Borromeus dari Belanda. Mereka adalah Moeder Gaudentia Brand, Sr. Yudith de Laat, Sr. Ignatia Lemmens, Sr. Simonia, dan Sr. Ludolpha de Groot. Karena bangunan belum selesai, maka kelima suster tersebut dititipkan di biara Suster OSF Yogyakarta.

Pembangunan rumah sakit akhirnya dapat diselesaikan pada pertengahan Agustus 1929. Selanjutnya, pada tanggal 24 Agustus 1929 Mgr. A.P.F van Velse, SJ berkenan memberkati bangunan tersebut. Tanggal 14 September 1929 secara resmi rumah sakit dibuka oleh Sri Sultan Hamengku Buwono VIII dengan nama Rumah Sakit "Onder de Bogen".


(58)

Beberapa tahun kemudian Sri Sultan Hamengku Buwono VIII berkenan menghadiahkan sebuah mobil ambulance sebagai penghargaan atas pelayanan rumah sakit bagi masyarakat pribumi.

Bangunan yang dihiasi dengan lengkungan-lengkungan dan nama Onder

de Bogen mengingatkan para Suster CB yang berdinas di rumah sakit ini akan

induk biara Suster-Suster CB di Maastricht, Belanda.

Para suster melayani dan merawat orang sakit, meringankan penderitaan sesama sesuai dengan ajaran Injil tanpa memandang agama dan bangsa. Sedikit demi sedikit penderita datang dan semakin lama semakin bertambah dan meningkat jumlahnya. Sebagian besar pasien berasal dari lingkungan pejabat Belanda dan kerabat Kraton.

Sementara itu rakyat yang miskin dan lemah belum bisa menikmati pelayanan rumah sakit. Para suster menjadi prihatin dan merasa tidak puas akan pelayanan rumah sakit ini. Oleh karena itu Pimpinan Umum Suster-suster CB di Maastricht mendesak Pengurus Yayasan Onder de

Bogen untuk menyediakan fasilitas guna melayani rakyat kecil yang miskin

dan lemah. Namun apa daya, Yayasan Onder de Bogen belum mempunyai dana yang cukup untuk itu. Melalui uluran tangan Kongregasi Bruder FIC, cita-cita mulia para suster tersebut dapat terwujud. Sebuah bangsal khusus bagi orang yang tidak mampu akhirnya berasil dibangun dan diberi nama Bangsal Theresia.


(59)

Hari berganti hari, jumlah penderita yang datang semakin meningkat. Fasilitas pun harus terus ditambah dan dikembangkan untuk mengimbangi kebutuhan pelayanan.

Pada tahun 1942 datanglah bangsa Jepang untuk menjajah Indonesia tercinta ini. Dalam waktu singkat, penderitaan besar segera melanda seluruh penjuru Indonesia. Rumah Sakit Onder de Bogen tidak terhindar pula dari penderitaan ini. Pengelolaan rumah sakit menjadi kacau balau. Keadaan keuangan rumah sakit benar-benar menyedihkan: biaya rutin saja harus ditutup dengan segala susah payah.

Sementara itu para Suster Belanda diinternir dan dimasukkan kamp tahanan Jepang. Dan saat itu yang paling pedih pun datang; rumah sakit Onder de Bogen diambil alih menjadi rumah sakit pemerintah Jepang. Dr. Sentral selaku Direktur Rumah Sakit, dipindahkan ke Rumah Sakit Bethesda, yang juga diambil alih pemerintah Jepang. Pimpinan rumah sakit diserahkan kepada Sr. Sponsari, dan Moeder Yvonne diangkat sebagai Pembesar Umum Suster CB di Indonesia. Keadaan rumah sakit menjadi semakin parah.

Pemerintah Jepang juga menghendaki agar segala sesuatu yang berbau Belanda termasuk bahasa beda, tidak digunakan di seluruh bumi Indonesia. Tidak luput pula nama rumah sakit ini harus diganti dengan nama pribumi. Mgr. Alb. Soegijopranoto, SJ, Bapa Uskup Keuskupan Semarang berkenan memberikan nama baru "Rumah Sakit Panti Rapih", yang berarti Rumah Penyembuhan.


(60)

Sesudah masa pendudukan Jepang, berkibarlah dengan megahnya Sang Dwi Warna, Merah Putih, dan para Suster CB dapat kembali lagi ke Rumah Sakit Panti Rapih. Dengan semangat cinta kasih, mereka merawat para pejuang kemerdekaan bangsa Indonesia, diantaranya Panglima Besar Angkatan Perang Republik Indonesia, Jenderal Sudirman. Ketika Sr. Benvunito -seorang Suster CB yang merawat Jenderal Sudirman- memperingati genap 25 tahun membiara, Panglima Besar Jenderal Sudirman berkenan merangkai sebuah sajak indah dan ditulis tangan dengan hiasan yang cantik khusus untuk Suster Benvunito dan Rumah Sakit Panti Rapih. Sajak yang berjudul RUMAH NAN BAHAGIA tersebut saat ini masih tersimpan dengan baik.

Sesudah kedaulatan Indonesia diakui oleh dunia internasional, maka Rumah Sakit Panti Rapih semakin dikenal dan mendapat kepercayaan dari masyarakat. Semakin banyak pula penderita yang datang dan dirawat di Rumah Sakit Panti Rapih. Untuk mengimbangi hal ini, para pengurus yayasan dan para suster merencanakan untuk memperluas bangunan dan menambah fasilitas. Pelaksanaan rencana tersebut ternyata membutuhkan dana dan pembiayaan yang tidak sedikit. Para Suster CB bersama pengurus yayasan berusaha keras sekuat tenaga untuk mendapatkan dana bantuan, baik dari pemerintah maupun dari umat Katolik. Sekedar untuk menambah dana, para Suster membuat lukisan-lukisan dan pekerjaan tangan lainnya untuk dijual. Atas jasa dan jerih payah Marcus Mangoentijoso, yang menjabat sebagai Pengurus Yayasan pada waktu itu, diperoleh bantuan yang cukup besar dari


(61)

Pemerintah Republik Indonesia melalui Yayasan Dana Bantuan, yang dapat dimanfaatkan untuk membangun bangsal Albertus, bangsal Yacinta dan Poliklinik Umum.

Tahap demi tahap, sesuai dengan datangnya dana bantuan Rumah Sakit Panti Rapih melengkapi dirinya dengan fasilitas-fasilitas yang sebaiknya dimiliki sebuah rumah sakit, baik peralatan medis, peralatan unit penunjang, maupun bangunan-bangunan bangsal baru dan poliklinik.

Untuk dapat lebih memperpanjang daya jangkau pelayanan kepada masyarakat kecil, khususnya warga pedesaan, Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta membuka cabang berupa Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan di daerah Pakem dan di daerah Kalasan. Khusus untuk warga masyarakat lemah dan miskin yang benar-benar membutuhkan pelayanan rumah sakit dibukalah bangsal PUSPITA yang merupakan singkatan dari "Pusat Spiritualitas" (http://www.pantirapih.or.id/index.php/profil/sejarah) Diakses tanggal 29 Mei 2015.

B. Visi dan Misi Rumah Sakit Panti Rapih 1. Visi

Rumah Sakit Panti Rapih sebagai rumah sakit rujukan yang memandang pasien sebagai sumber inspirasi dan motivasi kerja dengan memberikan pelayanan kepada siapa saja secara profesional dan penuh kasih dalam suasana syukur kepada Tuhan.


(62)

2. Misi

a. Rumah Sakit Panti Rapih menyelenggarakan pelayanan kesehatan menyeluruh secara ramah, adil, profesional, ikhlas, dan hormat dalam naungan iman Katolik yang gigih membela hak hidup insani dan berpihak kepada yang berkekurangan.

b. Rumah Sakit Panti Rapih memandang karyawan sebagai mitra karya dengan meberdayakan mereka untuk mendukung kualitas kerja demi kepuasan pasien dan keluarganya, dan dengan mewajibkan diri menyelenggarakan kesejahteraan karyawan secara terbuka, proporsional, adil, dan merata sesuai dengan perkembangan dan kemampuan.

C. Nilai-nilai Rumah Sakit Panti Rapih 1. Ramah

Ringan menyapa, tulus tersenyum, dan peka pada harapan/kebutuhan yang dilayani.

2. Adil

Memberikan layanan kesehatan dan sikap melayani yang sama tanpa memandang strata sosial, pangkat/jabatan, kaya-miskin, asal-usul, dan perbedaan lain.

3. Profesional

Memberikan layanan sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan secara optimal setara dengan tersedianya sumber-sumber yang ada.


(63)

4. Ikhlas

Kepada siapapun, memperoleh seberapapun, tidak menjadi halangan untuk terus melayani dan membela kehidupan pasien sampai Tuhan sendiri mengambil keputusan.

5. Hormat

Sikap menghargai keunikan sebagai sumber yang mendasari pengabdian kepada setiap orang dan semua makhluk ciptaan Tuhan.

D. Logo dan Motto Rumah Sakit Panti Rapih Logo Rumah Sakit Panti Rapih

Gambar II

Logo dan Motto Rumah Sakit Panti Rapih Sumber: Rumah Sakit Panti Rapih

Dengan motto “Sahabat Untuk Hidup Sehat” Rumah Sakit Panti Rapih

menyadari sepenuhnya bahwa pelayanan kesehatan (perawatan dan pengobatan) yang diselenggarkan merupakan bagian dari doa permohonan para pasien dan keluarganya untuk memohon kesembuhan jiwa dan atau raga


(64)

dari Allah sendiri yang sesungguhnya berkuasa atas kesehatan dan kehidupan manusia ciptaan Nya.

E. Pelayanan Rumah Sakit Panti Rapih 1. Jenis Pelayanan

a. Pelayanan Medis

1) Pelayanan Rawat Jalan

Pelayanan di Instalasi Rawat Jalan meliputi beberapa Klinik yaitu Klinik Umum, Klinik Gigi, Spesialis, Klinik Perjanjian atau Eksekutif, dan Klinik Medical Check Up. Berikut adalah penjelasan mengenai masing-masing klinik yang ada:

a) Klinik Umum b) Klinik Gigi c) Klinik Spesialis :

(1) Spesialis Anak

(2) Spesialis Penyakit Dalam (3) Spesialis Penyakit Jantung (4) Spesialis Penyakit Paru (5) Spesialis Penyakit Sal Cerna (6) Spesialis Penyakit Darah (7) Spesialis Bedah:

(a) Bedah Umum (b) Bedah Anak


(65)

(d) Bedah Digesti

(e) Bedah Thoraks dan Pembuluh Darah (f) Bedah Syaraf

(8) Spesialis Obsgyn (9) Spesialis Ortopedi (10) Spesialis Urologi (11) Spesialis Mata (12) Spesialis THT (13) Spesialis Syaraf

(14) Spesialis Kesehatan Jiwa (15) Spesialis Kulit & kelamin (16) Spesialis Rehabilitasi Medis (17) Spesialis Radioterapi

d) Klinik Perjanjian atau Eksekutif: sesuai perjanjian atau kesepakatan antara pasien dan dokter.

e) Klinik Medical Check Up f) Klinik Psikologi

g) Klinik Akupuntur b. Pelayanan Gawat Darurat

Pelayanan gawat darurat dilaksanakan 24 jam dengan akses yang sangat mudah. Dokter jaga bersertifikat dan berpengalaman selalu siap di tempat. Mereka dibantu oleh dua perawat yang telah memiliki keterampilan dan sertifikat PPGD. Pelayanan gawat darurat juga


(66)

didukung dengan fasilitas dan peralatan untuk penanganan gawat darurat yang lengkap dan siap pakai.

c. Pelayanan Kamar Bedah

Pelayanan kamar bedah memiliki sepuluh kamar operasi dengan kemampuan memberikan pelayanan operasi pada semua kasus sesuai dengan pelayanan dokter spesialis yang ada.

d. Pelayanan Penunjang Medis 1) Pelayanan Laboratorium

Pelayanan Laboratorium 24 jam dengan kemampuan pemeriksaan laboratorium patologi klinik dan patologi anatomi.

2) Pelayanan Radiologi

Pelayanan Radiologi 24 jam dengan kemampuan pemeriksaan X-ray konvensional, fluoroscopy, BMD, USG 4 dimensi, MRI, dan CT Scaning 64 slice

3) Pelayanan Farmasi

Pelayanan Farmasi 24 jam dengan outlet farmasi rawat jalan di 3 tempat.

4) Pelayanan Rehabilitasi Medis

Mampu memberikan pelayanan fisioterapi, okupasi terapi, terapi wicara, dan ortotik preostetik

5) Pelayanan Rekam Medis

Memberikan pelayanan surat keterangan medik dan pengurusan akte kelahiran bayi yang lahir di RS Panti Rapih.


(67)

e. Pelayanan Perawatan Jenazah

Melayani perawatan jenazah sesuai dengan semua agama baik yang meninggal di Rumah Sakit Panti Rapih maupun di luar Rumah Sakit Panti Rapih. Menyediakan ruang tuguran atau persemayaman jenazah. 2. Pelayanan Unggulan

Pelayanan unggulan Rumah Sakit Panti Rapih meliputi:

a. Pelayanan Ortopedi, yaitu kemampuan tim kesehatan Rumah Sakit Panti Rapih dalam melaksanakan penanganan masalah sendi lutut, sendi panggul, dan sendi tulang belakang dengan pembedahan penggantian sendi lutut (total knee replacement), pengantian sendi panggul (total hip replacement), dan pelurusan sendi tulang belakang akibat skoliosis.

b. Pelayanan Urologi, yaitu kemampuan tim kesehatan Rumah Sakit Panti Rapih dalam menangani berbagai masalah batu saluran kencing mulai dari tindakan non invasive, minimal invasive, maupun tindakan pembedahan biasa. Didukung dengan alat-alat yang lengkap dan canggih sehingga segala jenis batu saluran kencing dapat ditangani. c. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak, yaitu pelayanan komprehensif

yang diberikan bagi ibu dan anak yakni sejak ibu mengandung, melahirkan, sampai dengan perkembangan anak. Pelayanan ini didukung dengan tersedianya fasilitas yang memadai dan nyaman.


(68)

F. Struktur Organisasi Rumah Sakit Panti Rapih

Gambar III

Struktur Organisasi Rumah Sakit Panti Rapih Sumber: Rumah Sakit Panti Rapih


(69)

Adapun tugas dan wewenang setiap bagian struktur organisasi adalah sebagai berikut :

a. Direktur Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

Bertugas memimpin, mengelola, mendayagunakan dan mengembangkan Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta sesuai dengan kebijakan yayasan serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Ketua Komite Keperawatan

Bertugas membantu dan bertanggung jawab pada direktur dalam pelayanan Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. c. Pengolah Data Elektronik (EDP)

Bertanggung jawab dan mempunyai wewenang dalam mengatur dan mengendalikan kegiatan Pengolah Data Elektronik, Pengembangan Sistem atau Program, Fasilitas Pengoalah Data serta Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit.

d. Kepala Bidang Keperawatan

Mempunyai tanggung jawab dan wewenang dalam mengatur dan mengendalikan kegiatan pelayanan keperawatan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Bidang keperawatan meliputi:

1) Supervisor Keperawatan

Mempunyai tanggung jawab serta wewenang dalam mengkoordinir kegiatan pelayanan keperawatan dan pelayanan rumah sakit pada waktu sore, malam dan hari libur.


(70)

2) Seksi Asuhan Keperawatan I

Mempunyai tanggung jawab dan wewenang dalam pembinaan asuhan keperawatan, mutu, etika, pengembangan SDM, dan logistik keperawatan.

3) Seksi Asuhan Perawatan II

Melaksanakan pengawasan, pengendalian, penilaian, pedayagunaan dan pemeliharaan peralatan keperawatan. Serta bertanggung jawab dalam pembinaan asuhan keperawatan, mutu, etika, pengembangan SDM, dan logistik keperawatan.

e. Kepala Bagian Keuangan

Bertanggung jawab pada Bidang Keuangan melalui perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian keuangan dalam rangka mencapai efektivitas, efisiensi dan kualitas optimal pelayanan Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

f. Kepala Seksi Bendahara

Bertanggung jawab dan mempunyai wewenang dalam mengatur dan mengendalikan kegiatan perbendaharaan Rumah Sakit. Serta mengatur dan mengendalikan kegiatan administrasi keuangan rawat inap dan pembayaran utang rumah sakit.

g. Kepala Seksi Akuntansi


(71)

h. Kepala Bidang Medis

Bertanggung jawab dan diberi wewenang dalam merencanakan, memimpin, mengatur, mengendalikan, mengawasi serta melakukan evaluasi pelaksanaan pelayanan penunjang medis.

i. Kepala Bagian Rekam Medik

Bertanggung jawab dan mempunyai wewenang dalam mengatur dan mengendalikan kegiatan rekam medik mulai dari menyusun rencana kegiatan, mengembangkan, mengatur, memantau dan mengawasi sistem kerja rekam medik. Sub Bagian Rekam Medik adalah Seksi Rekam Medik yang bertugas melakukan proses kegiatan yang dimulai dari penerimaan pasien, pencatatan data rekam medik pasien dan penyelenggaraan penyimpanan serta pengeluaran berkas untuk melayani permintaan pasien atau untuk keperluan lainnya.

j. Kepala Bagian Umum

Bertugas merencanakan, memimpin, mengatur, mengendalikan, mengawasi serta melakukan evaluasi pelaksanaan pelayanan bagian umum. Bagian Umum meliputi :

1) Sub Bagian Hospital Service

Bertugas mengatur dan mengendalikan kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana rumah sakit.


(72)

2) Sub Bagian Rumah Tangga

Mengatur dan mengendalikan kegiatan pelayanan rumah tangga atau Linen Laundry.

3) Sub Bagian Tata Usaha

Mengatur dan mengendalikan kegiatan tata usaha. 4) Sub Bagian Security

Mengatur dan mengendalikan kegiatan menjaga keamanan di lingkungan Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

5) Sub Bagian Transportasi

Bertanggung jawab dalam mengatur dan mengendalikan kegiatan pemakai kendaraan.

6) Sub Bagian Pengelolaan Lingkungan atau Taman

Bertugas mengatur dam melestarikan taman serta mengendalikan kebersihan lingkungan di kawasan Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. 7) Sub Bagian Logistik

Bertugas mengatur dan mengendalikan kegiatan penerimaan, penyimpanan dan distribusi bahan makanan, barang rumah tangga dan suku cadang.

k. Kepala Bagian Personalia

Mempunyai wewenang dan tanggung jawab melalui perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian Sumber Daya Manusia dalam rangka mencapai efektivitas, efisiensi, dan kualitas optimal pelayanan Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.


(1)

LAMPIRAN 4

TABEL KORELASI

PRODUK MOMENT


(2)

N 2-tailed 1-tailed N 2-tailed 1-tailed 3 0.9969 0.9877 53 0.2704 0.2282 4 0.9500 0.9000 54 0.2679 0.2261 5 0.8783 0.8054 55 0.2654 0.2240 6 0.8114 0.7293 56 0.2630 0.2219 7 0.7545 0.6694 57 0.2607 0.2199 8 0.7067 0.6215 58 0.2584 0.2180 9 0.6664 0.5822 59 0.2562 0.2161 10 0.6319 0.5494 60 0.2540 0.2143 11 0.6021 0.5214 61 0.2519 0.2125 12 0.5760 0.4973 62 0.2499 0.2107 13 0.5529 0.4762 63 0.2479 0.2090 14 0.5324 0.4575 64 0.2459 0.2074 15 0.5140 0.4409 65 0.2440 0.2057 16 0.4973 0.4259 66 0.2421 0.2041 17 0.4821 0.4124 67 0.2403 0.2026 18 0.4683 0.4000 68 0.2385 0.2011 19 0.4555 0.3887 69 0.2368 0.1996 20 0.4438 0.3783 70 0.2351 0.1981 21 0.4329 0.3687 71 0.2334 0.1967 22 0.4227 0.3598 72 0.2318 0.1953 23 0.4132 0.3515 73 0.2302 0.1940 24 0.4044 0.3438 74 0.2286 0.1926 25 0.3961 0.3365 75 0.2271 0.1913 26 0.3882 0.3297 76 0.2256 0.1900 27 0.3809 0.3233 77 0.2241 0.1888 28 0.3739 0.3172 78 0.2226 0.1876 29 0.3673 0.3115 79 0.2212 0.1864 30 0.3610 0.3061 80 0.2198 0.1852 31 0.3550 0.3009 81 0.2185 0.1840 32 0.3494 0.2960 82 0.2171 0.1829 33 0.3440 0.2913 83 0.2158 0.1817 34 0.3388 0.2869 84 0.2145 0.1806 35 0.3338 0.2826 85 0.2132 0.1796 36 0.3291 0.2785 86 0.2120 0.1785 37 0.3246 0.2746 87 0.2107 0.1775 38 0.3202 0.2709 88 0.2095 0.1764 39 0.3160 0.2673 89 0.2084 0.1754 40 0.3120 0.2638 90 0.2072 0.1744 41 0.3081 0.2605 91 0.2060 0.1735 42 0.3044 0.2573 92 0.2049 0.1725 43 0.3008 0.2542 93 0.2038 0.1716 44 0.2973 0.2512 94 0.2027 0.1707 45 0.2940 0.2483 95 0.2016 0.1697 46 0.2907 0.2455 96 0.2006 0.1688 47 0.2876 0.2429 97 0.1995 0.1680

TABEL KORELASI PEARSON PRODUCT MOMENT

PADA

5 %


(3)

Tabel Uji t

Df Uji_t_5 Uji_t_2.5 Df Uji_t_5 Uji_t_2.5 Df Uji_t_5 Uji_t_2.5

1

6.314

12.706 26

1.706

2.056 51

1.675

2.008

2

2.920

4.303 27

1.703

2.052 52

1.675

2.007

3

2.353

3.182 28

1.701

2.048 53

1.674

2.006

4

2.132

2.776 29

1.699

2.045 54

1.674

2.005

5

2.015

2.571 30

1.697

2.042 55

1.673

2.004

6

1.943

2.447 31

1.696

2.040 56

1.673

2.003

7

1.895

2.365 32

1.694

2.037 57

1.672

2.003

8

1.860

2.306 33

1.692

2.035 58

1.672

2.002

9

1.833

2.262 34

1.691

2.032 59

1.671

2.001

10

1.813

2.228 35

1.690

2.030 60

1.671

2.000

11

1.796

2.201 36

1.688

2.028 61

1.670

2.000

12

1.782

2.179 37

1.687

2.026 62

1.670

1.999

13

1.771

2.160 38

1.686

2.024 63

1.669

1.998

14

1.761

2.145 39

1.685

2.023 64

1.669

1.998

15

1.753

2.131 40

1.684

2.021 65

1.669

1.997

16

1.746

2.120 41

1.683

2.020 66

1.668

1.997

17

1.740

2.110 42

1.682

2.018 67

1.668

1.996

18

1.734

2.101 43

1.681

2.017 68

1.668

1.996

19

1.729

2.093 44

1.680

2.015 69

1.667

1.995

20

1.725

2.086 45

1.679

2.014 70

1.667

1.994

21

1.721

2.080 46

1.679

2.013 71

1.667

1.994

22

1.717

2.074 47

1.678

2.012 72

1.666

1.994

23

1.714

2.069 48

1.677

2.011 73

1.666

1.993

24

1.711

2.064 49

1.677

2.010 74

1.666

1.993


(4)

LAMPIRAN 5

SURAT KETERANGAN

TELAH MELAKUKAN


(5)

(6)