Pengaruh motivasi belajar dan tingkat penyesuaian diri terhadap prestasi belajar mahasiswa : studi kasus mahasiswa Papua di Daerah Istimewa Yogyakarta.

(1)

vi

ABSTRAK

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN TINGKAT PENYESUAIAN DIRI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA

Studi Kasus Mahasiswa Papua di Daerah Istimewa Yogyakarta

Agustinus Degei Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa; (2) pengaruh tingkat penyesuaian diri terhadap prestasi belajar mahasiswa.

Penelitian ini dilaksanakan pada mahasiswa Papua di Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Agustus 2008. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 1.873 orang. Jumlah sampel adalah 97 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik proportional random sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan model persamaan regresi linear sederhana.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) ada pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa (r = 0,687; ρ = 0,000 < α = 0,050); (2) ada pengaruh tingkat penyesuaian diri terhadap prestasi belajar mahasiswa (r = 0,421; ρ = 0,000 < α = 0,050).


(2)

vii

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF LEARNING MOTIVATION AND THE LEVEL OF SELF-ADAPTATION TOWARDS THE STUDENTS’ LEARNING

ACHIEVEMENT

A Case of Study towards the Papuan Students in Yogyakarta Special Province

Agustinus Degei Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

The research aims to know: (1) the influence of learning motivation towards the students’ learning achievement; (2) the influence of their level of self-adaptation towards their learning achievement.

The research was carried out in August 2008 in Yogyakarta Special Province, in which the Papuan University students are the samples. The population of the research consists of 1.873 students. The samples consist of 97 students. The writer uses the technique of proportional random sampling. The technique of collecting data is questionnaire. The technique of analyzing data applies the education model of the simple linear regression.

The result of the research shows that (1) there is significant influence learning motivation towards the students’ learning achievement (r = 0.687; ρ = 0.000 < α = 0.0500; (2) there is significant influence of the level of the self-adaptation towards the students’ learning achievement (r = 0.421; ρ = 0.000 < α = 0.050).


(3)

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN TINGKAT PENYESUAIAN DIRI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA

Studi Kasus Mahasiswa Papua di Daerah Istimewa Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

AGUSTINUS DEGEI 011334112

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2008


(4)

(5)

(6)

iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN

Moto:

B

B

B

e

e

e

Y

Y

Y

o

o

o

u

u

u

r

r

r

s

s

s

e

e

e

l

l

l

f

f

f

J

J

J

a

a

a

d

d

d

i

i

i

l

l

l

a

a

a

h

h

h

D

D

D

i

i

i

r

r

r

i

i

i

m

m

m

u

u

u

S

S

S

e

e

e

n

n

n

d

d

d

i

i

i

r

r

r

i

i

i

Persembahan:

S

Se

em

mu

u

a

a

ku

k

u

pe

p

er

rs

s

em

e

mb

b

ah

a

hk

ka

a

n

n

u

u

nt

n

t

u

u

k-

k

-M

M

u

u

d

da

an

n

un

u

nt

tu

uk

k

T

Ta

an

na

ah

h

P

Pa

ap

pu

ua

a

s


(7)

(8)

vi

ABSTRAK

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN TINGKAT PENYESUAIAN DIRI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA

Studi Kasus Mahasiswa Papua di Daerah Istimewa Yogyakarta

Agustinus Degei Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa; (2) pengaruh tingkat penyesuaian diri terhadap prestasi belajar mahasiswa.

Penelitian ini dilaksanakan pada mahasiswa Papua di Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Agustus 2008. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 1.873 orang. Jumlah sampel adalah 97 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik proportional random sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan model persamaan regresi linear sederhana.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) ada pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa (r = 0,687; ρ = 0,000 < α = 0,050); (2) ada pengaruh tingkat penyesuaian diri terhadap prestasi belajar mahasiswa (r = 0,421; ρ = 0,000 < α = 0,050).


(9)

vii

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF LEARNING MOTIVATION AND THE LEVEL OF SELF-ADAPTATION TOWARDS THE STUDENTS’ LEARNING

ACHIEVEMENT

A Case of Study towards the Papuan Students in Yogyakarta Special Province

Agustinus Degei Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

The research aims to know: (1) the influence of learning motivation towards the students’ learning achievement; (2) the influence of their level of self-adaptation towards their learning achievement.

The research was carried out in August 2008 in Yogyakarta Special Province, in which the Papuan University students are the samples. The population of the research consists of 1.873 students. The samples consist of 97 students. The writer uses the technique of proportional random sampling. The technique of collecting data is questionnaire. The technique of analyzing data applies the education model of the simple linear regression.

The result of the research shows that (1) there is significant influence learning motivation towards the students’ learning achievement (r = 0.687; ρ = 0.000 < α = 0.0500; (2) there is significant influence of the level of the self-adaptation towards the students’ learning achievement (r = 0.421; ρ = 0.000 < α = 0.050).


(10)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat dan lindungan-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

dengan judul “PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN TINGKAT

PENYESUAIAN DIRI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA”, studi kasus pada mahasiswa Papua di Daerah Istimewa Yogyakarta. Penulisan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, khususnya Pendidikan Akuntansi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat selesai tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah banyak memberikan petunjuk, dukungan, dan masukan dalam penulisan skripsi ini.


(11)

ix

4. Bapak S. Widanarto P., S.Pd., M.Si., selaku dosen pembimbing, yang dengan sabar selalu memberikan bimbingan, petunjuk, dukungan, dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

5. Segenap dosen dan staf Program Studi Pendidikan Akuntansi khususnya, dan Fakultas KIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta umumnya, yang telah membimbing, mendidik, dan bekerjasama dengan baik selama penulis belajar di kampus tercinta ini.

6. Ketua Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Papua di Daerah Istimewa Yogyakarta, yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian pada pemondokan mahasiswa-mahasiswi Papua yang sedang kuliah di Daerah Istimewa Yogyakarta.

7. Teman-teman mahasiswa-mahasiswi Papua se-DIY yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner penelitian dalam penulisan skripsi ini.

8. Kedua orang tua tercinta (Bapak dan Ibu), terima kasih karena dengan cintanya aku bisa ada di dunia ini.

9. Romo Gandhi, Romo Ari dan Romo In (Serikat Jesus) yang telah menjadi sahabat, saudara dan sekaligus menjadi orang tua angkat selama studi di Yogyakarta. Ad Maiorem Dei Gloriam.

10.Kakakku Engelberth Primus dan adikku Simon Petrus (SPD), terima kasih karena selalu mendukungku. May God Bless You...


(12)

x

11.Sahabat-sahabatku PAK 2001 antara lain: Pak Tri, Simon Supada, Yohanes Iman yang akan ketemu lagi di Tanah Papua, Koco, Paijo dan Paijem. Terima kasih karena bisa menjadi tempat untuk bertukar pikiran tentang studi dan wawasan tentang kebudayaan Jawa.

12.Teman-teman kosku yang seperti saudaraku sendiri, Ndaru alias Irex (Solo) yang dengan filosofi “Hiduplah dengan cinta dan kasih, seperti ajaran-Nya ” dan “Teman adalah saudara dan saudara adalah teman”, Dimas (Jakarta) dengan filosofi “Semua hal, ada sebab dan akibatnya”, Iwan dengan filosofi “Semua hal, ada saatnya”, Andi (Papua) dan Niko (Klaten) dengan filosofi “Cinta untuk semua orang”. Terima kasih karena filosofinya menjadi inspirasi saya.

13.Teman-teman Kolese Le Cocq d’Armandville. Terima kasih atas segala dukungannya, mari kita bangun Papua dengan pendidikan.

14.Teman-teman IMPIKO di Lesehan UGM Pringwulung yang selalu hadir dengan humor-humor segar dan diskusi-diskusinya yang tajam dan kritis.

15.Shinta Lola yang memberikan perhatian dan kesabarannya.

16.Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan pelayanan yang luar biasa, baik dalam peminjaman buku dan skripsi serta mau menerima masukan-masukan dari saya dengan jiwa besar.

17.Seluruh karyawan Universitas Sanata Dharma baik dari cleaning service, Tukang Taman/Kebun, Tukang Parkir, Satpam sampai dengan Dekenat dan Rektorat. Terima kasih karena mau jadi temanku.


(13)

xi

18.Akhirnya, kampus tercinta Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberi penulis ruang dan waktu untuk belajar dan mengembangkan diri.

19.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan secara langsung maupun tidak langsung berupa apapun kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta, 18 Oktober 2008

Penulis,


(14)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : AGUSTINUS DEGEI

Nomor Mahasiswa : 011334112

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Pengaruh Motivasi Belajar dan Tingkat Penyesuaian Diri Terhadap Prestasi Belajar; Studi Kasus Mahasiswa Papua di Daerah Istimewa Yogyakarta. beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 1 Desember 2008

Yang menyatakan,


(15)

xii

DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Motivasi Belajar ... 9

1. Motivasi ... 9

2. Belajar ... 14

3. Motivasi Belajar ... 18

B. Penyesuaian Diri ... 20


(16)

xiii

2. Masalah-Masalah yang Menghambat Penyesuaian Diri ... 21

C. Prestasi Belajar ... 23

D. Kerangka Berpikir ... 25

E. Hipotesis Penelitian... 26

BAB III. METODE PENELITIAN ... 27

A. Jenis Penelitian ... 27

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

1. Tempat Penelitian ... 27

2. Waktu Penelitian ... 27

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 27

1. Subyek Penelitian ... 27

2. Obyek Penelitian ... 28

D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 28

1. Populasi ... 28

2. Sampel ... 28

3. Teknik Penarikan Sampel ... 29

E. Operasionalisasi Variabel ... 29

1. Variabel Penelitian ... 29

2. Defisini Operasional ... 29

F. Teknik Pengumpulan Data ... 30

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 30

1. Instrumen Penelitian ... 30

2. Pengembangan Instrumen ... 31

3. Validitas Instrumen ... 33

a. Validitas Instrumen Motivasi Belajar ... 33

b. Validitas Instrumen Tingkat Penyesuaian Diri ... 35


(17)

xiv

H. Teknik Analisis Data... 38

1. Uji Normalitas ... 38

2. Uji Linieritas ... 41

3. Uji Hipotesis ... 42

a. Pengujian Hipotesis I ... 42

1). Menyusun Hipotesis ... 42

2). Menentukan Uji Statistik ... 43

3). Pengambilan Keputusan ... 44

b. Pengujian Hipotesis II ... 45

1). Menyusun Hipotesis ... 45

2). Menentukan Uji Statistik ... 45

3). Pengembilan Keputusan ... 46

BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Deskripsi Data ... 49

1. Deskripsi Responden ... 49

a. Jenis Kelamin Mahasiswa ... 49

b. Umur Mahasiswa ... 49

c. Pemondokan di Yogyakarta ... 50

d. Asal Daerah dari Papua ... 51

e. Indeks Prestasi Kumulatif ... 52

2. Deskripsi Data ... 53

a. Motivasi Belajar ... 53

b. Tingkat Penyesuaian Diri ... 54

c. Prestasi Belajar ... 56

B. Analisis Data ... 57

1. Uji Prasyarat Analisis ... 57

a. Uji Normalitas ... 57


(18)

xv

2. Pengujian Hipotesis ... 59

a. Pengujian hipotesis I ... 59

b. Pengujian hipotesis II ... 61

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 63

1. Pengaruh motivasi belajar terhaap prestasi belajar mahasiswa ... 63

2. Pengaruh tingkat penyesuaian diri terhadap prestasi belajar mahasiswa ... 65

BAB V. KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ... 67

A. Kesimpulan ... 67

B. Keterbatasan ... 68

C. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70


(19)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner ... 31

Tabel 3.2 Rangkuman Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi Belajar ... 34

Tabel 3.3 Rangkuman Hasil Uji Validitas Variabel Tingkat Penyesuaian Diri ... 35

Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ... 37

Tabel 3.5 Interpretasi ... 41

Tabel 4.1 Tingkat Pengembalian Kuesioner ... 48

Tabel 4.2 Deskripsi Jenis Kelamin Mahasiswa ... 49

Tabel 4.3 Deskripsi Umur Mahasiswa ... 49

Tabel 4.4 Deskripsi Pemondokan di Yogyakarta ... 50

Tabel 4.5 Deskripsi Asal Daerah dari Papua ... 51

Tabel 4.6 Deskripsi Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) ... 52

Tabel 4.7 Kategori dan Interpretasi Variabel Motivasi Belajar ... 53

Tabel 4.8 Kategori dan Interpretasi Variabel Tingkat Penyesuaian Diri ... 55

Tabel 4.9 Kategori dan Interpretasi Variabel Prestasi Belajar ... 56

Tabel 4.10 Hasil Pengujian Normalitas Data ... 58


(20)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 73

Lampiran 2 Output Validitas dan Reliabilitas Motivasi Belajar ... 76

Lampiran 3 Output Validitas dan Reliabilitas Tingkat Penyesuaian Diri ... 79

Lampiran 4 Output Data Utama ... 82

Lampiran 5 Output Deskripsi Data ... 96

Lampiran 6 Output Uji Normalitas ... 98

Lampiran 7 Output Uji Linieritas ... 99

Lampiran 8 Output Uji Hipotesis (Regresi Linear Sederhana) ... 102

Lampiran 9 Tabel r ... 104

Lampiran 10 Tabel Sifnifikansi D maksimum ... 105

Lampiran 11 Tabel t ... 106

Lampiran 12 Tabel F ... 107


(21)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan pendidikan di Indonesia dewasa ini semakin meningkat

dari tahun ke tahun. Laju perkembangan pendidikan tersebut tidak terlepas dari keberhasilan pembangunan yang dijalankan oleh pemerintah. Pemerintah sejak dini telah berusaha memajukan dan meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, melalui lembaga-lembaga pendidikan dan kebudayaan. Peningkatan kualitas pendidikan ini bagi bangsa Indonesia merupakan suatu keharusan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi. Pada dasarnya pembangunan yang dijalankan oleh pemerintah berorientasi pada pembangunan manusia Indonesia seutuhnya seperti yang tertuang di dalam GBHN. GBHN menempatkan bidang pendidikan yang beraneka ragam, dari tingkat yang sederhana sampai pada tingkat yang paling kompleks (Soelaiman, 1992:1-3).

Pendidikan merupakan kebutuhan manusia, karena dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan segenap potensi yang melekat di dalam dirinya yaitu cipta, rasa, karsa, moral dan keterampilan yang pada waktu kelahirannya belum dipolakan dengan baik dan benar (Driyakara : 1986). Pendidikan nasional bangsa Indonesia tertuang di dalam Undang Undang Nomor 2 Tahun 1989 yang di dalamnya dijelaskan tentang sistem pendidikan nasional bangsa Indonesia. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan


(22)

mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Pengembangan manusia Indonesia seutuhnya adalah manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik, memiliki kesehatan jasmani dan rohani, mempunyai kepribadian yang mantap serta rasa tanggung jawab besar terhadap masyarakat dan bangsa (Hadari Nawawi dan Mimi Martini : 1994)

Pada dasarnya pendidikan mempunyai manfaat yang sangat besar bagi manusia. Adapun manfaat pendidikan bagi manusia adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, menghantarkan manusia menuju pada perubahan sosial melalui proses interaksi sosial, dan untuk memenuhi tuntutan kejiwaan manusia karena pendidikan baru berakhir sesudah manusia itu mati (Muri Yusuf : 1982). Dengan adanya pendidikan, maka setiap manusia dapat melampaui kedewasaan fisiknya dengan baik. Kedewasaan fisik yang melekat di dalam diri setiap manusia inilah yang akan menghantarkan manusia mencapai taraf keberhasilan dalam bersosialisasi dengan lingkungan di mana dia berada. (Mardiatmaja : 1986).

Mutu pendidikan merupakan hal yang tidak dapat ditawar-tawar lagi bila kita ingin memajukan Sumber Daya Manusia Indonesia. Persiapan sumber daya manusia yang handal dan berkualitas untuk menghadapi era globalisasi adalah suatu keharusan. Perkembangan dunia pendidikan Indonesia dewasa ini semakin mengkhawatirkan dari tahun ke tahun. Mutu pendidikan Indonesia yang dulunya sangat baik diakui, kini semakin kini berbalik arah dan tertinggal dari negara


(23)

tetangga sekitar ASEAN (Kompas, 14 April 2004). Hal ini tidak terlepas dari ketidakseriusan pemerintah dalam menerapkan sistem pendidikan yang cocok di Indonesia. Kurikulum pendidikan di Indonesia sering diganti. Muncul anggapan bahwa ganti menteri maka akan ganti pula kurikulum. Maka kita tidak perlu kaget bila sekarang mutu pendidikan kita tertinggal jauh dari negara-negara tetangga kita.

Memang tidak dapat dipungkiri bahwa selama ini pemerintah Indonesia telah berusaha semaksimal mungkin untuk memajukan kehidupan rakyat Indonesia dengan penyelenggaraan pendidikan bagi seluruh rakyat Indonesia dari masyarakat perkotaan sampai masyarakat pedesaan di berbagai pelosok tanah air.

Pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Muhibbin Syah : 1995). Tujuan dari penyelenggaraan pendidikan adalah untuk memajukan kehidupan setiap warga negara Indonesia. Menurut Masidjo (1991 : 10), tujuan pendidikan nasional adalah:

Membangun kualitas manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan selalu dapat meningkatkan kebudayaan dengan-NYA sebagai warga negara yang ber-Pancasila, mempunyai semangat dan kesadaran yang tinggi, berbudi pekerti yang luhur dan berkepribadian yang kuat, cerdas, terampil, dapat mengembangkan dan menyuburkan sikap demokrasi, dapat memelihara hubungan yang baik antara semasa manusia dan dengan lingkungannya, sehat jasmani, mampu mengembangkan daya estetik, berkesanggupan untuk membangun diri dan masyarakatnya.


(24)

Pendidikan dapat berjalan lancar apabila manusia mau belajar secara sungguh-sungguh dan hal itu dapat dicapai bila seseorang memiliki motivasi yaitu suatu alasan yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan belajar guna mencapai tujuan yang diinginkan dari kegiatan belajarnya. Motivasi yang ada pada diri seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti sarana dan fasilitas belajar, keuangan keluarga, lingkungan sekolah, pergaulan dan lingakungan tempat tinggal.

Pelaksanaan pendidikan dapat berjalan melalui jalur formal ataupun non formal. Jalur formal adalah pendidikan melalui tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Umum (SMU) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) serta dapat dilanjutkan dengan menempuh kuliah di tingkat Perguruan Tinggi. Sementara jalur pendidikan non formal, pemerintah menyelenggarakan pendidikan melalui program Kejar Paket A, B dan C sehingga tujuan untuk memajukan pendidikan Indonesia tercapai.

Dalam penyelenggaraan pendidikan formal baik di Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah dan juga Pendidikan Tinggi tertunya terjadi kesenjangan atau perbedaan mutu dan kualitas berdasarkan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai. Untuk pendidikan dasar dan pendidikan menengah hampir seluruh Indonesia sampai ke pelosok telah memilikinya. Namun untuk pendidikan tinggi jarang ada di daerah-daerah yang memiliki Perguruan Tinggi, apabila dengan mutu dan kualitas yang bagus, sedangkan era globalisasi atau topengnya


(25)

kapitalisasi menuntut sumber daya manusia handal yang mampu berkompetisi dengan tantangan era globalisasi ini.

Hal ini tentunya mendorong pelajar dan mahasiswa dari berbagai daerah mencari sekolah dan perguruan tinggi yang bagus dan bermutu dari segi kualitas. Maka pasti akan dipilih adalah daerah Jawa yang dianggap memiliki Perguruan-perguruan Tinggi yang bagus dan berkualitas dengan sarana prasarana yang mendukung. Tidak ketinggalan banyak pelajar dari ujung timur Indonesia, Papua yang selama ini tidak mendapat perhatian dalam segala bidang termasuk pendidikan datang mencari ilmu di daerah Jawa.

Salah satu kota studi yang paling banyak diminati oleh pelajar Papua adalah Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta dianggap sebagai barometer pendidikan di Indonesia dan sangat dikenal dengan sebutan kota pelajar atau kota pendidikan. Kedatangan mahasiswa Papua di Jawa khususnya di Yogyakarta tentunya akan dihadapkan pada proses penyesuaian diri terhadap suasana dan budaya baru. Penyesuaian diri terhadap suatu lingkungan dan budaya baru tentunya bukan merupakan hal yang mudah. Dibutuhkan keterbukaan dan kematangan diri seseorang untuk siap beradaptasi dengan lingkungan dan budaya yang baru tersebut. Tentunya motivasi yang besar untuk menimba ilmu di bangku perguruan tinggi akan terhalang bila penyesuaian diri terhadap lingkungan baru tidak bisa dilakukan dengan baik. Hal ini sangat perlu karena setiap saat akan langsung berhadapan dengan situasi dan budaya yang baru dan bila hal ini tidak dilalui maka akan menjadi bumerang atau bom waktu bagi pelajar tersebut dalam


(26)

menempuh kuliah di Jawa khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta yang akan berpengaruh terhadap proses perkuliahannya.

Salah satu realita yang sering terjadi di lapangan berdasarkan data dari Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Papua, bahwa setiap tahun data mahasiswa yang datang ke Daerah Istimewa Yogyakarta lebih banyak jumlahnya daripada mahasiswa yang pulang ke Papua dengan membawa ijazah sarjana. Banyak faktor yang mempengaruhi hal ini, salah satunya adalah lamanya proses perkuliahan yang dilalului oleh seorang mahasiswa. Hal ini disebabkan oleh motivasi belajar dan tingkat penyesuaian diri mahasiswa dalam mengikuti proses perkuliahan.

Pada saat seseorang memasuki lingkungan yang baru ia diharapkan dapat menyesuaiakan diri dengan lingkungan yang baru tersebut, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya. Penyesuaian diri seorang calon mahasiswa dan mahasiswa di lingkungan yang baru menjadi suatu kebutuhan yang harus dipenuhi. Mahasiswa perlu memiliki berbagai keterampilan yang berkaitan dengan proses penyesuaian diri. Keterampilan itu antara lain adalah keterampilan menjalankan tata tertib dan adat-istiadat yang berlaku di daerah tersebut. Juga keterampilan menjalin relasi dengan masyarakat sekitarnya.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, terdapat banyak hal yang berkaitan dengan belajar antara lain prestasi belajar mahaswa. Prestasi merupakan hasil dari kegiatan belajar mahasiswa. Ada banyak faktor yang


(27)

mempengaruhi kegiatan belajar mahasiswa dan hal itu perpengaruh pada pencapaian hasil study. Dalam penelitian ini permasalahan dibatasi pada faktor motivasi dan tingkat penyesuaian diri mahasiswa terhadap prestasi belajar.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar mahasiswa

Papua terhadap prestasi belajar?

2. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara tingkat penyesuaian diri

mahasiswa Papua terhadap prestasi belajar?

D. Tujuan Penelitian

Adapun penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa

Papua.

2. Mengetahui pengaruh tingkat penyesuaian diri terhadap prestasi belajar


(28)

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian yang dilakukan ini adalah:

1. Memberikan sumbangan pemikiran penulisan ilmiah yang diharapkan dapat

berguna untuk meningkatkan kualitas prestasi belajar mahasiswa Papua.

2. Sebagai bahan informasi dan refleksi bagi mahasiswa Papua dalam upaya

meningkatkan prestasi belajar.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Motivasi Belajar

1. Motifasi

Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dari kata motif tersebut dapat diartikan sebagai daya penggerak dalam diri seseorang yang menyebabkan seseorang itu bertindak untuk mencapai tujuan.

Menurut Mc. Donald seperti dikutip Sardiman, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya

feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap tujuan (Sardiman, 1986:73). Dari pengertian tersebut terlihat bahwa motivasi merupakan suatu hal yang kompleks yang mana dalam diri seseorang terjadi perubahan energi yang kemudian mempengaruhi perasaan dan emosi yang kemudian bertindak melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu (Sardiman, 1986:73). Dalam mengerjakan sesuatu, seseorang perlu memiliki motivasi karena dengan motivasi yang kuat hasil pekerjaannya akan sesuai dengan keinginannya.


(30)

Motivasi dapat pula diartikan sebagai suatu tenaga dorongan atau alasan kemauan dari dalam yang menyebabkan seseorang berbuat atau bertindak yang mengarah ke tujuan yang hendak dicapai. Manusia berbuat atau bertindak sesuatu karena adanya motivasi tertentu yang bekerja dalam diri orang itu dalam mencapai tujuan. Jadi dalam segala perbuatan terdapat di satu pihak daya yang mendorong dan di lain pihak tujuan yang dicapai (Pasaribu dan Simanjuntak, 1983:52).

Motivasi yang ada pada setiap diri seseorang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa (misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak kriminal, amoral dan sebagainya).

d. Lebih senang bekerja mandiri.

e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif). f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan

sesuatu).

g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu. h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. (Sardiman, 1986 : 82-83)

Motivasi tidak bisa lepas dari kebutuhan, karena seseorang yang melakukan sesuatu sedikit atau banyak ada kebutuhan dalam dirinya yang ingin dicapai. Kebutuhan yang ada dalam diri seseorang itu kemudian menjadi


(31)

tujuan dari perbuatan orang tersebut. Motivasi sangat penting bagi seseorang dalam usahanya untuk mencapai tujuan atau memenuhi kebutuhannnya. Tanpa motivasi maka suatu tindakan tidak akan bisa menghasilkan suatu hal seperti yang diinginkan.

Kegiatan manusia tidak akan lepas dari kebutuhan. Kebutuhan itu timbul karena adanya keadaan yang tidak seimbang, tidak sesuai atau rasa ketegangan yang menuntut suatu kepuasan (Ngalim Purwanto, 1984:69). Dalam hal ini ada beberapa kebutuhan yang selalu ingin dipenuhi, yaitu: kebutuhan fisiologis, seperti lapar, haus, kebutuhan untuk istirahat dan sebagainya; kebutuhan akan cinta dan kasih: kasih, rasa diterima dalam suatu masyarakat atau golongan (keluarga, sekolah, kelompok); dan kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yakni mengembangkan bakat dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, sosial, pembentukan pribadi (Sardiman, 1986:80).

Kebutuhan manusia seperti tersebut di atas setiap saat dapat berubah. Begitu pula motivasi yang berkaitan dengan kebutuhan, tentu juga akan berubah sesuai dengan keinginan manusia.

Motivasi yang ada dalam diri seseorang dapat juga dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu:

1. Kebutuhan-kebutuhan organis, yaitu motif-motif yang berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan bagian dalam diri


(32)

tubuh, seperti: lapar, haus, kekurangan zat pembakar, kebutuhan bergerak dan beristirahat/tidur.

2. Motif-motif yang timbul sekonyong-konyong (emergency motives), yaitu motif-motif yang timbul jika situasi menuntut timbulnya tindakan yang cepat seperti motif berusaha melarikan diri dari bahaya, berkelahi, mengejar dan berusaha.

3. Motif obyektif, yaitu motif yang diarahkan/ditujukan ke suatu obyek atau tujuan tertentu dan timbul karena adanya dorongan dari dalam diri seseorang, seperti motif menyelidiki, menggunakan lingkungan.

Sementara itu menurut Frandsen, jenis-jenis motif ada tiga, yaitu: a. Cognitive motives (daya penggerak pikiran);

Motif ini menunjukkan pada gejala intrinsic, yakni menyangkut kepuasan individual. Kepuasan individual yang berada di dalam diri manusia dan biasanya berujud proses dan produk mental. Jenis motif seperti ini adalah sangat primer dalam kegiatan belajar di sekolah, terutama yang berkaitan dengan pengembangan intelektual.

b. Self – expression (ungapan diri);

Penampilan diri adalah sebagian dari perilaku manusia. Yang penting kebutuhan individu itu tidak sekedar tahu mengapa dan bagaimana sesuatu itu terjadi, tetapi juga mampu membuat suatu kejadian. Untuk ini memang diperlukan kreatifitas, penuh imajinasi. Jadi dalam hal ini seseorang itu ada keinginan untuk aktualisasi diri.

c. Self – enchancement (pengembangan diri);

Melalui aktualisasi diri dan pengembangan kompetensi akan meningkatkan kemajuan diri seseorang. Ketinggian dan kemajuan diri ini menjadi salah satu keinginan bagi setiap individu. Dalam belajar dapat diciptakan suasana kompetensi yang sehat bagi anak didik untuk mencapai suatu prestasi.


(33)

Motivasi juga dapat dibedakan menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motiv-motiv yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu (Sardiman, 1986:88-89). Sebagai contoh seseorang yang senang membaca, maka ia akan membaca buku tanpa ada yang menyuruh. Motivasi ini merupakan motivasi atau keinginan yang muncul dari dalam diri seseorang untuk melakukan tindakan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar (Sardiman. 1986:90). Sebagai contoh seseorang belajar karena akan ada ujian dengan harapan mendapat nilai yang baik sehingga dipuji oleh orang tuanya.

Motivasi instrinsik dan ekstrinsik sangat berpengaruh dalam pencapaian tujuan dari suatu kegiatan seseorang. Meskipun motivasi intrinsik lebih baik dari motivasi ekstrinsik tetapi motivasi dapat dipakai, misalnya guru memberi pujian terhadap prestasi siswanya asalkan berdasarkan prestasi yang nyata.

Dari berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan yang ada pada diri seseorang untuk bertindak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Tindakan itu bisa menerima ataupun menolak. Apabila ia menerima maka ia akan melakukan kegiatan itu dengan senang hati dan apabila ia menolak maka ia tidak akan mengerjakannya.


(34)

2. Belajar

Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan, misalnya membaca, menulis, mengamati dan mendengarkan. Dalam pengertian luas belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Sementara itu dalam pengertian sempit belajar dapat diartikan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya (Sardiman, 1986:22-23).

Menurut Morgan, seperti dikutip Singgih D. Gunarso, belajar dapat dirumuskan sebagai suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu (Singgih D. Gunarso, 1984:23). Dapat dikatakan bahwa setiap tingkah laku yang seseorang perlihatkan merupakan hasil dari orang itu mempelajari baik mengenai pelajaran-pelajaran sekolah maupun tentang nilai-nilai sosial di masyarakat. Sementara itu menurut Slamento belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slamento, 1988:2).

Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman (Oemar Hamalik; 1990:189). Menurut Gage yang dikutip oleh Ratna Wilis Dahar belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman


(35)

(Ratna Wilis Dahar; 1989:11). Belajar merupakan bagian dari hidup manusia yang terjadi seumur hidup dan dalam waktu yang tidak ditentukan. Hasil yang diperoleh dari belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat dilihat dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung terus menerus. Misalnya jika seorang anak belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak dapat menulis menjadi dapat menulis (Slamento; 1988:3). Kecakapan menulis yang ia miliki tersebut akan terus berlangsung terus hingga kecakapan menulisnya lebih baik. Jadi belajar merupakan hasil perkembangan antara sesuatu yang dipelajari dan orang-orang yang mempelajari untuk memperoleh pengetahuan.

Kegiatan belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu dan meliputi:

1. Faktor Jasmaniah

Faktor ini ada dua, yaitu faktor kesehatan dan cacat tubuh. Kesehatan merupakan faktor yang penting dalam kegiatan belajar karena bila kesehatan seseorang terganggu maka kegiatan belajar orang tersebut juga terganggu. Karena itu seseorang perlu mengusahakan kesehatan badannya terjamin sehingga ia dapat belajar dengan baik. Sementara itu cacat tubuh juga dapat mengganggu kegiatan belajar, misalnya ia buta maka ia tidak


(36)

bisa mengikuti kegiatan belajar. Karena itu bagi anak-anak cacat disediakan sekolah khusus sehingga ia dapat belajar dengan lebih baik.

2. Faktor Psikologis

Faktor ini meliputi intelegensi, perhatian, minat, motif, bakat, kematangan dan kelelahan. Faktor psikologis sangat berpengaruh bagi kelangsungan kegiatan belajar. Bila psikologis seseorang dalam keadaan baik misalnya ia tidak lelah atau ia tertarik untuk belajar maka ia dapat belajar dengan baik dan dapat mencapai hasil belajar yang tinggi.

Faktor yang kedua adalah faktor ekstern yaitu faktor yang berasal dari luar individu, yang meliputi:

1. Faktor Keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga (Slamento; 1988:62). Orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anak atau orang tua yang mendidik anaknya dengan memanjakan anaknya adalah cara yang salah. Dalam hal ini bimbingan sangat diperlukan dan keterlibatan orang tua sangat menentukan. Hubungan yang baik antara orang tua dengan anak juga berpengaruh dalam belajar anak.


(37)

2. Faktor Sekolah

Faktor ini meliputi metode mengajar, kurikulum, hubungan siswa dengan siswa, hubungan guru dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu, serta keadaan gedung.

3. Faktor Masyarakat

Faktor ini meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat. Semuanya itu berpengaruh terhadap belajar anak.

Tujuan dari kegiatan belajar adalah pengumpulan pengetahuan, penanaman konsep dan kecakapan serta pembentukan sikap dan perbuatan (Winarno Surakhmand; 1973:61). Dari uraian tujuan belajar di atas menurut Benyamin Bloom hasil belajar itu meliputi: (1) Kognitif, yang meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisa, sintesa dan evaluasi; (2)

Afektif, yang meliputi penerimaan, partisipasi, penilaian atau penentuan sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup; (3) Psikomotorik, yang meliputi persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreatifitas (Masidjo; 1991:13-14).

Pencapaian pengetahuan dalam kegiatan belajar ditandai dengan kemampuan berpikir. Dengan memiliki kemampuan berpikir maka akan menambah pengetahuan yang telah dimiliki. Dalam usaha menambah pengetahuan yang telah dimiliki. Dalam usaha menambah pengetahuan bisa dilakukan dengan mengerjakan soal-soal atau membaca buku-buku


(38)

pengetahuan. Untuk menanamkan konsep, perlu dimiliki keterampilan, baik keterampilan jasmani maupun rohani. Keterampilan jasmaniah adalah keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat, diamati, sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan gerak dan penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar (Sardiman; 1986:29). Sedangkan keterampilan rohani menyangkut persoalan-persoalan penghayatan dan berpikir serta kreativitas untuk menyelesaikan suatu masalah dengan mencari jawaban cepat dan tepat.

Dalam menanamkan sikap peran seorang guru sangat penting. Untuk itu dibutuhkan kecakapan mengarahkan motivasi dan berpikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model (Sardiman; 1986:29). Untuk menanamkan sikap dan perilaku yang baik maka guru juga harus bersikap dan berperilaku yang baik supaya dapat dicontoh oleh para siswanya.

3. Motivasi Belajar

Untuk mencapai tujuan belajar maka seseorang perlu memiliki motivasi belajar sehingga ia mau belajar dengan sungguh-sungguh demi perkembangan dirinya. Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal yaitu mengetahui apa yang akan dipelajari dan memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari (Sardiman; 1986:39).


(39)

Motivasi sangat penting dalam hal kegiatan belajar. Menurut Sardiman, motivasi berfungsi:

1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. 3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa

yang harus dikerjakan yang serasi, guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan kegiatan tersebut. Seorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus tentau akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan. (Sardiman; 1986:84-85).

Motivasi belajar sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yanga menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar tersebut dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu, maka tujuan yang dikehendaki oleh siswa tercapai W.S Winkel; 1984:27). Motivasi sangat diperlukan dalam proses belajar karena dengan memiliki motivasi belajar seseorang akan mengikuti kegiatan belajar dengan sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan belajar itu.

Dari beberapa uraian di atas, maka motivasi belajar dapat diartikan sebagai dorongan yang ada dalam diri seseorang yang mendorong seseorang tersebut mau melakukan kegiatan belajar. Dari kegiatan belajar tersebut maka akan tampak hasil belajar yang berupa terjadinya perubahan-perubahan individu-individu yang belajar. Perubahan ini mencakup semua aspek diri


(40)

manusia, baik penambahan ilmu pengetahuan juga keterampilan, perubahan watak, sikap, minat dan penyesuaian dirinya.

B. Penyesuaian Diri

Setiap individu diharapkan dapat mengadakan penyesuaian diri terhadap diri sendiri dan lingkungan, karena pada dasarnya hidup manusia tidak lepas dari bantuan, dukungan dan kerja sama dengan orang lain. Dalam berhubungan dengan orang lain, seseorang perlu menyesuaikan diri terhadap lingkungan tempat tinggalnya. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh seseorang bertujuan untuk memenuhi harapan dan tuntutan dari orang lain yang ada di sekitarnya. Seseorang yang mampu melakukan penyesuaian diri dengan baik dianggap dapat melakukan penyesuaian sosial terhadap lingkungan. Setiap individu diharapkan memberikan reaksi yang tepat terhadap peristiwa yang dialaminya, mengatur emosi, sikap dan tindakannya agar selanjutnya ia dapat mengembangkan dirinya. Menurut Gerungan, penyesuaian diri sebagai suatu usaha dan kemampuan individu dalam mengikuti tuntutan perubahan sosial di sekitarnya (A. Mappiere; 1982:156). Penyesuaian adalah mengubah diri sesuai dengan keadaan diri (Gerungan W.A; 1986:55).

1. Penyesuaian Sosial

Manusia selalu membutuhkan bantuan dan pertolongan dari orang lain, sehingga manusia berusaha untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan


(41)

sosial yang ada. Hubungan yang dilakukan manusia dalam penyesuaian sosialnya adalah hubungan timbal balik dan saling melengkapi. Hurlock (1991) menjelaskan, “penyesuaian sosial sebagai keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompok pada khususnya”.

2. Masalah-Masalah yang Menghambat Penyesuaian Diri

Menurut Kusumanto Kusumanegoro (2005) perilaku tidak hanya tergantung pada dorongan motivasi diri, banyak hambatan dan halangan di sekitar kita baik yang eksternal (luar diri kita) maupun internal (dalam diri kita). Jika suatu dorongan atau keinginan manusia dihambat atau dihalangi, akan timbul stres. Stres dapat dianggap sebagai suatu keharusan untuk menyesuaikan diri, yang dibebankan pada individu. Keadaan, yang merupakan kekuatan atau keharusan untuk menyesuaikan diri, dianggap sebagai stressor yang dapat bersifat internal atau eksternal; biasanya tidak hanya satu stressor saja yang membebani individu tetapi beberapa stressor sekaligus. Sikap menyerang (attack), menarik diri (withdrawal) dan sepakat berdamai (compromise) merupakan tindakan-tindakan yang dapat dianggap langsung (direct) untuk menghadapi stres, dengan berbuat sesuatu sehingga situasi aslinya dapat di "lunak"kan (modify) atau di "ubah" (change). Reaksi menyerang (attack), reaksi agresi (mendobrak atau menyerang) atau reaksi bermusuhan (hostile) dimaksud untuk menghapus atau mengatasi halangan


(42)

mencapai kepuasan. Banyak organisme bertindak agresif saat menjumpai halangan; yang paling sering ialah tindakan memperkuat emosi yang menjelma menjadi sikap permusuhan. Tetapi hanya sejumlah kecil situasi stres saja yang dapat diatasi dengan cara demikian. Jika serangan langsung tidak berhasil, dan frustasi tetap berlangsung, maka frustrasi, rasa tidak senang dan rasa sakit hati dapat dihubungkan dengan berbagai pribadi atau objek tertentu. Mereka itu kemudian dapat dijadikan sasaran dan sebab dari frustasi dan blokade yang dialaminya. Dengan demikian, maka reaksi agresif (yang semula hanya bersifat aktivitas yang bertambah dan serangan langsung) kemudian diperkuat menjadi rasa benci. Sikap yang semula hanya berupa keinginan menyerang dapat ditambah dengan kecenderungan merusak

(destroy). Jika individu merasa diperlakukan tidak adil, tidak disukai, atau tidak diberi kesempatan maju seperti orang lain (yang dianggap sama dengan dia), maka ia dapat menaikkan tegangan permusuhan, yang kemudian menjadi perilaku delinquent (melawan hukum). Pencurian, perampokan, perusakan, pembakaran, perilaku seksual yang melawan hukum, dan penyerangan fisik terhadap orang-orang tertentu seringkali merupakan pola perilaku pembangkang (defiant behavior).

Penyesuaian diri merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap orang selama tinggal dan hidup bersama orang lain. Seseorang dilahirkan mempunyai sifat berbeda-beda, ada yang pandai dalam menyesuaikan diri dan


(43)

ada yang kurang pandai dalam penyesuaian diri. Hal ini ditegaskan oleh Soetoe (1982:62), bahwa:

Tidak ada anak yang dilahirkan dengan sifat pandai menyesuaikan diri atau tidak pandai menyesuaikan diri. Kemampuan seseorang untuk dapat menyesuaikan diri secara fisik, mental dan emosional sering kali dipengaruhi, diarahkan oleh lingkungan tempat ia merasakan dan mengalami perkembangan kemampuannya untuk menyesuaikan diri.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat dikatakan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu kebutuhan agar seseorang dapat berhasil untuk menyesuaikan diri dengan orang lain dan terhadap kelompok serta lingkungan, sehingga mampu mengikuti tuntutan perubahan sosial di sekitarnya. Jadi, penyesuaian diri mahasiswa terhadap lingkungan adalah kebutuhan mahasiswa untuk bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya, baik teman, tata nilai budaya dan kehidupan kesehariannya.

C. Prestasi Belajar

Tingkat kemampuan siswa dalam proses belajar dapat diketahui dari prestasi belajarnya. Prestasi belajar adalah hasil perubahan kemampuan siswa, yang meliputi kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik (Sunaryo; 1993:10). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi diartikan sebagai suatu

hasil yang telah dicapai oleh siswa di dalam kegiatan belajar (Poerwodarminto; 1983:360). Prestasi belajar selalu berhubungan erat dengan evaluasi atau penilaian. Penilaian proses belajar adalah usaha guru untuk memberikan penilaian


(44)

terhadap kegiatan belajar-mengajar yang dilaksanakan di dalam sebuah lembaga pendidikan (Sudjana; 1990:3).

Menurut Winkel, evaluasi yang dilakukan oleh guru dapat diartikan sebagai penentu sampai seberapa jauh sesuatu itu menjadi berharga, bermutu, atau bernilai (Winkel; 1987:313).

Sejalan dengan pengertian di atas, maka evaluasi/penilaian berfungsi sebagai:

1. Alat mengetahui tercapai-tidaknya tujuan instruksional. Dimana dengan adanya fungsi ini maka penilaian harus mengacu kepada rumusan-rumusan tujuan instruksional.

2. Umpan balik (feed back) bagi perbaikan proses belajar-mengajar. Perbaikan dilakukan dalam hal tujuan instruksional, dimana di dalamnya meliputi kegiatan belajar siswa, strategi belajar guru dan lain-lainnya.

3. Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada orang tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan belajar siswa dalam berbagai bidang studi dalam bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapainya.

Maka dengan kata lain, terdapat hubungan yang erat antara evaluasi/penilaian dan prestasi belalar. Karena dengan adanya evaluasi/penilaian yang dilakukan maka dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan seseorang atau mahasiswa dalam belajarnya.


(45)

D. Kerangka Berpikir

Prestasi belajar yang diperoleh mahasiswa dipengaruhi oleh motivasi mahasiswa dalam belajar. Motivasi merupakan daya penggerak dari dalam diri mahasiswa untuk melakukan kegiatan belajar. Selain sebagai daya penggerak motivasi juga berfungsi untuk mengarahkan dan memperkuat tingkah laku mahasiswa. Motivasi yang mendorong mahasiswa untuk belajar terbagai menjadi dua, yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.

Mahasiswa yang belajar atas kemauannya sendiri akan melakukan kegiatan secara sungguh-sungguh. Kegiatan belajar dalam hal ini meliputi belajar di kampus, perpustakaan, kos/kontrakan. Mahasiswa dengan sukarela mau belajar untuk mencapai hasil belajar yang tinggi. Sedangkan mahasiswa yang belajar atas dorongan dari luar diri mahasiswa tidak akan belajar sunguh-sunguh. Sebagai contoh mahasiswa belajar karena ada tugas dari dosen atau karena akan ada ujian.

Motivasi sangat penting dalam proses belajar mengajar untuk mencapai hasil belajar yang baik, karena motivasi diperlukan untuk membangun dan meningkatkan keinginan para mahasiswa untuk lebih tekun dalam belajar.

Penyesuaian diri mahasiswa juga diperlukan dalam mengikuti proses perkuliahan di tempat baru. Penyesuaian diri termasuk pada lingkungan tempat tinggal, lingkungan tempat belajar atau kuliah. Penyesuaian diri yang baik akan membuat mahasiswa menjadi nyaman dalam belajar sedangkan penyesuaian diri yang kurang akan membuat mahasiswa tidak nyaman dalam berinteraksi dengan


(46)

siapapun di tempat baru, sehingga proses perkuliahan yang sedang dijalani akan terganggu dan hal ini berpengaruh terhadap hasil prestasi belajar.

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Ada pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar mahasiswa Papua terhadap prestasi belajar.

2. Ada pengaruh yang signifikan antara tingkat penyesuaian diri mahasiswa Papua terhadap prestasi belajar.


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus, yaitu suatu penelitian yang mendalam mengenai unit sosial tertentu yang menghasilkan gambaran yang berlaku untuk jangka waktu tertentu, karena mengumpulkan data dan analisis data yang dilakukan pada waktu tertentu. Studi kasus pada dalam penelitian ini adalah mahasiswa Papua di Daerah Istimewa Yogyakarta.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di pemondokan seperti asrama-asrama, kos-kosan dan kontrakan-kontrakan yang dihuni oleh mahasiswa-mahasiswi yang berasal dari Papua dan sedang menempuh kuliah di Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2008.

C. Subyek dan Obyek Penelitian 1. Subyek Penelitian

Subyek menurut Suharsimi (1990:130) adalah benda, hal atau orang tempat variabel penelitian melekat. Mereka berperan sebagai pemberi


(48)

informasi yang berhubungan dengan obyek penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Papua di Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Obyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah motivasi, penyesuaian diri dan prestasi belajar.

D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang dapat terdiri dari, manusia, hewan, tumbuhan, gejala, nilai tes, atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian (Wasito, 1997:49)

Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa Papua yang ada di Dearah Istimewa Yogyakarta yang berjumlah 1.873 orang, yang terdiri dari Wamena 215 orang, Jayapura 132 orang, Biak 134 orang, Serui 158 orang, Nabire 253 orang, Paniai 82 orang, Manokwari 138 orang, Sorong 192 orang, Fak-fak 197 orang, Timika 182 orang dan Merauke 190 orang.

2. Sampel

Untuk menentukan jumlah sampel digunakan menurut pendapat Suharsimi (2006:134) yang menyatakan bahwa apabila populasi lebih dari 100, maka jumlah yang diambil sebanyak 10% - 15%. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel sebanyak 5% dengan alasan seabgai berikut:


(49)

a. Peneliti memiliki keterbatasan dalam waktu, tenaga dan dana.

b. Wilayah pengamatan relatif sempit yaitu wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.

c. Risiko yang harus ditanggung peneliti kecil. 3. Teknik Penarikan Sampel

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel 5% dari jumlah populasi sebesar 1873 yakni 94 sampel. Untuk mengantisipasi kekurangan pengembalian sampel, maka kuesioner disebar berjumlah 97 dan semuanya kembali.

E. Operasionalisasi Variabel 1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas yaitu motivasi belajar dengan tingkat penyesuaian diri, dan satu variabel terikat yaitu prestasi belajar mahasiswa.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional dari ketiga variabel di atas adalah:

a. Motivasi belajar diartikan keinginan dalam diri mahasiswa untuk secara aktif mengikuti kegiatan belajar baik di kampus dan perpustakaan dan juga di asrama atau pemondokan.

b. Penyesuaian diri diartikan sebagai suatu usaha dan kemampuan mahasiswa dalam mengikuti tuntutan perubahan sosial di sekitarnya.


(50)

c. Prestasi belajar yang dimaksud adalah hasil dari kegiatan belajar yang berupa IPK dari transkrip nilai mahasiwa.

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kuantitatif angka dipakai sebagai data yang digunakan untuk alat ukur penelitian. Untuk memperoleh data penelitian ini digunakan instrumen berupa kuesioner dan dokumentasi. Untuk memperoleh data motivasi belajar dan tingkat penyesuaian diri digunakan kuesioner dengan skala Likert dengan skor berurutan 5,4,3,2 dan 1. Sedangkan untuk memperoleh data prestasi belajar mahasiswa digunakan dokumentasi berupa nilai IPK dari transkrip nilai semester ganjil pada tahun akademik 2007/2008. Pengumpulan data dilaksanakan selama 1 minggu dari tanggal 2 sampai dengan 8 Agustus 2008.

G. Teknik Pengujian Istrumen 1. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini alat pengukur data memakai kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan dan alternatif jawaban. Data yang diperoleh dinamakan data interval. Data interval menunjukkan adanya jarak antara data yang satu dengan yang lain, jadi interval artinya jarak (Arikunto; 2003:360). Untuk mendapatkan data yang dapat dipercaya dan dipertang-gungjawabkan instrumen penelitian yang dipakai harus valid dan reliabel.


(51)

Untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel dilakukan uji coba alat pengukur data.

2. Pengembangan Instrumen

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Kuesioner

NOMOR BUTIR

VARIABEL SUB

VARIABEL

SUB SUB

VARIABEL INDIKATOR

+ -

Motivasi Belajar

Instrinsik Motivasi dari diri sendiri

• Jadwal belajar

• Mencatat hal-hal yang penting • Senang dan tidak bosan

mendengarkan penjelasan dosen • Merasa malu bertanya pada

teman

• Keinginan untuk mencapai cita-cita dengan belajar

• Pantang menyerah terhadap soal yang sulit

• Merasa cukup pandai dalam mata kuliah di kampus • Senang bila bila dosen

memberikan soal yang sulit • Berupaya untuk mengerjakan

semua soal/PR dari dosen • Bertanya tentang materi yang

tidak dimengerti

• Menyimak dengan seksama penjelasan dari dosen

• Berusaha datang ke kampus tiap hari

• Membaca dan memahami buku mata kuliah

• Mengabaikan tugas-tugas kampus

• Kegiatan kuliah di kampus hanya untuk memperoleh ijazah • Menyukai rutinitas kegiatan

kuliah di kampus

1 2 3 4 5,6,7 8 9 10 11 12 13 14 15 18 16 17 Ekstrinsik Motivasi dari

luar diri

• Tertantang melihat teman lain berprestasi

• Dukungan dosen dalam belajar

19 20


(52)

Penyesuaian Diri

Penyesuain Sosial

Di kampus • Merasa tersaingi bila teman memakai pakaian lebih baik dari saya

• Merasa iri dan rendah diri bila melihat teman yang cakep • Berteman dengan semua orang

tanpa memandang status dan budaya

• Tidak menyukai kegiatan keorganisasian

• Lebih suka menyendiri di kampus

• Membagi kegembiraan saya bersama teman-teman • Bersikap kasar dan membuat

teman menjauhi saya

• Membenci teman yang mengejek saya 4 8 2 3 6 7 18 19

Di luar

kampus

• Membeli pakaian baru yang sedang ‘trend’

• Menghabiskan waktu luang dengan berkumpul bersama-sama teman

• Mematuhi aturan-aturan dalam kelompok

• Mudah bergaul dengan siapa saja • Tertarik berkumpul dengan

orang-orang yang belum dikenal • Menghindari acara-acara yang

diikuti banyak orang

• Membantu orang lain dengan tulus

• Sopan terhadap orang yang lebih tua

• Menghormati kepentingan pribadi teman dekat

• Sulit bergaul dengan teman yang berjenis kelamin lain

• Berusaha terlibat dalam urusan pribadi orang lain

• Mudah gugup bila berbicara di hadapan banyak orang

9 10 11 13 14 15 20 1 5 12 16 17


(53)

3. Validitas Instrumen

Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur (Arikunto; 1989:359). Menurut Nana Sudjana dan Ibrahim, validitas berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang akan diukur, sehingga betul-betul mengukur apa yang seharusnya diukur (Arikunto; 1989:219). Validitas instrumen dilakukan untuk mengetahui validitas dari soal yang akan dipakai, maka perlu dilakukan uji coba. Teknik yang dipakai untuk mengetahui validitas tiap soal adalah dengan rumus korelasi product moment dengan angka kasar, yaitu:

(

)( )

(

)

{

}

{

( )

}

− = 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N xy r

rxy = Korelasi product moment

N = Jumlah responden X = Nilai setiap item variabel Y = Nilai total variabel

a. Validitas Instrumen Motivasi Belajar

Uji validitas untuk tiap item bertujuan untuk mengetahui dukungan setiap item terhadap skor total. Hasil uji coba validitas instrumen motivasi belajar dengan soal 20 butir ada 13 butir soal yang valid sedangkan 7 butir soal gugur yaitu soal nomor 1, 4, 15, 16, 17, 18 dan 20.

Untuk mengetahui validitas instrumen (kuesioner) terlebih dahulu item instrumen di ujicobakan pada 45 responden. Dalam pengujian


(54)

validitas dicari koefisien validitas yang diperoleh dengan jalan mengkorelasikan skor yang ada dengan skor total. Setiap item pertanyaan dalam kuesioner dikatakan valid apabila rhitung lebih besar daripada rtabel,

dengan menggunakan taraf signifikansi 5%. Uji validitas menggunakan sejumlah sampel berukuran n = 45 dan 20 item kuesioner yang dijawab oleh responden dengan dk = n-2 (dk = 45-2 = 43), sehingga r tabel (0,05;43)

= 0,196. Untuk menentukan apakah instrumen ini valid atau tidak maka ketentuanya sebagai berikut:

Tabel 3.2

Rangkuman Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi Belajar

No. Item rhitung rtabel Keterangan

1 0,179 0,196 Tidak Valid

2 0,321 0,196 Valid 3 0,256 0,196 Valid

4 -0,098 0,196 Tidak Valid

5 0,440 0,196 Valid 6 0,317 0,196 Valid 7 0,545 0,196 Valid 8 0,357 0,196 Valid 9 0,315 0,196 Valid 10 0,435 0,196 Valid 11 0,476 0,196 Valid 12 0,487 0,196 Valid 13 0,360 0,196 Valid 14 0,304 0,196 Valid

15 0,172 0,196 Tidak Valid

16 0,201 0,196 Tidak Valid

17 0,161 0,196 Tidak Valid

18 0,118 0,196 Tidak Valid

19 0,464 0,239 Valid


(55)

b. Validitas Instrumen Tingkat Penyesuaian Diri

Uji validitas untuk tiap item bertujuan untuk mengetahui dukungan setiap item terhadap skor total. Hasil uji coba validitas instrumen penyesuaian diri dengan soal 20 butir ada 7 butir soal yang valid sedangkan 13 butir soal gugur yaitu soal nomor 4, 5, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 19 dan 20.

Untuk mengetahui validitas instrumen (kuesioner) terlebih dahulu item instrumen di ujicobakan pada 45 responden. Dalam pengujian validitas dicari koefisien validitas yang diperoleh dengan jalan mengkorelasikan skor yang ada dengan skor total. Setiap item pertanyaan dalam kuesioner dikatakan valid apabila rhitung lebih besar daripada rtabel,

dengan menggunakan taraf signifikansi 5%. Uji validitas menggunakan sejumlah sampel berukuran n = 45 dan 20 item kuesioner yang dijawab oleh responden dengan dk = n-2 (dk = 45-2 = 43), sehingga r tabel (0,05;43)

= 0,196. Untuk menentukan apakah instrumen ini valid atau tidak maka ketentuanya sebagai berikut:

Tabel 3.3

Rangkuman Hasil Uji Validitas Variabel Tingkat Penyesuaian Diri

No. Item rhitung rtabel Keterangan

1 0,212 0,196 Valid 2 0,197 0,196 Valid 3 0,316 0,196 Valid

4 0,138 0,196 Tidak Valid

5 0,162 0,196 Tidak Valid


(56)

7 0,338 0,196 Valid

8 -0,141 0,196 Tidak Valid

9 0,090 0,196 Tidak Valid

10 0,137 0,196 Tidak Valid

11 0,156 0,196 Tidak Valid

12 -0,022 0,196 Tidak Valid

13 0,267 0,196 Tidak Valid

14 -0,111 0,196 Tidak Valid

15 -0,167 0,196 Tidak Valid

16 0,410 0,196 Valid

17 0,193 0,196 Tidak Valid

18 0,239 0,196 Valid

19 0,017 0,239 Tidak Valid

20 0,083 0,239 Tidak Valid

4. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas berhubungan dengan hal kepercayaan. Reliabilitas alat ukur adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam mengukur apa yang diukurnya (Sudjana; 1989:120). Pengujian reliabilitas digunakan rumus Alpha Cronbach dengan taraf signifikansi 5% (Suharsimi Arikunto, 1990:236).





=

σ

σ

2 2

1

1

t b tt

k

k

r

Keterangan :

rtt = Reliabel instrumen yang dicari

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

σ

2

b = Jumlah varians butir

σ

2

t = Varians total

Besarnya r dapat dihitung dengan menggunakan korelasi dengan signifikansi 5%. Jika nilai rhitung lebih besar dari pada rtabel, maka butir soal


(57)

tersebut dapat dikatakan reliabel, begitu sebaliknya jika rhitung lebih kecil dari

rtabel maka soal tersebut tidak reliabel.

Berikut ini interprestasi koefisien korelasi nilai r (Sugiyono; 2001:183) Tabel 3.4

Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00-0,199 Sangat rendah

0,20-0,399 Rendah 0,40-0,599 Sedang 0,60-0,799 Kuat

0,80-1,000 Sangat kuat

Hasil perhitungan menunjukan bahwa koefisien alpha (rhitung) untuk

variabel motivasi belajar sebesar 0,781 dan koefisien alpha (rhitung) untuk

variabel penyesuaian diri sebesar 0,780. Harga rhitung selanjutnya

dibandingkan dengan harga rtabel sebesar 0,60. Mengingat nilai rhitung untuk

variabel motivasi belajar dan variabel penyesuaian diri berada pada taraf 0,60-0,799 maka dapat dikatakan bahwa variabel motivasi belajar dan variabel penyesuaian diri ini mempunyai taraf reliabilitas kuat.

Dari perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut sudah dianggap memenuhi kedua persyaratan instrumen yang baik yaitu valid dan reliabel, sehingga instrumen motivasi belajar dan penyesuaian diri dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh data.


(58)

H. Teknik Analisis Data

Berdasarkan pada permasalahan dan hipotesis yang telah dikemukakan maka untuk menguji hipotesis yang dinyatakan dalam variabel bebas dan terikat digunakan Analisis Varians dua jalan. Analisis ini dapat menunjukkan secara bersama-sama tingkat pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar dan tingkat penyesuaian diri terhadap prestasi belajar mahasiswa, serta interaksi antara motivasi belajar dan tingkat penyesuaian diri yang mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa.

Teknik Analisis Varians ini harus memenuhi syarat: l. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah melakukan pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data yang akan dianalisis. Untuk melakukan uji normalitas digunakan uji Kolmogorov Smirnov yang statistik ujinya adalah:

Tolak Ho, terima HA jika D ≥ Da

Terima Ho tolak HA jika D < Da

Harga D tabel dicari dari (misalkan level signifikan: a = 0,05):

, 36 , 1 2 1 2 1 05 , 0 n n n n D + + = Keterangan:

D = Frekuensi kumulatif n = Besar sampel


(59)

Data Tidak Normal

Apabila data tidak berdistribusi normal maka uji statistis yang digunakan adalah Chi Kuadrat, dengan rumus sebagai berikut :

(

)

2 2 =

h h o f f f χ

Keterangan: χ2 = menguji signifikasi perbedaan frekuensi yang diobservasi

f0 = frekuensi yang diperoleh berdasarkan data

fh = frekuensi yang diharapkan

fh diperoleh dari rumus sebagai berikut

( )( )

N

ng nk fh =

Keterangan: nk = jumlah kategori

ng = jumlah golongan

N = jumlah total

Untuk menemukan derajat kebebasan digunakan rumus: db = ( b – 1 ) ( k – 1 ) Harga Chi-kuadrat selanjutnya dibandingkan dengan harga Chi-kuadrat yang terdapat ditabel. Jika harga χ2 hitung < χ2

tabel, maka Ho diterima, jika harga χ2 hitung > χ2

tabel, maka Ho ditolak. Untuk memperoleh fh digunakan rumus:

baris jumlah seluruhnya jumlah kolom jumlah

fh= ×

a. Menemukan statistik uji χ2 dengan derajat kebebasannya df = (baris-1)(kolom-1). Maka dengan baris sebanyak 10 dan kolom sebanyak 2, derajat kebebasannya (10-1)(2-1)=9. ini berarti kita hanya bebas atau


(60)

hanya perlu menghitung 9 sel saja dan sel-sel yang lain akan terisi dengan sendirinya.

b. Berdasar tabel fo dan fh yang ada dapat dihitung χ2 dengan derajat signifikan 5% serta df =9, maka didapat kesimpulan sebagai berikut : 1) Apabila χ2hitung < χ2tabel, maka Ho diterima.

2) Apabila χ2 hitung >χ2tabel, maka Ho ditolak.

Syarat-syarat Chi-Kuadrat adalah sebagai berikut :

a. Chi-Kuadrat hanya dapat menunjukkan apakah korelasi antara dua gejala atau lebih signifikan atau tidak.

b. Chi-Kuadrat dapat digunakan untuk menganalisa data yang berwujub frekuensi.

c. Chi-Kuadratpaling tepat digunakan pada data yang diperoleh dari sampel dan kategori-kategori yang terpisah satu sama lain.

d. Chi-Kuadratdapat digunakan untuk menilai data kualitatif

Besarnya pengaruh motivasi belajar dan penyesuaian diri terhadap prestasi belajar, maka digunakan koofisien kontigensi dengan rumus sebagai berikut (Suharsimi Arikunto,1989:232):

N KK

+ = 2 2

χ χ

Keterangan: KK = koefisien kontigensi χ2

= harga Chi-kuadrat yang diperoleh


(61)

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya, maka perlu membandingkan hasil KK dengan KKmaks. Rumus KKmaks (Sutrisno Hadi, 2000:357)

pembanding tersebut sebagai berikut :

k k KKmaks

1 − =

Keterangan: KKmaks = harga KK paling besar

k

= jumlah kolom

KKmaks merupakan batasan taraf signifikan yang paling besar, semakin dekat

jumlah KK mendekati KKmaks semakin besar tingkat pengaruh yang terjadi

yang telah dihitung dengan Chi-kuadrat. Tabel 3.5 Interpretasi

No Harga Nilai koefisien Tingkat

Keterhandalan

1 KK maks ≥ 0,80 Sangat tinggi

2 KK maks 0,60 < 0,80 Tinggi

3 KK maks 0,40 < 0,60 Sedang

4 KK maks 0,20 < 0,40 Rendah

5 KK maks < 0,20 Sangat rendah

2. Uji Linearitas

Uji lineritas dilakukan dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen (X) mempunyai pengaruh yang linear terhadap variabel dependen (Y). Untuk mengetahui linear tidaknya pengaruh tersebut dapat dilakukan dengan membandingkan hasil Fhitung dan Ftabel, dengan ketentuan jika Fhitung>


(62)

Ftabel, maka hipotesis model regresi linear ditolak, dan sebaliknya jika Fhitung <

Ftabel, maka hipotesis model regresi linear diterima. Artinya, semua variabel

independen (X) berhubungan secara linear dengan variabel dependen (Y). Adapun rumus yang digunakan dalam uji lenearitas ini adalah:

F = 2 2 Se SΤ C

Keterangan:

F = Harga bilangan F untuk garis regresi

ST2c = Varians tuna cocok

Se2 = Varians kekeliruan

3. Uji Hipotesis

Untuk keperluan pengujian hipotesis ini, digunakan uji statistik inferensial, yaitu dengan menggunakan regresi sederhana karena didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen. Kriteria penerimaan clan penolakan terhadap hipotesis didasarkan pada taraf signifrkansi 5%. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS.

a. Pengujian Hipotesis I

Untuk menguji hipotesis pertama digunakan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Menyusun Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ho1 = Tidak ada pengaruh positif dan signifikan motivasi belajar


(63)

Ha1 = Ada pengaruh positif dan signifikan motivasi belajar terhadap

prestasi belajar. 2) Menentukan Uji Statistik

Untuk menguji hipotesis digunakan teknik analisis regresi linear sederhana, yaitu:

Y = a + bX1 Dimana,

Y = Variabel terikat prestasi belajar X1 = Variabel bebas motivasi belajar

a = Konstanta

b = koefisien regresi Catatan:

Langkah ini dilakukan untuk mencari korelasi (hubungan fungsional antara variabel bebas (masing-masing variabel bebas) terhadap variabel terikat.

Langkah selanjutnya adalah menentukan koefisiensi korelasi antara variabel bebas dan variabel terikat. Langkah ini dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Product Momment dari Pearson, yaitu:

=

r

xy

(

)( )

(

)

{

2 2

}

{

2

( )

2

}

Y Y n X X n Y X XY n ∑ − ∑ ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑ Keterangan :

rxy = Korelasi antara variabel X dengan Y

X = Variabel bebas (motivasi belajar) Y = Variabel terikat (prestasi belajar) n = Jumlah keseluruhan responden


(64)

Untuk menguji signifikansi koefisien korelasi, diperlukan uji signifkansi, yang dilakukan dengan membandingkan thitung dan ttabel pada taraf

signifikansi 5% dengan dk = n – 2

Rumus (Sugiyono, 2005: 215): thitung =

2

1 2

r n r

− −

3) Pengambilan Keputusan

Dari hasil pembandingan antara thitung dan ttabel dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1) Jika thitung < ttabel , maka Ho1 diterima atau hasil pengujian tidak

signifikan. Artinya, tidak ada korelasi atau tidak ada hubungan (positif/negatif, sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, atau sangat rendah) antara variabel bebas (motivasi belajar) dengan variabel terikat (prestasi belajar), atau tidak ada pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa.

2) Jika thitung > ttabel, maka Ho1 ditolak atau hasil pengujian signitikan.

Artinya, ada korelasi atau ada hubungan (positif/negatif, sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, atau sangat rendah) antara variabel bebas (motivasi belajar) dengan variabel terikat (prestasi belajar), atau ada pengaruh motivasi belajar terhadap tingkat prestasi belajar mahasiswa.


(65)

b. Pengujian Hipotesis II

Untuk menguji hipotesis pertama digunakan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Menyusun Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ho2 = Tidak ada pengaruh positif dan signifikan tingkat penyesuaian

diri terhadap prestasi belajar mahasiswa.

Ha2 = Ada pengaruh positif dan signifikan penyesuaian diri terhadap

prestasi belajar. 2) Menentukan Uji Statistik

Untuk menguji hipotesis digunakan teknik analisis regresi linear sederhana, yaitu:

Y = a + bX2 Dimana,

Y = Variabel terikat prestasi belajar

X2 = Variabel bebas tingkat penyesuaian diri

a = Konstanta

b = koefisien regresi Catatan:

Langkah ini dilakukan untuk mencari korelasi (hubungan fungsional antara variabel bebas (masing-masing variabel bebas) terhadap variabel terikat.

Langkah selanjutnya adalah menentukan koefisiensi korelasi antara variabel bebas dan variabel terikat. Langkah ini dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Product Momment dari Pearson, yaitu:


(66)

=

r

xy

(

)( )

(

)

{

2 2

}

{

2

( )

2

}

Y Y n X X n Y X XY n ∑ − ∑ ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑ Keterangan :

rxy = Korelasi antara variabel X dengan Y

X = Variabel bebas (motivasi belajar) Y = Variabel terikat (prestasi belajar) n = Jumlah keseluruhan responden

Untuk menguji signifikansi koefisien korelasi, diperlukan uji signifkansi, yang dilakukan dengan membandingkan thitung dan ttabel pada taraf

signifikansi 5% dengan dk = n – 2

Rumus (Sugiyono, 2005: 215): thitung =

2 1 2 r n r − −

3) Pengambilan Keputusan

Dari hasil pembandingan antara thitung dan ttabel dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1) Jika thitung < ttabel , maka Ho2 diterima atau hasil pengujian tidak

signifikan. Artinya, tidak ada korelasi atau tidak ada hubungan (positif/negatif, sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, atau sangat rendah) antara variabel bebas (motivasi belajar) dengan variabel terikat (prestasi belajar), atau tidak ada pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa.

2) Jika thitung > ttabel, maka Ho2 ditolak atau hasil pengujian signitikan.

Artinya, ada korelasi atau ada hubungan (positif/negatif, sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, atau sangat rendah) antara variabel bebas


(67)

(motivasi belajar) dengan variabel terikat (prestasi belajar), atau ada pengaruh motivasi belajar terhadap tingkat prestasi belajar mahasiswa.


(68)

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Data dalam penelitian ini mencakup data tentang motivasi belajar dan penyesuaian diri mahasiswa Papua di Daerah Istimewa Yogyakarta. Berikut keterangan tentang jenis kelamin, umur, pemondokan di Yogyakarta, asal daerah dari Papua dan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Data dikumpulkan melalui pembagian kuesioner kepada 97 orang mahasiswa yang telah menempuh kuliah di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jumlah kuesioner yang kembali sebanyak 97 kuesioner, atau dengan kata lain tingkat pengembalian kuesioner yang disebar adalah 100% yang berarti semua kuesioner kembali untuk kepentingan pengolahan data. Berikut disajikan tabel tingkat pengembalian kuesioner tersebut:

Tabel 4.1

Tingkat Pengembalian Kuesioner

No. Asal Daerah Disebar Kembali Tidak

Lengkap Jumlah

1. Wamena 12 12 0 12 2. Jayapura 8 8 0 8 3. Biak 8 8 0 8 4. Serui 9 9 0 9 5. Nabire 14 14 0 14 6. Paniai 5 5 0 5 7. Manokwari 8 8 0 8 8. Sorong 11 11 0 11 9. Fak-Fak 11 11 0 11 10. Merauke 11 11 0 11

Jumlah 97 97 0 97


(69)

A. Deskripsi Data

1. Deskripsi Responden

a. Jenis Kelamin Mahasiswa

Tabel 4.2

Deskripsi Jenis Kelamin Mahasiswa

No. Jenis Kelamin Frekuensi Frekuensi Relatif (%)

1. Perempuan 39 40,2 2. Laki-laki 58 59,8

Total 97 100

Berdasarkan tabel deskriptif di atas dapat diketahui bahwa mahasiswa yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 39 orang (40,2%), dan mahasiswa yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 58 orang (59,8%). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang berjenis kelamin laki-laki.

b. Umur Mahasiswa

Tabel 4.3

Deskripsi Umur Mahasiswa

No. Umur Mahasiswa Frekuensi Frekuensi Relatif (%)

1. Kurang dari15 tahun 0 0 2. 16 tahun – 18 tahun 11 11,3 3. 19 tahun – 21 tahun 19 19,6 4. 22 tahun – 24 tahun 28 28,9 5. 25 tahun – 27 tahun 21 21,6 6. 28 tahun – 30 tahun 14 14,4 7. Lebih dari 30 tahun 4 4,1


(70)

Berdasarkan tabel deskriptif di atas dapat diketahui bahwa tidak ada mahasiswa dengan umur kurang dari 15 tahun (0%), mahasiswa yang berumur antara 16 tahun – 18 tahun berjumlah 11 orang (11,3%), mahasiswa yang berumur 19 tahun – 21 tahun berjumlah 19 orang (19,6%), mahasiswa yang berumur 22 tahun – 24 tahun berjumlah 28 orang (28,9%), mahasiswa yang berumur 25 tahun – 27 tahun berjumlah 21 orang (21,6%), dan mahasiswa yang berumur 28 tahun – 30 tahun berjumlah 4 orang (4,1%). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang berumur antara 22 tahun – 24 tahun yang sedang menempuh kuliah di Daerah Istimewa Yogyakarta.

c. Pemondokan di Yogyakarta

Tabel 4.4

Deskripsi Pemondokan di Yogyakarta

No. Pemondokan Frekuensi Frekuensi Relatif (%)

1. Asrama 35 36,1 2. Kost 38 39,2 3. Kontrakan 14 14,4 4. Rumah orang tua 8 8,2 5. Lain-lain 2 2,1

Total 97 100

Berdasarkan tabel deskriptif di atas dapat diketahui bahwa mahasiswa yang memilih pemondokan di asrama sebanyak 35 oramg (36,1%), kost sebanyak 38 orang (39,2%), kontrakan sebanyak 14 orang (14,4%), rumah


(71)

orang tua sebanyak 8 orang (8,2%) dan lain-lain sebanyak 2 orang (2,1%). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang bertempat tinggal di asrama dan kos-kosan.

d. Asal Daerah dari Papua

Tabel 4.5

Deskripsi Asal Daerah dari Papua

No. Asal Daerah Frekuensi Frekuensi Relatif (%)

1. Wamena 12 12,4 2. Jayapura 8 8,2 3. Biak 8 8,2 4. Serui 9 9,3 5. Nabire 14 14,4 6. Paniai 5 5,2 7. Manokwari 8 8,2 8. Sorong 11 11,3 9. Fak-fak 11 11,3 10. Merauke 11 11,3

Total 97 100

Berdasarkan tabel deskriptif di atas dapat diketahui bahwa mahasiswa yang berasal dari Wamena sebanyak 12 orang (12,4%), Jayapura sebanyak 8 orang (8,2%), Biak sebanyak 8 orang (8,2%), Serui sebanyak 9 orang (9,3%), Nabire sebanyak 14 orang (14,4%), Paniai sebanyak 5 orang (5,2%), Manokwari sebanyak 8 orang (8,2%), Sorong sebanyak 11 orang (11,3%), Fak-fak sebanyak 11 orang (11,3%), dan Merauke sebanyak 11


(72)

orang (11,3%). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini berasal dari Nabire.

e. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)

Tabel 4.6

Deskripsi Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)

No. IPK Frekuensi Frekuensi Relatif (%)

1. 0,00 – 0,50 0 0,0 2. 0,51 – 1,00 0 0,0 3. 1,01 – 1,50 0 0,0 4. 1,51 – 2,00 3 3,1 5. 2,01 – 2,50 55 56,7 6. 2,51 – 3,00 33 34,0 7. 3,01 – 3,50 6 6,2 8. 3,51 – 4,00 0 0

Total 97 100

Berdasarkan tabel deskriptif di atas dapat diketahui bahwa mahasiswa yang memiliki IPK antara 0,00 sampai dengan 1,50 adalah tidak ada (0,0%), mahasiswa yang memiliki IPK 1,51 – 2,00 sebanyak 3 orang (3,1%), mahasiswa yang memiliki IPK 2,01 – 2,50 sebanyak 55 orang (56,7%), mahasiswa yang memiliki IPK 2,51 – 3,00 sebanyak 33 orang (34,0%), mahasiswa yang memiliki IPK 3,01 – 3,50 sebanyak 6 orang (6,2%), dan mahasiswa yang memiliki IPK 3,51 – 4,00 tidak ada (0,0%). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang memiliki IPK antara 2,01 sampai dengan 2,50.


(1)

Regression

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N Y Prestasi Belajar Mahasiswa 2.4833 .30182 97 X2 Tingkat Penyesuaian Diri 21.68 5.769 97

Variables Entered/Removed(b)

Model Variables Entered

Variables

Removed Method 1 X2 Tingkat

Penyesuaian Diri(a) . Enter a All requested variables entered.

b Dependent Variable: Y Prestasi Belajar Mahasiswa

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate 1 .421(a) .177 .168 .27523 a Predictors: (Constant), X2 Tingkat Penyesuaian Diri

ANOVA(b)

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. Regression 1.549 1 1.549 20.444 .000(a) Residual 7.196 95 .076 1

Total 8.745 96 a Predictors: (Constant), X2 Tingkat Penyesuaian Diri

b Dependent Variable: Y Prestasi Belajar Mahasiswa

Coefficients(a)

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig. Model B Std. Error Beta B Std. Error

(Constant) 2.006 .109 18.370 .000 1

X2 Tingkat

Penyesuaian Diri .022 .005 .421 4.521 .000 a Dependent Variable: Y Prestasi Belajar Mahasiswa


(2)

104

Lampiran 9


(3)

(4)

106

Lampiran 11


(5)

(6)

108

Lampiran 13


Dokumen yang terkait

Hubungan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Kebidanan Semester III di STIKes Medistra Lubuk Pakam

0 50 55

hubungan motivasi belajar antara mahasiswa yang bekerja dan tidak bekerja terhadap prestasi akademik (IPK) (Studi kasus mahasiswa pendidikan ips FITK semester 6)

7 23 89

Pengaruh motivasi akademik, gaya belajar dan penyesuaian diri di perguruan tinggi terhadap prestasi akademik mahasiswa Tahun pertama

16 97 164

Motivasi Belajar, Penyesuaian Diri, Kepuasan Mahasiswa dan Prestasi Akademik Mahasiswa Penerima Beasiswa di Universitas X

0 3 10

Hubungan Efikasi Diri, Kemandirian Belajar Dan Motivasi Berprestasi Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa COVER

0 1 32

Hubungan motivasi belajar, latar belakang pendidikan dan asal daerah dengan prestasi belajar mahasiswa COVER

1 3 15

Pengaruh dukungan sosial keluarga dan kemandirian belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa cover

0 0 12

Pengaruh motivasi, minat dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa Akafarma Sunan Giri Ponorogo suliso

1 5 143

Kata Kunci: Disiplin Diri, Motivasi Belajar, Prestasi Belajar Pendahuluan - View of PENGARUH DISIPLIN DIRI DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA AKADEMI MARITIM CIREBON

0 0 12

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN TINGKAT PENYESUAIAN DIRI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA Studi Kasus Mahasiswa Papua di Daerah Istimewa Yogyakarta SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendid

0 0 126