Analisis kelayakan dan kesiapan perubahan penerapan sistem informasi Akuntansi di Vihara studi kasus di Vihara Bodhicitta Maitreya

(1)

ANALISIS KELAYAKAN DAN KESIAPAN PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DI VIHARA

(Studi Kasus di Vihara Bodhicitta Maitreya)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh: Yiuliani Octariana

NIM : 132114066

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

ANALISIS KELAYAKAN DAN KESIAPAN PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DI VIHARA

(Studi Kasus di Vihara Bodhicitta Maitreya)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh: Yiuliani Octariana

NIM : 132114066

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(3)

(4)

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

You can’t change the wind.

But you can adjust sails to reach your destination

(Paulo Coelho)

Kupersembahkan untuk:

Papaku Ferdy Lesmana dan Mamaku Ai Tju Adikku Erlyta Agustine Noviyanti Dan Johnny Indo Sahabatku Susanti dan Sevi Serta teman-temanku


(6)

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul: ANALISIS KELAYAKAN DAN KESIAPAN PERUBAHAN PENERAPAN

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DI VIHARA (Studi Kasus di Vihara Bodhicitta Maitreya)

dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 14 Maret 2017 adalah hasil karya saya. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Yogyakarta, 31 Maret 2017 Yang membuat pernyataan,


(7)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama :Yiuliani Octariana

Nomor Mahasiswa :132114066

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

ANALISIS KELAYAKAN DAN KESIAPAN PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DI VIHARA

(Studi Kasus di Vihara Bodhicitta Maitreya)

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 31 Maret 2017


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih ke hadirat tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Drs. J. Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma. 2. Albertus Yudi Yuniarto, SE., M.B.A, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sanata Dharma.

3. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Ak., QIA., CA selaku Kepala Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

4. Ilsa Haruti Suryandari, SE., S.I.P., M.Sc., Ak., CA selaku Pembimbing Skripsi dan Dosen Pembimbing Akademik yang telah sabar membantu, membimbing, dan memberikan saran serta dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi dan studi.

5. Dr. FA. Joko Siswanto, M.M., Ak., QIA., CA dan Ign. Aryono Putranto, SE, M.Acc, Ak selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan atas skripsi yang saya tulis.


(9)

viii

6. Seluruh dosen dan karyawan sekretariat Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma yang telah banyak memberikan bantuan dan ilmu pengetahuan yang berguna bagi penulis.

7. Pandita Lusia Anggraini selaku Pimpinan Vihara Bodhicitta Maitreya yang memberikan izin untuk melakukan penelitian serta Thanzu Mimi, Thanzu Meixiu, Foyuan Nita, dan Foyuan Wendy yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian di Vihara Bodhicitta Maitreya.

8. Papa saya Ferdy Lesmana, Ibu saya Ai Tju, adik saya Erlyta Agustine Noviyanti dan Johnny Indo, atas doa, motivasi, dan bantuannya.

9. Yulius Somali, Susanti, dan Sevi Mega Andriani yang selalu membantu dan mendengarkan keluh kesah saya serta memberikan dorongan dan motivasi. 10. Teman-teman saya yang selalu memberikan bantuan dan masukan saat

mengerjakan skripsi, Dika, Jalu, Donny, Enggar dan Lukas.

11. Teman-teman seperjuangan Akuntansi angkatan 2013, teman-teman kelas B angkatan 2013 (Siska, Alma, Eci, Lidya, Tata, dan lain-lain), teman-teman MPAT kelas E, dan teman-teman Service Learning Program 2016.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 31 Maret 2017


(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS... v

HALAMAN LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR... vii

HALAMAN DAFTAR ISI... ix

HALAMAN DAFTAR TABEL... xii

HALAMAN DAFTAR GAMBAR... xiii

ABSTRAK... xiv

ABSTRACT... xv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian... 6

E. Sistematika Penulisan... 7

BAB II LANDASAN TEORI... 9

A. Organisasi Sektor Publik... 9

B. Sistem Informasi Akuntansi... 10

C. Business Process Diagram... 22

D. Pengendalian Internal... 23

E. Kelayakan Penerapan Sistem Informasi Akuntansi... 47

1. Kelayakan Teknis (Technical Feasibility)... 47

2. Kelayakan Ekonomis (Economic Feasibility)... 48

3. Kelayakan Operasional (Operational Feasibility)... 49


(11)

x

G. Ajaran Buddha Maitreya... 53

1. Kebenaran Mulia Mazhab Kasih Maitreya... 53

2. Dharma Hati Ajita... 57

3. Teknologi, Peradaban, dan Hati Nurani... 63

H. Penelitian Sebelumnya... 64

BAB III METODE PENELITIAN... 69

A. Objek Penelitian... 69

B. Metode dan Desain Penelitian... 69

C. Teknik Pengumpulan Data... 71

1. Wawancara... 71

2. Observasi... 72

3. Dokumentasi... 72

D. Teknik Analisis Data... 72

BAB IV GAMBARAN UMUM VIHARA BODHICITTA MAITREYA... 80

A. Lokasi Vihara Bodhicitta Maitreya... 80

B. Sejarah Vihara Bodhicitta Maitreya... 80

C. Visi dan Misi Vihara Bodhicitta Maitreya... 84

D. Sejarah Ajaran Buddha Maitreya... 85

E. Struktur Organisasi di Vihara Bodhicitta Maitreya... 89

F. Struktur Organisasi Keuangan Vihara Bodhicitta Maitreya... 97

G. Struktur Organisasi Keagamaan Agama Buddha Maitreya... 98

H. Struktur Kelembagaan Agama Buddha Maitreya Indonesia dan Alur Pelaporan Keuangan...101

I. Kegiatan-kegiatan dalam Vihara Bodhicitta Maitreya...103

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN...105

A. Sistem Informasi Akuntansi Vihara...105

1. Siklus Penerimaan... 105


(12)

3. Siklus Manajemen Sumber Daya Manusia dan

Penggajian... 115

B. Pengendalian Internal dalam Vihara... 116

1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment).... 116

2. Penaksiran Risiko...132

3. Aktivitas Pengendalian...137

4. Informasi dan Komunikasi... 142

5. Aktivitas Pengawasan...145

C. Perbandingan Sistem Informasi Akuntansi yang Baru dan Lama... 146

1. Siklus Penerimaan... 146

2. Siklus Pengeluaran... 152

3. Siklus Manajemen Sumber Daya Manusia dan Penggajian... 157

D. Analisis Kelayakan Sistem Baru... 158

1. Kelayakan Teknis (Technical Feasibility)... 158

2. Kelayakan Ekonomis (Economic Feasibility)...160

3. Kelayakan Operasional (Operational Feasibility)... 162

E. Analisis Kesiapan dalam Penerapan Sistem Baru...163

BAB VI PENUTUP...173

A. Kesimpulan...173

B. Keterbatasan Penelitian... 174

C. Saran...174

DAFTAR PUSTAKA... 176


(13)

xii DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Karakteristik Organisasi Sektor Publik... 9 Tabel 2.2 Simbol Business Process Diagram... 23 Tabel 5.1 Perbedaan Siklus Penerimaan Antara Sistem Lama dan Sistem

Baru...152 Tabel 5.2 Perbedaan Siklus Pengeluaran Antara Sistem Lama dan Sistem

Baru...152 Tabel 5.3 Perbedaan Siklus Manajemen Sumber Daya Manusia dan

Penggajian Antara Sistem Lama dan Sistem Baru...158 Tabel 5.4 Harga Hardware dan Software...160


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Vihara Bodhicitta Maitreya... 90

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Keuangan Vihara Bodhicitta Maitreya... 97

Gambar 4.3 Struktur Organisasi Keagamaan Agama Buddha Maitreya... 98

Gambar 4.4 Struktur Kelembagaan Agama Buddha Maitreya Indonesia...101

Gambar 5.1 Business Process Diagram Sumbangan Umat Hari Besar Keagamaan...105

Gambar 5.2 Business Process Diagram Penjualan Koperasi Vihara...108

Gambar 5.3 Business Process Diagram Pengeluaran Kas Kecil...110

Gambar 5.4 Business Process Diagram Pengeluaran Melalui Bendahara Langsung...113

Gambar 5.5 Business Process Diagram Siklus Manajemen Sumber Daya Manusia dan Penggajian... 115


(15)

xiv ABSTRAK

ANALISIS KELAYAKAN DAN KESIAPAN PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DI VIHARA

(Studi Kasus di Vihara Bodhicitta Maitreya)

Yiuliani Octariana NIM: 132114066 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan dan kesiapan perubahan penerapan sistem informasi akuntansi yang baru di Vihara Bodhicitta Maitreya. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan saran kepada Vihara Bodhicitta Maitreya mengenai kelayakan dan kesiapan perubahan penerapan sistem informasi akuntansi yang baru. Lebih lanjut, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk vihara dalam mengantisipasi kelemahan sistem informasi akuntansi yang baru.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini juga menggunakan teknik triangulasi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Berdasarkan hasil analisis, penerapan sistem informasi akuntansi Vihara Bodhicitta Maitreya yang baru sudah layak secara teknis, ekonomis, dan operasional. Kemudian, peneliti menyimpulkan bahwa Vihara Bodhicitta Maitreya sudah siap melakukan perubahan dalam mengimplementasikan sistem informasi akuntansi yang baru.

Kata Kunci: Kelayakan, Kesiapan Perubahan, Sistem Informasi Akuntansi, dan Vihara.


(16)

ABSTRACT

THE ANALYSIS OF FEASIBILITY AND READINESS FOR CHANGE IN IMPLEMENTATION OF ACCOUNTING INFORMATION SYSTEM IN

VIHARA

(Case Study in Vihara Bodhicitta Maitreya)

Yiuliani Octariana NIM: 132114066 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2017

This research aims to discover the feasibility and readiness for change in implementing a new accounting information system in Vihara Bodhicitta Maitreya. This research intends to provide descriptions and suggestions to Vihara Bodhicitta Maitreya about the feasibility and readiness for change in implementing the new accounting information system. Furthermore, this research is expected to be a reference for vihara to anticipate the weaknesses of the new accounting information system.

This research used a qualitative method using a case study approach. This research also used a triangulation technique. Data collection techniques in this research were interviews, observation, and documentation.

Based on the analysis results, the implementation of the new accounting information system was technically, economically, and operationally feasible. Besides, the current researcher concluded that Vihara Bodhicitta Maitreya was ready to change by implementing a new accounting information system.

Keyword: Feasibility, Readiness for Change, Accounting Information System, and Vihara.


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Mahsun et al. (2006:12), jangkauan organisasi sektor publik di setiap negara biasanya tidak sama. Tidak ada definisi yang menyeluruh dan lengkap yang dapat digunakan untuk seluruh sistem pemerintahan. Wilayah organisasi sektor publik dapat berubah tergantung pada kejadian historis dan suasana politik yang sedang terjadi di suatu negara. Organisasi sektor publik di Indonesia merupakan organisasi yang dananya berasal dari masyarakat dan penggunaan dananya untuk masyarakat. Menurut Bastian (2010:11), di Indonesia terdapat beberapa macam organisasi sektor publik yang biasanya dikenal, antara lain: organisasi pemerintah pusat, pemerintah daerah, partai politik, LSM, yayasan, lembaga pendidikan, lembaga pelayanan kesehatan, dan tempat peribadatan. Tempat peribadatan yang ada di Indonesia, meliputi: masjid, gereja, vihara, pura, dan kelenteng.

Vihara merupakan tempat beribadah bagi umat beragama Buddha. Sebagai sebuah tempat ibadah, vihara mempunyai berbagai macam kegiatan. Dalam menjalankan kegiatan-kegiatan yang ada di vihara tentunya terdapat transaksi yang berkaitan dengan uang. Transaksi tersebut dapat berupa transaksi penerimaan dan pengeluaran kas. Saat terjadi transaksi yang berkaitan dengan penerimaan ataupun pengeluaran kas, biasanya suatu organisasi akan mencatat transaksi tersebut. Pencatatan transaksi yang


(18)

dilakukan ini tidak terlepas dari penggunaan sistem informasi akuntansi. Sistem informasi akuntansi adalah sistem yang bertujuan untuk mengumpulkan dan memproses data serta melaporkan informasi yang berkaitan dengan transaksi keuangan (Diana dan Setiawati, 2011:4).

Saat berbicara tentang sistem informasi akuntansi, orang-orang juga akan mengaitkannya dengan pengendalian internal. Menurut AICPA (American Institute of Certified Public Accountants), pengendalian internal terdiri dari kebijakan, praktek, dan prosedur yang digunakan oleh organisasi untuk mencapai 4 (empat) tujuan umum, yaitu: mengamankan aset organisasi, menjamin keakuratan dan keandalan informasi dan pencatatan akuntansi, meningkatkan efisiensi dalam operasi organisasi, dan mengukur kepatuhan terhadap prosedur dan kebijakan yang ditentukan manajemen (Hall, 2013: 112). Menurut Diana dan Setiawati (2011:82), suatu sistem informasi yang tidak memasukkan unsur pengendalian internal di dalam penerapannya, kemungkinan besar membuat penerapan sistem informasi tersebut tidak berguna.

Vihara sebagai suatu organisasi sektor publik seharusnya melakukan pencatatan akuntansi dan pelaporan keuangan. Dalam pelaksanaan pencatatan dan pelaporan terdapat penggunaan sistem informasi akuntansi. Saat organisasi vihara ini menggunakan sistem informasi akuntansi tentunya perlu ditelaah kembali apakah pengendalian internal diterapkan. Selain itu, vihara sebagai tempat beribadah umat beragama Buddha tentunya menggunakan nilai-nilai dan ajaran-ajaran buddhis.


(19)

Salah satu aliran agama Buddha di Indonesia adalah Maitreya. Maitreya merupakan calon Buddha yang dipercayai lahir ke bumi untuk menyelamatkan umat manusia. Buddha Maitreya dikenal dengan Buddha akhir zaman. Inti dari ajaran agama Buddha Maitreya ini berfokus kepada cinta kasih dan hati nurani. Salah satu ajaran Buddha Maitreya yaitu “dipukul tak melawan, dimarah tak membalas”. Hal ini menunjukkan bahwa segala sesuatu tidak ada yang menandingi cinta kasih dan hati nurani.

Vihara yang menganut aliran agama Buddha Maitreya banyak terdapat di Indonesia, salah satunya adalah Vihara Bodhicitta Maitreya yang berada di D.I. Yogyakarta. Sama halnya dengan organisasi pada umumnya, saat terjadi transaksi penerimaan dan pengeluaran kas di Vihara Bodhicitta Maitreya juga dilakukan pencatatan atas transaksi tersebut. Terjadinya aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas ini menunjukkan bahwa ada suatu sistem informasi akuntansi yang diterapkan di Vihara Bodhicitta Maitreya. Selain itu, dengan diterapkan sistem informasi akuntansi ini juga terdapat kemungkinan bahwa ada penerapan pengendalian internal di dalam Vihara Bodhicitta Maitreya, terlepas dari lemah atau kuatnya pengendalian internal tersebut. Dari ajaran-ajaran Buddha perlu dibahas dan digali lebih jauh dan mendalam mengenai kesesuaian ajaran-ajaran Buddha dengan penerapan sistem informasi akuntansi, khususnya pengendalian internal. Hal ini karena sebagai organisasi religius yang mengikuti ajaran Buddha, vihara tentunya dianggap perlu untuk menerapkan nilai-nilai dan ajaran-ajaran Buddha.


(20)

mengubah sistem informasi akuntansi yang telah ada. Perubahan sistem ini dilakukan karena pihak vihara ingin mengembangkan sistem tata kelola keuangan vihara menjadi lebih baik. Sistem yang baru ini diharapkan dapat memenuhi tujuan kepatuhan. Penggunaan teknologi dalam sistem yang baru ini juga disebabkan oleh tuntutan zaman sehingga tata kelola keuangan vihara dapat tetap terjaga eksistensi dan keberlanjutannya. Perubahan sistem informasi akuntansi dari yang lama menjadi yang baru tentunya memerlukan kesiapan dari para pengabdi yang mengurusi bagian keuangan. Perubahan sistem tidaklah mudah karena suatu organisasi perlu memastikan terlebih dahulu apakah sistem yang akan diterapkan layak. Selain itu, organisasi juga perlu mengidentifikasi apakah organisasi tersebut memiliki kesiapan atas perubahan terhadap sistem informasi akuntansi.

Hal-hal tersebut menarik bagi peneliti sebab analisis kelayakan untuk organisasi religius mungkin akan berbeda dengan organisasi lain. Begitu pula dengan halnya kesiapan perubahan bagi organisasi religius, sebab sumber daya manusia yang ada di organisasi religius khususnya vihara merupakan mereka yang secara sukarela bersedia mengabdi untuk vihara dan hanya diberi sedikit tunjangan per bulan. Selain itu, kurangnya penelitian terkait dengan akuntansi organisasi religius khususnya vihara, mendorong peneliti untuk melakukan penelitian terhadap vihara.

Berdasarkan penjabaran di atas, terdapat beberapa hal yang dapat dibahas lebih lanjut oleh peneliti. Dengan mempertimbangkan beberapa hal, peneliti merasa perlu untuk membahas mengenai penerapan sistem informasi


(21)

akuntansi dalam vihara dan penerapan pengendalian internal yang terjadi selama ini, serta kesesuaian antara ajaran Buddha dan penerapan pengendalian internal untuk sistem informasi akuntansi yang lama. Selain itu, peneliti juga merasa perlu untuk membandingkan antara penerapan sistem informasi akuntansi yang lama dan baru agar bisa melihat bagaimana perbedaan kedua sistem. Kemudian, mengenai perubahan penerapan sistem informasi akuntansi yang baru, peneliti menganggap bahwa perlu dilakukannya analisis atas kelayakan penerapan sistem informasi akuntansi yang baru dan kesiapan perubahan atas sistem informasi akuntansi tersebut.

Oleh karena itu, peneliti akan melakukan penelitian mengenai “Analisis Kelayakan dan Kesiapan Perubahan Penerapan Sistem Informasi Akuntansi di Vihara” dengan melakukan studi kasus di Vihara Bodhicitta Maitreya yang berlokasi di Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan rumusan masalah, yaitu:

1. Bagaimana kelayakan penerapan sistem informasi akuntansi yang baru di Vihara Bodhicitta Maitreya?

2. Bagaimana kesiapan perubahan penerapan sistem informasi akuntansi di Vihara Bodhicitta Maitreya?


(22)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini, antara lain:

1. Untuk mengetahui kelayakan penerapan sistem informasi akuntansi yang baru di Vihara Bodhicitta Maitreya.

2. Untuk mengetahui kesiapan perubahan penerapan sistem informasi akuntansi di Vihara Bodhicitta Maitreya.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Vihara Bodhicitta Maitreya

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada Vihara Bodhicitta Maitreya, khususnya mengenai pengendalian internal serta kelayakan dan kesiapan penerapan perubahan sistem informasi akuntansi. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk sistem informasi akuntansi dan pengendalian internal vihara agar bisa membantu pengembangan vihara dalam hal akuntansi.

2. Bagi Pembaca

Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan dan penjelasan mengenai sistem informasi akuntansi, pengendalian internal, serta kelayakan dan kesiapan penerapan perubahan sistem informasi akuntansi, khususnya Vihara Bodhicitta Maitreya.

3. Bagi Peneliti

Manfaat yang diharapkan oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah peneliti dapat mempelajari lebih mendalam mengenai sistem


(23)

informasi akuntansi, pengendalian internal, serta kelayakan dan kesiapan penerapan perubahan sistem informasi akuntansi organisasi religius, khususnya vihara. Selain itu, peneliti juga berharap agar ilmu yang didapatkan dapat dikembangkan saat melakukan penelitian ini.

E. Sistematika Penelitian

Dalam penulisan penelitian ini, peneliti membagi penulisan menjadi beberapa bab yang terdiri dari: Bab I Pendahuluan, Bab II Landasan Teori, Bab III Metode Penelitian, Bab IV Gambaran Umum Objek Penelitian, Bab V Analisis Data dan Pembahasan, dan Bab VI Penutup. Berikut merupakan isi dari bab-bab tersebut, antara lain:

Bab I Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori

Dalam bab ini, peneliti menguraikan teori-teori yang berkaitan dengan topik penelitian dan ajaran-ajaran Buddha Maitreya yang dapat dikaitkan dengan penerapan pengendalian internal. Teori-teori yang berkaitan dengan topik penelitian, seperti organisasi sektor publik, sistem informasi akuntansi, business process diagram, pengendalian internal, kelayakan penerapan sistem, kesiapan perubahan sistem, dan ajaran Buddha Maitreya.


(24)

Bab III Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan mengenai objek penelitian, metode dan desain penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Bab IV Gambaran Umum Objek Penelitian

Bab ini membahas mengenai pengenalan objek penelitian, seperti lokasi tempat penelitian, latar belakang atau sejarah berdirinya Vihara Bodhicitta Maitreya, visi dan misi vihara, sejarah ajaran Buddha Maitreya, struktur organisasi vihara, pembagian tugas masing-masing jabatan dalam struktur organisasi, dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh vihara.

Bab V Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini menguraikan tentang deskripsi data penelitian dan analisis data yang dibandingkan dengan teori terkait.

Bab VI Penutup


(25)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Organisasi Sektor Publik

Kata “publik” (public) berarti masyarakat atau rakyat, yang biasanya, merupakan kelompok binaan, donatur, konstituen, atau umat (Bastian, 2010:11). Hal ini berarti bahwa masyarakat atau rakyat dalam arti kata publik juga termasuk bagian-bagian yang berperan untuk memberikan atau menyumbangkan dana dan/atau juga merupakan pihak yang mendapatkan manfaat dari penggunaan dana tersebut. Oleh karena itu, organisasi sektor publik di Indonesia adalah organisasi yang dananya berasal dari masyarakat dan kemudian penggunaannya juga bermanfaat bagi masyarakat. Menurut Bastian (2010:11), jenis organisasi sektor publik yang ada dan dikenal di Indonesia, antara lain: organisasi pemerintah pusat, organisasi pemerintah daerah, organisasi partai politik, organisasi Lembaga Swadaya Masyarakat, organisasi yayasan, oganisasi pendidikan (seperti sekolah), organisasi kesehatan (seperti puskesmas dan rumah sakit), dan organisasi tempat peribadatan (seperti masjid, gereja, vihara, pura, dan kelenteng).

Tabel 2.1 Karakteristik Organisasi Sektor Publik

Tujuan Untuk mensejahterakan masyarakat secara bertahap, baik dalam kebutuhan dasar, dan kebutuhan lainnya baik jasmani maupun rohani.

Aktivitas Pelayanan publik (public services) seperti dalam bidang pendidikan, kesehatan, keamanan, penegakan hukum, transportasi publik, dan penyedia pangan.

Sumber Pembiayaan

Berasal dari dana masyarakat yang berwujud pajak dan retribusi, laba perusahaan negara, pinjaman pemerintah,


(26)

Tabel 2.1 Karakteristik Organisasi Sektor Publik (Lanjutan)

serta pendapatan lain-lain yang sah dan tidak bertentangan dengan perundangan yang berlaku.

Pola Pertang-gungjawaban

Bertanggungjawab kepada masyarakat melalui lembaga perwakilan masyarakat, seperti dalam organisasi pemerintahan yang meliputi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), serta dalam yayasan dan LSM seperti dewan pengampu.

Kultur Organisasi

Bersifat birokratis, formal, dan berjenjang. Penyusunan

Anggaran

Dilakukan bersama masyarakat dalam perencanaan program. Penurunan anggaran program publik dipublikasikan untuk dikritisi dan didiskusikan oleh masyarakat. Dan akhirnya disahkan oleh wakil masyarakat di DPR, DPD, DPRD, majelis syuro partai, dewan pengurus LSM, atau dewan pengurus yayasan.

Stakeholder Dapat dirinci sebagai masyarakat Indonesia, para pegawai organisasi, para kreditor, para investor, lembaga-lembaga internasional termasuk lembaga donor internasional (seperti Bank Dunia (World Bank), International Monetary Fund

(IMF), Asian Development Bank (ADB), Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), United Nation Development Program (UNDP), USAID, dan pemerintah luar negeri. (Sumber: Indra Bastian, 2010)

B. Sistem Informasi Akuntansi

Kata sistem berasal dari Bahasa Latin, yaitu systema dan Bahasa Yunani, yaitu sustema yang berarti suatu kesatuan elemen atau komponen yang dihubungkan secara bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi, atau energi (Mardi, 2011:3). Menurut Romney dan Steinbart (2014:3),

“sistem (system) adalah serangkaian dua atau lebih komponen yang saling terkait dan berinteraksi untuk mencapai tujuan”. Menurut Mulyadi (2016:1),


(27)

setiap sistem terdiri dari struktur dan proses. Struktur sistem adalah unsur-unsur yang membentuk sistem, sedangkan proses sistem merupakan cara kerja setiap unsur sistem dalam mencapai tujuan dari sistem tersebut.

Data merupakan fakta yang masih belum diolah atau mentah yang dikumpulkan, disimpan, dan diproses oleh sistem informasi menjadi suatu informasi. Informasi (information) adalah data yang sudah dikelola dan diproses, yang memiliki arti dan berguna untuk proses pengambilan keputusan. Nilai informasi (value of information) adalah manfaat yang dihasilkan oleh informasi dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan dan memproses informasi tersebut. Menurut Romney dan Steinbart (2014:4) keuntungan dari suatu informasi adalah berkurangnya ketidakpastian, peningkatan kualitas pengambilan keputusan, dan meningkatkan kemampuan dalam merencanakan dan menjadwalkan aktivitas. Menurut Romney dan Steinbart (2014:5) terdapat tujuh karakteristik informasi yang berguna, antara lain:

1. Relevan

Informasi yang relevan merupakan informasi berhubungan dengan yang diperlukan. Informasi yang relevan dapat mengurangi ketidakpastian, meningkatkan kualitas pengambilan keputusan, dan menegaskan atau memperbaiki ekspektasi sebelumnya.

2. Reliable

Informasi yang reliable berarti informasi yang dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Informasi dapat dikatakan reliable jika informasi tersebut


(28)

bebas dari kesalahan atau bias dan menyajikan suatu kejadian atau aktivitas organisasi secara akurat.

3. Lengkap

Informasi yang lengkap berarti dalam penyajian informasi tersebut tidak menghilangkan aspek penting dari suatu kejadian atau aktivitas yang diukur.

4. Tepat waktu

Informasi harus tepat waktu yaitu diberikan pada waktu yang tepat pada pengambil keputusan untuk mengambil keputusan. Informasi harus tepat waktu sebab jika informasi tersebut terlambat bisa menyebabkan informasi tersebut tidak lagi berguna atau mengurangi kualitas informasi tersebut.

5. Dapat dipahami

Informasi disajikan dalam format yang dapat dimengerti oleh pengguna informasi dan jelas.

6. Dapat diverifikasi

Informasi dapat diverifikasi yang mana jika ada dua atau lebih orang yang independen dan berpengetahuan di bidang yang sama, mereka dapat menghasilkan informasi yang sama.

7. Dapat diakses

Informasi dapat diakses maksudnya adalah jika informasi tersedia untuk pengguna saat mereka membutuhkan informasi tersebut dan dalam format yang dapat digunakan.


(29)

Menurut Romney dan Steinbart (2014:11) “Akuntansi adalah proses identifikasi, pengumpulan, dan penyimpanan data serta proses pengembangan, pengukuran, dan komunikasi informasi”. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa akuntansi adalah sistem informasi. Hal ini karena sistem informasi akuntansi juga mengumpulkan, mencatat, menyimpan, dan memproses data akuntansi dan data lainnya untuk membuat data tersebut menjadi suatu informasi yang dapat digunakan oleh pembuat keputusan.

Menurut Romney dan Steinbart (2014:11) terdapat enam komponen dari sistem informasi akuntansi, yaitu: (1) pengguna sistem; (2) prosedur dan instruksi yang digunakan untuk mengumpulkan, memproses, dan menyimpan data; (3) data tentang organisasi dan aktivitas bisnisnya; (4) perangkat lunak (software) yang digunakan untuk mengolah data; (5) infrastruktur teknologi informasi, meliputi komputer, perangkat keras (hardware), dan perangkat jaringan komunikasi yang digunakan dalam SIA; dan (6) pengendalian internal dan pengukuran keamanan yang menyimpan data sistem informasi akuntansi.

Romney dan Steinbart juga berpendapat (2014:11) bahwa enam komponen SIA tersebut memungkinkan SIA untuk melaksanakan tiga fungsi bisnis, yaitu:

1. Mengumpulkan dan menyimpan data mengenai kegiatan atau aktivitas, sumber daya, dan personel organisasi.


(30)

2. Mengolah data menjadi informasi sehingga manajemen dapat merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, dan mengevaluasi kegiatan, sumber daya, dan personel.

3. Melakukan pengendalian internal yang memadai untuk mengamankan aset dan data organisasi.

Menurut Romney dan Steinbart (2014:7) dalam sistem informasi akuntansi terdapat berbagai macam business process atau transaction cycle

seperti siklus penerimaan, siklus pengeluaran, dan siklus produksi. Berikut ini siklus-siklus yang terdapat dalam organisasi religius, khususnya vihara: 1. Siklus Penerimaan

Menurut Mulyadi (2016:380), penerimaan kas untuk penjualan tunai dapat dilakukan dengan prosedur penerimaan kas dari over-the-counter sales. Prosedur yang dilakukan dalam penerimaan kas ini yaitu: pembeli datang ke toko atau perusahaan lalu memesan barang atau produk yang akan dibeli kepada wiraniaga di bagian penjualan. Lalu pembeli akan melakukan pembayaran kepada bagian kasir. Pembayaran dapat dilakukan dengan uang tunai, kartu kredit, cek pribadi (personal check), atau kartu debit. Kemudian, bagian penjualan memerintahkan bagian pengiriman untuk menyerahkan pesanan kepada pembeli dan bagian pengiriman menyerahkan barang tersebut. Setelah itu, bagian kasir menyetorkan kas yang diterima ke bank. Transaksi ini kemudian dicatat oleh bagian akuntansi. Pendapatan penjualan dicatat ke dalam


(31)

jurnal penjualan dan penerimaan kas dicatat dalam jurnal penerimaan kas.

Menurut Mulyadi (2016:386), dokumen yang dibutuhkan dalam melakukan transaksi penerimaan kas, antara lain:

a. Faktur penjualan tunai

Dokumen ini digunakan untuk merekam informasi terjadinya transaksi penjualan tunai oleh perusahaan. Dokumen ini diisi oleh fungsi yang kemudian digunakan sebagai pengantar kepada fungsi kas saat pembeli akan membayar.

b. Cash register tape

Dokumen ini dihasilkan oleh fungsi kas saat menerima pembayaran dari pembeli dengan menggunakan cash register.

c. Credit card sales slip

Dokumen ini merupakan dokumen yang dicetak oleh bank yang menerbitkan kartu kredit dan diserahkan kepada perusahaan yang menjadi anggota dari kartu kredit tersebut. Dokumen ini diisi oleh fungsi kas yang berfungsi untuk menagih uang tunai dari bank yang menerbitkan kartu kredit atas transaksi pembelian yang dilakukan oleh pemegang kartu kredit.

d. Bill of lading

Dokumen ini digunakan sebagai bukti penyerahan barang dari perusahaan penjualan barang kepada perusahaan jasa pengantar barang.


(32)

e. Bukti setor bank

Dokumen ini digunakan sebagai bukti penyetoran kas ke bank yang dibuat oleh fungsi kas.

f. Rekapitulasi beban pokok penjualan

Dokumen ini berfungsi sebagai daftar untuk meringkas harga pokok produk yang dijual dalam periode tertentu.

2. Siklus Pengeluaran

Menurut Diana dan Setiawati (2011:122) secara umum, lima jenis pembelian yang dilakukan dalam perusahaan, antara lain:

a. Pembelian barang dagangan

Barang dagangan merupakan barang yang dibeli oleh perusahaan untuk dijual kembali, tanpa merubah bentuk dari barang tersebut ataupun memberi nilai tambah pada produk tersebut.

b. Pembelian bahan baku dan bahan pembantu

Bahan baku dan bahan pembantu adalah bahan atau material yang digunakan oleh perusahaan untuk membuat atau memproduksi suatu produk yang kemudian dapat dijual.

c. Pembelian supplies (bahan habis pakai)

Bahan habis pakai (supplies) merupakan barang yang diperlukan oleh perusahaan untuk membantu jalannya kegiatan operasional usaha dan barang tersebut biasanya habis digunakan dalam jangka waktu kurang dari satu tahun.


(33)

d. Pembelian peralatan

Peralatan merupakan barang yang digunakan oleh perusahaan yang biasanya jangka waktu pemakaiannya dapat lebih dari satu tahun. e. Pembelian aktiva tetap

Aktiva tetap merupakan barang yang memberi manfaat di masa depan yang dibeli dan digunakan oleh perusahaan yang umur ekonomisnya lebih dari satu tahun.

Terdapat dua jenis pembelian yang biasanya dilakukan, antara lain: a. Pembelian tunai

1) Proses bisnis dalam siklus pembelian tunai

Bagian yang kehabisan barang atau membutuhkan barang membuat Surat Permintaan Pembelian. Kemudian bagian tersebut memberikan Surat Permintaan Pembelian kepada bagian pembelian. Setelah menerima Surat Permintaan Pembelian, bagian pembelian mengajukan kasbon kepada pengelola kasbon untuk mendapatkan uang tunai yang dibutuhkan untuk membeli barang tersebut. Lalu, bagian pembelian membeli barang-barang yang dibutuhkan sesuai dengan informasi yang dicantumkan dalam Surat Permintaan Pembelian. Bagian pembelian memberikan barang tersebut kepada pihak yang membutuhkan dan kemudian pihak tersebut membubuhkan tanda tangan pada Faktur Pembelian. Tanda tangan ini digunakan sebagai bukti bahwa pihak tersebut telah


(34)

menerima barang dari bagian pembelian. Selanjutnya, bagian pembelian membuat pertanggungjawaban atas kasbon tersebut dan menyerahkan sisa uang kepada pengelola kasbon.

2) Dokumen dalam Pembelian Tunai

Menurut Diana dan Setiawati (2011:124-125), dokumen yang digunakan dalam transaksi pembelian tunai, yaitu:

a) Surat Permintaan Pembelian

Dokumen ini digunakan untuk merekam permintaan pembelian dari departemen lain yang membutuhkan barang kepada bagian pembelian.

b) Blanko Kasbon

Blanko kasbon ini berfungsi untuk meminta kas dari bagian pengelola kasbon yang jumlah kas yang diminta berdasarkan perkiraan dalam Surat Permintaan Pembelian. c) Faktur Pembelian Tunai

Dokumen ini merupakan dokumen yang berasal dari toko atau pemasok di mana perusahaan melakukan pembelian secara tunai.

d) Blanko Penyelesaian Kasbon

Dokumen ini digunakan untuk membuat pertanggungjawaban atas kasbon yang kemudian diserahkan kepada pengelola kasbon.


(35)

b. Pembelian Kredit

1) Proses Bisnis dalam Siklus Pembelian Kredit

Bagian yang kehabisan barang atau membutuhkan barang membuat Surat Permintaan Pembelian. Kemudian bagian tersebut memberikan Surat Permintaan Pembelian kepada bagian pembelian. Setelah menerima Surat Permintaan Pembelian, bagian pembelian memesan barang ke pemasok menggunakan Surat Order Pembelian, yang dibuat berdasarkan Surat Permintaan Pembelian. Saat barang pesanan datang, bagian yang membutuhkan barang dan bagian pembelian mengecek barang tersebut. Jika barang yang dipesan tidak sesuai dengan yang tercantum dalam Surat Order Pembelian, bagian akuntansi akan membuat nota retur dan mengembalikan barang-barang tersebut. Jika pesanan yang datang sesuai, maka barang-barang akan diserahkan kepada bagian yang membutuhkan. Bagian akuntansi, khususnya yang menangani utang usaha menerima tagihan dari pemasok. Menjelang tanggal jatuh tempo, bagian akuntansi akan menyiapkan Bukti Kas Keluar untuk membayar utang ke pemasok. Kepala Bagian Keuangan mengotorisasi Bukti Kas Keluar dan slip transfer atau cek dan Bukti Kas Keluar dan cek atau slip transfer diserahkan kepada bagian kasir. Lalu, bagian kasir memproses pelunasan utang dan Bukti Kas


(36)

Keluar dan copy cek atau slip transfer diserahkan kepada bagian akuntansi untuk dicatat.

2) Dokumen dalam Pembelian Kredit

Menurut Diana dan Setiawati (2011:132) dokumen yang digunakan dalam transaksi pembelian kredit, antara lain:

a) Surat Permintaan Pembelian

Dokumen ini digunakan untuk merekam permintaan pembelian dari departemen lain yang membutuhkan barang kepada bagian pembelian.

b) Surat Order Pembelian

Dokumen ini digunakan untuk memesan barang yang ingin dibeli kepada pihak pemasok yang dibuat oleh bagian pembelian.

c) Nota Retur

Dokumen ini digunakan untuk pengembalian barang yang dikirim oleh pemasok jika barang yang diterima tidak sesuai dengan yang dipesan. Dokumen ini dibuat oleh bagian akuntansi.

d) Faktur Pembelian

Dokumen ini merupakan dokumen tagihan yang diterima dari pemasok.


(37)

e) Bukti Kas Keluar

Dokumen ini dibuat oleh bagian akuntansi berdasarkan informasi yang ada dalam faktur dan Surat Order Pembelian yang merupakan permintaan pembayaran utang kepada pemasok.

3. Siklus Manajemen Sumber Daya Manusia dan Penggajian

Menurut Diana dan Setiawati (2011:182), dokumen yang digunakan dalam pembayaran gaji, antara lain:

a. Kartu waktu

Kartu waktu digunakan untuk merekam kehadiran karyawan setiap harinya, yakni jam karyawan tersebut datang dan pulang dari kantor. b. Daftar gaji

Daftar gaji ini berisi besar gaji seluruh karyawan yang bekerja di perusahaan sehingga perusahaan bisa mengetahui total beban gaji yang dikeluarkan.

c. Slip gaji

Dokumen ini berisi rincian gaji karyawan yang bertujuan agar karyawan mengetahui komponen-komponen pemberian gaji kepada mereka, serta agar tidak terjadi salah pemberian gaji.

d. Daftar transfer

Dokumen ini digunakan sebagai surat perintah kepada bank untuk mengirimkan atau mentransfer uang dengan nominal tertentu kepada masing-masing karyawan yang menerima gaji.


(38)

Berikut proses penggajian melalui transfer menurut Diana dan Setiawati (2011:185), yaitu: bagian personalia merekam atau mencatat kehadiran karyawan setiap hari, bisa juga menggunakan alat sidik jari atau kartu waktu. Kemudian, bagian penggajian menghitung gaji dari karyawan tersebut beserta dengan Pajak Penghasilan pasal 21, lalu bagian penggajian menyusun daftar gaji, daftar transfer, dan slip gaji. Bagian penggajian lalu menyerahkan slip gaji dan daftar gaji kepada bagian akuntansi untuk dibuatkan Bukti Kas Keluar. Bagian akuntansi memeriksa penghitungan daftar gaji dan mengecek kesesuaian antara daftar gaji dengan slip gaji. Lalu, bagian akuntansi menyerahkan slip gaji kepada setiap karyawan sesuai dengan nama yang tercantum. Bukti Kas Keluar yang dilampiri dengan daftar gaji dan slip gaji diberikan kepada bagian keuangan. Bagian keuangan mengecek kesesuaian informasi yang ada di dalam daftar gaji dan daftar transfer kemudian menandatangani daftar gaji dan daftar transfer. Setelah itu, daftar transfer diserahkan ke bank terkait untuk mengirimkan gaji masing-masing karyawan.

C. Business Process Diagram

Menurut Romney dan Steinbart (2014:73) “Diagram Proses Bisnis (DPB-Business Process Diagram) adalah cara visual untuk menjelaskan langkah-langkah atau aktivitas-aktivitas dalam proses bisnis”. Aktivitas yang digambarkan dalam business process diagram memudahkan pemahaman pembaca diagram tentang proses bisnis yang terjadi. Terdapat standar untuk


(39)

menggambarkan business process diagram yang dibuat oleh Business Process Modeling Initiative Notation Working Group. Berikut ini beberapa simbol untuk menggambarkan business process diagram yang dapat digunakan untuk menghasilkan diagram yang mudah dibuat dan dipahami.

Tabel 2.2 Simbol Business Process Diagram

Simbol Nama Penjelasan

Mulai Mulai atau permulaan proses diwakili oleh lingkaran kecil. Akhir Akhir proses direpresentasikan oleh

lingkaran kecil bergaris tebal. Aktivitas dalam

proses

Aktivitas dalam proses diwakili oleh persegi yang sisinya tumpul. Penjelasan aktivitas ditempatkan dalam persegi.

Keputusan Keputusan yang dibuat selama proses diwakili oleh sebuah wajik. Penjelasan keputusan ditempatkan di dalam simbol.

Arus Arus data informasi yang ditunjukkan oleh panah.

Informasi anotasi

Informasi yang membantu menjelaskan proses bisnis yang dimasukkan ke dalam diagram dan jika dibutuhkan, panah yang tebali digambarkan dari penjelasan simbol.

(Sumber: Romney, Marshall B. dan Paul John Steinbart, 2014:74)

D. Pengendalian Internal

Salah satu komponen dari sistem informasi akuntansi adalah pengendalian internal. Menurut Commitee of Sponsoring Organizations of Treadway Commission atau biasa disingkat dengan COSO (2013:15),


(40)

pengendalian internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan direksi, manajemen, dan personel lainnya yang dirancang untuk menyediakan jaminan yang memadai berkenaan dengan pencapaian tujuan yang berkaitan dengan operasi (operations), pelaporan (reporting), dan kepatuhan (compliance). Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa pengendalian internal dirancang untuk mencapai tujuan pengendalian. Menurut Commitee of Sponsoring Organizations of Treadway Commission atau COSO (2013: 15-16) terdapat tiga jenis tujuan pengendalian, yaitu:

1. Tujuan Operasi (Operations Objectives)

Tujuan pengendalian dalam hal operasi adalah melakukan operasi secara efektif dan efisien. Hal ini termasuk tujuan organisasi dalam hal kinerja keuangan dan operasional, serta menjaga aset organisasi agar tetap aman. 2. Tujuan Pelaporan (Reporting Objectives)

Tujuan pengendalian dalam hal pelaporan adalah berkaitan dengan pelaporan baik secara keuangan maupun non keuangan internal dan eksternal. Selain itu hal ini juga meliputi syarat yang di tetapkan oleh pembuat kebijakan, penyusun standar atau kebijakan organisasi, seperti reliabilitas, ketepatwaktuan, transparansi, dan sebagainya.

3. Tujuan Kepatuhan (Compliance Objectives)

Tujuan pengendalian mengenai kepatuhan berkaitan dengan ketaatan organisasi atas hukum dan peraturan yang berlaku.

Menurut Commitee of Sponsoring Organizations of Treadway Commission atau COSO (2013:45), terdapat lima komponen dalam


(41)

pengendalian internal, antara lain:

1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)

Lingkungan pengendalian merupakan seperangkat standar, proses, dan struktur yang menyediakan dasar untuk melaksanakan pengendalian internal untuk semua organisasi. Dalam Commitee of Sponsoring Organizations of Treadway Commission atau COSO (2013:56), terdapat lima prinsip yang berkaitan dengan lingkungan pengendalian antara lain: a. Organisasi menunjukkan komitmen untuk integritas dan nilai-nilai

etika.

Manajemen dan dewan direksi diharapkan untuk memberikan contoh dalam hal mengembangkan nilai-nilai, filosofi, dan gaya operasi untuk organisasi. Mereka dipengaruhi oleh norma sosial dan etika dalam pasar dimana entitas beroperasi. Untuk membantu pemahaman dan kepatuhan persyaratan legal dan pengaturan, manajemen dan dewan direksi melakukan pengukuran yang spesifik untuk menetapkan pola dalam hal moral, sosial, lingkungan atau bentuk lain yang termasuk tanggung jawabnya. Integritas dan nilai-nilai etika merupakan pesan utama dalam komunikasi organisasi dan pelatihan.

Menurut COSO dalam Integrated Framework (2013:86), terdapat empat poin penting berhubungan dengan prinsip ini, yaitu: 1) Menetapkan pola atau gaya di tingkat puncak.


(42)

menunjukkan melalui arahan, tindakan, dan perilaku mereka mengenai pentingnya integritas dan nilai-nilai etika untuk mendukung fungsi sistem pengendalian internal.

2) Menetapkan standar yang dilakukan.

Ekspektasi dewan direksi dan manajemen senior mengenai integritas dan nilai-nilai etika didefinisikan dalam standar entitas dengan melakukan dan memahami semua level organisasi dan penyedia jasa dari luar dan rekan bisnis.

3) Mengevaluasi ketaatan untuk standar yang dilakukan.

Proses untuk mengevaluasi kinerja individu dan tim dalam menerapkan standar yang telah ditetapkan.

4) Membicarakan penyimpangan pada waktu yang tepat.

Penyimpangan dari standar yang diharapkan entitas diidentifikasi dan diperbaiki secara konsisten dan tepat waktu. b. Dewan direksi menunjukkan dia independen (tidak tergantung) dari

manajemen dan melakukan pengawasan atas pengembangan dan kinerja pengendalian internal.

Dewan direksi mempunyai otoritas untuk merekrut maupun memecat saat diperlukan dan menetapkan rangkaian perencanaan untuk Chief Executive Officer atau setaranya yang kemudian ditugaskan dengan seluruh pelaksanaan strategi entitas, pencapaian tujuan, dan keefektivitasan sistem pengendalian internal. Dewan direksi bertanggungjawab untuk menyediakan pengawasan dan


(43)

tantangan perbaikan untuk manajemen. Dewan direksi independen dari manajemen dan menunjukkan kemampuan dan keahlian yang relevan dalam melaksanakan tanggung jawab pengawasannya.

Menurut COSO dalam Integrated Framework (2013:95), terdapat empat poin yang fokus pada pentingnya karakteristik yang berkaitan dengan prinsip ini, yaitu:

1) Menetapkan tanggung jawab pengawasan.

Dewan direksi mengidentifikasi dan menerima tanggung jawab pengawasan dalam hubungan untuk menetapkan persyaratan dan ekspektasi.

2) Menggunakan keahlian yang relevan.

Dewan direksi mendefinisikan, memelihara, dan secara periodik mengevaluasi keterampilan dan keahlian yang dibutuhkan di antara anggota-anggotanya untuk memampukan mereka menanyakan pertanyaan pemeriksaan dari manajemen senior dan mengambil tindakan yang cocok.

3) Mengoperasikan secara independen.

Dewan direksi mempunyai anggota yang cukup yang independen dari manajemen dan bertujuan dalam mengevaluasi dan membuat keputusan.

4) Menyediakan pengawasan untuk sistem pengendalian internal. Dewan direksi memberikan tanggung jawab pengawasan untuk desain manajemen, implementasi, dan melakukan pengendalian


(44)

internal.

c. Manajemen menetapkan dengan badan pengawas, struktur, alur pelaporan, dan otoritas dan tanggung jawab yang tepat dalam pencapaian tujuan.

Menurut COSO dalam Integrated Framework (2013:102), terdapat tiga poin penting berhubungan dengan karakterisik prinsip ini, yaitu: 1) Mempertimbangkan seluruh struktur dalam entitas.

Manajemen dan dewan direksi mempertimbangkan berbagai struktur yang digunakan untuk mendukung pencapaian tujuan. 2) Menetapkan alur pelaporan.

Manajemen mendesain dan mengevaluasi alur pelaporan untuk setiap struktur entitas untuk mampu melaksanakan otoritas dan tanggung jawab dan mengalirkan informasi untuk mengatur aktivitas entitas.

3) Mendefinisikan, memberikan, dan membatasi otoritas dan tanggung jawab.

Otoritas memberikan wewenang kepada seseorang untuk berperilaku seperti yang dibutuhkan, namun otoritas seseorang juga perlu untuk mendefinisikan batasan wewenangnya. Manajemen dan dewan direksi mendelegasikan wewenang, mendefinisikan tanggung jawab, dan menggunakan proses dan teknologi yang tepat untuk menempatkan tanggung jawab dan pemisahan tugas pada berbagai level dalam organisasi.


(45)

d. Organisasi menunjukkan komitmen untuk menarik, mengembangkan, dan memelihara orang-orang yang kompeten sejalan dengan tujuan.

Menurut COSO dalam Integrated Framework (2013:109), terdapat empat poin penting yang berhubungan dengan prinsip ini, antara lain:

1) Menetapkan kebijakan dan praktek.

Kebijakan dan praktek mencerminkan ekspektasi kompetensi yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

2) Mengevaluasi kompetensi dan membicarakan kekurangan. Dewan direksi dan manajemen mengevaluasi kompetensi untuk sumber daya manusia dalam organisasi maupun penyedia jasa dari luar (outsourcing) dalam relasi untuk menetapkan kebijakan dan praktek, dan membicarakan kekurangan-kekurangan jika diperlukan.

3) Menarik, mengembangkan, dan memelihara individu-individu atau sumber daya manusia.

Organisasi menyediakan konsultasi dan pelatihan yang dibutuhkan untuk menarik, mengembangkan dan memelihara personel ataupun penyedia jasa dari luar yang cukup dan kompeten untuk mendukung pencapaian tujuan.

4) Perencanaan dan persiapan untuk penggantian.


(46)

kemungkinan rencana untuk tugas dari tanggung jawab yang penting dalam pengendalian internal.

e. Organisasi memiliki orang-orang yang bertanggungjawab untuk tanggung jawab pengendalian internal mereka sejalan dengan tujuan.

Dalam Internal Control-Integrated Framework yang disusun oleh COSO (2013:116), terdapat lima poin penting berhubungan dengan karakteristik prinsip ini, antara lain:

1) Menjalankan akuntabilitas melalui struktur, otoritas, dan tanggung jawab.

Akuntabilitas mengarah ke kepemilikan wewenang untuk kinerja pengendalian internal dalam pencapaian tujuan dengan mempertimbangkan risiko-risiko yang dihadapi oleh entitas. Manajemen dan dewan direksi menetapkan mekanisme untuk mengkomunikasikan dan memiliki individu yang bertanggungjawab untuk kinerja tanggung jawab pengendalian internal seluruh organisasi dan mengimplementasikan tindakan perbaikan jika dibutuhkan.

2) Menetapkan pengukuran kinerja, insentif, dan penghargaan. Manajemen dan dewan direksi menetapkan pengukuran kinerja, insentif, dan penghargaan lain yang tepat untuk tanggung jawab pada semua level pada entitas, mencerminkan dimensi yang tepat dari kinerja dan mengharapkan standar dilaksanakan, dan mempertimbangkan pencapaian tujuan jangka panjang maupun


(47)

jangka pendek.

3) Mengevaluasi pengukuran kinerja, insentif, dan penghargaan secara relevan dan terus-menerus.

Manajemen dan dewan direksi menyepakati insentif dan penghargaan dengan penyelesaian tanggung jawab pengendalian internal dalam mencapai tujuan.

4) Mempertimbangkan tekanan yang terlalu banyak.

Manajemen dan dewan direksi mengevaluasi dan menyesuaikan tekanan yang diasosiasikan pencapaian tujuan dengan mereka memberikan tanggung jawab, mengembangkan pengukuran kinerja, dan mengevaluasi kinerja.

5) Mengevaluasi kinerja dan penghargaan atau kedisiplinan individu.

Manajemen dan dewan direksi mengevaluasi kinerja tanggung jawab pengendalian internal, termasuk ketaatan terhadap standar dilakukan dan mengharapkan level-level kompetensi dan menyediakan penghargaan atau pelatihan tindakan disiplin yang tepat.

2. Penaksiran Risiko

Risiko merupakan kemungkinan terjadinya suatu kejadian dan berefek negatif dengan pencapaian tujuan organisasi. Penaksiran risiko meliputi proses yang dinamis dan berulang untuk mengidentifikasi dan menganalisis risiko untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen


(48)

mempertimbangkan kemungkinan perubahan dalam lingkungan eksternal dan dalam model bisnisnya sendiri yang mungkin mengganggu kemampuannya untuk mencapai tujuan. Menurut Commitee of Sponsoring Organizations of Treadway Commission (COSO) (2013:57), ada empat prinsip yang berkaitan dengan penaksiran risiko, yaitu:

a. Organisasi menetapkan tujuan dengan kejelasan yang cukup untuk mampu mengidentifikasikan dan menaksir risiko yang terkait dengan tujuan.

Dalam prinsip ini, tujuan-tujuan berkaitan dengan tujuan operasi, tujuan pelaporan (baik internal maupun eksternal), dan tujuan kepatuhan.

1) Hal-hal yang berhubungan dengan tujuan operasi, yaitu: mencerminkan pilihan manajemen, mempertimbangkan batas toleransi yang dapat diterima untuk risiko, memasukkan tujuan kinerja operasi dan keuangan, dan membentuk suatu dasar untuk menjalankan sumber daya.

2) Poin-poin yang berkaitan dengan tujuan pelaporan keuangan kepada pihak eksternal antara lain: patuh dengan standar akuntansi yang dapat diterapkan, mempertimbangkan materialitas, dan mencerminkan aktivitas entitas.

3) Hal-hal yang berhubungan dengan tujuan pelaporan non-keuangan kepada pihak eksternal, terdiri dari: patuh dengan standar dan kerangka yang ditetapkan eksternal,


(49)

mempertimbangkan level ketelitian yang dibutuhkan, dan mencerminkan aktivitas entitas.

4) Poin-poin yang berkaitan dengan tujuan pelaporan internal, antara lain: mencerminkan pilihan manajemen, mempertimbangkan level ketelitian yang dibutuhkan, dan mencerminkan aktivitas entitas.

5) Hal-hal yang berkaitan dengan tujuan kepatuhan, yaitu: mencerminkan hukum dan regulasi eksternal dan mempertimbangkan toleransi yang dapat diterima atas risiko. b. Organisasi mengidentifikasi risiko untuk mencapai tujuan untuk

semua entitas dan menganalisis risiko sebagai dasar untuk menentukan bagaimana risiko seharusnya diatur.

Menurut COSO dalam Integrated Framework (2013:139), terdapat lima poin penting yang berhubungan dengan prinsip ini, yaitu: 1) Memasukkan level entitas, cabang, divisi, unit operasi, dan

fungsional.

Organisasi mengidentifikasi dan menilai risiko pada level entitas, cabang, divisi, unit operasi, dan fungsional yang relevan dengan pencapaian tujuan. Identifikasi risiko merupakan proses yang berulang dan biasanya diintegrasikan dengan proses perencanaan.

2) Menganalisis faktor internal dan eksternal.


(50)

internal dan pengaruhnya dalam pencapaian tujuan. Faktor eksternal, terdiri dari: ekonomi, lingkungan alam, regulasi, sosial, teknologi, dan operasi di negara asing (foreign operation). Sedangkan faktor internal, terdiri dari: infrastruktur, struktur manajemen, personel, akses atas aset, dan teknologi. 3) Melibatkan level manajemen yang tepat.

Organisasi memasukkan mekanisme penaksiran risiko yang efektif dengan melibatkan level manajemen yang tepat.

4) Mengestimasi risiko signifikan yang dapat diidentifikasi.

Risiko yang diidentifikasi dianalis melalui suatu proses termasuk mengestimasi risiko signifikan yang potensial.

5) Menentukan bagaimana respon terhadap risiko.

Penaksiran risiko termasuk mempertimbangkan bagaimana risiko sebaiknya diatur entah itu diterima, dihindari, dikurangi, ataupun dibagi.

c. Organisasi mempertimbangkan potensi kecurangan dalam penaksiran risiko untuk mencapai tujuan.

Menurut COSO dalam Integrated Framework (2013:151), ada empat poin penting yang berkaitan dengan prinsip ini, yaitu:

1) Mempertimbangkan berbagai jenis kecurangan (fraud).

Penaksiran kecurangan mempertimbangkan pelaporan yang curang, kemungkinan kehilangan aset, dan korupsi yang dihasilkan dari berbagai cara bahwa kecurangan dan kejahatan


(51)

bisa terjadi.

2) Menaksir dorongan dan tekanan.

Dorongan dan tekanan biasanya dihasilkan dari lingkungan pengendalian. Hal ini dapat merupakan pengaruh yang potensial untuk risiko kecurangan.

3) Menaksir kesempatan.

Kesempatan mengacu pada kemampuan untuk sebenarnya memperoleh, menggunakan, atau membuang aset, yang mungkin disertai dengan perubahan pencatatan entitas. Kesempatan diciptakan oleh aktivitas pengendalian dan pengawasan yang lemah, pengawasan manajemen yang buruk, dan penolakan kontrol manajemen.

4) Menaksir perilaku dan rasionalisasi.

Penaksiran risiko kecurangan mempertimbangkan bagaimana manajemen dan personel lainnya mungkin terlibat dalam dan membenarkan tindakan yang salah.

d. Organisasi mengidentifikasi dan menilai perubahan-perubahan yang bisa berpengaruh pada sistem pengendalian internal secara signifikan.

Menurut COSO dalam Integrated Framework (2013:159), terdapat 3 poin penting yang berkaitan dengan prinsip ini, antara lain:

1) Menaksir perubahan dalam lingkungan eksternal.


(52)

regulasi, ekonomi, dan lingkungan fisik di mana entitas beroperasi.

2) Menaksir perubahan dalam model bisnis.

Organisasi mempertimbangkan pengaruh potensial dari jenis bisnis baru, secara dramatis mengubah komposisi dari jenis bisnis yang telah ada, memperoleh atau melepaskan operasi bisnis pada sistem pengendalian internal, pertumbuhan yang cepat, perubahan dalam geografi asing, dan teknologi baru. 3) Menaksir perubahan dalam kepemimpinan.

Organisasi mempertimbangkan perubahan dalam manajemen dan tindakan masing-masing dan filosofi dalam sistem pengendalian internal.

3. Aktivitas Pengendalian

Aktivitas pengendalian adalah tindakan menetapkan kebijakan dan prosedur untuk membantu menjamin bahwa perintah manajemen untuk mengurangi risiko dalam rangka pencapaian tujuan dilaksanakan. Aktivitas pengendalian dilaksanakan di semua level entitas dan pada berbagai tingkatan dalam proses bisnis, dan berakhir di lingkungan teknologi. Menurut Commitee of Sponsoring Organizations of Treadway Commission (COSO) (2013:57-58), terdapat tiga prinsip yang berhubungan dengan aktivitas pengendalian, antara lain:

a. Organisasi memilih dan mengembangkan aktivitas pengendalian yang berkontribusi dalam pencegahan risiko untuk mencapai tujuan


(53)

pada level yang dapat diterima.

Menurut COSO dalam Internal Control-Integrated Framework

(2013:166), terdapat enam poin penting yang berkaitan dengan prinsip ini, yaitu:

1) Mengintegrasikan dengan penaksiran risiko.

Aktivitas pengendalian membantu menjamin bahwa respon risiko yang menyebut dan mengurangi risiko dilakukan.

2) Mempertimbangkan faktor spesifik entitas.

Manajemen mempertimbangkan bagaimana lingkungan, kompleksitas, alam, dan bidang operasi, maupun karakteristik organisasi yang spesifik mempengaruhi pemilihan dan pengembangan aktivitas pengendalian.

3) Menetapkan proses bisnis yang relevan.

Manajemen menetapkan proses bisnis yang relevan yang memerlukan aktivitas pengendalian.

4) Mengevaluasi campuran tipe pengendalian internal.

Aktivitas pengendalian termasuk susunan dan berbaga pengendalian dan mungkin termasuk suatu keseimbangan untuk mengurangi risiko, mempertimbangkan kontrol secara manual ataupun otomatisasi, dan kontrol pencegahan dan detektif. 5) Mempertimbangkan pada level apa aktivitas diterapkan.

Manajemen mempertimbangkan aktivitas pengendalian pada berbagai level dalam entitas.


(54)

6) Adanya pemisahan tugas.

Manajemen melakukan pemisahan tugas antara tugas-tugas yang berpotensi untuk terjadinya kecurangan. Tugas-tugas yang biasanya dipisahkan adalah fungsi otorisasi, fungsi pemegang harta, dan fungsi pencatat.

b. Organisasi memilih dan mengembangkan aktivitas pengendalian yang umum melalui teknologi untuk mendukung pencapaian tujuan. Menurut COSO dalam Internal Control-Integrated Framework

(2013:178), terdapat empat poin penting yang berkaitan dengan prinsip ini, yaitu:

1) Menentukan ketergantungan antara kegunaan teknologi dalam proses bisnis dan teknologi dalam pengendalian umum.

Manajemen memahami dan menetapkan ketergantungan dan hubungan antara proses bisnis, aktivitas pengendalian yang otomatis, dan pengendalian teknologi secara umum.

2) Menetapkan infrastruktur teknologi aktivitas pengendalian yang relevan.

Manajemen memilih dan mengembangkan aktivitas pengendalian melalui infrastruktur teknologi yang didesain dan diimplementasikan untuk membantu menjamin kelengkapan, akurasi, dan ketersediaan dari proses teknologi.


(55)

3) Menetapkan aktivitas pengendalian dalam proses keamanan manajemen yang relevan.

Manajemen memilih dan mengembangkan aktivitas pengendalian yang didesain dan diimplementasikan untuk membatasi hak akses atas teknologi untuk mengotorisasi pengguna yang sesuai dengan tanggung jawab pekerjaan mereka dan untuk melindungi aset entitas dari ancaman eksternal. 4) Menetapkan proses akuisisi, pengembangan, dan pemeliharaan

aktivitas pengendalian yang relevan.

Manajemen memilih dan mengembangkan aktivitas pengendalian melalui akuisisi, pengembangan, dan pemeliharaan teknologi dan infrastruktur untuk mencapai tujuan manajemen.

c. Organisasi menyebarkan aktivitas pengendalian melalui kebijakan yang menetapkan apa yang diharapkan dan prosedur yang memasukkan kebijakan dalam tindakan.

Menurut COSO (2013:184-185), terdapat enam poin penting yang berkaitan dengan prinsip ini, yaitu:

1) Menetapkan kebijakan dan prosedur untuk mendukung penyebaran arahan manajemen.

Manajemen menetapkan aktivitas pengendalian yang dibangun menjadi proses bisnis dan aktivitas karyawan sehari-hari melalui penetapan kebijakan yang diharapkan dan tindakan sesuai


(56)

dengan prosedur yang relevan.

2) Menetapkan tanggung jawab untuk pelaksanaan kebijakan dan prosedur.

Manajemen menetapkan tanggung jawab untuk aktivitas pengendalian dengan manajemen unit bisnis atau fungsi yang memiliki risiko yang relevan.

3) Melaksanakan dalam cara yang tepat waktu.

Tanggung jawab personel melaksanakan aktivitas pengendalian dalam cara yang tepat waktu didefinisikan dengan kebijakan dan prosedur.

4) Mengambil tindakan perbaikan.

Tanggung jawab personel menginvestigasi dan bertindak dalam persoalan yang diidentifikasi sebagai hasil pelaksanaan aktivitas pengendalian.

5) Pelaksanaan menggunakan personel yang kompeten.

Personel yang kompeten dengan otoritas yang cukup melaksanakan aktivitas pengendalian dengan rajin dan fokus terus-menerus.

6) Menaksir kembali kebijakan dan prosedur.

Manajemen secara periodik mereview aktivitas pengendalian untuk menetapkan keberlangsungan yang relevan dan memperbaruinya ketika dibutuhkan.


(57)

4. Informasi dan Komunikasi

Informasi dibutuhkan entitas untuk melakukan tanggung jawab pengendalian internal untuk mendukung pencapaian tujuan. Manajemen menghasilkan dan menggunakan informasi yang relevan dan berkualitas dari sumber eksternal dan internal untuk mendukung fungsi dari pengendalian internal. Komunikasi merupakan proses yang berulang untuk menyediakan, membagi, dan menghasilkan kebutuhan informasi. Komunikasi internal adalah informasi yang disebarkan dalam seluruh organisasi, ke atas, ke bawah, dan semua entitas. Sedangkan komunikasi eksternal ada dua macam, yaitu memungkinkan datangnya komunikasi dari informasi eksternal yang relevan dan menyediakan informasi untuk pihak eksternal dalam reaksi sebagai keperluan dan ekspektasi. Menurut

Commitee of Sponsoring Organizations of Treadway Commission

(COSO) (2013:58), ada tiga prinsip yang berkaitan dengan informasi dan komunikasi, yaitu:

a. Organisasi menghasilkan dan menggunakan informasi yang relevan dan berkualitas untuk mendukung fungsi pengendalian internal. Menurut COSO (2013:193), terdapat lima poin penting yang berkaitan dengan prinsip ini, yaitu:

1) Mengidentifikasi keperluan informasi.

Suatu proses untuk mengidentifikasi informasi yang dibutuhkan dan diharapkan untuk mendukung fungsi komponen lain dari pengendalian internal dan mencapai tujuan entitas.


(58)

2) Mendapatkan sumber data internal dan eksternal.

Sistem informasi menangkap sumber data internal dan eksternal. 3) Memproses data yang relevan menjadi informasi.

Sistem informasi memproses dan mentransformasi data yang relevan menjadi informasi.

4) Memelihara kualitas melalui pemrosesan.

Sistem informasi memproduksi informasi yang tepat waktu, sekarang, akurat, lengkap, dapat diakses, dilindungi, dan dapat diverifikasi dan dipelihara. Informasi direview untuk relevansinya dalam mendukung komponen pengendalian internal.

5) Mempertimbangkan biaya dan manfaat.

Sifat, jumlah, dan ketelitian dalam mengkomunikasikan informasi disetarakan dan mendukung pencapaian tujuan. b. Organisasi secara internal mengkomunikasikan informasi, termasuk

tujuan dan tanggung jawab untuk pengendalian internal yang diperlukan untuk mendukung fungsi pengendalian internal.

Menurut COSO dalam Integrated Framework (2013:201), terdapat empat poin penting yang berkaitan dengan prinsip ini, yaitu:

1) Mengkomunikasikan informasi pengendalian internal.

Suatu proses untuk mengkomunikasikan informasi yang dibutuhkan untuk memampukan seluruh personel memahami dan melakukan tanggung jawab pengendalian internal mereka.


(59)

2) Mengkomunikasikan dengan dewan direksi.

Komunikasi ada di antara manajemen dan dewan direksi sehingga keduanya memiliki informasi yang dibutuhkan untuk memenuhi peran mereka dengan menghormati tujuan entitas. 3) Menyediakan pemisahan alur komunikasi.

Pemisahan saluran komunikasi, seperti saluran whistle-blower

berada di tempat dan berfungsi sebagai mekanisme gagal dan simpan untuk memungkinkan komunikasi anonim dan rahasia ketika saluran normal berfungsi dengan tidak normal dan tidak efektif.

4) Memilih metode komunikasi yang relevan.

Metode komunikasi mempertimbangkan waktu, pendengar, dan sifat dari informasi tersebut.

c. Organisasi mengkomunikasikan dengan pihak eksternal mengenai persoalan yang mempengaruhi fungsi dari pengendalian internal. Menurut COSO dalam Internal Control-Integrated Framework

(2013:208), terdapat lima poin penting yang berkaitan dengan prinsip ini, antara lain:

1) Mengkomunikasi dengan pihak eksternal.

Suatu proses untuk mengkomunikasikan informasi yang relevan dan tepat waktu untuk pihak eksternal termasuk shareholders, rekan, pemilik, pembuat regulasi, konsumen, dan analis keuangan dan pihak eksternal lainnya.


(60)

2) Memungkinkan datangnya komunikasi.

Saluran komunikasi terbuka mengizinkan masukan (input) dari pelanggan, pemasok, auditor eksternal, pembuat regulasi, analis keuangan, dan lainnya memberikan manajemen dan dewan direksi informasi yang relevan.

3) Mengkomunikasikan dengan dewan direksi.

Informasi yang dihasilkan dari penaksiran eksternal mengenai aktivitas organisasi yang berhubungan dengan cara pengendalian internal dievaluasi oleh manajemen dan dikomunikasikan kepada dewan direksi.

4) Menyediakan alur pemisahan komunikasi.

Kompleksitas hubungan bisnis di antara entitas dan pihak eksternal mungkin melalui penyedia jasa dan susunan

outsourcing lainnya, joint venture dan aliansi, dan transaksi lainnya yang menciptakan saling ketergantungan di antara berbagai pihak.

5) Memilih metode komunikasi yang relevan.

Metode komunikasi mempertimbangkan waktu, pendengar, dan sifat dari komunikasi dan hukum, regulasi, dan persyaratan penggadaian dan ekspektasi.

5. Aktivitas Pengawasan

Evaluasi terus-menerus, evaluasi terpisah-pisah, atau kombinasi dari keduanya digunakan untuk memastikan setiap komponen dari lima


(61)

komponen pengendalian internal termasuk kontrol atas efek prinsip dalam setiap komponen dilakukan dan berguna. Penemuan-penemuan dievaluasi dan kekurangan-kekurangan dikomunikasikan dalam cara tepat waktu, dengan cara serius dilaporkan ke manajemen puncak dan dewan direksi. Menurut Commitee of Sponsoring Organizations of Treadway Commission (COSO) (2013:59), ada dua prinsip yang berkaitan dengan aktivitas pengawasan, yaitu:

a. Organisasi memilih, mengembangkan, dan melaksanakan evaluasi terus-menerus dan/atau terpisah-pisah untuk memastikan komponen-komponen pengendalian internal dilakukan dan berguna.

Menurut COSO dalam Internal Control-Integrated Framework

(2013:217-218), terdapat tujuh poin penting yang berkaitan dengan prinsip ini, antara lain:

1) Mempertimbangkan campuran evaluasi terus-menerus dan terpisah.

Manajemen memasukkan keseimbangan evaluasi terus-menerus dan terpisah.

2) Mempertimbangkan tingkat perubahan.

Manajemen mempertimbangkan tingkat perubahan dalam bisnis dan proses bisnis ketika pemilihan dan pengembangan evaluasi terus-menerus dan terpisah.

3) Menetapkan dasar pemahaman.


(62)

digunakan untuk menetapkan dasar untuk evaluasi terus-menerus dan terpisah.

4) Menggunakan personel yang banyak pengetahuan.

Pengevaluasi melakukan evaluasi terus-menerus dan terpisah mempunyai pengetahuan yang cukup untuk memahami apa yang sedang dievaluasi.

5) Mengintegrasikan dengan proses bisnis

Evaluasi terus-menerus dibangun menjadi proses bisnis dan menyesuaikan perubahan kondisi.

6) Menyesuaikan bidang dan frekuensi.

Manajemen mengubah bidang dan frekuensi evaluasi terpisah tergantung pada risiko.

7) Mengevaluasi dengan tujuan.

Evaluasi terpisah dilakukan secara periodik untuk menyediakan tujuan umpan balik.

b. Organisasi mengevaluasi dan mengkomunikasikan kekurangan pengendalian internal dalam cara tepat waktu kepada pihak-pihak yang bertanggungjawab untuk mengambil tindakan perbaikan, termasuk manajemen senior dan dewan direksi secara tepat.

Menurut COSO dalam Internal Control-Integrated Framework

(2013:226), terdapat tiga poin penting yang berkaitan dengan prinsip ini, yaitu:


(63)

1) Menaksir hasil.

Manajemen dan dewan direksi secara tepat menaksir hasil evaluasi terus-menerus dan terpisah.

2) Mengkomunikasikan kekurangan.

Kekurangan dikomunikasikan kepada pihak yang bertanggungjawab untuk melakukan tindakan perbaikan dan kepada manajemen senior dan dewan direksi secara tepat.

3) Mengawasi tindakan perbaikan.

Manajemen melacak kekurangan diperbaiki berdasarkan tepat waktu.

E. Kelayakan Penerapan Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Kendall dan Kendall (2011: 62), dalam hal seorang analis merekomendasikan pengembangan ke depannya, suatu proyek harus menunjukkan bahwa proyek tersebut memang layak dalam tiga hal berikut ini, yaitu secara teknis, ekonomis, dan operasional. Ketiga hal ini dikenal dengan “the three key elements of feasibility” atau tiga elemen kunci dari kelayakan.

1. Kelayakan Teknis (Technical Feasibility)

Seorang analis sistem harus mengetahui apakah terdapat kemungkinan untuk mengembangkan suatu sistem baru berdasarkan sumber daya teknis yang sekarang. Jika tidak, analis perlu mempertimbangkan apakah sistem tersebut bisa diperbarui atau


(64)

ditambahi dengan yang memenuhi permintaan di bawah pertimbangan. Jika sistem yang telah ada tidak dapat diperbarui atau ditambah, pertanyaan berikutnya apakah ada teknologi yang telah ada yang cocok dengan spesifikasi yang dibutuhkan.

Selain itu, analis juga perlu mengetahui apakah organisasi memiliki karyawan yang lumayan cakap secara teknis untuk mencapai tujuan. Jika tidak, pertanyaan selanjutnya adalah apakah perusahaan bisa merekrut karyawan yang memiliki kemampuan pemrograman yang berbeda dari yang telah ada, atau mungkin melakukan proyek outsource

secara keseluruhan. Kemudian, analis juga perlu mempertimbangkan apakah perusahaan perlu untuk menggunakan software.

2. Kelayakan Ekonomis (Economic Feasibility)

Kelayakan ekonomis merupakan bagian kedua dari penentuan sumber daya. Sumber daya dasar yang perlu untuk dipertimbangkan adalah waktu dan biaya. Biaya di sini berupa biaya untuk mempelajari sistem secara penuh, biaya untuk membayar waktu karyawan, biaya perkiraan hardware, dan biaya perkiraan software atau pengembangan

software. Perhatian dari bisnis harus bisa melihat nilai investasi dengan penuh pertimbangan sebelum memutuskan untuk memperlajari keseluruhan sistem. Jika biaya jangka pendek tidak menghasilkan keuntungan jangka panjang atau prosedur tidak segera mengurangi biaya operasi, sistem tidak layak secara ekonomis dan proyek sebaiknya tidak diproses lebih lanjut.


(65)

3. Kelayakan Operasional (Operational Feasibility)

Kelayakan operasional tergantung pada ketersediaan sumber daya manusia untuk proyek dan termasuk apakah sistem akan mengoperasikan dan digunakan saat dipasang. Jika pengguna hampir berpadu dengan sistem yang sekarang, pengguna merasa tidak ada masalah dengan sistem yang sekarang, dan pengguna secara umum tidak terlibat dalam permintaan sistem baru, maka penolakan pengguna untuk pengimplementasian sistem baru akan menjadi kuat. Kesempatan untuk sistem baru menjadi operasional akan lemah. Kemungkinan lain, jika mereka sudah mengekspresikan kebutuhan untuk sebuah sistem yang lebih operasional, lebih efisien, dan perilaku menerima, kesempatan lebih baik bahwa sistem yang diminta akhirnya akan dapat digunakan.

F. Kesiapan Perubahan

Armenakis et al. (1993: 681) mendefinisikan kesiapan (readiness) sebagai kepercayaan, sikap, dan niat anggota-anggota organisasi sehubungan dengan luasnya perubahan yang dibutuhkan dan kapasitas organisasi untuk secara berhasil melakukan perubahan. Holt et al. (2007: 235) mendefinisikan kesiapan untuk berubah (readiness for change) sebagai sikap komprehensif yang dipengaruhi secara berkelanjutan oleh isi atau content (apa yang diubah), proses atau process (bagaimana perubahan diimplementasikan), konteks atau context (keadaan pada saat perubahan terjadi), dan individu (karakteristik yang diminta untuk berubah). Selain itu, Holt et al. (2007: 235)


(66)

juga menjelaskan bahwa kesiapan secara kolektif menggambarkan seberapa besarnya individu atau sekumpulan individu secara kognitif dan emosional cenderung menerima, menganut, dan mengadopsi rencana tertentu untuk mengubah status quo secara sengaja.

Armenakis et al. (1999) (dalam Barber 2010: 27) mengidentifikasi tiga jenis komitmen individu yang diperlukan untuk membawa perubahan dalam institusi, yaitu: kepatuhan, identifikasi, dan internalisasi. Komitmen atas kepatuhan (compliance) terjadi ketika seorang individu menyesuaikan diri dengan perubahan berdasarkan pada keyakinan bahwa ia akan baik dihargai untuk berubah atau dihukum karena tidak berubah. Komitmen identifikasi (identification) harus dilakukan dengan keinginan individu untuk membangun atau memelihara hubungan dengan orang lain atau kelompok dan dengan begitu orang mengadopsi perilaku yang terkait dari individu atau anggota kelompok. Terakhir, komitmen internalisasi (internalization) berkaitan dengan kongruensi dengan nilai-nilai individu. Ketika perubahan konsisten dengan keyakinan dan keinginan individu, orang tersebut akan mengadopsi perilaku baru berdasarkan motivasi intrinsik.

Kotter (1996: 21) (dalam Barber 2010: 6) berpendapat bahwa terdapat delapan langkah proses perubahan (eight-stage change process), yaitu:

1. Membangun rasa urgensi

Tujuan dari perusahaan adalah meningkatkan rasa urgensi setiap orang dalam perusahaan dengan menghadapkan mereka pada fakta yang kejam, melakukan banyak percakapan, dan menunjukkan kepada mereka bahwa


(67)

terdapat cara yang lebih baik dengan kesempatan yang lebih, tetapi dengan pertimbangan keadaan sekarang dari kesempatan itu tidak dapat dicapai oleh organisasi.

2. Menciptakan koalisi pembimbingan

Hal ini fokus pada pembentukan tim yang tepat dari individu-individu untuk membawa perubahan. Tim ini harus merepresentasikan karakteristik yang dibutuhkan, yaitu: kekuatan posisi, keahlian, kredibilitas, dan kepemimpinan. Sebagai tambahan, tim tersebut harus kompak yaitu setiap anggota mempunyai kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang kuat sebaik mereka mempercayai satu sama lain dan tujuan bersama.

3. Mengembangkan visi dan strategi

Langkah ini merekomendasikan visi agar merupakan visi yang ada, diperlukan, layak, fokus, fleksibel, dan dapat dikomunikasikan.

4. Mengkomunikasikan perubahan visi

Komunikasi sebaiknya dilakukan dari berbagai sisi dengan tipe yang bervariasi dari forum dan gaya komunikasi. Tujuannya adalah untuk karyawan mendapatkan pemahaman visi dan secara emosional berkomitmen untuk berubah.

5. Memberdayakan aksi yang berbasis luas

Langkah ini memerlukan pembuatan perubahan organisasi untuk mengeliminasi rintangan, menciptakan lebih banyak kesempatan untuk kreativitas dan pengambilan risiko, dan untuk menyediakan pendidikan.


(68)

6. Membangkitkan keunggulan jangka pendek

Langkah ini adalah tentang membangun situasi yang saling menguntungkan untuk membangun semangat dan dukungan yang terus menerus untuk perubahan. Ini juga memberikan kesempatan untuk mengakui dan menghargai individu dan/atau kelompok atas kerja keras dan prestasi tambahan.

7. Memperkuat keuntungan dan menghasilkan lebih banyak perubahan Langkah ini merepresentasikan kenyataan yang berskala besar, kompleks, rencana jangka panjang yang memerlukan banyak perubahan. Sistem dan proses perlu direkayasa ulang, yang membutuhkan waktu dan keterlibatan dari banyak orang. Langkah ini membutuhkan kepemimpinan yang kuat untuk tetap fokus dan untuk mendelegasikan tanggung jawab seluruh orang dalam organisasi. Langkah ini juga menawarkan kesempatan untuk meninjau kembali ketergantungan historis yang terjadi dan mungkin menghilangkan beberapa untuk lebih memungkinkan proses perubahan.

8. Mendukung pendekatan baru dalam kebudayaan

Langkah ini memperkuat kebutuhan untuk mendukung perubahan dalam budaya baru yang sedang didirikan. Memperkuat perilaku baru dan memastikan karyawan melihat hubungan dari perilaku terhadap keberhasilan organisasi membantu untuk memastikan keberlanjutan usaha perubahan.


(69)

G. Ajaran Buddha Maitreya

Budaya organisasi mempengaruhi penerapan sistem informasi akuntansi yang ada di vihara. Hal ini karena vihara merupakan tempat beribadah umat beragama Buddha yang dalam kegiatan sehari-hari menggunakan ajaran-ajaran Buddha. Berikut ini adalah ajaran Buddha Maitreya yang dapat dikaitkan dengan penerapan sistem informasi akuntansi. 1. Kebenaran Mulia Mazhab Kasih Maitreya

a. Makna Luhur Tao Maitreya

Ajaran Maha Tao Maitreya mengutamakan kasih sebagai ajaran utamanya. Maha Tao Maitreya menjadikan beberapa bentuk kasih dalam ajarannya, yaitu:

1) Dharma hati kasih

Maha Tao Maitreya menjadikan dharma hati kasih sebagai kebenaran dalam membabarkan ajarannya untuk menyelamatkan dunia dan umat manusia.

2) Senyuman kasih

Senyuman kasih merupakan kunci sukses dalam bertugas dan berkomunikasi dengan sesama. Dalam ajaran ini dipercayai bahwa senyuman kasih dapat berdampak positif bagi kehidupan manusia. Senyuman kasih mampu meruntuhkan tembok pemisah atas perbedaan antar manusia akibat perbedaan agama, etnis, kepercayaan, dan ras. Dengan senyuman kasih pula umat manusia mampu untuk memaafkan, merelakan, melapangkan


(70)

dada, memaklumi, dan mengasihani orang lain. Hal ini membuat kehidupan ini menjadi damai, tidak ada permusuhan, pertikaian, kebencian, dan kemarahan. Senyuman kasih dapat melenyapkan ketegangan, keterikatan, tekanan, rasa iri, dan prasangka. Senyuman kasih juga mampu membangkitkan jiwa yang penuh rasa hormat dan penuh syukur. Dengan jiwa yang penuh syukur, hati manusia akan menjadi bahagia.

3) Jiwa kasih

Maha Tao Maitreya menjadikan jiwa kasih sebagai cara atau teknik untuk pembinaan batin dan pengendalian pikiran. Dalam jiwa kasih ini diketahui macam-macam perwujudan jiwa kasih kepada setiap orang. Jiwa kasih terhadap guru, atasan, dan senior diwujudkan dalam bentuk respek atau hormat. Bentuk jiwa kasih terhadap anak, bawahan, dan junior adalah dengan kasih sayang. Bentuk jiwa kasih terhadap kakak dan adik, rekan kerja, teman sekolah, dan teman ditunjukkan dengan rasa persaudaraan dan kepercayaan. Perwujudan jiwa kasih yang menolak serakah atas reputasi, kekuasaan, dan kekayaan adalah dengan melakukan kebenaran. Jiwa kasih yang terpancar melalui mata, hidung, telinga, lidah, badan, dan pikiran dapat melenyapkan segala bentuk kebodohan, kebencian, dan keserakahan diwujudkan dengan samadhi atau konsentrasi. Kemudian, perwujudan jiwa kasih dengan tidak melakukan


(71)

kejahatan, kesesatan, khayalan, tidak terikat atau menolak fakta yang ada, dan tidak memihak kepada siapapun dan apapun dapat ditunjukkan dengan prajna atau kebijaksanaan.

4) Perilaku kasih

Ajaran Maha Tao Maitreya menjadikan perilaku kasih sebagai pedoman budi pekerti dan akhlak. Perilaku kasih merupakan landasan kebajikan. Terdapat banyak macam sikap yang menunjukkan perilaku kasih. Perilaku kasih dapat ditunjukkan dengan sikap bersyukur, tidak tega menyakiti orang lain, dan mengutamakan kepentingan orang lain. Sikap-sikap ini akan menciptakan perdamaian, kebahagiaan, keharmonisan, tidak ada kebencian, dan keegoisan. Perilaku kasih dapat dicerminkan dengan tak melawan saat dipukul dan tak membalas saat dimarahi. Perilaku kasih adalah tindakan yang menghilangkan kebencian, kemarahan, dan ketidakpuasan terhadap orang lain. Perilaku kasih berarti tidak mengecewakan, membuat putus harapan, iri, ataupun berprasangka buruk kepada orang lain. 5) Semangat Ajita

Ajita atau tiada tandingan berarti tidak ada sesuatu yang dapat menandingi hati nurani dan cinta kasih. Semangat ajita

ditunjukkan dengan semangat “dipukul tak melawan, dimarah tak membalas”. Dipukul tak melawan, dimarah tak membalas merupakan penerapan dari hati nurani yang paling universal,


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)