PENGARUH REWARD TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM SISWA KELAS IV SD MUHAMMADIYAH PIYAMAN WONOSARI GUNUNGKIDUL TAHUN AJARAN 2016/2017.

(1)

PENGGARUH RE PEN EWARD T NGETAHU PR   D gu ROGRAM S JURU UN SD MUHA TERHADAP UAN ALAM WONO TAHU Diajukan kep Univer untuk Mem una Memper R N STUDI PE USAN PEN FAKULT NIVERSITA AMMADIY P MOTIVA M SISWA K OSARI GUN UN AJARA SKRIP pada Fakult rsitas Neger menuhi Seb roleh Gelar Oleh Rizky Ardi M

NIM 091082 NDIDIKAN NDIDIKAN TAS ILMU AS NEGER AGUSTUS YAH PIYA ASI BELAJ KELAS IV

JAR ILMUU NUNGKID AMAN AN 2016/201 DUL 17 PSI

tas Ilmu Pen ri Yogyakar

ndidikan agian Persy

rta r Sarjana Pe

yaratan ndidikan

h

Mabruri 244043

N GURU S N SEKOLA SEKOLAH PENDIDIK AH DASAR H DASAR R RI YOGYA KAN AKARTA S 2016


(2)

PENGARUH REWARD TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM SISWA KELAS IV

SD MUHAMMADIYAH PIYAMAN WONOSARI GUNUNGKIDUL

TAHUN AJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Rizky Ardi Mabruri NIM 09108244043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

(6)

MOTTO

“Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat

(balasan)Nya”


(7)

PERSEMBAHAN

Karya Tulis ini kupersembahkan untuk:

1. Orang tua tercinta yang selalu memberi doa, semangat dan kesabaran dalam menyelesaikan skripsi.


(8)

PENGARUH REWARD TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM SISWA KELAS IV

SD MUHAMMADIYAH PIYAMAN WONOSARI GUNUNGKIDUL

TAHUN AJARAN 2016/2017

Oleh

Rizky Ardi Mabruri NIM. 09108244043

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan pengaruh reward

terhadap motivasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas IV SD Muhammadiyah Piyaman tahun ajaran 2016/2017.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis quasi eksperimen. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV A dan B SD Muhammadiyah Piyaman yang berjumlah 40 siswa dengan rincian kelas IV A dengan jumlah murid 20 anak sebagai kelas eksperimen dan kelas IV B degan murid jumlah murid 20 anak sebagai kelas kontrol. Pengumpulan data diambil melalui metode pengamatan (observation) dan angket (questionnaire). Instumen yang digunakan meliputi lembar observasi dan skala sikap motivasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam. Uji validitas instrumen menggunakan validitas konstruk, dan uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha. Pengujian hipotesis menggunakan analisis deskriptif yakni dengan membandingkan meanantara pretest dan posttest.

Pretest ataupun posttest dalam penelitian ini bukan seperti halnya test

mengerjakan soal, melainkan pengukuran. Pengukuran kondisi awal sebelum pemberian tindakan (treatment) untuk pretest, dan pengukuran kondisi akhir setelah treatment untuk posttest.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada pengaruh reward terhadap motivasi belajar IPA siswa kelas IV SD Muhammadiyah Piyaman tahun ajaran 2016/2017. Hal tersebut ditunjukkan dengan perolehan rata-rata skor motivasi kelas kontrol untuk pretest sebesar 73,2 dan posttest sebesar 76,4. Sedangkan perolehan rata-rata skor motivasi pada kelas eksperimen untuk pretest sebesar 73,85 dan posttest sebesar 96,15. Dengan demikian terdapat perbedaan rata-rata

pretest-posttest pada kelas kontrol sebesar 3,2 dan pada kelas eksperimen sebesar 22,3.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul “Pengaruh Reward terhadap Motivasi Belajar Ilmu

Pengetahuan Alam pada Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah Piyaman Wonosari Gunungkidul Tahun Ajaran 2016/2017”

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tersusun atas bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak/Ibu berikut ini.

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menuntut ilmu.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian.

3. Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian.

4. Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mengungkapkan gagasan dalam bentuk skripsi.

5. Bapak Ikhlasul Ardi Nugroho M.Pd., sebagai pembimbing yang dengan penuh kesabaran dan perhatian telah membimbing peneliti sampai penyusunan tugas akhir skripsi ini selesai.

6. Ibu Eni Budiyati, S. Pd. SD., selaku Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Piyaman Wonosari Gunungkidul yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.


(10)

7. Bapak Dedi Kurniawan, S. Pd., selaku guru kelas IV A SD Muhammadiyah Pilayan Wonosari Gunungkidul yang telah memberikan ijin dan bantuannya selama proses penelitian.

8. Ibu Fitria Agustina Nurbaningtyas, S. Pd., selaku guru kelas IV B SD Muhammadiyah Pilayan Wonosari Gunungkidul yang telah memberikan ijin dan bantuannya selama proses penelitian.

9. Seluruh warga S1 PGSD 2009 kelas C yang telah memberikan semangat, doa dan bantuan dalam penyeleseian Tugas Akhir Skripsi ini.

10. Warga kost Suryaputra no. 377B Mantrijeron yang telah memberikan semangat, doa dan bantuan dalam penyelesaian tugas akhir akripsi ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam pembuatan dan penyelesaian skripsi ini.

Hanya doa yang dapat penulis panjatkan, semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Semoga tugas akhir skripsi ini dapat memberi manfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, 24 Agustus 2016


(11)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Mengenai Reward (Penghargaan) ... 10

1. Pengertian Penghargaan ... 10

2. Fungsi Penghargaan ... 11

3. Macam-Macam Penghargaan ... 12

4. Syarat-Syarat Penghargaan ... 15


(12)

2. Macam-Macam Motivasi ... 18

3. Fungsi Motivasi dalam Belajar ... 20

4. Unsur-Unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 21

C. Tinjauan tentang Pembelajaran IPA ... 30

1. Haikat IPA ... 30

2. Hakikat Pembelajaran IPA ... 33

D. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 36

E. Penelitian yang Relevan ... 38

F. Kerangka Pikir ... 39

G. Hipotesis ... 40

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 41

B. Desain Penelitian ... 41

C. Subjek Penelitian ... 43

D. Variabel Penelitian ... 44

E. Definisi Operasional Variabel ... 44

F. Tempat dan Waktu Penelitian ... 45

G. Prosedur Eksperimen ... 45

H. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 46

1. Metode Pengumpulan Data ... 46

2. Instrumen Penelitian ... 47

I. Teknik Analisis Data ... 54

1. Hasil Observasi Reward yang Dilakukan oleh Guru ... 54

2. Hasil Skala Motivasi Belajar terhadap Siswa ... 55

J. Uji Hipotesis ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi dan Subjek Penelitian ... 57

B. Hasil Penelitian ... 57

1. Pretest ... 58

2. Treatment ... 66


(13)

4. Perbandingan Frekwensi Pemberian Reward Kelas Kontrol

dan Kelas Eksperimen ... 81

5. Perbandingan Perolehan Skor Motivasi Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 82

6. Uji Hipotesis ... 85

C. Pembahasan ... 86

D. Keterbatasan Penelitian ... 91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 92

B. Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 95


(14)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Kisi-Kisi Lembar Observasi Pelaksanaan Reward oleh Guru ... 48

Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen Motivasi Belajar Siswa ... 49

Tabel 3. Pemetaan Butir Instrumen Skala Sikap Motivasi Belajar Siswa ... 52

Tabel 4. Skala Penilaian Motivasi Belajar Siswa ... 56

Tabel 5. Pretest Pemberian Reward oleh Guru pada Kelas Kontrol ... 59

Tabel 6. Data Motivasi Belajar IPA Siswa saat Pretest pada Kelas Kontrol ... 61

Tabel 7. Pretest Pemberian Reward oleh Guru pada Kelas Eksperimen ... 62

Tabel 8. Data Motivasi Belajar IPA siswa pada Pretest pada Kelas Eksperimen ... 65

Tabel 9. Treatment I Pemberian Reward oleh Guru pada Kelas Eksperimen... 66

Tabel 10. Frekwensi Pemberian Reward TreatmentI di Kelas Eksperimen ... 69

Tabel 11. TreatmentII Pemberian Reward oleh Guru pada Kelas Kontrol ... 71

Tabel 12. TreatmentII Pemberian Reward oleh Gurupada Kelas Eksperimen ... 73

Tabel 13. TreatmentIII Pemberian Reward oleh Guru pada Kelas Kontrol ... 75

Tabel 14. Pemberian RewardTreatmentIII oleh Guru pada Kelas Eksperimen ... 77

Tabel 15. Data Motivasi Belajar Siswa saat Posttest pada Kelas Kontrol ... 79

Tabel 16. Data Motivasi Belajar Siswa pada Postest di Kelas Eksperimen ... 80

Tabel 17. Perbandingan Frekwensi dan Persentase Munculnya Reward ... 81

Tabel 18. Perbandingan Perolehan Skor Motivasi Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 83


(15)

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Desain Penelitian ... 42

Gambar 2. Persentase Pemberian Reward saat Pretest pada Kelas Kontrol ... 60

Gambar 3. Persentase Pemberian Reward saat Pretest pada Kelas Eksperimen ... 64

Gambar 4. Persentase Pemberian Reward saat Treatment I pada Kelas Kontrol ... 67

Gambar 5. Persentase Pemberian Reward saat Treatment I pada kelas Eksperimen .... 70

Gambar 6. Persentase Pemberian Reward saat Treatment II pada kelas Kontrol ... 72

Gambar 7. Persentase Pemberian Reward saat Treatment II pada Kelas Eksperimen .. 74

Gambar 8. Persentase Pemberian Reward saat Treatment III pada kelas Kontrol ... 76


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 97

Lampiran 2. Skala Motivasi Belajar sebelum Validitas ... 141

Lampiran 3. Data Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ... 150

Lampiran 4. Reliability ... 151

Lampiran 5. Lembar Observasi terhadap Pemberian Reward oleh Guru ... 153

Lampiran 6. Skala Sikap Motivasi Belajar Setelah Validitas ... 155

Lampiran 7. Data Pretest Hasil Penelitian Motivasi Belajar IPA Siswa Kelas Eksperimen ... 163

Lampiran 8. Data Pretest Hasil Penelitian Motivasi Belajar IPA Siswa Kelas Kontrol ... 164

Lampiran 9. Data Hasil Penelitian Motivasi Belajar IPA Siswa Kelas Eksperimen pada Saat Postest ... 165

Lampiran 10. Data Hasil Penelitian Motivasi Belajar IPA Siswa Kelas Kontrol pada Saat Postest ... 166


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai tugas menghantarkan siswa dalam mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya. Sekolah juga dipercaya sebagai salah satu cara agar manusia pada zaman sekarang dapat hidup di masa yang akan datang. Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat tergantung pada proses pembelajaran di kelas.

Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003, pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Inti pokok dari pendidikan adalah siswa yang belajar. Menurut Sugihartono (2007: 74), belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar juga diungkapkan oleh Reber dalam Slameto (2003: 74) yang menyebutkan bahwa belajar mempunyai dua pengertian yaitu, (1) proses memperoleh pengetahuan, (2) perubahan


(18)

kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.

Pembelajaran merupakan suatu proses yang tidaklah sederhana. Peserta didik tidak sekedar menyerap informasi dari pendidik, tetapi melibatkan berbagai kegiatan dan tindakan yang harus dilakukan. Pembelajaran di sekolah mempunyai banyak unsur yang saling berkaitan dan menentukan keberhasilan dalam proses belajar-mengajar. Salah satu unsur tersebut adalah pendidik/guru.

Wina Sanjaya (2010 : 15) menjelaskan bahwa keberhasilan suatu sistem pembelajaran, guru merupakan komponen yang menentukan. Hal ini disebabkan guru merupakan orang yang secara langsung berhadapan dengan siswa. Sedangkan Arif Rohman (2009 : 154) mengatakan bahwa pendidik merupakan sosok yang memiliki kedudukan yang sangat penting bagi pengembangan segenap potensi peserta didik. Ia menjadi orang yang paling menentukan dalam perancangan dan penyiapan proses pendidikan dan pembelajaran. Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kedudukan guru dalam proses pembelajaran sangatlah penting.

Moh.Uzer Usman (1992: 66) mengungkapakan bahwa terdapat kompetensi dasar yang harus dikuasai guru. Ketampilan tersebut adalah keterampilan bertanya (questioning skills), keterampilan memberikan

penguatan (reinforcement skills), keterampilan mengadakan variasi (variation

skills), keterampilan menjelaskan (explanning skills), keterampilan


(19)

membimbing diskusi kelompok kecil keterampilan mengelola kelas, serta keterampilan mengajar perseorangan.

Keterampilan pemberian penguatan (reinforcement) merupakan hal

yang penting dilakukan oleh guru sebagai langkah untuk memodifikasi perilaku siswa dalam belajar. Guru dapat mengarahkan dan mendorong siswa untuk tertarik dan aktif dalam pembelajaran di kelas. Ketika siswa memiliki dorongan/motivasi untuk belajar maka dapat dimungkinkan kualitas serta prestasinya akan meningkat.

Wahid Murni, dkk (2010: 116) mengatakan bahwa pada umumnya penghargaan mempunyai pengaruh positif dalam kehidupan manusia, yakni dapat mendorong seseorang untuk memperbaiki tingkah lakunya dan meningkatkan usahanya. Penghargaan (reward) merupakan bagian dari

penguatan, yaitu penguatan positif. Salah satu tugas pendidik adalah menciptakan kegiatan pembelajaran yang menarik bagi siswa, memberi dorongan kepada siswa sehingga siswa senantiasa belajar dengan baik dan bersemangat di dalam lingkungan belajarnya. Dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar, untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu disebut motivasi. Motivasi adalah daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu tercapai (A.M. Sardiman, 2001:73).

Dalam proses pembelajaran motivasi sangat besar peranannya terhadap tercapainya tujuan pembelajaran. Dengan adanya motivasi, dapat


(20)

menumbuhkan motivasi belajar siswa. Bagi siswa yang memiliki motivasi yang kuat akan mempunyai keinginan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran. Masalah tersebut menyebabkan siswa yang memiliki intelegensi yang cukup tinggi menjadi gagal karena kekurangan motivasi, sebab hasil belajar itu akan optimal bila terdapat motivasi yang tepat. Oleh karena itu, apabila siswa mengalami kegagalan dalam belajar, hal ini bukanlah semata-mata kesalahan siswa. Kemungkinan ketidakberhasilan tersebut dikarenakan guru tidak dapat memberi semangat dan motivasi siswa.

Ada tidaknya motivasi seseorang individu untuk belajar sangat berpengaruh dalam proses belajar dan hasil aktivitas belajar itu sendiri.Oleh karena itu, motivasi belajar dalam diri siswa perlu diperkuat secara terus menerus. A.M. Sardiman (2001: 73) mengemukakan bahwa siswa yang mempunyai intelegensi cukup tinggi, mentak (boleh jadi) gagal karena

kekurangan motivasi.

Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran diujikan secara nasional. Dengan demikian pelajaran menjadi mata pelajaran wajib. Pada dasarnya IPA merupakan integritas dari ilmu alam (sains) dimana bertujuan untuk menyiapkan siswa guna membekali

keterampilan dalam melakukan kegiatan di kehidupan sehari hari. Agar siswa lebih tertarik dengan pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam maka tugas guru adalah menumbuhkan motivasi dalam diri peserta didik secara efektif. Salah satu cara menumbuhkan motivasi adalah dengan memberikan reward


(21)

Reward diberikan oleh guru kepada siswa dengan memberikan hadiah

atas hal positif yang dilakukan oleh siswa. Dengan reward guru bermaksud

membuat anak lebih giat lagi usahanya untuk bekerja dan berbuat lebih baik lagi. Sejalan dengan pendapat Keat (Maria J. Wantah, 2007: 167) yang mengatakan bahwa “untuk anak kecil, penghargaan dapat diberikan secara nyata yaitu dalam bentuk hadiah. Dengan demikian nilai dari perilaku yang baik akan lebih besar”.

Kurangnya guru dalam memberikan reward pada siswa akan

menimbulkan kejenuhan kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan kegiatan belajar di lingkungan belajar siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Buchari Alma (2008: 30) yang mengatakan bahwa hanya satu kebiasaan pada guru-guru kita, pujian itu sangat mahal. Siswa telah menjawab dengan benar, tetapi berat sekali lidah guru memberikan pujian dengan mengucapkan “bagus:, apa lagi dengan mengangkat jempolnya. Mungkinkah ini karena bukan kebiasaan/adat kita?”. Ataukah karena pengaruh feodalisme yang menganggap bahwa guru selalu benar. Kebiasaan-kebiasaan tersebut harus diubah, agar terdapat komunikasi yang baik antara guru dan siswa.

Apabila siswa merasa jenuh dan kurang bersemangat, keaktifan siswa dalam pembelajaran akan kurang. Pengamatan dan perhatian siswa terhadap materi yang disampaikan guru akan hilang. Siswa akan mengamati dan memerhatikan hal atau kegiatan lain yang lebih menarik perhatiannya, memberi rasa senang atau kepuasan seperti melamun, menggambar di buku catatan, berbicara dengan teman sebangku, atau memerhatikan benda di luar


(22)

kelas. Sebagai akibatnya, siswa kurang memahami materi pelajaran yang diajarkan guru. Sebaliknya, pemberian reward yang tepat dan bervariasi dapat

menciptakan semangat, ketertarikan dan rasa senang siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan hasil pengamatan dan data awal yang didapatkan dari guru wali kelas IV SD Muhammadiyah Piyaman Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul pada hari Senin, 18 Juli 2016, ditemukan bahwa masih banyak kendala dan persoalan yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran siswa khususnya pada mata pelajaran IPA. Berdasarkan data prestasi belajar siswa kelas IV tersebut, diketahui bahwa untuk mata pelajaran IPA nilainya kurang memuaskan, apabila dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Rendahnya motivasi siswa dalam belajar khususnya pada mata pelajaran IPA ini tampak dari kurangnya semangat dan antusiasme dari

beberapa siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas, rendahnya aktivitas/keterlibatan siswa dalam memperoleh pengetahuan, serta kurangnya motivasi siswa terhadap kegiatan pembelajaran.

Kejenuhan dan kurangnya ketertarikan siswa pada kegiatan pembelajaran IPA ditandai dengan kondisi kelas yang gaduh saat pelajaran akan dimulai. Siswa masih asyik bercanda dengan teman sebangku. Guru masih harus menyuruh siswa untuk tenang sebelum memulai kegiatan pelajaran. Mayoritas siswa di kelas belum akan mengeluarkan buku dan alat tulis jika belum diminta oleh guru. Bahkan hanya sedikit siswa yang menunjukkan perhatian lebih terhadap mata pelajaran IPA yang akan


(23)

dipelajari. Saat kegiatan inti pembelajaran, walaupun ada yang dapat memperhatikan materi pelajaran, namun masih ada beberapa siswa yang bercanda dengan teman sebangku, melempar kertas pada siswa lain, menggambar di buku catatan atau malah memerhatikan benda di luar kelas.

SD Muhammadiyah Piyaman Wonosari merupakan sekolah dengan kelas paralel, yaitu kelas A dan B. Kelas IV A dan B memiliki jumlah siswa yang sama yaitu 20 anak, sehingga kelas IV SD Muhammadiyah Piyaman Wonosari termasuk kelas yang sesuai untuk melakukan penelitian mengenai

reward dan motivasi.

Berangkat dari permasalahan rendahnya motivasi siswa dalam pembelajaran IPA yang sudah disebutkan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Reward terhadap Motivasi

Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah Piyaman Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul Tahun Ajaran 2016/2017.

B. Identifikasi Masalah

Berdasar dari latar belakang masalah, dapat teridentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan wawancara, motivasi sebagian besar siswa kelas IV SD Muhammadiyah Piyaman Wonosari pada mata pelajaran IPA rendah.

2. Berdasarkan observasi, pemberian reward oleh guru kelas IV SD


(24)

3. Belum diketahuinya tingkat pengaruh antara pemberian reward

terhadap motivasi belajar siswa kelas IV SD Muhammadiyah Piyaman Wonosari.

C. Batasan Masalah

Mengingat banyaknya masalah yang berkaitan dengan motivasi dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Muhammadiyah Piyaman Wonosari masih rendah, maka penulis membatasi permasalahan pada pengaruh pemberian reward terhadap motivasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa

kelas IV SD Muhammadiyah Piyaman, Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul tahun ajaran 2016/2017.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan batasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu “adakah pengaruh reward terhadap motivasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa

kelas IV SD Muhammadiyah Piyaman, Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul tahun ajaran 2016/2017”.

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat keberadaan pengaruh pemberian reward terhadap motivasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa

kelas IV SD Muhammadiyah Piyaman, Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul tahun ajaran 2016/2017.

F. Manfaat Penelitian


(25)

1. Secara teoritis

a. Untuk menambah wawasan pengetahuan mengenai besarnya pengaruh reward, terutama motivasi belajar bidang studi Ilmu

Pengetahuan Alam.

b. Membimbing siswa agar dapat meningkatkan semangat dan motivasi belajar.

2. Secara praktis a. Bagi penulis

Bagi penulis untuk menemukan cara pemecahan dari permasalahan yang sedang diteliti dan manambah wawasan serta pengetahuan bagi penulis.

b. Bagi guru

Menambah wawasan, dan pengetahuan tentang hubungan pemberian reward dan motivasi belajar siswa.

c. Bagi siswa

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi siswa sebagai masukan agar siswa selalu mempertahankan dan meningkatkan motivasi belajarnya agar dapat meraih prestasi belajar yang lebih baik.


(26)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Reward (Penghargaan)

1. Pengertian Penghargaan

Maslow (Maria J. Wantah, 2005: 164) mengatakan bahwa penghargaan adalah salah satu dari kebutuhan pokok yang mendorong seseorang untuk mengaktualisasikan dirinya. Sedangkan Amir Daien Indrakusuma (1973: 147) menyatakan penghargaan merupakan hadiah terhadap hasil-hasil yang baik dari anak dalam proses pendidikan. Penghargaan merupakan hal yang menggembirakan bagi anak, dan dapat menjadi pendorong/motivator bagi belajarnya. Dengan diberikannya penghargaan atas prestasinya di sekolah, anak akan termotivasi untuk belajar demi meningkatkan prestasi di sekolah.

M. Ngalim Purwanto (2006: 182) menjelaskan penghargaan adalah alat untuk mendidik anak–anak supaya anak dapat merasa senang karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan. Penghargaan harus memiliki nilai mendidik. Mendidik disini tidak hanya dalam bidang akademik tetapi juga mendidik siswa dalam bertingkah laku yang baik.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa penghargaan adalah suatu hal positif yang diperoleh anak karena anak telah menunjukkan suatu perbuatan atau prestasi yang baik. Pemberian penghargaan kepada anak akan meningkatkan perilaku ke arah yang lebih baik,


(27)

2. Fungsi Penghargaan

Maria J. Wantah (2005: 165) menjelaskan fungsi dari pemberian penghargaan adalah sebagai berikut.

1. Penghargaan mempunyai nilai mendidik. Penghargaan yang diberikan kepada anak menunjukkan bahwa perilaku yang dilakukan oleh anak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku. Apabila anak mendapatkan suatu penghargaan, maka anak akan memperoleh kepuasan, dan kepuasan itu akan mempertahankan, memperkuat, dan mengembangkan tingkah laku yang baik.

2. Penghargaan berfungsi sebagai motivasi pada anak untuk mengulangi atau mempertahankan perilaku yang disetujui secara sosial. Pengalaman anak mendapatkan penghargaan yang menyenangkan akan memperkuat motivasi anak untuk bertingkah laku baik. Dengan adanya penghargaan anak akan berusaha sedemikian rupa untuk berperilaku lebih baik agar mendapatkan penghargaan.

3. Penghargaan berfungsi memperkuat perilaku yang disetujui secara sosial. Apabila anak bertingkah laku sesuai yang diharapkan secara berkesinambungan dan konsisten, ketika perilaku itu dihargai, anak akan merasa bangga. Kebanggan itu akan menjamin anak untuk terus mengulangi dan bahkan meningkatkan kualitas perilaku tersebut.


(28)

Menurut Wahid Murni (2010: 117) menjelaskan beberpa tujuan

reward (penguatan positif) dalam pembelajaran. Adapun tujuan

penggunaan reward adalah :

a. meningkatkan perhatian siswa dalam proses belajar,

b. membangkitkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi belajar siswa,

c. mengarahkan pengembangan berfikir siswa ke arah berfikir divergen,

d. mengatur dan mengembangkan diri anak sendiri dalam proses belajar,

e. mengendalikan serta memodifikasi tingkah laku siswa yang kurang positif serta mendorong munculnya tingkah laku yang produkif.

Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini fungsi penghargaan adalah agar siswa dapat termotivasi untuk berperilaku lebih baik sesuai norma dan aturan yang berlaku, karena jika siswa berperilaku baik akan mendapatkan suatu penghargaan yang membuat siswa senang. Siswa akan menjadi lebih keras kemauannya untuk berbuat yang lebih baik lagi.

3. Macam-Macam Penghargaan

Amir Daien Indrakusuma (1973: 159-160) menjelaskan macam-macam bentuk penghargaan antara lain (1) Pujian, (2) Penghormatan, (3) Hadiah, (4) Tanda Penghargaan.


(29)

1. Pujian

Pujian adalah salah satu bentuk penghargaan yang paling mudah dilaksanakan. Pujian dapat berupa kata-kata seperti : baik, bagus, bagus sekali, dan sebagainya. Disamping berupa kata-kata, pujian dapat pula berupa isyarat-isyarat atau pertanda-pertanda. Misalnya dengan menunjukkan ibu jari (jempol), dengan menepuk bahu anak, dengan tepuk tangan, dan sebagainya.

2. Penghormatan

Penghargaan yang berbentuk penghormatan berbentuk dua macam. Pertama, berbentuk penobatan, yaitu anak mendapat penghormatan di hadapan teman-temannya. Seperti di hadapan teman-teman sekelas, teman-teman sekolah, atau mungkin juga di hadapan teman dan orang tua siswa. Misalnya pada acara pembagian rapot diumumkan dan ditampilkan siswa yang meraih ranking tinggi. Kedua, penghormatan yang berbentuk pemberian kekuasaan untuk melakukan sesuatu. Misalnya, siswa yang berhasil menyelesaikan suatu soal yang sulit, disuruh mengerjakannya di papan tulis untuk dicontoh teman-temannya.

3. Hadiah

Yang dimaksud hadiah adalah penghargaan yang berbentuk barang. Penghargaan yang berbentuk barang ini disebut penghargaan materiil. Hadiah yang berupa barang ini dapat terdiri dari keperluan sekolah, seperti pensil, penggaris, buku pelajaran, dan sebagainya.


(30)

Selain itu juga dapat berupa barang lain seperti kaos, permainan, dan juga bisa berupa uang.

4. Tanda penghargaan

Jika hadiah adalah penghargaan yang berupa barang, tanda penghargaan tidak dinilai dari segi harga dan kegunaan barang-barang tersebut. Tanda penghargaan dinilai dari segi kesan dan nilai kenangannya. Penghargaan ini disebut juga penghargaan simbolis. Penghargaan simbolis ini dapat berupa surat-surat tanda penghargaan, surat-surat tanda jasa, sertifikat, piala, dan sebagainya. Sedangkan M. Ngalim Purwanto (2006: 183) memberikan pendapat macam-macam penghargaan antara lain:

1. Guru mengangguk-angguk sebagai suatu tanda senang dan membenarkan jawaban yang diberikan oleh siswa.

2. Guru memberikan kata-kata yang menggembirakan (pujian).

3. Penghargaan dapat berupa pekerjaan. Misalnya siswa diberikan soal yang sulit untuk dikerjakan karena soal yang mudah berhasil dikerjakan.

4. Penghargaan yang ditujukan kepada seluruh kelas. Ganjaran ini contohnya bernyanyi atau pergi berwisata bersama.

5. Penghargaan dapat berupa benda-benda yang menyenangkan dan berguna bagi anak. Misalnya pensil, buku tulis, atau bahkan dengan memberikan benda lain yang menarik bagi siswa.


(31)

Perlu digaris bawahi, untuk pemberian reward yang berupa

hadiah perlu dibatasi frekwensinya. Hal ini sejalan dengan pendapat Wahid Murni (2010: 152) yang mengatakan bahwa penggunaan reward

yang berupa benda hendaknya tidak mengarah pada benda tersebut sebagai tujuan belajar anak. Oleh karena itu perlu dibatasi penggunaannya.

Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini menggunakan penghargaan yang berbentuk pujian, penghormatan, hadiah, serta tanda penghargaan. Penghargaan tersebut akan membuat siswa senang dan mendorong siswa untuk memperbaiki prestasinya.

4. Syarat-Syarat Penghargaan

Memberikan penghargaan bukanlah hal yang mudah. Perlu adanya syarat yang harus diperhatikan oleh guru dalam memberikan penghargaan. M. Ngalim Purwanto (2006: 184) menyebutkan syarat-syarat penghargaan adalah sebagai berikut:

1. Untuk memberikan penghargaan yang pedagogis guru harus mengenal betul-betul siswanya.

2. Penghargaan yang diberikan kepada siswa janganlah hendaknya menimbulkan rasa cemburu atau iri hati bagi anak yang lain.

3. Penghargaan diberikan dengan hemat, artinya tidak terus menerus atau terlalu sering.

4. Jangan memberi penghargaan dengan menjajikan terlebih dahulu sebelum siswa menunjukkan prestasi kerjanya.

5. Guru harus berhati-hati dalam memberikan penghargaan, jangan sampai penghargaan yang diberikan dianggap sebagai upah dari jerih payah yang telah dilakukan siswa.

Berdasarkan pendapat di atas, agar pemberian penghargaan dapat dilakukan dengan baik maka guru harus memahami syarat-syarat


(32)

pemberian penghargaan dengan baik. Dengan demikian kebermaknaan dari pemberian penghargaan akan dapat diterima dengan baik oleh siswa. B. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi

Menurut A.M. Sardiman (2007:73) mengatakan bahwa motivasi adalah daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak. Sedangkan, Mc. Donald (A.M. Sardiman 2001: 71-73) mengatakan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling

dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ada tiga elemen penting yaitu sebagai berikut:

a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada

organisme manusia karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.

b. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa atau “feeling”, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan energi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.


(33)

c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi, motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yaitu tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang atau terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.

M. Ngalim Purwanto (2007: 71) mengemukakan definisi motivasi adalah pendorong suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar seseorang tersebut menjadi tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil dan tujuan tertentu. Sedangkan, W.S.Winkel (2004: 169) mengatakan bahwa motivasi adalah daya penggerak di dalam diri orang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai tujuan tertentu.

A.M. Sardiman (2007:75) mengatakan dalam kegiatan pembelajaran, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Jadi motivasi adalah usaha atau daya yang disadari untuk mendorong keinginan individu dalam melakukan sesuatu demi tercapainya tujuan tertentu. Motivasi merupakan daya penggerak dari dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin


(34)

kelangsungan dari kegiatan belajar serta memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki siswa tercapai.

Banyak para ahli yang sudah mengemukakan pengertian motivasi dengan berbagai sudut pandang para ahli masing-masing. Dari berbagai pendapat tersebut memiliki inti yang sama yaitu motivasi merupakan pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian motivasi adalah daya penggerak atau pendorong yang ada di dalam setiap individu maupun di luar individu untuk melakukan sesuatu demi mencapai tujuan.

Ada tiga fungsi motivasi menurut Oemar Hamalik (2003: 16) yaitu sebagai berikut :

a. Mendorong timbulnya kelakuan atau sesuatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul suatu perbuatan seperti belajar. b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah artinya menggerakkan

perbuatan kearah pencapaian tujuan yang diinginkannya.

c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Motivasi berfungsi sebagai mesin, besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambannya pekerjaan.

2. Macam-macam Motivasi

Menurut Elida Prayitno (1989:10), dikenal dua motivasi, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik:


(35)

a. Motivasi Intrinsik

Menurut A.M. Sardiman (2007: 89-90) motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Seorang siswa yang memiliki motivasi intrinsik pasti akan rajin dalam belajar, karena tidak memerlukan dorongan dari luar. Siswa melakukan belajar karena ingin mencapai tujuan untuk mendapatkan pengetahuan, nilai dan keterampilan.

Dalam proses belajar, siswa yang mempunyai motivasi intrisnsik dapat terlihat dari belajarnya. Aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang ada di dalam dirinya dan akan terkait dengan belajarnya. Seorang siswa merasa butuh dan mempunyai keinginan untuk belajar sehingga dapat mencapai tujuan belajar, bukan karena hanya ingin suatu pujian atau ganjaran.

Menurut A.M. Sardiman (2007: 90) ”Siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang tertentu. Siswa yang benar-benar ingin mencapai tujuan maka harus belajar, karena tanpa pengetahuan maka tujuan belajar tidak akan tercapai”. Jadi, dorongan itu muncul dari dalam dirinya sendiri yang bersumber dari kebutuhan untuk menjadi orang yang terdidik.


(36)

b. Motivasi Ekstrinsik

Menurut A.M. Sardiman (2007: 90-91) adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik apabila dilihat dari segi tujuannya, tidak secara langsung bergayut pada esensi yang dilakukan. Motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi di dalam aktivitas belajar yang dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar.

Sedangkan motivasi belajar ekstrinsik, menurut Pintner Ryan, dkk (Elida Prayitno 1989:13) ”Motivasi belajar ekstrinsik adalah motivasi yang keberadaannya karena pengaruh rangsangan dari luar”. Jadi tujuan seseorang melakukan kegiatan belajar adalah untuk mencapai tujuan yang terletak di luar aktivitas belajar.

Menurut Elida Prayitno (1989: 17) ada beberapa dorongan ekstrinsik yang digunakan guru agar dapat merangsang motivasi siswa dalam belajar, seperti memberikan penghargaan dan celaan, persaingan atau kompetisi, hadiah dan hukuman, serta pemberitahuan tentang kemajuan belajar siswa.

3. Fungsi Motivasi dalam Belajar

Menurut A.M. Sardiman (2007: 85) fungsi motivasi dalam belajar sebagai berikut :

a. Mendorong manusia untuk berbuat, yaitu sebagai penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.


(37)

b. Menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah tujuan yang ingin dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai tujuannya.

c. Menyeleksi atau menentukan perbuatan-perbuatan yang harus dikerjakan guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan.

Selain itu, ada fungsi lain dari motivasi belajar menurut M. Ngalim Purwanto (2007: 72) yaitu menggerakan, mengarahkan, dan menopang tingkah laku manusia.

Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi motivasi dalam belajar adalah sebagai tenaga penggerak untuk mendorong, mengarahkan, dan menentukan seseorang. Dalam hal ini adalah siswa, yaitu untuk melakukan suatu tugas atau perbuatan untuk mencapai tujuan belajar.

4. Unsur-unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Mengingat pentingnya motivasi sebagai pendorong kegiatan belajar anak, maka banyak upaya untuk menimbulkan dan membangkitkan motivasi belajar pada anak. Guru mempunyai tanggung jawab yang besar untuk memotivasi anak agar anak dapat maksimal dalam kegiatan belajar. Perhatian siswa terhadap materi yang diberikan oleh guru dapat diwujudkan melalui beberapa cara seperti metode yang digunakan guru, media dan alat peraga, mengulang materi dengan cara yang berbeda dari sebelumnya, dan membuat variasi belajar.


(38)

A.M. Sardiman (2007: 92-95) mengemukakan beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, seperti berikut:

a. Memberi angka

Angka dalam hal ini adalah nilai. Banyak siswa yang beranggapan, belajar untuk mendapatkan angka atau nilai yang baik. Oleh karena itu, langkah yang perlu dilakukan seorang guru adalah bagaimana memberikan angka yang terkait dengan values yang

terkandung dalam setiap pengetahuan siswa sehingga tidak hanya nilai kognitif saja tetapi juga keterampilan afeksinya.

b. Hadiah

Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk suatu pekerjaan tersebut.

c. Saingan/ kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan antar individual maupun kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

d. Ego-involvent

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri adalah sebagai


(39)

salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri bagi siswa. e. Memberi ulangan

Memberi ulangan merupakan salah satu sarana motivasi. Tetapi dalam memberikan ulangan jangan terlalu sering, karena siswa akan merasa bosan dan bersifat rutinitas.

f. Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.

g. Pujian

Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Dengan pujian yang tepat akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.

h. Hukuman

Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi.

i. Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar, yaitu ada unsur kesengajaan. Hal ini lebih baik apabila dibandingkan dengan suatu kegiatan yang tanpa


(40)

maksud. Berarti dalam diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik. j. Motivasi

Proses belajar akan lancar apabila disertai dengan motivasi. Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga motivasi sehingga tepatlah kalau motivasi merupakan alat motivasi yang pokok.

k. Tujuan yang diakui

Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, merupakan alat motivasi yang sangat tepat. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.

Ada juga cara lain untuk motivasi siswa. Menurut Oemar Hamalik (2010: 156-161), cara memotivasi siswa belajar adalah sebagai berikut:

a. Kebermaknaan

Siswa akan termotivasi belajar apabila hal-hal yang dipelajari mengandung makna tertentu baginya. Maka untuk menjadikan pelajaran bermakna bagi siswa, caranya adalah dengan mengaitkan pelajaran dengan pengalaman masa lampau siswa, tujuan-tujuan masa datang, dan motivasi serta nilai-nilai yang berarti bagi mereka.


(41)

b. Modelling

Pelajaran akan lebih mudah dihayati dan diterapkan oleh siswa jika guru mengajarkannya dalam bentuk tingkah laku model, bukan dengan hanya menceramahkan/menceritakannya secara lisan. Dengan model tingkah laku ini siswa dapat mengamati dan menirukan apa yang diinginkan oleh guru.

c. Komunikasi Terbuka

Komunikasi terbuka dapat dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan tujuan-tujuan yang diinginkan, bahan pelajaran yang hendak dipelajari, dan kegiatan-kegiatan apa yang ingin dilakukan. Kesempatan itu berarti menyalurkan motivasi siswa untuk belajar lebih baik. Jika hal itu dapat dilakukan, maka berarti siswa akan menjadi lebih termotivasi belajar.

d. Hubungan Pengajaran dengan Masa Depan Siswa

Pelajaran akan dirasakan bermakna bagi diri siswa apabila pelajaran itu dapat dilaksanakan atau digunakan pada kehidupannya sehari-hari di luar kelas pada masa mendatang. Untuk itu, hendaknya guru menyajikan tentang macam-macam gagasan dan tentang macam-macam situasi yang mungkin ditemui oleh siswa pada waktu mendatang. Bila siswa telah menyadari kemungkinan aplikasi pelajaran tersebut maka sudah tentu motivasi belajar akan tergugah dan merangsang kegiatan belajar lebih efektif.


(42)

e. Prasyarat

Guru hendaknya berusaha mengetahui/mengenali prasyarat-prasyarat yang telah dimiliki oleh siswa sebelum memberikan materi pelajaran yang baru. Siswa yang berada pada kelompok yang berprasyarat akan mudah memahami hubungan antara pengetahuan yang sederhana yang telah dimiliki dengan pengetahuan yang kompleks yang akan dipelajari. Berbeda halnya dengan siswa yang belum berprasyarat. Bertitik tolak dari keadaan siswa tersebut, guru akan lebih mudah menyesuaikan pelajarannya sehingga membangkitkan motivasi belajar yang lebih tinggi di kalangan siswa. f. Novelty

Siswa lebih senang belajar bila perhatianya ditarik oleh penyajian-penyajian yang baru (novelty) atau masih asing. Guru

dapat menggunakan berbagai metode mengajar yang bervariasi, berbagai alat bantu, tugas macam-macam kegiatan yang mungkin asing bagi siswa.

g. Latihan dan Praktik yang Aktif dan Bermanfaat

Siswa lebih senang belajar apabila mengambil bagian yang aktif dalam latihan/praktik untuk mencapai tujuan pengajaran. Untuk mengaktifkan siswa mempraktikkan hal-hal yang sedang dipelajarinya, guru dapat menggunakan macam-macam metode, seperti tanya-jawab dan mengecek jawaban rekan-rekannya


(43)

kemudian dilanjutkan dengan diskusi, melakukan simulasi, dan melaksanakan metode tutorial.

h. Latihan Terbagi

Siswa lebih senang belajar jika latihan dibagi-bagi menjadi sejumlah kurun waktu yang pendek. Latihan-latihan secara demikian akan lebih meningkatkan motivasi siswa belajar dibandingkan dengan latihan yang dilakukan sekaligus dalam jangka waktu yang panjang.

i. Kurangi Secara Sistematik Paksaan Belajar

Pada saat mulai belajar, siswa perlu diberikan paksaan atau pemompa. Akan tetapi bagi siswa yang sudah mulai menguasai pelajaran, maka secara sistematik pemompaan itu dikurangi dan akhirnya lambat laun siswa dapat belajar sendiri.

j. Kondisi yang Menyenangkan

Siswa lebih senang melanjutkan belajarnya jika kondisi pengajaran menyenangkan. Maka guru dapat melakukan cara-cara berikut: usahakan jangan mengulangi hal-hal yang telah mereka ketahui karena akan menyebabkan kejenuhan, suasana fisik kelas jangan sampai membosankan, hindari terjadinya frustasi dikarenakan situasi kelas yang tidak menentu atau mengajukan permintaan yang tidak masuk akal, serta hindarkan suasana kelas yang bersifat emosional. Selain itu, guru dapat menyiapkan tugas-tugas yang menantang, menyampaikan hasil-hasil yang telah dicapai siswa, serta


(44)

memberikan ganjaran yang pantas terhadap usaha-usaha yang telah dilakukan.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 97-100), ada beberapa unsur yang mempengaruhi motivasi belajar, seperti berikut:

a. Cita-cita atau Aspirasi Siswa

Setiap siswa pasti memiliki harapan. Harapan dapat dikatakan sebagai cita-cita yang dimiliki oleh seorang siswa. Untuk mencapai cita-cita, siswa pasti akan berusaha untuk mencapainya. Dalam mencapai cita-cita itu banyak usaha yang dilakukan oleh siswa, salah satu contohnya adalah dengan giat belajar. Jadi cita-cita dapat memperkuat motivasi belajar intrinsik maupun ekstrinsik. b. Kemampuan Siswa

Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan untuk mencapainya. Salah satu contohnya adalah seorang anak yang mempunyai keinginan untuk membaca. Maka harus diimbangi dengan kemampuan mengenal dan mengucapkan bunyi huruf-huruf. Jadi dapat dikatakan bahwa kemampuan akan memperkuat motivasi.

c. Kondisi Siswa

Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. Sebagai contohnya yaitu apabila seorang anak dalam keadaan sakit, maka dia tidak mau belajar. Sebaliknya, setelah anak itu sehat dia akan mengejar ketertinggalan


(45)

belajarnya. Apabila seorang anak dalam kondisi marah-marah, maka dia akan susah dalam menerima pelajaran. Jadi kondisi jasmani dan rohani siswa mempengaruhi motivasi belajar.

d. Kondisi Lingkungan Siswa

Siswa berada di lingkungan sekitar yang berbeda-beda. Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan. Dengan lingkungan yang aman, tentram, tertib, dan indah semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.

e. Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar

Dengan dibangunnya lingkungan yang bertambah baik, maka dapat menciptakan kondisi dinamis bagi pebelajar yang sedang berkembang jiwa raganya. Jadi guru profesional diharapkan mampu memanfaatkan surat kabar, majalah, siaran radio, televisi, dan sumber belajar di sekitar sekolah untuk memotivasi belajar seorang siswa.

f. Upaya Guru Membelajarkan Siswa.

Upaya guru untuk memotivasi siswa ada bermacam-macam. Motivasi dapat dilakukan seorang guru pada saat pelajaran berlangsung ataupun sedang di luar pelajaran. Oleh karena itu peran guru cukup banyak untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan indikator motivasi belajar sebagai berikut:


(46)

a. Hasrat untuk belajar b. Minat

c. Cita-cita dan harapan

d. Adanya dorongan dan kebutuhan untuk belajar e. Kegiatan belajar yang menarik

f. Kondisi yang kondusif g. Adanya sebuah hadiah

Anderson, C.R. dan Faust, G.W. (Elida Prayitno, 1989: 10), mengemukakan bahwa motivasi dalam belajar dapat dilihat dari karakteristik tingkah laku siswa yang menyangkut motivasi, ketajaman perhatian, konsentrasi dan ketekunan.

Seperti yang sudah dijelaskan oleh A.M. Sardiman, Oemar Hamalik, Dimyati dan Mudjiono, indikator yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari beberapa pendapat di atas, yang dirangkum dalam ketujuh indikator tersebut. Jadi penulis mengambil beberapa pendapat yang sudah ada sehingga penulis menggunakannya untuk membuat indikator dalam membuat angket motivasi belajar.

C. Tinjauan tentang Pembelajaran IPA

1. Hakikat IPA

Ilmu Pengetahuan Alam sering disebut dengan singkat sebagai sains (science) berasal dari kata latin “Scientia” yang berarti: (a)

pengetahuan tentang atau tahu tentang, dan (b) pengetahuan, pengertian, faham yang benar dan mendalam (Surjani Wonorahardjo, 2010: 11).


(47)

Usman Samatowa (2010: 3) mengemukakan bahwa secara bahasa, IPA dapat diartikan sesuai arti asalnya yaitu dari bahasa Inggris natural

science. Tim IAD UI (2001: 68) mengemukakan bahwa IPA adalah ilmu

yang mempelajari tentang pengungkapan rahasia dan gejala alam, meliputi asal-usul alam semesta dengan segala isinya, termasuk proses, mekanisme, sifat benda maupun peristiwa yag terjadi. Dengan demikian, IPA dipandang sebagai ilmu tentang alam, atau ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini.

H.W Fowler mengemukakan pengertian lain dari IPA, yaitu suatu ilmu yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan induksi (Abdullah Alvy dan Eny Rahma, 2011: 18). Trianto (2010: 36—37) juga menjelaskan bahwa IPA merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen, serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dsb.

Patta Bundu (2006: 10) mengemukakan bahwa pengertian IPA didasarkan pula pada pendekatan empirik dengan asumsi bahwa alam raya ini dapat dipelajari, dipahami, dan dijelaskan yang tidak semata-mata bergantung pada metode kausalitas tetapi melalui proses tertentu, misalnya observasi, eksperimen, dan analisis rasional. Abdullah Alvy dan Eny Rahma (2011: 18) IPA adalah suatu pengetahuan teoritis yang


(48)

diperoleh/disusun dengan cara yang khas/khusus, yaitu melakukan observasi eksperimental, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait-mengait antara cara yang satu dengan cara yang lain. Cara-cara inilah yang disebut dengan metode ilmiah. Dengan demikian, IPA merupakan suatu sistem yang saling berhubungan dari metode-metode atau proses-proses yang digunakan untuk menyelidiki, memahami, menjelaskan alam semesta dan bukan hanya sekedar pengetahuan.

Sains atau IPA merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang terdiri dari fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori yang merupakan produk dari proses ilmiah (Usman Samatowa, 2010: 19). Namun demikian, sains bukanlah hanya sebuah produk, melainkan juga sebagai proses yang menghubungkan sistem, metode, atau proses pengamatan, pemahaman dan penjelasan tentang alam. Untuk lebih jelasnya Carin dan Sund dalam Usman Samatowa (2010: 20) mengemukakan bahwa sains terdiri dari tiga macam, yaitu proses, produk dan sikap.

a. Proses atau metode yang meliputi pengamatan, membuat hipotesis, merancang dan melakukan percobaan, mengukur dan proses-proses pemahaman kealaman lainnya.

b. Produk meliputi prinsip-prinsip, hukum-hukum, teori-teori, kaidah-kaidah, postulat-postulat dan sebagainya.


(49)

c. Sikap, misalnya mempercayai, menghargai, menanggapi, menerima dan sebagainya.

Harlen mengemukakan bahwa terdapat tiga karakteristik utama sains atau IPA yakni:

a. Setiap orang mempunyai kewenangan untuk menguji validitas (kesahihan) prinsip dan teori ilmiah.

b. Memberi pengertian adanya hubungan antara fakta-fakta yang diobservasi yang memungkinkan penyusunan prediksi sebelum sampai pada kesimpulan.

c. Memberi makna bahwa teori sains bukanlah kebenaran yang akhir tetapi akan berubah atas dasar perangkat pendukung teori tersebut (Patta Bundu, 2006: 10).

2. Hakikat Pembelajaran IPA

Dasim Budimansyah (2003: 2) mengemukakan bahwa pembelajaran IPA harus menekankan pada pengalaman langsung. Karena itu, siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses supaya mereka mampu menjelajahi dan memahami dengan seluruh indera, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu mempertimbangkan keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan, menggolongkan, menafsirkan data dan mengkomunikasikan hasil temuan secara beragam, menggali dan memilah informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan dalam memecahkan masalah sehari-hari.


(50)

Pada dasarnya tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Patta Bundu (2006: 18) adalah:

a. Pencapaian sains dari segi produk, proses dan keilmuwan.

b. Dari segi produk, siswa diharapkan dapat memahami konsep-konsep Sains dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari.

c. Dari proses, siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan, dan menerapkan konsep yang diperolehnya untuk menjelaskan dan memecahkan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

d. Dari segi sikap dan nilai siswa diharapkan mempunyai minat untuk mempelajari benda-benda di lingkungannya, bersikap ingin tahu, tekun, kritis, mawas diri, bertanggung jawab dapat bekerja sama dan mandiri, serta mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar sehingga menyadari keagungan Tuhan Yang Maha Esa.

Usman Samatowa (2010: 2) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran IPA hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu anak didik secara ilmiah. Dengan demikian, pembelajaran IPA dapat membantu mereka mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban atas dasar bukti serta mengembangkan cara berpikir ilmiah. Hal ini sesuai dengan pendapat Vessel mengenai pengertian sains atau IPA dalam Patta Bundu (2006: 9) science is what scientists do.

Science is an intellectual search involving inquiry, rational though, and


(51)

berarti bagi peserta didik terutama untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya. Cullingford mengemukakan bahwa dalam pembelajaran IPA anak harus diberi kesempatan untuk mengembangkan sikap ingin tahu dan berbagai penjelasan logis. Hal ini tentunya penting, agar siswa tidak hanya dijejali dengan teori saja tanpa mengetahui proses dari teori tersebut dapat terbentuk sehingga siswa bukan hanya menghafal teori tetapi memahami.

Lebih lanjut, Calxton mengemukakan pendapatnya bahwa pembelajaran sains dapat ditingkatkan, bila anak dapat berkelakuan seperti seorang ilmuwan bagi diri mereka sendiri, dan jika mereka diperbolehkan dan didorong untuk melakukan hal itu. Mereka dapat memahami materi lebih mudah dan menyenangkan melalui pengalaman-pengalaman mereka menjadi ilmuwan (Usman Samatowa, 2010: 9). Aspek pokok dalam pembelajaran IPA adalah anak dapat menyadari keterbatasan pengetahuan mereka, memiliki rasa ingin tahu untuk menggali berbagai pengetahuan baru, dan akhirnya dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka.

Sudjoko (1983: 65) mengemukakan bahwa menggunakan IPA sebagai alat belajar siswa, mempunyai makna bahwa harus menganut filosofis “Science as a process” yang dituangkan ke dalam cara-cara

bagaimana memberi bantuan kepada siswa untuk memecahkan persoalan-persoalan IPA yang dihadapi dalam belajar. Oleh karena itu, guru mempunyai peranan penting sebagai pembimbing siswa dalam


(52)

belajar. Beberapa aspek penting yang dapat diperhatikan guru dalam memberdayakan anak melalui pembelajaran IPA adalah (Usman Samatowa, 2010: 10): (1) Pentingnya memahami bahwa pada saat memulai kegiatan pembelajarannya, anak memiliki banyak konsepsi, pengetahuan yang relevan dengan apa yang mereka pelajari, (2) Aktivitas anak melalui berbagai kegiatan nyata dengan alam menjadi hal utama dalam pembelajaran IPA, (3) Kegiatan bertanya merupakan bagian yang penting, dan (4) Memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam menjelaskan suatu masalah.

D. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Siswa sekolah dasar merupakan individu yang unik. Keunikan tersebut dikarenakan pada masa usianya yang masih pada masa perkembangan, baik secara kognitif, afektif, maupun secara psikomotor.

Menurut Tirtarahardja dan La Sulo (Dwi Siswoyo, dkk. (2008: 88) menyebutkan ciri khas siswa Sekolah Dasar sebagai berikut :

1. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikhis yang khas, sehingga merupakan insan yang unik. Maksudnya ia sejak lahir telah memiliki potensi-potensi yang berbeda dengan individu lain yang ingin dikembangkan dan diaktualisasikan.

2. Individu yang sedang berkembang, yakni selalu ada perubahan dalam diri peserta didik secara wajar baik yang ditujukan kepada diri sendiri maupun ke arah penyesuaian dengan lingkungan.


(53)

3. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi. Maksudnya adalah maupun ia adalah makhluk yang berkembang punya potensi fisik dan psikhis untuk bisa mandiri, namun karena belum dewasa maka ia membutuhkan bantuan dan bimbingan dari pihak lain sesuai kodrat kemanusiaanya.

4. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri. Hal ini dikarenakan bahwa di dalam diri anak ada kecenderungan untuk memerdekakan diri, sehingga mewajibkan bagi pendidik dan orang tua untuk setapak demi setapak memberikan kebebasan kepada anak dan pada akhirnya pendidik mengundurkan diri.

Sedangkan menurut Rita Eka Izzaty, dkk, (2008: 116-117) menyebutkan ciri-ciri khas siswa kelas tinggi sebagai berikut:

a. perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis setiap hari, b. ingin tahu, ingin belajar dan realistis,

c. timbul motivasi kepada pelajaran-pelajaran khusus,

d. anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah,

e. anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.

Penjabaran di atas merupakan suatu ciri-ciri yang melekat pada diri siswa. Dengan demikian seorang guru dapat memahami kekurangan dan kelebihan siswanya. Guru secara lebih rinci dapat mengetahui bagaimana


(54)

mereka berfikir, bagaimana mereka memandang suatu konsep, serta apa yang mereka butuhkan pada tahap perkembangannya sekarang. Pengetahuan ini dapat menjadi “senjata” bagi guru dalam menyiapkan dirinya sebelum ia terjun dalam proses belajar mengajar, seperti mempelajari keterampilan dasar seorang guru. Guru juga dapat mengembangkan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan siswanya. Dengan demikian akan menciptakan proses belajar mengajar yang berkualitas.

Dari penjabaran di atas, maka kita dapat mengetahui apa yang mereka butuhkan, mengetahui bagaimana mereka berfikir, dan mengetahui bagaimana mereka bertindak (tingkah lakunya). Dengan demikian akan memberikan gambaran peneliti mengenai subjek penelitian ini. Sehingga diharapkan akan meminimalisir kesalahan-kesalahan dalam penelitian.

E. Penelitian yang Relevan

Skripsi oleh Erma Masruroh dengan judul “Penerapan Metode Reward

and Punishment sebagai Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dalam

Pembelajaran Akidah Akhlak Kelas VIII C MTs Negeri Ngemplak Sleman”. Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas secara kolaboratif yang menerapkan reward dan punishment untuk meningkatkan motivasi

belajar siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa meningkat setelah diberikan reward dan punishment. Berdasarkan hasil


(55)

angket terjadi peningkatan motivasi belajar siswa dari siklus 1 sampai siklus III, yaitu siklus I 73,75%, siklus II 76,15&, dan siklus III 80,12%.

F. Kerangka Pikir

Peran guru dalam pembelajaran sangat penting demi tercapainya tujuan pembelajaran. Guru merupakan unsur pembelajaran yang mempunyai kontak langsung dengan siswa. Keterampilan guru sangat berpengaruh terhadap kegiatan pembelajaran sehingga harus menjadi keterampilan dasar yang melekat pada diri seorang pendidik. Salah satu keterampilan itu adalah keterampilan memberikan reward (penguatan positif).

Motivasi belajar dianggap sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa. Mengingat Ilmu Pengetahuan Alam yang mencakup materi yang banyak/padat, membuat Ilmu Pengetahuan Alam tidak disukai oleh siswa dan siswa menjadi malas belajar. Motivasi yang lemah membuat siwa kurang bersemangat dalam belajar, sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai. Berbeda dengan siswa yang mempunyai motivasi tinggi, mereka akan senang dan lebih bersemangat lagi dalam belajar. Salah satu cara meningkatkan motivasi adalah dengan memberikan penghargaan/reward.

Berdasarkan uraian di atas, maka pembuktian secara ilmiah keberadaan teori di atas melalui suatu penelitian sangat diperlukan. Untuk maksud tersebut, maka penulis melakukan sebuah penelitan tentang pengaruh

reward terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu


(56)

G. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir di atas, diperoleh suatu hipotesis penelitian. Hipotesis penelitian ini adalah :

1. Hipotesis kerja (Ha)

Terdapat Pengaruh Pemberian Reward terhadap Motivasi Belajar Ilmu

Pengetahuan Alam Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah Piyaman Wonosari Gunungkidul Tahun Ajaran 2016/2017.

2. Hipotesis nol (Ho)

Tidak terdapat Pengaruh Pemberian Reward terhadap Motivasi Belajar Ilmu

Pengetahuan Alam Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah Piyaman Wonosari Gunungkidul Tahun Ajaran 2016/2017.


(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian pendekatan kuantitatif ditinjau dari wujud data dan teknik analisisnya. Pendekatan ini termasuk pendekatan eksperimental jika ditinjau dari timbulnya variabel, dan penelitian ini termasuk penelitian eksperimen .

Menurut Sugiyono (2010: 14) metode penelitian kuantitatif diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara acak, pengumpulan data bersifat kuantitatif (statistik) dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

B. Desain Penelitian

Terkait rumusan masalah yang mengujikan hubungan kausal (pengaruh) maka metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental. Sugiyono (2012: 34) mengatakan bahwa bila ingin mengetahui pengaruh perlakuan (treatment) tertentu terhadap yang lain, untuk

kepentingan ini metode eksperimen paling cocok digunakan.

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen. Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen. Sugiyono (2007:114), menyatakan quasi eksperimen adalah metode yang mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi eksperimen. Quasi eksperimen


(58)

digunakan karena pada kenyataannya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian. Dasar lain peneliti menggunakan desain quasi eksperimen karena penelitian ini termasuk penelitian sosial dimana penelitian sosial dengan subjek yang diukur adalah manusia. Manusia tidak dapat sepenuhnya dikontrol dari pengaruh variabel bebas lainnya.

Bentuk desain quasi eksperimen yang merupakan pengembangan dari

True Experimental Design yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Nonequivalent Control Group Design”. Dalam desain ini terdapat dua

kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kemudian diberi pretest kepada kedua kelompok tersebut untuk mengetahui keadaan

awal, adakah perbedaan antara kelompok kontrol dan eksperimen. Hasil

pretest yang baik adalah apabila nilai kedua kelompok tidak berbeda secara

signifikan. Kelompok pertama dengan perlakuan pembelajaran. Kelompok pertama dengan pembelajaran yang dilakukan dengan pemberian reward (�1)

disebut kelompok eksperimen dan kelompok kedua dengan pembelajaran konvensional disebut kelompok kontrol.

O

1

X

O

2

O

3

O

4

Gambar 1. Desain Penelitian Keterangan

O1 : hasil pretest kelompok eksperimen

O2 : hasil posttest kelompok eksperimen


(59)

O4 : hasil posttest kelompok kontrol

X : perlakuan (treatment)

Suharsimi Arikunto (2006:134), menyatakan subjek yang kurang dari 100 lebih baik dijadikan subjek penelitian sebagai penelitian populasi. Namun subjek yang lebih dari 100 maka dapat menggunakan sampel. Dengan jumlah total 40 siswa, penelitian ini termasuk penelitian populasi.

Populasi tersebut adalah kelas IV SD Muhammadiyah Piyaman Wonosari yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas IV A dengan jumlah 20 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas IV B dengan jumlah 20 siswa sebagai kelas kontrol.

C. Subjek Penelitian

Suharsimi Arikunto (2010: 152) menyebutkan “… subjek penelitian pada umumnya manusia atau apa saja yang menjadi urusan manusia”. Dalam penelitian ini, subjek penelitian yang akan digunakan adalah seluruh siswa kelas IV A dan B SD Muhammadiyah Piyaman Wonosari Gunungkidul tahun ajaran 2016/2017 dengan jumlah siswa 40 siswa. Adapun kriteria subjek penelitian sebagai berikut:

1. Siswa kelas IV SD Muhammadiyah Piyaman Wonosari, Gunungkidul, dengan mempertimbangkan latar belakang penelitian dimana masalah terjadi di kelas tersebut, yaitu belum diketahuinya pengaruh reward

terhadap motivasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam.

2. Seluruh siswa kelas IV SD Muhammadiyah PiyamanWonosari, Gunungkidul memenuhi syarat untuk dijadikan subjek penelitian.


(60)

D. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu, variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent). Variabel

bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menimbulkan sebab terhadap variabel terikat, sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau sebagai akibat oleh variabel bebas (Sugiyono, 2012:61). Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat dua variabel yaitu:

1. Variabel bebas (independent) adalah reward.

2. Variabel terikat (dependent) adalah motivasi belajar siswa kelas IV SD

Piyaman Wonosari, Gunungkidul . E. Definisi Operasional Variabel

1. Reward adalah suatu hal yang positif yang diperoleh anak karena anak

telah menunjukkan suatu perbuatan yang baik. Adapun indikator reward

yakni; (1) pujian (ucapan bagus, hebat, pintar dan benar, serta isyarat menunjukkan jempol, menepuk bahu, dan tepuk tangan), (2) penghormatan (muncul berupa penobatan kelompok terbaik dan siswa dengan nilai evaluasi terbaik), (3) hadiah (pensil dan penghapus) dan (4) tanda penghargaan (stiker bintang).

2. Motivasi belajar IPA adalah daya penggerak atau pendorong yang ada di dalam setiap siswa maupun di luar siswa untuk melakukan sesuatu demi mencapai tujuan. Adapun indikator motivasi dalam penelitian ini adalah; hasrat untuk belajar, minat, cita-cita dan harapan, adanya dorongan


(61)

kebutuhan untuk belajar, kegiatan belajar yang menarik, kondisi yang kondusif, adanya sebuah hadiah.

F. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SD Muhammadiyah Piyaman Wonosari, Gunungkidul dengan penelitian tentang pengaruh reward ini

dilaksanakan pada bulan Juli 2016. G. Prosedur Eksperimen

Prosedur yang diambil peneliti dalam melakukan penelitian eksperimen adalah sebagai berikut :

1. Melakukan observasi awal dan melakukan wawancara terhadap guru mengenai proses pembelajaran IPA di SD Muhammadiyah Piyaman Wonosari Gunungkidul.

2. Pembuatan instrumen penelitian, yang kemudian dikonsultasikan kepada dosen ahli.

3. Melakukan koordinasi dengan SD Muhammadiyah PiyamanWonosari, Gunungkidul, untuk menentukan waktu pelaksanaan penelitian.

4. Merancang pembelajaran (RPP) yang akan digunakan dalam penelitian. 5. Rancangan pembelajaran (RPP) selanjutnya dikonsultasikan kepada guru

kelas IV SD Muhammadiyah Piyaman Wonosari, Gunungkidul. 6. Melakukan kegiatan pretest sebelum melakukan treatment.

7. Pretestataupun posttest dalam penelitian ini bukan seperti halnya test


(62)

sebelum treatment untuk pretest, dan pengukuran kondisi akhir setelah

treatment untuk posttest.

8. Melakukan treatment terhadap kelas IV SD Muhammadiyah Piyaman

Wonosari, Gunungkidul dengan melakukan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dikonsultasikan kepada guru kelas IV. Dengan materi yang telah disesuaikan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Treatment ini dilaksanakan selama 3 pertemuan.

9. Selama melakukan treatment, peneliti melakukan observasi berdasarkan

lembar observasi penguatan yang telah dibuat dan digunakan sebagai instrumen.

10. Melakukan posttest setelah selesai melakukan treatment.

11. Melakukan analisis data. Analisis data dilakukan dengan analisis data deskriptif yaitu dengan mendeskripsikan data yang terkumpul menggunakan tabel dan diagram.

12. Membuat kesimpulan berdasarkan pembahasan. H. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

1. Metode Pengumpulan Data

Suharsimi Arikunto (2010: 100-101) mengatakan bahwa metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.“Cara” menunjuk pada suatu yang abstrak, tidak dapat diwujudkan dalam benda yang kasat mata, tetapi hanya dapat dipertontonkan penggunaannya. Terdaftar sebagai metode-metode penelitian adalah: angket (questionnaire), wawancara atau interviu


(63)

(interview), pengamatan (observation), ujian atau tes (test), dokumentasi

(documentation), dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini metode

pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah kuesioner dan observasi. Hal ini didasari pendapat Sugiyono (2012: 203) yang

mengemukakan bahwa observasi digunakan diantaranya bila objek penelitian bersifat perilaku manusia dan responden yang diamati tidak terlalu besar.

2. Instrumen Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 101) instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Beliau juga mengemukakan bahwa “…pemilihan satu jenis metode pengumpulan data kadang-kadang dapat memerlukan lebih dari satu jenis instrumen. Sebaliknya, satu jenis instrumen dapat digunakan untuk berbagai macam metode”. Peneliti dalam penelitian ini menggunakan dua instrumen pengumpulan data, yakni: lembar observasi dan skala sikap.

a. Perencanaan

1) Lembar observasi pelaksanaan reward oleh guru.

Lembar observasi berguna untuk melihat berbagai reward yang


(64)

Table 1. Kisi-Kisi Lembar Observasi Pelaksanaan Reward oleh Guru

Aspek Indikator

Reward Pujian

Penghormatan Hadiah

Tanda Penghargaan

2) Skala (scale)

Skala berguna untuk memperoleh data mengenai hal-hal yang menjadi aspek motivasi belajar siswa dalam pembelajaran. Dalam kaitannya dengan motivasi siswa terhadap pembelajaran IPA, maka kisi-kisi skala motivasi belajar IPA pada siswa disusun berdasarkan indikator sebagai berikut:

a) Hasrat untuk belajar b) Minat

c) Cita-cita dan harapan

d) Adanya dorongan dan kebutuhan untuk belajar e) Kegiatan belajar yang menarik

f) Kondisi yang kondusif g) Adanya sebuah hadiah


(65)

Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen Motivasi Siswa

No Indikator Nomor

Item

Jumlah item 1 Hasrat untuk belajar. 1, 2, 3, 4,5,6 6

2 Minat. 7,8, 9, 10 5

3 Cita-cita dan harapan. 11, 12, 13, 14 5 4 Adanya dorongan dan kebutuhan

untuk belajar. 15, 16, 17, 18 4 5 Kegiatan belajar yang menarik. 19, 20, 21 4 6 Kondisi yang kondusif. 22, 23, 24, 25 4 7 Adanya sebuah hadiah dan hukuman. 26, 27, 28, 29,

30, 31, 32 7 Total

35 b. Penyusunan

Proses penusunan ini merupakan proses pembuatan skala sikap dengan jumlah yang telah ditetapkan dalam kisi-kisi. Skala sikap disajikan dalam bentuk skala Likert yang telah dimodifikasi sehingga memiliki empat alternatif pilihan yaitu; sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, dan sangat tidak sesuai dengan bobot jawaban sebagai berikut: 1) Sangat sesuai : diberikan skor 4

2) Sesuai : diberikan skor 3 3) Tidak sesuai : diberikan skor 2 4) Sangat tidak sesuai : diberikan skor 1


(66)

Peneliti dalam skala sikap menggunakan pernyataan yang bersifat positif, sehingga tidak ada penyekoran untuk butir pernyataan negatif.

c. Uji Coba Instrumen

Uji oba instrumen dimaksudkan untuk mendapatkan data yang diharapkan. Sehingga bisa meminimalisir kemungkinan terjadinya kesalahan peneliti dalam menyimpulkan hasil penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Analisis Reability.

Duwi Priyatno (2012: 177) mengatakan bahwa Analisis Reability

digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur berupa kuesioner, skala, atau angket; apakah alat ukur tersebut akan mendapatkan pengukuran yang tetap konsisten jika pengukuran diulang kembali. Selain itu, analisis ini digunakan unuk mengukur validitas item butir pertanyaan dengan teknik Corrected Item Total Corelation, yaitu

mengorelasikan antara skor item dengan total item, kemudian melakukan korelasi terhadap nilai koefisien korelasi.

1) Uji Validitas Instrumen Penelitian

Validitas internal instrumen yang berupa test harus

memenuhi validitas konstruksi dan validitas isi. Sedangkan instrumen yang nontest yang digunakan untuk mengukur sikap

cukup memenuhi validitas konstruksi (Sugiyono, 2012: 176). Instrumen skala sikap dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengukur motivasi siswa. Oleh karena itu dalam uji


(67)

validitasnya menggunakan validitas konstruksi. Sugiyono (2012: 177) mengatakan bahwa untuk menguji validitas konstruk, dapat digunakan pendapat dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Setelah dikonsultasikan dengan ahli, selanjutnya instrumen diujicobakan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan bantuan program SPSS for Windows dalam

menganalisis data yang diperoleh dari uji coba instrumen.

Setelah skala sikap diujicobakan kepada 23 siswa di SD N Widoro Yogyakarta dan data yang diperoleh diolah menggunakan bantuan SPSS for Windows, diperoleh hasil butir yang valid

sebanyak 32 butir dan butir yang tidak valid sebanyak 3 butir yakni butir soal nomor 7, 13, dan 17 (perhitungan validias dapat dilihat pada lampiran). Butir yang valid digunakan dalam penelitian ini, sedangkan butir yang tidak valid dihilangkan. Secara terperinci butir yang valid dan tidak valid disajikan pada tabel berikut.


(68)

Tabel 3. Pemetaan Butir Instrumen Skala Sikap Motivasi

No Indikator

Nomor Item

Jumlah item

Valid Tidak Valid 1 Hasrat untuk

belajar. 1, 2, 3,

4,5,6 6

Ada 6 butir, yaitu no

1-6

Tidak ada

2

Minat. 7,8, 9,

10, 11 5

Ada 4 butir, yaitu no 8-11 Ada 1 butir, yaitu no 7

3 Cita-cita dan harapan. 12, 13, 14, 15, 16 5 Ada 4 butir, yaitu no 12, 14, 15,

16

Ada 1 butir, yaitu no

13

4 Adanya dorongan dan kebutuhan untuk belajar.

17, 18, 19,

20 4

Ada 4 butir, yaitu no

18-20

Ada 1 butir, yaitu no

17

5 Kegiatan belajar yang menarik.

21, 22, 23,

24 4

Ada 4 butir, yaitu no 21-24 Tidak ada 6 Kondisi yang

kondusif. 25, 26, 27,

28 4

Ada 4 butir, yaitu no 25-28 Tidak ada

7 Adanya sebuah hadiah dan hukuman.

29, 30, 31, 32, 33, 34, 35

7 Ada 7 butir, yaitu no

29-35

Tidak ada


(69)

Hasil interpretasi valid atau tidaknya butir skala di atas diambil berdasarkan pendapat Azwar (Duwi Priyatno, 2012: 184) yang mengatakan bahwa semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya dianggap memuaskan. Jadi item yang memiliki koefisien korelasi di bawah 0,30 dianggap tidak valid.

2) Uji Reabilitas Instrumen Penelitian

Uji reabilitas instrumen ditujukan untuk mengetahui konsistensi atau keajekan instrumen dalam memperoleh data. Suharsimi Arikunto (2012: 180) mengatakan bahwa untuk instrumen yang dapat diberi skor dan skornya bukan 0 dan 1, uji coba dapat dilakukan dengan teknik “sekali tembak” yaitu diberi satu kali saja kemudian hasilnya dianalisis dengan rumus alpha.

Dalam perhitungannya peneliti menggunakan bantuan SPSS

for Windows, sedangkan pengkategorian reliabel atau tidaknya


(70)

187) yang mengatakan bahwa reabilitas kurang dari 0,6 kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan di atas 0,8 adalah baik.

Hasil uji reabilitas untuk skala sikap motivasi belajar siswa yang dilakukan diSD N Widoro Yogyakartadan setelah dilakukan perhitungan dengan bantuan SPSS for Windows maka dapat

dikeahui nilai reabilitas butir variabel motivasi belajar siswa dengan nilai koefisien Alpha sebesar 9,17. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa instrumen penelitian reliable dan pada taraf

kepercayaan baik (di atas 0,8). I. Teknik Analisis Data

Data hasil observasi dianalisis menggunakan analisis deskriptif berdasar pada Sugiyono (2012: 208) penelitian yang dilakukan pada populasi (tanpa diambil sampelnya) jelas akan menggunakan statistik deskriptif dalam analisisnya.

Termasuk dalam statistik deskriptif antara lain adalah penyajian data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, piktogram, perhitungan modus, median, mean (pengukuran tendensi sentral), perhitungan desil, persentil, perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dan standar deviasi, perhitungan persentase (Sugiyono, 2012: 208).

Data yang diperoleh peneliti dari lapangan dianalisis dengan perinciannya adalah sebagai berikut:


(71)

Intensitas pelaksanaan reward menjadi aspek yang peneliti pilih

sebagai tolak ukur. Sesuai kisi-kisi yang telah dibuat terdapat 4 komponen

reward. Frekwensi masing masing komponen yang muncul disajikan

dalam persentase. Dengan demikian diperoleh rumus hasil observasi

reward yang diberikan oleh guru yang dinyatakan dalam persentase,

sebagai berikut:

�������������� = ����������ℎ��������������

����������ℎ��������������� � 100%

2. Hasil Skala Motivasi Belajar terhadap Siswa

Dalam penelitian ini, peneliti hanya bertujuan membandingkan rata-rata yang diperoleh pada saat pretest dengan rata-rata yang diperoleh

pada saat posttest. Sugiyono (2012: 209) mengatakan “…membandingkan

dua rata-rata atau lebih tidak perlu diuji signifikansinya. Jadi secara teknis dapat diketahui bahwa, dalam statistik deskriptif tidak ada uji signifikansi,…”

Analisis data statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan data yang telah terkumpul tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2012: 207-208).


(1)

28. Saya akan lebih giat belajar untuk mendapatkan hadiah/ penghargaan dari orang tua atau guru atas prestasi yang saya capai.

a. Sangat sesuai c. Tidak sesuai

b. Sesuai d. Sangat tidak sesuaif

29. Saya mengerjakan semua tugas yang diberikan oleh guru karena saya ingin mendapatkan nilai yang paling baik dari guru.

a. Sangat sesuai c. Tidak sesuai

b. Sesuai d. Sangat tidak sesuai

30. Meskipun saya merasa sangat kesulitan untuk mengerjakan suatu tugas, saya tetap menunjuk kepada guru bahwa saya telah mencoba dan berusaha dengan keras untuk mengerjakan tugas.

a. Sangat sesuai c. Tidak sesuai

b. Sesuai d. Sangat tidak sesuai

31. Saya mengerjakan semua tugas yang diberikan oleh guru dengan sebaik-baiknya agar tidak mendapatkan hukuman dari guru atau pihak sekolah.

a. Sangat sesuai c. Tidak sesuai

b. Sesuai d. Sangat tidak sesuai

32. Saya selalu memperhatikan pada saat guru sedang memberikan pelajaran agar tidak mendapatkan hukuman.

a. Sangat sesuai c. Tidak sesuai


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)