Tokoh dan penokohan Unsur Intrinsik Novel Geni Jora
59
para gadis tergila-gila. Selain itu, ia juga digambarkan sebagai sosok yang gemar minum-minuman keras, seperti pada kutipan berikut ini:
―…..Aktivitas intelektual yang cukup bergengsi di Taqiyeh, itu saja sudah membuat para perempuan yang ada di majelisnya
saling mmeremas jemari, setiap kali Zakky melontarkan humor di antara kajian-kajian
seriusnya……. Masih banyak kelebihan yang ia
miliki.‖
GJ. h.160
……kegemaran Zakky minum khamar dan berganti-ganti
pasangan. Semua yang kemilau menjadi pudar dan kusam oleh tingkah laku yang tak terpuji.
‖
GJ. h.148
Sifat Zakky yang gemar minum-minuman keras dan berganti- ganti pasangan ini sangat bertolak belakang dengan latar belakang
keluarganya yaitu pemilik pesantren terkenal. Di mana seharusnya sebagai putra pemilik pesantren ia sersikap baik, alim, dan mentaati
ajaran agamnya, tidak suka berganti-ganti pasangan dan tidak suka minum-minuman keras. Pada cerita ini pun Zakky digambarkan
sebagai sosok yang pecemburu dan tidak bisa menahan emosinya. Seperti pada kutipan berikut:
―Kalian bersekongkol untuk melecehkanku ya? Berkonspirasi untuk menghianatiku? Dasar para penghianat
Kursi ditendang. Meja dilantakkan, buku berhamburan. Kamarku banjir makian.
GJ. h.181
Pengarang membuat sosok Zakky yang tidak mudah terbawa emosi dan pecemburu ini menjadi sosok yang lemah dan selalu
mengalah jika dihadapkan dengan kekasihnya Kejora. Seolah pengarang ingin menyampaikan bahwa bukan hanya laki-laki saja
yang bisa mengendalikan situasi keadaan. Perempuan pun bisa melakukannya. Ini ditunjukkan dari tokoh Kejora yang tidak mau
mengalah pada siapa saja, dan tokoh Zakky yang seakan lemah dan patuh di hadapan perempuan Kejora.
―Aku tidak akan poligami. Ini janjiku. Jika aku mengingkarinya, kau boleh melalukan hal yang
sama. Dan itu adalah hukuman paling menyakitkan untukku. Aku tidak siap. Dan tidak akan pernah siap menyaksikan kau dengan yang
lain, Jora. Aku ingin kau hanya untukku. Selamanya‖
GJ. h. 260
60
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa Zakky adalah seorang yang pandai dan cerdas. Ia memiliki sifat playboy karena dia suka
berganti-ganti pasangan. Tetapi setelah bertemu dengan Kejora dia sudah tidak suka meladeni perempuan yang mendekatinya lagi. Mau
mengalah, walaupun Zakky adalah seorang laki-laki tetapi ia tidak sungkan untuk mengalah pada kekasihnya Kejora. Selain itu Zakky juga
seorang yang mudah cemburu, mudah terbawa emosi.
3. Elya Huraibi Elya diceritakan sebagai sahabat baik Kejora. Ia digambarkan
sebagai seorang yang perhatian dan penyayang terutama terhadap Kejora. Ia sangat terkesan dengan kecerdasan yang dimiliki oleh
Kejora. Ia juga tak segan-segan memperlihatkan kekagumannya tersebut kepada Jora. Pengarang menggambarkan penokohan secara
dramatic. Elya digambarkan sebagai sahabat yang sangat setia kawan. Ia selalu ada di samping Kejora dan selalu mendengarkan cerita Kejora
mengenai keadaan keluarganya dan sistem patriarki yang selalu ditanamkan dalam keluarganya. Elya digambarkan sebagai perempuan
yang tegas, perhatian dan penyayang, seperti pada kutipan berikut: ―Seperti seorang kaka yang penuh perhatian. Elya senantiasa
mendorongku untuk maju dengan kritik dan pujian. Ia mengkritikku dengan luapan kasih saying dan memujiku hampir setiap waktu.
Kadang, aku merasa, Elya lebih memperhatikanku daripada dirinya sendiri.
‖ Kejora menggambarkan Elya sebagai sosok yang begitu perhatian dan penuh kasih sayang. Selain itu ia juga sangat mengagumi
kepintaran dan kecerdasan Kejora. Elya selalu ada di sisi Kejora saat ia senang atau pun saat Kejora sedang sedih, ia akan menjadi pendengar
yang selalu bisa menenangkan hati Kejora. Elya juga digambarkan sebagai seorang yang cuek tidak peduli
atas gosip yang terjadi mengenai dirinya. Ini terbukti ketika ia dan Kejora digosipkan memiliki hubungan khusus melebihi perteman. Ia
61
tidak mengambil pusing gosip tersebut dan membiarkannya hilang dengan sendirinya, seperti pada kutipn berikut:
―……beberapa kakak kelas enam terus menanyaiku‖ ―Masa? Siapa mereka?‖
―Diantaranya ka Lubna dan ka Sekha,‖ ―Mereka menanyakan persahabatan kita atau gosip murahan?‖
―Gosip murahan‖ katanya ―lalu kujawab dengan gosip mahalan.‖ Lanjut Elya, sambil terus menerus tertawa.
GJ. h.127
Dari kutipan di atas, pengarang menjelaskan bahwa Elya Huraibi tidak pernah menanggapi gosip yang mengatakan bahwa ia dan Kejora
merupakan pasangan Lesbi. Ini bertentangan karena sangatlah wajar jika Elya berusaha menepis gosip yang menimpanya. Gosip tersebut
telah mencemarkan nama baiknya dan juga teman dekatnya dan seharusnya Elya melakukan pencegahan agar gossip itu tidak semakin
menjadi dan bukan malah membiarkannya begitu saja. Penggambaran tokoh Elya mendukung terbentuknya tema dalam
novel Geni Jora. Sikap dan pemikiran-pemikirannya Elya yang yang selalu mendukung pandangan Kejora. Penggambaran tokoh Elya
diceritakan semuanya oleh Kejora.
4. Bianglala Bianglala atau sering disebut Lola ini merupakan kakak kandung
Kejora. Pengarang menghadirkan Lola ketika Kejora mendapatkan perlakuan tidak adil di lingkungan rumahnya. Lola dan Jora sama-sama
tidak mendapatkan kebebasan di dalam rumahnya sendiri. Porsi penceritaan Lola sendiri pun tidak terlalu banyak. Lola digambarkan
secara analitik oleh Kejora sebagai perempuan yang memiliki wajah cantik, seperti kutipan berikut:
― Bianglala. Seperti pelangi sore hari, saat matahari bersinar di sebelah barat dan hujan turun di sebelah
timur. Ia adalah spectrum besar yang melengkung oleh terurainya cahaya yang menembus rintik hujan. Merah, jingga, kuning, hijau, biru,
dan ungu. Indah nian penampilanmu Lola.‖
GJ. h.212
62
Dari kutipan di atas terlihat bahwa Bianglala mempunyai keindahan rupa yang sangat mempesona. Tidak hanya berwajah cantik,
Lola juga merupakan orang yang professional dalam mengerjakan pekerjaannya. Ketika ia medapatkan sebuah pekerjaan ia akan
menyelesaikannya tanpa menunda-nundanya. Terbukti pada kutipan berikut:
―……Sorry ya Zak, ini uang honorariummu dan lain lain. Tinggal tanda tangan, ayo silakan
―Acara masih besok kenapa terburu-buru?‖ ―Aku ingi segala sesuatunya beres lebih awal. Nggak apa-apa
kan?‖
GJ. h. 263
Dari kutipan di atas, terlihat jelas bahwa Lola memiliki sikap yang bertanggungjawab terhadap pekerjaannya. Bertentangan dengan
kebiasaan dalam kultur patriarki. Dalam GJ Abidah menawarkan tokoh- tokoh perempuan yang berpendidikan dan memiliki pekerjaan di area
publik.
5. Asaav Muscovic Asaav Muscovic adalah sahabat baik Zakky yang merupakan
seorang mualaf keturunan Yahudi. Pengarang menggambarkan Asaav secara analitik melalui tokoh Kejora sebagai seorang yang ramah dan
suka dengan humor. Seperti pada kutipan berikut: ―Biasanya orang
Yahudi pintar dalam berdagang dan pelitnya minta ampun. Tetapi Asaav lain. Ia membawa sebagian kebiasaan bangsa Yahudi yang suka
humor .‖
GJ. h.175
Penggambaran sikap Asaav yang memiliki humor juga terlihat secara dramatik ketika ia sering melontarkan humor-humor
segar yang membuat suasana nyaman jika beradadi dekatnya. Pengarang menggambarkan penokohan Asaav secara dramatik
sebagai seorang yang tidak mudah terbawa emosi. Ini terbukti ketika Zakky yang memukulnya bertubi-tubi karena kesalahpahaman. Ia tidak
membalasnya. Seperti pada kutipan berikut: ―tersinggung dan malu
oleh sindiran Asaav. Lebih malu lagi karena Asaav tidak membalasnya,
63
tak meladeni kemarahan yang kekanak-kanakan.‖
GJ. h. 225
Kutipan tersebut menjelaskan bahwa sikapnya yang tidak mudah terbawa emosi
ini tidak sesuai dengan penggambaran orang-orang Yahudi yang biasanya pelit dan mudah terbawa emosi.
Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa Asaav merupakan orang yang memiliki humor dan tidak mudah terbawa emosi.
b. Tokoh Antagonis 1 Nenek
Nenek adalah tokoh yang menerapkan sistem patriarki dalam keluarga
Kejora. Tokoh
neneklah yang
selalu menempatkan
perempuan sebagai kelas dua, inferior, dan harus selalu mengalah dalam hubungannya dengan laki-laki sangat jelas.
Pandangan nenek Kejora yang mengatakan, ―Perempuan harus
selalu mengalah, sebab jika perempuan tidak mau mengalah, dunia ini akan jungkir balik berantakan seperti pecahan kaca. Tidak ada laki-
laki yang mau mengalah. Laki-laki selalu ingin menang dan menguasai kemenangan
,‖
GJ. h. 81
kutipan tersebut menunjukkan begitu kuatnya ideologi patriarki menguasai tatanan kehidupan ini.
Tokoh nenek digambarkan secara dramatik sebagai sosok yang pasrah menerima apa adanya apa pun yang terjadi pada dirinya, seperti
pada kutipan berikut: ―Jadi selama ini nenek selalu mengalah?‖
―Itulah yang harus nenek lakukan, cucu.‖ ―Pantas nenek tidak pernah diperhitungkan.‖
―Diperhitungkan?‖ nenek terlonjak ―Benar. Nenek tidak pernah diperhitungkan. Nenek tahu kenapa?‖
―Apa sebabnya, cucu?‖ ―Sebab nenek telah mematok harga mati, dan harga mati nenek
adalah kekalahan. Siapakah yang mau memperhitungkan pihak yang
kalah?‖
GJ. h. 82
Sikap pasrah dan selalu mengalah dari kaum laki-laki itu terjadi karena nenek sangat menjunjung tinggi budaya patriarki. Itu juga ia
64
terapkan dalam cara mendidik anggota keluarga laki-laki dan perempuan. Pada dasarnya setiap anak berhak mendapatkan perlakuan
dan didikan yang sama tanpa menimbang-nimbang apakah ia anak laki- laki
atau perempuan.
Akan tetapi
dalam novel
ini nenek
memperlakukan cucu perempuan dan laki-lakinya dengan berbeda. Membuat kecemburuan terjadi pada pihak yang merasa dinomorduakan.
2 Sonya Al-Katiri dan Namya Al-Katiri Sonya Al-Katiri dan Namya Alkatiri adalah teman Kejora saat ia
masih di pesantren. Sonya dan Namya digambarkan secara dramatik sebagai perempuan yang tidak hormat pada orang tua, sesuai dengan
kutipan berikut: ―Samar-samar kedengar dari ujung sebelah kiri
seorang santri menyahut, „Andai ada seribu Kejora, Ustad Omar akan lupa istrinya. Andai….
‟ dengan intonasi orang membaca puisi‖
GJ. h. 52
kutipan tersebut menegaskan bahwa Namya sama sekali tidak memiliki rasa hormat kepada gurunya. Hal ini bertentangan dengan
statusnya sebagai santri di pesantren tersebut, yang seharusnya bisa menghormati orang yang lebih tua terlebih lagi gurunya sendiri. Dalam
pendidikan di
pesantren tentunya
diajarkan bagaimana
cara memperlakukan orang lain dengan baik dan itu tidak terlihat dari diri
Alkatiri bersaudara ini. Secara dramatik, pengarang menggambarkan Namya sebagai anak
yang suka berbohong. Terbukti ketika di ruang kelas ia yang sedang menggoda Kejora dan ketika ditanya oleh ustadnya ia tidak
menjawabnya dengan jujur. ―Ustad Omar jatuh cinta padamu.‖
……….. ―Kau Namya Coba ulangi sekali lagi apa yang kau katakan tadi?‖
―Saya bilang pada Jora bahwa otaknya hebat.‖
GJ. h. 53
Namya dan Sonya Tidak hanya itu saja, latar belakang keluarga mereka yang kaya raya membuat mereka senang memamerkan barang-
barang mewah yang mereka miliki, seperti pada kutipan berikut: ―Ia
65
berdiri di muka cermin daan memberikan komentar panjang lebar tentang kehebatan gaunnya kepada teman-teman yang bersedia
mendengarkan .‖
GJ. h. 61
Sonya dan Namya juga suka membuat keonaran di lingkungan pesantren. Kadang-kadang mereka mencuri makanan milik teman-
temannya, bolos tidak masuk pada jam pelajaran, dan sebagainya. Sikap-sikap yang terdapat dalam diri Sonya dan Namya bertentangan
dengan kodratnya sebagai perempuan yang biasanya bersikap lembut, menghormati orang lain dan tidak melakukan hal-hal yang buruk.
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa tokoh Sonya dan Namya memiliki sifat yang sama, yaitu sama-sama tidak memiliki rasa hormat
pada orang tua, pamer, pembohong, dan juga suka mencari keributan di pesantren.
3 Khalil dan Hasan Khalil dan Hasan adalah paman Kejora sekaligus orang
kepercayaan ayah Kejora. Khalil dan Hasan digambarkan secara analitik melalui Kejora sebagai lelaki yang memiliki sikap semena-
mena terhadap Kejora dan Bianglala. Mereka sering sekali melakukan pelecehan seksual terhadap Kejora dan Bianglala, seperti pada kutipan
berikut: …..pandanganku masih terlalu jelas untuk mengintip tangan
paman Hasan yang memegang pundak Lola, dan secepat kilat Lola menepisnya. Kulihat paman mengucapkan sesuatu dan Lola
menggeleng. Paman bangkit berdiri di belakang Lola tetapi tangannya menjulur cepat ke payudaranya. Lola tersentak, tetapi
paman Khalil di sampingnya malah tertawa.
GJ. h. 112
Ketipan tersebut pengarang mendeskripsikan bahwa kedua paman Kejora telah melakukan tindak pelecehan seksual terhadap Bianglala.
Hal tersebut bertentangan dengan status Khalil dan Hasan yang masih keluarga dekat Kejora yang seharusnya bisa menyayangi dan
melindungi Jora dan Lola.
66