Stereotip terhadap Perempuan Unsur Intrinsik Novel Geni Jora

86 perempuan juga mendapat porsi yang sama dengan pentingnya pendidikan bagi laki-laki, sehingga semua tokoh perempuan dalam GJ bersekolah sampai jenjang yang tinggi. Penggambaran tokoh utama sebagai salah satu mahasiswa yang sedang kuliah di Damaskus. Selain Kejora, Elya, dan Lola tokoh perempuan dalam GJ juga melanjutkan sekolahnya ke jenjang perguruan tinggi. Ini berbeda dengan tokoh-tokoh perempuan yang ada dalam PBS yang mayoritasnya pendidikan terakhirnya SD, SMP, ataupun SMA. Dalam PBS hanya Annisa yang memperjuangkan haknya untuk terus mendapatkan pendidikan yang sama dengan laki- laki. Dalam GJ Abidah mencoba menunjukkan pandangannya pada pembaca bahwa perempuan juga memiliki hak yang sama dengan laki- laki dalam hal mendapatkan pendidikan yang yang tinggi juga layak. Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa dalam PBS dan GJ sama- sama mengangkat isu tentang stereotip yang sering dipasangkan pada perempuan, perempuan sebagai makhluk penggoda yang, dan walaupun mereka mengalami kekerasan atau pelecehan seksual, itu tetap saja perempuanlah yang akan dipersalahkan. Gambaran seperti inilah yang masih kita temui dalam kehidupan nyata. Perbedaan terlihat ketika Abidah menggambarkan laki-laki sebagai pencari nafkah yang berakibat pendidikan bagi perempuan dinomorduakan dalam PBS. Namun dalam GJ adanya anggapan bahwa laki-laki merupakan orang yang mencari nafkah dalam keluarga tidak membuat hak perempuan dalam mendapatkan pendidikan menjadi hilang. Dari penjelasan di atas terlihat bahwa dalam kedua novelnya, yaitu PBS dan PBS Abidah mengangkat isu pelebelan negatif yaitu pelebelan bahwa perempuan merupakan makhluk penggoda. Dalam PBS, Annisa yang merupakan janda dianggap sering menggoda Khudhori karena mereka berdua sering pergi keluar bersama. Begitu 87 pula dalam GJ, Lola yang dilecehkan oleh kedua pamannya, tidak berani melaporkannya kepada ayahnya karena takut nantinya ia yang akan disalahkan. Selain itu anggapan bahwa laki-laki merupakan pencari nafkah membuat perempuan sulit untuk mendapatkan haknya di dunia pendidikan dalam PBS, sedangkan dalam GJ, anggapan seperti itu tidak mempengaruhi pendidikan yang akan mereka perempuan jalani.

4. Kekerasan Violence terhadap Perempuan

Violence kekerasan merupakan assoult invasi atau serangan terhadap fisik maupun integritas mental psikologis seseorang yang dilakukan terhadap jenis kelamin tertentu. Kekerasan terhadap sesama manusia pada dasarnya berasal dari berbagai sumber, namun kekerasan terhadap satu jenis kelamin tertentu disebabkan oleh anggapan gender. Dikaitkan dengan novel PBS dan GJ, diceritakan kekerasan dan pelecehan seksual yang diterima tokoh utama. Dalam PBS, jenis kekerasan yang pertama kali munculkan adalah tindakan pelecehan yang dialami oleh tokoh utama dan sahabatnya ketika mereka pergi ke bioskop. Di sini detegaskan bahwa banyak sekali tindak pelecehan yang terjadi pada perempuan di tempat umum, seperti pada kutipan berikut: ―’Maaf mungkin lain kali. Sebab seseorang sedang menunggu kami di ujung jalan itu.’ Aku menirukan Aisyah lalu secepatnya pergi ke utara. Tetapi lelaki itu tidak gampang dibohongi, ia menangkap tanganku dan berusaha meringkus tubuhku...‖ GJ. h. 45 Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa pelecehan pada perempuan dapat terjadi di mana saja, kapan saja dan oleh siapa saja. Selain itu, pada PBS digambarkan bahwa tokoh utamanya yang selalu mendapatkan kekerasan baik kekerasan fisik maupun seksual. Kekerasan seksual yang dialami Annisa adalah pemerkosaan oleh suaminya sendiri. Dikatakan sebagai perkosaan, padahal dilakukan 88 oleh suami sendiri ini karena hubungan suami-istri dibangun atas dasar mencintai dan saling memahami, tidak ada paksaan di dalamnya apalagi jika perilaku seksual yang dilakukan itu menyimpang, ini bisa dikategorikan dalam kasus pemerkosaan. Di sini Abidah mengangkat mengenai pemerkosaan dalam perkawinan dengan memunculkan tokoh utama yang selalu mendapatkan semua hal itu dari suaminya. Seperti yang terlihat pada kutipan berikut. Dengan paksa pula ia membuka bajuku dan semua yang nempel di badan. Aku meronta kesakitan tapi ia kelihatan semakin buas dan tenaganya semakin lama semakin berlipat-lipat. Matanya mendelik ke wajahku. Kedua tangannya mencengkeram lenganku. Beban gajihnya begitu berat menindih tubuhku sehingga semuanya menjaid tidak tertahankan. Seperti ada peluru karet yang menembus badanku. PBS. h. 90 Kutipan di atas menunjukan bahwa tokoh utama dalam PBS mendapatkan kekerasan seksual oleh suaminya sendiri. Sehingga menimbulkan trauma yang besar kepapa tokoh Annisa. Samsudin sebagai suami merasa mempunyai hak dan kekuasaan penuh atas Annisa, ia tidak peduli bagaimana perasaan Annisa saat itu. Hal ini bertentangan dengan Al-Quran surat Annisa ayat 19 yang artinya ―Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, maka bersabarlah karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. ‖ Q.S. Annisa4: 19 Dari ayat tersebut tampak jelas bahwa seorang suami haruslah memperlakukan dan menggauli istrinya dengan baik. Tidak dengan paksaan apalagi dengan kekerasan. Ini sangat bertolak belakang pada 89 penggambaran suami Samsudin pada PBS yang memperlakukan dan menggauli istrinya secara paksa dan kasar. Selain itu Annisa juga mendapatkan kekerasan secara fisik yang dilakukan oleh Samsudin. Anissa mendapatkan kekerasan fisik ketika ia mulai memberontak terhadap prilaku Samsudin yang menyimpang. Seperti yang terlihat dari kutipan berikut: ―Plak Plaakk Ia menampar mukaku bertubu-tubi hingga pipi dan pundakku lebam dan kebiru- biruan. ‖ GJ. h.111. Kutipan tersebut menunjukkan bahwa Annisa mendapat tindak kekerasan oleh suaminya sendiri hanya karena ketika Samsudin menginginkan berhubungan intim dengan Annisa tanpa ditutupi selimut, sedangkan Annisa menginginkan selimut itu membuat Samsudin geram. Kekerasan seperti ini tidak selayaknya dilakukan seorang suami terhadap istrinya. Karena pada dasarnya pemerintah pun melindungi perempuan dari tindak kekerasan dalam rumah tangga KDRT melalui sebagaimana dikemukakan dalam: Pasal 1 UU Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga UU PKDRT adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, danatau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. 19 Kekerasan yang terjadi pada Annisa membuatnya mengalami trauma. Selain kekerasan seksual dan fisik dari Samsudin, ia juga sering dicemooh dan dimaki. Bahkan yang lebih keterlaluan lagi, Annisa diperlihatkan oleh Samsudin cara berhubungan suami istri dengan istri barunya, Kulsum. Samsudin melakukan hubungan seksual dengan istri keduanya tepat dihadapan Annisa dan hal ini menimbulkan perasaan 19 Ninik Rahayu penghapusan Undang-Undang No. 23 tahun 2004. Tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga. http:ditjenpp.kemenkumham.go.idhukum-pidana653- undang-undang-no-23-tahun-2004-tentang-penghapusan-kekerasan-dalam-rumah-tangga-uu- pkdrt.html . diunduh pada tabffal 10 Januari 2014 pukul 07. 50 WIB 90 yang menjijikkan dalam jiwa Annisa, dan pada akhirnya ini menjadi tekanan mental yang dialami oleh Annisa ketika menikah dengan Samsudin. Lewat tokoh Annisa, Abidah ingin memberi gambaran tentang bagaimana seorang istri yang selalu di siksa secara lahir maupun batin oleh suaminya. Dalam PBS, Abidah memunculkan sosok tokoh utama yang selalu melawan kekerasan dan pemaksaan yang dilakukan oleh suaminya. Sosok Samsudin yang digambarkan sebagai putra seorang Kyai dan telah menjadi sarjana hukum, namun perangainya tidaklah seperti orang yang mengerti agama dan hukum. Menunjukkan bahwa tidak semua orang yang berasal dari keluarga Kyai atau pun ulama merupakan orang yang arif yang mengerti dan mengaplikasikan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari. Dua tahun kemudian dalam novel yang berjudul Geni Jora. Abidah mengangkat pelecehan seksual pada perempuan yang sering terjadi. Hampir sama dengan PBS, dalam GJ tokoh utama beserta kakaknya mengalami tindak pelecehan seksual. Jika dalam PBS tokoh utama dan sahabatnya dilecehkan oleh orang lain yang tidak memiliki hubungan darah dan pelecehan itu terjadi di tempat umum, dalam GJ pelecehan itu dilakukan oleh pamannya sendiri, dan terjadi di rumah Kejora. Seperti yang ditunjukkan pada kutipan berikut. ..sore itu senja hampir turun, tetapi pandanganku masih terlalu jelas untuk mengintip tangan paman Hasan yang memegang pundak Lola, dan secepat kilat Lola menepisnya. Kulihat paman mengucapkan sesuatu dan Lola menggeleng. Paman bangkit berdiri di belakang Lola tetapi tangannya menjulur cepat ke payudaranya. Lola tersentak, tetapi paman Khalil di sampingnya malah tertawa. GJ. h. 90 Kutipan di atas menyatakan bahwa penegasan pandangan Abidah tentang pelecehan yang terjadi pada perempuan. Memiliki hubungan darah tidak menutup kemungkinan untuk untuk melakukan tindak